KARAKTERISASI PELARUT ASAM ( HNO
3, HF, DAN HCl ) PADA
PROSES DIGESTI SEDIMEN SUNGAI DAERAH MURIA
Supriyanto C., Muzakky
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan – Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb Yogyakarta 55281
Email :.ptapb@batan.go.id
ABSTRAK
KARAKTERISASI PELARUT ASAM ( HNO3, HF, DAN HCl ) PADA DIGESTI SEDIMEN SUNGAI
DAERAH MURIA. Telah dilakukan digesti menggunakan pelarut asam (HNO3, HF, dan HCl) terhadap sedimen sungai daerah Muria sebagai calon lokasi PLTN. Digesti dilakukan pada 4 (empat) macam sedimen masing-masing Kancilan, Balong, Suru dan Dombang menggunakan variasi konsentrasi pelarut asam pada
suhu dan waktu optimum masing-masing 150 0C, selama 5 jam. Analisis kadar unsur Cr, Fe, dan Cu hasil
digesti ditentukan menggunakan metode nyala spektrometri serapan atom pada kondisi optimum masing-masing unsur. Diperoleh kadar Cr tertinggi dalam sedimen Balong (165,50 ppm), terendah dalam sedimen Suru (35,35 ppm), kadar Cu tertinggi dalam sedimen Suru (67,33 ppm) dan terendah dalam sedimen Balong (53,30 ppm), kadar Fe tertinggi dalam sedimen Kancilan (25,62 %) dan terendah dalam sedimen Dombang
(8,23 %). Berdasarkan hasil digesti menggunakan pelarut HNO3 dapat diperkirakan keterikatan unsur Cr,
Cu, dan Fe dalam sedimen sungai Balong > Dombang > Kancilan > Suru. Sedangkan menggunakan pelarut HF dapat diperkirakan keterikatan unsur Cr, Cu, dan Fe dalam sedimen Balong > Kancilan >Dombang > Suru. Berdasarkan hasil digesti menggunakan pelarut HCl menunjukkan pelarut HCl kurang sesuai pada sedimen Balong, Kancilan, Suru, maupun Dombang.
Kata kunci : Karakterisasi pelarut asam, logam berat, sedimen sungai, metode AAS.
ABSTRACT
CHARACTERIZATION OF ACID SOLVENT (HNO3, HF, AND HCl) AT DIGESTION PROCESS OF
RIVER SEDIMENT IN MURIA AREA. Digestion process of river sediment in Muria area as PLTN site’s candidate has been performed by using acid solvent. The digestion process was conducted at 4 (four) sediments were Kancilan, Balong, Suru and Dombang by using the variation of solvent concentration at
optimum condition of time and temperature of 150 0C for 5 hours. Quantitative analysis of Cr, Fe, and Cu
element in result of digestion process was performed using flame atomic absorption spectrometry method at the optimum condition of each element.. At the digestion process, for Cr element the highest content obtained was Cr 165.5 µg/g for Balong river sediment, the lowest content obtained was 35,35 µg/g for Suru river sediment, for Cu element the highest content obtained was Cu 67,33 µg/g for Suru river sediment, the lowest content obtained was 53,30 µg/g for Balong river sediment, for Fe element the highest content obtained was Fe 25,62 % for Kancilan river sediment, the lowest content obtained was 8,23 % for Dombang river
sediment. Based on result of digestion process using HNO3 solvent were predicted that binding of Cr, Cu, and
Fe elements in Balong river sediment > Dombang > Kancilan > Suru. While using HF solvent were predicted that binding of Cr, Cu, and Fe elements in Balong river sediment > Kancilan > Dombang > Suru.. Based on the digestion process using HCl solvent demonstrated lack of suitable in Balong, Kancilan, Suru, and Dombang sediments.
Key words : Characterization of acid solvent, heavy metal, river sediment, AAS method.
PENDAHULUAN
edimen adalah padatan yang dapat langsung mengendap jika larutan didiamkan tidak terganggu selama beberapa waktu(1). Sedimen yang terbawa oleh air sungai dibedakan menjadi 1) muatan terlarut dari mineral bentukan yang mengendap (dissolved load), 2) muatan tersuspensi
(suspended load) adalah muatan yang tersuspensi
terdiri dari butiran halus lebih kecil dari 0,1 nm, senantiasa melayang dalam air dan tidak terpengaruh oleh alterasi dasar sungai, tetapi akan mengendap di dasar dasar waduk atau muara sungai
dan 3) muatan dasar (bed load) adalah muatan yang
tertarik hingga dasar sungai, bergerak dalam aliran sungai dengan cara bergulir, meluncur, dan melompat di atas permukaan dasar sungai.
Keberadaan logam berat dalam suatu sedimen sungai berkaitan erat dengan keselamatan lingkungan. Hal tersebut dikarenakan sedimen sungai merupakan salah satu siklus mayor (patway) dari logam berat yang akan berdampak besar bagi kehidupan manusia(2). Demikian juga keberadaan logam berat dalam sedimen sungai sekitar Muria seperti sungai Kancilan, Balong, Dombang dan Suru. Hal ini penting mengingat rencana
Pemeringtah akan membangun fasilitas PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) di daerah Muria Jawa Tengah.
Menurut Ming Chen dkk.(3), pelarut
akuaregia dapat digunakan untuk proses digesti sedimen dengan recovery < 70 % untuk unsur Cd,
Mn, dan Ni sedangkan unsur Co, Cr, Fe, Pb, dan Zn perolehan berkisar antara 43 – 77 %. Sedangkan penggunaan campuran akuaregia, HF, dan H3BO3 dapat digunakan pada proses digesti senyawa silika dengan reaksi sebagai berikut :
6 HF + SiO2→ H2SiF4 + 2 H2O
Permasalahan yang selalu muncul pada analisis unsur dalam sedimen menggunakan metode nyala spektrometri serapan atom (SSA) adalah digesti sedimen menjadi larutan. Proses digesti menggunakan pemanasan secara terbuka di atas hot
plate membutuhkan waktu yang lama, beresiko
terjadinya kontaminasi dan dapat terjadi pelepasan senyawa-senyawa yang mudah menguap. Saat ini penggunaan teknik digesti dengan cara tertutup
(bom digestion) telah banyak digunakan dengan
keuntungan antara lain proses pelarutan lebih cepat, kontaminasi dari luar dapat ditekan, dan tanpa terjadi pelepasan senyawa-senyawa yang mudah menguap(3).
Masing-masing pelarut mempunyai kemampuan berbeda dalam proses digesti logam berat dalam sedimen. Oleh karena itu, sebelum menentukan logam berat dalam sedimen sungai, perlu terlebih dahulu dipelajari pelarut yang paling tepat dan baik dalam mengekstraksi logam-logam berat tersebut. Adapun pelarut yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 (tiga) macam pelarut masing-masing HNO3, HF, dan HCl dimana ketiga macam pelarut tersebut merupakan larutan asam dengan asumsi dapat lebih mudah melarutkan logam. Pemilihan pelarut asam nitrat sesuai pendapat Sun Y.C.(4) yang menyatakan bahwa asam nitrat dan asam khlorida mempunyai kemampuan yang tinggi untuk melarutkan senyawa organik tetapi kurang baik untuk melarutkan senyawa anorganik (silika) yang terdapat dalam sedimen sungai, sedangkan asam fluorida (HF) merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa-senyawa silika yang terdapat di dalam sedimen sungai. Bradshaw dan kawan-kawan (1974), menyatakan bahwa asam khlorida encer dapat melepaskan ikatan yang lemah dan dapat digunakan pada proses digesti logam, mengendapkan garam, dan dimungkinkan menyerang beberapa dari silika dengan resistansi rendah seperti silika berlapis. Oleh karena itu, HCl 0,5 N dimungkinkan menyerang beberapa silika sehingga ekstraksi lebih efektif(5).
Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar desorpsi
(pelepasan) logam setelah dilakukan proses digesti menggunakan pelarut HNO3, HF dan HCl.
TATA KERJA
Bahan
Cuplikan sedimen sungai dari pengambilan di semenanjung Muria pada musim penghujan tanggal 22 April 2007 sampai 25 April 2007, akuabides, HNO3 65%, HF 40 %, HCl 40 % masing-masing buatan Merck, larutan standar Cu, Cr dan Fe nitrat konsentrasi 1000 mg/l masing-masing buatan BDH, akuabides buatan lab kimia analitik PTAPB.
Alat
Pada penelitian ini digunakan satu
perangkat alat atomic absorption spectrometry
(AAS) tipe AA-300-P buatan Varian Techtron Australia, teflon bom digester, gelas teflon 50 ml, labu ukur 10 ml, vial polietilen ukuran 5 ml, mikro pipet effendorf 10 - 100 µl, 250 – 1000 µl, dan neraca analitik.
Cara Kerja
Lokasi Pengambilan Cuplikan
Cuplikan yang diambil berupa sedimen sungai dengan radius 2 km hingga 5 km dari calon tempat dibangunnya PLTN di semenanjung Muria. Lokasi pengambilan cuplikan diantaranya yaitu Sungai Kancilan, Sungai Balong, Sungai Suru, dan Sungai Dombang. Parameter insitu di lokasi adalah suhu, letak bujur timur dan lintang selatan, debit serta kecepatan arus air(6).
Preparasi awal cuplikan sedimen
Cuplikan sedimen hasil sampling dibersihkan dari kotoran seperti batu, rumput dan tumbuhan, kemudian dikeringkan pada suhu kamar, hasil pengeringan digerus menggunakan agat, diayak hingga lolos 100 mesh, dihomoginkan dan ditempatkan wadah polietilen dan diberi label.
Digesti sedimen menggunakan pelarut HF, HNO3, dan HCl
Cuplikan sedimen yang telah homogin ditimbang dengan berat ± 0,1 g dalam tabung teflon (Gambar 1), dibasahi dengan akuabides dan ditambahkan pelarut dengan variasi pelarut HNO3 13 %, 39 %, dan 65 %, variasi pelarut HF 8 %, 24 %, dan 40 %, dan pelarut HCl 0,5 N. Masing-masing tabung teflon dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari besi, ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam tungku pemanas dan dipanaskan pada suhu 1500C selama 4 jam. Hasil peleburan setelah dingin dituang ke dalam beker teflon dan dipanaskan di atas penangas pasir dengan penambahan akuabides secara berulang.
Hasil pelarutan setelah dingin ditepatkan menjadi volume tertentu dengan penambahan akuabides.
Gambar 1. Bejana Digesti Asam. Sumber : (Anonim, 2008(7))
Analisis unsur dalam cuplikan
Dibuat 5 buah larutan campuran yang terdiri dari Fe 100 ppm, Cr 100 ppm, HNO3 1 N dan akuatrides sedemikian rupa sehingga
konsentrasi HNO3 dalam masing-masing larutan
campuran tetap 0,1 N, sedangkan konsentrasi Fe dan Cr dalam larutan campuran bervariasi 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 ppm. Masing-masing larutan campuran diukur serapannya pada kondisi analisis yang optimum. Analisis unsur Cu dilakukan dengan cara kerja yang sama dengan variasi konsentrasi Cu 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 ppm. Kadar unsur Fe, Cr dan Cu dalam cuplikan ditentukan dengan cara mengintrapolasikan serapan cuplikan pada kurva standar campuran, konsentrasi yang diperoleh dihitung kembali dengan faktor pengenceran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter yang berpengaruh pada proses digesti sedimen sungai antara lain adalah suhu, ukuran butiran sedimen, konsentrasi pelarut asam yang digunakan dan waktu kontak. Pengaruh suhu terhadap proses digesti adalah dengan bertambahnya suhu reaksi maka kelarutan akan meningkat, sehingga proses digesti semakin cepat. Demikian juga pengaruh waktu kontak dan ukuran butiran, semakin lama waktu kontak dan semakin kecil ukuran butiran akan memperluas permukaan sehingga proses digesti yang terjadi semakin cepat. Parameter suhu dan waktu kontak yang optimal pada penelitian ini masing-masing adalah pada suhu 150 0C dan waktu 5 jam(6).
Pada Tabel 1, disajikan perolehan kadar Cr hasil proses digesti dalam sedimen sungai Kancilan, Balong, Suru dan Dombang. Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa perolehan kadar unsur Cr pada sedimen sungai Kancilan tertinggi diperoleh pada konsentrasi HNO3 13 % sebesar 99,30 ppm, sedangkan pada konsentrasi HF diperoleh kadar
unsur Cr lebih rendah (69,49 ppm), dan proses digesti menggunakan pelarut HCl perolehan kadar unsur Cr jauh lebih rendah dibanding pelarut asam yang lain. Selanjutnya pada sedimen sungai Balong, perolehan kadar unsur Cr tertinggi diperoleh pada proses digesti menggunakan HNO3 39 % sebesar 165,50 ppm, sedangkan proses digesti menggunakan HF pada keadaan yang sama lebih rendah (103,12 ppm), demikian juga proses digesti menggunakan pelarut HCl. Hal ini dapat diartikan bahwa komposisi sedimen sungai Balong didominasi oleh kandungan anorganik dibandingkan sedimen sungai Kancilan, sehingga dalam hal ini pemilihan pelarut HNO3 lebih tepat digunakan pada proses digesti sedimen sungai Balong.
Tabel 1. Kadar Cr dalam sedimen Kancilan, Balong, Suru dan Dombang hasil digesti dengan HNO3, HF, dan HCl
Jenis
asam Konsentrasi Kadar Cr hasil digesti (ppm) untuk daerah
asam (%) Kancilan Balong Suru Dombang
HNO3 13 39 65 99,30 78,90 88,22 127,50 165,50 127,33 30,70 33,70 35,35 61,00 68,37 66,18 HF 8 24 40 41,96 56,24 69,49 95,98 94,16 103,12 27,08 24,47 25,09 41,29 49,20 49,73 HCl 0,5*) 20 7,429 14,95 9,23 24,75 3,168 17,13 3,07 16,14 *) konsentrasi dalam N (normalitas)
Proses digesti yang terjadi pada sedimen sungai Suru diperoleh kadar Cr tertinggi diperoleh pada konsentrasi HNO3 65 % sebesar 35,35 ppm, sedangkan pada konsentrasi HF diperoleh kadar unsur Cr lebih rendah (27,08 ppm), dan proses digesti menggunakan pelarut HCl perolehan kadar unsur Cr jauh lebih rendah dibanding pelarut asam yang lain. Selanjutnya pada sedimen sungai Dombang, perolehan kadar unsur Cr tertinggi pada
proses digesti menggunakan HNO3 39 % sebesar
68,37 ppm, sedangkan perolehan kadar unsur Cr menggunakan HF pada keadaan yang sama lebih rendah (49,73 ppm), demikian juga proses digesti menggunakan pelarut HCl. Hal ini dapat diartikan bahwa komposisi sedimen sungai Dombang didominasi oleh kandungan anorganik dibandingkan sedimen sungai Suru, sehingga dalam
hal ini pemilihan pelarut HNO3 lebih tepat
Berdasarkan keterikatan unsur Cr dalam “bulk” sedimen, dapat diperkirakan berdasarkan proses digesti menggunakan pelarut HNO3 sedimen sungai Balong > Dombang > Kancilan > Suru. Sedangkan keterikatan unsur Cr dalam “bulk” sedimen, dapat diperkirakan berdasarkan proses digesti menggunakan pelarut HF sedimen Balong > Kancilan >Dombang > Suru.
Pada Tabel 2, disajikan perolehan kadar Cu hasil proses digesti dalam sedimen sungai Kancilan, Balong, Suru dan Dombang. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa perolehan kadar unsur Cu pada sedimen sungai Kancilan tertinggi diperoleh pada konsentrasi HNO3 65 % sebesar 54,26 ppm, sedangkan pada konsentrasi HF diperoleh kadar unsur Cu lebih rendah (46,58 ppm), demikian juga proses digesti menggunakan pelarut HCl perolehan kadar unsur Cu lebih rendah dibanding pelarut asam yang lain.
Tabel 2. Kadar Cu dalam sedimen Kancilan, Balong, Suru dan Dombang hasil digesti dengan HNO3, HF, dan HCl
Jenis asam
Konsentrasi asam (%)
Kadar Cu hasil digesti (ppm) untuk daerah
Kancilan Balong Suru Dombang
HNO3 13 39 65 51,30 48,60 54,26 33,50 53,30 32,77 65,20 65,10 67,33 49,90 53,56 55,00 HF 8 24 40 32,89 42,28 46,58 31,23 32,18 41,71 61,70 58,64 55,93 44,46 49,30 44,19 HCl 0,5*) 20 2,67 32,57 12,57 29,70 4,12 40,90 6,07 35,35 *) konsentrasi dalam N (normalitas)
Selanjutnya pada sedimen sungai Balong, perolehan kadar unsur Cu tertinggi pada proses
digesti menggunakan HNO3 39 % sebesar 53,30
ppm, sedangkan perolehan kadar unsur Cu menggunakan HF pada keadaan yang sama lebih rendah (41,71 ppm), demikian juga proses digesti menggunakan pelarut HCl. Seperti halnya unsur Cr, berdasarkan perolehan kadar unsur Cu, maka pemilihan pelarut HNO3 lebih tepat digunakan pada ekstraksi sedimen sungai Balong.
Proses digesti yang terjadi pada sedimen sungai Suru dan sedimen sungai Dombang terlihat bahwa perolehan kadar unsur Cu pada sedimen sungai Suru tertinggi diperoleh pada konsentrasi
HNO3 65 % sebesar 67,33 ppm, sedangkan pada
konsentrasi HF diperoleh kadar unsur Cu lebih rendah (61,70 ppm), demikian juga ekstraksi menggunakan pelarut HCl perolehan kadar unsur Cu lebih rendah dibanding pelarut asam yang lain.
Selanjutnya pada sedimen sungai Dombang, perolehan kadar unsur unsur Cu tertinggi diperoleh
pada proses digesti menggunakan HNO3 65%
sebesar 55,00 ppm, sedangkan perolehan kadar unsur Cu menggunakan HF pada keadaan yang sama lebih rendah (49,30 ppm), demikian juga proses digesti menggunakan pelarut HCl. Seperti halnya unsur Cr, berdasarkan perolehan kadar unsur Cu, maka pemilihan pelarut HNO3 lebih tepat digunakan pada proses digesti sedimen sungai Dombang.
Tabel 3. Kadar Fe dalam sedimen Kancilan, Balong, Suru dan Dombang hasil digesti dengan HNO3, HF, dan HCl
Jenis asam
Konsentrasi asam (%)
Kadar Fe hasil digesti (%) untuk daerah
Kancilan Balong Suru Dombang
HNO3 13 39 65 23,03 17,11 25,62 13,23 11,07 12,08 7,64 7,84 9,65 5,37 7,15 8,23 HF 8 24 40 15,50 14,88 17,78 11,00 11,05 10,75 9,52 7,67 6,81 5,65 6,33 5,66 HCl 0,5*) 20 1,12 2,05 1,03 2,12 2,72 4,95 0,11 2,41 *) konsentrasi dalam N (normalitas)
Pada Tabel 3, disajikan proses digesti logam Fe dalam sedimen Sungai Kancilan, Balong, Suru, dan Dombang. Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa perolehan kadar unsur Fe pada sedimen sungai Kancilan tertinggi diperoleh pada
konsentrasi HNO3 65 % sebesar 25,62 %,
sedangkan pada konsentrasi HF diperoleh kadar unsur Fe lebih rendah (17,78 %), demikian juga proses digesti menggunakan pelarut HCl perolehan kadar unsur unsur Fe lebih rendah dibanding pelarut asam yang lain. Selanjutnya pada sedimen sungai Balong, perolehan kadar unsur Fe tertinggi diperoleh pada proses digesti menggunakan HNO3 13 % sebesar 13,23 %, sedangkan perolehan kadar unsur Fe menggunakan HF pada keadaan yang sama lebih rendah (11,05 %), demikian juga proses digesti menggunakan pelarut HCl. Seperti halnya unsur Cr, berdasarkan perolehan kadar unsur Fe,
maka pemilihan pelarut HNO3 lebih tepat
digunakan pada ekstraksi sedimen sungai Balong. Proses digesti logam Fe dalam sedimen sungai Suru dan sungai Dombang, terlihat bahwa perolehan kadar unsur Fe pada sedimen sungai Suru tertinggi diperoleh pada konsentrasi HNO3 65 % sebesar 9,65 %, sedangkan pada konsentrasi HF
diperoleh kadar unsur Fe lebih rendah (9,52 %), demikian juga proses digesti menggunakan pelarut HCl perolehan kadar unsur Fe lebih rendah dibanding pelarut asam yang lain. Selanjutnya pada sedimen sungai Dombang, perolehan kadar unsur Fe tertinggi diperoleh pada proses digesti
menggunakan HNO3 65% sebesar 8,23 %,
sedangkan perolehan kadar unsur Fe menggunakan HF pada keadaan yang sama lebih rendah (6,33 %), demikian juga proses digesti menggunakan pelarut HCl. Seperti halnya unsur Cr, berdasarkan perolehan kadar unsur Fe, maka pemilihan pelarut HNO3 lebih tepat digunakan pada proses digesti sedimen sungai Dombang
Beberapa ikatan kimia antara logam yang terdapat di dalam sedimen sungai (baik yang terdapat di dalam senyawa organik, maupun senyawa anorganik) dengan larutan asam yang dimungkinkan terjadi selama proses digesti adalah sebagai berikut(3,8) : 1. Senyawa organik - Permukaan luar (≡S−OH2)+... NO3-→ (≡S−OH2)+ + NO3- (≡S−OH2)+... Cl-→ (≡S−OH2)+ + Cl- - Permukaan dalam (≡S−F) + OH-→ (≡SOH) + F- 2. Senyawa anorganik - Permukaan luar
(≡SOL) + NO3-→ (≡SO)- + LNO3 - Permukaan dalam
(≡SOL) + F-→ (≡SO)- + LF
di mana ≡S : gugus aktif organik yang terdapat di dalam sedimen sungai
H2O, OH- : gugus aktif organik yang terdapat di dalam sedimen sungai
L : logam
KESIMPULAN
1. Berdasarkan keterikatan unsur Cr, Cu, dan Fe dalam “bulk” sedimen, dapat diperkirakan berdasarkan proses digesti menggunakan pelarut HNO3 sedimen sungai Balong > Dombang > Kancilan > Suru. Sedangkan keterikatan unsur Cr, Cu, dan Fe dalam “bulk” sedimen, dapat diperkirakan berdasarkan proses digesti menggunakan pelarut HF sedimen Balong > Kancilan >Dombang > Suru.
2. Proses digesti menggunakan pelarut asam khlorida (HCl) kurang sesuai pada sedimen Balong, Dombang, Kancilan dan Suru dengan perolehan kadar unsur Cr, Cu, dan Fe masing-masing lebih kecil dibandingkan pelarut HNO3 maupun HF.
3. Berdasarkan perhitungan diperoleh kadar Cr tertinggi dalam sedimen Balong (165,50 ppm), terendah dalam sedimen Suru (35,35 ppm), kadar Cu tertinggi dalam sedimen Suru (67,33 ppm) dan terendah dalam sedimen Balong (53,30 ppm), kadar Fe tertinggi dalam sedimen Kancilan (25,62 %) dan terendah dalam sedimen Dombang (8,23 %).
DAFTAR PUSTAKA
1. ANONIM, Guidance for Environmental
Background Analysis., vol.II.sediment., NFECS user guide UG-2054-ENV., Naval Facilities Engineering Command., Washington DC 20374-5065, 2003.
2. MUZAKKY, SUKIRNO, DAN ROSIDI,
“Analisis dan Prediksi transfer Radionuklida Di Lingkungan Pantai Semenanjung Muria”,PPI-PDIPTN BATAN, 2004.
3. MING CHEN AND LENA Q.MA.,”
Comparation of three aqua regia methods for twenty florida soils”, Soil Sci.Soc.Am.J., 2001, p. 491.
4. SUN.Y,C., CHI.P.C., AND SHIEU.M.Y.,
“Comparison of different Digestion Methods for total Decomposition of Siliceous and Organic Environmentals Sample”, Analytical Sciences December 2001, Vol.17., p. 1395 – 1399.
5. HAIG AGEMIAN, AND A.S.Y.CHAU,”A
Study of Different Analytical Extraction Methods for Nondetrital Heavy Metals in Aquatic Sediments”, Canada Centre for Inland Waters, Berlington, 1977.
6. SUPRIYANTO C., MUZAKKY,” Proses
Desorpsi Logam Pada Sedimen Sungai Daerah Muria Dengan Pelarut Asam”, Jurnal Iptek Nuklir Ganendra Vol 13, 2010.
7. ANONIM, General Purpose Acis Digestion
Bombs, Illinois : Parr Instrument Company, 2008.
8. KENT I.MAHAN et.all,”Microwave Digestion
Techniques in The Sequential Extraction of Calcium, Iron, Chromium, Lead, and Zinc in Sediments*,American Chemical Society, 1987, p. 938.
TANYAJAWAB
Sahat Simbolon− Apakah cuplikan sampai larut semua, kalau
sampai larut berarti harus sama konsentrasinya? − Kalau tidak sama berarti ada yang salah?
Supriyanto C.
• Cuplikan tidak larut semua karena pelarut
HF, HCl dan HNO3 masing-masing
mempunyai karakteristik lain-lain terhadap
ligan pengikat SiO2 dan organik dalam
sedimen.
• tidak sama kadarnya karena tidak larut
100%. Bila menggunakan pelarut HF, HCl
dan HNO3 secara individu mengingat pelarut
HF baik untuk ligan SiO2, tidak baik untuk
ligan organik , demikian juga pelarut HNO3
baik untuk ligan Cu, Cr, dan Fe akan berbeda pada masing-masing pelarut. Untuk menghasilkan pelarutan sempurna 100% disarankan digunakan campuran dari ketiga pelarut tersebut.