ii
SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2015
ISBN: 978-602-1108-46-8
EDITOR
Leonard
Tatan Zenal Mutakin
Huri Suhendri
Hasbullah
Nurhayati
M. Tohimin
Yoga Budi Bhakti
Fatwa Patimah Nursa’adah
Eva Yuni Rahmawati
REVIEWER
Prof. Dr. Sumaryoto
Dr. Supardi U.S., M.M., M.Pd.
Dr. Suparman I.A., M.Sc.
Diterbitkan oleh UNINDRA Press
Jl. Nangka No. 58c Tanjung Barat Jakarta Selatan 12530, Telp. (021) 78835283
Anggota IKAPI
Cetakan Pertama, Agustus 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang pada Penulis. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pusat Kajian Pembelajaran Matematika
Program Studi Pendidikan Matematika
iii
Daftar Isi
iii
PEMAKALAH PARALEL
1.
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Kemandirian Belajar
Terhadap Hasil Belajar Matematika
Alin Nurmeilisa & Lin Mas Eva
–
Universitas Indraprasta PGRI 1-42.
Peran Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Mengkonstruksi Bukti
Matematis
Andri Suryana
–
Universitas Indraprasta PGRI 5-93.
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
(TSTS) dan Kreatifitas Belajar Matematika Siswa Terhadap Hasil
Belajar Matematika
Anggi Rosanti
–
Universitas Indraprasta PGRI 10-174.
Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Generik Sains
Anik Pujiati & Novrita Mulya Rosa
–
Universitas Indraprasta PGRI 18-245.
Pengaruh Konsep Diri dan Kreatifitas Belajar Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Matematika
Annisa Arrofah & Yuan Andinny
–
Universitas Indraprasta PGRI 25-286.
Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Akselerasi Tingkat
SD
Annisa Khuzaimah & Leonard
–
Universitas Indraprasta PGRI 29-407.
Efektifitas Penggunaan Math Magic Terhadap Hasil Belajar
Matematika
Ari Irawan & Chatarina Febriyanti - Universitas Indraprasta PGRI 41-46
8.
Analisis Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan
Spiritual dan Sikap Peserta Didik pada Pelajaran Matematika
Arif Rahman Hakim - Universitas Indraprasta PGRI 47-54
9.
Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Posing Menggunakan
Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Bakhtiar Kurniawan - Universitas Indraprasta PGRI 55-59
10.
Pengaruh Frekuensi Pemberian Tes Formatif Terhadap Hasil Belajar
(Eksperimen pada Peserta Didik Kelas IV SDN Mekarsari 3)
Desi Kunarti - Universitas Indraprasta PGRI 60-62
11.
Efektifitas Metode Drill Berbantu Modul Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika
Dessy Harsani & Indah Lestari - Universitas Indraprasta PGRI 63-69
12.
Implementasi Pembelajaran Everyone is a Teacher Here dengan
Pendekatan Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika
iv
14.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Division (STAD) dengan Bantuan Matematika Gasing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VIII SMP
Elpius Wetapo, Nerru Pranuta M. & Johannes H. Siregar
–
STKIPSurya 81-87
15.
Pengaruh Adversity Quotient (AQ) dan Kecerdasan Emosional
Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Eni Lestari - Universitas Indraprasta PGRI 88-93
16.
Peningkatan
Kemampuan
Analogi
Matematis
Siswa
SMP
Menggunakan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Epriosan O. Nenobahan, Bobbi Rahman, & Wiwik Wiyanti
–
STKIPSurya 94-99
17.
Pengaruh Strategi Pembelajaran Realistic Mathematic Education
(RME) Terhadap Hasil Belajar Matematika
Febriana Loise Galingging & Roida Eva Flora Siagian - Universitas
Indraprasta PGRI 100-105
18.
Pengaruh Metode Pembelajaran Example Non Example Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa
Fitri Wulandari & Leonard - Universitas Indraprasta PGRI 106-110
19.
Pengaruh Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa
Frengki Simanjuntak & Roida Eva Flora Siagian - Universitas
Indraprasta PGRI 111-115
20.
Peran
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Team
Assested
Individualization untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis Mahasiswa dalam Mata Kuliah Teori Peluang
Georgina Maria Tinungki
–
Universitas Hasanuddin Makassar 116-12121.
Penerapan Model Pembelajaran Assurance, Relevance, Interest,
Assessment, and Satisfaction (ARIAS) Terhadap Hasil Belajar
Matematika Peserta Didik
Hafid Ikhwarizmi & Leny Hartati - Universitas Indraprasta PGRI 122-127
22.
Efektifitas Sistem Penilaian dengan Computer Assist Test (CAT)
Terhadap Kemudahan dan Kenyamanan dalam Melakukan Evaluasi
Kompetensi Peserta Didik
Halleyna Widyasari, Selli Mariko & Purni Munah Hartuti -
Universitas Indraprasta PGRI 128-133
23.
Pembelajaran Bangun Ruang Secara Kooperatif dengan Berbantuan
CABRI 3D untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Sekolah
Menengah Atas
Haryanti & Nerry Pranuta M.
–
Universitas Negeri Semarang &v
25.
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Indang Wulandari & Roida Eva Flora Siagian - UniversitasIndraprasta PGRI 146-151
26.
Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil
Belajar Matematika (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP
At-Taqwa)
Irawan - Universitas Indraprasta PGRI 152-156
27.
Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar
Menggunakan Metode Snowball Throwing dengan Metode Drill
Irma Fazarina & Lasia Agustina - Universitas Indraprasta PGRI 157-159
28.
Peran Total Quality Management (TQM) pada Pendidikan
Matematika untuk Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Jati Pambudi - Universitas Indraprasta PGRI 160-164
29.
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Kiki Valentina Sianipar & Roida Eva Flora Siagian - Universitas
Indraprasta PGRI 165-170
30.
Perbandingan Kompetensi Dasar dan Materi Pokok Kurikulum 2013
Matematika Kelas VII dengan TIMSS Eight-Grade 2011 untuk
Mendukung Pengembangan Soal-soal Matematika Model TIMSS
M. Andy Rudhito & D. Arif Budi Prasetyo–
Universitas SanataDharma 171-178
31.
Pengembangan Desain Pembelajaran Pengenalan Lambang Bilangan
pada Anak Down Syndrome
Marisah Chaidir & Leonard
–
Universitas Indraprasta PGRI 179-18932.
Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan
Generalisasi Matematis Siswa SMP
Maya Dorisna Paut, Bobbi Rahman & Abdul Azis Abdullah
–
STKIPSurya 190-194
33.
Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Berbantuan
Software Geogebra untuk Mengembangkan Kemampuan Koneksi
Matematis Siswa SMA di Kabupaten Tangerang
Muhamad Marjuki & Aan Subhan Pamungkas
–
UniversitasMuhamadiyah Tangerang 195-198
34.
Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika
vi
Natalia & Leonard
–
Universitas Indraprasta PGRI 203-21036.
Pengaruh Penggunaan Media Belajar dan Minat Belajar Terhadap
Hasil Belajar Matematika
Novi Marliani
–
Universitas Indraprasta PGRI 211-21937.
Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Kimia Ditinjau dari Adversity
Quotient dan Minat Belajar
Novrita Mulya Rosa & Fatwa Patim
ah Nursa’adah –
UniversitasIndraprasta PGRI 220-225
38.
Efektifitas Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Script
Terhadap Hasil Belajar Matematika
Nur Aini Fitria & Leonard
–
Universitas Indraprasta PGRI 226-23139.
Pengaruh Metode Pembelajaran Drill Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika
Nurhayati
–
Universitas Indraprasta PGRI 232-23540.
Pengaruh Minat Belajar dan Kecerdasan Numerik Terhadap Prestasi
Belajar Matematika
Nurhayati
–
Universitas Indraprasta PGRI 236-24041.
Pengaruh Efikasi Diri dan Locus of Control Terhadap Prestasi
Belajar Matematika
Paradilah Rosada
–
Universitas Indraprasta PGRI 241-25242.
Peran Konsep Diri, Minat dan Kebiasaan Belajar Peserta Didik
Terhadap Prestasi Belajar Fisika
Purni Munah Hartuti
–
Universitas Indraprasta PGRI 253-25943.
Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Animasi
pada Pokok Bahasan Bangun Ruang
Rizki Iman Dharmiarto & Tatan Zenal Mutakin
–
UniversitasIndraprasta PGRI 260-266
44.
Strategi dan Peningkatan Kualitas Guru Matematika dalam
Menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Siti Istiningsih & Hasbullah
–
Universitas Mataram NTB &Universitas Indraprasta PGRI 267-270
45.
Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa SD Kelas III pada Materi Uang
Siti Khotijah
–
Universitas Indraprasta PGRI 271-27846.
Pengaruh Model Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar
Matematika
Siti Kusriniati
–
Universitas Indraprasta PGRI 279-28347.
Pengaruh Metode Pembelajaran Drill dan Peran Orang Tua
Terhadap Hasil Belajar Matematika
vii
Sri Setyaningsih
–
Universitas Pakuan & Mahasiswa DoktoralUNJ 290-296
49.
Perbedaan Metode Problem Solving dan Metode Problem Posing
Terhadap Hasil Belajar Biologi pada Siswa Kelas IX di SMP Swasta
Bekasi
Subhan Harie
–
Universitas Indraprasta PGRI 297-30250.
Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Problem Posing
(Pengajuan Soal) Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik
Sulistioningsih
–
SMK Farmasi Bhakti Kencana, Bogor 303-30851.
Penerapan Model Tutorial Berbantuan Mathematica untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Matematis
Mahasiswa
Suwarno
–
STKIP Surya 309-31452.
Penggunaan Alat Peraga Matematika Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa
Suwarti
–
Universitas Indraprasta PGRI 315-32053.
Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis dan Berpikir Positif
Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Swisca Yolanda Hotmauli
–
Universitas Indraprasta PGRI 321-32554.
Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Tiya Inggriyani Setiyo & Dian Novitasari
–
UniversitasMuhamadiyah Tangerang 326-329
55.
Pengaruh Metode Cooperative Learning Tipe Two Stay Tro Stray
(TSTS) Terhadap Hasil Belajar Matematika di SMP Negeri 13
Depok
Tumirah
–
Universitas Indraprasta PGRI 330-33456.
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Hasil Belajar Matematika
Vera Rachmawati & Priarti Megawanti
–
Universitas IndraprastaPGRI 335-341
57.
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa dengan
Pembelajaran Eksplorasi
Wihana Ade Putra & Ratu Sarah Fauziah Iskandar
–
UniversitasMuhamadiyah Tangerang 342-345
58.
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization (TAI) Terhadap Hasil Belajar Matematika
Wina Nurpika Sari & M. Tohimin Apriyanto
–
Universitasviii
60.
Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Melalui Pembelajaran Matematika
GASING
Yanti Nenobahan, Sulistiawati & Surya Wijaya
–
STKIP Surya 357-36161.
Pengembangan Penggunaan Komik Tematik dalam Pendidikan
Matematika Sekolah Dasar
Yogi Wiratomo
–
Universitas Indraprasta PGRI 362-36662.
Analisis Dampak Pra Ujian Nasional dan Pemberian Tugas Mandiri
Mata Pelajaran Matematika Terhadap Hasil Ujian Nasional
Matematika
Yuan Andinny & Indah Lestari
–
Universitas Indraprasta PGRI 367-37363.
Pengaruh
Model
Pembelajaran
Problem
Posing
Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Siti Maesaroh & Huri Suhendri
–
Universitas Indraprasta PGRI 374-38064.
Pengaruh Kemampuan Awal dan Kepercayaan Diri Terhadap
Prestasi Belajar Matematika
Diba Puspa Dewi & Witri Lestari
–
Universitas Indraprasta PGRI 381-38865.
Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Intrapersonal
Terhadap Berpikir Kritis Matematika Peserta Didik
Meida Adriyati & Fatwa Patimah Nursa’adah –
UniversitasIndraprasta PGRI 389-394
66.
Pengaruh Percaya Diri dan Kemampuan Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Matematika
Niche Safitri Sunaryo Putri
–
Universitas Indraprasta PGRI 395-39967.
Pengaruh Metode Guided Note Talking (GNT) Terhadap Hasil
Belajar pada Sekolah Menengah Kejuruan Purnama 2 Jakarta
Nita Purnamasari & Roida Eva Flora Siagian
–
UniversitasIndraprasta PGRI 400-408
68.
Penyampaian Materi Matematika Melalui Model Pembelajaran
Realisitic Problem Solving untuk Meningkatkan Keterampilan
Pemecahan Masalah pada Kehidupan Sehari-hari
Rifki Andani, Juliardi Prayoga & Shandy Sartika Sari
–
UniversitasIndraprasta PGRI 409-412
69.
Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe T.A.I. (Team
Assisted Individualization) dengan Pendekatan Problem Posing
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Rizky Amalia & Leonard
–
Universitas Indraprasta PGRI 413-41870.
Pengaruh Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
Terhadap Hasil Belajar Matematika
ix
Indraprasta PGRI 426-432
72.
Penerapan Model Pembelajaran PBL untuk Mengembangkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Asep Sujana
–
Universitas Mathla’ul Anwar Banten
433-43873.
Pengaruh Belajar dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Matematika
Fitrichatun Rochmah
–
Universitas Indraprasta PGRI 439-44574.
Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua dan Fasilitas Belajar Terhadap
Penguasaan Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri
se-Kecamatan Kemayoran
Aulia Masruroh - Universitas Indraprasta PGRI 446-454
75.
Analisis Kesulitan Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran
Matematika Pokok Bahasan Pecahan
Yayah Choiriah
–
Universitas Indraprasta PGRI 455-45876.
Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley Terhadap
Berpikir Kritis Matematis Siswa
Dedy & Roida Eva Flora Siagian
–
Universitas Indraprasta PGRI 459-46377.
Pengembangan Bahan Ajar Matematika Siswa Tuna Grahita Kelas
III SDLB
Destiyana & Huri Suhendri
–
Universitas Indraprasta PGRI 464-47078.
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika
Anisya Fitriyani
–
Universitas Indraprasta PGRI 471-47579.
Pengaruh Metode Kooperatif Tipe Team Game and Tournament
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Citra Ayu Ramadhani
–
Universitas Indraprasta PGRI 476-48180.
Desain Didaktis Materi Pecahan
Jaky Jerson Palpialy
–
SPS UPI Bandung 482-48981.
Kemampuan Mahasiswa Calon Pendidik IKIP PGRI Jember dalam
Merancang
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
Matematika
Berdasarkan Pendekatan Saintifik
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KEMANDIRIAN
BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Alin Nurmeilisa & Lin Mas Eva
alin.meilisa@gmail.com
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indraprasta PGRI
Abstrak: Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisa perbedaan hasil belajar pada model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran jigsaw, perbedaan hasil belajar pada kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah, dan pengaruh interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika pada peserta didik kelas X IPS SMA Malahayati. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasy eksperimen. Sampel diambil sebanyak 60 peserta didik dengan 30 peserta didik kelas eksperimen dan 30 peserta didik kelas kontrol, dan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket kemandirian belajar sebanyak 30 pernyataan dan 30 soal pilihan ganda untuk hasil belajar. Dari penelitian ini ditemukan bahwa: 1) terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran jigsaw 2) terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah 3) tidak terdapat pengaruh antara model pembelajaran inkuiri dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika.
Kata Kunci : Model pembelajaran inkuiri dan jigsaw, Kemandirian belajar dan Hasil belajar matematika.
Abstract: The purpose of this study was to analyze the differences in learning outcomes in inquiry method of learning and jigsaw method of learning, differences in learning outcomes in higher learning independence and self-reliance low learning, and the influence the interaction between the inquiry method of learning and independent learning for mathematics learning outcomes among students of class X IPS SMA Malahayati. The method used in this research is the method quasy experiment. Samples were taken by 60 students to 30 experimental class students and 30 control class students, and sampling techniques using cluster random sampling techniques. The data was collected by questionnaire independent learning are 30 statements and 30 multiple choice questions for the study results. From this research we know taht: 1) there is a difference between the mathematics learning outcomes inquiry learning model and learning model jigsaw 2) there is a difference mathematics learning outcomes between higher learning independence and self-reliance low learning 3) there is no influence between inquiry method of learning and independent learning on learning outcomes of mathematics.
Keywords: inquiry method of learning and jigsaw method of learning, Independence mathematics learning and learning outcomes.
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang bergelut secara intens dengan pendidikan. Itulah sebabnya manusia dijuluki animal educandum dan animal educandus yaitu makhluk yang mendidik dan makhluk yang didik. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. Pendidikan sebagai upaya manusia yang merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar melanjutkan kehidupan dengan cara hidup mereka dalam konteks sosio-budaya. Pendidikan mampu berperan mengantisipasi dan mengatasi persoalan, oleh karena itu pendidikan memegang kedudukan dalam menanggapi tantangan masa depan.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan pada semua jenjang pendidikan, baik sekolah dasar, sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Cornelius (Abdurrahman, 2003) mengatakan bahwa ada banyak alasan tentang perlunya peserta didik belajar matematika, yaitu: 1) merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis; 2) sarana memecahkan masalah kehidupan sehari-hari; 3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; 4) sarana mengembangkan kreativitas; dan 5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Matematika merupakan induknya mata pelajaran lainnya, karena semua mata pelajaran pasti berhubungan dengan matematika.
2
membentuk persepsi negatif dari peserta didik terhadap materi bidang matematika, sehingga banyak peserta didik yang menghindari mata pelajaran matematika. Hal tersebut terjadi karena kemampuan peserta didik dalam memahami konsep pada materi matematika masih kurang. Sehingga dalam proses pembelajaran, peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi-materi matematika.
Hasil belajar maksimal akan diperoleh apabila peserta didik bekerja menurut kecepatan sendiri, terlibat aktif dalam melaksanakan berbagai tugas belajar khusus, dan mengalami keberhasilan dalam belajar. Pembelajar yang benar- benar efektif, peserta didik harus terlibat dalam beberapa aktivitas mengatur diri sendiri (self- regulating activities). Hasil belajar juga dapat diperoleh dengan maksimal apabila menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajarannya.
Dalam proses belajar mengajar, peserta didik dituntut agar dapat belajar mandiri. Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri sebagai pembelajar. Individu yang menerapkan kemandirian belajar akan mengalami perubahan dalam kebiasaan belajar, yaitu cara mengatur dan mengorganisasikan dirinya sedemikian rupa sehingga dapat menentukan tujuan belajar, kebutuhan belajar, dan strategi yang digunakan dalam belajar yang mengarahkan kepada tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.
Selain kemandirian yang menjadi faktor lain dari pengaruh hasil belajar matematika adalah model pembelajaran. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang optimal dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru hendaknya memilih dan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, baik secara mental, fisik maupun sosial. Pada pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan bahan ajar dan perkembangan berpikir peserta didik. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendorong peserta didik berpikir aktif dan meningkatkan pemahaman peserta didik akan pembelajaran matematika adalah model pembelajaran inkuiri.
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pada hakikatnya matematika bukanlah bidang studi yang sulit untuk dikuasai. Hanya saja di butuhkan perhatian dan kemampuan melatih dan membiasakan diri untuk menguasai konsep dasar dengan baik. Karena matematika merupakan bidang studi yang dibangun dari konsep dasar kemudian di kembangkan menjadi bentuk yang lebih kompleks, sehingga peserta didik diarahkan untuk menghafal konsep dasar tanpa memahami dan mengerti konsep tentang materi yang diajarkan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui seberapa besar ”Pengaruh
Model Pembelajaran Inkuiri Dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika”.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu ( quasi eksperiment ). Penelitian dilaksanakan di SMA Malahayati kelas X IPS dengan jumlah sampel sebanyak 60 peserta didik yaitu kelas eksperimen 30 dan kelas control 30 dengan menggunakan cluster random sampling. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, yaitu mulai bulan maret 2015 hingga mei 2015. Penelitian ini merupakan penelitian komparasi dengan desian penelitian ANAVA dua arah. Pada penelitian ini menggunakan eksperimen pada dua kelas dimana kelas pertama menjadi kelas control dan satu lagi kelas eksperimen. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri dan kelas control menggunakan model pembelajaran jigsaw. Kemandirian belajar di kelompokan menjadi dua yaitu kemandirian belajar tinngi dan kemandirian belajar rendah. Setelah penelitian dilakukan kedua kelas diujikan dengan menggunakan instrument tes pilihan ganda serta memberi angket mengenai kemandirian belajar sehingga dapat diketahui nilai kemandirian belajar peserta didik dari kedua kelas. Konstelasi masalah yang akan diteliti dapat tergambar dalam desian penelitian seperti dibawah ini.
Gambar 1. Desain penalitian Kemandirian Belajar
(B)
Model Pembelajaran (A)
Inkuiri (A1) Jigsaw (A2)
Tinggi (B1) A1 B1 A2 B1
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Sumber Varians db JK RJK Fh
Ft
α=0,05 α=0,01
Antar Kolom (Ak) 1 912,60 912,60 13,62 4,00 7,11 Antar Baris (Ab) 1 601,67 601,67 8,98 4,00 7,11 Interaksi (I) 1 194,40 194,40 2,90 4,00 7,11 Antar Kelompok (A) 3 1708,67 569,56 8,50 2,76943 4,151941148
Dalam Kelompok (D) 56 3750,93 66,98 - - -
Total di Reduksi (TR) 59 5459,60 92,54 - - - Rerata/Koreksi ( R) 1 382082,40 382082,40 - - -
Total (T) 60 387542 - - - -
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa:
1. Perbedaan model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika memiliki nilai Fhitung = 13,62 pada taraf signifikan 0,05 adalah 4,00 ( > =13,62 > 4,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran jigsaw.
2. Perbedaan kemandirian balajar terhadap hasil belajar matematika memiliki nilai Fhitung = 8,98 pada taraf signifikan 0,05 adalah 4,00 (ternyata > = 8,98 > 4,00), sehingga dapat
disimpulkam bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara kemandirian tinggi dan kemandirian rendah.
3. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika memiliki nilai Fhitung = 2,90 pada taraf signifikan 0,05 adalah 4,00 ( < =
2,90 < 4,00), sehingga tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika.
Pembahasan
1. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Model Pembelajran Inkuiri Dan Model Pembelajaran Jigsaw.
Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar matematika yang diajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran jigsaw. Hal ini sejalan dengan pendapat Gulo (2002) model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri pada kelompok eksperimen menggambarkan bahwa peserta didik lebih aktif dan terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan Hanafiah & Suhana (2010) yang mengemukakan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar siswa untuk belajar lebih giat lagi. Pembelajaran menggunakan metode inkuiri akan memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas. Hal ini juga terlihat pada proses pembelajaran, peserta didik menjadi lebih berani mengemukakan pendapatnya dengan berebut kesempatan untuk maju mengerjakan soal di papan tulis.
2. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Kemandirian Belajar Tinggi Dan Kemandirian Belajar Rendah.
4
tinggi ialah cara bagaimana peserta didik memecahkan masalah dalam belajar. Tentu saja hal ini akan berbeda jika peserta didik yang tidak memiliki kemandirian belajar yang tinggi. Dan dapat ditarik kesimpulan jika tingkat kemandirian belajar peserta didik akan berpengaruh pada hasil belajar matematika.
3. Pengaruh Interkasi Antara Model Pembelajaran Inkuri Dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa perolehan hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan model pembelajaran inkuiri dan memiliki kemandirian belajar rendah lebih baik daripada peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajaran jigsaw dan memiliki kemandirian belajar tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan model pembelajaran inkuiri dan memiliki kemandirian beajar rendah lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar matematika yang diajarkan model pembelajaran jigsaw dan memiliki kemandirian tinggi. Beberapa kemungkinan yang menyebabkan tidak adanya interaksi model pembelajaran inkuiri dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika, diantaranya peserta didik masih mengalami kesulitan belajar dalam proses pembelajaran ataupun kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, baik peserta didik maupun peneliti belum terjadi kerjasama yang berarti yang mendukung penelitian.
PENUTUP Simpulan
1. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas X IPS SMA Malahayati yang menggunakan model inkuiri dan model pembelajaran jigsaw.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas X SMA Malahayati antara kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah.
3. Tidak terdapat interaksi anatara model pembelajaran inkuiri dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika pada peserta didik kelas X IPS SMA Malahayati
Saran
1. Hendaknya pengajar menentukan model pembelajaran yang tepat dalam mengajar guna meningkatkan keberhasilan pembelajaran atau meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Model pembelajaran yang dilakukan bermacam-macam, pemilihan model pembelajaran dapat dilakukan dengan melihat kondisi dari peserta didik dan materi yang dipelajari.
2. Tidak hanya terpaku pada model pembelajaran, keberhasilan belajar matematika dapat dipengaruhi oleh kemandirian belajar pada peserta didik. Oleh karena itu orang tua dan guru di sekolah lebih sering memberikan kebebasan untuk menyerap pengetahuan dan memancing peserta didik agar memiliki kemandirian belajar terhadap pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Widiastuti. 2010. Perilaku belajar ditinjau dari dukungan dan kemandirian pada belajar siswa SLTP Santoso Yoseph Denpasar. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak jauh, 10 (2): 61-81.
Carl Friedrich Gauss,hhttp://id.wikipedia.org/wiki/matematika, (21/04/2014:5).
Desy Kartika Putri, http://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-pembelajaran-jigsaw/ (2/01/2013).
5
Peran Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Mengkonstruksi Bukti Matematis
Andri Suryana
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
andri_16061983@yahoo.com
Abstrak. Dalam pembelajaran matematika tidak lepas dari belajar pembuktian. Hal ini dikarenakan matematika merupakan ilmu yang menggunakan penalaran deduktif aksiomatis sehingga bukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam matematika. Namun dalam mengkonstruksi bukti, ternyata sangat sulit. Oleh karena itu, dibutuhkan ide-ide kreatif dalam mengkonstruksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemampuan mengkonstruksi bukti matematis, serta peran kemampuan berpikir kreatif dalam mengkonstruksi bukti matematis. Adapun subjek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika di salah satu PTS di Jakarta Timur yang mengontrak mata kuliah Statistika Matematika 2. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemampuan mengkonstruksi bukti matematis. Selain itu, kemampuan berpikir kreatif ternyata berperan penting dalam mengkonstruksi bukti matematis, yaitu dalam menentukan jenis pembuktian yang akan dikonstruksi, mengawali pengkonstruksian bukti, merinci proses pembuktian, serta membuat keterkaitan antara fakta dengan unsur dari konklusi yang hendak dibuktikan.
Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, Kemampuan Mengkonstruksi Bukti Matematis
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu yang menggunakan penalaran deduktif aksiomatis, sehingga bukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam matematika. Namun, jastifikasi atau pembuktian merupakan proses bermatematika yang dipandang sulit (Suryadi, 2007). Hal senada juga diungkapkan oleh Petocz & Smith (2007) dalam studinya bahwa kesulitan mahasiswa dalam belajar matematika (Studi Kasus Mata Kuliah Statistika Matematika) terletak pada proses pembuktian matematis. Kesulitan mahasiswa dalam mengkonstruksi bukti disebabkan oleh: (a) mahasiswa tidak memahami dan tidak dapat menyatakan definisi, (b) mahasiswa mempunyai keterbatasan intuisi yang terkait dengan konsep, (c) gambaran konsep yang dimiliki oleh mahasiswa tidak memadai untuk menyusun suatu pembuktian, (d) mahasiswa tidak mampu atau tidak mempunyai kemauan membangun suatu contoh sendiri untuk memperjelas pembuktian, (e) mahasiswa tidak tahu bagaimana memanfaatkan definisi untuk menyusun bukti lengkap, (f) mahasiswa tidak memahami penggunaan bahasa dan notasi matematis, serta (g) mahasiswa tidak tahu cara mengawali pembuktian (Moore, 1994).
Untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah mahasiswa harus memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis. Melalui kemampuan berpikir kreatif matematis, mahasiswa akan peka terhadap situasi yang sedang dihadapi, memiliki kemampuan untuk menemukan hubungan-hubungan yang baru, serta memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dari yang biasa (Evans, 1991). Hal ini sangat diperlukan dalam mengkonstruksi bukti. Ide-ide kreatif sangat dibutuhkan dalam menentukan jenis pembuktian yang akan dikonstruksi, mengawali proses pembuktian, mengorganisasikan dan memanipulasi fakta untuk menunjukkan kebenaran suatu pernyataan, serta membuat keterkaitan antara fakta dengan unsur dari konklusi yang hendak dibuktikan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana peran kemampuan berpikir kreatif dalam mengkonstruksi bukti matematis, maka dilakukan penelitian dengan judul “Peran Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Mengkonstruksi Bukti Matematis”. Adapun permasalahannya adalah: a) apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemampuan mengkonstruksi bukti matematis?, dan b) bagaimanakah peran kemampuan berpikir kreatif dalam mengkonstruksi bukti matematis?.
TINJAUAN PUSTAKA
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
6
ide/gagasan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Sementara itu, Munandar (1999) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai aktivitas berpikir dalam memberikan macam-macam kemungkinan jawaban/solusi berdasarkan informasi yang diberikan.
Selain itu, Alvino (Sumarmo, 2013) menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu kemampuan yang meliputi: a) kelancaran dalam membuat berbagai ide/gagasan; b) kelenturan dalam mengemukakan pendekatan; c) menghasilkan sesuatu yang baru; serta d) merinci atau membangun sesuatu dari ide-ide lainnya. Adapun indikator untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis (Wardani (2009), Tandiseru (2015), dan Ayal (2015)) adalah kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), serta elaborasi (elaboration).
Berdasarkan uraian di atas, maka kemampuan berpikir kreatif matematis dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan (kelancaran), mengemukakan bermacam-macam pendekatan terhadap masalah (keluwesan), menghasilkan gagasan dengan cara-cara yang relatif baru (keaslian), serta merinci permasalahan untuk memperoleh solusi (elaborasi).
Kemampuan Mengkonstruksi Bukti Matematis
Kemampuan mengkonstruksi bukti matematis merupakan kemampuan menyusun suatu bukti pernyataan matematika berdasarkan definisi, prinsip, dan teorema, serta menuliskannya dalam bentuk pembuktian lengkap, baik pembuktian langsung maupun tak langsung (Sumarmo, 2011). Lebih lanjut, Sumarmo (2011) mengungkapkan bahwa kemampuan mengkonstruksi bukti matematis meliputi: a) mengidentifikasi premis beserta implikasinya; b) mengorganisasikan dan memanipulasi fakta untuk menunjukkan kebenaran suatu pernyataan; serta c) membuat koneksi antara fakta dengan unsur dari konklusi yang hendak dibuktikan. Dalam mengkonstruksi bukti matematis, dapat dilakukan secara langsung atau tak langsung (Hernadi, 2009).
Adapun indikator untuk mengukur kemampuan mengkonstruksi bukti matematis (Isnarto, 2014) adalah kemampuan mengidentifikasi dan menganalisis hal-hal yang terkandung pada suatu pernyataan, dan menuliskan langkah-langkah logis berdasarkan kebenaran matematis dengan ekspresi yang komunikatif untuk menunjukkan bahwa pernyataan tersebut bernilai benar atau bernilai salah. Berdasarkan uraian di atas, maka kemampuan mengkonstruksi bukti matematis dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai kemampuan menuliskan langkah-langkah pembuktian secara logis dan rinci, baik dilakukan secara langsung maupun tak langsung.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods. Desain yang digunakan adalah concurrent embedded design (Sugiyono, 2011). Dalam penggabungan ini, metode kuantitatif menjadi metode primer, sedangkan metode kualitatif menjadi metode sekunder. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika di salah satu PTS di Jakarta Timur yang mengontrak Mata Kuliah Statistika Matematika 2. Teknik sampling yang digunakan berupa purposive sampling.
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari mahasiswa sebagai subjek penelitian. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematis, tes kemampun mengkonstruksi bukti matematis, lembar observasi, pedoman wawancara, dokumentasi, dan peneliti.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes kemampuan (data kuantitatif) dan triangulasi (data kualitatif). Sementara itu, teknik analisis data untuk data kuantitatif menggunakan analisis korelasi, sedangkan untuk data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk mendukung, memperjelas, dan mempertajam hasil analisis kuantitatif dalam menjawab permasalahan. Tes kemampuan (berpikir kreatif dan mengkonstruksi bukti matematis) yang digunakan sudah divalidasi sehingga layak digunakan dalam penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Data Kuantitatif
7
Tabel 1. Uji Normalitas Data
Variabel Nilai K-S Sig. H0
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (KBKM) 0,162 0 Ditolak Kemampuan Mengkonstruksi Bukti Matematis (KMBM) 0,248 0 Ditolak H0: Data berdistribusi normal
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi (sig.) untuk variabel kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemampuan mengkonstruksi bukti matematis kurang dari 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, pengujian hipotesisnya menggunakan uji statistik non-parametrik Korelasi Peringkat Spearman untuk mengetahui koefisien korelasi beserta nilai signifikansinya. Dengan bantuan program SPSS 21.0, maka hasilnya diberikan pada tabel 2.
Tabel 2. Uji Korelasi dan Signifikansinya
Korelasi rxy Sig.
(2-tailed) H0
KBKM * KMBM 0,526 0 Ditolak
H0: Tidak ada korelasi antara dua variabel
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai signifikansi (sig.) untuk korelasi tersebut kurang dari 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemampuan mengkonstruksi bukti matematis. Selain itu, tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (rxy)-nya bernilai positif sehingga variabel kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemampuan mengkonstruksi bukti matematis memiliki korelasi yang positif, meskipun nilainya tidak terlalu tinggi. Adapun tingkat korelasinya berkategori sedang (Sugiyono, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa semakin tinggi mahasiswa memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis, maka semakin tinggi pula kemampuan mengkonstruksi bukti matematisnya. Jika seseorang ingin membuktikan suatu pernyataan, maka dibutuhkan ide-ide kreatif dalam mengkonstruksi bukti, apakah menggunakan pembuktian secara langsung atau tak langsung. Dalam mengkonstruksi bukti, dibutuhkan ide-ide kreatif dalam mengorganisasikan dan memanipulasi fakta untuk menunjukkan kebenaran suatu pernyataan, dan membuat keterkaitan antara fakta dengan unsur dari konklusi yang hendak dibuktikan. Hal ini sesuai dengan temuan Sari (2014) dalam penelitiannya bahwa jika kemampuan berpikir kreatif matematis mengalami peningkatan, maka akan mengakibatkan meningkatnya pula kemampuan pembuktian matematis.
Analisis Data Kualitatif
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap beberapa mahasiswa, ternyata dalam mengkonstruksi bukti matematis diperlukan ide-ide kreatif. Beberapa mahasiswa mengakui bahwa dalam mengkonstruksi bukti matematis diperlukan ide dalam menentukan jenis pembuktian yang akan dikonstruksi, memulai proses pembuktian, serta menerapkan konsep apa saja yang harus digunakan dalam proses pembuktian. Sebagai contoh, berikut ini diberikan soal mengenai pembuktian matematis dalam Mata Kuliah Statistika Matematika 2 yang dikembangkan oleh peneliti.
Diketahui X X1, 2, dan X3 merupakan peubah acak bebas stokastik yang masing-masing
berdistribusi normal dengan parameter secara berturut-turut adalah 1 dan 12, 2 dan 22,
serta 3 dan 32. Jika 1 2 3 2
X X X
Z
, dengan , , , dan adalah bilangan real serta 0
, buktikanlah bahwa Z berdistribusi normal dengan parameter:
2 1 2 2 2 3
2 2
2
4 4 4
2 2 2
1 2 3
dan .
8
2 2 2
2 2 2
1 2 3
2
1 2 3
1 2 3
exp
exp
exp
exp exp exp
M t E tZ
X X X
E t
E tX tX tX
E tX E tX E tX
Setelah itu, mahasiswa dapat mengaitkan jawaban di atas dengan konsep fungsi pembangkit momen dari satu
peubah acak yang berdistribusi normal dengan parameter
dan
2, yaitu:
1 2 2
2
exp
exp
M t E tX
t t
Selanjutnya, kaitkan pula dengan teorema ekspektasi berikut ini:
1 2
2
2
exp
exp
dengan k bilangan real
E
tk X
tk
tk
Langkah terakhir adalah menguraikan kembali jawaban di atas menggunakan konsep fungsi pembangkit momen dari satu peubah acak yang berdistribusi normal dan teorema ekspektasi. Adapun uraiannya sebagai berikut:
2 2 2
2 2 2
2 2 2 2 2 2
1 2 3
1 2 3
2 2 2
2 2 2
1 1 1
1 2 1 2 2 2 3 2 3
exp exp exp
exp exp exp
exp exp exp
E tX E tX E tX
E t X E t X E t X
t t t t t t
2 2 22 4 2 4 2 4
2 2
2
2 2 2 4 4 4
2 2 2 2 2 2
1 1 1
1 2 1 2 2 2 3 2 3
2 2 2 2
1
1 2 3 2 1 2 3
exp exp exp
exp
t t t t t t
t t
Berdasarkan jawaban tersebut, terbukti bahwa Z berdistribusi normal dengan parameter:
2 1 2 2 2 3
2 2
2
4 4 4
2 2 2
1 2 3
dan
Namun, sebagian besar mahasiswa mengakui tidak terpikir untuk menggunakan konsep fungsi pembangkit momen gabungan dari 3 peubah acak, yang dilanjutkan dengan konsep peubah acak bebas stokastik. Mereka justru bingung memulai pembuktian dari mana. Mereka kesulitan dalam mengidentifikasi premis beserta implikasinya. Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki kemampuan dalam menghasilkan banyak gagasan (kelancaran), mengemukakan bermacam-macam pendekatan terhadap masalah (keluwesan), atau bahkan menghasilkan gagasan dengan cara-cara yang relatif baru (keaslian) dalam mengkonstruksi bukti matematis.
9
Untuk dapat mengkonstruksi bukti, diperlukan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep yang terkait (Isnarto, 2014). Sebagian dari mahasiswa kurang paham mengenai konsep fungsi pembangkit momen, peubah acak bebas stokastik, dan ekspektasi. Akibatnya, kemampuan berpikir kreatif matematis mereka menjadi terhambat dan kurang berkembang. Jadi, dalam proses pembuktian, ide-ide kreatif sangat dibutuhkan dalam membuat keterkaitan antara fakta dengan unsur dari konklusi yang hendak dibuktikan.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis ternyata memiliki peran yang sangat penting dalam mengkonstruksi bukti matematis, yaitu dalam menentukan jenis pembuktian yang akan dikonstruksi, mengawali pengkonstruksian bukti, merinci proses pembuktian, dan membuat keterkaitan antara fakta dengan unsur dari konklusi yang hendak dibuktikan.
PENUTUP Simpulan
Kemampuan berpikir kreatif matematis memiliki korelasi yang signifikan dengan kemampuan mengkonstruksi bukti matematis. Kemampuan berpikir kreatif memiliki peran penting dalam mengkonstruksi bukti matematis, yaitu dalam menentukan jenis pembuktian yang akan dikonstruksi, mengawali pengkonstruksian bukti, merinci proses pembuktian, dan membuat keterkaitan antara fakta dengan unsur dari konklusi yang hendak dibuktikan.
Saran
Melalui penelitian ini, diharapkan peran kemampuan berpikir kreatif dapat diteliti lebih lanjut pada kemampuan-kemampuan matematis (ranah kognitif) dan sikap (ranah afektif) lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ayal, C.S. 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan Berpikir Kreatif Matematis serta Self-Directed Learning Siswa SMP dengan Menggunakan Strategi Mind Mapping. Disertasi. PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Evans, J.R. 1991. Creative Thinking in The Decision and Management Sciences. Ohio: South-Western Publishing Co.
Hernadi, J. 2009. Metoda Pembuktian dalam Matematika . Jurnal Pendidikan Matematika (ISSN: 1978-0044), 2 (1), 1-13.
Isnarto 2014. Kemampuan Konstruksi Bukti dan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa pada Perkuliahan Struktur Aljabar melalui Guided Discovery Learning Pendekatan Motivation to Reasoning and Proving Tasks. Disertasi. PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Moore, R. C. 1994. Making the Transition to Formal Proof. Educational Studies in Mathematics, 27 (3), 249-266. Munandar, U. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineca Cipta.
Petocz, P. & N. Smith 2007. Materials for Learning Mathematical Statistics. Sydney: University of Technology. Sabandar, J. 2008. Berpikir Reflektif. Makalah. SPs UPI: Tidak diterbitkan.
Sari, T.H.N.I. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pembuktian Matematis Suswa SMP. Tesis. PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sumarmo, U. 2011. Advanced Mathematical Thinking dan Habit of Mind Mahasiswa. Bahan Kuliah. PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
---. 2013. Kumpulan Makalah: Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya . Bandung: FPMIPA-UPI Press.
Suryadi, D. 2007. Model Bahan Ajar Dan Kerangka -Kerja Pedagogis Matematika Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian. [Online]. Tersedia: http://didi-suryadi.staf.upi.edu/artikel/. [16 Maret 2012]
Tandiseru, S.R. 2015. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif, Pemecahan Masalah Matematis, dan Self-Awareness Siswa melalui Model Pembelajaran Matematika Heuristik-KR Berbasis Budaya Lokal. Disertasi. PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
10
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TWO STAY TWO STRAY
(TSTS)
DAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA
Anggi Rosanti anggi.rosanti@yahoo.com
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Universitas Indraprasta PGRI
Abstrak. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis tentang: 1) pengaruh metode pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar matematika, 2) pengaruh kreativitas belajar matematika siswa terhadap hasil belajar matematika, 3) pengaruh interaksi metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan kreativitas belajar matematika siswa terhadap hasil belajar matematika. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial 2x2 dengan tiga variabel, yaitu metode pembelajaran Two Stay Two Stray, kreativitas belajar matematika siswa, dan hasil belajar matematika. Sampel diperoleh melalui purposive sampling, masing-masing 30 peserta didik sehingga banyak sampel sebanyak 60 peserta didik. Analisis data menggunakan ANOVA dua jalur, dan terlebih dahulu dilakukan analisis statistik deskripstif dan uji persyaratan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:1) terdapat pengaruh yang signifikan metode pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar matematika, 2) terdapat pengaruh yang signifikan kreativitas belajar matematika siswa terhadap hasil belajar matematika, 3) tidak terdapat pengaruh interaksi metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan kreativitas belajar matematika siswa terhadap hasil belajar matematika.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Two Stay Two Stray (TSTS), Kreativitas Belajar Matematika, Hasil Belajar Matematika.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Segala aktivitas dalam kehidupan kita secara tidak langsung berkaitan dengan matematika didalamnya, namun banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Di samping itu matematika bagi peserta didik bersifat abstrak yang penuh dengan angka dan rumus-rumus, sehingga dalam belajar matematika peserta didik merasa kesulitan dalam memahaminya serta menjadi enggan dan akhirnya menjadi patah semangat dalam belajar matematika. Menurut
Ismail dkk (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:48) “Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan
pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat”.
Hasil belajar merupakan salah satu tolak ukur dalam keberhasilan selama proses pembelajaran disekolah. Setelah proses pembelajaran diharapkan peserta didik memiliki kecakapan dan kepandaian tertentu. Hasil belajar dapat berupa nilai dan perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. Penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (nontes). Pada umumnya penilaian hasil belajar di sekolah menggunakan tes buatan guru untuk semua bidang studi.
Hasil belajar matematika dalam diri peserta didik bervariasi ada yang tinggi dan ada yang rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam diri peserta didik maupun dari luar diri peserta didik. Menurut Syah (2006: 145) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: 1) Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik. 2) Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi metode dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
11
Berpikir kreatif merupakan aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka serta dapat membuat hubungan-hubungan dalam menyelesaikan masalah. Menurut Munandar (Hikmah, 2013:238) bahwa
“berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban”. Sedangkan berpikir kreatif matematika
merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan karakteristik matematika yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah matematika. Dalam hal ini peran guru sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan efektif bagi peserta didik. Guru hendaknya dapat meyakinkan peserta didik bahwa hasil belajar yang baik adalah suatu kebutuhan guna mencapai sukses yang dicita-citakan. Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi peserta didik untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa peserta didik telah belajar dengan baik ialah jika peserta didik itu dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari, sehingga indikator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Open Ended merupakan pembelajaran dimana peserta didik menemukan sendiri cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematika. Namun peserta didik masih sulit merespon pembahasan yang diberikan. Sehingga hasil belajar tidak maksimal dan peserta didik merasa kegiatan belajar tidak menyenangkan karena kesulitan mengembangkan ide dan menggapai permasalahan yang mereka hadapi. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan sehingga siswa tidak termotivasi dalam belajar. Hal ini menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif sehingga hasil belajarnya tidak optimal.
Memotivasi peserta didik agar mampu meningkatkan hasil belajar matematika dan memiliki kreativitas belajar peserta didik, guru harus menguasai beberapa atau salah satu metode. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika berguna untuk meningkatkan kreativitas belajar peserta didik salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Metode pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray ini meliputi kegiatan membaca, diskusi, sharing, mendengar, menjelaskan, dan menulis. Pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dapat mempengaruhi keaktifan peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir kreatif dalam mengungkapkan ide. Agar peserta didik belajar bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi serta melatih peserta didik agar dapat bersosialisasi dengan baik.
Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dan berpikir kreatif matematika peserta didik diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika karena dengan metode Two Stay Two Stray peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran, karena dalam metode pembelajaran Two Stay Two Stray peserta didik dibiasakan untuk berperan aktif dalam proses belajar karena metode tersebut melatih peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran karena peserta didik saling membantu dan membagi informasi. Dengan peserta didik yang aktif maka peserta didik memiliki kreativitas belajar yang tinggi sehingga memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas VII MTs Negeri 33 Jakarta. Berdasarkan uraian diatas,
maka pebneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray ( TS-TS) dan Kemampun Berpikir Kreatif Matematika Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika (Eksperimen pada peserta didik kelas VII Mts Negeri 33 Jakarta)”
TINJAUAN PUSTAKA Hasil Belajar Matematika
Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu sebagai akibat pengalaman. Hampir seluruh tingkah laku manusia itu diperoleh dari proses belajar. Gagne (Suprijono, 2009:9) berpendapat bahwa, belajar merupakan suatu aktivitas dilakukan secara disengaja dalam upaya memperoleh perubahan dan perbaikan. Travers
(Suprijono, 2009:9) mengatakan, “belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku”. suatu proses perubahan tingkah laku dari suatu pengalaman dan dari suatu kegiatan membaca, melihat, mendengar, mengamati, dan berpikir. Perubahan prilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik. Dari belajar kita bisa mendapatkan perubahan yang cukup signifikan, dari pola pikir, kebiasaan, dan penampilan.
Morgan (Suprijono, 2009: 9-10) mendefinisikan “Lea rning is any relatively permanent change in behavior that is a result of pastexperience”. “Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman”.
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap setelah peserta didik mengalami proses belajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan peserta didik memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya. Sudjana (2009:22) mengatakan, “hasil belajar adalah kemampuan
12
Hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran dari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan tes, hasil belajar merupakan umpan balik yang diberikan oleh peserta didik. Hasil belajar yang diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan malainkan juga dapat berbentuk perilaku yang ditunjukan siswa.
Matematika merupakan alat bantu yang efisien dan diperlukan oleh setiap ilmu pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pun manusia banyak menggunakan matematika sebagai alat bantu dalam menghitung jarak tempuh, jual beli, memasak dan lain-lain.
Menurut Keith Devlin (Liberna dan Wiratomo, 2014:53) “Matematics, the science of patterns, is a way of looking at the world, both the physical, biological, and sociological world we inhabit, and the inner world of our
mind and thoughts”.“Matematika sebagai ilmu tentang pola merupakan sebuah cara memandang dunia, baik dunia
fisik, biologis, dan sosiologis dimana kita tinggal, dan juga cara memandang dunia bathin dari pikiran dan pemikiran-pemikiran kita”.
Hasil belajar matematika merupakan suatu perubahan tingkah laku seseorang yang dipengaruhi lingkungan sekitar dimana lingkungan tersebut melakukan proses belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan memahami konsep dan logika, dengan menggunakan bahasa lambang atau simbol dalam menyelesaikan suatu persoalan di kehidupan sehari-hari. Menurut Suhendri (2013:179) “hasil belajar matematika adalah puncak dari kegiatan belajar yang berupa perubahan dalam bentuk kognitif, afektif dan psikomotorik dalam hal kemampuan tentang kemampuan bilangan, bangun, hubungan-hubungan konsep dan logika yang
berkesinambungan serta dapat diukur atau diamati”.
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)
Teknik belajar mengajar Two Stray Two Stray dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 yang dikutip oleh Lie (2005:61) bisa digunakan bersama dengan Teknik Kepala Bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Menurut Suprijono (2009:77-78) metode Two Stray Two Stray atau metode dua tinggal dua tamu, pembelajaran dengan metode itu diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menyelesaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka selesaikan.
Kreativitas Belajar Matematika
Kreativitas adalah kemampuan berpikir seseorang untuk menciptakan sesuatu hal yang baru. Semiawan (Seruni, 2013: 253) mengemukakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara, unsur data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya”. Menurut Riyanto (2014:225) kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek esensial kecerdasan analitis, kreatif dan praktis, beberapa aspek yang ketika digunakan secara kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan kesuksesan.
Kreativitas merupakan suatu pola berfikir yang unik yang dapat diperoleh oleh individu yang telah melalui proses mendalami diri untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Individu tersebuat akan memperoleh pola pikir yang berbeda dalam proses penyelesaian suatu masalah, dia percaya akan kemampuanya dan akan mendapat penyelesain suatu masalah dengan caranya sendiri dan dengan cara yang berbeda.
Menurut Rhodes (M. Ali dan M. Asrori, 2004: 42) “mengelompokkan definisi-definisi kreativitas ke dalam empat kategori, yaitu product, person, process, dan press”. Product menekankan kreativitas dari hasil karya kreatif, baik yang sama sekali baru maupun kombinasi karya-karya lama yang menghasilkan sesuatu yang baru. Person memandang kreativitas dari segi ciri-ciri individu yang menandai kepribadian orang kreatif atau yang berhubungan dengan kreativitas. Ini dapat diketahui melalui perilaku kreatif yang tampak dari individu tersebut. Process menekankan bagaimana proses kreatif itu berlangsung sejak dari mulai tumbuh sampai dengan berwujudnya perilaku kreatif. Adapun press menekankan pada pentingnya faktor-faktor yang mendukung timbulnya kreativitas pada individu.
METODE
13
Dalam penelitian ini diambil sampel satu kelas sebanyak 30 peserta didik untuk kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-2 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray, sedangkan kelas kontrol diajarkan dengan menggunakan metode Open Ended. Proses pengambilan subjek sampel, penelitian menggunakan teknik sampling purposive.
Untuk memecahkan suatu masalah, penggunaan suatu metode sangatlah penting. Sesuai dengan masalah yang hendak dipecahkan dan tujuan yang hendak dicapai serta hipotesis yang diajukan, maka penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu dengan rancangan dua faktor. Sesuai dengan judul dan masalah yang ada, pelaksanaan penelitian ini menggunakan desain penelitian:
Tabel 1. Desain Penelitian
Kreativitas belajar matematika (A)
Metode pembelajaran (B)
ΣB
Two Stay Two Stray (B1)
Open Ended (B2)
Tinggi (A1) A1B1 A2B1 Σ B1
Rendah (A2) A1B2 A2B2 Σ B2
ΣK Σ A1 Σ A2 Total
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif
Tabel 2. Ringkasan Statistik Deskriptif Metode pembelajaran
Jumlah Two Stay Two Stray Open Ended
Berpikir Kreatif Matematika Tinggi
Berpikir Kreatif Matematika Rendah
=30
ΣK
Dari tabel 2, terlihat bahwa rata-rata kelompok ekperimen lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata kelompok kontrol. Selain itu, peserta didik pada kelompok eksperimen lebih banyak mendapatkan jumlah nilai yang lebih besar dari pada kelompok control. Hal tersebut menunjukan dengan penggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray lebih baik dibandingkan penggunaan metode Open Ended dalam pembelajaran matematika.
Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis data dilakukan sebagai syarat sebelum melakukan uji hipotesis penelitian. Pengujian persyaratan analisis data yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas
Kelompok Simpulan
A1 0,09 0,161 Data berdistribusi Normal
A2 0,15 0,161 Data berdistribusi Normal
B1 0,09 0,161 Data berdistribusi Normal
B2 0,14 0,161 Data berdistribusi Normal
14
A1B2 0,10 0,220 Data berdistribusi Normal
A2B1 0,11 0,220 Data berdistribusi Normal
A2B2 0,16 0,220 Data berdistribusi Normal
Dari tabel 3, dapat terlihat bahwa nilai < ini berarti distribusi nilai pada setiap kelas berdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan uji hipotesis penelitian.
Hasil uji homogenitas data sampel dengan menggunakan taraf signifikansi , diperoleh lebih kecil dari harga . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data dari empat kelompok subjek penelitian (A1B1, A1B2, A2B1, A2B2) memiliki varians dan homogen. Dengan kata lain bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki varians homogen. Sehingga dapat dilanjutkan uji hipotesis penelitian.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis varians (ANAVA) dua arah. Hasil perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Teknik ANAVA Dua Jalur
Sumber varians Db JK RJK Fh Ft
Antar Kolom (Ak) 1 201.7 201.7 29.15 4,01
Antar Baris (Ab) 1 160.13 1