• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan prasekolah (preschool) adalah pendidikan untuk membantu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan prasekolah (preschool) adalah pendidikan untuk membantu"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Pendidikan prasekolah (preschool) adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar (Hegner & Caldwell, 2003). Pada masa prasekolah terjadi peningkatan pertumbuhan serta perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan kognitif, pada fase ini anak lebih suka bermain dan mencari tahu banyak hal baru (Hidayat, 2008).

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia empat sampai enam tahun dimana anak pada masa ini telah mencapai kematangan dalam berbagai macam fungsi motorik dan diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosio emosional (Silalahi, 2005). Menginjak periode prasekolah, anak sudah dapat dididik secara langsung, yaitu melalui pembiasaan kepada hal yang baik. Bimbingan ke arah pembiasaan ini dilaksanakan melalui belajar sambil bermain yang berupaya memberikan pengajaran yang menarik dan tidak membosankan. Anak-anak pada kelompok usia ini perlu untuk memulai aktivitas-aktivitas fisik dan intelektual agar dapat lebih kompeten dalam melakukan hal-hal baru dalam kehidupannya (Hegner & Caldwell, 2003).

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Masalah kematian anak pun bukan menjadi hal yang dapat diabaikan lagi. Anak-anak, terutama bayi, lebih rentan

(2)

terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat, sehingga hal ini menjadi tujuan keempat Millenium Development Goals (MDGs) untuk mengurangi jumlah kematian anak (Lundine, Hadikusumah, & Sudrajat, 2013).

World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyatakan bahwa terdapat 11 penyebab kematian anak usia di bawah lima tahun di Indonesia, dimana diare menduduki peringkat kedelapan. Di dunia, diare hampir mencapai 1,3 juta kematian per tahun untuk anak di bawah lima tahun, yang menyebabkan diare menjadi penyebab kedua kematian anak di seluruh dunia (UNICEF, 2009). Di Indonesia, diare merenggut nyawa sekitar 6% dari jumlah total anak di Indonesia (WHO, 2012). Diare adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari, atau lebih sering dari biasanya bagi seorang individu. Meskipun sebagian besar diare yang terjadi pada anak termasuk ringan, pada kasus akut dapat menyebabkan kehilangan cairan terus menerus hingga dehidrasi, yang dapat menyebabkan kematian atau konsekuensi berat lainnya (UNICEF, 2009).

Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013 menyatakan bahwa terdapat 86.493 kasus diare dimana Bangli menjadi salah satu kabupaten dengan prevalensi diare tertinggi dengan jumlah perkiraan kasus 4.708 kasus per 220.000 penduduk Bangli atau sekitar 2,14% dari total jumlah penduduk Bangli. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, pada bulan Januari sampai November tahun 2014 dari 12 desa terdapat 945 kasus diare yang terjadi pada anak usia 0-4 tahun, dan Desa Bangli Utara menjadi salah satu desa dimana kejadian diare pada anak setiap bulannya meningkat.

(3)

Hal terpenting dalam penatalaksanaan penyakit diare adalah upaya preventif. Salah satu upaya preventif yang paling mudah dilakukan adalah dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (PCTPS). Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mempromosikan kegiatan cuci tangan, salah satunya dengan peluncuran Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS). Pentingnya PTCPS untuk mencegah penyebaran penyakit-penyakit infeksi terkait dengan sanitasi dan kebersihan diri, belum dipahami masyarakat secara luas, dan prakteknya pun masih belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Akses terhadap air bersih dan praktik kebersihan yang baik sangat efektif dalam mencegah diare pada anak. Mencuci tangan dengan sabun telah terbukti mengurangi timbulnya penyakit diare lebih dari 40%, menjadikan mencuci tangan salah satu intervensi yang paling efektif untuk mengurangi kematian anak (UNICEF, 2009). Mencuci tangan dengan sabun penting diinformasikan kepada anak-anak usia sekolah, karena faktor pengetahuan mereka terhadap kesehatan masih sangat minim, dan dalam usia tersebut mereka lebih memprioritaskan kebutuhan untuk bermain.

Informasi mengenai pentingnya mencuci tangan dengan sabun ini perlu disosialisasikan melalui media yang tepat. Terdapat beberapa media pembelajaran yang dibuat untuk membantu anak-anak mengerti pentingnya menjaga kesehatan dengan mencuci tangan dengan cara yang benar. Dilihat dari sasaran pemberian promosi kesehatan ini, yakni anak usia empat sampai enam tahun, maka media pembelajaran yang tepat adalah bermain sambil belajar interaktif di mana dapat

(4)

melatih kreatifitas anak. Menurut Kerucut Pengalaman Edgar Dale, manusia akan dapat mengingat 90% informasi yang diberikan apabila langsung melakukan simulasi hal yang sebenarnya (Bang, Natalia, Dektisa, & Arini, 2014).

Salah satu metode promosi kesehatan cuci tangan yang menarik untuk anak yakni metode bernyanyi. Matondang (2005) mengatakan bahwa bernyanyi adalah kegiatan yang sangat menyenangkan dan kegiatan ini bisa menumbuhkan semangat untuk mau belajar. Melalui bernyanyi anak menjadi senang dan lebih mudah dalam memahami materi ajar yang disampaikan. Bernyanyi merupakan salah satu unsur yang menciptakan kegembiraan dan suasana riang. Pelatihan, pembiasaan, pembelajaran dan pendidikan pada usia dini akan lebih efektif jika digunakan juga media bernyanyi. Selain tidak terkesan menggurui, memerintah atau melarang, juga disampaikan dengan suasana riang gembira, dan mudah diingat. Lagu-lagu yang dinyanyikan pada usia ini perlu mencakup pelatihan teknik berbicara, pengembangan kosakata, dan penguatan kemampuan daya ingat.

Selain metode bernyanyi, terdapat metode lain untuk mempromosikan cuci tangan yang sedang dikembangkan oleh United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) yaitu “Global Handwashing Dance”, sebuah metode promosi kesehatan terkait cuci tangan yang disampaikan lewat tarian dan senandung. Penari terkenal dari Jepang, Moriyama pun telah memperagakan tarian ini dan disebarkan melalui media sosial, bertujuan untuk mengajarkan prinsip-prinsip mencuci tangan yang baik dan benar kepada anak-anak. Tarian ini menunjukkan anak-anak teknik mencuci tangan yang benar, yaitu mencuci telapak

(5)

tangan, punggung tangan, sela-sela jari, kuku, hingga ke pergelangan tangan. Tarian ini hampir tidak memiliki instruksi lisan, tetapi hanya dengan mengikuti langkah-langkah tarian yang mudah, anak-anak tetap dapat mempelajari teknik mencuci tangan yang benar sekaligus bersenang-senang (Japan Committee for UNICEF, 2013).

Di Indonesia, metode ini sudah disosialisasikan, terbukti dari beberapa daerah di Indonesia mengadakan lomba dance cuci tangan untuk memperingati Global Handwashing Day, namun belum dikaji lebih lanjut terkait efektivitasnya. Peneliti belum menemukan penelitian terkait keefektifan handwashing dance, namun terdapat metode yang menyerupai handwashing dance yakni metode bernyanyi. Terdapat penelitian yang telah dilakukan untuk meneliti keefektifan metode bernyanyi ini, antara lain penelitian yang dilakukan Verena (2013) yang menjelaskan terdapat peningkatan kemampuan mencuci tangan siswa tunagrahita sedang di SLB Sabilulungan setelah diberikan metode bernyanyi. Penelitian yang dilakukan Jayastri (2013) juga menunjukkan peningkatan pelaksanaan teknik mencuci tangan pada anak usia prasekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kumara Loka Denpasar setelah diberikan intervensi metode bernyanyi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara singkat dengan beberapa siswa PAUD TK Pra Widyalaya Gurukula Bangli dan PAUD Negeri Pembina Bangli, tidak satupun anak yang dapat menyebutkan langkah cuci tangan dengan benar. Pihak sekolah telah menyediakan sarana cuci tangan namun karena kurangnya informasi tentang pentingnya mencuci tangan dengan benar, anak-anak

(6)

tidak memanfaatkan sarana yang ada dan tidak mampu menerapkan langkah mencuci tangan yang benar.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Perbandingan Handwashing Promotion dengan Metode Bernyanyi dan Handwashing Dance terhadap Pengetahuan Teknik Mencuci Tangan Anak Usia Prasekolah”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat yaitu “Bagaimana perbandingan handwashing promotion dengan metode bernyanyi dan handwashing dance terhadap pengetahuan teknik mencuci tangan anak usia prasekolah?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan handwashing promotion dengan metode bernyanyi dan handwashing dance terhadap pengetahuan teknik mencuci tangan anak usia prasekolah.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik subjek berdasarkan usia dan jenis kelamin. b. Mengidentifikasi pengetahuan teknik mencuci tangan sebelum dilakukan

handwashing promotion dengan metode bernyanyi.

c. Mengidentifikasi pengetahuan teknik mencuci tangan sebelum dilakukan handwashing promotion dengan handwashing dance.

(7)

d. Mengidentifikasi pengetahuan teknik mencuci tangan setelah dilakukan handwashing promotion dengan metode bernyanyi.

e. Mengidentifikasi pengetahuan teknik mencuci tangan setelah dilakukan handwashing promotion dengan handwashing dance.

f. Menganalisis pengetahuan teknik mencuci tangan sebelum dan sesudah dilakukan handwashing promotion dengan metode bernyanyi.

g. Menganalisis pengetahuan teknik mencuci tangan sebelum dan sesudah dilakukan handwashing promotion dengan handwashing dance.

h. Menganalisis perbandingan handwashing promotion dengan metode bernyanyi dan handwashing dance terhadap pengetahuan teknik mencuci tangan anak usia prasekolah.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Ilmu Pengetahuan Khususnya Keperawatan Komunitas

Memperkaya wawasan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan komunitas pada kelompok khusus yaitu anak-anak prasekolah, terkait media pembelajaran interaktif yang dapat digunakan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan perbandingan media promosi kesehatan tentang teknik cuci tangan yakni metode bernyanyi dan handwashing dance, serta memberikan ide baru untuk mengeksplorasi masalah-masalah yang belum terungkap pada peneliti kali ini, sehingga tertarik untuk mengembangkannya.

(8)

c. Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga keperawatan untuk menerapkan metode baru dalam pemberian kesehatan cuci tangan kepada anak prasekolah yaitu metode bernyanyi atau handwashing dance.

1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Anak

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi anak dimana anak dapat melalui proses pembelajaran yang menarik, selain itu anak diajarkan untuk rajin mencuci tangan yang dapat berdampak positif untuk kebersihan dan kesehatan dirinya sendiri.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu pola dan strategi pembelajaran bagi guru dalam proses meningkatkan pengetahuan anak, serta dapat dijadikan suatu alternatif pembelajaran dalam pemberian pendidikan kesehatan untuk anak.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi untuk sekolah yaitu berupa media pembelajaran interaktif yang menarik bagi anak, dan berpengaruh kepada peningkatan keterampilan anak mencuci tangan.

d. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi untuk pemerintah dimana membantu pemerintah dalam mensosialisasikan gerakan mencuci tangan sejak

(9)

dini dan dapat mencapai tujuan keempat Millenium Development Goals (MDGs) yaitu mengurangi angka kematian anak.

Referensi

Dokumen terkait

Rest merupakan tindakan pemberian waktu istirahat bila terjadi cedera agar tidak terjadi cedera yang lebih parah.. Menghentikan aktivitas olahraga

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh handwashing promotion dengan metode handwashing dance terhadap

Menurut Sugiyono (2005: 62) “data primer adalah sumber langsung yang memberikan data pada pengumpul data.” Sementara itu Ruslan (2003: 29) mengatakan “data primer adalah

Masalah mengenai kinerja dapat dilihat dari aspek operasional dimana karaywan PDAM Kota Gorontalo belum mampu untuk menjaga debit air agar tidak terjadi kehilangan volume air

Kelemahan tersebut, seperti: (1) keharusan menulis identitas, sedangkan desain yang peruntukkan siswa awas yang hanya melingkari atau menghitamkan bulatan-bulatan utnuk

Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2016 merupakan gambaran pencapaian pembangunan bidang kesehatan dalam rangka pencapaian visi dan misi Dinas Kesehatan

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Belum adanya syslog server yang dapat menampilkan log jika terjadi serangan di sebuah jaringan client yang ditampilkan secara terpusat untuk memudahkan para admin wahana