• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM BINA WICARA (SPEECH THERAPY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA DI KELAS DII SLB/B NEGERI WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM BINA WICARA (SPEECH THERAPY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA DI KELAS DII SLB/B NEGERI WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM BINA WICARA (SPEECH THERAPY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA

DI KELAS DII SLB/B NEGERI WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009

DISUSUN OLEH : ANJAR LESTARI

X5107506

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

(2)

ii

HALAMAN PENGAJUAN

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM BINA WICARA (SPEECH TERAPY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA

DI KELAS DII SLB/B NEGERI WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu

Pendidikan

OLEH : ANJAR LESTARI

X5107506

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. R. Indianto, M.Pd Dra. B. Sunarti, M.Pd NIP. 19510115 198003 1 001 NIP. 19450913 197403 2 001

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta diterima untuk memenuhi

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama terang

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes . ...

Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag ...

Pembimbing I : Drs. R. Indianto, M.Pd ...

Pembimbing II : Dra. B. Sunarti, M.Pd ...

Disahkan oleh

Fakulas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001

(5)

v ABSTRAK

ANJAR LESTARI. NIM : Y5107506. Penggunaan Media Gambar Dalam Bina Wicara (Speech Therapy) untuk meningkatkan Kemampuan Berbahasa di Kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri Tahun Ajaran 2009.

Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa di kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri tahun ajaran 2009 dalam proses belajar mengajar.

Metode yang digunakan adalah peragaan. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri sebanyak 4 anak. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah tes kemampuan bicara, pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan bicara setelah perlakuan. Adapun tehnik analisis data dalam penelitian ini deskriptif komparatif.

Hasil penelitian ini adalah ada peningkatan penggunaan media gambar dalam bina wicara dalam kemampuan berbahasa terhadap anak tuna rungu kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes pada siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata sebelum menggunakan media gambar adalah 57,5, setelah dilakukan tindakan nilai rata-rata pada siklus I adalah 65 dan pada siklus II adalah 77,5 sehingga penggunaan media gambar dalam bina wicara untuk meningkatkan kemampuan Berbahasa di kelas DII adalah signifikan.

(6)

vi MOTTO

“ ... Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada :

Ibu dan Ayah tercinta

Suami dan anakku tersayang

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang ada dapat teratasi. Untuk itu atas bentuk segala bantuan, peneliti sampaikan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr. H.M Furqon Hidayatullah, M.Pd.

2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr. Rer Nat Sajidan, M.Psi yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M. Hum yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

4. Ketua jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. R. Indianto, M.Pd. dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Drs. A. Salim Choiri, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Luar Biasa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Maryadi, M.Ag.

7. Ibu Dra. B. Sunarti, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi.

8. Ibu Erna Muslicatun, M.F, selaku Kepala Sekolah SLB/B Negeri Wonogiri yang telah berkenan memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SLB yang ibu pimpin.

(9)

ix

9. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 2009 Peneliti

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Anak Tunarungu ... 7

a. Pengertian Anak Tunarungu ... 7

b. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 8

c. Karakteristik Anak Tunarungu ... 11

d. Penyebab Ketunarunguan ... 13

e. Screening / Deteksi Pendengaran ... 14

2. Media Gambar ... 16

a. Pengertian Media ... 16

b. Pengertian Media Gambar ... 17

(11)

xi

3. Berbahasa ... 18

a. Pengertian Bahasa ... 18

b. Fungsi Bahasa ... 19

c. Jenis-jenis Bahasa ... 20

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa ... 20

e. Kemampuan Berbahasa ... 21

f. Pengaruh Kemampuan Berbahasa Dalam Kehidupan Anak Tuna Rungu ... 25

4. Bina Wicara (Speech Therapy) ... 26

a. Pengertian Bina Wicara ... 26

b. Tujuan Bina Wicara ... 27

c. Prosedur Bina Wicara ... 28

d. Metode Bina Wicara ... 29

e. Alat-alat dalam Bina Wicara ... 31

B. Kerangka Pemikiran ... 33

C. Rumusan Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Setting Penelitian ... 35

B. Subyek Penelitian ... 35

C. Data dan Sumber Data ... 35

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 35

E. Validasi Data ... 37

F. Analisa Data ... 37

G. Indikator Kerja ... 37

H. Prosedur Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Pelaksanaan Penelitian ... 41

1. Deskripsi Data Kemampuan Awal ... 41

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 42

(12)

xii

B. Pembahasan Penelitian ... 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Simpulan ... 49

B. Saran ... 49

Daftar Pustaka ... 50

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Pedoman Penilaian Lembar “Judges” ... 52

Lampiran 2 : Lembar Validasi “Judges” ... 53

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 54

Lampiran 4 : Lembar Hasil Tes Bina Wicara pada Siklus I ... 59

Lampiran 5 : Lembar Hasil Tes Bina Wicara pada Siklus II ... 60

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil Kemampuan Wicara ... 41

Tabel 2. Hasil Siklus I ... 44

Tabel 3. Hasil Siklus I dan Siklus II ... 46

Tabel 4. Hasil Prestasi Bina Wicara ... 48

(15)

xv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bekal yang sangat penting terutama dalam menghadapi ketatnya kompetensi di dalam dunia pekerjaan yang menuntut kemampuan lebih dari setiap sumber daya manusia. Pendidikan merupakan prases budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat serta pemerintah.

Menyadari begitu pentingnya masalah pendidikan ini, maka para pakar pendidikan di Indonesia telah memberikan dasar hukum yang kuat yang dapat menjamin setiap warga negara Indonesia layak mendapatkan pendidikan. Dalam Undang-undang Dasar Negara 1945 ayat ( 1 ) mengamanatkan bahwa warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.

Untuk mencapai keberhasilan suatu pendidikan bukanlah persoalan yang mudah. Banyak masalah dan kendala yang harus dihadapi dan diatasi untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keberhasilan suatu proses belajar mengajar hingga tercapai prestasi belajar siswa yang maksimal.

Pendidikan juga diperuntukkan anak-anak berkebutuhan khusus. Seperti tertuang dalam : Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 32 berbunyi :

Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses belajar, karena kelainan fisik, emosional, mental sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan memperoleh pendidikan khusus. Anak yang berkebutuhan khusus tersebut memperoleh pendidikan melalui Pendidikan Selolah Luar Biasa (SLB) yaitu TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB serta melalui Sekolah Regular sistem terpadu yang disebut pendidikan Inklusi.

Anak tuna rungu tergolong anak berkebutuhan khusus, sehingga berhak memperoleh layanan pendidikan khusus. Anak tuna rungu adalah anak yang kehilangan pendengaran, baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf)

(16)

xvi

yang menyebabkan pendengarannya tidak mempunyai nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari.

Bambang Setyono ( 2000 : 1 ) mengungkapkan bahwa :

Bahasa merupakan alat untuk menginterpretasikan dan mengekspresikan pikiran, perasaan dan kemauan dari seseorang kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langgsung, dengan mempergunakan sistem simbol yang telah disepakati dan menjadi milik anggota masyarakat bahasa sehingga fungsi dari bahasa yaitu :

1. Bahasa dipergunakan untuk memahami atau menginterpretasikan berbagai rangsangan ( simbul ) yang diterima sehingga berbentuk suatu konsep pengertian atau disebut sebagai fungsi reseptif.

2. Bahasa digunakan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan kemauannya melalui simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain atau disebut fungsi ekspresif.

Dari berbagai kegiatan manusia wicara ternyata paling bermakna. Dengan wicara akan banyak sekali manfaatnya bagi anak tuna rungu. Sebagai makhluk sosial anak tuna rungu juga perlu mengkomunikasikan diri pada lingkungan sekitarnya. Dalam dunia pendidikan anak tuna rungu bisa berkomunikasi dengan teman-teman serta para guru dan karyawan yang berada di lingkup sekolahnya. Kemampuan bicara merupakan ciri khas yang mendominasi bentuk sosialisasi tersebut. Anak tuna rungu karena indera pendengarannya tidak dapat dimanfaatkan secara penuh, sulit mengembangkan kemampuan berbicaranya sehingga merupakan kendala dalam berkomunikasi. Hal ini sangat menghambat perkembangan kepribadiannya, kecerdasan dan penampilannya sebagai makhluk sosial. Dalam dunia pendidikan tentang anak tuna rungu bahwa penguasaan bahasa lisan dan pemahaman ucapan kata-kata harus diutamakan.

Masalah utama dari ketunarunguan adalah kemampuan sisa pendengaran dan kemampuan bicara. Walaupun kemampuan intelegensi potensial yang dimiliki cukup baik bahkan ada diatas rata-rata, mereka kurang dapat mengembangkan fungsi intelegensinya karena keterbatasan fungsi auditorinya. Anak tuna rungu karena ketunarunguannya perkembangan bicaranya terganggu, sulit memahami konsep, banyak kita jumpai anak tuna rungu dengan pola penguasaan bahasa menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia.

(17)

xvii

Gangguan bicara harus di deteksi sejak dini dan ditangani sejak dini dan dengan metode yang tepat. Bicara merupakan media utama seseorang untuk mengekspresikan diri agar maksud hati bisa dimengerti oleh orang lain, orang tua, guru dan teman-temannya.

Periode perkembangan bicara anak dimulai sejak usia 9 bulan sampai 3,5 tahun. Masa itu penting bagi anak, apabila pada rentang waktu tersebut anak mengalami gangguan bicara karena asosiasi dan persepsi datang ke telinga yang terganggu (Djoko S Sindhusakti, 1977 : 20).

Penulis mengadakan penelitian terhadap siswa tuna rungu kelas DII di SLB Negeri Wonogori menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Gangguan Perseptual

Dimana anak tuna rungu tidak dapat mengidentifikasi suara-suara yang berasal dari benda-benda di sekitarnya s4bagai sumber bunyi.

2. Gangguan Bicara

Anak tuna rungu biasanya juga mengalami gangguan bicara. Mereka tidak dapat mempelajari hubungan mekanisme bicara dengan suara-suara yang dihasilkan. Anak tidak dapat mengucapkan kata dengan lafal dan intonasi yang tepat.

3. Gangguan Komunikasi

Dalam berkomunikasi sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah anak tuna rungu terbiasa menggunakan isyarat tidak baku. Anak tuna rungu tidak dapat mempelajari bahasa dengan baik, mereka tidak dapat memadukan ucapan dengan pengertian ucapan. Mereka tidak dapat mengerti apa yang diucapkan orang lain dan tidak dapat berpartisipasi dalam percakapan.

4. Gangguan Kognitif

Anak mengalami gangguan kognitif, artinya tanpa bahasa mereka harus mempelajari dunia mereka hanya melalui hal-hal yang kongkrit, mereka sulit mengerti hal-hal yang terlalu abstrak.

5. Masalah Kepribadian

Anak tuna rungu sangat minim bahasa, sehingga pengalaman-pengalaman pendidikan kurang bermanfaat dalam perkembangan kepribadiannya, karena minimnya perbendaharaan kata.

(18)

xviii

6. Guru mengalami kesulitan mengajar materi pelajaran yang lainnya jika siswa kurang meamahami kata beanda, kata bilangan, kata keterangan dan lain-lain. 7. Dalam pembelajaran bina wicara tanpa media gambar anak tuna rungu kurang

dapat memahami ucapan dengan pengertian ucapan.

Penelitian ini tidak akan memecahkan semua permasalahan yang ada melainkan dibatasi. Adapun masalah yang ada dan yang Penulis ambil dalam penelitian adalah nomor 6 dan 7, yaitu :

6. Guru mengalami kesulitan mengajar materi pelajaran yang lainnya jika siswa kurang memahami kata benda, kata bilangan, kata keterangan dan lain-lain.

7. Dalam pembelajaran tanpa media gambar anak tuna rungu kurang dapat memahami ucapan dengan pengertian ucapan. Ketidakmampuan atau kekurangmampuan dalam mendengar akan menimbulkan berbagai masalah terutama anak-anak dalam mengikuti mata pelajaran yang diajarkan guru. Bicara adalah proses yang dilakukan serta diperlukan oleh pembicara untuk menyampaikan pesan yang hendak dituturkan (dipikirkan) oleh pembicara melalui organ bicara. Bicara melibatkan menyandian (econding) yang mencakup mengubahan fonem menjadi bunyi bermakna.

Pengajaran bina wicara akan mudah dipahami maksud apa yang diucapkan jika menggunakan media gambar. Bina wicara merupakan pangkal dari pembelajaran mata pelajaran yang lainnya. Melihat gambar dan mengucap kata pada gambar, anak tuna rungu akan mudah menangkap makna ucapan. Pengucapan kata yang baik dan betul bagi anak tuna rungu akan menunjang pengajaran berbahasa Indonesia di kelas Dasar. Pengajaran bina wicara mendapat penekanan dan baiknya diberikan sejak dini.

Dari uraian di atas Penulis terdorong melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul : “Penggunaan Media Gambar Dalam Bina Wicara (Speech Therapy) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Di Kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri Tahun Ajaran 2009 “.

B. Rumusan Masalah

Di SLB Negeri Wonogiri kebiasaan siswa tuna rungu dalam berkomunikasi baik dengan teman satu sekolahan maupun dengan gurunya menggunakan isyarat

(19)

xix

yang tidak baku. Walaupun kadang sudah diajarkan kadang anak tuna rungu mencari mudahnya berkomunikasi tetapi tidak menggunakan alat ucap yang tepat, sehingga berkomunikasi dengan anak-anak normal terhambat. Dalam pengucapan kata-kata sering salah akibatnya menimbulkan salah asosiasi dan salah persepsi.

Permasalahan di atas sangat komplek, sehingga Peneliti hanya mengambil permasalahan pada nomor 6 dan 7.

Berdasarkan permasalahan di atas maka Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah Media Dalam Bina Wicara (Speech Therapy) dapat meningkatkan kemampuan Berbahasa di Kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri Tahun Ajaran 2009 ?”

C. Tujuan Penelitian

Dalam pembelajaran bina wicara bagi anak tuna rungu kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri akan mengalami hambatan tanpa menggunakan suatu media. Media yang Penulis pergunakan adalah media gambar. Tanpa menggunakan dalam pembelajaran bina wicara, anak tuna rungu kurang memahami pengertian ucapan dengan maksud kata kata yang diucapkan. Gambar bisa memudahkan penerimaan maksud ucapan. Anak tuna rungu akan cepat menangkap maksud bahasa melalui gambar dari pada ucapan saja. Dalam pembelajaran bina wicara diharapkan anak tuna rungu dapat mengucapkan kata dengan betul untuk meningkatkan pembelajaran mata pelajaran yang lainnya.

Jadi tujuan penelitian ini adalah penggunaan media gambar dalam bina wicara (Speech Therapy) untuk meningkatkan kemampuan berbahasa di kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri tahun ajaran 2009 dalam proses belajar mengajar.

D. Manfaat Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas di kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri ini, Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru/calon guru dan pembaca agar bina wicara dapat meningkatkan kemampuan anak tuna rungu untuk berkomunikasi dengan baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya serta menambah perbendaharaan bahasa sebagai pangkal pembelajaran yang lainnya.

(20)

xx

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut :

a. Bagi Siswa

1) Siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan benar 2) Menambah perbendaharaan bahasa

3) Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain 4) Dapat memahami kata-kata dengan betul

5) Dapat bersosialisasi di lingkungan masyarakatnya b. Bagi Guru

1) Sebagai pedoman untuk pembelajaran yang lebih baik

2) Menambah wawasan mengenai masalah yang berkaitan dengan anak tuna rungu.

(21)

xxi BAB I PENDAHULUAN

E. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bekal yang sangat penting terutama dalam menghadapi ketatnya kompetensi di dalam dunia pekerjaan yang menuntut kemampuan lebih dari setiap sumber daya manusia. Pendidikan merupakan prases budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat serta pemerintah.

Menyadari begitu pentingnya masalah pendidikan ini, maka para pakar pendidikan di Indonesia telah memberikan dasar hukum yang kuat yang dapat menjamin setiap warga negara Indonesia layak mendapatkan pendidikan. Dalam Undang-undang Dasar Negara 1945 ayat ( 1 ) mengamanatkan bahwa warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.

Untuk mencapai keberhasilan suatu pendidikan bukanlah persoalan yang mudah. Banyak masalah dan kendala yang harus dihadapi dan diatasi untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keberhasilan suatu proses belajar mengajar hingga tercapai prestasi belajar siswa yang maksimal.

Pendidikan juga diperuntukkan anak-anak berkebutuhan khusus. Seperti tertuang dalam : Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 32 berbunyi :

Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses belajar, karena kelainan fisik, emosional, mental sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan memperoleh pendidikan khusus. Anak yang berkebutuhan khusus tersebut memperoleh pendidikan melalui Pendidikan Selolah Luar Biasa (SLB) yaitu TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB serta melalui Sekolah Regular sistem terpadu yang disebut pendidikan Inklusi.

Anak tuna rungu tergolong anak berkebutuhan khusus, sehingga berhak memperoleh layanan pendidikan khusus. Anak tuna rungu adalah anak yang kehilangan pendengaran, baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf)

(22)

xxii

yang menyebabkan pendengarannya tidak mempunyai nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari.

Bambang Setyono ( 2000 : 1 ) mengungkapkan bahwa :

Bahasa merupakan alat untuk menginterpretasikan dan mengekspresikan pikiran, perasaan dan kemauan dari seseorang kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langgsung, dengan mempergunakan sistem simbol yang telah disepakati dan menjadi milik anggota masyarakat bahasa sehingga fungsi dari bahasa yaitu :

3. Bahasa dipergunakan untuk memahami atau menginterpretasikan berbagai rangsangan ( simbul ) yang diterima sehingga berbentuk suatu konsep pengertian atau disebut sebagai fungsi reseptif.

4. Bahasa digunakan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan kemauannya melalui simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain atau disebut fungsi ekspresif.

Dari berbagai kegiatan manusia wicara ternyata paling bermakna. Dengan wicara akan banyak sekali manfaatnya bagi anak tuna rungu. Sebagai makhluk sosial anak tuna rungu juga perlu mengkomunikasikan diri pada lingkungan sekitarnya. Dalam dunia pendidikan anak tuna rungu bisa berkomunikasi dengan teman-teman serta para guru dan karyawan yang berada di lingkup sekolahnya. Kemampuan bicara merupakan ciri khas yang mendominasi bentuk sosialisasi tersebut. Anak tuna rungu karena indera pendengarannya tidak dapat dimanfaatkan secara penuh, sulit mengembangkan kemampuan berbicaranya sehingga merupakan kendala dalam berkomunikasi. Hal ini sangat menghambat perkembangan kepribadiannya, kecerdasan dan penampilannya sebagai makhluk sosial. Dalam dunia pendidikan tentang anak tuna rungu bahwa penguasaan bahasa lisan dan pemahaman ucapan kata-kata harus diutamakan.

Masalah utama dari ketunarunguan adalah kemampuan sisa pendengaran dan kemampuan bicara. Walaupun kemampuan intelegensi potensial yang dimiliki cukup baik bahkan ada diatas rata-rata, mereka kurang dapat mengembangkan fungsi intelegensinya karena keterbatasan fungsi auditorinya. Anak tuna rungu karena ketunarunguannya perkembangan bicaranya terganggu, sulit memahami konsep, banyak kita jumpai anak tuna rungu dengan pola penguasaan bahasa menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia.

(23)

xxiii

Gangguan bicara harus di deteksi sejak dini dan ditangani sejak dini dan dengan metode yang tepat. Bicara merupakan media utama seseorang untuk mengekspresikan diri agar maksud hati bisa dimengerti oleh orang lain, orang tua, guru dan teman-temannya.

Periode perkembangan bicara anak dimulai sejak usia 9 bulan sampai 3,5 tahun. Masa itu penting bagi anak, apabila pada rentang waktu tersebut anak mengalami gangguan bicara karena asosiasi dan persepsi datang ke telinga yang terganggu (Djoko S Sindhusakti, 1977 : 20).

Penulis mengadakan penelitian terhadap siswa tuna rungu kelas DII di SLB Negeri Wonogori menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut :

8. Gangguan Perseptual

Dimana anak tuna rungu tidak dapat mengidentifikasi suara-suara yang berasal dari benda-benda di sekitarnya s4bagai sumber bunyi.

9. Gangguan Bicara

Anak tuna rungu biasanya juga mengalami gangguan bicara. Mereka tidak dapat mempelajari hubungan mekanisme bicara dengan suara-suara yang dihasilkan. Anak tidak dapat mengucapkan kata dengan lafal dan intonasi yang tepat.

10. Gangguan Komunikasi

Dalam berkomunikasi sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah anak tuna rungu terbiasa menggunakan isyarat tidak baku. Anak tuna rungu tidak dapat mempelajari bahasa dengan baik, mereka tidak dapat memadukan ucapan dengan pengertian ucapan. Mereka tidak dapat mengerti apa yang diucapkan orang lain dan tidak dapat berpartisipasi dalam percakapan.

11. Gangguan Kognitif

Anak mengalami gangguan kognitif, artinya tanpa bahasa mereka harus mempelajari dunia mereka hanya melalui hal-hal yang kongkrit, mereka sulit mengerti hal-hal yang terlalu abstrak.

12. Masalah Kepribadian

Anak tuna rungu sangat minim bahasa, sehingga pengalaman-pengalaman pendidikan kurang bermanfaat dalam perkembangan kepribadiannya, karena minimnya perbendaharaan kata.

(24)

xxiv

13. Guru mengalami kesulitan mengajar materi pelajaran yang lainnya jika siswa kurang meamahami kata beanda, kata bilangan, kata keterangan dan lain-lain. 14. Dalam pembelajaran bina wicara tanpa media gambar anak tuna rungu kurang

dapat memahami ucapan dengan pengertian ucapan.

Penelitian ini tidak akan memecahkan semua permasalahan yang ada melainkan dibatasi. Adapun masalah yang ada dan yang Penulis ambil dalam penelitian adalah nomor 6 dan 7, yaitu :

6. Guru mengalami kesulitan mengajar materi pelajaran yang lainnya jika siswa kurang memahami kata benda, kata bilangan, kata keterangan dan lain-lain.

7. Dalam pembelajaran tanpa media gambar anak tuna rungu kurang dapat memahami ucapan dengan pengertian ucapan. Ketidakmampuan atau kekurangmampuan dalam mendengar akan menimbulkan berbagai masalah terutama anak-anak dalam mengikuti mata pelajaran yang diajarkan guru. Bicara adalah proses yang dilakukan serta diperlukan oleh pembicara untuk menyampaikan pesan yang hendak dituturkan (dipikirkan) oleh pembicara melalui organ bicara. Bicara melibatkan menyandian (econding) yang mencakup mengubahan fonem menjadi bunyi bermakna.

Pengajaran bina wicara akan mudah dipahami maksud apa yang diucapkan jika menggunakan media gambar. Bina wicara merupakan pangkal dari pembelajaran mata pelajaran yang lainnya. Melihat gambar dan mengucap kata pada gambar, anak tuna rungu akan mudah menangkap makna ucapan. Pengucapan kata yang baik dan betul bagi anak tuna rungu akan menunjang pengajaran berbahasa Indonesia di kelas Dasar. Pengajaran bina wicara mendapat penekanan dan baiknya diberikan sejak dini.

Dari uraian di atas Penulis terdorong melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul : “Penggunaan Media Gambar Dalam Bina Wicara (Speech Therapy) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Di Kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri Tahun Ajaran 2009 “.

F. Rumusan Masalah

Di SLB Negeri Wonogiri kebiasaan siswa tuna rungu dalam berkomunikasi baik dengan teman satu sekolahan maupun dengan gurunya menggunakan isyarat

(25)

xxv

yang tidak baku. Walaupun kadang sudah diajarkan kadang anak tuna rungu mencari mudahnya berkomunikasi tetapi tidak menggunakan alat ucap yang tepat, sehingga berkomunikasi dengan anak-anak normal terhambat. Dalam pengucapan kata-kata sering salah akibatnya menimbulkan salah asosiasi dan salah persepsi.

Permasalahan di atas sangat komplek, sehingga Peneliti hanya mengambil permasalahan pada nomor 6 dan 7.

Berdasarkan permasalahan di atas maka Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah Media Dalam Bina Wicara (Speech Therapy) dapat meningkatkan kemampuan Berbahasa di Kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri Tahun Ajaran 2009 ?”

G. Tujuan Penelitian

Dalam pembelajaran bina wicara bagi anak tuna rungu kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri akan mengalami hambatan tanpa menggunakan suatu media. Media yang Penulis pergunakan adalah media gambar. Tanpa menggunakan dalam pembelajaran bina wicara, anak tuna rungu kurang memahami pengertian ucapan dengan maksud kata kata yang diucapkan. Gambar bisa memudahkan penerimaan maksud ucapan. Anak tuna rungu akan cepat menangkap maksud bahasa melalui gambar dari pada ucapan saja. Dalam pembelajaran bina wicara diharapkan anak tuna rungu dapat mengucapkan kata dengan betul untuk meningkatkan pembelajaran mata pelajaran yang lainnya.

Jadi tujuan penelitian ini adalah penggunaan media gambar dalam bina wicara (Speech Therapy) untuk meningkatkan kemampuan berbahasa di kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri tahun ajaran 2009 dalam proses belajar mengajar.

H. Manfaat Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas di kelas DII SLB/B Negeri Wonogiri ini, Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

3. Manfaat Teoritis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru/calon guru dan pembaca agar bina wicara dapat meningkatkan kemampuan anak tuna rungu untuk berkomunikasi dengan baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya serta menambah perbendaharaan bahasa sebagai pangkal pembelajaran yang lainnya.

(26)

xxvi

4. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut :

c. Bagi Siswa

6) Siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan benar 7) Menambah perbendaharaan bahasa

8) Dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain 9) Dapat memahami kata-kata dengan betul

10) Dapat bersosialisasi di lingkungan masyarakatnya d. Bagi Guru

3) Sebagai pedoman untuk pembelajaran yang lebih baik

4) Menambah wawasan mengenai masalah yang berkaitan dengan anak tuna rungu.

(27)

xxvii BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada semester dua tahun ajaran 2008/2009. Direncanakan penelitian ini akan berlangsung di SLB Negeri Wonogiri. SLB ini terletak di Joho Lor RT. 02 RW. V Giriwono Wonogiri.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas D II SLB/B Negeri Wonogiri yang berjumlah 4 orang terdiri dari 2 laki-laki dan 2 perempuan. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan seorang kolaborator. Adapun kolaborator penelitian ini adalah teman sejawat yakni seorang guru dan nara sumber dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing.

C. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini prestasi belajar Bahasa Indonesia, data hasil observasi saat pelaksanaan tindakan.

Sumber data penelitian antara lain :

1. Siswa Kelas D II SLB Negeri Wonogiri 2. Kegiatan informan (Kepala Sekolah) 3. Kolabor (teman sejawat)

4. Arsip nilai raport

5. Hasil tugas yang diperoleh siswa saat penelitian berlangsung. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi

2. Wawancara 3. Tes

(28)

xxviii 1. Observasi

Menurut Sukardi (2003 : 183) “Observasi adalah suatu tindakan untuk melihat dan mencatat fenomena apa yang muncul yang memungkinkan terjadinya perbedaan diantara dua kelompok”.

Pengamatan ditujukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam pengucapan kata-kata dan memahami arti ucapan.

2. Tes a. Pengertian Tes

“Tes adalah alat prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian” (Anas Sudijono 2005 : 53). Jadi tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengatur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tes adalah suatu tehnik atau cara dalam rangka pengukuran atau penilaian yang di dalamnya terdapat sejumlah pertanyaan/latihan diberikan kepada seorang testee untuk mengetahui atau mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok dengan cara yang sudah ditentukan.

b. Bentuk-bentuk Tes

Menurut Anas Sudijono (2005 : 75), penggolongan tes dilihat dari segi cara mengajukan dan cara memberikan jawaban adalah sebagai berikut :

1) Tes tertulis yaitu tes dimana testee dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.

2) Tes lisan yaitu tes dimana testee dalam mengajukan pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawabannya secara lisan.

3) Tes perbuatan yaitu tes yang digunakan untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat ketrampilan (psikomotorik), dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka bentuk tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes perbuatan.

(29)

xxix E. Validasi Data

Untuk memperoleh data yang benar-benar valid sesuai dengan tujuan penelitian ini maka validasi data yang digunakan adalah dengan trianggulasi data. Trianggulasi data di lakukan dengan mengumpulkan dari berbagai sumber data yang kemudian di lakukan verifikasi terhadap data tersebut.

F. Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam PTK ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data-data yang berupa proses pembelajaran. Sedangkan teknis analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis prestasi belajar kemampuan mengucapkan siswa antara sebelum dan sesudah implementasi tindakan dilakukan.

G. Indikator Kerja

Indikator dalam keberhasilan pembelajaran ini adalah terjadi peningkatan skor dalam bina wicara setelah dilakukan tindakan ini kurang lebih 60 %.

H. Prosedur Penelitian

Model penelitian adalah prosedur yang menggambarkan bagaimana penelitian akan dilaksanakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan tindakan yang dikembangkan Kemmis dan MC. Taggart (1998 : 63).

Penelitian disini meliputi 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi. Adapun masing-masing tahap dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti menyiapkan RPP lengkap denganinstrumen yang diperlukan. Adapun lembar instrumen adalah :

No Gambar Tulisan

(30)

xxx No Gambar Tulisan 2 Meja 3 Bola 4 Roda Lembar penilaian No Skor Keterangan 1 2 3 4 Baik sekali Baik Cukup Kurang

Dapat mengucapkan dengan benar

Dapat mengucapkan dengan sedikit kesalahan

Dapat mengucapkan dengan banyak kesalahan

Tidak dapat mengucapkan

2. Pelaksanaan Tindakan/Action

Pada tindakan I pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Guru memberikan mataeri pada awal kegiatan seputar gambar-gambar di sekitarnya (meja, bola, mata, roda dan lain-lain)

b. Guru mengajarkan pada siswa untuk mengucapkan tulisan pada gambar dan menyuruh siswa menirukan ucapan guru.

(31)

xxxi

a. Bila ada kesalahan ucapan siswa dibantu oleh guru

b. Guru melakukan pengamatan dan melakukan analisis tentang kelebihan dan kekurangan pada tindakan I tersebut

c. Hasil pengamatan di tulis sebagai bahan pembuatan refleksi

d. Pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan secara terus menerus sampai proses evaluasi.

4. Refleksi (Reflecting)

a. Peneliti dengan bantuan teman melakukan diskusi untuk merefleksi dalam ruang dan waktu yang tak terbatas

b. Pada tindakan I telah memantau siswa dalam berbicara mengucapkan kata-kata, namun masih perlu peningkatan yang lebih efektif mengingat masih banyak kekurangan dalam pemahaman kata-kata pada gambar

c. Untuk meningkatkan minat belajar siswa, diupayakan pelatihan dan pembimbingan yang intensif dalam cara pengucapan kata

d. Peneliti mencari hambatan-hambatan untuk diperbaiki pada siklus ke II

Siklus II

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti memperbaiki hambatan-hambatan yang ada pada siklus I. Jika hambatan pada siklus I sudah dapat diatasi, peneliti melanjutkan menggunakan RPD II dengan materi gambar lain dan kata-kata yang lebih panjang.

No Gambar Kata

1 Sepeda

(32)

xxxii

No Gambar Kata

3 Telinga

4 Sepatu

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Guru memberikan materi kata-kata pada gambar yang lebih panjang

b. Guru mengajarkan pada siswa untuk mengucapkan tulisan pada gambar dan menyuruh siswa menirukan ucapan guru.

3. Pengamatan (Observasi)

a. Guru melakukan pengamatan pada siswa jika ada kesalahan, guru membantu siswa membetulkan ucapan tersebut

b. Guru melakukan pengamatan pada siswa bagaimana reaksi siswa terhadap gambar-gambar yang diperlihatkan guru dan mencari hambatan-hambatan pengucapan apa yang ada pada siswa

4. Refleksi/Reflection

a. Peneliti melakukan refleksi untuk menilai sejauh mana keberhasilan media gambar dalam bina wicara itu dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia

b. Peneliti mencari hambatan-hambatan yang muncul untuk diperbaiki pada siklus berikutnya.

(33)

xxxiii BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Data Kemampuan Awal

Sebelum pelaksanaan bina wicara dengan menggunakan media gambar terlebih dahulu diadakan tes kemampuan berbicara pada siswa kelas D II SLB / B Negeri Wonogiri.

Adapun pre tes yang dilakukan oleh penelitia berupa tes sederhana mengucapkan suku kata dan kata. Hasil dari pre tes yang telah diadakan adalah seperti dalam tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Kemampuan Wicara

No Nama Hasil 1 2 3 4 AN FN W PY 60 60 50 60

Dilihat dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kemampuan awal bicara belum memperoleh nilai yang maksimal, dari 4 siswa yang memperoleh nilai 60 ada 3 dan yang memperoleh nilai 50 ada satu.

Selanjutnya berdasarkan hasil pre test tersebut terdapat nilai yang terendah diperoleh W. kegiatan observasi proses pengajaran bina wicara sebelum diberi perlakuan siswa belum dapat bicara lancar dan masih susah berbicara.

Pemberian perlakukan pengajaran bina wicara dengan menggunakan media gambar dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia dan guru Bina Wicara untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak tuna rungu kelas D II. Oleh karena itu peneliti mencoba memberikan perlakukan pengajaran bina wicara bagi anak tuna rungu kelas D II dengan menggunakan media gambar dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia bagi anak tuna rungu.

(34)

xxxiv

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Deskripsi pelaksanaan tindakan I

a. Perencanaan / Planning

Sebelum guru memberikan tindakan, terlebih dahulu guru mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam pembelajaran bina wicara yang menggunakan media gambar untuk memperoleh perencanaan yang matang, maka peneliti mengadakan diskusi dengan teman tim, tentang tindakan yang akan dilaksanakan. Adapun persiapan yang dilakukan sebagai berikut :

1) Menyusun silabus

Penyusunan silabus dilakukan lebih awal sebagai pedoman untuk pelaksanaan pembelajaran. Silabus dibuat berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada. Penyusunan silabus mengacu pada pembuatan silabus yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan.

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

Setelah menyusun silabus maka kegiatan berikutnya adalah menyusun RPP. RPP adalah merupakan strategi belajar mengajar yang akan diterapkan pada setiap kali pertemuan dengan bahasan materi dari silabus yang telah dibuat. 3) Menyusun jadwal pertemuan dan kegiatan setiap siklus

Rencana pelaksanaan tindakan adalah dua siklus dengan setiap kali siklus 2 kali pertemuan.

4) Membuat pedoman pengamatan

Peneliti menyusun peodman pengamatan. Hal ini dilakukan agar dalam pengamatan di kelas nanti dapat terfokus pada hal-hal apa saja yang dapat memberikan data pada kegiatan penelitian ini.

5) Menyiapkan alat dokumentasi (foto)

Pada kegiatan peneliti dan tim menyiapakan kebutuhan pendokumentasian. Hal ini dilakukan untuk mengadakan analisis yang lebih cermat. Alat dokumentasi sangat diperlukan agar pemgamatan dapat dilakukan secara berulang-ulang.

(35)

xxxv b. Tahap Pelaksanaan / Action

1) Pertemuan pertama

Setelah persiapan dilakukan dan dipandang cukup maka dilanjutkan penerapan di kelas. Kegiatan pembelajaran sebagai berikut :

a) Siswa berdoa dipimpin salah satu orang.

b) Siswa mengucapakan kata-kata yang ditulis guru.

c) Siswa memperhatikan kemudian disuruh guru menirukan ucapakan kata-kata. Hal itu dilakukan untuk menjajaki kemampuan pemahaman terhadap kata-kata.

2) Pertemuan kedua

a) Kegiatan berikutnya guru mengadakan apersepsi tentang materi yang akan disampaikan pada saat itu.

b) Guru memberikan latihan tes mengucapkan kata-kata sederhana untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa dengan materi yang akan disampaikan.

c) Agar siswa lebih jelas dan tidak mengalami kesukaran dalam pemahaman maka dalam memberikan contoh dan latihan dilakukan secara berulang-ulang.

d) Siswa melakukan latihan. c. Pengamatan (Observing)

Observasi dan pemantauan dilakukan oleh teman sejawat. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan juga mengamati aktivitas siswa serta kemampuan dalam menangkap materi yang disampaikan.

Dalam setiap siklus peneliti mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran. Ada beberapa temuan yang dapat direkam antara lain : 1) Temuan positif

a) Siswa bergairah dalam belajar

b) Siswa disiplin dalam mengikuti pembelajaran c) Siswa terbantu untuk memahami materi ajar.

(36)

xxxvi 2) Temuan negatif

a) Ada siswa yang malas

b) Ada siswa yang masih banyak kesalahannya dalam mengucapkan kata-kata

c) Siswa tidak memahami kata-kata. d. Hasil Evaluasi

Evaluasi tindakan dalam pembelajaran bina wicara menggunakan tes menunjukkan seperti terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 2. Hasil Siklus I

No Subyek Nilai 1 2 3 4 AN FN W PY 70 70 60 60 Jumlah 260 e. Refleksi (Reflecting)

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran bina wicara dengan menggunakan media gambar pada siklus I berjalan dengan baik.

Pelaksanaan pengajaran bina wicara belum memperoleh hasil yang maksimal, karena ada berbagai kendala yang harus dihadapi, yaitu :

1) Keragaman kemampuan siswa yang heterogen

2) Kegiatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan perencanaan

3) Perlu penjelasan tentang bagaimana cara mengucapkan kata-kata dengan baik dan betul

4) Dilakukan tukar-menukar informasi.

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II a. Perencanaan / Planning

Berdasarkan hasil refleksi pada tindakan I maka kegiatan selanjutnya adalah membuat rencana tindakan II. Pada tindakan II ini pada dasarnya adalah sama dengan proses pada tindakan I. pada tindakan II ini ada beberapa perubahan atau

(37)

xxxvii

perlakuan yang ditingkatkan. Perubahan dilakukan agar subyek dalam mengikuti pembelajaran akan memiliki semangat dan motivasi yang meningkat dalam proses pembelajaran bina wicara dengan menggunakan media gambar.

b. Tahap Pelaksanaan / Action

Pada tindakan siklus II dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan. 1) Pertemuan pertama

a) Apersepsi

b) Siswa diminta mengucapkan kata-kata pada gambar

c) Siswa diminta memperhatikan guru cara mengucapkan yang benar kata-kata pada gambar

d) Siswa diminta memperbaiki ucapan yang salah. 2) Pertemuan kedua

a) Guru mengatur ketertiban siswa

b) Guru menjelaskan tentang kata-kata pada gambar dan memberi contoh cara mengucapkan kata yang benar

c) Siswa memperhatikan dan menirukan

d) Guru menyuruh siswa mengucapkan kata sendiri tanpa bantuan guru. c. Pengamatan / Observing

Dalam kegiatan pengamatan, kolaborator mencatat bahwa peneliti menyusun lembar kerja untuk meningkatkan kemampuan siswa observasi dilakukan untuk mengamati kemajuan proses belajar mengajar yang dilakukan guru setelah diadakan masukan dan perubahan dalam perencanaan pembelajaran hasil refleksi tindakan siklus I. disamping itu juga mengamati aktivitas siswa serta kemampuan dalam menangkap materi yang disampaikan.

Ada beberapa temuan yang dapat dicatat antara lain : 1) Temuan positif

a) Siswa terlihat bersemangat mengikuti pembelajaran

b) Siswa lebih memahami kata-kata yang diucapkan maupun diucapkan guru

c) Siswa mengucapkan kata-kata dengan sedikit bantuan guru d) Perhatian siswa meningkat

(38)

xxxviii

e) Siswa dapat mengeluarkan suara lebih sempurna. 2) Temuan negatif

a) Dalam mengikuti pembelajaran semuanya masih memerlukan bantuan guru

b) Ada kata-kata yang dalam mengucapkan belum sempurna. d. Hasil Evaluasi

Evaluasi terhadap hasil belajar pada siklus II dalam pembelajaran bina wicara dengan menggunakan media gambar menunjukkan hasil seperti terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 3. Hasil Siklus I dan Siklus II

No Subyek Nilai Siklus I Nilai Siklus II 1 2 3 4 AN FN W PY 70 70 60 60 80 80 70 80 Jumlah 310 e. Refleksi

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran bina wicara dengan menggunakan media gambar telah sesuai dengan perencanaan yang disusun berdasarkan hasil refleksi tindakan I.

Hasil pembelajaran di tindakan siklus II dapat meningkat kemampuan mengucapkan kata-kata pada gambar, siswa menjadi penuh perhatian dan cukup konsentrasi.

Hasil peningkatan kemampuan berbahasa pelaksanaan pembelajaran bina wicara dengan media gambar pada siklus II dapat dikatakan ada peningkatan hasil belajar siswa.

B. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tentang media dalam bina wicara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia bagi anak tuna rungu. Pembahasan hasil penelitian pada penelitian di atas dapat dikaji sebagai berikut :

(39)

xxxix

Dari pelaksanaan siklus I dalam persiapan pembelajaran yang telah dilakukan guru sudah tepat, yaitu dari penyusunan silabus, pembuatan perencanaan dan juga media gambar sudah disesuaikan dengan kondisi anak.

Dalam pelaksanaan pembelajaran bina wicara dengan menggunakan media gambar menambah semangat dan keaktifan siswa.

Adapun pembahasan yang ada pada anak tuna rungu yaitu kondisi anak dalam penggunaan Bahasa Indonesia, dan bina wicara dalam kaitannya dengan berbahasa Indonesia tidak hanya anak normal, anak tuna rungu sangatlah penting dalam berbicara. Guru bisa melatih bina wicara, hal ini bisa dilakukan melalui percakapan, tanya jawab, menceritakan gambar, sehingga penguasaan kata-kata sebagai perbendaharaan kata dan bahasa akan semakin kaya.

Salah satu usaha untuk mengatasi hambatan belajar bina wicara adalah dengan media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu media dalam pembelajaran yang digunakan untukmemudahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini media gambar sebagia alat bantu menyampaikan materi belajar bina wicara bagi anak tuna rungu. Anak tuna rungu akan lebih dapat memahami arti suatu kata dengan melihat gambar penerimaan penjelasan pelajaran dengan media gambar akan mempengaruhi kemampuan anak tuna rungu menyerap pelajaran sehingga akan mempengaruhi prestais belajar Bahasa Indoesia.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan pembelajaran untukmeningkatkan kemampuan berbahasa dengan media gambar efektif dan peningkatan sangat signifikan.

Meninjau dari hasil penelitian yang memperoleh peningkatan dari sebelum menerapkan media gambar dan sesudah menerapkan media gambar. Hasil tersebut belum menjadi pedoman bahwa bina wicara menggunakan media gambar menjadisalah satu metode dalam pembelajaran bina wicara. Karena itu keberhasilan dari suatu kegiatan khususnya prestasi belajar siswa.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

(40)

xl

Faktor internal antara lain perhatian, konsentrasi, tingkat ketunarunguan dan kondisi kesehatan siswa. Adapun faktor luar yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain sarana dan prasarana, guru bina wicara dan media pembelajaran.

Tabel 4. Hasil Prestasi Bina Wicara

No Nama Kondis Awal Siklus Kondisi Akhir I II 1 2 3 4 AN FN W PY 60 60 50 60 70 70 60 60 80 80 70 80 75 75 65 70

Keterangan nilai dengan angka SB : Sangat Berhasil B : Berhasil

C : Kurang Berhasil D : Sangat Kurang Berhasil

Grafik Hasil Prestasi Bina Wicara Kelas DII 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 AN FN W PY Awal Siklus I Siklus II Akhir

(41)

xli BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Sesuai permasalahan yang ada dan dari penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai penggunaan media gambar dalam bina wicara (Speech Therapy) di SLB/B Negeri Wonogiri dapat disimpulkan bahwa bina wicara (Speech Therapy) mempunyai peranan dan dapat meningkatkan bicara bagi anak tuna rungu. Melalui latihan yang rutin yang disesuaikan dengan masing-masing kondisi anak maka bina wicara akan memperlancar anak dalam mengucapkan kata-kata dalam berbahasa. Bina wicara ternyata dapat meningkatkan kemampuan bicara anak tuna rungu sehingga dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia semakin baik dan benar.

B. Saran

Dari simpulan di atas maka disarankan pada siswa tuna rungu hendaknya dalam berkomunikasi menggunakan percakapan dan bahasa lisan, sehingga anak lebih memahami apa yang diucapkan. Anak dibiasakan menggunakan bahasa percakapan dan berkomunikasi dengan anak lain, anak perlu di latih membaca bibir, latihan artikulasi dan latihan mimik/ekspresi.

(42)

xlii

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, 2005, Evaluasi Pendidikan Jakarta, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Andreas Dwidjo Sumarto, 1990, Bimbingan Tehnis Artikulasi dan BPBI, Bambang Setyono, 2000, Terapi Wicara, Jakarta Buku Kedokteran.

Basuki Wibowo & Farida Mukti, 2001, Media Pendidikan, Bandung Maulana

Curtis E Weiss, 1987, Management of Articulatory and Phonologic, Disorder Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka

Djoko S Sindhusakti, 1997, Deteksi Dini Gangguan Pendengaran, Surakarta Universtias Sebelas Maret.

Edjaa Saadjah, Dardjo Sukarja, 1995, Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

HB Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta, UNS Press

Jacinta F Rini, 4 September 2001, Keterlambatan Bicara. http://www.e-psikologi.com/anak/bicara-3.htm.

Kartini Kartono, 1990, Pengantar Metodologi Research, Bandung, Alumni

L. Nicolosi, 1989, Of Communication Disarder

Matthew B Miller, Michael Hubberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta, Universitas Indonesia Press.

Moleong. J. Lexy, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Mulyono Abdurrahman, 2003, Pendidikan Anak Luar Biasa Umum, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.

Permanarian Somad dan Tuti Hernawati, 1996, Ortopedagogiek Anak Tuna Rungu, Bandung, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sardjono, 1989, Artikulasi, Surakarta, Sebelas Maret University Press.

______, 1990, Pembinaan Kemampuan Bicara (Speech Therapy), Surakarta Depdikbud, Universitas Sebelas Maret.

(43)

xliii

______, 1998, Ortopedagogik Anak Tunarungu, Surakarta, Universitas Sebelas Maret Press.

Sri Hartati, 1997, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Jakarta, Depdikbud Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penetapan Guru SLTP setara SD

Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Karya.

Sukardi, 2003, Dasar-dasar Penilaian Pendidikan, Surakarta, CV Massa Baru

Tarmansyah, 1995, Gangguan Komunikasi, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Tjutju Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1995, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Widi Nurosa, Bina Persepsi Bunyi dan Irama, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.

Gambar

Tabel 1. Hasil Kemampuan Wicara
Grafik Hasil Prestasi Bina Wicara Kelas DII

Referensi

Dokumen terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS V SD N WONOKERTO 2 DESA WONOKERTO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012. Eko Prasetyo, A

dengan menggunakan gambar berseri pada siswa kelas IV SD Negeri 3. Purwantoro Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2011/2012..

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIIIC SMP NEGERI 3 GEYER.. KABUPATEN GROBOGAN TAHUN

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung melalui bermain dengan media gambar pada siswa tunagrahita sedang kelas I semester II SLB ABCD YPALB

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media gambar berseri terhadap kemampuan menyusun kalimat siswa tunarungu kelas I SLB B YRTRW Surakarta tahun

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI TAHUN AJARAN

Salah satu akibat oleh kurang pendengaran adalah gangguan bicara dan bahasa. Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam

Berdasarkan hasil tes tertulis, kemampuan kognitif peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Wonogiri pada siklus II telah mencapai target; (2)