• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dengan Anak Usia Toddler di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dengan Anak Usia Toddler di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

TODDLER DI RW 17 KELURAHAN PISANGAN KECAMATAN

CIPUTAT TIMUR DENGAN ANAK USIA TODDLER

DI PSAA BALITA TUNAS BANGSA CIPAYUNG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

RATNA ZAKIA HASMY

NIM: 1110104000011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014

Ratna Zakia Hasmy , NIM : 1110104000011

Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dengan Anak Usia Toddler di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung

xvii + 86 halaman + 11 tabel + 3 bagan + 6 lampiran ABSTRAK

Bahasa adalah bentuk komunikasi pikiran dan perasaan agar anak dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Salah satu aspek penting dalam perkembangan anak toddler (1-3 tahun) adalah perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa pada anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan asuhan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan perkembangan bahasa pada anak usia toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung.

Penelitian ini merupakan penelitian komparatif kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling dengan jumlah sampel sebesar 70 sampel, dimana 36 sampel berasal dari RW 17 Kelurahan Pisangan dan 34 sampel berasal dari PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung. Instrumen yang digunakan adalah KPSP aspek perkembangan bahasa & bicara anak usia 12-36 bulan. Teknik analisa data menggunakan uji fisher. Hasil penelitian menunjukkan pada anak usia 12 bulan ada perbedaan dalam mengatakan 2 suku kata yang sama (p value = 0,029) dan menggunakan 2 kata pada saat berbicara pada anak usia 36 bulan (p value = 0,029). Penelitian ini juga menggambarkan tidak ada perbedaan perkembangan bahasa pada anak usia 12 bulan (p value = 0,070), 15 bulan (p value = 0,486), 18 bulan (p value = 0,143), 21 bulan (pvalue = 0,464), 24 bulan (pvalue = 1,000; 0,429; 1,000), 30 bulan (p value = 1,000; 1,000; 0,558; 0,222) dan 36 bulan (pvalue = 0,592; 0,529).

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengasuhan dan ibu/pengasuh dapat memberikan stimulasi yang tepat agar perkembangan bahasa anak menjadi lebih optimal.

(4)

iii SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2014

Ratna Zakia Hasmy, NIM : 1110104000011

Differences Language Development between Toddlers in RW 17 Kelurahan Pisangan Subdistrict of Ciputat Timur with Toddlers in PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung

xvii + 86 pages + 11 tables + 3 charts + 6 attachments ABSTRACT

Language is a form of communication and feeling in order to sent the meaning to the others. One of important aspects in the toddler (1-3 years old) development is the language development. The children language can be affected by their’s environment. The purpose of this study was to determine the differences between language development of toddlers in RW 17 Kelurahan Pisangan and PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung.

This research was a comparative quantitative research with cross sectional design. Data collection was done by purposive sampling. KPSP aspects of language and speech development of children aged 12-36 months is use as an instrument . Total of the sampels are 70, whereas 36 samples from RW 17 and 34 samples from PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung. The data analysis using fisher test.

The results in aged 12 months showed the difference in saying the same two words (p value = 0,029) and in use 2 words when talk in aged 36 months (p value = 0,029). This research describes there is no difference in aged 12 months (p value = 0,070), 15 months (p value = 0,486), 18 months (p value = 0,143), 21 months (p value = 0,464), 24 months (p value = 1,000; 0,429; 1,000), 30 months (p value = 1,000; 1,000; 0,558; 0,222) and 36 months (p value = 0,592; 0,529).

This research is expected to improve the quality of care of mother/caregiver in stimulate the children’s language development become more optimal.

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

Nama : Ratna Zakia Hasmy

Tempat Tanggal Lahir : Bojonegoro, 6 Desember 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Gema Pesona Estate Blok I No. 8, Sukmajaya, Depok No. Telp/HP : 08998113164

E-mail : ratnazakia@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program Studi Ilmu Keperawatan.

Riwayat Pendidikan :

1. SDN Jatimurni III Pondok Melati, Bekasi 1998-2004

2. SMP N 49 Jakarta 2004-2007

3. SMA N 62 Jakarta 2007-2010

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-sekarang

Pengalaman Organisasi :

1. KIR SMAN 62 Jakarta 2008-2009

2. ROHIS SMAN 62 Jakarta 2007-2009

3. Anggota FOSMA ESQ 165 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2010-2012

4. Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi

BEMJ Ilmu Keperawatan 2011-2012

5. Menteri Pemberdayaan Mahasiswa BEMJ

(9)

ix

LEMBAR PERSEMBAHAN

When I feel that I’ getti g tired

I want to give all my dreams I’ve kept hard

Every time I feel that I’m lacking in many things more than I have I lost strength in my legs and drop down

I hope this tears will stop running someday

Everyday I hold out comforting my self it’ll e allright But it makes me afraid little by little,

I tell myself to believe my self, but I don’t Now I dont know how longer I can hold out But wait, it’ll o e

Athough the night is long, the sun comes up

Someday my painful heart will get well

More and more to overcome myself

I hope this tears will stop running someday

Someday after this darkness clear up

(10)

x

ِي ِ َلا ِم ْ َلا ِا ِيْ ِ

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirahmanirahim. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler Di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Dengan Anak Usia Toddler Di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung”. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW serta para sahabatnya yang telah menerangi jalan manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang.

Terselesaikannya skripsi ini tidak akan lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu penulis tanpa letih. Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa syukur dan ucapan terima kasih ini disampaikan kepada:

1. Prof. dr. Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi

dan Ibu Eni Nur’aini Agustini selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku pembimbing 1 dan Bapak Jamaludin, M.Kep selaku pembimbing 2 yang selalu membimbing, memberikan saran dan kritik kepada penulis tanpa letih.

(11)

xi

serta Perpustakaan FKIK yang telah membantu dalam pengadaan bahan rujukan skripsi.

6. Staf karyawan Walikota Jakarta Timur dan staf Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur.

7. Ketua RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan seluruh masyarakat yang telah membantu selama penelitian.

8. Kepala Panti dan seluruh staf pegawai dan pengasuh PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung yang telah membantu penulis selama penelitian.

9. Teman-teman FKIK angkatan 2010, PSIK 2009-2013, BEMJ Ilmu Keperawatan. Sahabat-sahabat terbaik PSIK 2010 yang telah memberikan dukungan dan memacu semangat penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.

Akhirnya tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Juli 2014

(12)

xii

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan 1. Definisi Perkembangan ... 10

2. Tahap-Tahap Perkembangan ... 11

3. Perkembangan Anak Usia Toddler ... 12

B. Perkembangan Bahasa Anak 1. Definisi Perkembangan Bahasa Anak ... 16

2. Tipe Perkembangan Bahasa Anak ... 17

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak ... 20

4. Tugas Perkembangan Anak Usia Toddler ... 24

5. Penilaian Perkembangan Bahasa Anak ... 26

C. Keluarga 1. Definisi Keluarga ... 30

2. Bentuk-Bentuk Keluarga ... 31

3. Fungsi Pokok Keluarga ... 33

(13)

xiii

C. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 41

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 41

C. Populasi dan Sampel ... 42

D. Instrumen Penelitian ... 45

E. Teknik Pengujian Instrumen ... 48

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ... 48

G. Pengolahan Data ... 50

H. Analisa Data ... 52

I. Etika Penelitian ... 53

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

B. Hasil Analisis Univariat ... 60

C. Hasil Analisis Bivariat ... 68

BAB VI PEMBAHASAN A. Analisa Univariat ... 79

B. Analisa Bivariat ... 81

C. Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

Daftar Pustaka

(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

BKB : Bina Kesejahteraan Balita

DDST : Denver Development Screening Test

IQ : Intelegent Quotient

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia Kemensos : Kementerian Sosial

Kesbangpol : Kesatuan, Kebangsaan dan Politik Kessos : Kesejahteraan Sosial

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan LKSA : Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini

PMKS : Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PSAA B TB : Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

RS : Rumah Sakit

RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

RW : Rukun Warga

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas

TK : Taman Kanak-Kanak

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman 2.1 Perkembangan Kemampuan Bicara dan Bahasa Pada Anak 14

3.1 Definisi Operasional Variabel 39

4.1 KPSP Aspek Perkembangan Bicara & Bahasa Untuk Anak

Umur 12, 15, 18, 21, 24, 30 dan 36 (bulan) 46 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Pada Anak Usia Toddler

di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan

PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung 60

5.2 Distribusi Frekuensi Rentang Usia Anak di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan

PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung 61

5.3 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Anak Usia Toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan

PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung 62

5.4 Distribusi Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan

PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung 63

5.5 Analisis Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak

Usia 12 Bulan 69

5.6 Analisis Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak

Usia 15 Bulan 70

5.7 Analisis Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak

Usia 18 Bulan 71

5.8 Analisis Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak

Usia 21 Bulan 72

5.9 Analisis Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak

Usia 24 Bulan 73

5.10 Analisis Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak

Usia 30 Bulan 74

5.11 Analisis Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Teori 37

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Tabulasi data

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tumbuh kembang seorang anak ditandai dengan pertumbuhan

(growth) dan perkembangan (development). Perkembangan adalah

bertambahnya struktur dan kemampuan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2008). Seorang anak menuju usia dewasa melalui berbagai tahapan perkembangan. Tahapan yang terpenting adalah tahun-tahun pertama setelah kelahiran, yaitu tiga tahun pertama, dimana tumbuh kembang berlangsung dengan pesat dan terdapat periode kritis pertumbuhan otak (Narendra, 2002).

Otak manusia mengalami perubahan struktural dan fungsional yang luar biasa antara 24 sampai 42 minggu setelah konsepsi. Perkembangan ini berlanjut saat setelah lahir hingga usia dua atau tiga tahun (Gunawan, 2010). Masa tiga tahun pertama ini disebut windows of opportunity. Ketika anak memasuki usia toddler (1-3 tahun) sering disebut sebagai golden period

(kesempatan emas) dimana dapat meningkatkan kemampuan potensi anak setinggi-tingginya di masa mendatang (Hartanto, 2006).

(19)

bahasa. Perkembangan bahasa adalah kemampuan anak untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan (Soetjiningsih, 2008). Laju perkembangan bicara bervariasi dari satu anak ke anak lain dan berkaitan langsung dengan kompetensi neurologik dan perkembangan kognitif (Wong, 2009). Perkembangan bicara secara normal dapat berlangsung bergantung pada proses pematangan. Periode kesiapan berbicara adalah ketika anak menguasai kemampuan berbicara sebagai alat komunikasi, yaitu umur 9 bulan sampai 24 bulan (Soetjiningsih, 2008). Periode 2-4 tahun pertama menunjukkan peningkatan yang cepat dalam jumlah dan kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan perbendaharaan kata dan kontrol neuromotorik (BKKBN, 2009)

Kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologik, emosi dan lingkungan sekitar anak (Soetjiningsih, 2008). Salah satu indikator keterlambatan bahasa adalah ketidakmampuan anak dalam berbicara di usia yang seharusnya sudah mampu. Keterlambatan bicara terjadi pada anak apabila tingkat perkembangan bicara anak dibawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak yang umurnya sama (Dianovinina, 2009).

(20)

berusia 12 tahun dan memiliki peluang delapan kali lebih besar mengalami kesulitan belajar pada saat berusia 19 tahun (Young, et. al dalam Beitchman, 2005). Diketahui pula ada korelasi antara perkembangan bahasa dan bicara dengan kesuksesan anak di sekolah (Nelson, 2007). Bila gangguan bicara dan bahasa tidak diterapi dengan tepat akan terjadi gangguan kemampuan membaca, kemampuan verbal, perilaku, penyesuaian psikososial dan kemampuan akademis yang buruk (Leung dalam Hidajati, 2009).

Beberapa data menunjukkan angka kejadian anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay) cukup tinggi. Menurut Leung (1999), data insidensi gangguan bicara bahasa di Amerika Serikat dan Canada adalah 3-10% pada anak usia dibawah lima tahun. Dari poliklinik tumbuh kembang RS Kariadi Semarang tahun 2007 diperoleh 2,98% anak dengan gangguan bicara bahasa. Pada Departemen Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2006, dari 1125 kunjungan pasien anak terdapat 10,13 % anak terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa. Penelitian oleh Wahyuni (1998 dalam Agustina, 2012) di salah satu Kelurahan di Jakarta Pusat menemukan prevalensi keterlambatan bahasa sebesar 9,3 % dari 214 anak berusia tiga tahun. Di Indonesia secara menyeluruh belum diketahui prevalensinya (Hidajati, 2009).

(21)

dan faktor eksternal meliputi riwayat keluarga, pola asuh, lingkungan, pendidikan dan jumlah anak. Perkembangan bahasa dan bicara merupakan salah satu dimensi yang sangat rentan terhadap lingkungan yang kurang baik.

Lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya (Kania, 2006). Salah satu peran lingkungan keluarga yaitu memenuhi kebutuhan perkembangan anak (Supartini, 2009). Keluarga merupakan lingkungan yang alami, pertama dan paling utama bagi anak usia dibawah lima tahun. Di dalam keluarga, kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang terutama dicukupi oleh ibu (atau pengganti ibu) (Kemenkes RI, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kumboyono (2013) menunjukan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perkembangan usia anak prasekolah dengan nilai p= 0,033. Murray & Yingling (2000) melakukan penelitian yang mempelajari hubungan antara kasih sayang, stimulasi di rumah dan perkembangan bahasa pada 58 anak toddler yang berusia 24 bulan. Hasilnya mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara kasih sayang dan stimulasi di rumah dengan peningkatan kompetensi bahasa.

(22)

Walaupun demikian, tidak semua keluarga mempunyai kekuatan untuk membantu anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Beberapa keluarga mengalami masalah sosial sehingga dapat menghambat tumbuh kembang anak. Pelayanan kesejahteraan sosial berbasis institusi/panti asuhan adalah alternatif terakhir jika pengasuhan berbasis keluarga benar-benar tidak dapat dilakukan (Keputusan Menteri Sosial RI No. 15 A/HUK/ 2010).

Melihat hal ini, salah satu panti asuhan yang ada di Indonesia yaitu Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Balita Tunas Bangsa selaku Panti Sosial dibawah naungan Dinas Sosial, memberikan program penampungan perawatan untuk menyelamatkan anak dari ketelantaran agar dapat tumbuh kembang secara wajar (Profil PSAA Balita Tunas Bangsa).

Penelitian Kementerian Sosial (Kemensos) pada tahun 2006-2007 dengan dukungan dari United Nations Emergency Children’s Fund (UNICEF) dilakukan di 36 panti asuhan di enam propinsi yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat dan Maluku. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan gambaran yang komprehensif tentang kualitas pengasuhan di PSAA di Indonesia. Salah satu dari temuan inti dari penelitian tersebut adalah PSAA lebih berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan akses pendidikan kepada anak daripada sebagai lembaga alternatif pengasuhan anak (Depsos, 2011).

Perawat memiliki beberapa peran, salah satunya adalah sebagai

(23)

Pemberian konseling ini dapat diberikan kepada para orang tua ataupun pengasuh di panti asuhan selaku lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, khususnya perkembangan bahasa.

Berdasarkan dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler Di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Dengan Anak Usia Toddler Di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung”.

B. Rumusan Masalah

Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak toddler. Hampir sebanyak 20% dari anak berumur dua tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara. Perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama domain vertikal yaitu keluarga. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PSAA Balita Tunas Bangsa menggunakan lembar DDST pada 17 balita, 15 balita (88,23%) diantaranya mengalami keterlambatan perkembangan bahasa. Disamping itu, hasil studi pendahuluan untuk anak

(24)

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran karakteristik anak usia toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur ?

2. Bagaimana gambaran karakteristik anak usia toddler yang diasuh di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung?

3. Apakah terdapat perbedaan perkembangan bahasa antara anak usia toddler

di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung?

4. Bagaimana perbedaan perkembangan bahasa pada setiap rentang usia antara anak usia toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya perbedaan perkembangan bahasa pada anak usia toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung.

2. Tujuan Khusus

(25)

b. Diketahuinya gambaran karakteristik anak usia toddler yang diasuh di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung.

c. Diketahuinya perbedaan perkembangan bahasa pada setiap rentang usia antara anak usia toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Orang Tua

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua mengenai perkembangan bahasa pada anak usia toddler dan diharapkan orang tua mampu melakukaan stimulasi perkembangan, khususnya perkembangan bahasa.

2. Bagi panti asuhan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi pihak panti asuhan untuk melakukan pembinaan guna meningkatkan pengetahuan pengasuh dalam memberikan stimulasi perkembangan, khususnya perkembangan bahasa pada anak usia toddler.

3. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam bidang keperawatan anak yang berguna untuk pengembangan pemberian edukasi kepada masyarakat tentang perkembangan bahasa anak usia toddler

(26)

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang perkembangan bahasa pada anak usia toddler, khususnya perbedaan antara yang diasuh oleh keluarga inti dan di panti asuhan, sehingga dapat mengembangkan penelitian yang lebih luas di masa yang akan datang.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(27)

10

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan

1. Definisi Perkembangan

Perkembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan peningkatan kemampuan untuk berfungsi pada tingkat tertentu. Perkembangan berhubungan proses yang terjadi secara stimultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi. Jadi, jika tubuh anak semakin besar dan tinggi, kepribadiannya secara stimultan juga semakin matang (Marlow, 1988 dalam Supartini, 2009). Perkembangan terjadi pada individu secara alami, karena di dalam dirinya telah terdapat komponen-komponen psikologis yang menunjang perkembangannya. Komponen psikologis dalam perkembangan individu di antaranya, psiko-kognitif, psiko-motorik dan psiko-afektif. Perkembangan merupakan suatu proses yang panjang, dan membutuhkan dorongan atau stimulus untuk berlangsungnya suatu kehidupan. (Baraja, 2008).

(28)

dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 2008).

2. Tahap-Tahap Perkembangan

Barbara (2004) membagi tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan menjadi: neonatal (0-28 hari), masa bayi (1 bulan-1 tahun),

toddlerhood (1-3 tahun), preschool (3-6 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), remaja (12-20 tahun), dewasa awal (20-40 tahun), dewasa tengah (40-65 tahun), dan dewasa akhir yang dibagi menjadi tiga, yaitu : tua awal (65-75 tahun), tua tengah (75-84 tahun), dan tua akhir (85 tahun ke atas).

Setiap anak akan melalui suatu milestone yang merupakan tahapan dari tumbuh kembang anak dan setiap tahapan mempunyai ciri-ciri tersendiri (Cecily, 2002).

Menurut Sigmund Freud, periode perkembangan dibagi 6 fase yaitu :

a. Fase oral (0-1 tahun), fase masa ini mulut merupakan central pokok keaktifan yang dinamis.

(29)

c. Fase falik (3-5 tahun), fase ini alat-alat kelamin merupakan daerah organ paling perasa.

d. Fase laten (5-12 tahun), cenderung impuls-impuls untuk berada pada kondisi tertekan

e. Fase pubertas (12-20 tahun), fase ini impuls-impuls kembali menonjol, seseorang anak akan sampai pada fase kematangan.

f. Fase genital (>20 tahun), seseorang telah sampai pada dewasa muda. Menurut H. Erikson, perkembangan anak dibagi dalam 8 tahap : a. Masa oral-sensorik yaitu masa kepercayaan vs ketidakpercayaan b. Masa anal-muskular yaitu kebebasan vs perasaan ragu-ragu c. Masa genital-locomotor yaitu inisiatif vs rasa bersalah d. Masa laten yaitu ada gairah vs rendah diri

e. Masa remaja yaitu identitas vs kekaburan peran f. Masa dewasa yaitu kemesraan vs keterasingan g. Masa dewasa muda yaitu generativitas vs kehampaan

h. Masa kematangan yaitu integritas ego vs kesedihan (Cecily, 2002).

3. Perkembangan Anak Usia Toddler

Wong (2009) menjabarkan berbagai perkembangan anak usia

toddler, adalah sebagai berikut : 1. Perkembangan motorik kasar

(30)

melebar pada jarak tertentu. Selanjutnya toddler mulai berlari akan tetapi masih mudah jatuh pada usia 18 bulan. Di usia dua tahun, koordinasi dan keseimbangan meningkat ditunjukkan dengan mampu berdiri dengan sempurna. Pada usia ini anak mampu menaiki dan menuruni tangga. Kemudian pada usia 30 bulan toddler mampu melompat dengan dua kaki, berdiri dengan satu kaki selama satu hingga dua detik, dan berjalan jinjit beberapa langkah. Memasuki akhir tahun kedua, toddler mampu berdiri dengan satu kaki, berjalan jinjit, dan menaiki tangga dengan kaki kanan dan kiri bergantian. 2. Perkembangan motorik halus

Perkembangan motorik halus toddler pun berkembang. Hal ini dilihat dari meningkatnya kemampuan pada usia 12 bulan mampu menggenggam benda yang sangat kecil tapi tidak mampu melepas sesuai keinginannya. Memasuki usia 15 bulan, toddler dapat menjatuhkan benda kecil ke dalam botol berleher sempit dan melempar serta menangkap bola. Selanjutnya, di usia 18 bulan toddler

mampu melempar bola tanpa kehilangan keseimbangan. 3. Perkembangan Kognitif

(31)

dari sudut pandang mereka sendiri. Pola berpikir intuitif dan transduktif berkembang pada tahap ini. Selain itu, imaginative thinking

juga merupakan ciri khas dari perkembangan ini (Hockenberry & Wilson, 2009 ; Wong, 2009).

4. Perkembangan Bahasa

Tabel 2.1

Perkembangan Kemampuan Bicara dan Bahasa Pada Anak Usia Perkembangan Kemampuan Bicara dan

Bahasa

1-6 bulan Menghasilkan bunyi coos yang dihasilkan dari tenggorokan

6-9 bulan Babbling

10-11 bulan Mulai mengucapkan kata dengan dua suku kata seperti mama, tanpa mengerti artinya

12 bulan Mulai mengerti arti kata mama dan mulai meniru kata dengan dua atau tiga suku kata 13-15 bulan Sudah memiliki sekitar empat sampai tujuh

kosa kata, kalimat yang disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain

16-18 bulan Memiliki hingga 10 kosakata, 20-25% kalimat yang disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain.

19-21 tahun Memiliki hingga 20 kosakaata, pembicaraan anak 50% dapat dimengerti oleh orang lain 22-24 bulan Kosakata yang dimiliki lebih dari 50, dapat

mengucapkan prase terdiri dari dua sampai tiga kata, 60-70% pembicaraan bayi dimengerti orang lain.

2-2 ½ tahun Memiliki hingga 400 kosakata, termasuk nama, prase dua hingga tiga kata, penggunaan kata ganti, 75% pembicaraan dimengerti oleh orang lain

2 ½ - 3 tahun

Mengenal usia dan jenis kelamin, menyebutkan nama tiga benda dengan benar, mengucapkan kalimat hingga lima kata, 80-90% pembicaraan dapat dimengerti orang lain.

(32)

5. Perkembangan Psikoseksual (Fase Anal)

Fokus tubuh anak berada pada area anal. Kebutuhan seksual anak berhubungan dengan fungsi eksetori. Tugas perkembangan anak pada usia toddler ini adalah belajar untuk mengatur defekasi dan urinasi. Krisis perkembangan yang sering terjadi ialah toilet training. Ketrampilan koping yang umum akan muncul temper tantrum, negativisme, bermain dengan feses dan urin, perilaku regresif, seperti menghisap ibu jari, mengeriting rambut menjadi simpul-simpul, menangis, iritabilitas dan mencibir. Peran orang tua untuk membantu anak mencapai kontinensia tanpa kontrol yang terlalu ketat atau

overpermissive.

6. Perkembangan Psikososial

Teori perkembangan psikososial anak dikemukakan oleh Erikson. Berdasarkan rentang kehidupan anak, fase perkembangan psikososial anak toddler yaitu berada pada fase autonomy vs shame and doubt

(33)

maka anak akan cenderung merasa malu-malu atau ragu (Erikson dalam Wong, 2009).

B.Perkembangan Bahasa Anak

1. Definisi Perkembangan Bahasa Anak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa didefinisikan sebagai suatu sistem lambang bunyi yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja bersama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Bicara merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Bahasa merupakan salah satu simbol dari suatu sistem yang digunakan untuk mengungkapkan suatu pengertian atau ekspresi dari pikiran atau perasaan. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, bicara, komunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya (Depkes, 2006).

Manusia memahami suatu kata dari pengalamannya. Manusia mendapatkan kosakata dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan sebagainya. Area cerebrum yang mengintegrasikan semua stimulus menjadi kemampuan berbahasa adalah area Wernicke. Area Wernicke

(34)

respirasi, serta otot untuk berbicara. Pada proses berbicara area Wernicke

memahami bahasa dan area Broca mengatur produksi suara (Hall, 2006). Perkembangan bicara secara normal dapat berlangsung sama seperti proses motorik, adaptasi dan sosialisasi. Seperti semua tingkah laku yang dipelajari, berbicara bergantung pada proses pematangan. Ada suatu periode kesiapan berbicara yaitu antara umur 9 bulan sampai 24 bulan, ketika anak menguasai kemampuan berbicara sebagai alat komunikasi (Soetjiningsih, 2008). Periode 2-4 tahun pertama menunjukkan peningkatan yang cepat dalam jumlah dan kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan perbendaharaan kata dan kontrol neuromotorik. Selama periode ini gangguan dalam kelancaran berbicara dapat lebih kelihatan (BKKBN, 2009)

2. Tipe Perkembangan Bahasa Anak

Yusuf (2007) membagi tipe perkembangan bahasa anak menjadi dua, yaitu:

a. Egosentric speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun.

(35)

mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial. Perkembangan ini dibagi kedalam lima bentuk yakni :

1) Adapted information, disini terjadi saling tukar gagasan atau tujuan bersama yang dicari

2) Critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.

3) Command (perintah), request (permintaan) dan threat (ancaman). 4) Question (pertanyaan)

5) Answer (jawaban).

Dilihat perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, maka tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap berikut ini (Berks, 2012):

1. Tahap pralinguistik atau meraban (0-1 tahun)

Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif. Pada umur ini anak mengeluarkan berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain yang ada disekitarnya sebagai uapaya mencari kontak verbal. 2. Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1-1,8 tahun)

(36)

yang menyatakan “Mobil” dapat berarti “Saya mau main mobil -mobilan”, “Saya mau ikut naik mobil sama ayah” atau “Saya minta

diambilkan mobil mainan” dan sebagainya.

3. Tahap kalimat dua kata (1,8-2 tahun)

Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang dirangkai secara tepat. Misalnya anak mengucapkan “Mobilan siapa?” atau bertanya “Itu mobilan milik

siapa?” dan sebagainya.

4. Tahap pengembangan tata bahasa awal (2-5 tahun)

Pada tahap ini anak mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak. 5. Tahap pengembangan tata bahasa (5-10 tahun)

(37)

6. Tahap kompetensi lengkap (11 tahun-dewasa)

Pada akhir masa kanak-kanak yang kemudian memasuki masa remaja dan dewasa, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan, semakin lancar, serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performasi tata bahasa terus berkembang kearah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Setiap individu berbeda dalam proses perkembangannya karena perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara herediter maupun lingkungan. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bicara tidak lepas dari faktor penyebab kelainan bicara yang melibatkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi, antara lain (Jaenudin, 2000) :

a. Karakteristik Anak 1) Umur

(38)

2) Jenis Kelamin

Keterlibatan anak dalam stimulasi keluarga mempengaruhi perkembangan bicaranya. Dalam konteks tersebut, anak laki-laki yang secara sosial budaya lebih bebas bermain dan lebih sering berada di luar rumah, menunjukan perkembangan yang lebih baik termasuk juga perkembangan bicaranya. Anak laki-laki mendapatkan tugas yang lebih bervariasi, lebih bebas dan lebih mendapat perhatian dalam bermain.

3) Status Gizi

Kekurangan asupan makanan juga dapat mempengaruhi perkembangan anak. Salah satu penjelasan hubungan tersebut ialah pengaruh kekurangan makan, terutama energi dan protein terhadap pertumbuhan dan perkembangan jaringan otak, khususnya apabila terjadi pada masa-masa kritis pertumbuhan jaringan otak. Berbagai nutrien juga mempengaruhi perkembangan jaringan otak, antara lain zinc, magnesium, besi dan yodium. Faktor gizi memegang peran yang sangat penting sebagai salah satu penunjang untuk tercapainya hasil tumbuh kembang yang optimal.

b. Karakteristik Keluarga 1) Pendidikan Ibu

(39)

mendapatkan bahwa pendidikan ibu menunjukan korelasi tinggi dengan perkembangan anak. Ibu dengan tingkat pendidikan rendah merupakan faktor resiko keterlambatan bahasa pada anaknya. Cara bagaimana orang tua mengajarkan bahasa dan memberi stimulasi mempengaruhi laju perkembangan bahasa (Wong, 2009). Seseorang yang memiliki pengetahuan dan wawasan akan secara aktif mencari informasi untuk menambah pengetahuan seperti membaca buku maupun artikel yang menyangkut perkembangan bahasa anaknya sehingga dapat mengetahui tata cara memberikan ransangan atau stimulasi verbal kepada anak (Hariweni, 2003).

2) Pekerjaan Ibu

(40)

bekerja memiliki waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengan anak dibanding ibu yang bekerja.

3) Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi atau tingkat kemakmuran keluarga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan anak. Kemiskinan berinteraksi dengan faktor gizi, yang selanjutnya kemakmuran keluarga merupakan prediktor yang kuat terhadap perkembangan anak dikemudian hari. Ada hubungan timbal balik antara rendahnya keadaan sosial ekonomi keluarga, pendidikan keluarga, kurang gizi dan gangguan perkembangan perilaku anak.

4) Jumlah Saudara

Jumlah keluarga yang besar, khususnya jumlah anak, dalam berbagai penelitian ternyata berhubungan dengan gangguan pertumbuhan, walau tidak selalu demikian. Penelitian lain menunjukan bahwa besarnya jumlah anak dalam keluarga akan mengakibatkan semakin rendahnya dukungan emosional yang diberikan orang tua terhadap anaknya, semakin rendahnya kehidupan afeksi dalam keluarga dan penyesuaian emosional pada anak dan tingkat kecerdasan anak (Soetjipto, 1989 dalam Jaenudin, 2000).

5) Lingkungan Asuhan Anak

(41)

karena lingkungan yang turut menyediakan kebutuhan anak agar dapat tumbuh dan berkembang bahkan sejak dalam kandungan (Wong, 2009). Aram (1987 dalam Jaenudin, 2000) mengatakan bahwa lingkungan sosial anak dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa. Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.

4. Tugas Perkembangan Bahasa Anak Usia Toddler

Menurut Jacken (2004), perkembangan bahasa pada anak usia 24 bulan, antara lain :

a. Dapat mengenali dan menunjukan hingga sepuluh benda di buku bergambar saat disebutkan nama benda itu

b. Menggunakan kalimat pendek dan sederhana. Mampu merangkai dua hingga tiga kata dalam satu kalimat

c. Merespon saat dipanggil namanya

d. Merespon pada arahan sederhana, misalnya “ke atas”, “ke bawah”, “miring”, “lurus”

e. Mengulang-ulang kata dan kalimat yang baru didengarnya

f. Senang dengan cerita pendek dan sederhana, kata-kata yang berirama dan lagu

(42)

h. Telah mengenali bagian tubuh dan benda-benda yang sering dilihat sehari-hari. Menunjuk ke mata, telinga, atau hidung saat ditanya i. Kosakatanya berkembang hingga kurang lebih 500 kata, mampu

menggunakan 150-200 kata

Sedangkan pada usia 36 bulan perkembangan bahasa adalah sebagai berikut :

a. Saat berbicara antara 75-80% sudah dapat dipahami secara langsung oleh lawan bicara

b. Mengucapkan namanya secara lengkap jika ditanya

c. Memahami lokasi “di atas”, “di bawah”, “di dalam” dan seterusnya d. Mulai bertanya “apa”, “siapa”, “bagaimana”, “dimana” dan

“mengapa”

e. Merangkai lima kata dalam satu kalimat, misalnya “Mama dan Papa pergi, Oma”

f. Terkadang masih mengalami kesulitan mengucapkan satu kata, bukan berarti akan tumbuh menjadi anak yang gagap. Ia hanya belum terbiasa menggunakan kata itu atau mungkin ia terlalu tergesa-gesa g. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh saat diceritakan sebuah

kisah pendek atau dibacakan sebuah buku

h. Menyukai saat dibacakan sebuah cerita secara berulang-ulang dengan kata-kata yang sama persis tanpa dirubah

i. Senang mengulang sebuah rima pendek

(43)

k. Mulai senang menyanyikan lagi-lagu bernada sederhana

l. Mengenali suara-suara yang ia dengar setiap hari. Contohnya “ck ck ck” suara cicak, “meong” suara kucing dan “guk guk” suara anjing. m. Belum mampu menjelaskan perasaannya dengan kata-kata saat

ditanya (Jacken, 2004).

5. Penilaian Perkembangan Bahasa Anak a. Definisi Penilaian Perkembangan Anak

Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan skrinning untuk mengetahui penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Skrinning hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari-hari, yang dapat memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian. Penting untuk dipahami bahwa dengan skrinning dan mengetahui adanya masalah pada perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan (Soetjiningsih, 2005).

(44)

Dibawah ini adalah alat penilaian perkembangan yang sering digunakan dalam menilai perkembangan bahasa pada anak usia

toddler, yaitu (Soetjiningsih, 2008) :

1. McCarthy Scales of Children’s Abilities

Fungsi : Indeks kognitif umum (IQ ekivalen). Skor untuk : verbal, kuantitatif, memori, motorik.

Umur : 2 ½ tahun-8 tahun.

2. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale

Fungsi : Menaksir perkembangan motorik pada tahun pertama dengan beberapa perkembangan sosial dan bahasa. Umur : 4 minggu – 3 ½ tahun

3. Yale Revised Developmental Test

Fungsi : Menaksir perkembangan motorik kasar, motorik halus, adaptif, perilaku sosial dan bahasa.

Umur : 4 minggu – 6 tahun

4. Picture-Vocabulary Subtest Stanford-Binet Test

Fungsi : Skrinning yang mudah dan cepat pada anak umur 3 atau 4 tahun tentang perbendaharaan kata-kata dan kemampuan artikulasi

(45)

5. Ammons Quick Test (Picture-Word Test)

Fungsi : Tes yang mudah dan cepat untuk mengukur kemampuan bahasa non verbal dari anak. Merupakan instrumen yang sangat baik untuk mengetahui disfasia ekspresif, dimana anak hanya bisa menunjuk benda. Catatan : Tes individu (belum distandarisasi).

6. DDST (The Denver Development Screening Test)

Fungsi : Digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak mulai umur 1 bulan sampai 6 tahun.

Umur : 1 bulan-6 tahun

7. KPSP (Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan)

Fungsi : Untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Umur : dilakukan rutin dengan jadwal pemeriksaan pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan (Depkes, 2006).

Alat/instrumen yang digunakan adalah :

- KPSP menurut umur. Kuesioner ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. - Alat bantu pemeriksaan, berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola

(46)

Cara menggunakan KPSP:

- Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa.

- Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi satu bulan. Contoh: bayi umur tiga bulan 16 hari dibulatkan menjadi empat bulan. Bila umur bayi tiga bulan 15 hari dibulatkan menjadi tiga bulan.

- Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

- KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh : “Dapatkah bayi makan

kue sendiri?”, dan perintah kepada ibu/ pengasuh anak atau

petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada

pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”. - Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut

menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/ pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

- Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ya atau tidak. Catat jawaban tersebut.

(47)

- Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. Interpretasi hasil KPSP :

- Hitunglah berapa jumlah jawaban ya. Jawaban ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. Jawaban tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh tidak tahu.

- Jumlah jawaban ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan (S).

- Jumlah jawaban ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).

- Jumlah jawaban ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

- Untuk jawaban tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

C. Keluarga

1. Definisi Keluarga

(48)

watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah (Suprijanto, 2009).

Menurut UU No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Karakteristik keluarga menurut Supartini (2009) adalah sebagai berikut :

a. Merupakan kumpulan individu yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/ hubungan darah atau adopsi.

b. Tinggal dalam satu rumah

c. Mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran sosial yang dijalankannya

d. Mempertahankan budaya

2. Bentuk-Bentuk Keluarga

Supratjo (2003), mengelompokkan keluarga menjadi beberapa bentuk, yaitu :

a. Keluarga inti

(49)

b. Keluarga besar

Keluarga ini termasuk kerabat (bibi, paman, kakek, nenek, sepupu) selain keluarga inti. Keluarga tipe ini dapat memberikan berbagai macam dukungan berdasarkan kebutuhan anggota keluarga.

c. Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga ini terbentuk karena salah satu orang tua meninggalkan keluarga inti karena kematian, perceraian, mengabaikan kelahiran anak atau pada saat seseorang yang belum menikah memutuskan untuk mengadopsi anak. Situasi perpisahan berdampak pada keluarga tipe ini. Hal ini merupakan akibat yang paling umum dari perceraian. d. Keluarga campuran

Keluarga ini dibentuk pada saat orang tua membawa anak-anak yang tidak memiliki hubungan dari hubungan yang sebelumnya ke dalam hubungan yang baru, bergabung dalam situasi kehidupan.

e. Keluarga dengan orang tua berkarir

(50)

3. Fungsi Pokok Keluarga

Menurut UU no. 10 tahun 1992 jo PP no. 21 tahun 1994 secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

1. Fungsi keagamaan

Membina norma ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga.

2. Fungsi budaya

Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.

3. Fungsi cinta kasih

Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga kedalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus menerus.

4. Fungsi perlindungan

Memenuhi rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari dalam keluarga.

5. Fungsi reproduksi

Membina hubungan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya. 6. Fungsi sosialisasi

(51)

7. Fungsi ekonomi

Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun di dalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.

8. Fungsi pelestarian lingkungan

Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan intern keluarga.

D. Panti Asuhan

1. Definisi Panti Asuhan

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) atau panti asuhan merupakan istilah yang mengacu pada semua fasilitas panti untuk anak terlantar atau anak penyandang cacat, baik milik pemerintah maupun swasta yang dikelola di rumah pribadi untuk kelompok kecil maupun di asrama. Panti asuhan untuk anak terlantar terutama mengasuh anak yatim piatu, anak yatim piatu dan anak yang orang tuanya tidak mampu mengasuh. PSAA Balita adalah suatu lembaga pelayanan sebagai pengganti fungsi orang tua untuk anak terlantar (Depsos, 2004), sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) panti asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu (Depdiknas, 2008).

(52)

masyarakat terutama organisasi keagamaan. Berdasarkan hasil studi di panti asuhan, terdapat anak yatim piatu sebanyak 6% dan anak yatim/piatu/memiliki kedua orang tua sebanyak 90%. Kebanyakan anak-anak yang masih memiliki satu atau kedua orang tua bukan ditelantarkan, tetapi ditempatkan di panti asuhan karena kesulitan ekonomi, dengan tujuan mendapatkan pendidikan yang memadai (Departemen Sosial, Save the Children & UNICEF, 2008).

2. Fungsi Panti Asuhan

Panti asuhan memiliki berbagai fungsi, yaitu : a. Sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan balita.

b. Sebagai sumber data, informasi data dan konsultasi kesejahteraan balita

c. Sebagai lembaga rujukan

d. Sebagai lembaga pengabdian masyarakat di bidang pelayanan kesejahteraan balita (Depsos, 2004).

3. Tujuan Panti Asuhan

(53)

Program penanganan anak terlantar melalui PSAA meliputi tiga jenis program (Departemen Sosial, 2010), yaitu :

a. Perlindungan

Perlindungan dalam pedoman ini adalah berbagai tindakan dan upaya yang diarahkan untuk menjamin agar semua anak mendapatkan hak-haknya serta terlindungi dari berbagai kemungkinan tindak kekerasan, penyalahgunaan anak dan eksploitasi.

b. Program pelayanan

Program pelayanan sosial di panti asuhan anak mencakup antara lain: pelayanan sosial (bimbingan sosial individu dan kelompok, konsultasi psikososial, pelayanan rujukan), pelayanan fisik (kesehatan, pemberian makanan, sandang dan tempat tinggal), pelayanan mental spiritual (kegiatan kegamaan, membentuk kelompok mengaji, diskusi keagamaan, bimbingan, pembinaan mental untuk hidup mandiri). c. Penunjang

(54)

E. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori Karakteristik anak

Riwayat keluarga yang mengalami keterlambatan

(55)

38

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini menggunakan dua variabel yang terdiri dari variabel bebas (independen), yaitu anak usia toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung, dan variabel terikat (dependen) yaitu perkembangan bahasa anak usia toddler.

Hubungan antara variabel terikat digambarkan dalam bentuk seperti pada bagan 3.1

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Anak usia toddler di RW

17 Kelurahan Pisangan

Anak usia toddler di PSAA Balita Tunas

Bangsa Cipayung

(56)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2009). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(57)

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau pengasuh tidak tahu).

1 = “Ya” (bila ibu atau pengasuh anak menjawab: anak bisa atau sering atau

Kuosioner 0 = Jika responden tinggal di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur

1 = Jika responden tinggal di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung

(58)

41

METODE PENELITIAN

Sebuah penelitian mengandung metode yang harus dilalui sebagai syarat dalam penelitian. Bab ini menguraikan beberapa cara pelaksanaan penelitian dengan menyajikan metode-metode yang digunakan serta teknik analisis untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan antara perkembangan bahasa anak usia toddler yang diasuh di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat (Nursalam, 2008).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

(59)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia toddler yang berada di wilayah RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur yang berjumlah 108 anak dan seluruh anak usia toddler di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung berjumlah 38 anak.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang di ambil. Sampel yang diambil berdasarkan kriteria. Adapun pemilihan sampel didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

1) Anak usia 1-3 tahun

2) Bersedia menjadi responden dengan persetujuan orang tua atau pengasuh.

(60)

a) Anak kandung dari sebuah keluarga inti yang diasuh oleh orang tua

b) Anak dengan ibu tidak bekerja (ibu rumah tangga) c) Pendapatan keluarga dibawah UMR Kota Tangerang

Selatan (<Rp 1.117.245/bulan) b. Kriteria Eksklusi

1) Anak dengan cacat kongenital (Sindrom Down,

Palatoschizis, Labioschisis dan kelainan genetik lain). 2) Anak yang lahir prematur.

3) Memiliki riwayat penyakit yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa (otitis media, tuli dan gangguan penglihatan berat).

Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis beda dua proporsi. Penelitian menggunakan rumus :

n = [Z 1-α/2 √2P (1-P) + Z 1-β √ P1 (1-P1) + P2 (1-P2)]2

Keterangan :

n : besar sampel minimum

Z 1-α/2 : derajat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan (α) 5%

Z 1-β : kekuatan uji 80% (0,84) dan perbedaan secara klinis (β) 20 %

(61)

P1 : proporsi perkembangan bahasa anak batita berdasarkan DDST II dengan tingkat perkembangan kurang yaitu 11,1% (Agustina, 2012)

P2 : proporsi perkembangan bahasa anak batita berdasarkan DDST II dengan tingkat perkembangan baik yaitu 39,7% (Agustina, 2012)

P : (P1 + P2 / 2)

Jadi sampelnya adalah :

n = [1,96√2(0,254)(1-0,254) + 0,84√ (0,111)(1-0,111) + (0,397)(1-0,397)]2

n = (1,206 + 0,419) 2 / 0,0817 n = 2,6406 / 0,0817

n = 32,3 ≈ 32 orang

Penelitian ini menggunakan uji beda dua proporsi maka jumlah sampel dikalikan dua, sehingga sampel yang terpilih sebanyak 64 orang. Peneliti juga mengantisipasi apabila terjadi data yang mengurangi kelengkapan dengan menambah jumlah sampel sebanyak 10 % dari jumlah responden yang sebenarnya (Hidayat, 2008), dengan perhitungan sebagai berikut :

10 % x 64 = 6,4 ≈ 6 orang

(62)

Pada pelaksanaannya, pengumpulan data melibatkan 70 sampel. Sampel diambil dari keseluruhan populasi yang memenuhi kriteria inklusi di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung yang berjumlah 34 anak dan dari RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur yang berjumlah 36 anak dengan menggunakan teknik purposive sampling.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan instrumen penelitian yang terdiri dari dua bagian, antara lain :

1. Kuesioner A1 berisi pertanyaan tentang identitas responden yang berada di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung berupa nama inisial anak, jenis kelamin, tanggal lahir anak, alamat tempat tinggal, nama inisial pengasuh.

2. Kuesioner A2 berisi pertanyaan tentang identitas responden yang berada di RW 17 berupa nama inisial anak, jenis kelamin, tanggal lahir anak, alamat tempat tinggal, nama inisial ibu, status bekerja ibu dan pendapatan keluarga per bulan.

(63)

perkembangan bicara & bahasa untuk mengukur kemampuan perkembangan bahasa pada anak usia toddler (Depkes, 2006).

Interpretasi hasil KPSP meliputi:

a. Jawaban ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

b. Jawaban tidak , bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh tidak tahu. KPSP aspek perkembangan bahasa & bicara untuk anak umur 12,

15, 18, 21, 24, 30 dan 36 (bulan):

Tabel 4.1

KPSP Aspek Perkembangan Bicara & Bahasa Untuk Anak Umur 12, 15, 18, 21, 24, 30 dan 36 (bulan).

12 bulan

1. Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, misalnya: “ma-ma”, “da-da” atau “pa-pa”.

Jawab Ya bila ia mengeluarkan salah satu suara tadi. 2. Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu

kata-kata yang lengkap).

Apakah ia mencoba meniru menyebutkan kata-kata tadi? 15 bulan

3. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia

memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama” jika memanggil/melihat ibunya?

Jawab Ya bila anak mengatakan salah satu diantaranya. 18 bulan

4. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia

memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama” jika memanggil/melihat ibunya?

Jawab Ya bila anak mengatakan salah satu diantaranya. 21 bulan

5. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”?

24 bulan

(64)

yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama”?

7. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut atau bagian badan yang lain)?

8. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta?

30 bulan

9. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut atau bagian badan yang lain)?

10. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta?

11. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta minum”, “mau tidur” ?

“Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.

12. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa bantuan?

36 bulan

13. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta minum”, “mau tidur” ?

“Terimakasih” dan “Dadag” tidak ikut dinilai.

14. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa bantuan?

(65)

perintah berikut ini :

“Letakkan kertas ini di lantai”. “Letakkan kertas ini di kursi”. “Berikan kertas ini pada ibu”.

Dapatkah anak melaksanakan perintah tadi?

E. Teknik Pengujian Instrumen

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Saryono, 2011). Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Bila sudah ada instrumen pengumpul data yang standar, maka bisa digunakan oleh peneliti (Saryono, 2011). Alat pengukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah lembar KPSP. Lembar KPSP merupakan alat pengukur yang sudah baku untuk mengukur perkembangan anak dan dijadikan pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak (Depkes, 2006), sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

(66)

penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan data dilakukan di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa Cipayung dengan prosedur berikut : a. Peneliti membuat surat permohonan ijin penelitian dari Program Studi

Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Kepala Bagian Kesatuan, Kebangsaan dan Politik (Kesbangpol) Walikota Jakarta Timur, Kepala Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa Cipayung, dan Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan.

b. Surat pengantar dikeluarkan Bagian Kesbangpol Walikota Jakarta Timur sekitar 7-8 minggu setelah penyerahan surat permohonan ijin penelitian. Kemudian diteruskan ke bagian Tata Pemerintahan untuk diproses. Setalah 3 minggu surat ijin penelitian langsung diberikan kepada PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung.

c. Menyerahkan surat perijinan ke Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur kemudian diteruskan ke Ketua RW 17.

d. Pengumpulan data dilakukan dengan seijin dari Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan dan Kesbangpol Walikota Jakarta Timur. Pengumpulan data dengan terlebih dahulu meminta persetujuan kepada orang tua dan kepala bidang keperawatan Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa Cipayung mengenai anak yang akan dilibatkan dalam penelitian. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar KPSP aspek perkembangan bicara & bahasa.

(67)

jaminan kerahasiaan responden dan penelitian tidak akan berdampak negatif pada responden.

f. Setelah penjelasan diberikan dan responden memahami tujuan dan cara penelitian ini berlangsung, orang tua atau pengasuh responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent)

sebagai responden dalam penelitian ini.

g. Melakukan pemeriksaan perkembangan anak usia toddler berdasarkan KPSP aspek perkembangan bicara & bahasa. Informasi dari responden dalam penelitian ini dijaga kerahasiaannya.

h. Jelaskan pada ibu/pengasuh agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

i. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut dalam kuesioner.

(68)

G. Pengolahan Data

Hidayat (2008) mengungkapkan bahwa dalam penelitian terdapat langkah-langkah pengolahan data yang harus ditempuh. Adapun tahap-tahap pengolahan data meliputi:

1. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kegiatan yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan dari sisi kelengkapan, relevansi, dan konsistensi jawaban.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Dalam coding, data yang berbentuk huruf diubah menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kemampuan anak dalam aspek perkembangan bahasa anak dinilai dengan “tidak” diberi kode “0” dan “ya” diberi kode “1”. Lingkungan tempat tinggal anak diberi kode “0”

jika anak tinggal di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan kode “1” jika anak tinggal di PSAA Balita Tunas Bangsa

Cipayung. 3. Entry

(69)

base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi. Program untuk analisa data yaitu SPSS versi 20.

4. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan teknik analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.

H. Analisis Data

Setelah dilakukan proses pengolahan atau manajemen data, langkah selanjutnya adalah melakukan proses analisis data. Tujuan analisis data adalah agar yang dikumpulkan memiliki arti yang dapat berguna untuk mengatasi masalah kesehatan. Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini analisis univariat yang digunakan yaitu karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin anak ,usia anak dan alamat tempat tinggal anak.

2. Analisis Bivariat

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.1  KPSP Aspek Perkembangan Bicara & Bahasa Untuk Anak
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Pada Anak Usia Toddler di RW 17
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran umum hasil pelaksanaan dalam periode Semester I Tahun.../Akhir Tahun Anggaran... Gelagat perkembangan kasus pertanahan dalam

Pembiayaan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) ini bisa disamakan dengan belanja pembangunan karena digunakan untuk mendanai peningkatan kwalitas pelayanan publik

memilki sikap yang lebih baik lagi. d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru. e) Adoption , individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap dan

Hasil pengukuran pencarian citra dengan metode recall dan precision diatas 0.8 dari rentang nilai 0 sampai dengan 1, hal ini menunjukkan bahwa sistem sudah bisa memberikan

Bahan makanan yang ditetesi dengan reagen biuret dan mengocoknya, berubah warna menjadiungu, maka bahan makanan tersebut mengandung protein.bahan makanan yang didenan

Asumsi dasar penelitian ini bahwa pemahaman mengenai amar makruf nahi mungkar masih belum dipahami dengan benar oleh sebagian masyarakat dan implementasinya masih

Karena harga t hitung lebih besar dari t kritis (13,86&gt;2,68), maka ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan hasil belajar siswa dalam menyusun struktur

4 Sumber data primer berupa kata-kata dan tindakan terkait dengan fokus penelitian yang diperoleh secara langsung dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses penelitian,