Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016
ISBN 978-602-6906-21-2 127
HEMATOLOGICAL STUDY IN THE FRUITS-EATER BAT (Cynopterus sp.) Anisa Rahma, Desrayni Hanadhita,Andhika Yudha Prawira,Danang Dwi
Cahyadi, Supratikno, Aryani Sismin Satyaningtijas,Srihadi Agungpriyono
Study Program of Physiology and Pharmacology, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University (IPB), Bogor, Indonesia
ABSTRACT
Hematology value is important to evaluate individual health status. This study was done with aims to observe hematological value of male and female Indonesian fruit bat which has not been reported yet. Twenty eight adult Cynopterus sp (17 females and 11 males) obtained from Garut were used. Complete hematology was conducted using an hematological analyzer. The result of research showed that values of RBC, hemoglobin, hematocrit, and leukocyte of male and female Cynopterus sp were not significantly different at the 95% confidence interval (CI). RBC of male was (11.425± 1.01) 106/µL and female was (11.291±0.881) 106/µL. Hemoglobin of male
was (15.309±0.961) g/dL and female was (15.325±1.06) g/dL. Male hematocrit was (HCT) (45.798±2.212) % and female was (45.442 ± 2.609) %, male MCV was (40.182±3.311) fL and female was (40.353±3.161) fL, male MCH was (13.436±1.006) Pg and female was (13.606±0.914) Pg, male MCHC was (33.409±1.076) g/dL and female was (33.741±1.003) g/dL, male Platelet (PLT) was (390±193.7) 103/µL and female was (291.9±200,4)
103/µL. The leukocytes of male were (7.7±4,03) 103/µL and female were
(8.51±4,29) 103/µL. In the male, lymphocytes were (3.78±3.65) 103/µL,
monocytes were (0.2573±0.2654) 103/µL, neutrophils were (3.663±2.361)
103/µL, eosinophils were (0.01455±0.01368) 103/µL and basophils were
(0.00364±0.00809) 103/µL, whereas in females the values were
(3.586±2.449) 103/µL, (0.32±0.1525) 103/µL, (4.481±2.619) 103/µL,
(0.01412±0.01004) 103/µL and (0.00353±0.00493) 103/µL, for
lymphocytes, monocytes, neutrophils, eusinophils and basophils, respectively.
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016
ISBN 978-602-6906-21-2 128
PENDAHULUAN
Pengetahuan mengenai hematologi kelelawar masih belum terlalu banyak dipelajari di Indonesia. Hematologi diperlukan untuk mengetahui status kesehatan meliputi informasi tentang status gizi dan kondisi stres yang dialami (McMichaael et al. 2015; Hossain MB et al. 2013). Informasi tentang hematologi penting dalam menentukan status konservasi dan manajemen populasi (Hall J et al. 2014). Keanekaragaman kelelawar menduduki peringkat terbesar kedua setelah rodensia (Nurfitrianto et al.
2013). Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang memiliki kemampuan untuk terbang. Kemampuan terbang kelelawar seharusnya juga didukung oleh kemampuan dari sel darah merah untuk membawa oksigen yang cukup guna pemenuhan kebutuhan oksigen saat terbang.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data haematologi dari kelelawar pemakan buah (Cynopterus sp) berjenis kelamin jantan dan betina, sebagai data pendukung untuk mengetahui proses fisiologi tubuh kelelawar. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 28 ekor kelelawar buah, Cynopterus sp. (17 ekor betina dan 11 ekor jantan) yang ditangkap di daerah Garut, Indonesia. Kelelawar yang telah ditangkap dibawa ke laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Kelelawar yang telah ditangkap dianastesi dengan menggunakan 10mg/kgBB ketamin dan 2 mg/kgBB xylazine (Sohayati et al. 2008). Darah diambil melalui jantung lebih kurang 0.3ml dengan menggunakan jarum tuberkulin, dan disimpan di dalam botol EDTA ukuran 0.5ml. Darah dianalisis dengan menggunakan hematolgy analyzer. Pemeriksaan hematologi yang dilakukan meliputi sel darah putih(WBC), sel darah merah (RBC), hemoglobin, hematokrit, mean corpuscular volume
(MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH), mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC), jumlah butir darah, diferensiasi sel darah putih dan indeks stres.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Darah di dalam tubuh makhluk hidup antara lain berfungsi untuk membawa oksigen dan bahan bahan yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup suatu organisme (Shawaludin et al. 2013). Oksigen akan dibawa oleh sel darah merah karena adanya hemoglobin yang mampu
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016
ISBN 978-602-6906-21-2 129
mengikat oksigen. Gambaran darah Cynopterus sp jantan dan betina dapat dilihat dari Tabel 1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwasanya tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap nilai hematologi antara Cynopterus
sp jantan dan betina. Walaupun demikian nilai hematologi kelelawar yang didapat menunjukkan perbedaan dengan nilai hematologi mamalia lain yang memiliki ukuran tubuh hampir sama dengannya, seperti mencit.
Table 1 Sel darah merah Cynopterus sp betina dan jantan
Parameter Betina Jantan
Mean±Stdev CI 95% Mean±Stdev CI 95% RBC (106/µ) 11.291± 0.881 10.838-11.743 11.425±1.01 10.747-12.104 Hb (g/dL) 15.325±1.06 14.780-15.870 15.309±0.961 14.664-15.954 HCT (%) 45.442±2.609 44.101-46.784 45.798±2.212 44.312-47.284 MCV (fL) 40.353±3.161 38.728-41.978 40.182±3.311 37.957-42.406 MCH (Pg) 13.606±0.914 13.136-14.076 13.436±1.006 12.760-14.112 MCHC (g/dL) 33.741±1.003 33.225-34.257 33.409±1.076 32.686-34.132
Pada tabel dapat dilihat nilai RBC kelelawar (11.291± 0.881) 106/µ
untuk betina dan (11.425±1.01) 106/µ untuk jantan. Nilai ini jauh lebih besar
dibandingkan dengan nilai RBC pada mencit yaitu (7.46±0.927) 106/µ untuk
betina dan (8.27±0.884) 106/µ untuk jantan (Wolford et al 2009). Nilai
hematokrit dan juga hemoglobin kelelawar buah juga lebih tinggi dibandingkan dengan mencit. Pada status fisiologis kadar hemoglobin akan berkorelasi positif dengan jumlah dan ukuran sel darah merah. Tingginya jumlah RBC, hematokrit dan hemoglobin yang dimiliki oleh kelelawar diduga berkaitan dengan kemampuan terbang kelelawar. Kelelawar sebagai mamalia terbang memerlukan asupan oksigen yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan pada saat terbang. Pada penelitian ini juga terlihat korelass positif. Semakin tinggi kadar hemoglobin maka akan semakin banyak oksigen yang dapat diikat. Hal ini akan memberikan kelelawar jumlah oksigen yang cukup untuk pemenuhun konsumsi oksigennya selama terbang.
MCV merupakan ukuran dari volume rata- rata sel darah merah. Pada Tabel 1 diketahui nilai MCV Cynopterus sp betina (40.353±3.161) fL dan jantan (40.182±3.311) fL, sedangkan pada mencit betina (46.3±2.76) fL dan jantan (45.3±2.72) fL (Wolford et al 2009). MCH merupakan ukuran kadar rata-rata hemoglobin dalam tiap satuan sel. MCH kelelawar juga lebih kecil dibandingkan dengan mencit. MCH mencit jantan (16.5±1.00 ) Pg dan betina (16.7±1.11 ) Pg sedangkan MCH Cynopterus sp jantan (13.436±1.006) Pg dan betina (13.606±0.914) Pg. Kelelawar memiliki nilai MCV dan MCH yang kecil, akan tetapi kecilnya nilai MCV dan MCH ini diduga diikuti oleh proses
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016
ISBN 978-602-6906-21-2 130
hematopoiesis yang tinggi sehingga Cynopterus sp memiliki jumlah RBC yang lebih tinggi. Tingginya jumlah RBC akan membantu Cynopterus dalam pemenuhan kebutuhan oksigennya.
Darah juga dapat berperan sebagai sitem pertahanan tubuh, yang dilakukan oleh sel darah putih (leukosit). Leukosit bersirkulasi menuju tempat terjadi kerusakan sebagai respon dari perlawanan terhadap agen yang masuk ke dalam tubuh (Larson dan Springer 1990). Jumlah leukosit
Cynopterus sp hampir sama dengan leukosit mencit, akan tetapi persentase dari diferensiasi leukositnya sedikit berbeda. Menurut Wolford et al 2009, persentase diferensiasi leukosit mencit jantan yaitu neutrofil 32%, eusinofil 0%, basofil 0 %, limfosit 63%, dan monosit 5% serta persentase diferensiasi untuk mencit betina, neutrofil 32%, eusinofil 0%, basofil 0 %, limfosit 62%, dan monosit 4%, sedangkan persentase leukosit Cynopterus sp jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 2.
Table 2 sel darah putih dan zat beku darah pada Cynopterus sp jantan dan betina
Parameter Rataan (103/µ) % Total
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
WBC - - - - 7.697±4.03 8.505±4.29 Limfosit 3.780±3.65 3.586±2.45 44.202 41.792 - - Monosit 0.257±0.27 0.320±0.15 3.422 4.525 - - Neutrofil 3.663±2.36 4.481±2.62 51.536 53.368 - - Eosinofil 0.015±0.01 0.014±0.01 0.420 0.176 - - Basofil 0.004±0.008 0.004±0.005 0.044 0.028 - - Indeks stres - - - - 1.78±1.524 1 1.39±0.798 4 PLT - - - - 390.00±19 3.7 291.941±2 00.4 Satuannya : WBC = 103/µ, PLT = 103/µ
Kelelawar memiliki persentase neutrofil lebih tinggi dibandingkan mencit sementara persentase limfositnya lebih tinggi pada mencit. Hal ini juga dapat diartikan bahwa kelelawar memiliki indeks stres yang lebih tinggi dari mencit. Pengetahuan tentang indeks stres daat membatu dalam mengetahui kondisi stres yangg dialami oleh individu.
Platelet memiliki fungsi dalam pembekuan darah, rendahnya platelet yang dimiliki akan membuat darah lebih lama membeku. Platelet dari
Cynopterus sp lebih rendah dari platelet mencit. Cynopterus sp memiliki nilai platelet (291.941±200.4) 103/µ untuk betina dan (390.00±193.7) 103/µ
pada jantan. Mencit memiliki platelet (1300±224.5) 103/µ untuk jantan dan
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016
ISBN 978-602-6906-21-2 131
KESIMPULAN DAN SARAN
Jenis kelamin tidak mempengaruhi kondisi hematologi dari kelelawar. Berdasarkan uji statistik dapat dilihat bahwasanya tidak ada perbedaan yang signifikan dari nilai hematologi kelelawar yang jantan dan betina. Nilai hematologi kelelawar sangat berbeda dengan hematologi mamalia lain yang tidak memiliki kemampuan terbang, terutama nilai RBC. Hal ini merupakan kompensasi dari kelelawar yang memiliki kemapuan terbang, agar pada saat terbang kebutuhan oksigen tetap terpenuhi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kami ucapkan kepada Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, atas bantuan pendanaan dalam program Beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Batch II. DAFTAR PUSTAKA
Hall J, rose K, Smith C, Jong CD, Phalen D, Austen J, Field H.2014. Health Assessment of The Christmas Island Flying Fox (Pteropus melanotus natalis). Journal of Wildlife Disease 50 (3): 447-458.
Hossain MB, Islam MN, Shaikat AH, Yasin MG, Hassan MM, Islam SKMA, Rahman A, Mamun MA, Khan SA. 2013. Biochemical profile of wild-captured Indian flying fox (Ptreropus giganteus) in Bangladesh.
Jurnal Veteriner Mendicine 11(1): 75-79.
Larso RS, Springer TA.1990. Structure and function of leukocyte integrins.
Immunological 114.
McMichael L, Edson D, McLaughlin A, Mayer D, Kopp S, Meers J, Field H. 2015. Haematology and plasma biochemistry of Wild Black Flying-Foxes, (Pteropus alecto) in Queensland, Australia. Jurnal Plos One 10 : 1-13. Nurfitrianto H, Budijastuti W, Faizah U. 2013. Kekayaan jenis kelelawar
(Chiroptera) di kawasan gua Lawa Karst Dander Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Lentera Bio (2)2: 143-148.
Shawaludin A, Ismoyowati, Indrasanti D. 2013. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap penambahan probiotik dalam ransum. Jurnal Ilmiah Peternakan 1 : 1001-1013.
Sohayati A.R, Zaini C.M, Hassan L, Eptein J, Suri A. S, Daszak P, Sharifah H. 2008. Ketamin and xylazine combinations for short-term
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016
ISBN 978-602-6906-21-2 132
immobilization of wild variable flying foxes (Pteropus hypomelanus).
Journal of Zoo and Wildlife Medicine 39 (4): 674-676.
Wolford S.T, R.A Schroer, F.X. Gosh, P.P.Gallo, M. Brodeck, H.B. Falk, R. Ruhren. 2009. Reference range data base for serum chemistry and hematology values in laboratory animals. Jurnal of Toxicology and Enviromental Health 18(2): 161-188.