• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH MODEL EXPERIANTAL LEARNING BERBASIS OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP KELAS VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL ILMIAH PENGARUH MODEL EXPERIANTAL LEARNING BERBASIS OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP KELAS VII"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fivri Desviani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH MODEL EXPERIANTAL LEARNING BERBASIS OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF SISWA SMP KELAS VII

OLEH FIVRI DESVIANI

NIM A1C211073

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

(2)

Fivri Desviani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 2

PENGARUH MODEL EXPERIANTAL LEARNING BERBASIS OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF SISWA SMP KELAS VII

Oleh :

Fivri Desviani 1), Kamid 2), Dewi Iriani 3) 1

) Alumni Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2

) dan 3) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Email : 1) danish.nurprianto15@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan berfikir kreatif ini salah satunya dipengaruhi oleh pembelajaran dikelas. Pembelajaran matematika dikelas masih banyak yang menekan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berfikir kreatif siswa. Banyak model yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika salah satunya adalah model pembelajaran Experieantal Learning. Dengan pembelajaran ini siswa tidak hanya belajar tentang kosep belaka melainkan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan suatu pengalaman.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Sampel Penelitian ini adalah siswa Kelas VIID dan VII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F sebagai kelas kontrol dimana untuk penilaian berpikir kreatif matematis masing-masing kelas sampel diberi post test. Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Analisis data untuk mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tulisan pada kelas eksperimen terhadap kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari uji t nilai post test kemampuan berpikir kreatif matematis dan hasil lembar observasi ketiga kelas. Pada kelas eksperimen I dan kelas kontrol perhitungan didapatkan thitung > ttabel yaitu 1,7414 > 1,6699 dan rata-rata aspek kemampuan komunikasi matematis lisan siswa yaitu 3,35 > 3,22 Sehingga rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pembelajaran Experiental Learning dengan pendekatan Open-Ended lebih tinggi dari kemampuan berpikir kratif siswa dengan menggunakan pembelajaran langsung. Pada kelas eksperimen II dan kelas kontrol perhitungan kemampuan komunikasi tulisan didapatkan thitung > ttabel yaitu 1,7893 > 1,6684 dan rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu 3,24 > 3,22 sehingga rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pembelajaran Experiental Learning dengan pendekatan Open-Ended lebih tinggi dari kemampuan berpikir kreatif siswa dengan pembelajaran langsung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Experiental Learning berbasis pendekatan

Open-Ended berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Experiental Learning, Pendekatan Open-Ended, Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

(3)

Fivri Desviani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 3

PENGARUH MODEL EXPERIANTAL LEARNING BERBASIS OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF SISWA SMP KELAS VII

Oleh :

Fivri Desviani 1), Kamid 2), Dewi Iriani 3) 1

) Alumni Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2

) dan 3) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Email : 1) danish.nurprianto15@gmail.com

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Setiap manusia tentu meng-inginkan hidup yang sejahtera dan seimbang. Untuk mencapai kehidupan yang diinginkan tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang ber-kualitas, yaitu sumber daya manusia yang mampu mengembangkan ptensi yang ada pada dirinya dan mem-punyai pola pikir maju. Masyarakat yang berkualitas dapat melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam ilmu penge-tahuan dan teknologi, politik, pem-bangunan, sains dan sebagainya. Salah satu upaya yang dapat di-lakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah. Oleh karena itu, kemajuan dalam dunia pendidikan perlu mendapatkan perhatian khusus.

Dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pen-didikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi meng-embangkan kemampuan dan mem-bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men-cerdaskan kehidupan bangsa. Pe-ndidikan bertujuan untuk meng-embangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Matematika merupakan cara at-au metode berfikir dan bernalar, ba-hasa lambang yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya, seni, seperti pada musik penuh simetri, pola, dan irama yang dapat meng-hibur, alat bagi pembuat peta arsitek, navigator luar angkasa, pe-mbuat me-sin, dan akuntan (Hamzah dan Muh-lisrarini, 2014:48). Dengan belajar matematika seseorang terlatih dalam menggunakan akal pikirnya.

Pembelajaran matematika me-rupakan bagian penting pembelajaran sekolah. Mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang selalu diikutsertakan dalam ujian nasional. Di dalam kehidupan sehari-haripun kita tidak terlepas dari aktivitas matematika.

Sesuai dengan peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengenai Standar Kompetensi Kelulusan pada mata pelajaran ma-tematika untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, telah dipaparkan bahwa salah satu tujuan mata pe-lajaran matematika adalah untuk me-mbekali peserta didik dengan

(4)

Fivri Desviani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 4 kemampuan berfikir logis, analitik,

sistematis, kritis, dan kreatif serta ke-mampuan bekerja sama. berdasarkan tujuan tersebut terlihat bahwa ke-mampuan berfikir kreatif merupakan salah satu poin penting dalam pe-laksanaan pembelajaran matematika.

Berfikir kreatif termasuk dalam kategori berfikir tingkat tinggi. Gu-ilford (Munandar, 1999:45) meng-ungkapkan bahwa berfikir kreatif se-bagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan pen-yelesaian terhadap suatu masalah. Semakin banyak dan beragam ke-mungkinan penyelesaian masalah yang diberikan seseorang maka semakin kreatiflah orang tersebut, namun tentu saja kemungkinan penyelesaian tersebut haruslah tepat dan benar sesuai permasalahan.

Kemampuan berfikir kreatif merupakan hal penting yang perlu dimiliki setiap orang, dengan berfikir kreatif seseorang dapat mewujudkan dirinya melalui berbagai karya, baik berupa gagasan, ide, maupun suatu produk. Seseorang yang memiliki ke-mampuan berfikir kreatif akan men-jadi pribadi yang unggul di ke-hidupannya, tidak hanya dalam pem-belajaran tetapi juga dalam ber-masyarakat. Kemampuan berfikir kre-atif inilah sebagai alat yang mem-ungkinkan manusia meningkatkan ku-alitas hidupnya terutama dalam era pembangunan seperti sekarang ini, kesejahteraan dan kejayaan mas-yarakat dan Negara kita bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru dan teknologi baru dari anggota ma-syarakatnya.

Kemampuan berfikir kreatif dalam matematika kemudian dikenal ke-mampuan berfikir kreatif matematis

yang merupakan kemampuan yang perlu ada pada diri siswa untuk men-ganalisis permasalahan matematika dari berbagai sudut pandang mudian menyelesaikan dengan ke-mungkinan banyak solusi dan serta melahirkan ide-ide kreatif dan banyak gagasan. Kenyataan kemampuan ma-tematika siswa Indonesia ini belum menunjukan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari studi PISA (Program for International Student Assesment) tahun 2012 yang me-nunjukan bahwa kemampuan ma-tematika anak Indonesia masih berada di bawah rata-rata (PISA, 2012:5). Berfikir kreatif merupakan bagian dari penalaran, dalam penalaran di-kategorikan didi-kategorikan dalam ber-fikir dasar (basic), berfikir kritis ( cr-itical) dan berfikir kreatif (creative) (Munandar, 1999:56). Ber-dasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berfikir kreatif matematis siswa masih rendah.

Rendahnya kemampuan berfikir kreatif ini salah satunya dipengaruhi oleh pembelajaran di kelas. Pembe-lajaran matematika di kelas masih banyak yang menekan pemahaman siswa tanpa melibatkan kemampuan berfikir kreatif. Siswa tidak diberi ke-sempatan menemukan jawaban atau-pun cara yang berbeda dari yang su-dah diajarkan oleh guru. Guru sering tidak membiarkan siswa meng-konstruk pendapat atau pema-hamannya sendiri terhadap konsep matematika (Siswono, 2008:27). Hal ini berarti pembelajaran lebih men-ekankan pada hafalan siswa dan siswa hanya membuat satu jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan, si-swa cenderung menyelesaikan sesuai dengan cara yang telah diajarkan oleh guru atau hanya dengan mengikuti

(5)

Fivri Desviani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 5 langkah-langkah yang ada pada buku

paket. Gurupun kurang mampu meng-arahkan dan memotivasi siswa untuk mengaitkan masalah matematika, akibatnya siswa tidak menemukan makna dari apa yang telah dipelaja-rinya.

Salah satu pendekatan yang lebih memfasilitasi aktivitas dan krea-tivitas peserta didik adalah pen-dekatan open-ended. Pendekatan ini menyajikan masalah yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu sehingga peserta didik dimungkinkan untuk memperoleh pe-ngetahuan atau pengalaman mene-mukan, mengenali dan mem-ecahkan masalah dengan beberapa cara, sesuai dengan kemampuan masing-masing (Japar, 2009:2).

Banyak model yang dapat di-gunakan dalam pembelajaran mate-matika salah satunya adalah model pembelajaran experiental learning. Dengan pembelajaran ini, siswa tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini dikarenakan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman.

Dalam pembelajaran experiental learning, pengalaman digunakan se-bagai katalisator untuk menolong sis-wa mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pem-belajaran sehingga siswa terbiasa berfikir kreatif. Belajar dari pen-galaman memberikan pelajaran ke-pada siswa untuk lebih luas dalam menentukan solusi untuk menye-lasaikan permasalahan matematika, karena siswa telah mendapatkan ber-bagai macam permasalahan di ling-kungan yang menjadi suatu peng-alaman siswa.

Model pembelajaran experiental learning memberikan kesempatan ke-pada siswa untuk berfikir secara man-diri menemukan suatu pengetahuan dengan dibantu guru sebagai fasi-ltator, kemudian terciptalah ide atau gagasan baru berdasarkan konsep-konsep yang telah didapatkan serta si-swa dapat menemukan kemungkinan banyak jawaban dari suatu perma-salahan yang diberikan.

Model pembelajaran ini dapat digunakan bersamaan dengan pend-ekatan terbuka (open-ended problem). Penggunaan kombinasi ini diharapkan proses pembelajaran yang ada dapat mendorong peserta didik dalam me-ngembangkan kemampuan berfikir kreatif matematis sehingga tujuan pe-mbelajaran matematika dapat tercapai secara optimal.

Dari uraian di atas, penulis me-lakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran

Experiental Learning Berbasis Pe-ndekatan Open-Ended Problem Ter-hadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 22 Kota Jambi”.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode ekperimen dengan meng-gunakan suatu pendekatan kuantitatif. Arikunto (2014:9) menyatakan bahwa penelitian eksperimen dilakukan unt-uk melihat akibat suatu perlakuan, Penelitian dilakukan di SMP Negeri 22 Kota Jambi. Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen murni (True Experiment) dan menggunakan 2 kelompok dimana salah satunya merupakan kelompok eksperimen dan yang lainnya merupakan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen

(6)

di-Fivri Desviani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 6 berikan treatment berupa penggunaan

model pembelajaran experiential learning berbasis pendekatan open-ended pada materi aritmatika sosial, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Pada proses pe-nelitian ini dilihat aktivitas serta hasil belajar siswa dari setiap kelompok.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi tahun ajaran 2016/2017, den-gan teknik penentuan sampelnya me-nggunakan teknik simple random sampling. Data penelitian dikumpul-kan menggunadikumpul-kan tes hasil belajar matematika setelah diberikan per-lakuan pada masing-masing kelas sampel. Rancangan penelitian ini me-liputi tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir.

Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan: menngambil nilai ulangan siswa kelas VII SMP Negeri 22 Kota Jambi, menyiapkan rpp dan mem-persiapkan pembelajaran dengan model Experieantal learning berbasis

open-ended pada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung pada kelas kontrol. Tahap pelaksanaan, pada kelas eksperimen dilakukan pe-nerapan model experieantal learnig

berbasis open-ended sedangkan kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan pendekatan langsung.

Pada tahap akhir, dilaksanakan

posttest terhadap ketiga kelas sampel, kemudian hasil yang didapat di-analisis dan akan didapatkan kesim-pulan penelitian. Sebelumnya, data terlebih dahulu diuji normalitas dengan uji Lilliefors dan uji homo-genitas dengan uji Bartlett, sebagai prasyarat sebelum masuk ketahap analisis data.

Selanjutnya uji hipotesis yang digunakan adalah uji lanjut t, yaitu

untuk menguji apakah terdapat pen-garuh yang nyata dari variabel be-basnya terhadap variabel terikatnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Kota Jambi, dengan mengambil 3 kelas sampel dari 7 kelas populasi, dimana kelas VII D sebagai kelas eksperimen I, kelas VII E sebagai kelas eksperimen II dan kelas VII F sebagai kelas kontrol. Kelas sampel yang terpilih telah mewakili seluruh populasi yang ada (repre-sentatif), artinya kelas sampel yang terpilih berdistribusi normal, homo-gen, dan memiliki kesamaan rata-rata yang dipilih menggunakan teknik random sampling.

Analisis terhadap uji norma-litas, homogenitas dan kesamaan rata-rata populasi ini menggunakan nilai mentah ulangan matematika siswa. Analisis uji normalitas terhadap populasi dilakukan dengan meng-gunakan uji Lilliefors. Dari uji

Lilliefors tersebut didapatkan semua kelas memenuhi kriteria L0 < Ltabel. Selanjutnya dilakukan uji homo-genitas variansi terhadap kelas populasi dengan uji Bartlett dan diperoleh hasil

yaitu 0,4594335277688 < 5,99

sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuh kelas mempunyai variansi homogen. Kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dan diperoleh Fhitung < Ftabel yaitu 0,0508006785 < 3,09. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika siswa ketujuh kelas tersebut tidak berbeda secara signifikan.

Instrumen hasil belajar yang di-gunakan berupa posttest, dan lembar

(7)

Fivri Desviani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 7 observasi. Sebelumnya soal posttest

diuji cobakan diluar kelas sampel yaitu kelas VIII C. Uji coba soal po-sttest dilakukan untuk mendapatkan soal yang layak di-gunakan sebaga data dalam penelitian. Hasil uji coba tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba posttest

Kriteria Jumlah Soal

Terlalu Sukar -

Sukar -

Sedang 5

Mudah -

Terlalu Mudah -

Berdasarkan tabel analisis ti-ngkat kesukaran diatas, didapatkan soal yang akan diuji kan ke kelas sampel semua berada pada kategori sedang.

Tabel 2

Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba posttest

Kriteria Jumlah Soal

Sangat Buruk -

Buruk -

Cukup 5

Baik -

Sangat Baik -

Berdasarkan tabel analisis daya beda uji coba soal diatas, pada soal

posttest semua soal berada pada kategori cukup.

Selanjutnya, reliabilitas untuk soal posttest diuji dengan rumus alpha, diperoleh r11 = 0,5574. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas tes hasil belajar yang dijadikan instrumen untuk soal posttest dalam penelitian adalah sangat tinggi, dan semua soal uji coba tersebut dapat digunakan dalam penelitian sebagai soal posttest.

Setelah soal posttest diberikan maka didapatkan hasil sebagai be-rikut:

Tabel 3 Hasil posttest

Kelas Rata-rata Simp. Baku

Eksperimen I 76,09 16,20 Eksperimen II 73,28 16,14 Kontrol 69,84 15,98

Setelah data didapatkan, maka hasil tes tersebut di uji kembali normalitas, homogenitas dan kesa-maan dua rata-ratanya (uji hipotesis).

Tabel 4

Hasil uji normalitas nilai posttest

Uji Liliefors Posttest

Eks I Eks II Kontrol

Lhitung 0.0662 0.1022 0.1046

Ltabel 0,1566 0,1566 0,1566 Keterangan Berdistribusi Normal

Dari tabel di atas terlihat bahwa Lo < Ltabel. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil

posttest kedua kelas sampel ber-distribusi normal pada taraf ke-percayaan 95%.

Tabel 5

Hasil uji homogenitas nilai posttest

Uji homogenitas Posttest

0,05

3,09

Keterangan Homogen

Dari tabel di atas terlihat bahwa

< . Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest ke-dua kelas sampel mempunyai variansi homogen pada taraf kepercayaan 95%.

Setelah didapat hasil belajar pada kelompok sampel normal dan homogen pada taraf kepercayaan 95%, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis terhadap data posttest. Dari hasil perhitungan diperoleh:

= 3,096633 dan =

1,670567 dengan ya-itu , maka tolak

(8)

Fivri Desviani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 8 H0 dan terima H1. Jadi dapat

di-simpulkan bahwa rata-rata hasil be-lajar matematika siswa melalui model

experieantal learning berbasis open-ended lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa me-lalui pembelajaran langsung.

Pembahasan Penelitian

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa dengan model pembelajaran Experiental Learning berbasis Pendekatan Open-Ended di Kelas Eksperimen

Pada kelas eksperimen pem-belajaran menggunakan model Ex-periantal Learning berbasis pen-dekatan Open-Ended, untuk itu pada setiap pembelajaran mengandung tahapan-tahapan yang terdapat pada model Experieantal Learning. Pem-belajaran ini dimulai pada tanggal 10 November 2016. Siswa belajar de-ngan melalui tahap-tahap pem-belajaran pada model Experieantal Learning yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap pengalaman konkrit, tahap aktif-reflektif, tahap konseptu-alisasi, dan tahap eksperimentasi aktif.

Pada tahap pengalaman konk-rit siswa secara berkelompok di-hadapkan pada suatu pengalaman-pengalaman nyata yang harus dilalui selama proses pembelajaran, peng-alaman tersebut sesuai dengan materi yang diajarkan. Pada pelaksanaannya siswa dibantu dengan adanya LKS, pada LKS tersebut terdapat langkah-langkah pembelajaran yang harus dilalui siswa. Dalam tahap ini guru membimbing siswa dalam pengerjaa-nnya, karena disekolah tersebut siswa masih mengira bahwa LKS

me-rupakan lembar kerja yang isinya berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, berbeda dengan LKS yang diberikan peneliti, serta siswapun tidak terbiasa belajar melalui pengalaman, maka dari itu peneliti harus senantiasa mem-bimbing siswa agar pengalaman yang didapatkan oleh siswa dapat ber-makna dan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatifnya.

Tahap selanjutnya aktif-reflektif,pada tahap ini siswa secara individu diberi kesempatan untuk melihat dan memikirkan pengalaman yang telah dilaluinya, guru mens-timulus siswa melalui kegiatan tanya jawab, sehingga pada tahap ini semakin dalam siswa memahami pengalaman yang telah dilaksanakan, semakin baik pula persiapan diri siswa untuk mengikuti pembelajaran pada tahap konseptualisasi.

Tahap ketiga, yaitu tahap konseptualisasi, pada tahap ini guru membimbing siswa untuk mampu menemukan sebuah konsep ber-dasarkan pengalaman yangtelah di-alamainya dalam pembelajaran. Guru membimbing siswa agar siswa mam-pu mengemukakan pendapatnya. Se-rta membimbing siswa pada tahap ab-straksi untuk menemukan konsep sesuai materi yang dipelajari.

Tahap terakhir yaitu tahap ek-sperimentasi aktif,pada tahap terakhir siswa secara berkelompok diberi tu-gas untuk menjawab soal yang mem-butuhkan penyelesaian menggunakan konsep yang telah ditemuka, soal yang diberikan merupakan soal-soal yang membimbing siswa untuk dapat berpikir kratif.

Adapun cara untuk mengetahui bagai-mana peningkatan kemampuan ber-pikir kreatif matematis dengan model

(9)

Fivri Desviani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 9

experiantal learning berbasis pen-dekatan open-ended yaitu sebagai berikut.

a. Mendapatkan Data Nilai

Pretest

Cara untuk mendapatkannya yaitu siswa diberikan soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis berjumlah 5 butir soal. Setelah data nilai didapatkan, adapun rerata nilai yang diperoleh yaitu sebesar 23,9. Tujuan dari analisis nilai rerata ini yaitu untuk mengetahui rerata kemampuan berpikir kreatif matematis awal siswa pada kelas eksperimen.

b. Melaksanakan Pembelajaran dengan model experieantal learning berbasis Pendekatan

Open-Ended

Siswa diberikan perlakukan berupa pembelajaran matematika dengan model experieantal learning berbasis pendekatan open-ended sebanyak empat kali pertemuan secara terus menerus. Adapun alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran yaitu 3 x 40 menit untuk pertemuan ke-1 dan ke-2 dan 2 x 40 untuk pertemuan ke-3 dan ke-4.

c. Posttest

Guru memberikan posttest kepada siswa. Adapun nilai rerata posttest

siswa yang diperoleh dari hasil analis data nilai posttest yaitu sebesar 69,84. Diketahui selisih kedua nilai yaitu rerata pretest-posttest adalah 45,94. Nilai selisih tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang cukup tinggi pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa setelah diberikannya pembelajaran matematika dengan menggunakan model experieantal learning berbasis pendekatan open-ended. Untuk mem-buktikannya, maka dilakukanlah uji nilai gain dan rerata gain.

Ber-dasarkan uji N-gain diperoleh hasil yaitu 8 orang siswa mengalami peni-ngkatan dengan kategori tinggi, 24 orang siswa dengan kategori se-dang dan tidak ada siswa berkategori rendah. Adapun rerata N-gain nilai kemampuan berpikir kreatif ma-tematis siswa pada kelas eksperimen berada pada kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model

experieantal learning berbasis pen-dekatan open-ended dapat meni-ngkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa de-ngan menggunakan model expe-rieantal Learning berbasis pend-ekatan open-ended memiliki gain dengan kelas eksperimen I kategori tinggi sebanyak 17 orang, gain de-ngan kategori sedang sebanyak 15 orang, dan tidak ada gain dengan ka-tegori rendah. Adapun rerata gainnya adalah 76,09. Untuk kelas eksperimen II kategori tinggi sebanyak 14 orang, gain dengan kategori sedang 16 or-ang, dan gain dengan kategori rendah sebanyak 2 orang, adapun rerata ga-inya adalah 73,28. Dan untuk kelas kontrol kategori tinggi sebnayak 8 orang, gain dengan kategori sedang sebanyak 24 orang, dan tidak ada gain dengan kategori rendah, dengan rerata kelas kontrol adalah 69,84.

Peningkatan kemampuan ber-pikir kreatif matematis siswa yang menggunakan model experiantal learning berbasis pendekatan open-ended lebih baik daripada pendekatan konvensional.

(10)

Fivri Desviani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 10

Saran

1. Guru diharapkan menerapkan model pembelajaran Experi-ental Learning dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Karena model pem-belajaran Experiental Lear-ning dalam pembelajaran ma-tematika dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh men-jadi lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar yang menggunakan model pem-belajaran pempem-belajaran lang-sung.

2. Penelitiannya melakukan pe-nelitian ini pada satu pokok bahasan, jadi peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya jika ingin meneliti dilakukan pada pokok bahasan lainnya dan dapat membandingkan dengan model pembelajaran lain atau model pembelajaran baru lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Afgani, Jarnawi. 2011. Pendekatan Open-Ended dalam Pem-belajaran Matematika. Ma-kalah Seminar Nasional PMIPA UNJ 23 Maret 2010.

Anggara, P dan Andi Komang. 2010.

Pengaruh Model

Pem-belajaran Experiential Ter-hadap Konsep Diri Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas XSMA Negeri 4 Singaraja. UNIMED. Medan.

Anggereini, Evita. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran

Expe-rential Learning dan Peng-etahuan Tentang Lingkungan Ekosistem terhadap Perilaku Berwawasan Lingkungan (R-esponsible Environmental B-ehavior) Siswa. Disertasi. Universitas Negeri Jakarta Arikunto, S. 2008. Prosedur

Pen-elitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Ak-sara.

Beard, Colin and Jhon P. Wilson. 2006. Experential Learning (Second Edition). London: British Library Cataloguing in Publishing.

Fien, J. 1997. Learning for A Sustaineble Environment: A Professional Development Guide for Teacher Edu-cators. Bangkok: Griffith University, Brisbane

Hake, R. 1999. Analyzing Chan-ge/Gain Score. Indiana: Indiana University

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pem-belajaran Abad 21. Bogor : Galia Indonesia.

Huda, C. 2011. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika dengan Model Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

PemberianASI secara statistik memi- liki pengaruh yang signifikan terhadap per- kembangan bayi dengan nilai OR 6,000 yang artinya ibu yang memberikanASI tidak eksklusif beresiko

Dalam rangka pencairan BOP RA Semester 1 Tahun 2016 dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ponorogo, bersama ini kami mohon kepada Kepala RA untuk mengumpulkan

Bảo vệ các nguồn nước Tương ứng tiêu

Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep

Friction loss along the pipe, and momentum loss through diameter changes and corners take head (energy) out of a system that theoretically

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar

Selain itu, pada sistem saraf pusat terdapat juga Jembatan varol (ponds varoli) yang tersusun atas serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses