• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKSTRAKURIKULER PRAMUKA TERHADAP SIKAP NASIONALISME ANGGOTA PRAMUKA PENGGALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH EKSTRAKURIKULER PRAMUKA TERHADAP SIKAP NASIONALISME ANGGOTA PRAMUKA PENGGALANG"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKSTRAKURIKULER PRAMUKA TERHADAP SIKAP NASIONALISME ANGGOTA PRAMUKA PENGGALANG

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Nama : Zundy Al Amin NIM : 2014820148

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018

▸ Baca selengkapnya: program kerja semester pramuka penggalang

(2)

i

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Skripsi Agustus 2018

Zundy Al Amin (2014820148)

PENGARUH EKSTRAKURIKULER PRAMUKA TERHADAP SIKAP NASIONALISME ANGGOTA PRAMUKA PENGGALANG

xvi + 127 hal., 31 tabel, 5 gambar, 16 lampiran ABSTRAK

Skripsi ini dilatarbelakangi oleh rasa nasionalisme semakin lama semakin memudar, yang ditandai dengan adanya kemajuan teknologi yang tidak sejalan dengan sikap kecintaan pada tanah air. Pramuka sebagai wadah pembinaan sikap mempunyai peran penting untuk menumbuhkan sikap nasionalisme pada diri anak tersebut, terutama pada pramuka golongan penggalang, karena pada golongan penggalang perkembangan karakter serta potensi anggota lebih ditekankan, untuk itu perlu adanya pendidikan pramuka sejak dini. Melalui kegiatan-kegiatan yang menarik dan menyenangkan, yang hasil akhirnya diharapkan dapat menumbuhkan sikap nasionalisme. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti tentang pengaruh ekstrakurikuler pramuka terhadap sikap nasionalisme anggota pramuka penggalang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket. Setelah dilakukannya pengolahan dan analisis data, diketahui bahwa nilai signifikansi pengaruh ekstrakulikuler pramuka terhadap sikap nasionalisme sebesar 0,008. Nilai tersebut kurang dari taraf signifikansi 0,05, sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, dimana kondisi ini memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ekstrakulikuler pramuka terhadap sikap nasionalisme.

Kata Kunci: Pramuka, Nasionalisme, Kegiatan Pramuka

▸ Baca selengkapnya: contoh program mingguan pramuka penggalang

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk

Bapak dan Ibu saya serta seluruh keluarga saya

Dan tak lupa teman-teman seperjuangan

Yang telah membantu penyelesaian

Skripsi ini.

(9)

viii

MOTTO

“ SATYAKU KU DARMAKAN

DARMAKU KU BAKTIKAN “

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ucapkan puji syukur atas segala nikmat yang Allah SWT limpahkan kepada penulis, shalawat serta salam semoga selalu tersampaikan kepada Rasulallah SAW. Rasa syukur ini penulis ini penulis ngkapkan karena dengan izin Allah SWT penulis mampu menyelesaikan skipsi yang berjudul “ Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Sikap Nasionalisme Anggota Pramuka Penggalang ” di Sekolah Dasar Negeri 19 Pagi Kebayoran Lama.

Penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak atas dukungan yang telah diberikan selama ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih serta penghargaan setulus hati kepada:

1. Bapak Dr. Iswan, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa PGSD untuk menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

2. Bapak Azmi Al-Bahij, M,Si. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan pada tepat waktu.

3. Ibu Nidar Yusuf, M.Pd. Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu dan kesabarannya dalam memberikan arahan pada proses penyusunan skripsi. 4. Ibu Yuli Mulatinah selaku kepala sekolah SDN Kebayoran Lama Selatan 19

yang telah memberikan kesempatan dan memfasilitasi untuk melakukan penelitian secara langsung.

5. Kedua Orang tua Bapak Sairih dan Ibu Zuhaeriyah beserta keluarga yang selalu memberikan motivasi baik moral maupun materil dan tak pernah henti memberikan semangat selama menempuh pendidikan.

(11)

x

6. Teman-teman seperjuangan saya Yozar, Faizal, Ajeng, Silpani, Tutut, Ihwan, Mega dan Intan yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis sehinga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.

7. Teman-teman sepermainan saya Adid, Mahdi, Basuki, Aden, Anis, dan Wahyu yang tak henti pula memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehinga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.

8. Kakak tingkat saya ka Wirda Rahmadani yang telah memberi bimbingan, masukan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu. 9. Teman-teman CSD angkatan 2014 yang selalu memberikan semangat dan

motivasi sehingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat kepada penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih adanya kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi pelajaran dalam penulisan dan dalam hal lainnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Akhirrulkalam,

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Jakarta, Agustus 2018

(12)

xi

DAFTAR ISI

Hal. ABSTRAK ………...

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ……….. LEMBAR PENGESAHAN ……… PAKTA INTEGRITAS ……… PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ……….. PERSEMBAHAN ……….. MOTTO ……… KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ……… DAFTAR TABEL ……….……….. DAFTAR GAMBAR ………..…….……… DAFTAR LAMPIRAN ……… BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… B. Identifikasi Masalah ………... C. Pembatasan Masalah ……… D. Rumusan Masalah ………. E. Tujuan Penelitian ……… F. Manfaat Penelitian ………. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ……….

B. Kerangka Berpikir ……….. C. Hipotesis Penelitian ……….……….. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. B. Metode Penelitian ……….. i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xv xvi 1 5 5 5 6 6 8 58 61 62 63

(13)

xii

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ……… D. Populasi dan Sampel ………. E. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian ….………. F. Teknik Pengumpulan Data ………….……….. G. Teknik Analisis Data ……….. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ………….……… B. Hasil Analisis Data ………. C. Interpretasi Hasil Penelitian ……….. BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ……….. B. Saran ……… DAFTAR PUSTAKA ……….. LAMPIRAN - LAMPIRAN ………. 63 65 66 67 70 76 94 99 101 101 104 106

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian 62 Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrument Ekatrakurikuler Pramuka 66 Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrument Sikap Nasionalisme 67 Tabel 3.4. Skala dan Skor Jawaban Instrumen Penelitian 69 Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas 71 Tabel 3.6. Hasil Uji Reliabilitas 72

Tabel 4.1. Deskripsi Statistik 78

Tabel 4.2. Pernyataan Butir 1 81

Tabel 4.3. Pernyataan Butir 2 81

Tabel 4.4. Pernyataan Butir 3 82

Tabel 4.5. Pernyataan Butir 4 82

Tabel 4.6. Pernyataan Butir 5 83

Tabel 4.7. Pernyataan Butir 6 83

Tabel 4.8. Pernyataan Butir 7 84

Tabel 4.9. Pernyataan Butir 8 84

Tabel 4.10. Pernyataan Butir 9 85

Tabel 4.11. Pernyataan Butir 10 85

Tabel 4.12. Pernyataan Butir 11 86

Tabel 4.13. Pernyataan Butir 12 86

Tabel 4.14. Pernyataan Butir 13 87

Tabel 4.15. Pernyataan Butir 14 87

Tabel 4.16. Pernyataan Butir 15 88

Tabel 4.17. Pernyataan Butir 16 88

Tabel 4.18. Pernyataan Butir 17 89

Tabel 4.19. Pernyataan Butir 18 89

Tabel 4.20. Pernyataan Butir 19 90

Tabel 4.21. Pernyataan Butir 20 90

Tabel 4.22. Pernyataan Butir 21 91

Tabel 4.23. Pernyataan Butir 22 91

(15)

xiv

Tabel 4.24. Pernyataan Butir 23 92

Tabel 4.25. Pernyataan Butir 24 92

Tabel 4.26. Pernyataan Butir 25 93

Tabel 4.27. Pernyataan Butir 26 93

Tabel 4.28. Uji Normalitas 94

Tabel 4.29. Uji Homogenitas 95

Tabel 4.30. Uji Linieritas 96

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir 61

Gambar 4.1. Histogram Mean, Median, dan Modus 79 Gambar 4.2. Histogram Standar Deviasi dan Variansi 80 Gambar 4.3. Histogram Minimal dan Maksimal 80

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Kuesioner 106

Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen 109

Lampiran 3 Butir Soal Angket 111

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas 113

Lampiran 5 Hasil Uji Realibilitas 115

Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas 116

Lampiran 7 Hasil Uji Homogenitas 117

Lampiran 8 Hasil Hasil Uji Linieritas 118 Lampiran 9 Hasil Hasil Uji Hipotesis 119

Lampiran 10 Dokumentasi 119

Lampiran 11 Kartu Menyaksikan Sidang Skripsi 122

Lampiran 12 Kartu Bimbingan 123

Lampiran 13 Surat Permohonan Penelitian 124 Lampiran 14 Surat Balasan Dari Sekolah 125 Lampiran 15 Berita Acara Seminar Proposal 126

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Artinya : “ Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim, no. 2699)”.

Makna Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga, ada empat makna sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali. Yang pertama, dengan menempuh jalan mencari ilmu, allah akan mudahkannya masuk surga. Yang kedua, menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang menghantarkan seseorang pada surga. Yang ketiga, menuntut ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu tersebut akan mengantarkan pada surga. Yang keempat dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju surga yaitu saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang di atas neraka menuju surga). Itulah makna yang terkandung dari hadist di atas, semoga kita termasuk orang-orang yang selalu menuntut ilmu dan dimudahkan jalan ke surganya Allah SWT.

(19)

2

Gerakan pramuka sebagai organisasi kepemudaan yang mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan pendidikan di luar sekolah dan menyiapkan generasi muda sebagai tunas bangsa, sebagai pandu pertiwi untuk penerima tongkat estafet perjuangan para pendahulunya untuk mencapai cita-cita bangsa yang adil dan makmur. Sebagai organisasi kepemudaan yang mengembangkan pendidikan kepramukaan mempunyai kaitan erat dengan pendidikan formal. Bahkan pendidikan kepramukaan merupakan ekstrakurikuler yang wajib dilaksanakan di setiap sekolah dasar bahkan di sebagian perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, salah satu unit kegiatan siswa adalah kegiatan pramuka.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kepramukaan urgensinya sangat tinggi dengan kebutuhan hidup manusia, bahkan pendidikan kepramukaan merupakan wujud dari usaha bela negara. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Natalia (2016:89) yang mengemukakan tujuan pendidikan kepramukaan adalah untuk mendidik para siswa agar memiliki semangat persatuan dan kesatuan yang kuat, memiliki aktivitas yang tinggi dalam kedisiplinan, kemandirian, kejujuran, kerjasama, tanggung jawab, dan cinta tanah air.

Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negaranya sendiri atau kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama

(20)

3

mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa, semangat kebangsaan. Nasionalisme merupakan perwujudan dari rasa cinta tanah air yang dijabarkan dalam bentuk keindahan dan kedamaian.

Pada awal kemerdekaan, nasionalisme terbentuk dengan sendirinya karena bangsa Indonesia merasakan penjajahan selama ratusan tahun. Tetapi pada zaman sekarang ini sikap nasionalisme semakin menurun. Perubahan zaman ini menjadi tantangan bagi tingkat nasionalisme bangsa, di mana ikatan seseorang terhadap tanah kelahirannya semakin renggang.

Gerakan pramuka sebagai lembaga penyelenggara pendidikan non formal di luar sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat strategis yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya kaum muda Indonesia serta mewujudkan peningkatkan rasa nasionalisme yang pada era globalisasi seperti saat ini teras memudar. Bahkan fenomena yang terjadi, kegiatan pramuka saat ini tidak terlalu diminati oleh siswa/i, hal tersebut berpotensi penurunan karakter serta sikap nasionalisme pada diri siswa/i tersebut.

Nilai-nilai nasionalisme selalu dikaitkan dengan dunia pendidikan, karena untuk memaknai penanaman nilai-nilai tersebut diperlukan suatu upaya dari masyarakat Indonesia sendiri untuk berperilaku yang mengarah pada nilai-nilai Pancasila. Berdasarkan cita-cita luhur bangsa Indonesia, maka untuk mengisi dan meneruskan

(21)

4

kemerdekaan saat ini, sangat diperlukan jiwa-jiwa nasionalisme yang tinggi dari tiap-tiap warga negara.

Upaya untuk mempertahankan nilai nasionalisme perlu dibangkitkan oleh penerus bangsa diantaranya melalui kegiatan Kepramukaan, terutama pada pramuka golongan penggalang, karena golongan penggalang merupakan anggota pramuka yang memiliki rentan usia 11-15 tahun. Usia ini biasanya paling banyak dikalangan SD kelas 4 sampai SMP kelas 9. Pada golongan penggalang, perkembangan karakter serta potensi anggota lebih ditekankan, untuk itu perlu adanya pendidikan pramuka sejak dini. Dimana pelaksanaan kegiatan pramuka dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan seperti latihan baris berbaris, pengembaraan serta latihan penanaman cinta tanah air dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan pramuka lainnya. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dalam rangka upaya membela negara dalam diri siswa khususnya siswa sekolah dasar. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengkaji lebih mendalam tentang kepramukaan dalam membina siswa untuk menjadi warga negara yang cinta akan tanah airnya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Sikap Nasionalisme Anggota Pramuka Penggalang”

(22)

5 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut:

1. Mulai menurunnya budaya dan karakter anak bangsa.

2. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka tidak terlalu diminati oleh siswa/i. 3. Pengaruh negatif globalisasi terhadap nasionalisme salah satunya masyarakat indonesia banyak yang lupa terhadap identitas diri sebagai bangsa indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka perlu pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini terbatas pada pengaruh ekstrakurikuler pramuka terhadap sikap nasionalisme yang dilakukan pada anggota pramuka penggalang.

D. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh ekstrakurikuler pramuka terhadap sikap nasionalisme pada anggota pramuka penggalang ?

(23)

6 E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang akan dicapai. Tujuan tersebut adalah:

1. Tujuan Umum

Bedasarkan pembatasan masalah di atas bahwa tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh ekstrakurikuler pramuka terhadap sikap nasionalisme pada anggota pramuka penggalang.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh ekstrakurikuler pramuka terhadap sikap nasionalisme pada anggota pramuka penggalang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini ada dua macam, yaitu manfaat secara praktis dan manfaat secara teroritis. 1. Secara teoritis

a Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi ilmu pendidikan pada umumnya dan pendidikan kepramukaan khususnya. b Sebagai masukan kepada pembina pramuka untuk dijadikan

bahan pertimbangan dan perencanaan kegiatan kepramukaan dalam menumbuhkan sikap nasionalisme anggota pramuka penggalang.

(24)

7 2. Secara praktis

a Bagi Siswa, siswa akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan kepramukaan yang lebih baik lagi dan diharapkan mampu mengaplikasikan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupannya b Bagi Pembina, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas sumber daya dan kemampuan siswa khususnya kegiatan kepramukaan dalam menumbuhkan sikap nasionalisme anggota pramuka penggalang.

c Bagi Peneliti, dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung tentang kegiatan kepramukaan dalam menumbuhkan sikap nasionalisme anggota pramuka penggalang.

(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI 1. Ekstrakurikuler Pramuka a. Ekstrakurikuler 1) Pengertrian Ekstrakurikuler

Menurut Subroto (dalam Aulia, 2017:10) Ekstrakurikuler adalah kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah untuk memperluas wawasan atau kemampuan yang telah dipelajari dari mata pelajaran. Menurut Usman (dalam Aulia, 2017:10) Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah di miliki siswa dari berbagai bidang studi.

Menurut Syarif (2017:6) kegiatan ekstrakurikuler adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan minat dan bakat masing-masing dalam skala yang lebih luas,

(26)

9

kegiatan ekstrakurikuler mempunyai peranan penting dalam mengembangkan watak dan pribadi siswa.

Menurut Purnadi (2014:2) kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan siswa diluar jam pelajaran sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik.

Berdasarkan teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler mempunyai peranan penting untuk mengembangkan bakat dan minat para siswa/i. Disamping itu pramuka masuk didalam ekstrakurikuler dimana hasil yang diharapkan siswa memiliki pengetahuan, kedisiplinan, keterampilan, mental dan lain-lain, dalam menjalankan kehidupan dilingkungan mereka masing-masing. 2) Tujuan Ekstrakurikuler

Menurut Herry (dalam Aulia, 2017:13) Ekstrakurikuler memiliki beberapa tujuan, tujuan tersebut merupakan sasaran yang akan dituju dalam pelaksanaan ekstrakurikuler, diantaranya yaitu:

a) Memperluas, memperdalam pengetahuan dan kemampuan atau kompetensi yang relevan dengan program kurikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki tujuan untuk dapat menambah wawasan peserta didik yang mendukung

(27)

10

program kurikuler. Ekstrakurikuler melaksanakan kegiatan yang selaras namun bersifat pendalaman dari program kurikuler.

b) Memberikan pemahaman terhadap hubungan antar mata pelajaran.

Ekstrakurikuler digunakan untuk menambahkan pemahaman terhadap hubungan antar mata pelajaran, yang dimaksud disini ekstrakurikuler mengaitkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain ialah bagaimana hubungan salah satu mata pelajaran dalam kaitannya dengan yang lainnya antara pengetahuan dengan pengalaman yang diperoleh.

c) Menyalurkan minat dan bakat siswa.

Ketika dalam program kurikuler siswa harus mengambil semua esensi dari yang diajarkan tanpa bisa memilih mana yang ingin diikuti ataupun yang ditinggalkan. Ekstrakurikuler memberikan kesempatan untuk menyalurkan bakat siswa dengan keinginannya, apabila siswa tidak menyukai salah satu kegiatan ekstrakurikuler maka siswa berhak memilih ekstrakurikuler lain yang disukainya.

d) Mendekatkan pengetahuan yang diperoleh dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat atau lingkungan.

(28)

11

Program kegiatan ekstrakurikuler wajib mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sekitar, agar kelak ketika selesai mengikuti kegiatan ekstrakurikuler maka kemampuannya dapat dikembangkan di masyarakat, contohnya ketika siswa hidup dipegunungan maka perlu adanya ekstrakurikuler yang berhubungan dengan pemanfaatan hasil pegunungan atau hasil hutan.

e) Melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.

Program kurikuler tidak menjangkau pembinaan manusia seutuhnya, hal ini dapat dikarenakan keterbatasan yang ada dalam kegiatan kurikuler seperti waktu, oleh karena itu program ekstrakurikuler ditunjukan untuk membantu pengembangan manusia seutuhnya yaitu

(1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (2) Berbudi pekerti.

(3) Memiliki pengetahuan dan keterampilan. (4) Sehat jasmani dan rohani.

(5) Berkepribadian yang mantap dan mandiri.

(6) Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan ekstrakurikuler merupakan wadah untuk

(29)

12

menambah ilmu yang tidak didapatkan di dalam kelas. Di ekstrakurikuler siswa/i dilatih agar memiliki pengetahuan, keterampilan, karakter serta sikap disiplin dan tanggung jawab agar nantinya menjadi garda terdepan generasi penerus bangsa.

3) Fungsi Ekstrakurikuler

Fungsi kepramukaan menurut sunardi (2016:4), kegiatan menarik bagi anak-anak dan pemuda. Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan. Mengandung pemdidikan diartikan kegiatan yang dapat menyiapkan anak menjadi orang yang bertanggung jawab, disiplin, menumbuhkan dan mengembangkan minat dan bakatnya. Karena itu kegiatan harus mempunyai tujuan dan aturan agar arah dari pelaksanaan kegiatan sesuai dengan apa yang diinginkan.

Ekstrakurikuler dalam kaitanya dengan kegiatan harus memiliki fungsi. Fungsi ekstrakurikuler menurut Yudha (dalam Aulia, 2017:16) yaitu :

a) Menyiapkan anak menjadi seseorang yang bertanggung jawab.

Ekstrakurikuler memiliki peran fungsi yang sama dengan proses pendidikan karakter, salah satunya ialah membentuk karakter siswa untuk memiliki rasa tanggung

(30)

13

jawab, karena tanggung jawab pasti akan dibutuhkan oleh siswa dimanapun dia berada.

b) Menemukan dan mengembangkan minat dan bakat pribadinya.

Ekstrakurikuler wajib mengembangkan minat dan bakat siswa, hal ini diperlukan agar siswa tidak merasa bahwa apa yang diajarkan harus diterima, padahal setiap individu pasti memiliki minat maupun bakat yang berbeda, dengan fungsi ini maka siswa akan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

c) Menyiapkan dan mengarahkan pada suatu spesialisasi tertentu, misalnya: atlit, agamawan, seniman dan sebagainya.

Program ekstrakulikuler tidak membentuk individu secara umum, namun mengembangkan potensi yang berbeda dalam setiap individu masing-masing. Setiap individu harus difasilitasi agar menjadi seperti yang diinginkan dan berbeda antara satu dengan yang lain.

Dari 3 Fungsi ekstrakulikuler diatas dapat peneliti simpulkan bahwa hasil dari kegiatan ekstrakulikuler selain melatih bakat dan minat siswa/i, esktrakulikuler juga mengarahkan pada spesialisasi siswa/i dalam mengembangankan kemampuan dirinya. Disamping itu sikap

(31)

14

rasa bertanggung jawab pasti akan melekat pada siswa/i tersebut.

b. Pramuka

1) Pengertian Pramuka

Menurut suyatno (2015:61) Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan pramuka yang meliputi pramuka siaga (berusia 7-10 tahun), pramuka penggalang (berusia 11-15 tahun), pramuka penegak (berusia 16-20 tahun), pramuka pandega (berusia 21-25 tahun).

Menurut Widiyanto (2015:69) Pramuka adalah kepanjangan dari praja muda karana yang artinya sekumpulan anak muda yang memiliki karya atau sedang berkarya. Berdasarkan pengertian tersebut, sangat pantas apabila pramuka dianggap sebagai penerus bangsa yang memiliki karya dan kemajuan dalam berpikir, disiplin, dan mampu mengatasi masalah. Banyak karya yang dapat dikuasai dalam mengikuti pramuka, seperti mampu memberi pertolongan kepada sesama dengan membuat tandu apabila dalam keadaan genting, mampu membuat simpul, dan banyak manfaat lain yang dapat terdapat di dalamnya.

Menurut Sunardi (2016:5) Gerakan Pramuka berfungsi sebagai penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga dan sebagai wadah pembinaan dan

(32)

15

pengembangan kaum muda dengan menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta berdasarkan Sistem Among.

Berdasarkan keputusan kwartir nasional gerakan pramuka Nomor 202 tahun 2011 tentang sistem pendidikan dan pelatihan dalam gerakan pramuka (dalam Wayan 2013:111) Gerakan Pramuka bertujuan membentuk setiap anggotanya memiliki kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjungjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, Mengamalkan Pancasila serta melestarikan lingkungan hidup.

Dapat disimpulkan bahwa Praja Muda Karana atau yang biasa di sebut pramuka, memiliki peran penting guna terbentuknya karakter anak bangsa seperti yang dicantum di keputusan kwartir nasional gerakan pramuka tentang sistem pendidikan dan pelatihan dalam gerakan pramuka.

2) Pengertian Kepramukaan

Menurut Lord Boden Powell (dalam Sunardi, 2016:3) kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan bagaikan kakak

(33)

16

dan adik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkannya.

Menurut Suyatno (2015:62) Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat dan bangsa indonesia. Menurut Rizky, dkk (2007:8) Kepramukaan adalah nama kegiatan anggota gerakan pramuka. Yang didalamnya memiliki sifat-sifat kepanduan yaitu :

a) Nasional

Merupakan penyelenggaraan kepramukaan untuk kepentingan nasional atau bangsa.

b) Internasional

Dalam kepramukaan dikembangkan rasa persaudaraan dengan sesama pramuka di dunia, dengan sasaran akhir terciptanya perdamayan dunia.

c) Universal

Semua organisasi pramuka didunia menggunakan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang merupakan ciri khasnya.

Gerakan pramuka pada hakikatnya adalah gerakan pendidikan untuk anak muda yang bersifat sukarela, terbuka, non-politik, dan bebas, yang menggunakan metode pendidikan diri yang progresif, berlandaskan sistem nilai.

(34)

17 (1) Sukarela

Kepramukaan adalah gerakan pendidikan untuk anak muda yang keanggotaanya bersifat sukarela. Siapapun yang menjadi anggota adalah atas kehendaknya sendiri, atau apalagi pada permulaannya atas anjuran keluarga atau teman sebayanya, maka akan tiba saatnya dimana ia mengambil keputusannya sendiri, untuk tetap menjadi anggota atau tidak. Pengikutsertaan secara sukarela ini memperkuat motivasi dan komitmen seseorang dan akan memberi dampak positif kepada wataknya.

(2) Terbuka

Terbuka untuk semua orang, tidak membedakan suku, ras, golongan atau agama, yang bersedia untuk mematuhi tujuan, prinsip dasar dan metode Gerakan Pramuka. Pilihan ini terletak pada tangan anak muda itu sendiri, bukan orang dewasa yang memutuskan bahwa anak itu cocok atau tidak cocok menjadi anggota pramuka.

(3) Non-Politik

Sebagai gerakan pendidikan, kepramukaan bersifat non-politik, dalam arti kata tidak terlibat dalam perjuangan meraih kekuasaan yang biasanya menjadi kepentingan

(35)

18

suatu organisasi politik. Sebagai kekuatan sosial gerakan kepramukaan dan organisasinya bukan dan tidak disamakan dengan partai politik, gerakan pramuka sendiri adalah suatu realita sosial dan bertujuan membantu anak muda mengembangkan diri sebagai pribadi dan sebagai anggota yang bertanggung jawab. Gerakan Pramuka harus mampu mempertahankan nilai-nilai yang dibelanya dan menciptakan kondisi kondisi yang sebaik-baiknya bagi jenis pendidikan yang diselenggarakan.

(4) Bebas

Kepramukaan adalah sepenuhnya mencapai tujuan pendidikannya apabila jadi dirinya yang khas dapar selalu dijaga. Gerakan pramuka harus tetap bebas, dengan berdaulat aras kewenangan pengambilan keputusan sendiri kepada semua tingkat. Yang dimaksud dengan bebas disini adalah bahwa setiap penawaran atau penerimaan bantuan atau segala bentuk kemitraan dengan organisasi lain, hanya dapat dibenarkan apabila itu memang menunjang dan menumbuhkan apa yang ingin dicapai oleh Gerakan Pramuka yaitu tujuan pendidikannya.

Dapat disimpulkan bahwa pramuka dan kepramukaan memiliki arti yang berbeda, pramuka adalah anak atau orang

(36)

19

yang mengikuti kegiatan pramuka, tetapi kepramukaan merupakan sistem dari kegiatan pramuka itu sendiri. Kepramukaan memiliki sifat yang fleksibel, ia bersifat sukarela, terbuka, bukan organisasi politik, dan bebas. Menjadikan anggota pramuka mampu mengembangkan kemampuan serta potensi yang dimilikinya.

3) Kiasan Dasar

Menurut Rizky, Dkk (2017:16) Kiasan Dasar Kepramukaan adalah alam pikiran yang mengandung kiasan atau gambaran suatu yang mengesankan, digunakan sebagai latar belakang suatu kejadian kepramukaan, sehingga peserta didik merasakan ikut terlibat pada kegiatan yang mengesankan tersebut.

Menurut Sunardi (2016:86) pelaksanaan kiasan dasar dalam gerakan pramuka diantaranya :

a) Istilah siaga adalah masa menyiagakan masyarakat ketika menghadapi pemerintahan kolonial Belanda dalam merintis kemerdekaan RI. Ditandai dengan masa kebangkitan Nasional 20 Mei 1908.

b) Istilah penggalang adalah masa menggalang rasa kesatuan dan kesatuan pemuda, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

(37)

20

c) Istilah penegak adalah masa menegakkan nefara Kesatuan Republik Indonesia dengan Proklamasi, tanggal 17 Agustus 1945.

d) Istilah pandega adalah masa memandegai mengelola pembangunan dan mengisinya.

e) Istilah pembina adalah membina Bangsa dan Negara. f) Istilah andalan adalah para pemimpin yang bisa

diandalkan.

Menurut Sunardi (2016:86) terdapat kiasan pada masing-masing golongan kepramukaan, yang mengkiaskan tingkat-tingkat yang ada yaitu :

(1) Arti kiasan golongan siaga (S) : Kemudian segeralah kita mulai dengan pembangunan dengan membutuhkan bantuan kesadaran yang tinggi dan penataan yang baik. Dalam golongan siaga terdapat tingkatan-tingkatan diantaranya siaga mula, siaga bantu dan siaga tata.

(2) Arti kiasan golongan penggalang (G) : Bangsa kita mencari ramuan atau bahan-bahan serta kemudian dirakit, atau disusun dan akhirnya kita terapkan dalam pembangunan bangsa dan negara. Penggalang terdiri dari tiga tingkatan diantaranya penggalang ramu, penggalang rakit, penggalang terap.

(38)

21

(3) Arti kiasan golongan penegak (T) : Dalam pembangunan kita memerlukan atau membutuhkan bantara-bantara atau ajudan, pengawas, kader, pembangunan yang kuat, baik, terampil dan bermoral yang sanggup melaksanakan pembangunan. Penegak terdiri dari dua tingkatan yaitu penegak bantara dan penegak laksana.

(3) Untuk golongan pandega hanya terdiri satu tingkatan saja, yaitu Pandega.

Dapat disimpulkan bahwa arti kiasan dasar adalah pembeda setiap anggota pramuka, dikatakan pembeda karena didalam pramuka memiliki tingkatan atau golongan, yaitu golongan siaga untuk siswa sekolah dasar kelas 1-3, golongan penggalang untuk siswa sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama kelas 4-9, golongan penegak untuk siswa sekolah menengah atas atau menengah kejuruan kelas 10-12 dan yang terakhir golongan pandega yaitu tingkatan setelah penegak laksana yang berumur 21-25 tahun. 4) Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan

Menurut Sunardi (2016:87) Prinsip Dasar dan Metode Keoramukaan merupakan ciri khas yang bembedakan kepramukaan dari lembaga pendidikan lain, yang dilaksanakan sesuai dengan kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat.

(39)

22

Menurut Rizky, Dkk (2017:11) Prinsip Dasar adalah asas yang mendasar, yang menjadi dasar dalam berfikir dan bertindak. Kepramukaan adalah proses pendidikan luar lingkungan sekolah dan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, dan menantang dilakukan di alam terbuka dengan sasaran akhir pembentukan akhlak. Prinsip dasar kepramukaan adalah :

a) Iman dan takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Peduli terhadap bangsa, negara, sesama manusia dan alam serta isinya.

c) Peduli terhadap diri sendiri.

d) Taat pada kode kehormatan pramuka.

Lanjut menurut Rizky, Dkk (2017:12) Metode adalah suatu cara atau teknik untuk mempermudah tercapainya tujuan kegiatan. Metode kepramukaan adalah cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan yang menarik, menyenangkan, dan menantang, yang disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan kegiatan peserta didik. Metode kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui :

(1) Pengamalan kode kehormatan pramuka (2) Belajar sambil melakukan

(40)

23

(4)Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik.

(5) Kegiatan di alam terbuka (6) Sistem tanda kecakapan

(7) Sistem satuan terpisah antara putra dan putri (8) Sistem Among

Berdasarkan teori yang dipaparkan para ahli maksud dari prinsip dasar adalah suatu acuan atau pedoman atau dasar dari kepramukaan itu sendiri, yaitu Trisatya dan Dasa Darma Pramuka. Lalu Metode kepramukaan merupakan sebuah strategi atau cara dalam membina, melatih anak didik pramuka yang mengacu kepada AD/ART gerakan pramuka. 5) Sistem Among

Menurut Sunardi (2016:88) Sistem Among adalah cara pelaksanaan pendidikan di dalam Gerakan Pramuka. Sistem Among adalah hasil pemikiran Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan dan pendiri Perguruan Taman Siswa.

Ki Hajar Dewantara, menjabat menjadi Mentri Pendidikan pada Kabinet RI yang pertama. Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889, dan wafat pada tanggal 28 April 1959.

(41)

24

Menurut Rizky, Dkk (2017:17) Kata Among berarti mengasuh, memelihara atau menjaga dan orang yang melaksanakan disebut Pamong. Sistem Among mewajibkan seseorang pramuka melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut : “Ing ngarso sung tulodo” maksudnya didepan menjadi teladan, “Ing madya mangun

karso” maksutnya di tengah-tengah membangun kemauan, “Tut Wuri Handayani” maksudnya dari belakang memberi daya atau kekuatan atau dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian.

Peserta didik dibina sesuai dengan minatnya untuk bekal mengabdi dan berkarya, melalui proses :

a) Learning by doing artinya belajar sambil bekerja. b) Learning by teaching artinya bekerja sambil belajar. c) Learning to earn artinya belajar mencari penghasilan. d) Earning to live artinya penghasilan untuk hidup.

e) Living to serve artinya kehidupan untuk bekal mengabdi. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa arti kata among yaitu mong atau momong yang didalam pramuka orang yang melakukan itu disebut pamong. Di dalam sistem among memiliki 3 prinsip yaitu : “Ing ngarso sung tulodo” maksudnya didepan menjadi teladan, “Ing madya mangun

(42)

25

“Tut Wuri Handayani” maksudnya dari belakang memberi daya atau kekuatan atau dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian.

6) Sejarah Kepramukaan

Suyatno (2015:174) Pendidikan kepramukaan mulai ada tahun 1907 masuk ke Indonesia sejak tahun 1912 sebagai cabang dari Nederland Padvinders Organisatie (NPO) yang ada di Belanda, anggotanya hanya untuk remaja Belanda yang ada di Indonesia

Wayan (2013:767) Gagasan Baden Powell yang cemerlang dan menarik itu akhirnya menyebar ke berbagai negara termasuk Netherland atau Belanda dengan nama Padvinder. Oleh orang Belanda gagasan itu dibawa ke Indonesia dan didikikan organisasi oleh orang belanda di Indonesia dengan nama NIPV (Nederland Indische Padvinders Vereeniging) atau dalam bahasa indonesia (Persatuan Pandu-Pandu Hindia-Belanda).

Oleh pimpinan-pimpinan gerakan nasional dibentuk organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk manusia Indonesia yang baik dan menjadi kader pergerakan nasional. Sehingga muncul bermacam-macam organisasi kepanduan antara lain JPO (javaane Padvinders Organizatie), JJP (Jong Java Padvindery), NATIPIJ (Nationale Islamitsche

(43)

26

Padvindery), SIAP (Serikat Islam Afdeling Padvindery), HW (Hisbul Wathon).

Dengan adanya larangan pemerintah Hindia Belanda menggunakan istilah Padvindery maka K.H. Agus Salim menggunakan nama Pandu atau Kepanduan. Dengan meningkatnya kesadaran nasional setelah Sumpah Pemuda, maka pada tahun 1930 organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra), bergabung menjadi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian tahun 1931 terbentuklah PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia) yang berubah nama menjadi BPPKI (Badan Pusat Parsaudaraan Kepanduan Indonesia) pada tahun 1938.

Pada waktu pendudukan Jepang Kepanduan di Indonesia dilarang, sehingga tokoh Pandu banyak yang masuk Kaibondan, Seinendan, dan PETA. Setalah tokoh proklamasi kemerdekaan dibentuklah Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 di sala sebagai satu-satunya organisasi kepanduan. Pada tahun 1961 kepanduan Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi kepanduan yang terhimpun dalam 3 federasi organisasi yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia) berdiri 13 september 1951, POPPONDO (Persatuan Pandu Putri Indonesia) tahun 1954 dan PKPI (Pederasi Kepanduan Putri Indonesia) tahun 1959. Menyadari

(44)

27

kelemahan yang ada maka ketiga federasi melebur menjadi satu dengan nama PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia). Karena masih adanya rasa golongan yang tinggi membuat Perkindo masih lemah.

Kelemahan gerakan kepanduan Indonesia akan dipergunakan oleh pihak komunis agar menjadi gerakan Pioner Muda seperti yang terdapat di negara komunis. Akan tetapi kekuatan Pancasila dalam Perkindo menentangnya dan dengan bantuan perdana Menteri Ir. Juanda maka perjuangan menghasilkan Keppres No. 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Pjs Pesiden RI Ir.Juanda karena presiden soekarno sedang berkunjung ke Jepang. Di dalam Keppres ini gerakan pramuka oleh pemerintah ditetapkan sebagai satu-satunya badan di wilayah Indonesia yang diperkenankan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan, sehingga organisasi lain yang menyerupai dan sama sifatnya dengan gerakan pramuka dilarang keberadaannya

Suyatno (2015:177) pada tahun 1961, tanggal 30 juli seluruh wakil organisasi kepanduan berkumpul di Istora Senayan menyerahkan bendera organisasinya masing-masing untuk disimpan di museum, berikrar patuh dan setia mengabdikan diri bagi kepentingan anak-anak dan pemuda

(45)

28

Indonesia melalui gerakan pramuka. Tanggal 30 juli ini dijadikan Hari Ikrar Gerakan Pramuka. Pada tanggal 14 Agustus tahun 1961 diadakan apel besar gerakan pramuka, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menerima panji gerakan pramuka dari Presiden Soekarno. Panji-panji tersebut diserahkan kepada pasukan panji oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan barisan kehormatan melakukan upacara diikuti pasukan berkuda anak-anak penegak/pandega. Apel besar ini diikuti oleh para pramuka yang ada di daerah-daerah yang diperkirakan jumlahnya lebih dari 10.000 orang. Tanggal 14 Agustus inilah yang dijadikan Hari Pramuka.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa perjalanan terbentuknya gerakan pramuka begitu panjang, dari berbagai macam organisasi kepanduan dileburkan menjadi satu yaitu Gerakan Pramuka. Dan setiap tanggal 14 Agustus sama-sama kita peringati Hari Pramuka.

7) Pramuka Penggalang

Menurut Wayan (2013:707) Penggalang adalah sebuah golongan setelah pramuka siaga. Anggota pramuka penggalang berusia dari 11-15 tahun. Disebut pramuka penggalang sesuai dengan kiasan pada masa penggalangan perjuangan bangsa Indonesia, yaitu ketika rakyat Indonesia menggalang dan mempersatukan dirinya untuk mencapai

(46)

29

kemerdekaan dengan adanya peristiwa bersejarah yaitu kongres para pemuda Indonesia yang dikenal dengan “Sumpah Pemuda” pada tahun 1928.

Menurut Wahyanto, dkk (2016:23) Pramuka Penggalang adalah peserta didik dalam Gerakan Pramuka berusia 11-15 tahun. Usia Pramuka Penggalang adalah usia mulai meninggalkan masa kanak-kanak dan masuk pada masa remaja. Masa remaja dimulai dengan terjadinya perubahan biologis pada masa pubertas dan akan diakhiri dengan tercapainya tahap kedewasaan. Perubahan fisik yang dialami remaja akan lebih memperjelas perbedaan jenis kelamin. Remaja putri mulai mengalami masa mensruasi. Sementara, remaja putra mulai mengalami perubahan suara yang berubah menjadi parau.

Secara umum pramuka penggalang memiliki kondisi jiwa sebagai berikut.

a) Mulai berfikir kritis.

b) Mudah terjadi identifikasi yang sangat emosional.

c) Minat dak aktivitasnya mulai mencerminkan jenis kelamin secara lebih menonjol.

d) Pengaruh kelompok sebaya sangat kuat.

e) Memerlukan dukungan emosional orang tua jika mengalami kekecewaan dalam bergaul.

(47)

30

f) Memerlukan kehangatan dan keserasian dalam keluarga dirumah.

g) Menyenangi perilaku yang penuh kejutan dan tantangan. h) Suka mengganggu orang lain.

i) Permainan kelompok atau tim sangat menarik baginya. Jadi dapat disimpulkan bahwa, usia Pramuka Penggalang adalah usia mulai meninggalkan masa kanak-kanak dan masuk pada masa remaja. Dalam usia ini seorang anggota pramuka penggalang memiliki kondisi jiwa yang salah satunya mulai berfikir kritis artinya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

8) Kegiatan Pramuka a) Perkemahan

Menurut suyatno (2015:146) perkemahan merupakan perkampungan sementara yang menggunakan tenda sebagai tempat inap sementara.

Menurut Widiyanto (2015:114) Perkemahan merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang dilaksanakan di luar ruangan, bersifat positif dan menarik bagi peserta didik atau siswa. Kegiatan ini umumnya dilaksanakan pada waktu libur sekolah, di alam bebas dan di tempat yang sudah dipilih oleh Bapak/Ibu Guru dan Pembina. Dalam perkemahan peserta didik melakukan

(48)

31

berbagai macam kegiatan salah satunya kegiatan apel perkemahan pramuka, api unggun, memainkan permainan pramuka dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan saat perkemahan.

Menurut Suyatno (2015:13) Apel adalah kewajiban dalam suatu upacara. Apel dilakukan salah satunya dalam kegiatan perkemahan yang disebut apel tenda. Apel tenda ini dilakukan dengan cara, seluruh penghuni baik itu regu, atau sangga, yang berada di dalam tenda, keluar dari tenda untuk diperiksa jumlah kelengkapan anggotanya, kebersihan tendanya, kondisi mereka apakah ada yang sakit atau tidak.

Menurut Suyatno (2015:14) Api unggun merupakan kumpulan kayu yang ditata untuk dibakar agar memunculkan api sebagai penerang atau penghangat anggota gerakan pramuka. Api unggun bagi pramuka bukan sebagai pemujaan terhadap api tetapi merupakan salah satu kegiatan yang menarik dan mengandung pendidikan. Sepanjang api menyala, para pramuka peserta kegiatan dapat menampilkan atraksi seni budaya dalam beragam ekspresi. Kehangatan, keakraban, keceriaan, dan kreativitas selalu menyertai kegiatan api unggun yang dilaksanakan oleh para anggota gerakan pramuka.

(49)

32

Selain kegiatan api unggun, didalam perkemahan juga terdapat permainan, Suyatno (2015:59) mengemukakan bahwa dalam gerakan pramuka, game merupakan permainan yang mangandung pendidikan yang diberikan pembina untuk membina anggota gerakan pramuka. Apabila dalam permainan tidak mengandung unsur-unsur tersebut maka permainan itu bukan game dalam gerakan pramuka.

Menurut Sunardi (2016:106) berkemah merupakan rekreasi yang amat populer, biasanya menggunakan tenda atau semacam kendaraan khusus (vehicle) yang dikenal sebagai karavan. Kebanyakan berkemah dilakukan di hutan, pegunungan, di dekat laut (pantai), atau disekitar danau. Sewaktu berkemah, orang dapat berjalan-jalan, menjelajah, mendaki bukit dan gunung, memancing, berenang, mempelajari atau mengambil foto/gambar dari flora dan fauna selain itu bisa juga bermain disekitar api unggun.

Menurut Rizki, dkk (2007:88) sesuai dengan sifat naluri manusia, terutama anak-anak dan para remaja yang ingin selalu bergerak mencari sesuatu yang baru, berpetualang menghadapi tantangan dan berkelana

(50)

33

menyelami alam, maka kegiatan di alam terbuka merupakan kegemarannya.

Menurut Salim (2017:133) Kegiatan Perkemahan merupakan media pendidikan kepramukaan yang sangat efektif. Karena melalui kegiatan ini beragam latihan dapat dilaksanakan dari mulai kedisiplinan, ketahanan fisik, kreativitas, pendidikan di alam terbuka, mempererat kerjasama dan kesaudaraan bakti, pengamalan kode kehormatan pramuka, cinta lingkungan dan sebagainya.

Secara umum bagi pramuka berkemah mempunyai tujuan, antara lain sebagai berikut.

(1) Membina dan mengembangkan kemampuan fisik, mental intelektual, emosional, dan sosial peserta didik sebagai individu.

(2) Membentuk manusia :

(a). Bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, (b). Membina mental dan percaya diri,

(c). Memiliki kesehatan dan daya tahan tubuh, (d). Memiliki daya kreasi,

(e). Memiliki keterampilan, pengetahuan dan wawasan, (f). Mengembangkan kepribadian dan kewiraswastaan. (3) Belajar bekerja sama, bergotong royong, dan hidup

(51)

34

(4) Mengembangkan rasa cinta tanah air.

(5) Mencari pengetahuan dan pengalaman baru.

(6) Menjadi salah satu wadah untuk melakukan pengabdian pada masyarakat (bakti sosial kepada masyarakat sekitar).

(7) Sebagai bentuk rekreasi yang sehat.

(8) Mengumpulkan data dan informasi untuk penggunaan lebih lanjut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perkemahan adalah kegiatan pramuka yang bertujuan untuk mengembangkan watak dan kepribadian peserta didik dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan dan menarik di alam terbuka, kegiatan diperkemahan ada berbagai macam yaitu apel tenda, memainkan permainan pramuka, menyalahkan api unggun dan kegiatan lainnya yang ada diperkemahan. Kegiatan perkemahan ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap nasionalisme yaitu kecintaan terhadap alam beserta isinya.

b) Pengembaraan/Lintas Alam

Menurut Rizky, dkk (2007:115) tahapan perencanaan pengembaraan sebagai berikut :

(1) Kemampuan memilih, mengatur, dan menggunakan perlengkapan serta pembekalan.

(52)

35

(2) Kemampuan fisik yang baik.

(3) Mental yang siap menghadapi kegiatan berat di alam. (4) Pemahaman yang baik terhadap kondisi alam yang

akan dihadapi dan mencangkup bagaimana memilih waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan yang dihubungkan dengan lokasi, musim dan pengetahuan medan yang akan ditempuh, serta bagaimana cara mengantisipasi kesulitan yang terjadi, misalnya pada perjalanan di gunung dan hutan tropis, kita harus siap menghadapi dingin, basah, dan pacet.

Menurut Sunardi (2016:206) Dalam pengembaraan kita harus memahami tanda jejak. Tanda jejak adalah tanda yang menunjukan sesuatu, apakah itu arah jalan atau bahkan hal-hal lain tentang peristiwa atau kejadian. Dalam kepramukaan tanda jejak banyak jenisnya dan dapat dibuat dari beberapa jenis bahan yang berbeda bisa berupa batu, jejak yang dibuat diatas tanah, ranting, kayu, rerumputan dan banyak lagi tanda-tanda jejak lainnya.

Bagi setiap pramuka dituntut untuk waspada terutama apabila berjalan atau melakukan perjalanan. Karena siapa tahu kita menemui hal-hal yang tidak terduga, hal tersebut membutuhkan kecermatan dan ketelitian kita. Jika kita berjalan dihutan yang lebat, jangan lupa untuk selalu

(53)

36

memberi tanda di tempat-tempat yang memungkinkan kita sulit untuk menemukan jalan pulang. Tanda-tanda yang kita buat harus kuat dan permanen serta mudah dikenali atau ditemukan.

Menurut Sunardi (2016:210) Mencari jejak (tracking) adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh pramuka. Pada zaman dahulu para pandu dikenal sebagai pencari jejak ulung. Diilhami oleh para pencari jejak di pedalaman Afrika dan Amerika. Mereka disebut tracker atau pathfinder (indian). Di perkemahan (alam bebas), kadang-kadang kita sering menemukan berbagai macam jejak binatang. Pengetahuan tentang jejak binatang penting juga dipelajari, apalagi jika dalam keadaan survival, sersesat dan kekurangan makanan.

Menurut Suyatno (2015:76) Oleh karena filsafah hidup bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia adalah Pancasila, maka semua tata gerak dan tujuan akhir dari kegiatan di udara terbuka itupun harus bersumber dan berlandaskan pada pancasila.

Dari penghayatan langsung, ketika melakukan dan menciptakan kehidupan selama kegiatan itu dilakukan hendaknya adalah sebagai berikut.

(54)

37

(a) Dipupuk, dipelihara serta ditingkatkan kepercayaan para peserta terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dari alam semesta beserta isinya dengan memberikan kesempatan menjalankan kewajiban agama bagi para pelakunya, saling menghormati kepercayaan atau keyakinan masing-masing dan dengan cara mengagumi alam yang diciptakannya.

(b) Mengembangkan rasa prikemanusiaan dengan jalan mengarahkan segala cara kegiatan untuk bakti kepada masyarakat sekitar dan sepanjang jalan tempat kegiatan tolong-menolong antara sesama peserta dan menggalang persaudaraan.

(c) Memupuk persatuan dan kesatuan di antara anggota masyarakat kecil sesama peserta didik. Jiwa persatuan dan kesatuan ini hendaknya dikembangkan ke luar kepada sesama pemuda, kepada sesama manusia Indonesia sehingga tercipta suasana persatuan Indonesia.

(d) Mewujudkan hidup dalam kerukunan dengan jalan bergerak dalam bentuk satuan kecil maupun besar, belajar memimpin dan dipimpin dengan disiplin yang timbul dari pengertian dan kesadaran sehingga terwujud alam demokrasi yang sehat yang dipimpinnya

(55)

38

bijaksana dalam memecahkan setiap persoalan dengan cara musyawarah dan mufakat.

(e) Dapat diwujudkan suatu masyarakat kecil di antara peserta yang senantiasa sadar mendahulukan kepentingan atau kewajiban bersama daripada kepentingan atau kewajiban diri sendiri.

Peserta didik diharapkan dapat melakukan di alam terbuka hal-hal berikut.

(a) Melatih untuk menanamkan dasar-dasar persatuan dan kesatuan mental atau spiritual, yaitu penjiwaan atau penghayatan serta pengamalan Pancasila dan kehidupan secara kongkrit dalam perbuatannya sehari-hari. Melatih fisik dan mental agar suka dan tahan kerja.

(b) Melatih tata cara kerja dan berorganisasi dengan cara kerukunan yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

(c) Melatih sikap disiplin, ketangkasan, kecerdasan, ketabahan, keprasahajaan hidup, dan kewiraan.

(d) melatih sifat terampil dalam macam-macam wawasan, kegemaran, dan praktik berbagai kecakapan.

Jadi bisa diartikan bahwa kegiatan pengembaraan ini adalah kegiatan yang membutuhkan keterampilan dan

(56)

39

kecermatan selain kemampuan fisik yang baik. Dalam pengembaraan kita perlu memahami dan mengetahui tanda-tanda jejak meliputi jejak yang dibuat serta memang alami yaitu dari tanda jejak batu, ranting, rerumputan, kayu, jejak yang dibuat diatas tanah dan lainnya. Pengembaraan di alam bebas membuat kita menyatu dengan alam. Membuat kita menghormati alam dan tak sadar kita akan mencintai alam beserta isinya yang akan tumbuh di dalam hati kita sebagai anggota pramuka. Melalu kegiatan pengembaraan ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap nasionalisme pada anggota pramuka penggalang.

c) Baris-berbaris

Menurut Salim (2017:166) Baris berbaris adalah suatu ujud latihan fisik, yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu. Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan baris berbaris adalah sebagai berikut.

(1) Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas, rasa persatuan, rasa disiplin, rasa tanggung jawab. (2) Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani

yang tegap tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok, sehingga

(57)

40

secara jasmani dapat menjalankan tugas pokok tersebut dengan sempurna.

(3) Yang dimaksud rasa persatuan adalah adanya rasa senasib sepenanggungan serta ikatan yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.

(4) Yang dimaksud rasa disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas di atas kepentingan pribadi yang pada hakikatnya tidak lain daripada keikhlasan penyisihan pilihan hati sendiri.

(5) Yang dimaksud rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi mengutamakan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan kesalahan yang akan dapat merugikan dirinya

Menurut Sunardi (2016:128) Beris berbaris merupakan bentuk kedisiplinan dan juga merupakan latihan-latihan gerak dasar yang diwujudkan dalam rangka menanamkan sikap para anggota pramuka. Penggunaan beris-berbaris tidak hanya identik dengan dunia kemiliteran. Di dunia pendidikan dan pekerja baik negeri maupun swasta, baris-berbaris juga mempunyai peranan cukup penting. Dalam aba-aba baris berbaris terdiri dari 3 bagian diantaranya, yaitu :

(58)

41

(a) Aba-aba peringatan ( misal : Perhatian )

(b) Aba-aba petunjuk (misal : hadap kanan, hadap kiri, maju dan sebagainya).

(c) Aba-aba pelaksanaan (misal : Gerak, jalan, atau mulai). Aba-aba dalam gerakan pramuka dilakukan dengan beberapa cara, antara lain menggunakan suara, peluit, atau isyarat ( isyarat tangan, bendera).

Baris-berbaris juga menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu, dan secara tak langsung juga menenamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok tersebut sampai dengan sempurna. Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta adanya ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas. Sedangkan disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang hakikatnya tidak lain dari keikhlasan, mendahulukan kepentingan orang banyak.

Jadi bisa disimpulkan bahwa kegiatan pramuka salah satunya baris-berbaris memiliki peran penting dalam melatih sikap kedisiplinan siswa, rasa tanggung jawab,

(59)

42

kekompakan dalam satuannya serta rasa kebersamaan yang kuat, sehingga terjalin ikatan kekeluargaan antar sesama anggota pramuka. Dengan kegiatan baris-berbaris ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap nasionalisme yang tumbuh dari dalam diri anggota pramuka penggalang.

Dan peneliti akan mengambil 3 indikator dari kegiatan pramuka yaitu kegiatan perkemahan, pengembaraan, dan baris-berbaris. Yang mana akan dibuktikan bahwa kegiatan tersebut akan membentuk sikap nasionalisme pada diri seorang anggota pramuka penggalang.

2. Sikap Nasionalisme a. Sikap

1) Pengertian Sikap

Menurut Sobur (2013:361) Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok. Sementara itu Allport seperti dikutip oleh Gable mengemukakan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan syaraf yang tersusun melalui pengalaman dan

(60)

43

memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhungungan dengan objek itu. Definisi sikap menurut Allport ini menunjukan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentu melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang.

Menurut Harlen (dalam Djaali,2013:114) mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecendrungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu. Sikap kecendrungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu, sikap bukan tindakan nyata

(overt behavior) melainkan masih bersifat tertutup (covert behavior). Dalam istilah kecendrungan (predisposition),

terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut bersifat mendekati atau menjauhi. Tindakan mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan individu yang bersangkutan terhadap objek tertentu. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyayanginya atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujui.

(61)

44

Menurut Sarlito (dalam maraliana, 2013:8) Ciri-ciri sikap antara lain bahwa sikap selalu berhubungan dengan objek, tidak dibawa sejak lahir, dapat berubah-ubah, mengandung motivasi, tidak menghilang, dan bermacam-macam. Hal diatas diperjelas dengan apa yang diuraikan berikut:

a) Dalam sikap selalu terdapat hubungan objek-objek. Tidak ada sikap yang tanpa objek-objek, ini bisa berupa benda, orang, hukum, lembaga masyarakat dan sebagainya.

b) Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman.

c) Karena dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan disekitar individu yang bersangkutan pada saat-saat yang berbeda-beda.

d) Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. e) Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah

dipenuhi.

f) Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacam-macam sesuai dengan banyaknya objek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.

Dengan demikian sikap dapat ditumbuhkan dari diri sendiri, karena sifat terkadang bisa berubah-ubah sesuai pengalaman yang telah dilalui seseorang tersebut.

(62)

45

Menurut Azwar (2016:24) menguraikan lebih lanjut tiga komponen sikap:

a) Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

b) Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.

c) Komponen prilaku

Komponen prilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

3) Macam-macam Terbentuknya Sikap

Menurut Slameto (2010:189) sikap terbentuk melalui bermacam-macam cara, antara lain:

a) Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman traumatik).

(63)

46

b) Melalui imitasi, peniruan dapat terjadi tanpa sengaja, dapat pula dengan sengaja. Dalam hal terakhir individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap model, disamping itu diperlukan pula pemahaman dan kemampuan untuk mengenal dan mengingat model yang hendak ditiru, peniruan akan terjadi lebih lancer bila dilakukan secara kolektif daripada perorangan.

c) Melalui sugesti, disini seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang dating dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandanganya.

d) Melalui identifikasi, disini seseorang meniru orang lain atau sesuatu oraganisasi/badan tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya, meniru dalam hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai, identifikasi seperti ini sering terjadi antara anak dengan ayah, pengikut dengan pemimpin, siswa dengan guru, antara anggota suatu kelompok dengan anggota lainya dalam kelompok tersebut yang dianggap paling mewakili kelompok yang bersangkutan.

Dengan demikian terbentuknya sikap bisa didasarkan dari pengalaman, imitasi, sugesti, dan identifikasi. Yang pada

(64)

47

akhirnya serbentuklah sebuah sikap pada diri seseorang sesuai apa yang ia pelajari dari hal tersebut.

4) Pembentukan dan Perubahan Sikap

Menurut Roucek (dalam Sobur, 2016:313) terbentuknya sikap seseorang pada dasarnya di landasi oleh norma-norma yang telah dihayatinya sehingga dengan “kacamata” norma-norma ini beserta pengalamanya pada masa lalu, ia akan menentukan sikap, bahkan bertindak. Dengan demikian, sikap terjadi setelah individu mengadakan internalisasi dan hasil-hasil. Ada berbagai faktor mempengaruhi proses pembentukan sikap seseorang, yaitu:

a) Adanya akumulasi pengalaman dari tanggapan-tanggapan tipe yang sama seseorang mungkin berinteraksi dengan berbagai pihak yang mempunyai sikap sama terhadap suatu hal.

b) Pengamatan terhadap sikap lain yang berada. Seseorang dapat menentukan sikap pro atau anti terhadap gejala tertentu.

c) Pengalaman buruk atau baik yang pernah di alami.

d) Hasil peniruan terhadap sikap pihak lain secara sadar atau tidak sadar.

Jadi pada perubahan atau pembentukan sikap ini pada dasarnya dilihat dari norma-norma yang dihayatinya.

(65)

48

Sehingga terbentuklah sebuah sikap yang terjadi setelah individu mengadakan internalisasi dan hasil-hasil dari apa yang ia telah lalui.

b. Nasionalisme

1) Pengertian Nasionalisme

Menurut Jurliadi (2016:43) secara etimologis, nasionalisme berasal dari kata “natie” yaitu berarti dilahirkan keturunan, “nation” yang berarti bangsa, “national” yang berarti ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain, dan “nasionalitas” yang berarti rasa kebangsaan, atau “nationalis”

yang berarti orang yang cinta persatuan/bangsa. Lebih lanjut Jurliadi (2016:43) mengemukakan nasionalisme bisa didefinisakn dua pengertian. Pertama, nasionalisme (lama) adalah paham kebangsaan yang berdasarkan kepada kejayaan masa lampau. Kedua, nasionalisme (modern) adalah paham kebangsaan yang menolak penjajahan untuk membentu negara yang bersatu, berdaulat, dan demokrasi.

Menurut Nur (dalam Husinaffan, 2016:67) istilah nasionalisme yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia memiliki dua pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan

(66)

49

mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu.

Selanjutnya Husinaffan (2016:67) mengemukakan bahwa nasionalisme adalah kecintaan alamiah terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong untuk membentuk kedaulatan dan kesepakatan untuk membentuk negara berdasar kebangsaan yang disepakati dan dijadikan sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam menjalani kegiatan kebudayaan dan ekonomi.

Menurut Soeprapto (dalam Maraliana, 2013:9) Nasionalisme adalah sebuah faham yang menyatakan bahwa loyalitas tertinggi terhadap masalah duniawi dari setiap warga bangsa yang ditunjukkan negara sendiri. Manifestasi faham kebangsaan ini akan nampak pada :

a) Kesadaran seseorang bahwa dirinya adalah merupakan anggota atau warga negara bangsanya.

b) Kebanggaan seseorang akan negaranya sendiri. c) Kecintaan seseorang akan negara bangsaanya.

d) Kesetiaan dan ketaatan seseorang terhadap negara bangsanya.

e) Perjuangan seseorang bagi kepentingan negara bangsanya.

(67)

50

Dengan demikian sikap nasionalisme tumbuh dari dari dalam diri seseorang yang mencintai bangsa dan negaranya. Kebanggaan pada negaranya membuat sikap nasionalisme tumbuh dan melekat pada diri seseorang tersebut.

2) Faktor-faktor Pendukung Nasionalisme

Menurut Juliardi (2016:44) faktor-faktor pembentuk nasionalisme adalah faktor obyektif dan faktor subyektif.

a) Faktor obyektif meliputi bahasa, warna kulit, kebudayaan, adat, agama, wilayah, kewarganegaraan, dan ras.

b) Faktor subyektif meliputi cita-cita, semangat, dan keinginan dalam arti timbulnya rasa kesadaran nasional pada bangsa itu sesuai dengan tujuan utamanya untuk terwujudnya negara nasional.

Lebih lanjut Juliardi (2016:44) mengemukakan bahwa di Indonesia, ada beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya nasionaisme. Secara umum bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan luar. Faktor dari dalam antara lain sebagai berikut:

(1) Seluruh Nusantara telah menjadi kesatuan politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Akibat yang ditimbulkannya adalah eksploitasi Barat itu justru mampu menyatukan rakyat karena perasaan senasib dan sependeritaan.

Gambar

Tabel 4.3  Pernyataan Butir 2
Tabel 4.5  Pernyataan Butir 4
Tabel 4.7  Pernyataan Butir 6
Tabel 4.9  Pernyataan Butir 8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Arga Bagas Desika. HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN PEMAHAMAN NILAI SEJARAH DENGAN SIKAP NASIONALISME SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI

Hasil penelitian ini memberikan implikasi secara praktis terhadap upaya peningkatan sikap nasionalisme dan patriotisme khususnya upaya peningkatan sikap nasionalisme

Pendidikan Hukum Dalam Konteks Sosial-Budaya Bagi Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara (Dalam Pengukuhan Guru Besar Tetap). Upaya Meningkatkan Kesadaran Hukum Siswa

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh lagu-lagu perjuangan terhadap sikap nasionalisme siswa pada kelompok ekstrakurikuler paduan suara

“Pajak merupakan kewajiban sebagai warga negara, maka diperlukan kesadaran yang tinggi, sehingga dengan demikian penerimaan pajak dipengaruhi oleh kesadaran

10 Ibid., hlm. 11 Sartono Kartodirdjo, dkk, Negara dan Nasionalisme Indoensia, Jakarta, Grasindo, 1995, hlm.. Pembelajaran sejarah merupakan dasar bagi pendidikan dalam rangka

Upaya sekolah dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air (Nasionalisme) di dalam lingkungan sekolah melalui pembudayaan di sekolah yaitu dengan memberi

Untuk itu, sebagai warga negara, mereka harus selalu mengikuti nilai-nilai Pancasila dan dengan semangat nasionalisme yang kuat, untuk memenuhi... kewajibannya sebagai penegak aturan