• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN DOMINAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DI PESISIR PANTAI PAYUM KABUPATEN MERAUKE ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BEBERAPA ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN DOMINAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DI PESISIR PANTAI PAYUM KABUPATEN MERAUKE ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Agricola, Vol 5 (1), Maret 2015, 9-20 p-ISSN : 2088 - 1673., e-ISSN 2354-7731

9

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN DOMINAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN

DI PESISIR PANTAI PAYUM KABUPATEN MERAUKE

Norce Mote1) dan Rosa D.Pangaribuan1)

1)Surel : motenorce_unimer@yahoo.co.id

1,1)Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FAPERTA UNMUS

ABSTRACT

Coastal areas are particularly vulnerable to environmental degradation, in the other hand this area is rich in fishery resources, like fish, crustaceans and molluscs. This study aims to assess aspects of biology reproduction of fish at coastal area of Payumb, such as sex ratio, an index of gonad maturity, the maturity level of gonads, fecundity and spawning type. The study was conducted over three months start of September to November 2014 at the coast Payum. Sampling was conducted at three stations, there are Muara Kali Lepro, Awaba and Bandiamo and using drag nets and gill nets with mesh size 1, 11/2 and 2 inches as a fishing gear. The sex ratio of Mugilidae are not balance, the value of IKG and TKG are vary each month.

Keywords: Payum, Mugilidae, Reproduction

PENDAHULUAN

Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Seacara fisiologi didefenisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga ke arah daratan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut, dengan lebar yang ditentukan oleh kelandaian pantai dan dasar laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas dan kadang materinya berupa kerikil. Karena merupakan area peralihan, maka area memiliki potensi sumber daya hayati yang cukup tinggi. Akan tetapi area ini sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan yang akan berdampak pada sumber daya hayati tersebut.

Kabupaten Merauke memiliki potensi sumber daya perikanan darat dan laut laut cukup tinggi, total produksi ikan untuk konsumsi lokal menurut jenis sebanyak 7.409.324 kg. Khusus perairan laut menyediakan potensi yang besar yaitu 6.541.723 kg, tersebar di 20 distrik dan salah satunya di perairan Payumb Distrik Merauke (BPS Kab. Merauke, 2012). Seperti halnya wilayah pesisir lainnya di Indonesia, masyarakat Payumb memanfaatkan area ini sebagai area penangkapan ikan.

Sumber daya perikanan yang terdapat di perairan pesisir masih belum dimanfaatkan secara optimal dan seimbang bagi lingkungan. Masyarakat atau nelayan setempat hanya mengambil sumberdaya perikanan tanpa mengetahui akibat dari eksploitasi yang tidak memperhatikan aspek kelestarian, sehingga dapat menyebabkan penurunan populasi.

(2)

10

Penurunan populasi yang terus-menerus akan menyebabkan kepunahan spesies. Kepunahan spesies akan berujung pada terganggunya keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, agar sumber daya ikan dapat tetap lestari dan keseimbangan ekosistem tetap terjaga maka diperlukan suatu pengelolaan. Informasi tentang ikan di pesisr Payumb belum tersedia. Kenyataan ini memperkuat untuk semakin perlunya suatu kajian aspek reproduksi ikan-ikan di perairan pesisir Payumb.

Dengan mempelajari aspek reproduksi ikan di perairan pesisir Payumb, beberapa informasi penting akan diperoleh, diantaranya adalah fekunditas yang berhubungan dengan rekrutmen, perkembangan gonad, ukuran pertama kali matang gonad, waktu pemijahan, dan tipe pemijahan. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar Pengelolaan sumber daya ikan di perairan pesisir Payum agar tetap lestari. Beberapa aspek inilah yang menjadi tujuan penelitian.

METODODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dari Juli 2014 hingga Oktober 2014 di perairan pesisir pantai Payum dan Laboratorium MSP UNMUS.

(3)

11

Bahan dan Alat Penelitian

Dilakukan pengamatan pada semua ikan yang tertangkap dan beberapa parameter fisik dan kimiawi perairan (warna, kecerahan, kedalaman, suhu, dan salinitas). Selain beberapa hal diatas, digunakan juga formalin 10% untuk mengawetkan ikan, formalin 4% untuk mengawetkan gonad serta alkohol 70% untuk pengawetan di laboratorium.

Alat yang akan digunakan adalah, jaring insang dengan panjang 20 m, tinggi 2 m dan ukuran mata jaring masing-masing 1”,1 ½ “, 2”, alat bedah, mistar 40 cm, timbangan digital dengan ketelitian 0,01 dan 0,0001 gram.

Metode Pengambilan Contoh

Sampel ikan yang tertangkap di setiap stasiun disimpan pada kantung plastik yang berisi formalin berkonsentrasi 10%. Setiap kantung plastik diberi label berisi keterangan mengenai nomor stasiun dan tanggal koleksi.

Pengukuran parameter lingkungan fisik, dan kimiawi dilakukan secara in situ

bersamaan dengan pengambilan ikan contoh.

Analisis Laboratorium

Ikan dipisahkan sesuai jenis dan kelaminnya. Jenis ikan diidentifikasi mengacu pada Allen et al. (1992), Allen et al. (2000), dan Kottelat et al. (1993). Jenis kelamin ditentukan menurut ciri seksual sekunder ikan, namun jika tidak dapat akan ditentukan menurut ciri seksual primer. Setiap ikan contoh lalu akan diukur panjang total dan bakunya menggunakan papan pengukur berketelitian1mm dan ditimbang bobot tubuhnya menggunakan timbangan berketelitian 0,01 gram. Selanjutnya, ikan akan dibedah untuk mengeluarkan gonad. Penentuan tingkat kematangan gonad dilakukan melalui pengamatan morfologis gonad (Tabel 1). Untuk beberapa jenis ikan yang tertangkap dalam jumlah yang banyak, pengamatan histologis gonad juga akan dilakukan.

(4)

12

Tabel 1. Penentuan TKG ikan secara morfologi berdasarkan modifikasi Cassie dalam

(Effendie 1979)

TKG Morfologi Gonad Jantan Morfologi Gonad Betina

I Testes seperti benang, lebih pendek dan terlihat ujungnya di rongga tubuh. Warna jernih.

Ovari seperti benang, panjang sampai ke depan rongga tubuh. Warna jernih. Permukaan licin.

II Ukuran testes lebih besar. Pewarnaan putih susu. Bentuk lebih jelas dari TKG I

Ukuran ovari lebih besar. Pewarnaan gelap kekuning-kuningan. Telur belum terlihat jelas dengan mata.

III Permukaan testes nampak bergerigi. Warna makin putih, testes makin besar dan dalam keadaan diawetkan mudah putus.

Ovari bewarna kuning. Secara morfologi telur sudah kelihatan butirnya dengan mata.

IV Seperti TKG III tampak lebih jelas. Testes makin pejal.

Ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, mengisi ½-⅔ rongga tubuh. Usus terdesak.

V Testes bagian belakang kempis dan di bagian dekat pelepasan masih berisi

Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan. Banyak telur seperti pada tingkat II.

Gonad ditimbang dengan timbangan berketelitian 0,0001 gram. Bobot gonad (Bg)

kemudian dibandingkan dengan bobot tubuh ikan (Bt) untuk mengetahui nilai Indeks

Kematangan Gonad (IKG) dengan persamaan berikut (Effendie 1979): IKG = Bg

BtX 100

Keterangan : IKG = Indeks Kematangan Gonad Bg = Bobot gonad (gram)

Bt = Bobot tubuh ikan contoh (gram)

Ikan betina yang telah mencapai tingkat kematangan gonad IV kemudian dihitung fekunditasnya. Penentuan fekunditas total dilakukan dengan cara gravimetrik. Gonad contoh ditimbang, kemudian dihitung jumlah telur yang ada pada gonad contoh tersebut (Effendie 1979). Persamaan yang digunakan untuk menghitung fekunditas tersebut adalah:

F = WGWgX f

Keterangan F : Fekunditas total (butir) Wg : Bobot sub ovarium WG : Bobot ovarium

(5)

13

Selain dihitung, oosit ikan TKG III dan IV juga diukur diameternya. Oosit diambil dari bagian anterior, tengah dan posterior masing-masing 100 butir. Masing-masing oosit diletakkan di atas gelas objek. Selanjutnya diamati dengan metode penyapuan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler yang sebelumnya sudah ditera dengan mikrometer obyektif.

Analisis Data a. Nisbah kelamin

Nisbah kelamin ini dihitung melalui persamaan: X = J : B

Keterangan: X: Nisbah kelamin

J : Jumlah ikan jantan (ekor) B : Jumlah ikan betina (ekor)

Selanjutnya untuk melihat apakah jumlah ikan jantan dan betina seimbang dilakukan pengujian menggunakan uji khi-kuadrat (X2). Pengujian dilakukan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

X2: Nilai khi kuadrat

Oi : Frekuensi ikan jantan atau betina yang dihadapi

Ei : Frekuensi harapan ikan jantan atau betina (1:1)

b. Waktu dan lokasi pemijahan

Waktu dan lokasi pemijahan diduga melalui nilai IKG dan persentase TKG ikan yang ditangkap selama penelitian. Waktu puncak pemijahan adalah bulan ketika IKG berada pada nilai yang terbesar dan didukung dengan paling banyak ditemukannya ikan yang telah matang gonad (TKG III dan IV); sedangkan lokasi pemijahan adalah tempat dimana ikan yangmatang gonad paling banyak ditangkap.

c. Ukuran pertama kali matang gonad

Analisis terhadap ukuran ikan pertama kali matang gonad mengacu pada metode Sperman Karber (Udupa 1986). Kriteria matang gonad adalah pada TKG III dan IV. Adapun rumusnya sebagai berikut:

(6)

14

𝐿𝑜𝑔𝑀 = 𝑋𝑘+𝑋

2− (𝑋 ∑ Pi)

Keterangan:

M : Logarima panjang ikan pada kematangan gonad pertama

Xk : Logaritma nilai tengah pada saat ikan matang gonad 100%

X : Selisih logaritma nilai tengah kelas Pi : ri/ni

ri : jumlah ikan matang gonad pada kelas ke-i ni : jumlah ikan pada kelas ke-i

Qi : i-pi (simpangan baku) Ragam = 𝑋2∑[𝑝𝑖∗𝑞𝑖

𝑁−1]

Pada selang kepercayaan 95% yaitu 𝑚 ± 𝑍𝑎/2√𝑟𝑎𝑔𝑎𝑚

d. Fekunditas

Fekunditas akan menggambarkan potensi reproduksi ikan. Hubungan fekunditas dan panjang tubuh mengikuti persamaan berikut (Bagenel 1978):

F=aLb

Keterangan: F : Fekunditas (butir) L : Panjang total ikan (mm) a dan b : Konstanta

e. Potensi biotik dan Tipe pemijahan

Potensi biotik akan diduga berdasarkan fekunditas yang diperoleh selama penelitian. Potensi biotik akan menggambarkan seberapa besar suatu induk ikan akan menghasilkan keturunan dan mempertahankan kelestarian spesiesnya dibandingkan dengan spesies lain yang berada pada lokasi dan waktu yang sama. Tipe pemijahan akan diduga berdasarkan jumlah modus yang diperoleh pada distribusi sebaran diameter telur. Tipe pemijahan akan menggambarkan strategi suatu spesies ikan dalam mengeluarkan telurnya.

(7)

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Perairan

Kondisi lingkungan perairan diamati dengan mengukur beberapa parameter lingkungan perairan seperti parameter fisik (suhu, kedalaman, kecerahan, warna perairan) dan parameter kimia berupa salinitas dan pH. Hasil pengukuran parameter lingkungan perairan selama dua bulan disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Kondisi umum perairan pesisir Payumb

Parameter Satuan Stasiun Pengamatan

Kali lepro Awaba Bandiamo

Parameter fisik Suhu 0C 27,5-31,5 27-31 26,5-31 Kedalaman cm 70-90 120-160 90-120 kecerahan cm 20-25 17-30 17-25 Warna perairan hijau kecoklatan kuning kecoklatan kuning kecoklatan Parameter Kimia Salinitas Ppm 19-22 20-32 20-30 pH unit 7,1-8 7-8 7,1-7,7

B. Komposisi Tangkapan Ikan

Jumlah ikan yang tertangkap selama 3 bulan adalah 173 ekor yang terdiri dari 13 jenis ikan. Jenis ikan yang paling dominan adalah ikan belanak dan selanjutnya akan dianalisis aspekreproduksinya.

C. Aspek Reproduksi Ikan Belanak(Mugil dussumieri) 1.1.Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin antara ikan belanak jantan dan ikan belanak betina yaitu sebesar 64,16 % : 35, 84 % atau 1 : 0,56 (Tabel 3). Kondisi ideal disuatu perairan seharusnya memiliki nisbah kelamin seimbang yaitu 1:1 sehingga kelangsungan hidup suatu populasi dapat stabil(Purwanto et al 1986 in Affandi et al. 2007).Namun yang terjadi pada ikan belanak adalah ketidakseimbangan antara ikan ikan jantan dan betina, hal demikian dapat terjadi karena beberapa faktor yang dapt mempengaruhi diantaranya yaitu tingkah laku bergerombol dari beberapa ikan jantan dan betina, mortalitas dan pertumbuhan.

(8)

16 Tabel 3. Nisbah kelamin ikan Betina dan Jantan

Jumlah(ekor) Proporsi(%)

Jantan 111 64.16

Betina 62 35.84

Jumlah 173 100

1.2.Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Grafik TKG ikan belanak disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan waktu penelitian tergambarkan bahwa rata-rata ikan yang tertangkap memiliki TKG I dan TKG II, dan terbanyak diperoleh yaitu TKG I jantan maupun betina yang diperoleh pada bulan November. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada bulan September, Oktober dan November bukan waktu pemijahan ikan belanak.

Gambar 1. Tingkat kematangan gonad ikan belanak jantan (a) dan betina (b) berdasarkan waktu pengamatan 0 20 40 60 80 100 120

September Oktober November

Pr e sen tase Bulan TKG II TKG I 0 20 40 60 80 100 120

September Oktober November

TKG II TKG I

a

(9)

17 1.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Indeks kematangan gonad ikan belanak jantan dan betina berfluktuasi setiap bulannya (Tabel 4). IKG pada ikan jantan lebih besar daripada ikan betina. Pada ikan jantan IKG berkisar antara 0,01-1,55 % sedangkan pada ikan betina berkisar antara 0,01-1,34 %. Nilai IKG terbesar terdapat pada bulan Oktober (Jantan 0,39 % dan betina 0,31%).

Tabel 4. Indeks kematangan gonad ikan belanak selama waktu penelitian

Bulan Jantan Betina

N (ekor) Kisaran Rata-rata Sb N (ekor) Kisaran Rata-rata Sb September 44 0,01-2,03 0,19 0,34 23 0,01-0,23 0,13 0,08 Oktober 33 0,03-1,55 0,39 0,46 16 0,05-1,34 0,25 0,31 November 34 0,04-1,43 0,34 0,41 23 0,08-0,30 0,22 0,08

KESIMPULAN

Selama penelitian, diperoleh 173 ekor ikan yang terdiri atas 98 jenis ikan. Nisbah kelamin ikan belanak tidak seimbang. Nilai TKG dan IKG bervariasi setiap bulan. Pola pertumbuhan ikan belanak bersifat allometrik negatif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapan terimakasih kepada UNMUS karena diberikan kesempatan untuk memanfaatkan dana DIPA untuk penelitian ini, selain itu ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Kaitanus (Nelayan), Maria Kangganam dan Marta Welistin Katukdoan (mahasiswai MSP) yang setia menemani penulis di lapangan dan di Laboratorium.

(10)

18

DAFTAR PUSTAKA

Allen GR. 1992. Field guide to the freshwater fishes of New Guinea. Publication no. 9, Christensen Research Institute, Madang, Papua, New Guinea, 268pp.

Allen GR,Hortle KG, Renyaan SJ. 2000. Freshwater fishes of the Timika region New Guinea. PT. Freeport Indonesia. Timika. 176 hal.

Andamari R. 2005. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus) di Perairan Sulawesi dan Maluku. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 11(7) : 7-12 Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke. 2013. Merauke dalam angka 2013. CV. Sekar

Wangi. Merauke. 372 hal.

Bal DV&Rao KV. 1984. Marine Fisheries. Tata McGraw Hill Publishing Company United. New Delhi.

Bagenal TB. 1978. Aspect of fish fecundity in: Gerking SD (Ed.) Ecology offreshwater fish production. Oxford: Blackwell Scientific Publications: 75-101.

Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.

Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Ed rev. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Ernawati Y. 2002. Pengaruh Dosis dan Frekwensi Implan a-LHRH atau 17α-MT Terhadap

Pematangan Gonad dan Kualitas Telur Ikan Jambal Siam (Pangasius hypopthalmus).

Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 9(1): 13-17.

Froese R. 2006. Cube law, condition factor and weight length relationship: history, meta-analysis and recommendations. Journal of Applied Ichthyology22: 241-253.

Hukom FD, Affandi R, Silalahi S, &Angelika I. 2006. Fekunditas dan Pola Perkembangan Gonad Ikan Tajuk Emas, Pristipomoides multidens, Day 1871 di Perairan Palabuhan Ratu, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia 6(1): 67-74.

Kartamihardja ES. 1996. Structure of Fish Community and Reproductive Biology of Three Indigenous Species of Cyprinids in Kedungombo Reservoir. Indonesian Fisheries Research Journal 2(1): 10-18.

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN & Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Singapore: Periplus Edition. 291pp + 84 plates. Lagler KF, Badrach JE, Miller R, & Passino DRM. 1977. Ichthyology. John Willey and Sons

(11)

19

Lamidi, Asmanelli, & Dalviah. 1996. Pengaruh Penambahan Vitamin E pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kematangan Gonad Ikan Beronang, Siganus canaliculatus.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 2(4): 23-29.

LeCren ED. 1951. The length weight relationship and seasonal cycle in gonadal weightand condition in Perch Perca fluviatilis. Journal of Animal Ecology20: 201-209.

Makmur S, &Prasetyo D. 2006. Kebiasaan Makan, Tingkat Kematangan Gonad, dan Fekunditas Ikan Haruan (Channa striata Bloch) di Suaka Perikanan Sungai Sambujur DAS Barito Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia

13(1): 27-31.

Makmur S. 2003. Biologi Reproduksi, Makanan, dan Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata Bloch) di Daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mote N, Rahardjo MF & Affandi R. 2014. Biologi reproduksi ikan brek (Barbonymus balleroidesCuvier &Val. 1842) di sungai Serayu zona atas dan bawah waduk Panglima Besar Soedirman, Jawa Tengah. Jurnal Iktiologi Indonesia, 14(2). In press.

Mote N. 2014. Biologi Reproduksi Ikan Brek (barbonymus balleroides Cuvier & Val. 1842) di Sungai Serayu Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Sekolah pascasarjana. Intitut Pertanian Bogor

Moyle PB, & Cech Jr. 2004. Fishes an Introduction to Ichthyology. Ed ke-5. University of California, Davis.

Nikolsky GV. 1963. The Ecology of Fishes. Birkett, L., penerjemah. Academic Press. London Royce WF. 1972. Introduction to the Fishery Science. Academic Press. New York.

Satyani D. 2003. Pengaruh Umur Induk Ikan Cupang (Betta splenden Regan) dan Jenis Pakan Terhadap Fekunditas dan Produksi Larvanya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia

9(4): 13-18.

Setyadi G, Kailola P, Rahayu DL, Kastoro WW, Dwiono SAP, Haris A. 2002. Biota akuatik di perairan Mimika Papua. PT. Freeport Indonesia. Timika. 60 hal.

Sulistiono, Kurniati TH, Riani E, &Watanabe S. 2001. Kematangan Gonad Beberapa Jenis Ikan Buntal (Tetraodon lunaris, T. fluviatilis, T. reticularis) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia 1(2): 25-30.

Sulistiono, Purnamawati E, Ekosafitri KH, Affandi R, &Sjafei DJ. 2006. Kematangan Gonad dan Kebiasaan Makanan Ikan Janjan Bersisik (Parapocryptes Sp) di Perairan Ujung

(12)

20

Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 13(2): 97-105.

Tampubolon RV, Sukimin S, & Rahardjo MF. 2002. Aspek Biologi Reproduksi dan Pertumbuhan Ikan Lemuru (Sardinella longiceps C.V.) di Perairan Teluk Sibolga.

Jurnal Iktiologi Indonesia 2(1): 1-7.

Tang UM, Affandi R. 2000. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru

Tjakrawidjaja AH. 2006. Dimorfisme Seksual dan Nisbah Kelamin Ikan Arwana (Scleropages spp.). Jurnal Iktiologi Indonesia 6(2): 79-84.

Udupa KS. 1986. Statistical method of estimating the size maturity in fishes. Fishbyte 4(2): 8-10.

Yusuf K, Eidman HM, Affandi R, & Purba M. 2001. Pengaruh Posisi Matahari dan Fase Bulan terhadap Pemijahan Ikan Giru (Amphiprion percula Lac.) di Perairan Pulau Bone Batang Propinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 8(2): 63-71.

Gambar

Tabel 2. Kondisi umum perairan  pesisir Payumb
Gambar 1. Tingkat kematangan gonad ikan belanak jantan (a) dan betina (b) berdasarkan  waktu pengamatan 020406080100120
Tabel 4. Indeks kematangan gonad ikan belanak selama waktu penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan kuasa kepada setiap dokter, rumah sakit, klinik, Puskesmas, perusahaan asuransi atau organisasi lain, lembaga/badan hukum atau perorangan yang memiliki catatan

Hal ini senada dengan pendapat Gulo (2002: 111) yang menyatakan metode problem solving adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan

In this chapter, we described how digital processing is used to capture rich media components in the handset (voice, image, and video), to preprocess, compress, and multiplex

pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya yang dilakukan dengan pelelangan umum dan pelelangan sederhana;.. BAB

Secara umun dalam pembelajaran model inisiswa melakukan beberapa hal antara lain (1) siswamempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk me-laksanakan percobaan, (2) siswa

Pada tahap ini perusahaan membuat produknya dalam jumlah yang terbatas dan memasarkan produk tersebut pada pasar yang terbatas pula. Sasaran pokok pada pengujian

Kalimat efektif yang tepat untuk memperbaiki kalimat tidak efektif pada paragraf tersebut adalah..a. kelompok kami merupakan kelompok yang

Belajar menurut Gagne dalam buku Dahar (2006: 2), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilaku sebagai akibat