• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Asesmen Resiko Jatuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Asesmen Resiko Jatuh"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Memahami Faktor

Risiko

Jatuh, Pencegahan,

dan

(2)

GARIS BESAR PROGRAM Abstr ak Pada tahun 2000, total biaya keseha tan yang dihabis kan untuk kejadia n jatuh yang fatal sebesa r $0,2 miliar dan untuk kejadia n cedera akibat jatuh non-fatal sebesar $19 miliar. Diperkirakan pada tahun 2020, biaya yang dikeluarkan untuk kejadian cedera akibat jatuh dapat mencapai $32,4 miliar. Pada tingkat rumah sakit, rerata tingkat insidensi tahunan sekitar 1,4 kejadian jatuh per-tempat tidur pertahunnya. Dengan memahami risiko jatuh, pencegahan, dan penanganannya; diharapkan dapat menurunkan biaya kesehatan yang dikeluarkan, serta meningkatkan klinis dan kepuasan pasien. Deskripsi Program Program ini dibuat untuk memberikan pemahaman kepada

peserta dalam

mengimplementasikan faktor risiko jatuh, pencegahan, dan

(3)

penang ananny a. Target Pesert a Siapap un yang bekerj a di bidang keseha tan termas uk dokter, perawa t, dan tenaga medis lainny a yang terlibat dalam perawa tan pasien risiko jatuh (sepert i konsul

tan medis, fisioterapis,

tim transfer,

sukarelawan, dan staf administrasi). Tujuan 1. Identifikasi pasien yang mempunyai risiko jatuh 2. Optimalisasi penggunaan asesmen jatuh untuk menentukan kategori risiko jatuh 3. Membandingka n faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik jatuh 4. Mendeskripsik an kebutuhan akan perlunya pemahaman faktor risiko jatuh, pencegahan, dan penanganannya dalam meningkatkan klinis dan kepuasan pasien, serta menurunkan

(4)

bia ya kes eha tan . 5. Me ma ha mi ku nci ke ber has ila n Program Faktor Risiko Jatuh, Pencegahan, dan Penanganannya . 6. Memperoleh sumber daya dalam mengembangk an dan meningkatkan Program Faktor Risiko Jatuh, Pencegahan, dan Penanganannya .

(5)

FAKTA DAN STATISTIK Fakto r Risik o Jatuh 1. Ri w ay at jat uh se be lu m ny a 2. G an gg ua n ko gn iti f 3. G an gg ua n ke sei m ba ng an , ga ya be rjalan, atau kekuatan 4. Gangguan mobilitas 5. Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson 6. Gangguan muskuloskelet al; seperti artritis,pengga ntian sendi, deformitas 7. Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular , penyakit paru, dan diabetes 8. Masalah nutrisi 9. Medikamento sa (terutama konsumsi > 4 jenis obat) Biaya Akibat Jatuh

1. Pada tahun 2000, total biaya kesehatan yang dihabiskan untuk kejadian

(6)

jat uh ya ng fat al se be sa r $0 ,2 mi lia r da n un tu k ke ja di an ce de ra ak ib at jat uh no n-fat al sebesar $19 miliar. 2. Dari cedera akibat jatuh non-fatal, 63% ($12 miliar) dikeluarkan untuk rawat inap, 21% ($4 miliar) untuk Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan 16% ($3 miliar) untuk rawat jalan. 3. Dari cedera akibat jatuh non-fatal, 35% adalah fraktur, yang menghabiskan biaya kesehatan sebesar 61% 4. Menurut studi yang dilakukan oleh National Center for Patient Safety, biaya rerata yang dikeluarkan

(7)

un tu k ce de ra ak ib at jat uh ad al ah $3 3. 78 5 5. Di pe rki ra ka n pada tahun 2020, biaya yang dikeluarkan untuk cedera akibat jatuh dapat mencapai $32,4 miliar. Statistik Kejadian Jatuh pada Orang Tua yang Menjalani Rawat Inap atau Tinggal di Panti Jompo 1. Rumah sakit mempunyai tingkat insidensi pertahun sekitar 1,4 kejadian jatuh per-tempat tidur pertahun

(8)

2. Departemen Neurologi, Rehabilitasi Medik, dan Psikiatri mempunyai tingkat kejadian jatuh yang paling tinggi yaitu berkisar antara 8,9 – 17,1 kejadian jatuh per-seribu pasien. 3. Fasilitas perawatan jangka panjang mempunyai tingkat insidensi pertahun sekitar 1,6

kejadian jatuh perorang pertahun.

4. Lansia yang tinggal di panti jompo sering mengalami kejadian jatuh berulang, dengan rerata 2,6 kejadian jatuh perorang pertahun.

5. Sekitar 10% - 20% kejadian jatuh di panti jompo menyebabkan cedera yang serius dan sekitar 2% - 6% menyebabkan fraktur.

6. Sekitar 35% cedera akibat jatuh terjadi pada lansia yang mengalami kesulitan berjalan Etiologi Jatuh

1. Ketidaksengajaaan: 31%

2. Gangguan gaya berjalan / keseimbangan: 17% 3. Vertigo: 13%

4. Serangan jatuh (drop attack): 10% 5. Gangguan kognitif: 4%

6. Hipotensi postural: 3% 7. Gangguan visus: 3% 8. Tidak diketahui: 18%

Kunci Keberhasilan Program Pencegahan Jatuh 1. Prioritas utama adalah keselamatan pasien

2. Gunakan pendekatan yang sederhana dan terstandarisasi 3. Kata kunci:

1. Semua pasien berisiko jatuh

2. Semua petugas berperan serta dalam pencegahan kejadian jatuh 4. Pelatihan dan edukasi staf

(9)

PROTOKOL PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEJADIAN JATUH PADA PASIEN

9. Pernyataan Protokol

Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab seluruh petugas. Dalam rangka menurunkan risiko cedera akibat jatuh pada pasien, petugas akan menilai dan melakukan penilaian ulang terhadap kategori risiko jatuh pasien, serta bekerjasama dalam memberikan intervensi yang sesuai prosedur.

35. Tujuan

Sebagai suatu proses untuk mencegah kejadian jatuh pada pasien, dengan cara:

1. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh”.

2. Melakukan asesmen ulang pada semua pasien (setiap hari)

3. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang berisiko jatuh dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”

4. Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara komprehensif

61. Definisi

Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin).

IV. Prosedur

1. Perawat yang bertugas akan melakukan skrining risiko jatuh kepada setiap pasien dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”

2. Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang setiap harinya

3. Asesmen ulang juga dilakukan pada pasien yang mengalami perubahan kondisi fisik atau status mental

(10)
(11)

22. Instruksi dalam Melengkapi Asesmen Risiko Jatuh Harian

1. Perawat yang bertugas akan mengevaluasi pasien dengan memberi skor pada setiap kriteria „risiko yang dimiliki pasien. Skor ini akan dipakai untuk‟ menentukan kategori risiko jatuh pada pasien.

2. Pasien akan dikategorikan ke dalam salah satu dari tiga kategori berikut. (lihat Asesmen Risiko Jatuh Harian)

Skor Total Asesmen Risiko Jatuh Risiko Jatuh

0 – 4 Rendah (R)

5 – 8 Sedang (S)

≥ 9 Tinggi (T)

3. Perawat yang bertugas akan mengidentifikasi dan menerapkan “Prosedur Pencegahan Jatuh”, berdasarkan pada:

1. Kategori risiko jatuh

2. Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien

3. Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices) 4. Asesmen Klinis Harian

4. “Prosedur Pencegahan Jatuh” pada pasien yang berisiko rendah, sedang, atau tinggi harus diimplementasikan dan penggunaan peralatan yang sesuai harus optimal.

5. Dokumentasi / pencatatan

1. Pencatatan dilakukan pada setiap pasien dengan menggunakan Asesmen Risiko Jatuh Harian

2. Semua pasien dengan kategori risiko sedang dan tinggi akan dilakukan pencatatan status jatuh pada bagian “Rencana Perawatan Interdisiplin” di sub-bagian ”Proteksi”.

6. Komunikasi

1. Saat pergantian jam kerja, setiap perawat yang bertugas akan melaporkan pasien-pasien yang telah menjalani asesmen risiko jatuh kepada perawat jaga berikutnya.

(12)

7. Asesmen ulang

1. Semua pasien akan dilakukan asesmen ulang oleh perawat yang bertugas setiap harinya

2. Setiap perubahan yang terjadi pada kategori risiko jatuh pasien akan dicatat pada “Rencana Perawatan Interdisiplin”

VI. Prosedur Pencegahan Jatuh untuk Semua Pasien 1. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien

2. Posisikan bel panggilan, pispot, dan pegangan tempat tidur berada dalam jangkauan

3. Jalur untuk pasien berjalan harus bebas obstruksi dan tidak licin 4. Jauhkan kabel-kabel dari jalur berjalan pasien

5. Posisikan tempat tidur rendah (tinggi tempat tidur sebaiknya ≤ 63,5 cm), dan pastikan roda terkunci

6. Tentukan penggunaan paling aman untuk pegangan di sisi tempat tidur. Ingat bahwa menggunakan 4 sisi pegangan tempat tidur dianggap membatasi gerak (mechanical restraint)

7. Menggunakan sandal anti licin 8. Pastikan pencahayaan adekuat

9. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan 10. Bantu pasien ke kamar mandi, jika diperlukan

11. Evaluasi efektifitas obat-obatan yang meningkatkan predisposisi jatuh (sedasi, antihipertensi, diuretic, benzodiazepine, dan sebagainya), konsultasikan dengan dokter atau petugas farmasi jika perlu

12. Konsultasikan dengan dokter mengenai kebutuhan fisioterapi pada psaien dengan gangguan keseimbangan / gaya berjalan / penurunan fungsional.

13. Nilai ulang status kemandirian pasien setiap hari

14. Pantau adanya hipertensi ortostatik jika pasien mengeluh pusing atau vertigo dan ajari pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan

15. Gunakan peninggi tempat dudukan toilet , jika diperlukan 16. Penggunaan alat bantu (tongkat, alat penopang), jika perlu

(13)

17. Berikan edukasi mengenai teknik pencegahan jatuh kepada pasien dan keluarganya

VII. Prosedur Pencegahan Jatuh pada Pasien Risiko Sedang dan Tinggi 1. Langsung diterapkan pada saat pasien memasuki ruang perawatan.

1. Berikan tanda di depan kamar pasien untuk identifikasi pasien risiko jatuh 2. Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat (nurse station)

3. Kunjungi pasien setiap jam oleh petugas medis dan lakukan pengawasan ketat

4. Pastikan sepanjang waktu bahwa posisi tempat tidur rendah dan kedua sisi pegangan tempat tidur terpasang dengan baik

5. Tawarkan bantuan ke kamar mandi setiap 2 jam

6. Batasi aktivitas pasien dan berikan tindakan pencegahan pada pasien dan keluarga

7. Perawat mengingatkan keluarga untuk membawa alas kaki dan alat bantu dari rumah (seperti tongkat, alat penopang)

8. Nilai kebutuhan akan fisioterapi

9. Nilai gaya berjalan pasien dan catat dalam bagian “Penanganan Keperawatan” di subbagian “Masalah Jatuh”

10. Pastikan pasien menggunakan alat bantu yang sesuai

11. Kolaborasi dengan tim interdisiplin dalam merencanakan Program Pencegahan Jatuh

12. Pastikan perangkat keselamatan pasien digunakan dan berfungsi dengan baik

2. Berdasarkan kategori risiko jatuh pasien, evaluasi penggunaan alat pengaman dengan mengacu pada Pedoman Penggunaan Alat Pengaman Sesuai dengan Kategori Risiko Jatuh (lihat Checklist Asesmen Risiko Jatuh, Strategi

Intervensi, dan Alat Pengaman)

Alat Pengaman Kategori Risiko

a. *walker / wheeled walker R, S, T

(14)

c. wedge / pommel cushion (bantalan) R, S, T

d. dudukan toilet yang ditinggikan R, S, T

e. karpet / tikar anti-licin R, S, T

f. Alarm tempat tidur S, T

g. lap buddy S, T

h. gait belt S, T

i. tempat tidur rendah (khusus) T

1*penggunaan walker / cane hanya ditujukan pada pasien yang memang telah menggunakannya sebelum dirawat atau direkomendasikan oleh fisioterapis.

VIII. Pada Kasus Pasien Jatuh, dengan atau Tanpa Cedera

1. Pada pasien yang mengalami kejadian jatuh, prosedur berikut akan segera dilakukan:

1. Perawat segera memeriksa pasien

2. Dokter yang bertugas akan segera diberitahua untuk menentukan evaluasi lebih lanjut

3. Perawat akan mengikuti tatalaksana yang diberikan oleh dokter

4. Pindahkan kamar pasien lebih dekat dengan pos perawat (nurse station) 5. Jika pasien menunjukkan adanya gangguan kognitif, sediakan alarm

tempat tidur. Jika kurang efektif, dapat dipertimbangkan untuk mengunakan tali pengaman (non-emergency restraint)

6. Pemeriksaan neurologi dan tanda vital

7. Pasien yang diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur harus ditemani oleh petugas dalam 24 jam pertama, lalu dilakukan asesmen ulang 8. Dengan izin dari pasien, keluarga akan diberitahukan jika pasien

mengalami kejadian jatuh, termasuk cedera yang ditimbulkan

9. Kejadian jatuh akan dicatat dalam bagian “Penanganan Keperawatan” di subbagian “Masalah”

10. Pengasuh yang menyaksikan kejadian jatuh atau menemukan pasien jatuh akan mengisi laporan kejadian/insidens dan memberikannya ke perawat

(15)

yang bertugas. Kemudian perawat akan meneruskan laporan insidens ini ke Departemen Penanganan Risiko.

11. Perawat yang bertugas akan melengkapi “formulir jatuh” dan menyertakannya ke laporan insidens.

12. Berikan edukasi mengenai risiko jatuh dan upaya pencegahannya kepada pasien dan keluarga

13. Risiko jatuh pasien akan dinilai ulang menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”, lalu akan ditentukan intervensi dan pemilihan alat pengaman yang sesuai.

IX. Kriteria Penggunaan Tempat Tidur Rendah (Khusus)

1. Pada asesmen awal dengan “Asesmen Risiko Jatuh Harian”, pasien tergolong kategori risiko tinggi

2. Pada asesmen ulang harian, pasien masih berada di kategori risiko tinggi 3. Pasien „jatuh dalam situasi berikut ini: ‟

1. Pasien mengalami delirium / disorientasi

2. Pasien jatuh saat berusaha turun atau naik tempat tidur 24. Prosedur Menggunakan Tempat Tidur Rendah (Khusus)

1. Pada pasien dengan risiko tinggi, tempat tidur harus berada pada posisi serendah mungkin. Tempat tidur hanya boleh ditinggikan saat pemeriksaan medis, penanganan keperawatan, dan atau saat transfer

2. Bantalan diletakkan di sisi tempat tidur yang sering digunakan pasien untuk turun dari tempat tidur. Pegangan di sisi tempat tidur harus terpasang dengan baik. Catatan: panjang pegangan di sisi tempat tidur < ½ panjang tempat tidur sehingga tidak dianggap sebagai pembatas gerak (mechanical restraint). 3. Pada pasien bukan risiko tinggi, pengaturan tinggi tempat tidur tidak boleh

melebihi 63,5 cm.

XI. Prosedur Mengecek Bed Pad Alarm (menggunakan tombol) 1. Hidupkan alarm

(16)

2. Cek dengan menekan tombol alarm

3. Alarm berbunyi

dapat dipergunakan (berfungsi dengan baik) 4. Alarm tidak berbunyi

segera ganti dengan alarm lainnya 5. Beritahukan kepada perawat yang bertugas

XII. Prosedur Mengecek Pull String Alarm (menggunakan penarikan tali) 1. Hidupkan alarm

2. Tarik tali yang menggantung dari alarm

3. Alarm berbunyi

dapat dipergunakan (berfungsi dengan baik) 4. Alarm tidak berbunyi

segera ganti dengan alarm lainnya 5. Beritahukan kepada perawat yang bertugas

ASESMEN RISIKO JATUH HARIAN

bulan: skor tanggal tanggal tanggal tanggal

faktor risiko (berikan tanda cek (√) pada keluhan yang dimiliki pasien)

usia > 70 tahun 1

lingkungan asing (tidak familiar) 1

gangguan penilaian dalam ambulasi/transfer 3

mengalami kejadian jatuh dalam 2 minggu terakhir 3

delirium/disorientasi 2

gaya berjalan tidak stabil / keterbatasan gerak 3

inkontinensia uri 3

adanya pingsan atau hipotensi ortostatik 2

riwayat gangguan pola tidur 1

gangguan penglihatan / pendengaran 1

berjalan dibantu orang lain 3

keterbatasan aktivitas 1

tidak memakai alas kaki saat turun dari tempat tidur 2

mengkonsumsi obat-obatan di bawah ini: 2

TOTAL SKOR

Beri tanda cek (√) mengenai obat yang dikonsumsi:

Psikotropika Diuretic Antihipertensi anti-Parkinson

(17)

Opioid Hipnotik Kardiovaskular anti-ansietas Laksatif

Kebutuhan alat: (beri tanda cek (√) pada alat yang dibutuhkan)

*walker/wheeled walker (R, S, T) *tongkat / quad cane(R, S, T)

wedge / pommel cushion (bantalan) (R, S, T) dudukan toilet yang ditinggikan (R, S, T) karpet / tikar anti-licin (R, S, T)

Lap buddy (S, T)

alarm tempat tidur (S, T) gait belt (S, T)

Kategori Risiko Jatuh (R, S, T)

Inisial Petugas

NAMA: ___________________________________________ KAMAR: _____________

Kategori risiko jatuh:

0 – 4 = risiko rendah (R) 5 – 8 = risiko sedang (S) 1≥9 = risiko tinggi (T)

2*penggunaan walker / cane hanya ditujukan pada pasien yang memang telah menggunakannya sebelum dirawat atau direkomendasikan oleh fisioterapis.

(18)

FAKTOR RISIKO

Faktor risiko jatuh dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori:

1. Intrinsik: berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi psikologis 2. Ekstrinsik: berhubungan dengan lingkungan

Selain itu, faktor risiko juga dapat dikelompokkan menjadi kategori dapat diperkirakan (anticipated) dan tidak dapat diperkirakan (unanticipated). Faktor risiko yang dapat diperkirakan merupakan hal-hal yang diperkirakan dapat terjadi sebelum pasien jatuh.

Intrinsik (berhubungan dengan Ekstrinsik (berhubungan dengan kondisi pasien) lingkungan)

Dapat diperkirakan  Riwayat jatuh sebelumnya  Lantai basah/silau, ruang

 Inkontinensia berantakan, pencahayaan kurang,

 Gangguan kognitif/psikologis kabel longgar/lepas  Gangguan keseimbangan/mobilitas  Alas kaki tidak pas

 Usia > 65 tahun  Dudukan toilet yang rendah  Osteoporosis  Kursi atau tempat tidur beroda  Status kesehatan yang buruk  Rawat inap berkepanjangan

 Peralatan yang tidak aman  Peralatan rusak

 Tempat tidur ditinggalkan dalam posisi tinggi

Tidak dapat  Kejang  Reaksi individu terhadap

obat-diperkirakan  Aritmia jantung obatan  Stroke atau Serangan Iskemik

Sementara (Transient Ischaemic Attack-TIA)

 Pingsan

(19)

Strategi Intervensi

Strategi Intervensi

kategori lingkup area risiko

risiko intervensi

T S R sering perubahan kelemahan gangguan medikasi depresi jatuh status mental otot mobilitas multipel

tempat tidur rendah v v v v v v v v

alas kaki anti-licin v v v v v v v v v

bantu pasien untuk turun dari tempat tidur v v v v v v v v v

tempat tidur beroda berada dalam posisi terkunci v v v v v v v v v

berikan alat bantu sesuai kebutuhan pasien v v v v v v v v v

pengaturan ruangan untuk pasien risiko tinggi v v v v v v v v

karpet/tikar anti-licin v v v v v v v v

peninjauan ulang medikasi v v v v v v v v

program olahraga v v v v v v v v

edukasi toileting v v v v

tanda pengenal (gelang berwarna di pergelangan v v v v v v v

tangan)

kasur yang memiliki batas pinggir v v v v v

pelindung pinggul v v v v

alarm tempat tidur v v v v

catatan: strategi intervensi ini tidak mutlak dilakukan, disesuaikan dengan penilaian klinis ahli/ dokter yang memeriksa

Strategi intervensi ini berdasarkan kategori risiko dan lingkup area risiko, serta diharapkan dapat membantu menjadi acuan dalam penetapan strategi sesuai kebijakan setempat.

(20)

PENCEGAHAN DAN MANAJEMEN JATUH 1. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien 2. Sediakan pencahayaan yang adekuat 3. Alas kaki anti-licin 4. Berikan instruksi kepada pasien untuk memanggil petugas jika ingin turun dari tempat tidur 5. Beri penjelasan mengenai sistem pemanggilan perawat ke ruangan 6. Bel panggilan berada dalam jangkauan, gampang dilihat, serta pasien mengetahui

letak dan cara

penggunaannya

7. Tali penarik lampu meja berada dalam jangkauan, terlihat, serta pasien mengetahui letak dan cara penggunaannya

8. Pertimbangkan untuk menggunakan pengasuh pada pasien dengan gangguan kognitif

9. Sediakan lingkungan yang aman (rapi, tidak licin, kabel-kabel terikat dengan rapi, jalur berjalan bersih dari benda-benda yang tidak perlu)

10. Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan 11. Posisikan tempat tidur

serendah mungkin dengan roda terkunci

12. Mulai mobilisasi secepat dan sesering yang masih diperbolehkan untuk kondisi pasien

13. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh 14. Tanda pengenal kepada

pasien (gelang berwarna di pergelangan tangan, tulisan/tanda di depan kamar pasien)

15. Setiap 1-3 jam, tawarkan bantuan untuk ke kamar

(21)

mandi dan perawatan 16. Perawatan termasuk mobilisasi pasien, menawarkan minum, dan memastikan pasien hangat dan nyaman 17. Konsultasika

n dengan tim „manajemen jatuh dan farmasi (tinjau‟ ulang medikasi)

18. Alarm tempat tidur 19. Alarm di kursi roda

20. Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan pos perawat (nurse station) 21. Karpet di samping tempat

tidur

22. Tempat tidur rendah

23. Evaluasi oleh tim interdisiplin

(22)

24. Untuk pasien yang berisiko cedera kepala (misalnya pasien dalam terapi antikoagulan, gangguan kejang berat, riwayat jatuh mengenai kepala), pertimbangkan penggunaan pelindung kepala

25. Penggunaan dudukan toilet yang ditinggikan 26. Musik relaksasi

27. Program olahraga / aktivitas 28. Transfer ke sisi yang lebih stabil

29. Secara aktif, libatkan pasien dan keluarga dalam program pencegahan jatuh 30. Berikan instruksi kepada pasien sebelum memulai aktivitas

31. Penggunaan alat bantu sesuai dengan kebutuhan pasien 32. Menimalisir gangguan /distraksi

33. Periksa ujung anti-selip pada tongkat dan walker 34. Instruksikan pasien untuk menggunakan pegangan

(23)

ASESMEN RISIKO JATUH MORSE

faktor risiko

riwayat jatuh

diagnosis sekunder (≥ 2 diagnosis medis)

alat bantu

terpasang infus

gaya berjalan terganggu 20

lemah 10

normal/tirah baring/imobilisasi 0

status mental sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki 15

sadar akan kemampuan diri sendiri 0

Total Kategori: Risiko tinggi = ≥ 45 Risiko sedang = 25 – 44 Risiko rendah = 0 - 24

(24)

CHECKLIST ALAT PENGAMAN

Kursi roda

rem pengaman kursi roda _______

bantalan tangan mudah dilepaskan saat transfer _______

bantalan kaki mudah untuk disesuaikan dan diposisikan _______

pedal kaki mudah dilipat sehingga pasien dapat berdiri tanpa merasa terganggu _______

roda tidak bengkok atau melengkung _______

anti-tip terpasang dengan baik _______

kursi roda listrik

kecepatan diatur pada kecepatan paling rendah _______

klakson bekerja dengan baik _______

listrik kabel tidak tersingkap _______

tempat tidur

pegangan sisi tempat

tidur mudah dinaikkan dan diturunkan _______

terkunci dengan aman saat dinaikkan _______

hanya digunakan untuk mobilitas _______

roda mudah berputar/diarahkan, tidak melekat _______

rem mengamankan tempat tidur saat dioperasikan _______

mekanik pengaturan ketinggian tempat tidur mudah dilakukan _______

meja samping tempat

tidur roda terkunci dengan baik _______

letaknya di samping tempat tidur, menempel di dinding _______

tiang infus

tiang mudah dinaikkan dan diturunkan _______

stabil, tidak mudah goyang _______

roda mudah berputar/diarahkan, tidak melekat _______

tumpuan kaki (footstools)

kaki kursi proteksi karet anti-selip di kesemua kaki _______

stabil, tidak goyang _______

bagian atas kursi permukaan tidak licin _______

bel panggilan / pencahayaan

operasional lampu di luar kamar _______

alarm berbunyi di pos perawat _______

nomor kamar muncul di monitor _______

(25)
(26)

akses mudah diraih saat di kamar mandi _______

dalam jangkauan saat pasien di tempat tidur _______

walker/cane

keamanan ujung karet pada alat berfungsi dengan baik _______

stabil _______

toilet berjalan

roda mudah berputar/ diarahkan, tidak melekat _______

stabil saat pasien duduk di atasnya _______

rem mengamankan toilet saat dioperasikan _______

kusi beroda (mobility chair)

kursi tingginya disesuaikan dengan pasien, untuk meminimalisir terjatuh/terjungkal _______

roda mudah berputar/diarahkan, tidak melekat _______

rem dioperasikan saat kursi dalam posisi diam _______

pengaman kursi _______

tumpuan kaki dapat dilipat/dilepas dengan mudah _______

diposisikan dengan derajat kemiringan yang sesuai untuk mencegah terjungkal

posisi ke depan / merosot _______

nampan dalam posisi aman _______

TIM MANAJEMEN RISIKO JATUH YANG DISARANKAN

1. Pemimpin senior 2. Pemimpin teknis 3. Pemimpin klinis 4. Pemimpin harian 5. Rekreasi

6. Rehabilitasi medik dan fisioterapi 7. Kegiatan sosial

8. Ahli gizi

9. Instalasi Gawat Darurat 10. Farmasi

11. Kepala Perawat

(27)

SUMBER LITERATUR

PENCEGAHAN JATUH

Lingkup

1 Rumah sakit Tujuan

1 Membentuk kerangka konsep dalam menilai faktor risiko jatuh pada pasien, mengurangi risiko jatuh, dan mencegah terjadinya cedera jika pasien jatuh.

Prosedur

1. Asesmen awal / skrining

1. Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Risiko Jatuh Morse (lampiran A) dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS dan mencatat hasil asesmen ke dalam computer

2. Rencana intervensi akan segera disusun, diimplementasikan, dan dicatat dalam Rencana Keperawatan Interdisiplin dalam waktu 2 jam setelah skrining.

3. Skrining farmasi dan atau fisioterapi dilakukan jika terdapat adanya risiko jatuh pada pasien.

2. Asesmen ulang

1. Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap: dua kali sehari, saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya kejadian jatuh pada pasien.

2. Penilaian menggunakan Asesmen Risiko Jatuh Morse dan Rencana Keperawatan Interdisiplin akan diperbaharui/dimodifikasi sesuai dengan hasil asesmen

3. Untuk mengubah kategori dari risiko tinggi ke risiko rendah, diperlukan skor < 25 dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut.

(28)

Intervensi pencegahan jatuh

1. Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori): 1. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien

2. Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan tempat tidur tepasang dengan baik

3. Ruangan rapi

4. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam, tombol panggilan, air minum, kacamata)

5. Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien) 6. Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)

7. Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan bersih dan berfungsi)

8. Pantau efek obat-obatan

9. Anjuran ke kamar mandi secara rutin

10. Sediakan dukungan emosional dan psikologis

11. Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga

2. Kategori risiko tinggi: lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut ini. 1. Beri tulisan di depan kamar pasien „Pencegahan Jatuh ‟

2. Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakaikan di pergelangan tangan pasien

3. Sandal anti-licin

4. Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot setiap 2 jam (saat pasien bangun), dan secara periodik (saat malam hari)

5. Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh petugas medis 6. Nilai kebutuhan akan:

1. Fisioterapi dan terapi okupasi 2. Alarm tempat tidur

3. Tempat tidur rendah (khusus)

(29)

Strategi Rencana Keperawatan

1. Strategi umum untuk pasien risiko jatuh, yaitu:

1. Tawarkan bantuan ke kamar mandi setiap 2 jam (saat pasien bangun) 2. Gunakan 2-3 sisi pegangan tempat tidur

3. Lampu panggilan berada dalam jangkauan, perintahkan pasien untuk mendemonstrasikan penggunaan lampu panggilan

4. Jangan ragu untuk meminta bantuan

5. Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan

6. Adakan konferensi multidisiplin mingguan dengan partisipasi tim keperawatan 7. Rujuk ke departemen yang sesuai untuk asesmen yang lebih spesifik, misalnya

fisioterapi

8. Anjurkan pasien menggunakan sisi tubuh yang lebih kuat saat hendak turun dari tempat tidur

2. Strategi untuk mengurangi / mengantisipasi kejadian jatuh fisiologis, yaitu: 1. Berikan orientasi kamar tidur kepada pasien

2. Libatkan pasien dalam pemilihan aktivitas sehari-harinya 3. Pantau ketat efek obat-obatan, termasuk obat psikotropika 4. Kurangi suara berisik

5. Lakukan asesmen ulang

6. Sediakan dukungan emosional dan psikologis

3. Strategi pada faktor lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, yaitu: 1. Lampu panggilan berada dalam jangkauan

2. Posisi tempat tidur rendah

3. Lantai tidak silau/memantul dan tidak licin 4. Pencahayaan yang adekuat

5. Ruangan rapi

(30)

4. Manajemen Setelah Kejadian Jatuh

1. Nilai apakah terdapat cedera akibat jatuh (abrasi, kontusio, laserasi, fraktur, cedera kepala)

2. Nilai tanda vital

3. Nilai adanya keterbatasan gerak 4. Pantau pasien dengan ketat

5. Catat dalam status pasien (rekam medik)

6. Laporkan kejadian jatuh kepada perawat yang bertugas dan lengkapi laporan insidens

7. Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan kondisi pasien 5. Edukasi pasien/keluarga

1. Pasien dan keluarga harus diinformasikan mengenai faktor risiko jatuh dan setuju untuk mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan. Pasien dan keluarga harus diberikan edukasi mengenai faktor risiko jatuh di lingkungan rumah sakit dan melanjutkan keikutsertaannya sepanjang keperawatan pasien.

1. Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktivitas sebelum memulai penggunaan alat bantu

2. Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding

3. Informasikan pasien mengenai dosis dan frekuensi konsumsi obat-obatan, efek samping, serta interaksinya dengan makanan/ obat-obatan lain. Definisi dan Klasifikasi

1. Kejadian jatuh tak disengaja: kejadian jatuh yang terjadi secara tidak sengaja (misalnya terpeleset, tersandung). Pasien yang berisiko mengalami kejadian ini tidak dapat diidentifikasi sebelum mengalami jatuh dan umumnya tidak dikategorikan dalam risiko jatuh. Kejadian jatuh jenis ini dapat dicegah dengan menyediakan lingkungan yang aman. 2. Kejadian jatuh yang tidak diantisipasi: kejadian jatuh yang terjadi ketika penyebab fisik

tidak dapat diidentifikasi.

3. Kejadian jatuh yang dapat diantisipasi (diperkirakan): kejadian jatuh yang terjadi pada pasien yang memang berisiko mengalami jatuh (berdasarkan skor asesmen risiko jatuh)

(31)

4. Faktor yang dapat meningkatkan risiko jatuh: 1. Perasaan takut jatuh

2. Serangan Iskemik Sementara (Transient Ischaemic Attack-TIA) 3. Penyakit Parkinson

4. Riwayat patah tulang / fraktur

5. Deformitas muskuloskletal atau miopati

6. Inkontinensi uri / alvi atau sering ke kamar mandi 7. Gangguan pendengaran

8. Dehidrasi

9. Riwayat jatuh sebelumnya

10. Penggunaan alat penahan diri/ pengekang (restraint) 11. Kesulitan dalam memahami instruksi

12. Aritmia jantung 13. Stroke

14. Delirium /agitasi 15. Depresi

16. Gangguan gaya berjalan atau mobilitas 17. Gangguan penglihatan

18. Vertigo / pusing 19. Hipoglikemia

20. Konsumsi obat-obatan multiple

21. Mengkonsumsi laksatif dan atau diuretic 22. Keterbatasan bahasa

(32)

Lampiran A

ASESMEN RISIKO JATUH MORSE

Pengamat: __________________________________ Tanggal: ______________________ Unit: _______________________________________ Pukul: ________________________ Skor:

1. Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir: ____ Tidak = 0 ____ Ya = 25 Skor: ____ 2. Diagnosis sekunder: ____ Tidak = 0 ____ Ya = 15 Skor: ____ 3. Alat bantu:

Tidak ada / tirah baring / perawat ____ 0 Tongkat / alat penopang ____ 15

Perabot ____ 30 Skor: ____ 4. Terpasang infus: ____ Tidak = 0 ____ Ya = 20 Skor: ____ 5. Gaya berjalan:

Normal / tirah baring / kursi roda ___ 0 Lemah ____ 10

Tergangu ____ 20 Skor: ____

6. status mental:

Sadar akan kemampuan diri sendiri ____ 0

Sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki ____ 15 Skor: ____

(33)

Kategori: Tidak berisiko 0 – 24 Risiko rendah 25 – 44 Risiko tinggi ≥ 45 Intervensi: 1 Pencegahan jatuh 2 Rencana per-pasien Tanda tangan: ____________________

PETUNJUK PENGGUNAAN ASESMEN RISIKO JATUH MORSE

Riwayat jatuh:

Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau terdapat riwayat kejadian jatuh fisikologis dalam 12 bulan terakhir ini, seperti pingsan atau gangguan gaya berjalan, berikan skor 25. Jika pasien tidak mengalami jatuh, berikan skor 0.

Diagnosis sekunder:

Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 15; jika tidak, berikan skor 0. Alat bantu:

Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30. Jika pasien menggunakan tongkat / alat penopang, berikan skor 15. Jik pasien dapat berjalan tanpa alat bantu, berikan skor 0.

Terapi intravena (terpasang infus):

Jika pasien terpasang infus, berikan skor 20; jika tidak, berikan skor 0. Gaya berjalan:

1 Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan; mengalami kesulitan untuk bangun dari kursi, menggunakan bantalan tangan kursi untuk mendorong tubuhnya, kepala menunduk, pandangan mata terfokus pada lantai, memerlukan bantuan sedang – total

(34)

untuk menjaga keseimbangan dengan berpegangan pada perabot, orang, atau alat bantu berjalan, dan langkah-langkahnya pendek; berikan skor 20.

1 Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah; pasien membungkuk; tidak dapat mengangkat kepala tanpa kehilangan keseimbangan, atau memerlukan bantuan ringan untuk berjalan; dan langkah-langkahnya pendek; berikan skor 10.

2 Jika pasien memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0 Status mental:

Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya untuk berjalan. Jika pasien mempunyai over-estimasi terhadap kemampuan fisiknya, berikan skor 15. Jika asesmen pasien sesuai dengan kemampuan sebenarnya, berikan skor 0.

Asesmen risiko jatuh Morse ini dilakukan saat pasien masuk RS bersamaan dengan asesmen inisial /awal.

(35)

ALGORITMA PASIEN SAAT MASUK RUMAH SAKIT

Pasien masuk rumah sakit

Skrining farmasi dan atau fisioterapi pada pasien dengan

Tindakan pencegahan umum

(semua pasien)

Pencegahan kategori risiko tinggi (pasien dengan Ases men Ulan g Risi ko J a t u h M o r s e 1Dua kali seh ari 2Saat tran sfer ke unit lain 3Saa t ter dap at per uba han kon disi

(36)
(37)

KEBIJAKAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI TINGKAT RUMAH SAKIT SECARA NASIONAL TAHUN 2007

Sasaran 1

Meningkatkan keakuratan dalam identifikasi pasien 1A

Gunakan minimal 2 cara identifikasi pasien dalam segi keperawatan, penanganan, dan pelayanan.

Sasaran 2

Meningkatkan efektifitas komunikasi antar-perawat. 2A

Untuk pemberian perintah / pelaporan hasil pemeriksaan secara verbal atau melalui telepon, verifikasi perintah / pelaporan hasil dengan meminta penerima informasi mengulangi pembicaraan dengan benar dan lengkap.

2B

Lakukan standarisasi mengenai daftar singkatan, akronim, symbol, dan desain lambang yang digunakan dalam rumah sakit.

2C

Lakukan pengukuran, asesmen, dan ambil tindakan untuk menigkatkan proses pelaporan dan penerimaan informasi.

2E

Implementasikan pendekatan yang terstandarisasi dalam hal mentransfer informasi, meliputi pemberian kesempatan untuk bertanya dan merespon terhadap pertanyaan.

(38)

Sasaran 3

Meningkatkan keamanan dalam penggunaan obat-obatan 3B

Standarisasi dan batasi jumlah konsentrasi obat yang digunakan oleh rumah sakit. 3C

Identifikasi dan tinjau ulang daftar obat yang digunakan (pertahunnya), dan tindaklanjuti dalam mencegah terjadinya kesalahan pemberian pengobatan.

3D

Berikan label pada setiap obat, bungkus obat (misalnya jarum suntik, cangkir obat, kotak obat), atau cairan lainnya.

Sasaran 7

Mengurangi risiko infeksi nosokomial 7A

Ikuti panduan kebersihan/higene tangan menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

7B

Kelola semua kejadian kematian yang tidak diantisipasi atau hilangnya fungsi mayor yang permanen yang berhubungan dengan infeksi nosokomial.

Sasaran 8

Catat penggunaan obat-obatan sepanjang masa perawatan dengan akurat dan lengkap. 8A

Bandingkan pengobatan pasien akhir-akhir ini dengan pengobatan yang diberikan saat pasien dirawat di rumah sakit.

(39)

8B

Komunikasikan daftar obat-obatan pasien yang lengkap kepada petugas berikutnya saat pasien dirujuk atau ditransfer ke unit lain / dokter lain / rumah sakit lain.

Sasaran 9

Mengurangi risiko cedera akibat jatuh pada pasien. 9B

Implementasikan program pencegahan / penurunan kejadian jatuh, termasuk evaluasi keefektifan program.

Sasaran 13

Ikutsertakan peran aktif pasien dalam menyusun strategi keperawatannya. 13A

Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai perlunya manajemen keamanan terhadap pasien. Sasaran 15

Rumah sakit melakukan identifikasi akan risiko keamanan terhadap pasien-pasiennya. 15A

Rumah sakit melakukan identifikasi pasien yang berisiko bunuh diri. (diaplikasikan pada rumah sakit jiwa dan rumah sakit umum pada pasien-pasien yang mengalami gangguan kejiwaan atau gangguan perilaku).

Referensi

Dokumen terkait

erdasarkan kasus toshiba yang hanya memiliki satu anggota penuh 6aktu, yang ditugaskan dalam keuangan dan akuntansi dalam komite audit, dan tidak seorangpun dari.. ketiga

Dasar pemikiran untuk ini mungkin adalah bahwa dengan menyediakan suatu sumber luar untuk hormon tiroid, dosis-dosis obat-obat antitiroid yang lebih tinggi dapat diberikan,

Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxyllum acanthopodium) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas Dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus musculus L.). Jurnal

Kemampuan DewanPerwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kepulauan Sula dalam melaksanakan Fungsi Pengawasan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan untuk

- Sludge dari IPAL - Absorban dan filter bekas - Alat yang terkontaminasi Hg - Sludge hasil proses pengawetan - Limbah laboratorium. - Logam berat (terutama Hg) -

4. Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Pembuatan guludan di atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah bahan organik tanah yang

mengetahui sifat fisika yang meliputi kadar air, berat jenis dan perubahan dimensi dari jenis kayu kemiri berdasarkan arah aksial yang tumbuh di Kabupaten Sigi

memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang patut diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek Orang