LAPORAN SKRIPSI
DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyarat DalamMenempuh Program Strata 1
Program StudiAkuntansi
Oleh :
NAMA :JOSHUA JOSEPH
NIM : 21109166
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
i DAFTAR ISI
LEMRBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah ... 10
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 10
1.2.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1 Maksud Penelitian ... 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Kegunaan Penelitian... 12
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 12
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 12
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13
.1.5.1 Lokasi Penelitian ... 13
1.5.2 Waktu Penelitian ... 13
ii
2.1. Kajian Pustaka ... 15
2.1.1 Pengertian Pajak ... 15
2.1.2 Tingkat Kepatuhan ... 18
2.1.3 Penghasilan Kena Pajak (PhKP) ... 25
2.1.4 Penerimaan Pajak ... 26
2.2 Kerangka Pemikiran ... 27
2.2.4 Paradigma Pemikiran ... 28
2.2.5 Penelitian Terdahulu ... 29
2.3 Hipotesis ... 30
BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian ... 32
3.2. Metode Peneltitian ... 33
3.2.1. Desain Penelitian ... 33
3.3 Operasional Variabel ... 37
3.4 Sumber Data ... 40
3.5 Populasi dan Sampel ... 40
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.6.1 Rancangan Analisis ... 43
3.7 Pengujian Hipotesis ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 56
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 56
ii i
4.1.3 Uraian Tugas KPP Pratama Bandung Karees ... 58
4.1.4 Kegiatan KPP Pratama Bandung Karees ... 60
4.2 Analisis Deskriptif ... 60
4.2.1 Analisis Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ... 61
4.2.2 Analisis Variabel Perubahan Penghasilan Kena Pajak ... 63
4.2.3 Analisis Variabel Penerimaan Pajak Karees ... 65
4.3 Analisis Verifikatif ... 67
4.3.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 68
4.3.2 Hasil Analisis Korelasi Parsial dan Determinasi ... 70
4.3.2.1 Korelasi Parsial Kepatuhan Wajib Pajak dengan Penerimaan Pajak Penghasilan WPOP Pada saat Perubahan Penghasilan Kena Pajak Tidak mengalami perubahan ... 71
4.3.2.2 Korelasi Parsial Perubahan Penghasilan Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan WPOP pada saat Kepatuhan Wajib Pajak Tidak mengalami perubahan ... 72
4.3.3 Hasil Analisis Korelasi Ganda ... 73
4.3.4 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ... 74
4.3.5 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 74
4.3.5.1 Hasil Uji Normalitas ... 75
4.3.5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 76
4.3.5.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 77
4.3.5.3.1 Hasil Pengujian Autokorelasi... 79
i v
4.3.6.1 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan WPOP Secara Parsial ... 81
4.3.6.2 Pengaruh Perubahan Penghasilan Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Karees Secara Parsial ... 82
4.3.6.3 Hasil Pengujian Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap Penerimaan Pajak Karees Secara Bersama (Simultan) ... 84
4.4 Pembahasan ... 87
4.4.1 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak ... 87
4.4.2 Pengaruh Penghasilan Kena Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 90
5.2 Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
LAMPIRAN ... 94
DAFTAR PUSTAKA
Bobek, Donna D. and Richard C. Hatfield. 2003. An Investigation of Theory of Planned Behavior and the Role of Moral Obligation in Tax Compliance. Behavioral Research in Accounting
Bradley, Cassie Francies. 1994. An Empirical Investigation of Factor Affecting Corporate Tax Compliance Behavior. Dissertation. The University of Alabama, USA.
Darmayanti, Theresia Woro. 2004. Pelaksanaan Self Assesment System Menurut Wajib Pajak (Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan Salatiga). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume X No. 1, 109 – 128.
Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 1998. Statistik Induktif. Yogyakarta: BPFE.
Gunadi. 2005. Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak. Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol 4, 5 : 4-9.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hardi. 2003. Pemeriksaan Pajak. Jakarta : Penerbit Kharisma,1-19. Keputusan Mentri Keuangan No. 94/KMK.01/1994 tentang Organisasi Dan Tata Cara Direktorat Jenderal Pajak.
Keputusan Mentri Keuangan No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001
Keputusan Mentri Keuangan No. 235/KMK.03/2003 tanggal 3 Juni tentang Kriteria Wajib Pajak yang dapat diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran.
Nasucha, Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik. Jakarta: Grasindo.
Salip dan Tendy Wato. 2006. Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak. Jurnal Keuangan Publik, vol 4, 2 : 61-81.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Suryadi. 2006. Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak. Jurnal Keuangan Publik, Vol 4,1 : 105-121.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur khadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa tenaga, kesehatan, dan segala sesuatu
yang dianugerahkan-Nyadan tak lupa Shalawat serta salam kepada baginda Rasulullah
S.A.W sehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsi ini. Maka penulis memberanikan
diri membuat skripsi ini dengan judul “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dan Perubahan Penghasilan Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak”.
Penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak sekali kekurangan dan kekeliruan yang masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan penulis dalam hal ilmu pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang
penulis miliki. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan.
Dalam mempersiapkan dan menyelesaikan usulan penelitian ini penulis telah
banyak memperoleh bantuan berupa bimbingan pengarahan serta dorongan dari
berbagai pihak, yang sangat membantu kelancaran dalam penyusunan laporan kerja
praktek ini sehingga pada akhirnya memberikan motivasi pada penulis untuk
menyelesaikan usulan penelitian ini.
Atas dasar itu semua pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
2. Prof.Dr.Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Surtikanti, SE.,M.Si.,Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Wati Aris Astuti SE., M.Si.Ak., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Dr. Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si selaku dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan selalu sabar dalam memberikan arahan dan
membimbing penulis sehingga laporan kerja praktek ini dapat terselesaikan.
6. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Akselaku Dosen Wali yang telah memberikan
dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Bp Saiful yang telah membantu saya untuk mendapatkan data dari KPP Pratama
Karees.
8. Ibu dan Ayah tercinta dan segenap keluarga yang telah memberikan semangat, doa,
dan dukungan yang tidak ada habis-habisnya bagi penulis.
9. Teman – teman Akuntansi-4 2009 yang telah memberikan 4 tahun yang luar biasa
untuk saya
10.Teman-teman Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia serta
bagi semua pihak yang membutuhkan dan semoga seluruh amal dan doa baik yang
telah diberikan kepada penulis, mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.
Wassalamualaikaum Wr.Wb
Bandung, Desember 2013
Penulis
84
Tempat, Tanggal /Lahir : Jakarta, 28 July 1991
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Golongan Darah : B
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kebangsaan : Indonesia
Alamat Tinggal : Jl. Cihampelas no 302 kel Cipaganti Bandung
Nomor Tlp : 085692018889
1. Data Pendidikan :
No. Keterangan Nama Sekolah Tahun Lulus
1. SD SD Tunas Jaka Sampurna Bekasi 2003
2. SMP SMP Tunas Jaka Sampurna Bekasi 2006
3. SMA SMA Tunas Jaka Sampurna Bekasi 2009
4. Perguruan Tinggi Universitas Komputer Indonesia Bandung Masih Kuliah
2. Data Pendidikan Non Formal :
No. Keterangan Tempat Tahun
1. Brevet Tax Center Unikom 2013
3. Data Organisasi : Jenjang
Pendidikan Nama Organisasi Jabatan
SMP Ekskul Sepak Bola Anggota
SMP OSIS Anggota
SMA Ekskul Sepak Bola Anggota
SMA OSIS Ketua III
4. Data Organisasi Di Luar Sekolah
Umur Nama Organisasi Jabatan
1
1.1Latar Belakang Penelitian
Berpedoman pada APBN, pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan
mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana
dalam negeri. Sumber dana luar negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah
(grant), sedangkan sumber dana dalam negeri misalnya penjualan migas dan non migas serta pajak. Untuk menjadi bangsa yang mandiri, pemerintah terus
mengoptimalkan sumber dana dalam negeri(Nasucha, 2004).
Perkembangan pajak merupakan komponen utama penerimaan dalam
negeri. Hal ini nampak dari terus meningkatnya proporsi penerimaan pajak
terhadap total APBN. Pajak memberikan kontribusi sebesar 80 persen dari seluruh
penerimaan negara. Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari
sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara
menyeluruh pada tahun 1983, dan sejak saat itulah, Indonesia menganut sistem
self assesment. Penerapan self assesment system akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk (Darmayanti, 2004). Kenyataan yang ada di Indonesia menunjukkan tingkat
kepatuhan masih rendah, hal ini bisa dilihat dari belum optimalnya penerimaan
Menurut Agus Martowardojo menyampaikan tingkat kepatuhan pajak
masyarakat di Indonesia masih rendah. Masih Menurut Agus (2011) juga
menuturkan, saat ini, orang pribadi yang menyerahkan SPT-nya hanya 8,5 juta
wajib pajak, padahal penduduk yang aktif bekerja ada 110 juta orang artinya rasio
SPT terhadap kelompok pekerja aktif itu hanya 7,7 persen, dengan kata lain
memang tingkat kepatuhan wajib pajak kita masih belum memadai sehingga
dengan kondisi ini, rasio penerimaan pajak terhadap total PDB agak rendah
dibandingkan dengan negara-negara lain (Agus Martowardojo,2011).
Jika tingkat kepatuhan penyampaian SPT tahunan PPH orang pribadi saja
masih rendah, tentunya hal tersebut berpengaruh pada penerimaan pajaknya, oleh
sebab itu dibutuhkan kerja keras dan cerdas dari seluruh komponen penyelenggara
pemerintahan, serta penumbuhan kesadaran masyarakat untuk membantu
penyerapan pendapatan pada sektor pajak penghasilan orang pribadi (Aceng HM
Fikri,2012). Rendahnya kewajiban membayar pajak menunjukkan bahwa masih
banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya dana pajak untuk
pembangunan (Ajat Djatnika,2012).
Menurut Ajat Jatnika Wajib pajak di Kota Bandung tercatat 385 ribu wajib
pajak tapi yang menyerahkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
(SPT) hanya 42 persen, perusahaan wajib pajak ada 42 ribu badan usaha tapi
hanya 32 persen perusahaan yang menyampaikan SPT. Tidak patuhnya wajib
pajak menyerahkan SPT kemungkinan berbagai hal diantaranya karena malas,
sebanyak 1,6 juta yang patuh bayar pajak sebesar 46 persen diatas kepatuhan
warga Kota Bandung (Ajat Jatnika, 2012).
Dalam official assessment system tanggung jawab pemungutan terletak sepenuhnya pada penguasa pemerintah, sedangkan dalam self assessment system
Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar atau menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terhutang sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan. Nampak jelas disini bahwa dalam self assessment system Wajib Pajak lebih dipandang sebagai subjek bukan sebagai objek pajak(A Wahyuni, 2011).
Pemeriksaan pajak merupakan proses pemeriksaan pajak yang dilakukan
secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka self assessment system
merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:245).
Tetapi sebagai salah satu bentuk penegakan hukum perpajakan menjadi bertolak
belakang jika yang terjadi sekarang mengindikasikan bahwa proses pemeriksaan
pajak belum sepenuhnya efektif ditandai dengan adanya manipulasi pemeriksaan
pajak dengan adanya peran aparat pajak yang tidak professional, kurang
kemampuan dan integritas (Melchias Markus Mekeng, 2011). Selain itu dalam
temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengindikasikan pelanggaran
prosedur dalam pemeriksaan pajak. Pelanggaran tersebut adalah adanya dugaan
penyelewengan dalam restitusi pajak (Sasmito Hadi Negoro, 2011).
Kurang berkualitasnya pemeriksaan pajak berdasarkan survey
pendahuluan menurut salah satu pegawai fungsional pemeriksaan pajak di KPP
hanya diadakan berdasarkan golongan saja tidak menyeluruh, dan masih
banyaknya wajib pajak yang kurang patuh bahkan melakukan pelanggaran dengan
segala cara melakukan manipulasi agar beban pajak berkurang dan berusaha
menyuap pemeriksa pajak membuat resiko penyelewengan pajak semakin besar.
Oleh karenanya standar pemeriksaan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-9/PJ/2010 mengenai pendidikan dan pelatihan pemeriksa pajak harus
dilaksanakan cukup, serta pentingnya peningkatan kompetensi dalam pemeriksaan
pajak dan standar khusus terkait perpajakan (Mikail Jam’an, 2011).
Sebagai konsekuensi dari perubahan ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan
penerapan sanksi pajak. Untuk mewujudkan self assessment system dituntut kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri. Kenyataannya belum semua potensi pajak yang
ada dapat digali, sebab masih banyak Wajib Pajak yang belum memiliki
kesadaran akan betapa pentingnya pemenuhan kewajiban perpajakan baik bagi
negara maupun bagi mereka sendiri sebagai warga negara yang baik. Dalam
kondisi tersebut keberadaan self assessment system memungkinkan Wajib Pajak untuk melakukan kecurangan pajak. Tanpa adanya penelitian dan pemeriksaan
pajak serta tidak adanya ketegasan dari instansi pajak, maka ketidakpatuhan Wajib
Pajak tersebut dapat berkembang sedemikian rupa sehingga bisa mencapai suatu
tingkat dimana sistem perpajakan akan menjadi lumpuh(Rozie, 2009).
Untuk menjaga agar Wajib Pajak tetap berada dalam koridor peraturan
perpajakan, maka diantisipasi dengan melakukan pemeriksaan terhadap Wajib
salah satu ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
direvisi oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan direvisi kembali oleh
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa Direktur Jenderal Pajak
berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dan
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Penelitian Salip dan Wato menyimpulkan bahwa dengan
pemeriksaan pajak akan mendorong timbulnya kepatuhan Wajib Pajak, sehingga
akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak yang pada akhirnya pajak yang dibayarkan Wajib Pajak akan masuk dalam
kas Negara (Salip dan Wato, 2006).
Bagi Kantor Pelayanan Pajak, penerimaan pajak apapun jenisnya baik itu
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan jenis pajak lainnya yang
diterima sangat tergantung pada tingkat kepatuhan Wajib Pajak baik dalam
melaporkan dan melunasi pajaknya. Dengan demikian, pemeriksaan pajak
merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap mematuhi kewajibannya. Dari
sekian banyak jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan (PPh) merupakan harapan
pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik dari jumlah penerimaan
maupun dari segi Wajib Pajak yang membayarnya.
Meningkatnya jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya diharapkan dapat
meningkatkan penerimaan pajak di KPP Pratama Bandung. Tabel 1.1 adalah data
jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung pada Tahun
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung
Tahun Pajak
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
2009 2010 2011 2012
Bojonagara 47.823 73.035 82.313 88.841
Cibeunying 45.559 71.664 83.222 91.424
Cicadas 43.634 79.247 97.887 110.202
Karees 24.121 48.074 61.296 70.177
Sumber : KPP Bandung (data diolah),2013
Masih banyak warga berpenghasilan Rp 2 juta ke atas yang termasuk
wajib pajak belum membayar pajak. Hingga saat ini, hanya sekitar 1,2 juta wajib
pajak di Jabar dan hanya 55 persen dari jumlah ini yang patuh menyerahkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Pajak Tahunan. Hal ini disampaikan Kepala Kanwil Pajak
Jabar I Adjat Djatnika dalam Acara Pekan Panutan Penyerahan SPT Pajak
Tahunan. Padahal sekitar 80 persen pendapatan baik secara nasional mau pun di
tingkat daerah berasal dari pajak. Adjat Djatnika mengatakan jumlah pajak yang
diperoleh di Jabar pada 2010 sebedar Rp 11,5 triliun, 2011 Rp12,5 triliun, dan
2012 Rp14 triliun. Kanwil Pajak Jabar menargetkan tahun 2013, besar pajak bisa
mencapai Rp18 triliun. Dia optimistis jumlah ini bisa tercapai karena paling tidak
tahun ini sekitar 250 ribu wajib pajak bertambah. (Adjat Djatnika, 2013)
Menurut Gubernur Jabar Ahmad Heryawan yang dikutip dari Pikiran
Rakyat hari Selasa tanggal 5 Maret 2013 halaman 4, berharap masyarakat bisa
membayar pajak dan menyerahkan SPT tahunannya ke kantor pajak. Dengan
begitu, 90 persen dari target 18 triliun tahun ini pun bisa tercapai. "Kita yang
membayar pajak menunjukkan bagian komitmen bela negara, tidak harus pakai
surat peringatan, tetapi dengan sadar membayar dengan sukarela ke kantor pajak
Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus-menerus kesadaran
dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak
merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara
intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak,
khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi(Ahmad Heryawan, 2013).
Berkaitan dengan hal tersebut, fenomena lain yang berhubungan dengan
belum optimalnya penerimaan pajak, telihat pula pada KPP Pratama yang ada di
Kantor Wilayah Jawa Barat I. Lebih jelasnya terlihat di tabel 1.2.
Tabel 1.2
Pencapaian Target Penerimaan Pajak pada KPP Pratama di Wilayah Bandung Periode 2012
(dalam jutaan rupiah)
KPP Pratama Target Realisasi Pencapaian
Tegallega 309,476 246,642 79.70%
Cibeunying 696,946 679,747 97.53%
Karees 687,321 526,389 76.59%
Bojonagara 316,254 391,607 123.83%
Cicadas 363,895 429,074 117.91%
Soreang 301,957 319,692 105.87%
Majalaya 131,403 130,262 99.13%
Sumber : Direktorat Jenderal Pajak, 2013
Dari tabel di atas terlihat bahwa penerimaan pajak tiap-tiap KPP sudah ada
yang mencapai target yang sudah ditetapkan walaupun ada beberapa KPP yang
belum mencapai target yang sudah ditetapkan. Penerimaan KPP yang mencapai
target adalah KPP Bojonagara, KPP Cicadas, dan KPP Soreang. Sedangkan
penerimaan KPP yang tidak mencapai target adalah KPP Tegallega, KPP
Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah dilakukan oleh beberapa
dengan menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior (TPB) untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Bobek, 2003).
Model TPB yang digunakan dalam penelitian memberikan penjelasan yang
signifikan, bahwa perilaku tidak patuh (noncompliance) Wajib Pajak sangat dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan. Bradley (1994) dan Siahaan (2005) melakukan penelitian
kepatuhan Wajib Pajak Badan dengan responden tax professional. Penelitian keduanya bukan merupakan penelitian perilaku. Tax professional adalah orang profesional di perusahaan yang ahli di bidang perpajakan. Oleh karena itu, untuk
menjelaskan perilaku Wajib Pajak Badan yang dalam hal ini diwakili oleh tax professional perlu menggunakan teori perilaku individu dan perilaku organisasi (Siahaan, 2005).
Sementara itu, Salip dan Wato menguji pengaruh pemeriksaan pajak
terhadap peneriman negara dengan bukti empiris bahwa pemeriksaan pajak yang
dilakukakan oleh Kantor Pelayanan Pajak berpengaruh positif terhadap
penerimaan negara (Salip dan Wato, 2006). Dengan adanya pemeriksaan pajak
dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Suryadi menguji
hubungan kausal kesadaran, pelayanan, kepatuhan Wajib Pajak dan pengaruhnya
terhadap kinerja penerimaan pajak dengan bukti empiris bahwa kesadaran,
pelayanan dan kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap kinerja penerimaan
Agusti dan Herawaty menguji pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak
Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan
pajak. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh tingkat kepatuhan Wajib
Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh
pemeriksaan pajak. Sampel penelitian yaitu Wajib Pajak Badan pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan (Agusti dan Herawaty,
2009).
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian terdahulu Agusti dan
Herawaty dengan perbedaan pada variabel penelitian dan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini. Agusti dan Herawaty menggunakan satu variabel independen
berupa tingkat kepatuhan guna mengetahui peningkatan penerimaan pajak dengan
pemerikasaan pajak sebagai variable moderating, sementara itu penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yang terdiri dari tingkat kepatuhan Wajib
Pajak, pemeriksaan pajak dan perubahan Penghasilan Kena Pajak. Selain variabel
penelitian, perbedaan penelitian ini dengan penelitian Agusti dan Herawaty adalah
sampel penelitian sebelumnya menggunakan sampel Wajib Pajak Badan,
sedangkan penelitian ini menggunakan sampel Wajib Pajak Orang Pribadi (Agusti
dan Herawaty, 2009).
Dengan melihat fenomena tersebut, maka penulis terdorong untuk menguji
dengan daerah dan populasi yang berbeda terhadap pengaruh tingkat kepatuhan,
pemeriksaan pajak, serta perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap peningkatan
penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan judul penelitian
Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees”.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah seperti berikut ini.
1. Masih banyak wajib pajak yang tidak membayar sesuai dengan ketentuan.
2. Penghasilan kena pajak yang masuk ke KPP Pratama Bandung Karees masih
tidak sesuai dengan yang seharusnya
3. Penerimaan pajak KPP Pratama Bandung Karees mengalami penurunan
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah seperti berikut ini.
1. Seberapa besar pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap
peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Karees.
2. Seberapa besar pengaruh penghasilan kena pajak terhadap peningkatan
penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh dan menganalisis
pajak, perubahan penghasilan kena pajak, dan peningkatan penerimaan pajak
penghasilan wajib pajak orang pribadi. 1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah apa yang ingin dicapai dengan penelitian
tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan seperti berikut ini.
1. Untuk mengetahui pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
2. Untuk mengetahui pengaruh penghasilan kena pajak terhadap penerimaan
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama dalam rangka meningkatkan kepatuhan Pajak dan
penghasilan kena pajak khususnya dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
untuk meningkatkan penerimaan KPP Pratama Karees.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi banyak pihak yang terkait. Adapun kegunaan dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi Pengembangan Ilmu Perpajakan
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dalam
perubahan penghasilan kena pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan wajib pajak orang pribadi.
b. Membandingkan antara ilmu pengetahuan dan teori-teori perpajakan yang
telah dipelajari dengan kenyataan empiris yang terjadi dalam dunia nyata.
2. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat menjadi tambahan informasi
gambaran bagi penulis lain yang berkaitan dengan pengaruh tingkat
kepatuhan, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak
terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang
pribadi.
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai
referensi bagi pihak lain untuk melakukan penelitian ataupun menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.
4. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya mengenai pengaruh
tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak
terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi dimana penulis melakukan penelitian untuk tujuan penyusunan skripsi ini
adalah KPP Pratama Bandung Karees yang berlokasi di Jl. Ibrahim Adjie (d/h Jl.
Kiara Condong) No.372 Bandung.
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan September 2013
sampai dengan Februari 2014.
II Tahap Pelaksanaan :
a.Bimbingan UP
a.Menyiapkan draft skripsi b.Sidang akhir skripsi c.Penyempurnaan laporan
15
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang utama. Semakin hari
peranan penerimaan pajak bagi pembiayaan pengeluaran umum/negara semakin
besar. Beberapa ahli memberikan batasan mengenai pengertian pajak, diantaranya
dikemukakan Suandy (2002: 2) bahwa pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus nya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment. Sementara itu, Waluyo (2006: 26) mengutip definisi pajak yang dikemukan oleh Seligman bahwa:
“Tax is compulsary contribution from the person, to the government to
depray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred.”
Smeets dalam buku De Economische Betekenis Belastingen yang diterjemahkan oleh Waluyo (2006: 2) pajak adalah prestasi kepada pemerintah
yang terutang melalui norma umum dan yang dapat dipaksakannya tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual dimaksudkan
untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Menurut Andriani yang dikutip Brotodiharjo (2006: 32) mendefinisikan
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Atas dasar beberapa pengertian pajak di atas, maka dapat diketahui ciri-ciri
yang melekat pada pengertian pajak sebagai berikut ini.
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya
yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
Selain itu menurut Suandy (2002: 46), pajak memiliki beberapa fungsi
seperti berikut ini.
1. Fungsi financial, yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
2. Fungsi mengatur, yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur
masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan
tertentu.
3. Fungsi menanggung inflasi.
Terkait dengan pemungutan pajak, Waluyo (2006: 33) membagi 3 sistem
pemungutan pajak menjadi seperti berikut ini.
1. Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.
2. Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
harus dibayar.
3. With holding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian Wajib Pajak
adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dengan demikian Wajib
Pajak dibedakan menjadi berikut ini.
1. Wajib Pajak Orang Pribadi baik usahawan maupun non-usahawan.
2. Wajib Pajak Badan, yang meliputi perseroan terbatas (PT), perseroan
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi sosial politik atau
orang yang sejenis, lembaga, badan usaha tetap dan banyak badan lainnya.
3. Pemungut atau pemotong pajak yang ditunjuk oleh pemerintah misalnya bendaharawan pemerintah atau Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
(KPKN).
2.1.2 Tingkat Kepatuhan
Menurut Suranto Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau
organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dengan aturan yang telah
ditetapkan. Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu
kelompok dan organisasi (2001: 44). Motivasi yang dimiliki seseorang sangat
terpengaruh oleh faktor lingkungannya, baik internal maupun eksternal.
Menurut Suryadi sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia saat
ini menuntut Wajib Pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku adalah self assesment system, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban
perpajakannya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar serta
melaporkan pajaknya tersebut. Oleh karena itu, kesadaran dan kepatuhan subjek
pajak sangat diperlukan guna meningkatkan penerimaan penerimaan pajak (2006:
83).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003
tanggal 3 Juni 2003, Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak patuh bila
1. Kriteria Umum
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2
(dua) tahun terakhir.
b. Dalam tahun terakhr, penyampaian SPT masa yag terlambat tidak lebih
dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut.
c. SPT masa yang terlambat sebagaimana yang dimaksudkan dalam poin a
dan b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT
masa-masa pajak berikutnya.
d. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semu jenis pajak :
a) Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak
b) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang
diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir.
e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan. Yang termasuk sebagai tindak pidana dibidang perpajakan
adalah tindak pidana yang sesuai dengan pasal 39 Undang-undang KUP
yaitu :
a) Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan
tanpa hak NPWP atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
b) Tidak menyampaikan SPT
c) Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap
e) Memperlihatkan pembukuan atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan pada saat pemeriksaan
f) Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan catatan atau dokumen lainnya untuk kepentingan
pemeriksaan
g) Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
2. Kriteria Khusus
a. Bagi Wajib Pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit dalam 2 (dua)
tahun terakhir
a) Menyelenggarakan pembukuan sesuai ketentuan pasal 28 UU No. 6
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan yang
terakhir kali diubah dnegan UU No. 16 Tahun 2000
b) Apabila pernah dilakukan pemeriksaan koreksi fiscal yang dilakukan
pemeriksaan pajak untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih
dari 10%
b. Bagi Wajib Pajak yang laporan keuangannya diaudit
a) Laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan public atau badan
pengawasan keuangan harus dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian
tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiscal
b) Laporan keuangan yang diaudit harus memenuhi syarat :
untuk masing-masing pos khususnya untuk pos yang sifatnya
material.
2) Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiscal.
Dari sekian banyak jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan (PPh)
merupakan harapan pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik dari
jumlah penerimaan maupun dari segi Wajib Pajak yang membayarnya. Pajak
Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat
pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut
dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya.
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan
penghasilan yang diterimanya atau diperolehnya dalam tahun pajak. Alat yang
sering digunakan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak adalah ketepatan waktu
pelaporan SPT. Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi
alat kerjasama antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, yang memuat data yang
diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang. Pengertian
SPT dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang
menurut ketentuan peraturan atau ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Sesuai dengan prinsip self assesment system, Wajib Pajak harus melaporkan pajak masa dan pajak tahunannya. SPT Masa adalah SPT untuk suatu
atau bagian tahun pajak. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
adalah seperti berikut ini.
1. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak.
2. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.
3. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak
Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.
Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) tidak disampaikan dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan, maka Wajib Pajak akan dikenai sanksi administrasi
berupa denda seperti berikut ini.
1. Denda sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Denda sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) lainnya.
3. Denda sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
4. Denda sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Di dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, terdapat informasi
mengenai jumlah PPh Terutang yang dapat menjadi dasar untuk mengetahui
Wajib Pajak melaporkan SPT tahunannya, maka peningkatan penerimaan pajak
akan dapat direalisasikan (Agusti dan Herawaty, 2009).
Ada dua macam kepatuhan yaitu:
“a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal”.
Menurut Chaizi Nascuha (2004) yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010: 139)
menytakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah
“1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri
2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan (SPT) 3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan 4. Kepatuhan dalam pembyaran tunggakan”.
“Jadi kepatuhan wajib pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu, presesi
wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan
pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah”.
Menurut Norman D. Nowark yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010: 138)
menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah:
“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaraan pemenuhan kewajiban perpajakan,
tercermin dalam situasi dimana”.
“1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. 4. Membayar pajak yang yang terutang tepat pada waktunya”.
Kewajiban wajib pajak menurut undang-undang nomor 28 tahun 2007
“a. Mendaftarkan diri pada Direktorat Jendrral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.
a. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak.
b. Mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap dan jelas, dalam bahasa indonesia dengan menggunakan huruf latin. Angka Arab, satuan mata uang rupiah, serta mendatangani dan menyampaikan ke kantor Direktorat Jendral Pajak tempat wajib pajak terdaftar.
c. Menyampaikan surat pemberitahuan dalam bahasa indonesia dengan menggunakan satu mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanannya diatur dengan atas berdasarkan Peratuan Mentri Keuangan. d. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan surat
pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.
e. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.
f. Menyelanggarakan pembukuan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebasdan wajib pajak badan, dan melakukan pencatatan bagi wjib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas”.
Sedangkan menurut Chaizi Nasucha (2004:38) menyatakan bahwa kepatuhan
wajib pajak adalah:
“Kepatuhan adalah suatu pemenuhan kewajiban perpajakan, yang harus
dilakukan wajib pajak melalui tingkat pelaporan SPT, laporan penyelsaian
tunggakan pajak dan perkembangan pembayaran atau penyetoran pajak terutang”.
Berdasarkan dari pengertian kepatuhan wajib pajak diatas dapat
disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak yang taat dan memenuhi serta
melaksanakan perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan seperti mengisi jujur, lengkap dan benar surat pemberitahuan (SPT)
Untuk mengantisipasi wajib pajak yang menghindari atau meloloskan diri
dari kewajiban perpajakan tersebut, maka peran pemerintah sebagai fiskus sangat
diharapkan agar dapat memotivasi, mengarahkan dan bahkan merangsang wajib
pajak untuk patuh dan taat dalam memenuhi kewajibannya.
2.1.4 Penghasilan Kena Pajak (PhKP)
Pemerintah sebagai regulator pajak senantiasa melakukan usaha untuk
dapat meningkatkan penerimaan pajak negara sebagai salah satu sumber
penerimaan negara. Salah satu upaya yang dilakukan memotivasi Wajib Pajak
Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dalam melakukan kewajiban pajaknya.
Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan memotivasi Wajib Pajak untuk
membayarkan pajak terutangnya tepat waktu menurut salip dan wato Merupakan
selisih antara jumlah Penghasilan Kena Pajak atas Wajib Pajak Orang Pribadi
tahun sebelumnya dan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi pada
tahun berikutnya sebagaimana terlaporkan dalam SPT tahunan (2006: 53)..
Dasar perhitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang
terutang adalah Penghasilan Kena Pajak. Khusus untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi, dalam mendapatkan Penghasilan Kena Pajak harus terlebih dahulu
Penghasilan Neto setelah Koreksi dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). Untuk menghitung Pajak Penghasilan yang terutang yaitu dengan
mengalikan Tarif Pajak dengan Penghasilan Kena Pajak. Tarif yang digunakan
dapat mengikuti antara lain:
1. Tarif umum yaitu tarif pajak yang ditunjukkan dalam Pasal 17 (lapisan tarif)
2. Tarif Khusus yaitu tarif pajak yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
biasanya ditunjukkan pada penghasilan tertentu
3. Tarif sesuai undang-undang yaitu selain tarif sesuai Pasal 17 Undang-Undang
PPh yang disebutkan dalam Pasal 23 Undang-Undang PPh ditetapkan dengan
tarif 15% juga tarif Pasal 26 Undang-Undang PPh ditetapkan dengan tarif
20%.
Guna mewujudkan self assessment system, peranan dan kejujuran Wajib Pajak semakin mutlak diperlukan. Wajib Pajak diharapkan dapat melaksanakan
seluruh kewajiban perpajakan dan melaporkannya dengan benar pada Kantor
Pelayanan Pajak di tempat Wajib Pajak terdaftar termasuk Penghasilan Kena
Pajak. Sehingga semakin besar nilai Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan oleh
Wajib Pajak maka akan membuat penerimaan pajak meningkat.
2.1.6 Penerimaan Pajak
Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Indonesia terus meningkat terhadap seluruh pendapatan negara. Dalam APBN
tahun anggaran 2002, target penerimaan yang berasal dari pajak untuk tahun
anggaran 2002 sampai dengan 2005 terus meningkat. Peningkatan penerimaan
pajak merupakan bentuk tanggungjawab sosial negara dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Langkah pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan dari sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi
perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983 hingga saat ini, dan sejak saat
setiap tahunnya. Pada awal reformasi perpajakan (tahun 1983), peranan pajak bagi
negara melalui kontribusi di APBN masih di bawah 20% per tahun. Setelah
dilakukan reformasi perpajakan, peranannya meningkat terus menjadi di atas 20%
hingga mencapai 75% tiap tahun. Oleh karena itu, peranan pemerintah melalui
upaya intensifikasi dan ekstensifikasi terus dilakukan khususnya pajak
Penghasilan (PPh). Mengingat porsi Pajak Penghasilan (PPh) terhadap
keseluruhan penerimaan pajak pemerintah masih terbilang rendah dibandingkan
pajak lainnya. Menurut salip dan wato Jumlah kontribusi masyarakat (yang
dipungut berdasarkan undang-undang) yang diterima oleh negara dalam suatu
masa yang akan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat(2006:103).
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak
Menurut Timbul Hamonangan (2012:174) mengenai hubungannya adalah
sebagai berikut :
“Pajak merupakan kewajiban sebagai warga negara, maka diperlukan kesadaran yang tinggi, sehingga dengan demikian penerimaan pajak dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk membayar pajak (tingkat kepatuhan pajak)”.
Pengaruh Kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak menurut
James et all (1997) dalam Timbul Hamonangan (2012:137) sebagai berikut :
seharusnya diterima jika para wajib pajak patuh 100%”. Menurut Trivedi et all (2003) dalam Timbul Hamonangan (2012:204),
pengaruh antara kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak adalah
sebagai berikut:
“Kepatuhan wajib pajak adalah faktor terpenting dari seluruh faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak. Kesadaran masyarakatyang tinggi akan mendorong semakin banyak masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, melaporkan dan membayar pajaknya dengan benar sebagai wujud tanggung jawab berbangsa dan bernegara”.
2.2.2 Pengaruh Perubahan Penghasilan Kena Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak
Berbagai upaya dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk
memotivasi Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Badan dalam melakukan
kewajiban pajaknya. Salah satu upaya yang dilakukan memotivasi Wajib Pajak
Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dalam melakukan kewajiban pajaknya.
Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan memotivasi Wajib Pajak untuk
membayarkan pajak terutangnya tepat waktu. Dasar perhitungan untuk
menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang adalah Penghasilan Kena
Pajak. Menurut Agusty dan Herawaty (2009) bahwa semakin besar Penghasilan
Kena Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak, semakin besar peningkatan
penerimaan pajak.
2.2.4 Paradigma Penelitian
Berdasarkan teori diatas mengenai kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan
pajak, perubahan penghasilan kena pajak, dan penerimaan pajak penghasiloan
mengemukakan paradigma penelitian yang dijadikan pedoman dalam melakukan
penelitian yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian 2.2.5 Penelitian Terdahulu
Studi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agusti dan
Herawaty (2009) dalam “Pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap
peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan pajak”
mengungkapkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Penghasilan
Kena Pajak memberikan pengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak. Jadi
semakin patuh Wajib Pajak Badan melaporkan dan melunasi kewajiban
perpajakannya serta semakin besar Penghasilan Kena Pajaknya maka penerimaan
Kepatuhan wajib pajak
(X1)
Penghasilan kena pajak (X2)
pajak pada KPP akan meningkat. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa
pemeriksaan pajak adalah masalah dalam peningkatan penerimaan pajak. Variabel
dalam penelitian ini yaitu tingkat kepatuhan Wajib Pajak, Penghasilan Kena
Pajak, pemeriksaan pajak dan penerimaan pajak. Penelitian yang dilakukan Agusti
dan Herawaty (2009) mengambil sampel Wajib Pajak Badan pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.
Penelitian lain yang dilakukan Salip dan Wato (2006) dalam “Pengaruh
Penghasilan kena pajak terhadap Penerimaan Pajak” mengungkapkan bahwa
penghasilan kena pajak secara nominal telah meningkatkan penerimaan pajak.
Namun, peningkatan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada
rata-rata rasio laba sebelum pajak terhadap penjualan (EBT) dan rata-rata
penerimaan pajak berdasarkan rasio Pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian Salip dan Wato (2006) adalah Wajib
Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebon Jeruk.
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Uma Sekaran(2006: 135) mengemukakan pengertian hipotesis:
“Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua
atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat
Dalam penelitian ini, Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis utama
“Terdapat pengaruh kepatuhan wajib pajak dan perubahan penghasilan kena
pajak terhadap penerimaan pajak penghasiloan wajib pajak orang pribadi pada
KPP Pratama Bandung Karees”
2. Sub hipotesis
H1 : Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasiloan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung
Karees
H2 : Perubahan penghasilan kena pajak berpengaruh terhadap penerimaan
pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung
32
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk
mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Menurut Sugiyono (2009:13) objek penelitian adalah sebagai berikut :
“Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang sesuatu hal (variabel tertentu)”.
Sedangkan menurut Umi Narimawati (2010: 29) objek penelitian adalah:
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi
objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga
ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian
digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu yang
objektif, valid dan realible. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan
perubahan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2011:2).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif
dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2005:21) dalam Umi Narimawati (2010:29)
mendefinisikan metode deskriptif adalah sebagai berikut:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas”.
Menurut Masyhuri (2008:45) dalam Umi Narimawati (2010:29)
mendefinisikan metode verifikatif adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Menurut Sugiyono (2011:8) mendefinisikan metode penelitian kuantitatif
adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai
semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam
melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Menurut Sugiyono (2009:13) menjelaskan proses penelitian dapat
disimpulkan seperti teori sebagai berikut:
1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan.
Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain
pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber masalah
Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga
mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi
masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di KPP Pratama
Bandung Karees, yaitu adanya penurunan penerimaan pajak penghasilan
wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees.
2. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya
melalui pengumpulan data. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah terdapat pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
b. Apakah terdapat pengaruh perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap
peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Karees?
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis),
maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah dan berfikir.
Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat
digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk
menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah
atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji
terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan
didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara
empiris (faktual). Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah:
a. Kepatuhan wajib pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak
berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang
pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees
b. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan pada KPP Pratama Bandung Karees
c. Perubahan penghasilan kena pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
5. Metode penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan
verifikatif.
6. Menyusun instrumen penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.
Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman
wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk
pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji
validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur
kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur
sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setalah data terkumpul
maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji
hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.
Selanjutnya penulis mulai menggunakan perhitungan dengan
menggunakan MSI (Method Succesive Interval) untuk menaikan skala ordinal menjadi interval, analisis jalur untuk membuktikan sejauh mana pengaruh
yang diperlihatkan antara kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan
perubahan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan
wajib pajak orang pribadi. Analisis korelasi untuk meneliti erat tidaknya
pengaruh kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan perubahan
penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak
kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena
pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi, dan
pengujian hipotesis menggunakan uji F dan uji t.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah.
Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai
solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
8. Tabel 3.1
3.3 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator,
serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga
dengan judul penelitian. Variabel itu sendiri dalam konteks penelitian menurut
Sugiyono (2010:38) sebagai berikut:
“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh penelitiuntuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”
9. Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu
“Pengaruh kepatuhan wajib pajak dan penghasilan kena pajak terhadap
penerimaan pajak”, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini
adalah:
Variabel Independen (X).
Sugiyono (2010:39) mendefinisikan variabel bebas adalah sebagai berikut:
“Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Dalam hal ini variabel bebas yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti adalah kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan perubahan
penghasilan kena pajak. Dalam operasional variabel ini semua diukur oleh
instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi
pernyataan-pernyataan tipe skala Likert.
Adapun pengertian skala Likert menurut Sugiyono (2010:93) yaitu:
“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”
Menurut Sugiyono (2010:39) mendefinisikan variabel dependen adalah
sebagai berikut:
“Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.
Data yang menjadi variabel terikat adalah penerimaan pajak penghasilan
wajib pajak orang pribadi..
Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
(X1)
Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dengan aturan yang telah ditetapkan. Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu kelompok dan organisasi (Gibson et al., dalam Suranto, 2001) Penghasilan Kena Pajak atas Wajib Pajak Orang Pribadi tahun
sebelumnya dan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun berikutnya sebagaimana terlaporkan dalam SPT tahunan.
3.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sekunder. Menurut Sugiyono (2009:137) dalam Umi Narimawati (2010:37)
mendefinisikan sumber data sekunder adalah sebagai berikut:
“Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data”.
Peneliti menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan
informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi pengaruh
kepatuhan wajib pajak dan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak
3.5 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2009:115) menjelaskan pengertian populasi adalah sebagai
berikut:
“Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Berdasarkan definisi di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang
berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini, populasi saya adalah data – data
dari KPP Pratama Karees yang berasal dari bagian keuangan.
2. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.
Berdasarkan definisi di atas sampel saya adalah data penerimaan pajak
KPP Pratama Karees Bandung.
3.6 Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Rancangan Analisis
Menurut Umi Narimawati (2010:41) mendefinisikan rancangan analisis
adalah sebagai berikut:
“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.
Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan
menggunakan metode deskriptif (kualitatif) dan verifikatif (kuantitatif).
Metode kuantitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple)
Menurut Umi Narimawati (2008:5) mendefinisikan analisis regresi
linier berganda adalah sebagai berikut:
Pada dasarnya teknik analisis ini merupakan kepanjangan dari
teknik analisis regresi linier sederhana. Untuk menggunakan teknik
analisis ini syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Data harus berskala interval
b. Variabel bebas terdiri lebih dari dua variabel.
c. Variabel tergantung terdiri dari satu variabel.
d. Hubungan antara variabel bersifat linier. Artinya semua variabel
bebas mempengaruhi variabel tergantung.
e. Tidak boleh terjadi multikolinieritas. Artinya sesama variabel
bebas tidak boleh berkorelasi terlalu tinggi, misalnya 0,9 atau
terlalu rendah misalnya 0,01.
f. Tidak boleh terjadi otokorelasi. Akan terjadi otokorelasi jika angka
Durbin dan Watson sebesar < 1 atau > 3 dengan skala 1-4.
g. Jika ingin menguji keselarasan model (goodness of fit), maka dipergunakan simpangan baku kesalahan. Untuk kriterianya
digunakan dengan melihat angka Standard Error of Estimate
(SEE) dibandingkan dengan nilai simpangan baku (Standard Deviation). Jika angka Standard Error of Estimate (SEE) < simpangan baku (Standard Deviation) maka model dianggap selaras.
h. Kelayakan model regresi diukur dengan menggunakan nilai