P
R
O
S
I
D
I
N
G
K
ONF
E
R
E
NS
I
NA
S
I
ONA
L
P
E
ND
I
D
I
K
A
N
MA
T
E
MA
T
I
K
A
-
V
I
UNI
V
E
R
S
I
T
A
S
NE
G
E
R
I
G
OR
ONT
A
L
O,
1
1
-
1
4
A
G
US
T
US
2
01
5
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
DAFTAR ISI
Halaman Depan ... i
Daftar Isi ... ii
Kata Pengantar Presiden IndoMS ... iii
Kata Pengantar Panitia ... iv
Panitia Pelaksana ... v
Tim Reviewer ... vii
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
iii
KATA PENGANTAR PRESIDEN INDOMS
Assalamu’alaikum Warahmatullahi WabarakatuhSalam sejahtera bagi kita semua.
Puji dan syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas semua rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami telah dapat menyelesaikan Prosiding Konferensi Nasional Pendidikan Matematika (KNPM) ke- 6 yang telah diselenggarakan di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo, pada tanggal 11- 14 Agustus 2015 bertempat di Ballroom TC Damhil UNG. KNPM ke- 6 ini terselenggara atas kerja sama antara IndoMS dengan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo dengan tema “Mewujudkan Kultur Akademik dan Revolusi Mental Melalui Matematika dan Pendidikan Matematika”.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Negeri Gorontalo yang telah mengusulkan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo sebagai penyelenggara KNPM ke-6 tahun 2015. Kami juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang mendalam kepada Pemerintah Provinsi Gorontalo yang telah membantu sehingga acara KNPM ke- 6 ini telah terselenggara dengan baik
Dalam mengisi pembangunan di Indonesia ini, IndoMS (Himpunan Matematika Indonesia) yang dibentuk tanggal 15 Juli 1976 di Bandung, sebagai organisasi profesi yang bersifat ilmiah dan non-profit senantiasa dituntut peran sertanya melalui berbagai aktivitas segenap anggota serta pengurus baik di tingkat pusat maupun wilayah. IndoMS merupakan suatu forum bagi matematikawan, pengguna matematika maupun penggemar dan pemerhati matematika di seluruh Indonesia. Dalam KNPM ke- 6 ini telah dipaparkan berbagai hasil penelitian dalam bidang pendidikan matematika, matematika dan statistika. Hasil konferensi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang pendidikan dan pembelajaran matematika serta matematika, statistika dan aplikasinya.
Pengurus Pusat IndoMS periode 2014-2016 mengucapkan terima kasih kepada semua reviewer, editor, tim prosiding serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu atas peran sertanya dan dukungannya dalam penerbitan prosiding ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua penulis yang telah mempresentasikan dan mengirimkan naskah makalahnya untuk diterbitkan pada Prosiding KNPM ke- 6 ini.
Kami harapkan bahwa Prosiding KNPM ke- 6 ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, pemakalah serta kemajuan pendidikan matematika, ilmu matematika dan statistika di tanah air tercinta, Indonesia.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Gorontalo, Juli 2016
Presiden IndoMS 2014-2016,
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KATA PENGANTAR PANITIA KNPM 6
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kemudahan dalam pelaksanaan Konferensi Nasional Pendidikan Matematika (KNPM) ke- 6 tahun 2015 di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo pada tanggal 11–14 Agustus 2015.
Kami menyampaikan terima kasih atas penunjukkan Jurusan Matematika FMIPA UNG sebagai penyelenggara KNPM ke- 6, yang telah diselenggarakan di Ballroom TC Damhil kampus Universitas Negeri Gorontalo.
Pada KNPM ke- 6 ini panitia telah menetapkan tema: “Mewujudkan Kultur Akademik dan Revolusi Mental Melalui Matematika dan Pendidikan Matematika”. Hal ini mengingat karena pengembangan karakter pada hakekatnya adalah pembangunan dan pengembangan mental. Pada sisi lain karakter merupakan bagian integral dari kultur akademik, mengingat karakter diperlukan dan berpotensi dikembangkan dari setiap aktivitas akademik. Pengembangan kultur akademik menjadi titik terminal antara upaya pembinaan karakter dengan peningkatan mutu akademik dari suatu proses pendidikan. Pengembangan kultur akademik dapat diwujudkan melalui ranah pendidikan termasuk pendidikan matematika.
Kultur akademik yang baik akan menjadi lahan bagi tumbuh berkembangnya masyarakat ilmiah, yakni masyarakat (peserta didik) yang memiliki keingintahuan yang tinggi, logis, kritis, objektif, analitis, kreatif dan konstruktif, percaya diri, mandiri, terbuka untuk menerima kritik, menghargai prestasi ilmiah, memiliki dan menjunjung tinggi norma dan susila akademik serta tradisi ilmiah, dinamis, dan berorientasi kemasa depan. Nilai-nilai tersebut di atas juga merupakan instructional effect dan nurturant effect dari konten matematika dan pendidikan matematika.
Pada konteks ini Konferensi Nasional Pendidikan Matematika (KNPM) ke- 6 di Universitas Negeri Gorontalo (UNG) diniatkan untuk dapat memberikan sumbangsih pemikiran meneguhkan harapan tumbuhnya kultur akademik dan menggaungkan revolusi mental melalui matematika dan pendidikan matematika. Harapan ini senantiasa harus diikhtiarkan secara bertahap dan kontinu. Seminar, diskusi ilmiah, diseminasi hasil-hasil penelitian dan sharing pengetahuan terkini dibidang matematika serta best practice dalam pembelajaran matematika pada kegiatan KNPM 6 ini diharapkan menjadi wahana instrumental dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045 dan generasi Indonesia yang berkarakter.
Pada KNPM ke- 6 tahun 2015 tersebut telah dipresentasikan 7 makalah pada sidang pleno serta 78 makalah pada sidang paralel. Setelah melalui proses review oleh tim, panitia KNPM ke-6 telah menyusun prosiding KNPM ke- 6, yang alhamdulillah saat ini sudah dapat dituntaskan.
Kami dari pihak panitia mengucapkan banyak terima kasih kepada semua peserta yang telah mengirimkan makalah untuk diterbitkan pada prosiding konferensi, kepada Tim Reviewer dan Tim Editor yang telah membantu sehingga terbitnya prosiding ini.
Akhirnya, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kegiatan konferensi ini terutama kepada Rektor UNG, Pemerintah Provinsi Gorontalo, Pihak sponsor dan Panitia baik dari staf dosen, pegawai maupun para mahasiswa yang telah bekerja keras untuk mempersiapkan kesuksesan KNPM ke- 6 ini.
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
v
PANITIA PELAKSANA KNPM KE-6 TAHUN 2015
1. Pengarah:Ketua : Prof. Dr. Budi Nurani (Universitas Padjadjaran)
Sekretaris : Prof. Dr. Syamsu Qamar Badu, M.Pd (Universitas Negeri Gorontalo)
Anggota :
1. Dr. Kiki Ariyanti Sugeng (Universitas Indonesia) 2. Prof. Dr. Zulkardi (Universitas Sriwijaya) 3. Prof. Dr. Tulus (USU)
4. Prof. Dr. Didi Suryadi (UPI)
5. Prof. Dr. Sarson W. Dj Pomalato, M.Pd (UNG) 6. Prof. Dr. Nurhayati Abbas, M.Pd (UNG) 7. UM Malang
8. UNM Makasar 9. Unesa Surabaya
2. Pelaksana
Ketua Pelaksana : Prof. Dr. Evi Hulukati, M.Pd
Wakil Ketua 1 : Dr. Arfan Arsyad, M.Pd
Wakil Ketua 2 : Dra. Lailany Yahya, M.Si
Wakil Ketua 3 : Dr. Tedy Machmud, M.Pd
Sekretaris : Drs. Majid, M.Pd
Bendahara : Nursiya Bito, S. Pd, M.Pd
Wakil Bendahara : Rahnikmawati Hasan, A.Md
Seksi-seksi:
1 .
Seksi Sidang dan Acara Drs. Sumarno Ismail, M.Pd : Drs. Abas Kaluku, M.Si Novianita Achmad, M.Si Drs. Yus Iryanto Abas, M.Pd Agustina Mohi S.Sos
Emli Rahmi, S.Pd, M.Si
Sri Lestari Machmud, S.Pd, M.Si Abd. Fikri Katili
Mulyadi Ondah 2
.
Seksi Makalah Nurwan, S.Pd, M.Si. :
M. Yusuf, M.Si Zulfikar Hasan, S.Pd Syafrudin Kama, S.Pd. 3
.
Seksi Reviewer Extended Abstract
:
Prof. Dr. Sarson W. Dj Pomalato, M.Pd Prof. Dr. Nurhayati Abbas, M.Pd. Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd DR. Tedy Machmud, M.Pd.
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
4 .
Seksi Prosiding Dr. Ali Kaku, M.Pd :
Drs. Pery Zakaria, M.Pd Hasan Panigoro, S.Pd, M.Si Jihad Wungguli, S.Pd, M.Si Laswi Kamali, S.T.
Irvan Mustafa, S.Pd. 5
. Seksi Akomodasi dan Transportasi
:
Dr. Abd. Djabar Mohidin, M.Pd. Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd Zulwardi S. Mamu, S.Pd, M.Pd Sufitro Kalapati, S.Pd.
6 .
Seksi Konsumsi Dra. Kartin Usman, M.Pd :
Diana Madi, S.Pd, M.Pd
Dewi Rahmawaty Isa, S.Si, M.Si Yanti, S.Pd
7 . Seksi Publikasi dan Dokumentasi dan Pengelolaan web
: Drs. Franky A. Oroh, M.Si Hasan Panigoro, S.Pd, M.Si Resmawan, S.Pd, M.Si 8
.
Seksi Perlengkapan Khardiyawan Pauweni, S.Pd, M.Pd : Dahlan Lukum, S.Pd
Noldi Latada, S.Pd Ismet Mobia 9
.
Seksi Ekskursi / TOUR Drs. Yamin Ismail, M.Pd : Drs. Yus Iryanto Abas, M.Pd Salmun, S.Pd, M.Si
Sitti Zakiyah, S.Pd, M.Pd 1
0 . Seksi Sponsorship dan
Public Relation
Design Cover dan Layout
Prosiding
: Drs. Abas Kaluku, M.Si Novianita Achmad, S.Si, M.Si Irvan Mustafa, S.Pd
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
vii
TIM REVIEWER
1. Prof. Dr. H. Sarson W. Dj Pomalato, M.Pd. (Universitas Negeri Gorontalo) 2. Prof. Dr. Nurhayati Abbas, M.Pd. (Universitas Negeri Gorontalo) 3. Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. (Universitas Negeri Gorontalo)
4. DR. H. In Hi Abdullah, M.Si (Universitas Khairun Ternate)
5. DR. H. Kodirun, M.Pd. (Universitas Halu Oleo)
6. DR. Gelar Dwirahayu, M.Pd. (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
7. DR. Hepsi Nindiasari, M.Pd. (Univ. Sultan Ageng Tirtayasa)
8. DR. Maria Ulpah, M.Si. (IAIN Purwokerto)
9. DR. Achmad Mudrikah, M.Pd. (Uninus Bandung)
10.DR. Edy Surya, M.Si. (Universitas Negeri Medan)
11.DR. H. Ismail Zakaria, M.Si. (Universitas Negeri Gorontalo)
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
DAFTAR MAKALAH
A. PEMAKALAH UTAMA:1. Prof. Dr. Hans-Stefan Siller. University of Koblenz-Landau Germany. Judul
Makalah: “Modelling as a big idea in mathematics – Knowlegde and views of pre
-service and in-service teachers”.
2. Prof. DR. Didi Suryadi, M.Ed. SPs UPI Bandung. Judul Makalah: “Penguatan Kapasitas Pendidik Melalui Sistem Komunitas Berbasis Riset: Sebuah Upaya
Rintisan Di Kota Bandung”.
3. Prof. DR. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si. Universitas Sriwijaya. Judul Makalah:
“Design Research: Eksplorasi Budaya Indonesia Dan Implementasinya Dalam
Pembelajaran Matematika”.
4. Prof. DR. Budi Nurani Ruchjana. Universitas Padjajaran. Judul Makalah: “Peranan
Pendidikan Matematika Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015”.
5. Prof. Dr. Sarson W. Dj. Pomalato, M.Pd. Universitas Negeri Gorontalo. Judul
Makalah: “Model Based Development Of Contextual Learning Math For Improved Communication And Creativity Of Math Elementary School Students”.
6. Profesor Dr.rer nat Dedi Rosadi S.Si M.Sc. Universitas Gajah Mada. Judul
Makalah: “Pengajaran Ekonometrika Dan Analisis Runtun Waktu Dengan Paket Perangkat Lunak RcmdrPlugins.SPSS”.
7. DR. Kadir, S.Pd., M.Si. Universitas Halu Oleo. Judul Makalah: “Penggunaan Masalah Pesisir Untuk Melatih Kemampuan Berpikir Matematik Siswa SMP”.
B. PEMAKALAH BIDANG:
BIDANG PENDIDIKAN MATEMATIKA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN MEDIA SOFTWARE WINGEOM UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN REPRESENTASI
MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA MATERI RUANG DIMENSI TIGA KELAS X1 DI SMA NEGERI 1 LUWUK KABUPATEN BANGGAI
Andiny Sapriyanty Ahmad, Tedy Machmud ... 1-9 PROFIL KREATIVITAS PENYELESAIAN MASALAH GEOMETRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI TOMBULU MINAHASA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
Ontang Manurung ... 10-17 PROSES ABSTRAKSI PENGETAHUAN OLEH SISWA PADA KONSEP LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ix
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HIMPUNAN DI SMPN 1 SAWAN BULELENG
Made Susilawati ... 30-40
DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 GORONTALO
Franky A. Oroh ... 41-56
PENINGKATAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH DASAR
Zulfa Amrina ... 57-68
KOMPETENSI KOGNITIF SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTUCTION BERBANTUAN SOFTWARE MATHEMATICA® DALAM PEMBELAJARAN MATERI VOLUM BENDA PUTAR
James U.L. Mangobi ... 69-80
ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SMP KOTA PEKANBARU
Atma Murni ... 81-90
EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI-STUDENT
CENTERED LEARNING (SCL) DAN METODE AUDITORY
INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)
Ni Made Asih ... 91-103
PENGEMBANGAN SOAL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN STRATEGI FINDING A PATTERN
Navel Oktaviandy Mangelep ... 104-112
ANALISIS STRUKTUR DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTS TAHUN 2013/2014 MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA LITHNER
Triyawan Kolopita, Kartin Usman ... 113-127
PENGGUNAAN MIND MAPPING DALAM MENGATASI MISKONSEPSI MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN ANALISIS REAL
Luh Putu Ida Harini, Tjokorda Bagus Oka, Made Susilawati ... 128-137
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERNUANSA ISLAMI UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER MAHASISWA
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PENGARUH PEMBELAJARAN BERPUSAT MASALAH (PROBLEM
CENTERED LEARNING) TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
Madjid ... 148-160
MELIBATKAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Amelia T.P Kansil ... 161-175
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MAHASISWA PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR
Nila Kesumawati ... 176-186
PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN BANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
Khoerul Umam, Sigid Edy Purwanto, Cut Nurlia Aprilna ... 187-199
AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENURUT MODEL KOOPERATIF TIPE STAD
Santje M.Salajang ... 200-210
MEMBENTUK PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PESERTA PPL-1 DALAM BIMBINGAN LATIHAN MENGAJAR
MELALUI LESSON STUDY
Sumarno Ismail ... 211-222
MENINGKATKAN AKTIFITAS UNTUK HASIL BELAJAR INDIVIDU PADA MATERI POKOK UKURAN PEMUSATAN SUATU DATA YANG DISAJIKAN MELALUI DIAGRAM MELALUI PEMBELAJARAN SISTEM TAMU
Satra Hamzah ... 223-233
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MELIBATKAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN DALAM PEMROSESAN INFORMASI
Magy Gaspersz ... 234-248
BIDANG MATEMATIKA
PENENTUAN PEMENANG TENDER PENGADAAN BARANG DAN JASA DENGAN MENGGUNAKAN SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING METHOD (SAW) (Studi Kasus : Pengadaan Barang dan Jasa di LAPAN, Rumpin)
KNPM 6 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
xi
DIMENSI METRIK GRAF BLOK BEBAS ANTING
Hazrul Iswadi ... 259-266
MODEL PERTUMBUHAN LOGISTIK:MODIFIKASI PADA DAYA
DUKUNG DENGAN PEMANENAN PROPOSIONAL TERHADAP
POPULASI
Hasan S. Panigoro ... 267-279
MODEL LOGISTIK DENGAN PEMANENAN KONSTAN TERHADAP POPULASI:FENOMENA BIFURKASI AKIBAT PEMANENAN
Hasan S. Panigoro ... 280-289
KESTASIONERAN DAN SIFAT STATISTIK DARI MODEL GARCH (1,1) DAN EGARCH (1,1)
Isran K. Hasan ... 290-300
ANALISIS SENSITIVITAS PENGARUH EDUKASI, SKRINING DAN TERAPI ANTIRETROVIRAL PADA MODEL PENYEBARAN HIV/AIDS
PAPARAN PROF. DR. HANS STEFAN
SILLER
http://proxy.furb.br/ojs/index.php/modelling/article/view/322 1/2055
2
Modelling as a big idea in mathematics – Knowledge
and views of pre-service and in-service teachers
Modelling is agreed to be a big idea for mathematics as a scientificdiscipline with high relevance for mathematical literacy.
Consequently, teachers should be aware of this big idea and know how
modelling relates to a variety of curricular contents.
However, especially quantitative empirical research into knowledge
and views of pre-service and in-service teachers related to modelling is scarce.
Hence, a study of ABC-maths concentrates on professional knowledge and views of (Austrian) pre-service teachers about modelling as a big idea and contains first exploratory comparisons with in-service teachers.
The results suggest that especially for a sub-group of the participants
there is a need of professional development related to modelling.
In particular, the study focuses on the teachers’ knowledge and perceptions about modelling as a big idea and on views about the significance of modelling. The research questions are as follows:
1. Are pre-service and in-service teachers able to connect contents through the big idea of modelling and do they have meta-knowledge about the modelling process? 2. Which significance do pre-service and in-service teachers
assign to the big idea of modelling and how do they see this idea related to specific content areas?
In order to find out about the research questions, a paper-and-pencil-test and questionnaire was administered to
39 Austrian pre-service teachers (30 female, 8 male, 1 without data, mean age 23.5 years; SD=3.5 years) and
11 Austrian in-service teachers (5 female, 5 male, 1 without data, mean age 32.5 years; SD=9.6 years), working for on average 5.8 (SD=9.1) years at academic-track secondary schools.
Research question 1 focuses on professional knowledge related to connecting contents through the big idea of modelling.
In both items, teachers were asked to give examples related to aspects of modelling.
Between one fifth and more than one third of the teachers did not provide any adequate example, even if a first example was already given in the items, respectively.
Number of adequate examples given
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Task 1 Task 2 Task 1 Task 2 Modelling (pre-service teachers, N=39) Modelling (in-service teachers, N=11) freq uen cy of c ode (pe rc ent) 0 1 2 3 4 5 6
4
The influence of these given examples on the examples provided by the teachers was not high.
It is shown that the frequencies of the transfer level coding, which distinguished between examples close to the given example vs. examples in other content areas. The results show that a big majority of the examples was related to other content areas.
Transfer level code
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Task 1 Task 2 Task 1 Task 2 Modelling (pre-service teachers, N=39) Modelling (in-service teachers, N=11) fr eq ue nc y of c od e (p er ce nt )
no exam ple given/ no adequate exam ple
adequate exam ple(s ) given are clos e to the content area / clos e to given exam ple
adequate exam ple(s ) m ake(s ) link acros s content areas / are not clos e to content area of given exam ple
A global result concerning the question about describing phases of the modelling process was that 43.6% of the pre-service teachers did not provide any answer at all. Among the in-service teachers, 63.6% did not give any answer to that question. For the remaining 56.4% resp. 36.4% who gave an answer to the question, it was coded which phases and aspects of the modelling process were contained in the teachers’ answers.
Percentage of teachers who mentioned phases of modelling process Phase pre-service teachers in-service teachers Situation 86.4% 100% Model of the situation 27.3% 25% Model of the problem 27.3% 100% Mathematical model 86.4% 75% Mathematical result 72.7% 100% Interpreting the mathematical result 54.5% 100% Validating the interpreted result 27.3% 100% Running through the
cycle another time 4.5% 25% Use of technology 0.0% 0%
Research question 2 concentrates on the significance assigned to the big idea ‘modelling’ by the pre-service and in-service teachers in comparison with other big ideas. Figure 4 presents the corresponding results of the teachers’ ratings (ratings by numerical values from 0 (low significance) to 5 (high
significance)). As the data show, the big idea ‘modelling’ was rather not given the highest significance by both sub-samples, replicating the basic tendency of a pior study (Siller et al., accepted) with more than 100 German and more than 40 Austrian pre-service teachers.
These results concern the perceived significance of modelling for selected content domains. The diagram indicates that the significance of modelling might – in the eyes of the participating teachers – be restricted to a rather narrow field of curricular contents. However, for three obviously relevant content areas, the teachers do on average see a high significance of modelling. 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 Examining the divisibility of numbers Patterns in number sequences steps towards multiplication algorithm Examining calculus rules (e.g. 7×3=3×7) Word problems iconcerning calculus with money Tables and diagrams multiplication of fractions calculating areas pre-service teachers in-service teachers Low significance High significance
6 Beyond the evidence, the findings of this study also call for
empirical research into the role of the views examined here for the teachers’ choice of specific learning opportunities in the classroom and into the interdependency structure of professional teacher knowledge related to modelling. Such deepened analyses could open up ways of effective
PENGUATAN KAPASISTAS PENDIDIK MELALUI SISTEM KOMUNITAS BERBASIS RISET: SEBUAH UPAYA RINTISAN DI KOTA BANDUNG
Didi Suryadi
Universitas Pendidikan Indonesia ddsuryadi@gmail.com
Abstrak
Tata kelola pendidik di Indonesia, baik di lingkungan perguruan tinggi (dosen) maupun di sekolah (guru), dihadapkan pada tiga permasalahan substansial: 1) budaya berpikir pendidik yang cenderung imitatif dalam konteks pembelajaran; 2) budaya berpikir profesionalisme yang cenderung prosedural-administatif dalam konteks pengembangan kapasitas diri; dan 3) budaya berpikir komunitas profesi (guru, dosen, pengawas, widyaiswara) yang cenderung terisolasi satu sama lain dalam konteks pencapaian tujuan kolektif dan eksistensial pendidikan nasional. Akumulasi permasalahan tersebut bersifat kontraproduktif terhadap pengembangan karakteristik kecakapan baru yang dapat memperkuat kapasitas professional pendidik pada masa yang akan datang. Model komunitas pendidik berbasis riset menawarkan alternatif pemberdayaan pendidik melalui pengembangan kultur berpikir dalam konteks riset secara kolaboratif. Kultur yang berkembang melalui pendekatan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas pendidik secara berkelanjutan.
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan tantangan kehidupan semakin kompleks memerlukan kapasitas sumber daya manusia (SDM) mandiri dan berdaya sebagai dampak dari proses pendidikan yang mencerdaskan. Karena itu, diperlukan perspektif tata kelola SDM pendidik baik di lingkungan perguruan tinggi (dosen) maupun di sekolah (guru) yang mentransformasikan tiga permasalahan berikut: 1) budaya berpikir akademik yang cenderung imitatif dalam konteks pembelajaran; 2) budaya berpikir profesi pendidik yang cenderung prosedural-administatif dalam konteks pengembangan kapasitas diri; dan 3) budaya berpikir komunitas antar profesi pendidik (guru, dosen, pengawas, widyaiswara) yang cenderung terisolasi satu sama lain dalam konteks pencapaian tujuan kolektif dan eksistensial pendidikan nasional. Akumulasi isu tersebut mencerminkan ketidakmandirian dan ketidakberdayaan pendidik.
Permasalahan tersebut memerlukan perbaikan tata kelola SDM pendidikan berorientasi pada perubahan budaya sekolah dan budaya pendidikan guru. Dalam hal ini, aspek berpikir merupakan fondasi dari kemandirian pendidik (Suryadi, 2012). Karenanya, diperlukan pengembangan dasar filosofis, konseptual-teoretis dan praktis budaya berpikir dalam konteks pembelajaran, pengelolaan institusi pendidikan dan pengembangan profesional pendidik mulai jenjang sekolah dasar melalui analisis kemampuan berpikir peserta didik, pendidik dan pendidik guru yang mendasari konseptualisasi tata kelola sistem komunitas dan kemandirian sistem pendidikan yang memberdayakan kapasitas para pendidiknya.
yang mengembangkan budaya berpikir berorientasi pada pemutakhiran aspek-aspek subtansial dari profesi pendidik, yaitu guru, dosen dan profesor?; 3) Bagaimana memberdayakan kapasitas komunitas antar pendidik yang mengembangkan budaya kerjasama sinergis dan saling memberdayakan?; dan 4)Bagaimana implikasinya terhadap tata kelola pendidikan calon pendidik, pengembangan profesional pendidik dan penelitian yang dilakukan pendidik? HASIL AWAL YANG TELAH DICAPAI
Penelitian tentang pemberdayaan kapasitas pendidik telah lama dilakukan, khususnya melalui implementasi Lesson Study di beberapa kabupaten/kota (Bandung, Sumedang, Karawang, Surabaya dan Pasuruan). Melalui kajian sistematis terhadap berbagai budaya berpikir dan belajar terutama yang berkembang di Eropa dan Asia, penulis telah menghasilkan sintesis teoretis dan metodologis yang orisinal, yaitu Metapedadidaktik (Suryadi, 2009) dan Didactical Design Researh (DDR) (Suryadi, 2010). Keduanya memperoleh perhatian dan pengakuan luas dari kalangan akademisi dan praktisi pendidikan, baik di dalam dan luar negeri.
Hasil penelitian tersebut kemudian diperkenalkan kepada para guru di Sekolah Dasar GagasCeria Bandung yang telah menjadi mitra sejak tahun 2012 dalam konteks penelitian pengembangan profesional. Rintisan kerjasama penelitian tersebut telah menghasilkan beberapa produk yang dikembangkan tim dosen dan tim guru, antara lain berupa artikel yang dipresentasikan di seminar/konferensi nasional dan internasional, makalah utama, manuskrip artikel jurnal dan model pembelajaran matematika yang dikembangkan guru berdasarkan perspektif DDR. Semenjak bermitra dengan SD GagasCeria, kontekstualisasi teori Metapedadidaktik dan metodologi DDR menyentuh aspek bahan dan media ajar, pengembangan kurikulum dan pengelolaan pengembangan profesional di SD. Selain itu, kini permintaan untuk pembicara kunci serta studi banding ke SD GagasCeria baik di dalam dan luar negeri telah terjadwal hingga 2014.
Pengelolaan sistem pendidikan memerlukan perspektif tata kelola yang mendorong kemandirian dan inovasi. Penelitian lanjutan dari Metapedadidaktik dan DDR untuk mensinergikan tata kelola pendidikan sekolah dan pendidikan guru saat ini terus dilakukan. Perspektif ini merepresentasikan keunikan budaya berpikir tata kelola sistem pendidikan yang memungkinkan terbentuknya pusat keunggulan pendidikan di Indonesia serta memperkaya keilmuan pendidikan di dunia.
Kontribusi sistem komunitas primer yang telah dicapai adalah peningkatan tata kelola berbasis budaya berpikir di UPI dan SD GagasCeria. Perbaikan tata kelola di UPI mencakup kurikulum, pengajaran, penelitian, pengembangan profesional dosen dan manajemen pendidikan guru. Sementara di SD GagasCeria mencakup perbaikan tata kelola pembelajaran, pengembangan profesional guru dan manajemen sekolah.
Kajian sistematis terhadap berbagai praktik professional learning community
(PLC) dan budaya berpikir pendidik, terutama yang berkembang di Eropa (Kansanen, 2003; Brosseau, 1997) telah menghasilkan sintesis teoretis dan metodologis yang orisinal. Dalam hal ini, penulis telah menginisiasi aplikasi
terbatas yang secara empiris menunjukkan dua temuan utama: 1) komunitas riset sebagai sistem (Suryadi, 2011); dan 2) kerangka substansial teori
Metapedadidaktik dan metode Didactical Design Researh (DDR) (Suryadi, 2009; 2010; 2013). Kedua inovasi akademik tersebut telah memperoleh HAKI (2014) dan juga mendapat apresiasi dari masyarakat akademik internasional (disampaikan dalam konferensi WALS, November 2014).
Studi tentang komunitas riset (2007) menghasilkan konstruksi milieu sebagai unit dasar sistem komunitas, misalnya di satu sekolah. Di dalamnya, milieu
memiliki norma, perangkat, daya dukung, pola relasi dan substansi yang mendasari situasi riset. Oleh karena itu, sistem aktivitas kolaboratif-kolegial di dalam milieu melibatkan proses refleksi dan dialog perspektif antar individu pendidik dari sekolah tersebut. Pola serupa berlaku pada level subsistem yang terbentuk dari jalinan antar milieu yang pada akhirnya terakumulasi menjadi sistem berskala luas. Melalui sistem tersebut terbangun dialog reflektif dan argumentatif yang mendasari inferential belief system pendidik dalam memahami kerumitan fenomena pengajaran dan pembelajaran yang menjadi fokus kajian bersama. Implikasi dari studi ini adalah perlunya pengembangan kerangka dan perangkat berpikir yang membantu internalisasi pemahaman dan keyakinan pendidik agar dapat menerapkannya ke dalam praktik profesionalnya sehari-hari.
Implikasi tersebut mendasari studi tentang metapedadidaktik dan DDR (2009). Metapedadidaktik menyediakan perspektif tentang sistem keyakinan (belief system) serta proses berpikir relasional pendidik terkait materi, peserta didik dan dirinya sendiri. Untuk memaknainya dikembangkan DDR sebagai perangkat berpikir (thinking tool) dalam mengkaji dan menangani kompleksitas pengajaran-pembelajaran melalui praktik refleksi kritis (critical reflection). Ketika merancang pembelajaran, pendidik melakukan repersonalisasi untuk menggali argumentasi konseptual materi yang diajarkannya sambil memprediksi dan mengantisipasi ragam kemungkinan respon peserta didik. Pola pikir tersebut mendasari argumentasi didaktis-pedagogis pendidik ketika melaksanakan dan menganalisis pembelajaran.
Sejak tiga tahun terakhir kedua capaian penelitian tersebut diimplementasikan pada konteks terbatas baik pada lingkup perguruan tinggi maupun sekolah (Gambar 1). Di awal perkembangannya, penulis mengkaji komunitas riset pada kelompok bidang kajian (KBK) di Jurusan Pendidikan Matematika UPI (2007-2009). Temuannya mendasari konseptualisasi milieu dan objek penelitian dari sistem komunitas (2011). Selanjutnya, penulis menginisiasi pembentukan komunitas riset dosen yang memfokuskan pada pengembangan teori metapedadidaktik dan didactical design research (DDR) (2009-2011; 2013). Melalui milieu ini dihasilkan perangkat intelektual untuk analisis pengajaran dan pembelajaran seperti konstruksi learning obstacle (kesulitan belajar), learning trajectory (alur belajar), didactical situation (tahapan pengajaran), critical reflection and argumentation, repersonalization, dialog and Socratic questioning
serta belief system (Suryadi, 2013). Untuk memapankannya, sejak 2011 dilakukan riset kolaborasi dengan kolega dari Jepang yang mendasari pembentukan milieu
Gambar 1. Rekam jejak riset
Untuk menguji kelayakannya maka dilakukan implementasi terbatas dalam konteks penelitian calon guru matematika dan pengembangan guru sekolah dasar mitra. Penulis mengembangkan model sistem komunitas bimbingan skripsi dan tesis mahasiswa (2011) yang dilanjutan dengan inisiasi kemitraan riset dengan SD GagasCeria Bandung (2012) untuk mengembangkan proses berpikir dan sistem keyakinan guru matematika. Milieu yang terbentuk di SD GagasCeria menstimulasi difusi inovasi sehingga apa yang berkembang di tim guru matematika menyebar ke kelompok guru lainnya. Di tahapan ini, tim peneliti berhasil menemukan strategi pembentukan milieu, analisis situasi riset dan penerapan DDR sebagai perangkat intelektual. Lebih dari itu, sistem komunitas tersebut bersifat produktif imana telah dihasilkan beberapa artikel yang disajikan di berbagai forum nasional dan internasional. Saat ini beberapa tulisan mahasiswa dan guru SD GagasCeria sedang dalam proses reviu untuk publikasi monograf dan buku antologi.
Capaian awal tersebut mendorong penulis bersama tim dari UPI dan SD GagasCeria menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Bandung (Februari 2014). Perluasan terhadap 21 SD negeri mendasari prototip jalinan milieu antar sekolah. Pengalaman ujicoba terbatas memberikan gambaran strategi implementasi sistem komunitas berbasis riset yang diperankan oleh pusat-pusat
milieu baru yang menjadi poros kegiatan riset pendidik beserta skema diseminasinya. Lebih dari itu, pengalaman tersebut mendasari kerangka transfer pengetahuan, inovasi kebijakan dan standar tata kelola pendidik secara sistematis berbasis riset. Diseminasi terbatas pengalaman di SD GagasCeria tersebut mendapat apresiasi dari partisipan serta rekognisi dari pimpinan dinas pendidikan dan pimpinan UPI
RENCANA PENGEMBANGAN SELANJUTNYA
Rencana pengembangan selanjutnya akan dilaksanakan selama tiga tahun ke depan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Bandung. Subyek utama penelitian adalah tim peneliti dari UPI, pimpinan dan guru-guru SD GagasCeria dan Dinas Pendidikan Kota Bandung. Setiap mitra berkontribusi dalam penyediaan daya dukung, misalnya pembiayaan maupun personel, dengan mekanisme berbagi peran dan tanggungjawab. Pengalaman kemitraan yang terjalin selama ini menunjukkan berjalannya mekanisme tersebut sehingga memungkinkan untuk pembentukan sistem komunitas pendidik SD di Kota Bandung sebagai target perluasan.
Tim peneliti UPI berperan dalam mengembangkan kerangka penelitian perluasan ini seperti konstruksi teoretis dan metodologis, fasilitasi program dan kontennya, instrumentasi dan analisis data serta mekanisme transfer pengetahuan dan diseminasinya. Selain itu, tim peneliti UPI akan melibatkan mahasiswa S2 maupun S3 yang berperan untuk melakukan penelitian dengan tema spesifik dan mendalam dari penelitian implementatif ini. Dalam pelaksanaannya, tim UPI bersama mitra lainnya, mengembangkan sistem komunitas dan pendekatan berbasis riset.
Sistem komunitas dibangun dengan beberapa pendekatan: 1) memperkuat SD GagasCeria sebagai milieu primer; 2) membentuk empat SD sasaran baru sebagai milieu sekunder; 3) melibatkan banyak SD lainnya untuk membentuk jalinan antar milieu; 4) mengembangkan forum dialog interaktif dan partisipatif untuk sosialisasi, perancangan, serta praktik refleksi kritis; dan 5) mengembangkan mekanisme dan platform untuk komunikasi, publikasi dan transfer pengetahuan.
Basis riset dikembangkan dengan beberapa pendekatan: 1) mengembangkan protokol pola interaksi dialogis untuk mendukung praktik refleksi kritis dalam bentuk workshop, diskusi terfokus dan seminar; 2) menerapkan DDR sebagai perangkat intelektual dalam perancangan dan analisis pengajaran dan pembelajaran; 3) mengembangkan kerangka dialog argumentatif sebagai basis penyelidikan pendidik yang humanis; 4) mengembangkan kemampuan akademik partisipan terkait penulisan dan publikasi practical research; 5) mengembangkan tema penelitian spesifik yang akan dikaji secara mendalam; dan 6) mengembangkan model, standar dan penjaminan mutu tata kelola pendidik berskala sistem komunitas berbasis riset.
Tim peneliti SD GagasCeria berperan untuk menyediakan daya dukung untuk penguatan sekolahnya sebagai milieu primer yang menjadi poros utama perluasan sistem komunitas dan basis riset di Kota Bandung. Terkait sistem komunitas, SD GagasCeria mengembangkan: 1) tata kelola milieu; 2) forum dialog interaktif dan praktik refleksi kritis diantara guru; 3) platform komunikasi, publikasi dan transfer pengetahuan kepada sekolah lain. Berkenaan dengan basis riset, SD GagasCeria mengembangkan: 1) kepemimpinan, manajemen dan program sekolah; 2) panduan refleksi kritis dan dialog argumentatif diantara guru; 3) rancangan pembelajaran beserta analisisnya dengan menerapkan DDR; 4) tema penelitian spesifik yang akan dikaji secara mendalam oleh para guru; dan 5) model standar dan penjaminan mutu tata kelola pendidik berskala milieu berbasis riset.
Dinas Pendidikan Kota Bandung berperan dalam menyediakan daya dukung pembentukan milieu sekunder serta jalinan antar milieu sehingga terbentuk sistem komunitas berbasis riset berskala luas. Pendekatan yang dilakukan Dinas Pendidikan Kota Bandung adalah: 1) mengkoordinasikan keterlibatan banyak SD di Kota Bandung; 2) memetakan dan menentukan empat SD yang akan dijadikan
milieu sekunder; 3) mengkoordinasikan pembentukan subsistem komunitas berupa jalinan antara milieu sekunder dengan SD lainnya; 4) mengkoordinasikan
pembentukan sistem komunitas berupa jalinan antar milieu; 5)
mengkoordinasikan pelaksanaan forum dialog dan praktik refleksi; dan 6) mendukung realisasi platform komunikasi, publikasi dan transfer pengetahuan. Terkait dengan basis riset, Dinas Pendidikan Kota Bandung berperan dalam mengembangkan: 1) manajemen program sistem komunitas berbasis riset; 2) panduan pembentukan dan jalinan antar milieu; 3) rancangan penjaminan mutu dan produktifitias sistem komunitas berbasis riset; dan 4) standar tata kelola pendidik berskala sistem komunitas berbasis riset.
1) menyediakan daya dukung untuk dibentuk menjadi milieu sekunder melalui pendampingan tim UPI; 2) bekerjasama dengan milieu primer dan membentuk jalinan antar milieu membentuk sistem komunitas; 3) bekerjasama dengan sekolah lainnya membentuk subsistem komunitas; dan 4) mendukung realisasi platform komunikasi, publikasi dan transfer pengetahuan. Terkait dengan basis riset, milieu sekunder berperan dalam hal: 1) menerapkan panduan refleksi kritis dan dialog argumentatif diantara guru; 3) merancangan pembelajaran beserta analisisnya dengan menerapkan DDR; 4) mengembangkan tema penelitian spesifik yang akan dikaji secara mendalam oleh para guru; dan 5) bersama tim peneliti mengembangkan model tata kelola pendidik berskala subsistem berbasis riset.
Sejumlah SD lainnya dilibatkan untuk partisipasi dalam membentuk sistem komunitas. Setiap sekolah berperan dalam: 1) menyediakan daya dukung bagi terciptanya milieu berbasis riset di sekolahnya masing-masing; 2) bekerjasama dengan milieu sekunder untuk membentuk subsiste; 3) terlibat dalam forum dialog dan praktik refleksi berskala sistem komunitas; dan 4) mendukung realisasi platform komunikasi, publikasi dan transfer pengetahuan. Terkait dengan basis riset, setiap SD berperan dalam: 1) menerapkan panduan refleksi kritis dan dialog argumentatif diantara guru; 3) merancangan pembelajaran beserta analisisnya dengan menerapkan DDR; 4) mengembangkan tema penelitian spesifik yang akan dikaji secara mendalam oleh para guru.
Berdasarkan konstruksi peran-peran tersebut dikembangkan kerangka umum metodologi penelitian ini (Gambar 2). Skema besar model sistem komunitas berbasis riset mirip seperti konferensi pendidikan atau education fair yang dibangun dari bawah (grassroot movement) dengan dukungan dari pemangku kebijakan secara sistematis dan berkelanjutan. Hal tersebut direalisasikan ke dalam bentuk kegiatan spesifik dan unik yang berhasil dikembangkan prototipnya selama bermitra dengan SD GagasCeria. Prinsip dari kegiaatan tersebut adalah membangun dialog argumentatif dan praktik refleksi kritis. Kegiatan tersebut diantaranya workshop DDR dan berbagai forum/sesi dalam bentuk diskusi terfokus, perancangan, pengamatan dan refleksi pembelajaran, penulisan manuskrip, serta eksibisi praktik dan karya pendidik. Untuk mengkomunikasikan perluasan tersebut secara lebih luas, platform berbasis ICT dikembangkan dalam bentuk website dan social media yang interaktif serta publikasi cetak seperti buku, antologi, artikel, modul dan monograf.
Gambar 2 Kerangka besar metodologi penelitian
Skema besar seperti konferensi tersebut merupakan akumulasi dan kulminasi dari berbagai kegiatan yang dilakukan di setial level milieu dan subsistem. Kegiatan besar itu akan dilakukan sekali setiap tahunnya. Adapun kegiatan-kegiatan spesifik di setiap level tersebut dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan. Level I dilaksanakan pada milieu primer yang berpusat di SD GagasCeria. Level II diterapkan kepada milieu sekunder atausubsistem dipusatkan di empat SD sasaran. Level III berskala sistem komunitas yang dilakukan secara terintegrasi dan terkoordinasi dimana diperankan secara strategis oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Implementasi di setiap level tersebut dilakukan melalui dua pendekatan utama: workshop dan forum dialog. Di dalam skema tersebut, Workshop DDR menjadi kunci karena berkaitan langsung dengan praktik pengajaran dan pembelajaran. Workshop ini bersifat eksploratif karena di dalamnya tersedia perangkat intelektual untuk analisis pengajaran dan pembelajaran. Perangkat tersebut mencakup pola-pola berpikir kritis dan kreatif serta dialog argumentatif dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan refleksi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Brosseau, G. (1997). Theory of Didactical Situations in Mathematics. New York: Kluwer Academic Publishers.
Darling-Hammond, L. (2006a). Powerful Teacher Education: Lessons from Exemplary Programs. San Francisco: Jossey-Bass.
Hardman, D., & Macchi, L. (Eds). (2003). Thinking: Psychological Perspectives on Reasoning, Judgment and Decision Making. Chichester: John Willey & Sons Ltd.
Hargreaves, A., & Fullan, M. (2011). Professional Capital. San Francisco: Josssey-Bass. Hendayana, S., Suryadi, D., Karim, M. A., Sukirman., Ariswan., Sutopo., Supriatna, A.,
Kansanen, P. (2003). Studying-theRealistic Bridge Between Instruction and Learning. An Attempt to a Conceptual Whole of the Teaching-Studying-Learning Process.
Educational Studies, Vol. 29,No. 2/3, 221-232
Suryadi, D. (2009). Metapedadidaktik dalam Pembelajaran Matematika: Suatu Strategi Pengembangan Diri menuju Guru Profesional. Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung April 2009.
Suryadi, D. (2010). Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR): Sintesis hasil pemikiran berdasarkan lesson study. Dalam T. Hidayat, I. Kaniawati, I. Suwarma, A. Setiabudi, and Suhendra (Eds.): Teori, paradigma, prinsip dan pendekatan pembelajaran MIPA dalam konteks Indonesia (pp. 55-75). Bandung: FPMIPA UPI. Suryadi, D. (2012). Membangun Budaya Baru dalam Berpikir Matematika. Bandung: Rizqi
Press.
Suryadi, D. (2013) Didactical Design Research (DDR) to improve the teaching of mathematics. Far East Journal of Mathematical Education, 10 (1), pp. 91-107.
Suryadi, D., Rosjanuardi, R., Itoh, T. (2011). A model of a mathematics research community in the context of Indonesian higher education. Gunma University Journal, 59, pp. 21-34.
DESIGN RESEARCH:
EKSPLORASI BUDAYA INDONESIA DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Ratu Ilma Indra Putri
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsri, ratu.ilma@yahoo.com
Extended abstract
Penggunaan konteks yang berupa kehidupan sehari-hari dalam pembelajaran matematika sedang banyak dibicarakan khususnya dalam PISA. PISA adalah salah satu studi international yang hasilnya dijadikan bencmarking international untuk negara-negara peserta Organisation For Economic Cooperation And Development (OECD) dan peserta PISA di luar negara-negara OECD (OECD, 2012). Dilihat dari aspek matematika, PISA bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari (Putri, 2012). Hasil PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada rangking 64 dari 65 negara, hal ini menunjukkan harus lebih ada perubahan dalam dunia pendidikan matematika. Menurut Pranoto dalam Kompas (2013), yang menyatakan bahwa kecakapan matematika yang diharapkan dunia melalui tes PISA itu berbeda dengan yang diajarkan di sekolah dan yang diujikan dalam ujian nasional, hal ini yang disebabkan oleh sekolah Indonesia terlalu fokus mengajarkan kecakapan yang sudah kedaluwarsa, seperti menghafal dan berhitung ruwet dan melupakan bernalar.
Rendahnya nilai PISA di Indonesia sejak tahun 2000 sampai tahun 2012, hal ini menunjukkan perlunya perubahan kurikulum di Indonesia sehingga diharapkan siswa mampu bukan hanya untuk pengetahuan namun juga mampu berpikir kritis dan kreatif dan berkarakter (Kemendikbud, 2013). Untuk mewujudkan hal itu maka diperlukan kemampuan guru untuk mendesain perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Namun kenyataannya terdapat kendala bagi guru dalam mendesain perangkat pembelajaran, sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik antara peneliti (dosen), calon guru (mahasiswa FKIP) dengan guru di sekolah. Salah satu pendekatan yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Menggunakan konteks, membuat siswa berinteraktifitas, adanya kontribusi siswa dalam pembelajaran merupakan karakteristik PMRI, hal ini sangat sesuai dengan kurikulum. Walapun di kelas siswa telah berdiskusi, namun membuat permasalahan yang membuat siswa untuk berdiskusi masih sulit bagi guru (Gravemeijer, 2010).
Menurut Freudenthal (1991), matematika harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Zulkardi dan Putri (2006) menyatakan untuk memulai pembelajaran harus menggunakan konteks. Gravemeijer (2011), menyatakan cara untuk membuat matematika yang abstrak menjadi konkrit dengan cara menghubungkan apa yang
2 secara maksimal dalam pembelajaran. Budaya tersebut dapat berupa cerita rakyat, tarian dan kerajinan tradisional. Salah satunya adalah melalui Tari Indang, siswa dapat belajar tentang Simetri (Helsa dan Putri, 2012). Selain itu kerajinan tradisional menganyam dapat digunakan dalam pembelajaran luas (Haris dan Putri, 2011). Menurut Gadanidis dan Hoogland (2002); Lestariningsih et al (2012) menyatakan bahwa cerita dapat menjadi suatu konteks dalam belajar mengajar matematika. Hal ini sesuai dengan penelitian Triyani dan Putri (2012) yang menggunakan cerita legenda “Putri Dayang Merindu” dalam mengajarkan meteri Kelipatan Persekutuan Terkecil. Putri (2012) menggunakan cerita legenda “Malin Kundang” dalam mengajarkan bangun datar.
Menurut Norvell (2007); Jaelani et al (2013) menyatakan siswa dapat belajar konsep waktu menggunakan permainan pengukuran waktu. Permainan tradisional Gasing, dapat menjadi titik awal belajar tentang pengukuran waktu (Jaelani et al, 2013). Permainan Bermain Satu Rumah, siswa dapat belajar operasi bilangan (Nasrullah et al, 2011). Selain mendesain lintasan belajar, juga mengembangkan modul (Putri, 2013b), mengembangkan soal seperti soal tipe PISA (Putri, 2013a), serta mendesain lingkungan belajar melalui televisi (Putri, 2015). Oleh karena itu melalui aktivitas menemukan dan konstuktivis, siswa dapat mengembangkan seluruh kemampuan dan berpikirnya.
Menurut Gravemeijer dan Cobb (2006), untuk mengembangkan instructional theory dan materi ajar, yang didesain untuk mendukung pembelajaran menggunakan design research. Untuk mendesain materi ajar yang sangat penting adalah mengetahui bagaimana proses pelaksanaan dari lintasan belajar (Learning Trajectory/LT) yang didesain, sehingga harus dikaitkan antara yang didesain dengan teori tertentu yang sesuai dengan topik (Eerde, 2013). Teori yang dimaksudkan bukan secara general, tapi secara spesifik dalam pembelajaran matematika, seperti topik geometri pada materi bangun datar yang diajarkan menggunakan permainan tangram. Oleh karena itu teori khusus ini disebut dengan Local Instructional Theory (LIT).
Design research dalam bidang pendidikan matematika yang lazim dilakukan oleh guru, mahasiswa, serta pendidik matematika bertujuan untuk mengembangkan teori pembelajaran yang spesifik pada topik matematika tertentu. Tujuan makalah ini untuk menginformasikan proses penggunaan design research dalam menghasilkan lintasan belajar matematika menggunakan budaya Indonesia dan implemetasinya di kelas. Metode yang digunakan adalah design research dengan tipe validation studies. dalam proses belajar mengajar, dilakukan observasi menggunakan video, wawancara dan catatan lapangan. Melalui cerita Malin Kundang dapat membantu siswa mengerti konsep pengenalan bangun datar dan permainan gasing dalam membantu siswa memahami konsep waktu. Dari hasil penelitian yaitu lintasan belajar menggunakan budaya Indonesia dapat membantu siswa mengerti tentang konsep matematika.
Daftar Pustaka
Freudenthal, H. (1991). Revisiting mathematics education: China Lectures. Dordrecht, the Netherlands: Kluwer Academic Publishers.
Gadanidis., Hoogland. (2002). Mathematics as Story. Ontario: University of Western Ontario.
Graveimeijer, K. (2010). Realistic mathematics education theory as a guideline for problem-centered, interactive mathematics education. In Sembiring, R.K., Hoogland, K., & Dolk M. (2010). A decade of PMRI in Indonesia. Utrecht: APS International.
Gravemeijer, K.P.E., & Cobb, P. (2006). Design Research from a learning design perspective. In J. van den Akker, K.P.E. Gravemeijer, S. McKenney & N. Nieveen (Eds.), Educational design research (pp.17-51). London: Routledge. Haris, D., dan Putri, R.I.I. (2009). The role of context in third graders’ learning of
area measurement. IndoMS. J.M.E., 2 (1), pp. 55-66.
Helsa, Y., dan Putri, R.I.I. (2012). Design research in PMRI: using math traditional dance in learning symmetry for grade four of primary school. Proceeding of joint seminar on mathematics, 11-12 November, Riau, Indonesia.
Putri, R.I.I. (2015). Designing learning environment on television. International Journal Social Media Interactive Learning Environment. 3 (1), pp. 71-82.
Putri, R.I.I. (2013a). Pengembangan soal tipe PISA siswa sekolah menengah pertama dan implikasinya pada kontes literasi matematika (KLM) 2011. Prosiding pada Seminar Nasional Matematika dan Terapan. 28-29 November. Aceh, Indonesia. Putri, R.I.I. (2013b). Pengembangan modul evaluasi pembelajaran menggunakan teori
belajar konstruktivisme. Prosiding pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika. 13-14 November. Yogyakarta, Indonesia.
Putri, R.I.I. (2012). Pendisainan hypotetical learning trajectory (HLT) cerita malin kundang pada pembelajaran matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. 10 November. Yogyakarta. Indonesia. Jaelani, A., Putri, R.I.I., Hartono, Y. (2013). Traditional gasing game to support
students strategies of measuring time in third grade of primary school. IndoMS. J.M.E., 4 (1), pp. 29-40.
Kemendikbud, (2013). Implementasi kurikulum 2013. Jakarta.
Kompas, (2013). Skor PISA: Posisi Indonesia nyaris jadi juru kunci. Retrieved Desember 2013, dari web di http:// www.kompas.com.
Lestariningsih, Putri, R.I.I., Darmawijoyo, (2012). The legend of kemaro island for supporting students in learning average. IndoMS. J.M.E., 3 (2), pp. 165-174. Nasrullah, Zulkardi, (2011). Using “BSR” as traditional game to support number
sense development in children’s strategies of counting. Proceeding of joint seminar on mathematics, 11-12 November, Riau, Indonesia.
Norvell, B. (2007). Have We Been To Launch Yet? Helping Young Children Conceptualize Time. Research Brief Coastal Carolina University November 2007. (http://www.coastal.edu/education/research/time.pdf. Retrieved 11 Agustus 2011.
OECD. (2012). PISA 2012 Mathematical Framework. Paris : OECD.
Triyani, S., Putri, R.I.I., Darmawijoyo, (2012). Ability in understanding least common multiple (LCM) concept using storytelling. IndoMS. J.M.E., 3 (2), pp.151-164. Zulkardi dan Putri, R.I.I. (2006). Mendesain sendiri soal kontektual matematika.
1
BUDI NURANI R. –HANS STEFAN SILLER* DOSEN PRODI MATEMATIKA FMIPA UNPAD
PRESIDEN INDOMS 2012-2016
budinr@unpad.ac.id
*) Didaktik der Mathematik Universität Koblenz-Landau FB Mathematik/Naturwissenschaften Mathematisches Institut Leiter des
Zentrums für Lehrerbildung
siller@uni-koblenz.de
KONFERENSI NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VI GORONTALO, 11 AGUSTUS 2015
PERANAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
TOPIK BAHASAN
KNPM VI 2015
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 (MEA2015)
HIMPUNAN PROFESI I NDOMS
PENDIDIKAN TINGGI , PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PERANAN INDOMS DALAM MENGHADAPI MEA2015
TUJUAN KNPM VI 2015
Konferensi Nasional Pendidikan Matematika (KNPM) ke 6 di Universitas Negeri Gorontalo (UNG) diniatkan untuk dapat memberikan sumbangsih pemikiran meneguhkan harapan tumbuhnya kultur akademik dan menggaungkan revolusi mental melalui matematika dan pendidikan matematika.
Harapan ini senantiasa harus diikhtiarkan secara bertahap dan
kontinu. Seminar, diskusi ilmiah, diseminasi hasil-hasil penelitian dan sharing pengetahuan terkini dibidang matematika serta best practice dalam pembelajaran matematika pada kegiatan KNPM 6 ini diharapkan menjadi wahana instrumental dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045 dan generasi Indonesia yang berkarakter.
MEA2015
3
MEA2015
Sejak tahun 2008, ASEAN telah menjadi organisasi regional yang membentuk legal personality dengan motonya yang terkenal: "One vision, one identity, one caring and sharing." Masyarakat Ekonomi ASEAN (popular dengan sebutan MEA) sebagai pasar tunggal (single market) yang akan segera berlaku Desember 2015
Beberapa prinsip yang ingin dicapai dalam MEA 2015, antara lain, adalah aliran barang dan jasa secara bebas, investasi, serta tenaga kerja profesional dan terdidik (free flow of professional and skilled labors). Semua ini tentu berkaitan secara langsung maupun tak langsung dengan dunia
pendidikan tinggi.
Peluang bagi Indonesia
1. Sumberdaya alamyang beragam
2. Jumlah penduduk yang produktif 2010 sd 2025 (bonus demografi)
3. Peluang mendapatkanpendidikan tinggiyang semakin membaik 4. Pemahaman pendidikan tinggipendidikan untuk orang dewasa
5. Pemahaman perguruan tinggi sebagai lembagaTridharma
(Diklitabmas), modal untuk pengembangan dan penerapan iptek
6. Masyarakatpengguna teknologi komunikasi
7. Mutual Recognition Agreement dengan berbagai pihak 8. Masyarakat yang melek teknologi informasi
9. Percepatan peningkatannilai tambahdengan sentuhanteknologi
Tantangan global
1. Kecepatanperkembangan iptek
2. Perkembanganarus informasiyang tak mengenal ruang dan waktu
3. Kebutuhanlayanan yang professional (cepat, tepat)
4. Perkembanganbisnisyang berorientasi pada
“networking”
5. Mobilitasorang dan ilmu pengetahuan
6. Fleksibilitasdalambertransaksi
7. Kembalinya kehidupan padabahan yang alami
8. Adanya kecenderungan padakeseragaman kebutuhan
(pangan, air, energi)
2008-2009 2010-2011 2012-2013 2014-2015 •Harmonisasi regulasi •Perbaikan sistem dan penguatan institusi •Persiapan dan pelaksanaan MRA • Pelaksanaan MRA untuk okupasi yang sudah disepakati • Perluasan, penyiapan dan pelaksanaan untuk bidang profesi lain BIDANG PROFESI
1 ENGINEERS 5 MEDICAL DOCTOR
2 ARCHITECT 6 DENTIST
3 ACCOUNTANT 7 NURSES
5
Tenaga Kerja Asing di Indonesia Tahun 2014
SISTEM PENDIDIKAN di INDONESIA
PENDI DIKAN NON FORM AL PENDIDIK AN INFORMALPENDIDIKAN FORMAL
PAU D Pemb angu nan karak ter PENDIDI KAN DASAR Pemban gunan karakter dan PEMBELA JARAN PENDIDI KAN MENEN GAH Pemban gunan karakter dan PEMBELAJA RAN PENDIDIKAN TINGGI Pembangunan karakter, PEMBELAJARAN ,PENELITIAN dan PENGABDIAN pada MASYARAKAT Pendidikan sebagai fondasi Kemandirian bangsa Pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Pendidikan sebagai metode untuk membangun karakter bangsaLandasan Hukum dalam Menjalankan
Pendidikan Tinggi
UU Sisdiknas 20/2003 RUU keperawatan UU Guru dan Dosen 14/2005 UU keinsinyuran UU Dikti 12/2012 UU Dikdok 13/20137
PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA 2014
Jumlah perguruan tinggi di Indonesia adalah 3.485
100 PTN (3%) menampung sekitar 1.541.261
mahasiswa
3.385 PTS 97%) menampung sekitar 2.825.466
mahasiswa.
BEBERAPA KENDALA PT
masih kurangnya tenaga dosen masih rendahnya kuantitas dan kulitas penelitian serta publikasi ilmiaH
terbatasnya sarana untuk bidang pendidikan seperti lisensi perangkat lunak yang digunakan dalam proses belajar mengajar maupun riset
terbatasnya sarana maupun alat-alat laboratorium pendidikan serta laboratorium peneltian dan lain-lain
Data Dosen Tetap
Berdasar Jabatan Akademik (2013)
TENAGA PENGAJAR; 62722; 40% ASISTEN AHLI; 30352; 19% LEKTOR; 35467; 22% LEKTOR KEPALA; 25814; 16% GURU BESAR; 4390; 3% JUMLAH
Peringkat Perguruan Tinggi Indonesia
versi QS 2013
No Peringkat ke
Nama Perguruan Tinggi
1 309 Unversitas Indonesia 2 461 Institut Teknologi Bandung 3 501 Universitas Gadjah Mada 4 701+ Universitas Airlangga 5 701+ Institut Pertanian Bogor 6 701+ Universitas Diponegoro 7 701+ Institut Teknologi Sepuluh Nop.
Surabaya
9
Peringkat Perguruan Tinggi Indonesia
versi Webometrics 2013
No Peringkat ke
Nama Perguruan Tinggi
1 600 Institut Teknologi Bandung 2 640 Universitas Gadjah Mada 3 653 Universitas Indonesia 4 1084 Universitas Padjadjaran 5 1165 Universitas Gunadarma 6 1254 Universitas Brawijaya 7 1290 Institut Pertanian Bogor 8 1360 UK Petra
9 1404 Universitas Airlangga 10 1455 Universitas Diponegoro
PERINGKAT PERGURUAN TINGGI VERSI 4ICU EDISI JANUARI 2014
Tantangan : Hasil Akreditasi Program Studi 19
PTS
A 21% B 40% C 16% C' 7% Proses 16%PTN
Jumlah Prodi: 494450 PT --SCOPUS
11
24 MATEMATIKAWAN DENGAN PUBLIKASI TERBANYAK TAHUN 2014
1. Edy T. Baskoro (ITB, Bandung, Kombinatorika), 103/169 2. Hendra Gunawan (ITB, Bandung, Analisis), 46/135 3. M. Salman (ITB, Bandung, Kombinatorika), 42/56 4. Kiki A. Sugeng (UI, Depok, Kombinatorika), 32/32 5. Slamin (Unej, Jember, Kombinatorika), 31/150
6. Rinovia Simanjuntak (ITB, Bandung, Kombinatorika), 31/59 7. Edy Soewono (ITB, Bandung, Matematika Terapan), 27/23 8. Hilda Assiyatun (ITB, Bandung, Kombinatorika), 24/17 9. Mawardi Bahri (Unhas, Makassar, Analisis), 23/18
10. Saladin Uttunggadewa (ITB, Bandung, Kombinatorika), 19/2 11. Pudji Astuti (ITB, Bandung, Aljabar), 17/10
12. S.M. Nababan+ (ITB, Bandung, Matematika Terapan), 17/8
13. Sutawanir Darwis (ITB, Bandung, Statistika), 17/0
14. A.A. Gede Ngurah (Unmer, Malang, Kombinatorika), 15/24 15. Andonowati (ITB, Bandung, Matematika Terapan), 15/11 16. Agus Y. Gunawan (ITB, Bandung, Matematika Terapan), 15/1 17. I Wayan Mangku (IPB, Bogor, Statistika), 14/15
18. Intan Muchtadi-Alamsyah (ITB, Bandung, Aljabar), 14/1 19. I Wayan Sudarsana (Untad, Palu, Kombinatorika), 13/9 20. Leo H. Wiryanto (ITB, Bandung, Matematika Terapan), 13/7 21. Irawati (ITB, Bandung, Aljabar), 12/0
22. Johan M. Tuwankotta (ITB, Bandung, Analisis), 11/6 23. Djoko Suprijanto (ITB, Bandung, Kombinatorika), 10/9 24. Indah E. Wijayanti (UGM, Yogyakarta, Aljabar), 10/7
GURU BESAR BIDANG MATEMATIKA
BIDANG MATEMATIKA: 89 ORANG
BIDANG PENDIDIKAN MATEMATIKA: 43 ORANG
PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH DI INDONESIA
13
JUMLAH DATA SATUAN
PENDIDIKAN (SEKOLAH)
PERANAN GURU
(WIDODO, SEMNAS MATEMATIKA UMS, 2015)
Sejak 2007 guru merupakan jabatan profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif.
Pendidik (Guru, Widya Iswara, Dosen) memiliki peran kunci yang strategis dan penting dalam peningkatan kualitas pendidikan, karena pendidik merupakan salah satu ujung tombak pembinaan generasi penerus.
Sejak diakuinya guru sebagai profesi melalui UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta diberlakukannya sertifikasi guru mulai tahun 2007, guru harus melakukan tugasnya secara professional.
Dalam pasal 11 Permenneg PAN dan RB No. 16/2009, tugas guru tidak hanya mengajar, membimbing dan menilai, tetapi juga harus melakukan peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Ada empat jenjang jabatan guru yaitu guru pertama, guru muda, guru madya dan guru utama. Permenneg ini diberlakukan mulai tahun 2013.
Dengan prestasi dan kemampuan serta
tantangan yang ada saat ini, siapkah kita
menghadapi persaingan di Asia?
JawabannyaBELUM SIAP, kecuali:
1. Membangun budaya kualitasberkelanjutan dengan mengimplementasikansistem penjaminan mutu
internal dan eksternaldi pendidikan tinggiserta pendidikan dasar dan menengah
2. Menciptakansuasana akademikdi kampus dan persekolahan
3. MengimplementasikanKerangka Kualifikasi Nasional Indonesia untuk pendidikan tinggi
17
MASALAH SERIUS MENGHADAPI MEA2015
Sampai saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia masihbelum paham tentang adanya MEA2015, apalagi untuk memanfaatkan peluangnya.
Sementara itu, di sisi neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN, Indonesia mengalami defisit dengantrendyang makin meningkat.
Meskipun berdasarkan indeks daya saing yang dikeluarkan olehWorld Economic Forumbaru-baru ini, Indonesia mengalami peningkatan dari 50 pada tahun 2012-2013 menjadi
peningkatan ke-38 pada tahun 2013-2014, namun posisi Indonesia saat ini masih berada pada satu peringkat persis di bawah Thailand, di peringkat 37.
Selain itu, secara khusus, daya saing tenaga kerja Indonesia saat ini masih rendah dibandingkan Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. MenurutAsian Productivity Organization(APO), dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3% yang terampil, sedangkan Filipina 8,3%, Malaysia 32,6% dan Singapura 34,7%.
Tantangan internal, yaitu bervariasinya tingkat pembangunan daerah dan kesiapannya dalam menghadapi MEA2015. Hal ini tentunya terkait erat dengan kondisi geografis yang bervariasi dan penyebaran pembangunan yang relatif belum merata.
Khusus yang menyangkut perguruan tinggi (PT), kualitas PT kita masih jauh tertinggal, baik dilihat dari pemeringkatan seperti Webometric, QS Star, masih belum ada yang menembus level 100 dunia. Hal ini merefleksikan rendahnya produktivitas dan kualitas penelitian dan publikasi para dosen di Indonesia.
USULAN KEGIATAN
Meningkatkan kualitas dan cakupan pendidikan tinggi di perguruan tinggi, pendidikan dasar dan menengah
dipersekolahan agar dapat memberikan saran kebijakan dan masukan/rekomendasi kepada pemerintah dan swasta
tentang langkah dan peluang yang dapat diraih oleh Indonesia di pasar ASEAN; atau tentang strategi negara ASEAN lain yang harus dicermatii oleh Indonesia.
Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang MEA2015, yang dapat diselipkan dalam program pengabdian masyarakat
Memperkuat kapasitas kelembagaan perguruan tinggi dan persekolahan menghadapi MEA2015, bukan saja pada aturan-aturan yang ada, namun pada organisasi secara keseluruhan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah sejak lama memberikan dorongan pada upaya penguatan itu, yang diintroduksi lewat berbagai aktivitas untuk mengarahkan padaTatakelola (Tata Pamong) Perguruan Tinggi dan persekolahan yang baik.
Melakukan penjaminan mutu dan akreditasi sesuai standar nasional dan internasional.
Dalam mengembangkan kurikulum, selain memasukkan pendidikansoft skilldan entrepreneurship, serta sertifikasi, juga orientasi kepada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Kerangka Kualifikasi Regional (KKR)
merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu, sosialisasi, khususnya tentang KKNI harus lebih ditingkatkan.
19
USULAN KEGIATAN
Kerjasama-kerjasama baik dengan sesama perguruan tinggi dalam negeri maupun dengan perguruan tinggi luar negeri, khususnya perguruan tinggi ASEAN sangat perlu dalam rangka meningkatkan kapasitas perguruan tinggi Indonesia baik melalui proyek-proyek penelitian bersama.Jointseminar, menghadirkan dan menjadi dosen tamu internasional,
pertukaran mahasiswa,mutual recognition arrangemment(MRA) dan sebagainya.
Peningkatan berbagai pelatihan untuk para guru agar dapat menjalankan profesinya dengan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
[1] Widodo and Ruchjana, B.N., Mathematics in Indonesia: Challenges and Opportunities, 2013
[2] Laporan pertanggungjawaban IndoMS 2012-2014 [3] http://www.jims-a.org [4] http://www.jims-b.org [5] http://www.ams.org/ mathscinet/msc/ [6] http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/files/2012 [7] http://seams2011.fmipa.ugm.ac.id/index.htm [8] http://www.ewm-association.org/ [9] http://www.kms.or.kr/amc2013/ [10]http://www.iicma-2013.org
[11]http://www.icm.2014.org [12] http://www.icwm.2014.org
[13] http://www.knm17.its.ac.id [14] http://www.indoms.org
[15] http://www.PikiranRakyat.com
[16] KuliahUmum Menristekdikti, Unej, 17 Januari 2015 [17] Semnas Perguruan Tinggi dalam Menghadapi MEA 2015 [18] Perpustakaan Bappenas.go.id
[19] Kadarsah, Program Kerja Calon rektor ITB 2014 [20] http://hgunawan82.wordpress.Com/2014
[21] http://www.indoms.org. [22] http://www.kemdikbud.go.id/
[13] Widodo, Paparan Semnas Matematika, UMS, Solo, Maret 2015 [14] Budi Nurani, Paparan Semnas UMS, Solo, Maret 2015
Kebersamaan matematika
(Atje S. Abdullah, 2012)
Andaikan aku integral, maka engkau diferensial Seandainya aku bilangan riil, maka engkau bilangan imajiner
Aku dan engkau saling berkomplemen laksana himpunan semesta Berjuang konvergen ke titik tak hingga