• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN

TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI JAGUNG

DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

(Studi Kasus di Desa Bandungharjo)

SKRIPSI

Oleh : Ragil Budi Santoso

H 0808038

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

(2)

commit to user i

ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN

TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI JAGUNG

DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

(Studi Kasus di Desa Bandungharjo)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh : Ragil Budi Santoso

H 0808038

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

(3)

commit to user ii

ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI

KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Desa Bandungharjo)

Yang diajukan dan disusun oleh : RAGIL BUDI SANTOSO

H 0808038

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal:

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS NIP. 19570104 198003 2 001

Anggota I

Dr. Ir. Minar Ferichani, MP NIP. 19670331 199303 2 001

Anggota II

Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP NIP. 19670824 199203 1 003

Surakarta, Maret 2013

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

(4)

commit to user iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Distribusi Penguasaan Lahan terhadap Distribusi Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan (Studi Kasus di Desa Bandungharjo)”.

Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :

1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta.

3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi yang selalu memberikan pengarahan, nasehat, petunjuk, serta motivasi kepada penulis.

6. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP. selaku selaku Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang dengan kasih selalu memberikan pengarahan, nasehat, petunjuk, serta motivasi kepada penulis.

(5)

commit to user iv

7. Bapak Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP selaku Penguji Tamu yang telah memberikan masukan kepada penulis.

8. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/ karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Bappeda Kabupaten Grobogan, Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, serta Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan yang telah memberikan ijin penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan penulis.

10. Kantor Kecamatan Toroh dan Desa Bandungharjo serta petani responden atas bantuan kepada penulis selama penelitian.

11. Bapak, Ibu yang tak henti memberikan semangat dan doa, dan dukungannya di setiap langkah, demi kesuksesan penulis.

12. Teman-teman Agribisnis 2008, 2009, 2010, 2011, serta 2012 yang telah memberi semangat, masukan, dan tambahan pengetahuan.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan membantu penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Maret 2013

(6)

commit to user v DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix RINGKASAN ... x SUMMARY ... xi I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 3 1.3. Tujuan Penelitian ... 6 1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Lahan Pertanian ... 11

2. Petani dan Pengasaan Lahan ... 13

3. Tenaga Kerja, Saprodi, dan Produksi ... 15

4. Pendapatan dan Distribusi Pendapatan ... 17

2.3. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 19

2.4. Hipotesis ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Metode Dasar Penelitian ... 25

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 25

1. Metode Penentuan Sampel Lokasi Penelitian ... 25

2. Metode Pengambilan Sampel Responden ... 26

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 28

1. Data Primer ... 28

2. Data Sekunder ... 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Observasi ... 28

2. Wawancara ... 28

3. Pencatatan ... 28

3.5. Asumsi-asumsi ... 29

3.6. Pembatasan Masalah ... 29

3.7. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 29

3.8. Metode Analisis Data ... 30

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 37

4.1. Keadaan Geografis ... 37

(7)

commit to user vi

1. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 38

2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 40

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 42

4.3. Kondisi Pertanian ... 43

1. Tata Guna Lahan ... 43

2. Produksi Tanaman Pangan ... 44

4.4. Kondisi Sarana Perekonomian ... 44

V. HASIL PENELITIAN ... 46

5.1. Identitas Responden ... 46

5.2. Analisis Usahatani Jagung ... 48

5.3. Distribusi Penguasaan Lahan ... 56

5.4. Distribusi Pendapatan ... 58

5.5. Analisis Regresi Linear ... 59

VI. PEMBAHASAN ... 65

6.1. Usahatani Jagung ... 65

6.2. Distribusi Penguasaan Lahan dan Distribusi Pendapatan ... 67

6.3. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ... 68

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

7.1. Kesimpulan ... 71

7.2. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

(8)

commit to user vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung Kabupaten Grobogan Tahun 2010... 3 Tabel 1.2. Luas Lahan Kering Kecamatan Toroh Tahun 2010 ... 5 Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin di Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Toroh Tahun 2011. ... 39 Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Bandungharjo . 40 Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Kabupaten Grobogan dan Kecamatan

Toroh Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011... 41 Tabel 4.4. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di

Kecamatan Toroh dan Desa Bandungharjo Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.5. Tata Guna Lahan di Kecamatan Toroh dan Desa Bandungharjo

Tahun 2011. ... 43 Tabel 4.6. Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Grobogan dan

Kecamatan Toroh Tahun 2010 ... 44 Tabel 4.7. Sarana Perekonomian di Kabupaten Grobogan dan Kecamatan

Toroh Tahun 2011 ... 45 Tabel 5.1. Identitas Petani Sampel Usahatani Jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Gorobogan ... 46 Tabel 5.2. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani Jagung

di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 48 Tabel 5.3. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung di

Desa bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 50 Tabel 5.4. Rata-rata Biaya Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Jagung

di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 51 Tabel 5.5. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 52 Tabel 5.6. Rata-rata Biaya Lain-lain pada Usahatani Jagung di Desa

Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 53 Tabel 5.7. Rata-rata Biaya Total Usahatani Jagung di Desa Bandungharjo,

(9)

commit to user viii

Tabel 5.8. Rata-rata Penerimaan Total Usahatani Jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 55 Tabel 5.9. Rata-rata Pendapatan Usahatani Jagung di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 56 Tabel 5.10. Data Penguasaan Lahan Petani Jagung di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 56 Tabel 5.11. Perhitungan Nilai Gini Rasio Penguasaan Lahan ... 57 Tabel 5.12. Data Sampel Pendapatan Petani Jagung di Desa Bandungharjo,

Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 58 Tabel 5.13. Perhitungan Nilai Gini Rasio Pendapatan ... 58 Tabel 5.14. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan ... 60 Tabel 5.15. Analisis Varians Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Usahatani Jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 62 Tabel 5.16. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ... 63

(10)

commit to user ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Kurva Lorentz ... 22

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah ... 24

Gambar 3.1. Bagan Pengambilan Sampel ... 27

Gambar 5.1. Kurva Lorentz Penguasaan Lahan ... 57

(11)

commit to user x

RINGKASAN

Ragil Budi Santoso. H0808038. Analisis Pengaruh Ditribusi Lahan terhadap Distribusi PendapatanPetani Jagung di Kcamatan Toroh Kabupatn Grobogan (Studi Kasus di Desa Bandungharjo). Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS dan Dr. Ir. Minar Ferichani, MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani; tingkat distribusi penguasaan lahan; tingkat distribusi pendapatan; serta mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhi pendapatan usahatani petani jagung di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan (studi kasus di Desa Bandungharjo).

Metode dasar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis serta pelaksanaannya dengan teknik survei. Penelitian dilakukan di Desa Bandungharjo. Pemilihan sampel lokasi diakukan secara studi kasus, responden merupakan petani jagung yang pemilihannya berdasarkan metode

snowball sampling. Biaya, penerimaan dan pendapatan usaha tani dianalisis

dengan menggunakan metode analisis pendapatan usahatani, distribusi penguasaan lahan dan distribusi pendapatan dianalisis dengan metode analisis Gini Rasio, sedangkan hubungan antara pendapatan dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya dianalisis dengan metode regresi linear berganda.

Hasil analisis usahatani jagung diperoleh bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.212,89/ha/MT, penerimaan usahatani sebesar Rp 9.546.301,45/ha/MT, dan pendapatan usahatani sebesar Rp 6.038.088,56/ha/MT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai distribusi penguasaan lahan yaitu 0,389 yang artinya terjadi ketimpangan penguasaan lahan yang masuk dalam kriteria sedang. Begitu juga dengan nilai disribusi pendapatan yaitu sebesar 0,398 yang artinya terjadi ketimpangan penguasaan lahan yang sedang.

Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dengan besar pendapatan usahatani petani jagung di Desa Bandungharjo, sebagai berikut :

Y = -953.116,271 + 3,186 x 106 X1 + 69.352,637 X2 + 1.036 X3

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel luas lahan, tenaga kerja, dan biaya saprodi secara bersama-sama maupun individu berpengaruh nyata terhadap besar pendapatan usahatani petani jagung di Desa Bandungharjo.

(12)

commit to user xi SUMMARY

Ragil Budi Santoso. H0808038. The analysis of land holding distribution influence to the income distribution on corn farmer in Toroh Subdistrict, Grobogan Regency (A Case Study on Bandungharjo Village). This research is supervised by Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. and Dr. Ir. Minar Ferichani, MP. Agriculture Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta.

This research aimed to find out the agribusiness cost, revenue, and income; land holding distribution level; income distribution level; and to find out the variables affecting the corn farmer’s agribusiness income in Toroh Subdistrict of Grobogan Regency (A Case Study on Bandungharjo Village).

The fundamental method used in this research was a descriptive analytical method with survey technique. The study was taken place in Bandungharjo Village. The location sample was taken using case study, the respondent was the farmers taken using snowball sampling. The agribusiness, cost, revenue, and income were analyzed using agribusiness income analysis, while the land mastery distribution and income distribution were analyzed using Gini Ratio analysis method, and the relationship between income and factors presumably affecting it was analyzed using a multiple-linear regression method.

The result of corn agribusiness analysis obtained that the agribusiness cost was IDR 3,508,212.89/Ha/MT, revenue was IDR 9,546,301.45/Ha/MT, and income was IDR 6,038,088.56/Ha/MT. The result of research showed that the land holding distribution score was 0.389 meaning that there was an imbalance of land holding belonging to medium criteria. Similarly, the income distribution score was 0.398 meaning that there was an imbalance of medium land holding.

The relationship between the factors affecting the income and the income of corn farmer agribusiness in Bandungharjo Village was as follows:

Y = -953,116.271 + 3.186 x 106 X1 + 69,352.637 X2 + 1.036 X3

The result of regression analysis showed that land width, labor, and saprodi cost variables, either simultaneously or partially, affected significantly the agribusiness income of corn farmer in Bandungharjo Village.

(13)

commit to user

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian di Indonesia identik dengan pedesaan dan para petani dengan rata-rata tingkat penghasilan rendah. Masyarakat miskin sebagian besar terdapat di pedesaan yang memiliki basis agraris, hal ini dapat dilihat dari berbagai penelitian mengenai persoalan kemiskinan dan ketimpangan dalam pemerataan pembagian pendapatan (Rustiani, 1995).

Kondisi kehidupan sosial ekonomi petani di pedesaan memperlihatkan bahwa, struktur agraris yang terjadi ditandai oleh adanya ketimpangan distribusi penguasaan lahan pertanian yang cukup besar. Besarnya tekanan terhadap tingkat ketersediaan lahan pertanian sebagai akibat dari bertambahnya jumlah penduduk yang relatif cepat dan tekanan dari sektor lain seperti sektor industri. Kenyataan tersebut menimbulkan akibat makin kecilnya rata-rata pemilikan lahan pertanian dan fragmentasi lahan akan terjadi terus menerus (Sayogyo, 1985).

Tanah bagi masyarakat pedesaan bukan saja sebagai tempat tinggal, melainkan mempunyai peran yang sangat penting yaitu sebagai sumber mata pencaharian. Lahan pertanian merupakan faktor produksi yang penting dalam struktur agraris di pedesaan, maka kondisi ketimpangan distribusi penguasaan lahan akan sangat berpengaruh terhadap usaha-usaha ke arah pemerataan tingkat pendapatan. Penduduk pedesaan tidak semuanya mempunyai lahan pertanian, adapun penduduk yang mempunyai lahan pertanian kebanyakan tidak terlalu luas. Penduduk yang memiliki lahan sempit biasanya menyewakan lahannya, sedangkan dia sendiri bekerja sebagai buruh tani atau mungkin mereka menyewa lahan milik orang lain. Petani dengan luas lahan, baik yang dimiliki ataupun yang dikuasai relatif

(14)

commit to user

sempit maka akan mempengaruhi produktivitas lahan pertanian tersebut dan pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang diterima oleh petani tersebut (Astuti, 1996).

Salah satu bagian dari sektor pertanian yang paling vital dalam kehidupan masyarakat Indonesia ialah pertanian tanaman pangan, sektor ini sangat tergantung pada faktor lahan, baik secara jumlah maupun secara mutu kesuburannya. Lahan subur banyak terdapat di Pulau Jawa oleh karena itu sangat ironis apabila lahan pertanian yang subur di Pulau Jawa berubah menjadi lahan pemukiman/ perumahan dan industri (Budiharjo, 1992).

Luas panen jagung sebagai tanaman pangan di Indonesia menduduki urutan kedua setelah padi. Luas panen padi pada tahun 2009 sebesar 12.668.898 ha, sedangkan luas panen jagung sebesar 4.096.838 ha (Dinas Pertanian, 2010). Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan komoditas jagung, karena jagung mudah untuk dibudidayakan dan diusahakan. Peranan penganekaragaman kebutuhan pangan dari bahan jagung sangat dibutuhkan dalam usahatani, dewasa ini

jagung mendapat perhatian yang lebih besar dari pemerintah (Aksi Agraris Kanisius, 1993).

Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten penghasil jagung terbesar di Jawa Tengah. Produksi jagung di Kabupaten Grobogan menempati urutan pertama yaitu sebesar 708.013 ton setelah itu diikuti produksi padi sebesar 663.758 ton (Dinas Pertanian Grobogan, 2010). Kecamatan Toroh merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Grobogan yang memiliki luas panen dan produksi jagung terbesar ketiga setelah Kecamatan Geyer dan Kecamatan Wirosari, sehingga merupakan salah satu kecamatan yang memberikan kontribusi besar terhadap produksi jagung di Kabupaten Grobogan. Luas panen dan produksi jagung di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada Tabel 1.1.

(15)

commit to user

Tabel 1.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung Kabupaten Grobogan Tahun 2010

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Geyer Wirosari Toroh Pulokulon Kradenan Karangrayung Tanggungharjo Gabus Grobogan Kedungjati 23.099 15.818 15.080 11.321 7.151 7.071 6.996 6.749 6.085 6.001 125.356 85.460 81.171 60.319 38.375 37.938 37.985 36.268 32.914 33.431 Tawangharjo Ngaringan 5.807 5.003 31.455 26.667 Penawangan 3.156 16.937 Purwodadi 3.091 16.377 Brati 2.793 15.207 Klambu Gubug Tegowanu 2.145 2.000 1.617 11.697 10.926 8.812 Godong 120 672

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Grobogan 1.2. Perumusan Masalah

Ketimpangan penguasaan dan kepemilikan lahan merupakan masalah yang sangat kritis di Indonesia. Petani pemilik lahan yang luas belum tentu memperoleh pendapatan yang tinggi. Hal ini dikarenakan petani pemilik lahan tidak perlu membayar uang sewa lahan kepada petani lain atau membagi hasil produksinya. Bagi petani yang menguasai lahan, belum tentu memiliki tanah dan petani tersebut harus membagi hasil atau menyewa

(16)

commit to user

kepada petani pemilik. Dengan luas lahan yang dimiliki ataupun dikuasai yang relatif sempit maka akan mempengaruhi produktivitas lahan pertanian tersebut dan pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang diterima oleh petani (Wignjosoebroto, 1984).

Grobogan merupakan kabupaten dengan mayoritas masyarakatnya bemata pencaharian sebagai petani, dengan demikian sebagian besar pendapatan penduduk Kabupaten Grobogan berasal dari usaha tani. Selain itu Kabupaten Grobogan merupakan penghasil jagung terbesar di Jawa Tengah. Produksi jagung di kabupaten tersebut mencapai 708.013 ton pada tahun 2010, sehingga jagung menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Grobogan.

Salah satu kecamatan penghasil jagung di Kabupaten Grobogan adalah Kecamatan Toroh. Kecamatan Toroh pada tahun 2010 mampu memproduksi jagung sebesar 81.171 ton, sehingga menempatkan Kecamatan Toroh sebagai kecamatan penghasil jagung terbesar ketiga di Kabupaten Grobogan. Desa Bandungharjo merupakan salah satu desa yang memiliki luas lahan kering terbesar di Kecamatan Toroh. Luas lahan kering di Desa Bandungharjo yaitu 1.242,07 ha. Akan tetapi dengan semakin bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun, sedangkan lahan pertanian yang hampir tidak bertambah, maka fragmentasi lahan dan ketimpangan lahan pertanianpun terjadi. Akibatnya dapat mempengaruhi produktivitas lahan dan pendapatan petani khususnya jagung di Desa Bandungharjo. Berdasarkan alasan tersebut, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam bagaimana pemerataan penguasaan lahan dan pendapatan dari petani khususnya petani jagung di Desa Bandungharjo.

(17)

commit to user

Luas lahan kering desa-desa di Kecamatan Toroh dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Luas Lahan Kering Kecamatan Toroh Tahun 2010

Desa Lahan Kering (Ha)

Bandungharjo Kenteng Genengsari Dimoro Sindurejo Boloh Depok Tunggak Ngrandah Tambirejo Plosoharjo Genengadal Sugihan Pilangpayung Katong Krangganharjo 1.242,07 955,04 728,53 683,34 566,43 553,12 478,64 418,32 411,61 312,44 266,32 260,01 226,75 202,00 189,82 97,15 Sumber : BPS Kabupaten Grobogan, 2011

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan? 2. Bagaimana tingkat distribusi penguasaan lahan petani jagung di Desa

Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan?

3. Bagaimana tingkat distribusi pendapatan petani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan?

4. Bagaimana pengaruh distribusi penguasaan lahan terhadap distribusi pendapatan petani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan?

(18)

commit to user

5. Bagaimana pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yang berupa luas lahan, tenaga kerja, biaya saprodi dan produksi terhadap pendapatan usahatani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. 2. Mengetahui tingkat distribusi penguasaan lahan petani jagung di Desa

Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

3. Mengetahui tingkat distribusi pendapatan petani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

4. Mengetahui pengaruh distribusi penguasaan lahan terhadap distribusi pendapatan petani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

5. Mengetahui pengaruh faktor-faktor yang terdiri dari luas lahan, tenaga kerja, biaya saprodi dan produksi terhadap pendapatan usahatani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan sesuai dengan tema penelitian yang diambil serta sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian UNS.

2. Bagi pemerintah, merupakan sumber informasi dan bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan pada masa yang akan datang.

3. Bagi pihak lain yang membutuhkan, sebagai bahan wacana dan informasi mengenai permasalahan yang sama.

(19)

commit to user 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai tambahan pustaka dalam penelitian ini. Antara lain yang digunakan oleh peneliti yaitu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (1996), dalam penelitiaanya yang berjudul Penguasaan Lahan dan Distribusi Pendapatan Penduduk di Desa

Ngombakan dan Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Menunjukkan bahwa penguasaan lahan yang timpang didua desa

penelitian, bukan disebabkan karena jual beli lahan, tetapi disebabkan oleh adanya warisan. Peran sektor non pertanian semakin penting bagi kehidupan masyarakat pedesaan dalam peningkatan pendapatan dan pemerataan pendapatan penduduk.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Status Penguasan Lahan Terhadap

Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga Petani Padi Ditinjau dari Distribusi Pendapatan menunjukkan bahwa pada usahatani padi di Desa Kanjoran,

Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, pendapatan petani dari kegiatan usahatani padi dan pendapatan rumah tangga petani berbeda berdasar status penguasaan lahan. Rata-rata pendapatan petani pemilik penggarap lebih tinggi daripada pendapatan petani penyewa, dan pendapatan petani penyewa lebih tinggi daripada petani penyakap. Angka Gini Rasio untuk petani pemilik penggarap sebesar 0,63, petani penyewa 0,685 dan untuk petani penyakap 0,677. Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing status petani terdapat ketimpangan yang tinggi/ pemerataan yang rendah.

Hasil penelitian dari Nurhayati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Status Penguasaan Lahan Pertanian Terhadap

Distribusi Pendapatan Petani Padi di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa nilai Gini Rasio 0,69 yang menunjukkan

(20)

commit to user

adanya ketimpangan distribusi pendapatan yang tinggi antara petani padi di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Kemudian faktor status penguasaan lahan berhubungan erat terhadap distribusi pendapatan petani padi, sedangkan luas lahan dengan status petani tidak ada keeratan hubungan.

Hasil penelitian yang dilakukan Yulianto (2005), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Biaya Saprodi dan Tenaga Kerja

Terhadap Pendapatan Usahatani Semangka, menunjukkan bahwa biaya

saprodi dan biaya tenaga kerja bersama-sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan usahatani semangka. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya F hitung yang diperoleh dibandingkan dengan F tabel (F hitung = 315,888 > F tabel = 3,44). Biaya saprodi dan biaya tenaga kerja secara bersama pula berhubungan erat dan positif dengan pendapatan usahatani semangka, hal ini ditunjukkan dengan besarnya koefisien korelasi (Ry1.2) = 0,985. Secara parsial biaya saprodi berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani semangka (t hitung 7,048 > t tabel = 1,71), sedangkan biaya tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani semangka (t hitung = -1,148 > t tabel = 1,71)

Hasil penelitian dari Octiasari (2011) dalam peneliannya yang berjudul Hubungan Penguasaan Lahan Sawah dengan Pendapatan

Usahatani Padi (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) menunjukkan bahwa

Terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan petani dengan luas pengusahaan lahan sawah. Semakin besar pendapatan usahatani padi, maka luas pengusahaan lahan sawah akan semakin meningkat. Kelompok petani yang responsif dalam meningkatkan pengusahaan lahannya adalah kelompok petani pemilik dan penggarap.

Hasil penelitian dari Mudakir (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Produktivitas Lahan dan Distribusi Pendapatan berdasarkan

Status Penguasaan Lahan pada Usahatani Padi (Kasus di Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah). Menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan

(21)

commit to user

pendapatan petani tanpa pendapatan di luar pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan ketimpangan pendapatan petani yang telah memasukan pendapatan dari luar pertanian. Pendapatan petani di luar hasil pertanian dapat mengurangi kemungkinan terjadinya ketimpangan pendapatan. Produktivitas usahatani dapat dinaikan dengan menambah pemakaian beberapa sarana produksi, khususnya menambah pemakaian beberapa sarana produksi, terutama pemakaian pupuk urea, benih dan luas lahan, Kenaikan tingkat keuntungan usahatani padi dapat dinaikan dengan menurunkan beberapa harga sarana produksi seperti benih, urea, pestisida, serta luas lahan.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Nama Penulis

Tahun Judul Inti

Wahyuni Apri Astuti

1996 Penguasaan Lahan dan

Distribusi Pendapatan Penduduk di Desa Ngombakan dan Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo

Ditemukan bahwa penguasaan lahan yang timpang bukan disebabkan

karena jual beli lahan, tetapi

disebabkan oleh adanya warisan. Peran sektor non pertanian semakin penting bagi kehidupan masyarakat

pedesaan dalam peningkatan

pendapatan dan pemerataan

pendapatan penduduk.

Sari A. D. 2002 Analisis Pengaruh Status

Penguasan Lahan Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Rumah Tangga Petani Padi Ditinjau dari Distribusi Pendapatan

Ditemukan bahwa pada usahatani padi di Desa Kanjoran, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, pendapatan petani dari kegiatan usahatani padi dan pendapatan rumah tangga petani berbeda berdasar status penguasaan lahan dan pada

masing-masing status petani terdapat

ketimpangan yang tinggi/

pemerataan yang rendah. Endah

Nurhayati

2004 Analisis Pengaruh Status

Penguasaan Lahan Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan Petani Padi di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali

Ditemukan bahwa nilai Gini Rasio 0,69 yang menunjukkan adanya ketimpangan distribusi pendapatan yang tinggi antara petani padi di

Kecamatan Nogosari Kabupaten

Boyolali dan faktor status

penguasaan lahan berhubungan erat terhadap distribusi pendapatan petani padi, sedangkan luas lahan dengan status petani tidak ada keeratan hubungan.

(22)

commit to user

Nama Penulis

Tahun Judul Inti

Eko Harri Yulianto

2005 Pengaruh Biaya Saprodi

dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usahatani Semangka

Ditemukan bahwa biaya saprodi dan biaya tenaga kerja bersama-sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan usahatani semangka. Biaya saprodi dan biaya tenaga kerja secara bersama pula berhubungan erat dan positif dengan

pendapatan usahatani semangka.

Secara parsial biaya saprodi

berpengaruh nyata terhadap

pendapatan usahatani semangka,

sedangkan biaya tenaga kerja tidak

berpengaruh nyata terhadap

pendapatan usahatani semangka.

Octiasari 2011 Hubungan Penguasaan

Lahan Sawah dengan Pendapatan Usahatani Padi (Studi Kasus

Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi)

Ditemukan bahwa Terdapat

hubungan yang signifikan antara

pendapatan petani dengan luas

pengusahaan lahan sawah. Semakin besar pendapatan usahatani padi, maka luas pengusahaan lahan sawah akan semakin meningkat.

Bagio Mudakir

2011 Produktivitas Lahan dan

Distribusi Pendapatan berdasarkan Status Penguasaan Lahan pada Usahatani Padi (Kasus di Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah)

Ditemukan bahwa tingkat

ketimpangan pendapatan petani

tanpa pendapatan di luar pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan ketimpangan pendapatan petani yang telah memasukan pendapatan dari

luar pertanian. Produktivitas

usahatani dapat dinaikan dengan

menambah pemakaian beberapa

sarana produksi, khususnya

menambah pemakaian beberapa

sarana produksi, terutama pemakaian pupuk urea, benih dan luas lahan.

Kenaikan tingkat keuntungan

usahatani padi dapat dinaikan dengan menurunkan beberapa harga sarana

produksi seperti benih, urea,

pestisida, serta luas lahan.

Dari hasil berbagai penelitian di atas, dapat diketahui bahwa besar penguasaan lahan, penggunaan tenaga kerja, dan penggunaan sarana produksi dapat mempengaruhi pendapatan petani, sehingga juga dapat mempengaruhi distribusi pendapatan petani. Dari keenam penelitian tersebut dapat memberikan gambaran tentang pengaruh penguasaan lahan, tenaga

(23)

commit to user

kerja, dan sarana produksi terhadap pendapatan dan distribusi pendapatan petani.

2.2. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pertanian

Lahan pada hakekatnya adalah permukaan bumi yang merupakan bagian dari alam, sehingga lahan tidak terlepas dari pengaruh alam sekitarnya, seperti: sinar matahari, curah hujan, angin, kelembaban udara dan lain sebagainya. Fungsi lahan dalam usahatani adalah tempat menyelenggarakan kegiatan produksi pertanian (usaha bercocok tanam dan pemeliharaan ternak) dan tempat pemukiman keluarga tani (Tjakrawiralaksana, 1985).

Lahan merupakan tanah (sekumpulan tubuh alamiah, mempunyai kedalaman lebar yang ciri-cirinya mungkin secara langsung berkaitan dengan vegetasi dan pertanian sekarang) ditambah ciri-ciri fisik lain seperti penyediaan air dan tumbuhan penutup yang dijumpai. Lahan sebagai modal alami yang melandasi kegiatan kehidupan dengan dua fungsi dasar yaitu kegiatan budidaya dan fungsi lindung yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada (Utomo, 1992).

Menurut Mubyarto (1979) tanah sebagai salah satu variabel produksi adalah merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar, variabel produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan variabel-variabel produksi lainnya. Tanah merupakan suatu variabel-variabel produksi seperti halnya modal dan tenaga kerja dapat pula dibuktikan dari tinggi rendahnya balas jasa (sewa bagi hasil) yang sesuai dengan permintaan dan penawaran tanah dan daerah tertentu, dalam suatu daerah yang penduduknya sangat padat dimana jumlah petani penyakap yang memerlukan tanah garapan jauh lebih besar daripada persediaan tanah yang ada. Pemilik tanah dapat meminta syarat-syarat yang lebih berat

(24)

commit to user

bila dibandingkan dengan daerah dimana persediaan tanah garapan masih lebih luas.

Menurut Hernanto (1988) pada umumnya di Indonesia lahan merupakan faktor produksi yang relatif langka dibandingkan dengan faktor produksi lainnya dan distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Oleh karena itu lahan mempunyai beberapa sifat, antara lain: (a) bukan merupakan barang produksi; (b) luas relatif tetap atau dianggap tetap atau tidak dapat diperbanyak; (c) tidak dapat dipindah-pindahkan; (d) dapat dipindahtangankan dan atau diperjualbelikan; (e) tidak ada penyusutan (tahan lama); dan (f) bunga atas lahan dipengaruhi oleh produktivitas lahan. Karena sifatnya yang khusus tersebut, lahan kemudian dianggap sebagai salah satu faktor produksi usahatani.

Lahan merupakan jenis modal yang sangat penting yang harus dibedakan dari jenis modal lainnya sehingga faktor lahan perlu digunakan atau dimanfaatkan secara efisien. Usaha-usaha untuk meningkatkan efisiensi pengusahaan lahan antara lain pemilihan komoditas cabang usahatani dan pengaturan pola tanam. Ukuran efisiensi penggunaan lahan adalah perbandingan antara output dan input. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam usahatani berkaitan dengan lahan yang digunakan adalah sumber dan status lahan, nilai lahan, fragmentasi lahan, lahan sebagai ukuran usahatani, serta perkembangan penguasaan lahan di Indonesia (Wignjosoebroto, 1998).

Dengan semakin menyempitnya atau tidak mencukupinya lahan pertanian karena bertambahnya angkatan kerja, disamping kelalaian pemilik/ pengusaha hak atas tanah yang tidak mengusahakannya secara aktif, banyak tanah yang dikerjakan orang lain secara melawan hukum. Pesatnya pembangunan banyak memerlukan tanah, yang berakibat semakin menyempitnya lahan pertanian, baik untuk pemukiman maupun industri. Dengan demikian tanah pertanian berubah fungsinya. Bukan saja fungsi penggunaannya tetapi juga fungsi ekonomisnya (Wignjosoebroto, 1998).

(25)

commit to user 2. Petani dan Penguasaan Lahan

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian, dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan pemungutan hasil laut (Hernanto, 1991).

Pada dasarnya terdapat empat golongan petani berdasarkan tanahnya, yaitu :

a. Golongan petani luas (>1 Ha)

b. Golongan petani sedang (0,5 – 1 Ha) c. Golongan petani sempit (<0,5 Ha) d. Golongan buruh tani

(Hernanto, 1991).

Menurut Wiradi (2008) dalam tulisannya tentang “Pola

Penguasaan Tanah dan Reforma Agraria”, istilah land tenure dan land tenancy sebenarnya merupakan dua sejoli, namun pengertian atau bidang

yang diartikan oleh masing-masing istilah tersebut dalam penggunannya agak berbeda. Kata land memang sudah jelas yaitu tanah, sedangkan kata

tenure berasal dari kata dalam bahasa latin tenere yang mencakup arti:

memelihara, memegang, memiliki. Oleh karena itu, land tenure memperoleh arti: hak atas tanah atau penguasaan tanah. Istilah land

tenure biasanya dipakai dalam uraian-uraian yang membahas masalah

yang pokok-pokok umumnya adalah mengenai status hukum dari penguasaan tanah seperti hak milik, gadai, bagi hasil, sewa-menyewa, dan juga kedudukan buruh tani. Uraian itu menunjukkan kepada pendekatan juridis. Artinya penelaahannya biasanya bertolak dari sistem yang berlaku yang mengatur kemungkinan penggunaan, mengatur syarat-syarat untuk dapat menggarap tanah bagi penggarapnya, dan berapa lama penggarapan itu dapat berlangsung.

Tanah Pertanian merupakan faktor produksi yang langka di pedesaan Jawa, disamping itu tanah juga dapat dipakai untuk

(26)

commit to user

memperoleh segala sumber strategis seperti kesempatan ekonomi, kekayaan, kekuasaan dan pendapatan. Ketimpangan dalam pemilikan tanah akan menimbulkan ketimpangan kekuasaan di kalangan anggota masyarakat. Hal tersebut akan membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat pedesaan terutama dalam kaitannya dengan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan jangkauan pelayanan pemerintah dan lain sebagainya (Apriyanto, 2005).

Petani berlahan luas dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada petani berlahan sempit, karena dengan skala usaha yang lebih luas, petani berlahan luas dapat menggunakan faktor-faktor produksi yang lebih besar jumlahnya daripada yang diperoleh petani sempit. Petani berlahan luas lebih mampu menahan hasil produksinya untuk menunggu harga yang lebih tinggi dari harga yang diterima petani berlahan sempit. Petani berlahan sempit dalam menjual hasil produksinya pada umumnya dilakukan pada musim panen dimana harga pada musim panen relatif rendah (Astuti, 1996).

Di pedesaan distribusi penguasaan lahan dan distribusi pendapatan merupakan dua hal yang cenderung menjadi perhatian, karena distribusi penguasaan lahan cenderung mempengaruhi distribusi pendapatan. Lahan bagi masyarakat pedesaan merupakan faktor produksi yang menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Dengan demikian jika lahan terdistribusi dengan merata, maka pendapatan juga akan terdistribusi pula secara merata (Susilowati dan Suryani, 1996).

Menurut Syukur (1998), terdapat hubungan searah antara distribusi penguasaan lahan dengan distribusi pendapatan. Dalam hal ini luas lahan mempunyai peranan penting dalam menciptakan arus masuk pendapatan masyarakat pedesaan. Dengan demikian distribusi pendapatan akan terefleksi oleh distribusi penguasaan lahan .

Pola pemilikan lahan pertanian menggambarkan keadaan pemilikan faktor produksi utama dalam produksi pertanian. Keadaan pemilikan lahan sering dijadikan suatu indikator bagi tingkat

(27)

commit to user

kesejahteraan masyarakat perdesaan walaupun belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya bagi tingkat kesejahteraan itu sendiri. Namun demikian, pola pemilikan lahan dapat dijadikan gambaran tentang pemerataan penguasaan faktor produksi utama di sektor pertanian yang dapat dijadikan sumber pendapatan bagi pemiliknya. Pada pola pengusahaan lebih ditekankan pada pemanfaatan secara langsung sumberdaya lahan untuk usahatani yang dilakukan oleh rumah tangga petani (Susilowati dan Suryani, 1996).

Status penguasaan lahan pada pokoknya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemilik penggarap (owner operator), penyewa (cash tenant) dan penyakap atau bagi hasil (share tenant). Status penguasaan lahan yang berbeda secara teoritis akan menentukan tingkat keragaman usaha tani yang berbeda pula. Secara teoritis kedudukan petani penyakap palinglah lemah sehingga akan berpengaruh terhadap keragaan usaha tani, tetapi secara faktual tidaklah tentu demikian yang disebabkan oleh berbagai faktor yang perlu diteliti lebih lanjut (Mudakir, 2011).

Status penguasaan lahan yang berbeda akan menentukan tingkat keragaman usaha tani, yang dalam hal ini meliputi tingkat produktivitas lahan dan distribusi pendapatan yang berlainan pula. Teori dasar yang dapat dipakai untuk menerangkan tingkah laku ekonomi dari petani pemilik- penggarap, petani penyewa dan petani penggarap (Mudakir, 2011).

3. Tenaga Kerja, Saprodi, dan Produksi

Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar keja, dan biasanya siap untuk digunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian perusahaan atau penerima tenaga kerja meminta tenaga keja dari pasar kerja. Apabila tenaga kerja tersebut bekeja, maka mereka akan mendapat imbalan jasa berupa upah/gaji.Tenaga keja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam setiap perusahaan dalam mencapai tujuannya. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar, di satu sisi merupakan potensi sumber daya manusia

(28)

commit to user

yang dapat diandalkan, tetapi di sisi lain juga merupakan masalah besar yang berdampak pada berbagai sektor (Maulana,2007).

Dalam mengelola usahataninya, petani umumnya telah mengetahui bahwa penggunaan sarana produksi akan mempengaruhi hasil usahanya, tetapi kebanyakan petani dengan kesederhanaan berpikir dan daya intelektual yang terbatas dikarenakan pendidikan formal yang rendah maka penggunaan biaya sarana produksi terlihat bervariasi karena mereka tidak mengetahui tingkat penggunaan biaya yang tepat akan sarana tersebut (Mubyarto, 1994).

Hill dalam Rohana (2004) berpendapat bahwa perubahan distribusi penyerapan tenaga keja sektoral biasanya tejadi lebih lambat dibandingkan dengan perubahan peranan output secara sektoral, mengingat proses perpindahan tenaga keja sangat lambat terutama bagi tenaga keja yang berasal dari sektor dengan produktivitas rendah seperti sektor pertanian.

Suatu Perubahan utama dalam pertanian di jawa berupa kekurangan buruh tani yang lebih besar, bahkan di daerah berpenduduk sangat padat. Kekurangan ini terjadi karena tarikan orang ke pekerjaan lebih menarik di daerah urban dan perasaan orang-orang muda yang berpendidikan menengah yang tidak tertarik sebagai petani (Collier, 1996).

Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (masukan, faktor, sumberdaya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu output atau produk. Produk tersebut dapat berupa barang ataupun jasa (Beattle dan Taylor, 1995).

Menurut Kartasapoetra (1988), produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia, dengan mana diharapkan terwujudnya hasil yang lebih dari segala pengorbanan yang telah diberikan. Ditinjau dari pengertian ekonomi merupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk mewujudkan

(29)

commit to user

hasil yang terjamin kualitas dan kuantitasnya terkelola dengan baik, sehingga merupakan komoditi yang dapat diperdagangkan.

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 2005).

4. Pendapatan dan Distribusi Pendapatan

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 1986). Besarnya pendapatan yang diterima merupakan imbalan untuk jasa petani dan keluarganya serta modal yang dimilikinya. Bentuk dan jumlah pendapatan memiliki fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Pendapatan ini akan digunakan juga untuk mencapai keinginan-keinginan dan memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dengan demikian, pendapatan yang diterima petani akan dialokasikan pada berbagai kebutuhan.

Keadilan dalam pembagian rezeki dari mengelola sumber daya, baik alam maupun manusia, dari hasil suatu negara adalah dimana pendapatan yang diperoleh dapat dinikmati secara merata oleh rakyatnya (distribusi pembagian pendapatan yang relatif adil). Hal ini berarti bahwa sebagian besar pendapatan negara dinikmati oleh sebagian besar golongan masyarakat dalam negara tersebut. Dengan meratanya pembagian pendapatan, diharapkan tingkat konsumsi masyarakat juga relatif lebih baik (Putong, 2000).

Distribusi pendapatan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan kemiskinan karena cakupannya tidak hanya menganalisa populasi yang berada dibawah garis kemiskinan.Kebanyakan dari ukuran dan indikator yang mengukur tingkat distribusi pendapatan tidak tergantung pada

(30)

rata-commit to user

rata distribusi, dan karenanya membuat ukuran distribusi pendapatan dipertimbangkan lemah dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan.

Masalah utama dalam distribusi pendapatan sebuah daerah adalah ketidakmerataan pendapatan antar kelompok masyarakat dalam daerah tersebut, oleh karenanya sering juga disebut tingkat ketidakmerataan atau kesenjangan (inequality).

Adelman dan Morris (1973) dalam Arsyad (2004) mengemukakan 8 faktor yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara-negara sedang berkembang, yaitu: (a) Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita; (b) Inflasi di mana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barangbarang; (c) Ketidakmerataan pembangunan antar daerah; (d) Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive), sehingga persentase pendapatan modal dari tambahan harta lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah; (e) Rendahnya mobilitas sosial; (f) Pelaksanaan kebijaksanaan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis; (g) Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara terhadap barang ekspor negara-negara-negara-negara sedang berkembang; dan (h) Hancurnya industri-industri kerjainan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-lain.

Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Terdapat berbagai kriteria/ tolok ukur untuk menilai kemerataan (parah atau lunaknya ketimpangan) distribusi yang dimaksud. Tiga diantaranya yang lazim digunakan adalah Kurva Lorenz, Indeks Gini Rasio, dan Kriteria Bank Dunia (Dumairy, 1997).

(31)

commit to user

Para ahli ekonomi pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan, yang antara lain : (1) Distribusi pendapatan perorangan, menyangkut segi manusia sebagai perorangan atau rumah tangga dan total pendapatan yang mereka terima. Dalam konsep ini cara yang dilakukan oleh keluarga atau perorangan untuk mendapatkan pendapatan tersebut tidak dipermasalahkan. (2) Distribusi pendapatan fungsional atau distribusi pendapatan berdasarkan peranan masing-masing faktor yang bisa didistribusikan, dalam hal ini mencoba menerangkan bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (Todaro, 1994).

2.3. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Usahatani adalah kesatuan organiasasi antara alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian. Setiap kegiatan usahatani akan membutuhkan biaya dan menghasilkan sejumlah penerimaan. Biaya merupakan seluruh korbanan ekonomik yang dikeluarkan untuk usahatani. Konsep biaya usahatani yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan terdiri dari biaya alat-alat luar ditambah biaya tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.

Pendapatan petani erat kaitannya dengan penerimaan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga petani. Penerimaan menyatakan jumlah rupiah yang diterima dan merupakan hasil kali antara harga dengan jumlah barang yang dijual.

Rumus penerimaan menurut Suparmoko (1992) sebagai berikut : TR = P x Q

Keterangan :

TR = Total Penerimaan P = Harga Barang Q = Jumlah Barang

(32)

commit to user

Ada empat kategori biaya (Hernanto, 1991), yaitu :

1. Biaya tetap, yaitu biaya yang pnggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, meliputi : pajak tanah, penyusutan alat dan bangunan, mesin traktor, dan sebagainya.

2. Biaya variabel, yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung kepada biaya skala produksi, meliputi : biaya pupuk, pestisida, bibit, tenaga kerja, pengolahan, sewa tanah, dan sebagainya.

3. Biaya tunai dari biaya tetap, dapat berupa biaya air dan pajak tak tanah. Sedangkan biaya tunai dari biaya variabel meliputi biaya bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar.

4. Biaya tidak tunai yang diperhitungkan, meliputi biaya tenaga kerja keluarga, biaya panen dan pengolahan serta jumlah pupuk kandang yang dipakai.

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya atau total biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 2006). Secara umum dapat dirumuskan :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp)

Lahan merupakan faktor utama dalam pertanian memang tidak dapat ditambah, sedangkan jumlah pertumbuhan manusia terus bertambah, akibatnya luas lahan pertanian terus menyempit. Fenomena yang terjadi adalah munculnya pembagian kepemilikan dan penguasaan lahan pertanian yang tidak merata. Kondisi yang demikian tentu saja akan mempengaruhi skala usaha yang dikelola oleh petani.

Luas lahan pertanian yang relatif sempit mengakibatkan jumlah hasil produksi yang dihasilkan dari lahan tersebut juga sedikit, sehingga pendapatan yang diterima oleh petani pun juga sedikit atau rendah.

(33)

commit to user

Fenomena semakin kecilnya kepemilikan lahan oleh petani diindikasikan hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, seringkali kecilnya kepemilikan lahan petani diikuti oleh timpangnya distribusi penguasaan lahan. Hal ini disebabkan karena terdapat sebagian kecil individu yang mempunyai akses untuk memiliki lahan dalam jumlah yang relatif luas. Sementara itu, terdapat banyak masyarakat yang tidak memiliki akses untuk menguasai lahan. Ketimpangan yang terkait dengan lahan dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu ketimpangan penguasaan lahan, dan ketimpangan pengusahaan lahan. Indikator untuk melihat besar kecilnya ketimpangan adalahdengan cara melihat atau menghitung indeks Gini berdasarkan lahan milik, lahan yang dikuasai, dan lahan yang diusahakan oleh rumah tangga petani, yaitu dengan rumus :

n

GR = 1- ∑ fi (Yi + Yi-1) 1

Keterangan :

Yi = proporsi jumlah rumah tangga kumulatif ke – i Yi-1 = Yi sebelumnya

fi = frekuensi luas lahan yang dimiliki/digarap kumulatif ke – i GR = Rasio Gini

Kriteria menurut H. T. Oshima (Putong, 2000) :

GR ≤ 0,3 = ketimpangan distribusi penguasaan lahan rendah 0,3 < GR < 0,4 = ketimpangan distribusi penguasaan lahan sedang GR ≥ 0,4 = ketimpangan distribusi penguasaan lahan tinggi

Sama halnya dengan distribusi penguasaan lahan, untuk menghitung atau mengukur distribusi pendapatan masyarakat pada suatu daerah dapat digunakan koefisien gini/ gini rasio, dengan rumus :

n

GR = 1- ∑ fi (Yi + Yi-1) 1

Keterangan :

(34)

commit to user Yi-1 = Yi sebelumnya

fi = frekuensi pendapatan kumulatif ke – i GR = Rasio Gini

Indeks atau rasio gini adalah suatu suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 – 1, menjelaskan kadar pemerataan distribusi pendapatan. Semakin kecil koesfisiennya, maka pertanda semakin baik atau merata distribusinya. Tetapi apabila semakin besar, maka mengisyaratkan distribusi pendapatan yang kian timpang atau terjadi kesenjangan (Dumairy, 1997).

Menurut kriteria H. T. Oshima dalam Putong (2000), klasifikasi nilai gini rasio adalah sebagai berikut :

GR ≤ 0,3 = ketimpangan distribusi pendapatan rendah (distribusi pendapatan relatif merata)

0,3 < GR < 0,4 = ketimpangan distribusi pendapatan sedang GR ≥ 0,4 = ketimpangan distribusi pendapatan tinggi

Cara lain untuk menganalisis distribusi penguasaan lahan dan distribusi pendapatan adalah dengan membuat kurva lorentz. Kurva lorentz menujukkan hubungan kuantitatif antara persentase penduduk dengan persentase penguasaan lahan atau pendapatan. Semakin jauh kurva lorentz dari garis kemerataan sempurna, maka semakin besar terjadinya ketimpangan distribusi (Arsyad, 2004).

(35)

commit to user

Pendapatan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang pertama kelompok yang membagi kelas pendapatan menjadi lima kelas, antara lain dari 20% termiskin (pendapatannya paling rendah), 20% termiskin kedua, 20% termiskin ketiga, 20% termiskin keempat, dan 20% termiskin kelima. Sedangkan kelompok kedua adalah yang membagi kelas pendapatan dalam tiga kelas, yaitu 40% termiskin, 40% menengah, dan 20% kaya (Putong, 2000).

Pendapatan usahatani jagung dipengaruhi oleh luas penguasaan lahan, biaya tenaga kerja, biaya saprodi dan produksi. Untuk menguji pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pendapatan maka digunakan analisis regresi fungsi keuntungan yang telah disesuaikan dengan penelitian sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan :

Y = Pendapatan (Rp)

b0 = Konstanta

X1 = Luas penguasaan lahan (Ha)

X2 = Tenaga kerja (HKP)

X3 = Biaya saprodi (Rp)

X4 = Produksi (Kg)

b1, b2, b3 = Koefisisen masing-masing variabel

e = error (kesalahan pengganggu)

Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan digunakan uji F, sedangkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor terhadap pendapatan secara individu digunakan uji t (Priyatno, 2008).

(36)

commit to user

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah

2.4. Hipotesis

1. Diduga bahwa ketimpangan distribusi penguasaan lahan petani jagung tinggi.

2. Diduga bahwa ketimpangan distribusi pendapatan petani jagung tinggi. 3. Diduga bahwa distribusi penguasaan lahan berpengaruh terhadap

distribusi pendapatan.

4. Diduga bahwa penguasaan lahan, tenaga kerja, biaya saprodi, dan produksi pertanian berpengaruh terhadap pendapatan petani jagung.

Usahatani Jagung

Penguasaan Lahan Analisis Distribusi

Penguasaan Lahan Aktivitas Budidaya

Petani Jagung Biaya Usahatani Jagung Penerimaan Usahatani Jagung Analisis Pendapatan Usahatani Jagung

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Usahatani terhadap Pendapatan

Usahatani Jagung Analisis Distribusi Pendapatan TK Biaya Saprodi Produksi

(37)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga kegiatannya tidak hanya mengumpulkan dan menyusun data namun juga menganalisis dan menginterpretasikan arti data tersebut. Metode deskriptif analitik mempunyai ciri bahwa metode ini memusatkan perhatian pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994).

Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survei, yaitu pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka waktu) yang bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar pertanyaan berbentuk kuesioner (Surakhmad, 1994).

3.2. Metode Penentuan Sampel

1. Metode Penentuan Sampel Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan yang merupakan salah satu penghasil jagung. Pengambilan Desa Bandungharjo sebagai lokasi penelitian dilakukan secara studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap satu latar atau satu orang atau satu tempat, yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan berbagai macam sumber data (Ardhana, 2011). Desa Bandungharjo terpilih sebagai lokasi pengambilan sampel penelitian, karena Desa Bandungharjo memiliki luas lahan kering terbesar di Kecamatan toroh yaitu 1.242,07 ha, namun untuk jagung sendiri di Desa Bandungharjo luas panennya terkecil yaitu hanya 133 ha (BPS, 2011). Selain itu, Desa Bandungharjo merupakan salah satu desa di Kecamatan Toroh yang lokasinya dekat dengan hutan yang produktivitasnya dinilai sudah mulai menurun serta hasilnya hanya dapat dipanen secara tahunan, sehingga usahatani jagung dapat

24 25

(38)

commit to user

digunakan sebagai sumber daya alternatif yang sesuai dengan keadaan geografis dan jenis lahan lokasi tersebut. Alasan yang lain yaitu sehubungan dengan akan dibangunnya bendungan untuk membendung Sungai Glugu di Desa Bandungharjo yang setiap musim penghujan air dari sungai tersebut meluap dan membanjiri beberapa daerah di Grobogan dan Purwodadi. Dengan demikian, maka penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dampak ekonominya, dalam hal ini khususnya untuk usahatani jagung.

2. Metode Pengambilan Sampel Responden

Pengambilan responden diperlukan untuk mempermudah penelitian. Pengambilan sampel petani jagung menggunakan metode snowball sampling, yaitu pengambilan sampel secara tidak acak bilamana peneliti mengumpulkan data yang berupa informasi dari informan (responden) dalam suatu lokasi (populasi), tetapi peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Untuk itu informasinya diperoleh dengan secara langsung datang ke lokasi penelitian dan bertanya mengenai informasi yang diperlukan kepada siapapun yang pertama dijumpai. Dari informan yang pertama tersebut bisa menemukan informan yang kedua yang bisa dijadikan sampel. Selanjutnya dari sampel atau informan kedua tersebut dapat diketahui sampel lainnya, begitu seterusnya (Sutopo, 2002). Dalam penelitian ini mengambil sampel rumah tangga petani jagung di Desa Bandungharjo sebagai unit analisis.

Menurut Singarimbun dan Sofian (1995), data yang dianalisis harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 orang petani jagung.

(39)

commit to user

27

Gambar 3.1. Bagan Pengambilan Sampel

Desa Dimoro Desa Genengadal Desa Sindurejo Desa Bandungharjo Desa Genengsari Desa Kenteng Desa Ngrandah Desa Tunggak Desa Boloh Desa Plosoharjo Desa Tambirejo Desa Depok Desa Krangganharjo Desa Sugihan Desa Pilangpayung Desa Katong Kecamatan Toroh 60 Petani Jagung 2 7

(40)

commit to user 3.3. Jenis dan Sumber data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani yang mengusahakan jagung maupun pihak lain yang berhubungan dengan usahatani jagung. Misalnya data mengenai hasil produksi jagung, faktor produksi yang digunakan, biaya, penerimaan, serta proses produksi yang dilakukan. Data ini diperoleh melalui wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan terhadap laporan maupun dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian, yaitu Kantor Kecamatan Toroh, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Grobogan, Bappeda Kabupaten Grobogan, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan. 3.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya. Pendekatan observasi baik digunakan untuk mengamati suatu proses, kondisi, kejadian-kejadian atau perilaku manusia (Hartono, 2007).

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden (Singarimbun dan Sofian, 1995). Teknik ini dilakukan untuk pengumpulan data primer berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

3. Pencatatan (Analisis Data Sekunder)

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian, yaitu dengan mencatat data yang telah ada pada instansi atau lembaga terkait dengan penelitian

(41)

commit to user 3.5. Asumsi-asumsi

1. Petani bersifat rasional untuk memperoleh pendapatan setinggi-tingginya.

2. Kondisi daerah penelitian yang meliputi jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, curah hujan dan topografi dianggap berpengaruh normal terhadap proses usahatani serta tidak ada serangan hama dan penyakit.

3. Ketidakpastian dan perubahan teknologi ditiadakan dalam penelitian. 4. Harga sarana produksi maupun hasil produksi dihitung berdasarkan

harga setempat yang berlaku pada saat penelitian dan dianggap konstan. 5. Seluruh hasil panen dianggap terjual.

3.6. Pembatasan Masalah

1. Lahan pertanian yang dimaksud adalah lahan yang mengusahakan jagung.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada usahatani jagung yang diusahakan secara monokultur pada musim tanam periode Juni 2011 – September 2011.

3. Petani yang menjadi sampel adalah petani jagung.

4. Pendapatan petani yang dimaksud adalah pendapatan petani yang berasal dari usahatani jagung.

3.7. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Pendapatan petani adalah pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani jagung. Pendapatan tersebut diperoleh dari pengurangan penerimaan yang dihasilkan dari penjualan hasil produksi jagung dengan seluruh biaya selama proses produksi dan dinyatakan dalam Rupiah. 2. Penerimaan yang dimaksud adalah keseluruhan hasil penjualan produksi

jagung yang diterima oleh petani dan dinyatakan dalam Rupiah.

3. Biaya yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan petani, meliputi biaya benih, pupuk, pengolahan, pajak, tenaga kerja luar, dan biaya panen yang dinyatakan dalam Rupiah.

4. Biaya saprodi yaitu biaya yang dikeluarkan petani untuk biaya benih, biaya pupuk urea, biaya pupuk SP-36 dan biaya pupuk Phonska.

(42)

commit to user

5. Lahan pertanian adalah lahan yang digunakan untuk mengusahakan jagung, dinyatakan dalam Ha.

6. Status penguasaan lahan pertanian adalah lahan yang dikelola oleh petani jagung baik berdasar hak milik sendiri ataupun hak mengusahakan (sewa atau bagi hasil).

7. Petani jagung yang dimaksud terdiri dari :

a. Petani pemilik penggarap, adalah petani yang memiliki lahan pertanian dan yang mengelolanya sendiri.

b. Petani penyewa, adalah petani yang mengelola lahan pertanian dengan cara menguasai lahan pertanian milik orang lain dengan memberikan kompensasi berupa uang sewa kepada pemilik.

c. Petani penyakap adalah petani yang menguasai lahan pertanian milik orang lain dengan cara menggarap lahan tersebut kemudian hasil dari lahan tersebut dibagi dengan pemilik sesuai kesepakatan.

8. Distribusi penguasaan lahan adalah proporsi penguasaan lahan pertanian pada kelompok petani dari total lahan yang dinyatakan dalam persentase. 9. Distribusi pendapatan adalah proporsi pendapatan yang diterima oleh kelompok petani dari hasil total pendapatan yang diterima dan dinyatakan dalam persentase.

3.8. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengolah data primer yang diperoleh, menganalisis pendapatan usahatani berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani, menganalisis distribusi penguasaan lahan dan distribusi pendapatan usahatani , serta menganalisis hubungan antara pendapatan usahatani jagung dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya.

1. Analisis Pendapatan Usahatani

Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam

Gambar

Tabel 5.8.   Rata-rata  Penerimaan  Total  Usahatani  Jagung  di  Desa  Bandungharjo, Kecamatan Toroh,  Kabupaten Grobogan  ........
Tabel 1.1.  Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung Kabupaten Grobogan  Tahun 2010
Tabel 1.2. Luas Lahan Kering Kecamatan Toroh Tahun 2010
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu  Nama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pemahaman yang sudah didapatkan oleh murid tentang tasamuh selanjutnya murid sendiri yang harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi

Dengan pola jalan seperti itu, paling tidak terdapat tiga keuntungan yang diharapkan, yang pertama, perkembangan kota dan perumahan akan berkembang merata tidak hanya di satu

pekerja.Postur kerja tidak alamiah misalnya postur kerja yang selalu berdiri, jongkok, dan membungkuk, dalam waktu lama yang menyebabkan ketidaknyamanan dan

darah yang bersirkulasi, jaringan limfoid, darah yang bersirkulasi, jaringan limfoid, serta organ-organ yang merespon.. serta organ-organ yang merespon material

Pada kegiatan inti konselor mengawalinya dengan stimulant cerita pendek yang berhubungan dengan indikator atau dengan membayangkan pada situasi tes yaitu

Terdapat empat tahapan pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Trianto, 2010) yaitu 1) tahap penomoran ( numbering ), pada tahap ini setiap siswa diberikan nomor

Berdasarkan definisi diatas dan dikaitkan dengan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa tanggapan yaitu kesan yang muncul dalam ingatan yakni setuju atau

Hasil penelitian menunjukan: (1)mengetahui kondisi faktual sekolah dasar yang akan dilakukan sebagai subjek penelitian; (2) pengembangan media berupa media audio visual