• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny D P POSTPARTUM HARI KE 1 DENGAN POSTPARTUM BLUES Di RSU Dr.WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny D P POSTPARTUM HARI KE 1 DENGAN POSTPARTUM BLUES Di RSU Dr.WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “D” P

40004 POSTPARTUM

HARI KE 1 DENGAN POSTPARTUM BLUES Di RSU

Dr.WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

FERI HARISMA ULFIKI LESTARI 1211010011

Subject : Asuhan Kebidanan, Ibu Nifas, Postpartum blues. DESCRIPTION

Masa nifas merupakan masa yang sangat erat hubungannya dengan depresi atau biasa disebut dengan Depresi postpartum atau Postpartum blues. Postpartum blues akan menyebabkan ibu sulit menerima kehadiran bayinya, sedih, cemas, kesepian, khawatir mengenai bayinya, tidak mampu beradaptasi, sensitif, tidak nafsu makan, sulit tidur, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu. Jika hal ini tidak segera ditangani akan menimbulkan efek buruk, baik terhadap ibu dan pada perkembangan bayinya. Tujuan penelitian ini memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas dengan memberikan dukungan, dorongan, mengurangi beban mental, serta memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan.

Jenis penelitian observasional dengan responden 1 orang ibu nifas yang mengalami Postpartum blues. Penelitian dilakukan di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kabupaten Mojokerto pada tanggal 28 Maret 2015-03 April 2015. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaan fisik. Instrumen yang digunakan adalah skoring EPDS. Manajemen asuhan dilakukan dengan langkah-langkah, pengkajian, penentuan diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Hasil penelitian di ruang bersalin RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo berdasarkan tingkat depresi atau Postpartum blues terdapat 1 orang yang mengalami Postpartum blues dengan scor EPDS sebesar 13. Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 7 hari skor EPDS berkurang menjadi 8, masa nifas berjalan dengan normal,dan Postpartum blues sembuh.

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya. Dengan memberikan dukungan, dorongan, membantu pekerjaan ibu, mengurangi beban mental, menghindari membahas masalah emosi, dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan, serta memberikan asuhan kebidanan pada ibu postpartum blues

(2)

ABSTRACT

Postpartum period is a time that is very closely related to depression or commonly referred to Postpartum Depression or postpartum blues. Postpartum blues will cause difficult to accept the presence of the baby's mother, sad, anxious, lonely, worried about the baby, unable to adapt, sensitive, no appetite, insomnia, and lack of confidence in the ability to be a mother. If it is not be treated immediately it will cause adverse effects to both the mother and the development of her baby. The purpose of this study was to provide midwifery care during the postpartum period by providing support, encouragement, reducing the burden of mental, as well as provide appropriate treatment of the disturbances.

Observational research with 1 respondent of postpartum mother who experienced postpartum blues. The study was conducted at RSUD Dr.Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto on 28 March 2015-03 April 2015. The data was collected using interview and physical examination. The instrument used was EPDS scoring. Midwifery care management was done by steps, of assessment, determination of diagnosis, planning, implementation and evaluation.

Midwifery results of research in verlos kamer of RSUD Dr Wahidin Sudiro Husodo based on the level of depression or postpartum blues obtained 1 people experiencing Postpartum blues with scor of EPDS at 13. After midwifery care for 7 days EPDS score was reduced to 8, the puerperium period was normal, and Postpartum blues cured.

The care required during parturition in this period, because it is a critical period, either the mother or the baby. By providing support, encouragement, help mothers chores, reduce the mental burden, avoid discussing emotional problems, and promptly provide appropriate treatment of the disturbances, as well as providing midwifery care to the mother with postpartum blues even refer to the psychologists / counseling when necessary.

Keywords: Midwifery Care, Postpartum Mother, Postpartum blues. Contributor : 1. Dian Irawati, S.SiT., SKM., M.Kes

2. Erfiani Mail, S.ST

Date : 09 Agustus 2015

Type Material : Laporan Penelitian

Identifer :

-Right : Open Document

(3)

LATAR BELAKANG

Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Ibu akan mengalami berbagai perubahan fisiologis dan psikologis. Perubahan psikologis yang terjadi yaitu meliputi perubahan perasaan yang dialami ibu setelah melahirkan atau yang disebut juga dengan post partum blues yang akan menyebabkan ibu sulit menerima kehadiran bayinya, ibu akan menangis, cemas, kesepian, khawatir mengenai bayinya, tidak mampu beradaptasi, sensitif, tidak nafsu makan, sulit tidur, penurunan gairah seks dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu (Prawirohardjo, 2006 dalam Pakjal, 2013).

Prevalensi kejadian post partum blues dari berbagai penelitian berbeda di tiap negara, berkisar antara 10-34 % dari seluruh persalinan. Penelitian di negara barat menunjukkan kejadian lebih tinggi dibandingkan dengan yang pernah dilaporkan dari Asia, pada penelitian yang dilakukan terhadap 154 wanita pasca persalinan di Malaysia pada tahun 2009 dilaporkan angka kejadian 3,9% terbanyak dari ras India (8,9%), Melayu (3,0%). Penelitian yang dilakukan oleh Jofesson dkk pada tahun 2010 didapatkan angka post partum blues sekitar 10%-20% (Jofesson A, 2010 dalam Pakjal, 2013). Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia yaitu di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya yang dilakukan oleh dr. Irawati Sp.Kj, ditemukan bahwa angka kejadian post partum blues

terdapat 11-30% ini merupakan jumlah yang tidak sedikit dan tidak mungkin dibiarkan begitu saja (Pangesti, 2010 dalam Narita, 2011). Berdasarkan data studi pendahuluan di ruang bersalin RSUD Dr. Wahidin Soediro Husodo pada tanggal 7 sampai 10 Maret 2015, terdapat 10 responden 6 responden mengalami post partum blues dan 4 responden tidak mengalami post partum blues.

Ibu yang mengalami gangguan pasca persalinan dapat berpengaruh negatif terhadap bayinya. Jika hal ini tidak diobati akan menimbulkan efek buruk, baik itu jangka panjang ataupun jangka pendek terhadap ibu dan pada perkembangan bayinya (Hay,2004 dalam Ayu & Lailatushifah, 2008). Tali kasih ibu dan anak juga dipengaruhi oleh syndroma ini karena pada kondisi mental ibu yang terganggu dapat mengakibatkan kurangnya perhatian ibu dalam merawat, mengasuh serta membesarkan anak. Dampak yang terjadi pada anak dari ibu dengan post partum blues memiliki kemampuan kognitif yang kurang dibandingkan anak-anak dari ibu yang tidak mengalami gangguan post partum blues dan kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan anak-anak lain juga akan berpengaruh (Latifah & Hartati, 2006 dalam Ayu dan Lailatushifah, 2008).

Gangguan pikologis pada ibu yang tidak ditangani menunjukkan adanya hubungan perkembangan kognitif, emosi, dan masalah-masalah sosial pada anak. Depresi yang tidak ditangani dapat menjadi gangguan mood kronis dan sulit untuk disembuhkan (Linda, 2005 dalam Skripsipedia, 2012).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya (Prawirohardjo, 2006 dalam Istiqomah, 2014). Dengan memberikan dukungan, dorongan, membantu pekerjaan ibu, mengurangi beban mentalnya, menghindari membahas masalah emosi, dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan, serta memberikan asuhan kebidanan pada ibu post partum blues bahkan merujuk ke para ahli psikologi / konseling bila memang diperlukan (Prawirohardjo, 2010).

(4)

METODOLOGI

Jenis penelitian observasional dengan responden1 orang ibu nifas yang mengalami Postpartum blues. Penelitian dilakukan di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kabupaten Mojokerto pada tanggal 28 Maret 2015-03 April 2015. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaan fisik. Instrumen yang digunakan adalah skoring EPDS. Manajemen asuhan dilakukan dengan langkah-langkah, pengkajian, penentuan diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dimulai pada tanggal 28 Maret 2015 terdapat 1 pasien nifas di ruang bersalin RSUD dr Wahidin soediro Husodo, melahirkan anak ke-4 secara normal dengan berat lahir sebesar 3100 gram, panjang badan 50 cm, jenis kelamin perempuan, lahir pada jam 10.15 WIB, dan Apgar Score 7-8. Keluhan yang ibu rasakan yaitu merasa cemas karena takut tidak bisa merawat bayinya dengan baik karena ibu hanya hidup berdua dengan suami dan ke 4 anaknya dan jauh dari keluarga sehingga sangat kesulitan untuk merawat bayinya bahkan dirinya sendiri.

Menurut maryunani (2009), Baby blues atau postpartum blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan (maryunani, 2009). Menurut Saleha (2009), sebagian perempuan menganggap bahwa masa-masa setelah melahirkan adalah masa-masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan sacara emosianal. Gangguan-gangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan., dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan ibudi kemudian hari, khususnya pengaruh penerimaan (respons) ibu terhadap bayi baru lahir.

Pada kasus ini dari pengkajian yang telah ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu Ny. D P40004 Postpartum hari ke 1 dengan Postpartum Blues. Masalah yang

timbul pada Ny. D adalah kecemasan pada pasien terhadap keadaannya. Dari masalah yang timbul maka kebutuhan yang diberikan yaitu dukungan motivasi baik dari suami, keluarga maupun tenaga kesehatan.

Menurut Maryuanni (2009), masa nifas atau masa pasca melahirkan merupakan “awal keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif ibu (Maryuanni, 2009).

Menurut Yuliana (2013), asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien dengan Post Partum Blues yaitu mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, menganjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan, menganjurkan suami, keluarga, teman-teman sesama ibu untuk memberikan dukungan pada ibu, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, menganjurkan ibu untuk berolah raga ringan, menganjurkan ibu untuk bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru, menganjurkan keluarga untuk konsultasi dengan dokter.

(5)

Pada kasus ini dilaksanakan secara menyeluruh dari apa yang sudah direncanakan sehingga diharapkan postpartum blues teratasi dengan baik. Didalam teori bidan melaksanakan proses kebidanan sesuai dengan kewenangannya. Dalam praktek lapangan bidan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai apa yang sudah direncanakan kepada klien tanpa ada tindakan yang menyimpang dari rencana sebelumnya.

Setelah dilakukan Asuhan kebidanan selama 1 minggu pada tanggal 28 Maret 2015 sampai 03 April 2015 pada Ny. D P40004 postpartum hari ke 1 dengan

postpartum blues di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, maka hasil asuhan yang didapat yaitu postpartum blues sembuh, proses masa nifas berjalan dengan lancar, ibu bersedia berkumpul dengan perkumpulan ibu-ibu baru dan ibu bersedia melaksanakan anjuran yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kabupaten Mojokerto selama 7 hari didapatkan bahwa asuhan kebidanan pada Ny “D” P40004 postpartum hari ke 1 dengan postpartum blues berhasil,

postpartum blues sembuh, proses masa nifas berjalan dengan lancar, ibu bersedia berkumpul dengan perkumpulan ibu-ibu baru dan ibu bersedia melaksanakan anjuran yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.

REKOMENDASI

1. Bagi Pasien

Pasien diharapkan setelah ini bisa lebih mengerti tentang postpartum blues yang terjadi pada masa nifas dan mengenali tanda-tanda serta mengetahui dampak yang akan ditimbulkan jika terjadi postpartum blues. Pasien mempunyai hak untuk menanyakan sejelas-jelasnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan keadaan postpartum blues yang dialaminya sekarang kepada tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.

2. Bagi Profesi

Sebagai bahan pertimbangan bagi profesi bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan postpartum blues.

3. Bagi Institusi Pendidikan a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan agar rumah sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada kasus ibu nifas dengan postpartum blues yaitu dengan cara melakukan deteksi dini adanya postpartum blues baik menggunakan EPDS maupun instrumen lain.

b. Bagi Pendidik

Diharapkan dengan adanya study kasus bisa bermanfaat untuk refrensi dan dijadikan acuan bagi adik tingkat yang ingin mengambil kasus yang sama.

(6)

ALAMAT KORESPONDENSI :

Email : feriharismaulfikilestari@yahoo.com No. Hp : 085746242204

Referensi

Dokumen terkait

Dari grafik 3.3 dibawah ini menunjukkan jumlah kasus baru (insidens) TB Paru BTA+ adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang

4 Membaca teks secara intensif, (2) Mengiidentifikasikan dan mengelompokkan berdasarkan syarat yang memenuhi sebagai teks deskripsi yang akan dijadikan sebagai

Pada pertemuan APP pada tahun ini kita akan berjalan bersama dengan Simon Petrus untuk mengenal Yesus sebagai Guru dan Tuhan.. Tuhan Yesus sendiri mempercayakan panggilan yang

Sumber energi yang digunakan pada desain microgrid ini adalah sumber energi baru terbarukan (EBT) dengan teknologi PV, maka diperlukan data:.. a) data iradiasi sinar

Jenis penelitian yang merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan metode true eksperimental design Posttest dengan kelompok control ( Posttest only control group

Penggunaan kata owaru pada verba tsukuru dan yomu yang secara inhern mengandung sifat dinamis menyatakan makna bahwa kegiatan tersebut telah selesai

Cara ini sebenarnya efektif untuk memberi masukan pelaku usaha dalam mempertimbangkan produk apa yang akan di produksi dan di lempar di pasaran, namun seringkali