• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antena Array Mikrostrip Patch Square Untuk Aplikasi Bluetooth Pada Frekuensi 2,4 GHz

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Antena Array Mikrostrip Patch Square Untuk Aplikasi Bluetooth Pada Frekuensi 2,4 GHz"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ANTENA DAN PROPAGASI

“Antena Array Mikrostrip Patch Square untuk Aplikasi

Bluetooth pada Frekuensi 2,4 GHz”

Anggota Kelompok: Ahmad Ilmiawan 1106052631 Faddly Triwanto 1206226532 Immanuel Chandra 1206263710 Oki Yoga 1206263686 Roland Sidabutar 1306482211 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2014

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan tentang “Antena Array Mikrostrip Square Patch untuk Aplikasi Bluetooth pada Frekuensi 2,4-2.48 GHz”.

Pada kesempatan kali ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan dukungan baik dari segi moril dan materil.Tidak lupa kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bu Yuli Fitria.Karena keterbatasan kemampuan, maka makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi isi maupun segi penyusunannya.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini.Diluar itu semua kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.Terakhir, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kata-kata yang tidak berkenan atau menyinggung hati pembaca.

Depok, 13 November 2014 Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………...………...…………... i Daftar Isi………...………... ii BAB I : Pendahuluan………...…………... 1 1.1 Latar Belakang……….…………..….……... 1 1.2 Rumusan Masalah………...… 2 1.3 Tujuan Penelitian……...…… 2 1.4 Metode Penelitian……...…… 2 BAB II : Pembahasan……….……….………...…... 4 2.1 Pengertian Antena... 4 2.2 Antena Mikrostrip...………... 5

2.3 Parameter Umum Antena Mikrostrip... 7

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Antena Mikrostrip...………...…… 12

2.5 Bahan Substrat...………...…… 13

2.6 Pengertian Bluetooth...………...…… 14

2.7 Sistem Operasi Bluetooth...………...…… 14

2.8 Spektrum Bluetooth...…...…… 15

2.9 Interferensi Bluetooth...…...…… 15

2.10 Range Bluetooth...…...…… 16

2.11 Daya Bluetooth...…...…… 16

2.12 Kelebihan dan Kekurangan Bluetooth...…...…… 17

(4)

BAB III : Perancangan Antena... 18

BAB IV : Simulasi dan Analisa Antena... 29

BAB V : Pengukuran Antena... 41

BAB VI : Penutup... 46

Kesimpulan………... 46

Daftar Pustaka……….…...…... 48

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kita semua tentunya menyadari, bidang informasi dan telekomunikasi mengalami revolusi khususnya untuk perangkat audiovisual, telepon selular, dan antenna. Teknologi tersebut telah mengubah cara hidup masyarakat dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memberikan begitu banyak kemudahan yang memungkinkan setiap orang dapat berkomunikasi tanpa berkontak secara langsung, salah satunya dengan menggunakan bluetooth.[1]

Perkembangan terkini dari komunikasi wireless seringkali membutuhkan suatu karakteristik antenna yang mempunyai ukuran kecil, ringan, biaya rendah, dengan proses fabrikasi yang mudah, dan conformal (dapat menyesuaikan dengan tempat dimana antenna tersebut diletakkan). Antena mikrostrip merupakan salah satu jenis 5ntenna dengan karakteristik yang tepat akan kebutuhan tersebut. Akan tetapi jenis antenna ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya : gain rendah, keterarahan yang kurang baik, efisiensi rendah, rugi-rugi hambatan pada saluran pencatu, eksitasi gelombang permukaan dan bandwidth rendah [2].

Pada paper ini akan dibahas perancangan sebuah 5ntenna array mikrostrip patch rectangularyang dapat digunakan pada 5ntenn wireless 5ntenna5h pada sisi terminal (laptop, PC dan PDA). Rancang bangun 5ntenna mikrostrip dengan frekuensi kerja 2.400-2.480 GHz dengan jangkauan efektif 12 m. Antena mikrostrip yang dibuat adalah 5ntenna array 4 mikrostrip rectangular patch dan jenis substrat FR-04 dengan dielektrik 4.4 dan h=1.6 mm. Perancangan dan perhitungan parameter antenna secara 5ntenna menggunakan software simulasi 5ntenna CST.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Antena yang didesain merupakan antena mikrostrip array square patch. dengan spesifikasi yang diinginkan. Untuk frekuensinya, antena bluetooth ini bekerja pada rentang frekuensi dari 2.4 - 2.48 GHz sesuai dengan rentang frekuensi kerja normal bluetooth pada umumnya.Dengan bandwidth dari antena80 MHz. Gain dari antenamikrostrippada jurnal referensi sebesar3dBi . Pada proyek ini akan dibuat gain yang lebih besar. Hal ini dikarenakan kami ingin menambah jangkauan dan kuat intensitas radiasiantena mikrostrip ini dengan cara meng-array patch antena. Pada proyek ini, antena akan dibuat agar dapat mencapai jangkauan lebih dari 3 meter. Untuk mencapai jangkauan tersebut, maka gain nya harus ditingkatkan. Maka dari itu, pada penelitian ini fokusnya akan ditekankan untuk meningkatkan gain sampai lebih dari 3dBi.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian paper ini adalah rancang bangun antena array mikrostrip untuk applikasi bluetooth yang bekerja pada frekuensi 2.40-2.48GHz. Kemudian menganalisis parameter kerja antena tersebut melalui perbandingan desain dan hasil pengukuran serta membandingkan gain dan dimensi dengan jurnal acuan.

1.4

Metode Penelitian

1. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah proses mencari literature untuk dijadikan referensi. Literatur yang didapat berupa jurnal, buku, dan skripsi yang sudah pernah ada. Proses studi pustaka ini harus dilakukan sebanyak mungkin agar dapat memperoleh pemahaman yang baik dan didapat analisa yang tepat mengenai bahasan masalah yang didapat.

2. Desain dan simulasi

Setelah melakukan studi pustaka dan dapat menentukan batasan masalah yang diinginkan, dapat dilakukan proses desain. Proses desain yaitu

(7)

mendesain model antena yang dibutuhkan menggunakan software dengan metode optimasi iterasi dan perhitungan mulai dari bahan sampai parameter-parameter yang telah ditentukannya harus dipenuhi.Setelah tahap desain, dilanjutkan dengan tahap simulasi.Simulasi adalah mensimulasikan hasil desain antena yang telah dibuat untuk mengetahui keberhasilan antena tersebut.

3. Fabrikasi

Fabrikasi adalah proses pembuatan bentuk fisik dari antena yang telah didesain dan disimulasikan.

.

(8)

BAB II

ANTENA MICROSTRIP UNTUK BLUETOOTH

2.1

PENGERTIAN ANTENA

Antena adalah sebuah alat yang bisa memancarkan dan atau menerima gelombang elektromagnetik.Contoh penggunaaan antenna adalah komunikasi tanpa kabel (nirkabel/wireless).

Dalam merancang antena diperlukan beberapa parameter, diantaranya :  Pola radiasi /pancaran : besaran yang menentukan ke arah sudut mana

sebuah antena memancarkan/mendistribusikan energinya.

Polarisasi antena : polarisasi gelombang yang diradiasikan oleh antena

pada arah yang diberikan/menyatakan arah dan orientasi dari medan listrik dalam perambatannya dari antena.

Impedansi : impedansi masukkan antena pada terminalnya.

Resiprositas antena : penunjuk bahwa sebuah antena dapat berfungsi

sebagai pengirim dan juga penerima.

FBR (Front to Back Ratio) : perbandingan kuat pancaran padaa arah depan

dan belakang antena.

Daya teradiasi : daya teradiasi yang dihasilkan oleh antena.

Gain (penguatan) : perbandingan daya pancar suatu antena terhadap daya

pancar antena refrensi.

Directivity (keterarahan) : suatu karakteristik yang menggambarkan

seberapa besar energy dikonsentrasikan pada arah tertentu.  Efisiensi : efisiensi total yang dihasilkan dari sebuah antena.

Bandwidth : suatu range frekuensi dimana antena dapat beroperasi dengan

kinerja yang baik.

(9)

2.2

ANTENA MIKROSTRIP

Antena mikrostrip merupakan sebuah antena yang tersusun atas 3 elemen yaitu: elemen peradiasi (radiator), elemen substrat (substrate), dan elemen pentanahan (ground).

Elemen peradiasi (radiator) atau biasa disebut sebagai patch, berfungsi untuk meradiasi gelombang elektromagnetik dan terbuat dari lapisan logam (metal) yang memiliki ketebalan tertentu. Jenis logam yang biasanya digunakan adalah tembaga (copper) dengan konduktifitas 5,8 x 107 S/m. Berdasarkan bentuknya, patch memiliki jenis yang bermacam-macam diantaranya bujur sangkar (square), persegi panjang (rectangular), garis tipis (dipole), lingkaran, elips, segitiga, dll.

(10)

Gambar 2. Macam-macam bentuk Patch

Elemen substrat (substrate) berfungsi sebagai bahan dielektrik dari antena mikrostrip yang membatasi elemen peradiasi dengan elemen pentanahan. Elemen ini memiliki jenis yang bervariasi yang dapat digolongkan berdasarkan nilai

konstanta dielektrik (εr ) dan ketebalannya (h). Kedua nilai tersebut mempengaruhi frekuensi kerja, bandwidth, dan juga efisiensi dari antena yang akan dibuat. Ketebalan substrat jauh lebih besar daripada ketebalan konduktor metal peradiasi.Semakin tebal substrat maka bandwidthakan semakin meningkat, tetapi berpengaruh terhadap timbulnya gelombang permukaan (surface wave). Gelombang permukaan pada antena mikrostrip merupakan efek yang merugikan karena akan mengurangi sebagian daya yang seharusnya dapat digunakan untuk meradiasikan gelombang elektromagnetik ke arah yang diinginkan.

Sedangkan elemen pentanahan (ground) berfungsi sebagai pembumian bagi sistem antena mikrostrip. Elemen pentanahan ini umumnya memiliki jenis bahan yang sama dengan elemen peradiasi yaitu berupa logam tembaga.

Antena mikrostrip memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan antena lainnya, seperti secara fisik antena mikrostrip lebih tipis, lebih kecil, dan lebih ringan, biaya pabrikasi yang murah, dapat dilakukan polarisasi linear dan lingkaran dengan pencatuan yang sederhana, dan sebagainya. Tetapi, antena mikrostrip juga memiliki keterbatasan dibandingkan dengan antena lainnya, diantaranya memiliki bandwidth yang sempit, gain yang rendah, dan memiliki efek gelombang permukaan (surface wave). Karena memiliki bentuk dan ukuran yang ringkas, antena mikrostrip sangat berpotensi untuk digunakan pada berbagai macam aplikasi yang membutuhkan spesifikasi antena yang berdimensi kecil,

(11)

dapat mudah dibawa (portable) dan dapat diintegrasikan dengan rangkaian elektronik lainnya (seperti IC, rangkaian aktif, dan rangkaian pasif). Antena mikrostrip telah banyak mengalami pengembangan sehingga mampu diaplikasikan pada berbagai kegunaan seperti komunikasi satelit, militer, aplikasi bergerak (mobile), kesehatan, dan, komunikasi radar.

2.3

PARAMETER UMUM ANTENA MIKROSTRIP

Unjuk kerja (performance) dari suatu antena mikrostrip dapat diamati dari parameternya. Beberapa parameter utama dari sebuah antena mikrostrip akan dijelaskan sebagai berikut.

2.3.1Bandwidth

Bandwidth (Gambar 1) suatu antena didefinisikan sebagai rentang

frekuensi di mana kinerja antena yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti impedansi masukan, pola, beamwidth, polarisasi, gain, efisiensi, VSWR,

return loss, axial ratio)memenuhi spesifikasi standar.

Gambar 1. Rentang Frekuensi Yang Menjadi Bandwidth

(12)

Bandwidth dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini :

Dimana :f2 = frekuensi tertinggi

f1 = frekuensi terendah

fc= frekuensi tengah

Ada beberapa jenis bandwidth di antaranya [4]:

a. Impedance bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana patch antena berada

pada keadaan matching dengan saluran pencatu. Hal ini terjadi karena impedansi dari elemen antena bervariasi nilainya tergantung dari nilai frekuensi. Nilai matching ini dapat dilihat dari return loss dan VSWR. Pada umumnya nilai return loss dan VSWR yang masih dianggap baik masing-masing adalah kurang dari -9,54 dB dan 2.

b. Pattern bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana beamwidth, sidelobe, atau gain,yang bervariasi menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu. Nilai

tersebut harus ditentukan pada awal perancangan antena agar nilai bandwidth dapat dicari.

c. Polarization atau axial ratio bandwidth adalah rentang frekuensi di mana

polarisasi (linier atau melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk polarisasi melingkar adalah kurang dari 3 dB.

(13)

2.3.2 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)

VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing

wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min) [3].Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan tegangan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan (Γ) [3]:

Dimana ZLadalah impedansi beban (load) dan Z0 adalah impedansi saluran

lossless.Koefisien refleksi tegangan (Γ) memiliki nilai kompleks, yang merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari Γ adalah nol, maka [3]:

Γ = − 1 : refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat Γ = 0 : tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna Γ = +1 : refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.

(14)

2.3.3 Penguatan (Gain)

Penguatan (Gain) pada antena mikrostrip merupakan perbandingan intensitas radiasi pada arah tertentu terhadap intensitas radiasi yang diterima jika daya yang diterima berasal dari antena isotropik.

2.3.4 Return Loss

Return Loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang direfleksikan terhadap amplitude gelombang yang dikirimkan. Return loss digambarkan sebagai peningkatan amplitude dari gelombang yang direfleksian disbanding dengan gelombang yang dikirim. Return loss dapat terjadi akibat adanya diskontinuitas diantara saluran transmisi dengan impedansi masukan beban (antena). Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki diskontinuitas (mismatched),besarnya return loss bervariasi tergantung pada frekuensi.

(15)

2.3.5 Keterarahan (Directivity)

Keterarahan dari sebuah antena didefinisikan sebagai perbandingan (rasio) intensitas radiasi sebuah antena pada arah tertentu dengan intensitas radiasi rata-rata pada semua arah. Intensitas radiasi rata-rata-rata-rata sama dengan jumlah daya yang diradiasikan oleh antena dibagi dengan 4П. Jika arah tidak ditentukan ,arah intensitas radiasi maksimum merupakan arah yang dimaksud. Keterarahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dan jika arah tidak ditentukan keterarahan terjadi pada intensitas radisasi maksimum yang didapat dengan rumus :

Dimana : D = keterarahan

Do = keterarahan maksimum U = intensitas radiasi

(16)

Umax = intensitas radiasi maksimum

Uo = intensitas radiasi pada sumber isotropic Prad = daya total radiasi

2.4

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ANTENA

MIKROSTRIP

GambarAntena Array Mikrostrip Patch Square

(17)

A. Kelebihan Antena Mikrostrip :

ukuran kecil dan ringan,

mudah dalam pembuatannya,

dapat beroperasi dalam single maupun dual band,

dapat dibuat untuk dual atau tripel frekuensi. B. Kekurangan Antena Mikrostrip :

memiliki gain yang kecil untuk satu patch,

bandwidth sempit.

2.5

BAHAN SUBSTRAT

Bahan substrat adalah bahan yang berada antara dua konduktor dalam saluran mikrostrip.Terdapat banyak bahan substrat dengan katakteristik masing-masing yang berbeda. PadaTabel 1 terdapat 5 jenis bahan substart yaitu Bakelite,

FR 4 Glass Epoxy, RO4003, Taconic TLC, danRT Duroid. Setiap bahan substart

memiliki nilai konstanta dielektrik yang berbeda dengan yang lain, seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Macam-Macam Bahan Substrat

(18)

2.6

BLUETOOTH

Bluetooth adalah spesifikasi industri untuk jaringan kawasan pribadi

(personal area networks atau PAN) tanpa kabel.Bluetooth menghubungkan dan dapat dipakai untuk melakukan tukar-menukar informasi di antara peralatan-peralatan. Bluetooth beroperasi dalam pita frekuensi 2,4 Ghz dengan menggunakan sebuah frequency hopping traceiver yang mampu menyediakan layanan komunikasi data dan suara secara real time antara host-host bluetooth dengan jarak terbatas.Kelemahan teknologi ini adalah jangkauannya yang pendek dan kemampuan transfer data yang rendah

2.7

SISTEM OPERASI BLUETOOTH

Parameter

Spesifikasi

Transmiter

Frekuensi

ISM band, 2400 - 2483.5 MHz (mayoritas), untuk beberapa negara mempunyai batasan frekuensi sendiri, spasi kanal 1 MHz.

Maksimum Output Power

Power class 1 : 100 mW (20 dBm)Power class 2 : 2.5 mW (4 dBm)Power class 3 : 1 mW (0 dBm) Maksimum Output Power

Power class 1 : 100 mW (20 dBm)Power class 2 : 2.5 mW (4 dBm)Power class 3 : 1 mW (0 dBm)

Modulasi

GFSK (Gaussian Frequency Shift Keying), Bandwidth Time : 0,5; Modulation Index : 0.28 sampai dengan 0.35.

(19)

Out of band Spurious Emission

30 MHz - 1 GHz : -36 dBm (operation mode), -57 dBm (idle mode)1 GHz – 12.75 GHz: -30 dBm (operation mode), -47 dBm (idle mode)1.8 GHz – 1.9 GHz: -47 dBm (operation mode), -47 dBm (idle mode)5.15 GHz –5.3 GHz: -47 dBm (operation mode), -47 dBm (idle mode)

Receiver

Actual Sensitivity Level -70 dBm pada BER 0,1%.

Spurious Emission 30 MHz - 1 GHz : -57 dBm1 GHz – 12.75 GHz : -47 dBm

Max. usable level -20 dBm, BER : 0,1%

2.8 SPEKTRUM BLUETOOTH

Teknologi Bluetooth beroperasi dalam tanpa izin industri, ilmiah dan medis (ISM) band di 2,4-2,48 GHz, menggunakan spread spectrum, frekuensi hopping, sinyal full-duplex pada tingkat nominal 1.600 hop / detik. 2,4 GHz ISM band tersedia dan berlisensi di banyak negara.

2.9 INTERFERENSI BLUETOOTH

Frekuensi adaptif teknologi Bluetooth yang melompat (Adaptive Frequence Hopping) kemampuan dirancang untuk mengurangi interferensi antara teknologi nirkabel berbagi spektrum 2,4 GHz. AFH bekerja dalam spektrum untuk mengambil keuntungan dari frekuensi yang tersedia. Hal ini dilakukan dengan teknologi mendeteksi perangkat lain dalam spektrum dan menghindari frekuensi yang mereka gunakan. Adaptif ini melompat di antara 79 frekuensi pada interval

(20)

1 MHz memberikan tingkat tinggi kekebalan gangguan dan juga memungkinkan untuk transmisi yang lebih efisien dalam spektrum.Untuk pengguna teknologi Bluetooth hopping ini memberikan performa yang lebih baik bahkan ketika teknologi lainnya yang digunakan bersama dengan teknologi Bluetooth.

2.10 RANGE BLUETOOTH

Range adalah aplikasi spesifik dan meskipun berbagai minimum diamanatkan oleh Core Specification, tidak ada batas dan produsen dapat mengatur pelaksanaannya untuk mendukung kasus penggunaan mereka memungkinkan. Rentang dapat bervariasi tergantung pada kelas radio yang digunakan dalam implementasi:

Kelas 3 radio - memiliki jangkauan hingga 1 meter atau 3 meter

Kelas 2 radio - paling banyak ditemukan pada perangkat mobile - memiliki

jarak 10 meter atau 33 kaki

Kelas 1 radio - digunakan terutama dalam kasus penggunaan industri -

memiliki jangkauan 100 meter atau 300 kaki

2.11 DAYA BLUETOOTH

Radio yang paling umum digunakan adalah kelas 2 dan menggunakan 2,5 mW power. Teknologi Bluetooth dirancang untuk memiliki konsumsi daya yang sangat rendah.Hal ini diperkuat dalam spesifikasi dengan memungkinkan radio untuk dimatikan ketika tidak aktif.

Generic Alternatif MAC / PHY di Versi 3.0 HS memungkinkan penemuan AMP remote untuk perangkat kecepatan tinggi dan ternyata di radio hanya bila diperlukan untuk transfer data memberikan manfaat optimasi daya serta membantu dalam keamanan radio.

(21)

Bluetooth teknologi energi rendah, dioptimalkan untuk perangkat yang membutuhkan daya tahan baterai maksimum bukannya kecepatan transfer data yang tinggi, mengkonsumsi antara 1/2 dan 1/100 kekuatan teknologi Bluetooth terdahulu.

2.12 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BLUETOOTH

A. Kelebihan yang dimiliki oleh Sistem Bluetooth adalah:

 Bluetooth dapat menembus dinding, kotak, dan berbagai rintangan lain walaupun jarak transmisinya hanya sekitar 30 kaki atau 10 meter.

 Bluetooth tidak memerlukan kabel ataupun kawat.

 Bluetooth dapat mensinkronisasi basis data dari telepon genggam ke komputer.

 Dapat digunakan sebagai perantara modem.

B. Kekurangan dari Sistem Bluetooth adalah:

 Sistem ini menggunakan frekuensi yang sama dengan gelombang LAN standar.

 Apabila dalam suatu ruangan terlalu banyak koneksi Bluetooth yang digunakan, akan menyulitkan pengguna untuk menemukan penerima yang diharapkan.

 Banyak mekanisme keamanan Bluetooth yang harus diperhatikan untuk mencegah kegagalan pengiriman atau penerimaan informasi.

 Di Indonesia, sudah banyak beredar virus yang disebarkan melalui bluetooth dari telepon genggam.

(22)

BAB III

PERANCANGAN ANTENA

3.1 Menentukan Karakteristik Antena

Pada rancangan antena ini, diinginkan antena yang mampu bekerja pada frekuensi 2,40 – 2,48GHz. Dengan frekuensi tengah 2,44 GHz. Frekuensi tengah resonansi ini, selanjutnya akan menjadi nilai parameter frekuensi dalam menentukan parameter-parameter lainnya seperti panjang gelombang, panjang sisi biquad antena, serta panjang dan lebar saluran pencatu. Pada rentang frekuensi kerja tersebut, diharapkan antena memiliki parameter VSWR <2 .

3.2 Perancangan Dimensi Antena Mikrostrip Cirkular a. Memilih Substrat

Untuk mendesain path antena square langkah pertama yang harus dilakukan ialah memilih dielektrik substrat yang cocok serta ketebalan dari substrat yang digunakan. Substrat yang memiliki ketebalan lebih tebal akan akan menambah daya radiasi serta memiliki fisik yang lebih kuat. Namunakan menambah tahanan, dan rugi permukaan gelombang. Substrat yang digunakan dalam perancangan antena ini adalah FR 04 dengan nilai dielektrik 4.4

b. Menentukan Ukuran Patch

Untuk menentukan ukuran panjang square patch maka digunakan rumus :

(23)

L=W= 29.47mm

Sedangkan pada hasil parameterisasi iterasi desain dengan simulator CST diperoleh L = W 27.9 mm

c. Menentukan tebal substrat

Substrat yang digunakan adalah FR 04 dengan tebal h = 1.6 mm

d. Menentukanlebarsalurantransmisi DenganZo = 50Ω Rumusnyaadalah:

A =

+

(0,23+

)

=

+

(0,23+

)

= 1,529

=

=

Wo = 3,062mm

DenganZo2= 29,167Ω Rumusnyaadalah:

A2 =

+

(0,23+

)

=

+

(0,23+

) = 0,822

19

(24)

=

=

Wo2= 9,16mm

DenganZo3 = 20,833Ω Rumusnyaadalah:

A3 =

+

(0,23+

)

=

+

(0,23+

)

= 0,587

=

=

Wo3 = 18,634mm

e. Panjang Gelombang

Pada perancangan antena mikrostrip circular untuk mengetahui panjang gelombang pada saluran transmisi mikrostrip, harus diketahui terlebih dahulu panjang gelombang pada ruang bebas dengan persamaan berikut ini:

(25)

Maka panjang gelombang pada saluran transmisi mikrostrip dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

f. Menentukan panjang spasi setiap elemen

d =

=

= 0,0425 m

= 42,5 mm

g. Menentukan Panjang Saluran Transformer

Untuk menentukan panjang saluran transformer (LT) menggunakan

persamaan (8) berikut ini :

h. Menghitung VSWR

T =

(26)

T =

T = 0

VSWR =

VSWR =

VSWR = 1

Sedangkan menurut hasil parameterisasi nilai VSWR yang didapat

sebesar 1.1385

i. Menghitung Return Loss

Return loss = 20 log (T) = 20 log (0) = 20 Db

Sedangkan menurut hasil parameterisasi nilai return loss yang didapat

sebesar 23.773

3.3 Perancangan Simulasi

Flowchart Menggunakan CST

22

Mulai

Menentukan Frekuensi Kerja (2.4-2.44 GHz)

Memasukan nilai-nilai parameter yang akandicari dimensi patch, dimensi pcb, dimensi saluran transmisi

(27)

Tidak

Gambar simulasi array2 patch

23

Memulai perancangan dengan menggunakan parameter yang

telah dimasukan

Melihat hasil polaradiasi, gain, bandwidth dan VSWR sudah

seperti yang diinginkan Melakukan optimasi

(28)

Grafik s paramater

Grafik hasil VSWR

Gambar Polaradiasi 2D

(29)

Directivity

Gain

Gambar 3D gain

3D directivity

(30)

Surface Current

Hasil parameterisasi

Grafik S parameter

(31)

Grafik VSWR

Pola Radiasi 2D

Gambar pola radiasi 3D

Directivity 3D

(32)

Gain 3D

Surface Current

Data sementara yang didapat  VSWR = 1.1385 dB  Return loss = 23.773 dB  POLARADIASI = directional GAIN = 5.6 dB  DIRECTIVITY = 5,809 dBi 28

(33)

BAB IV

SIMULASI DAN ANALISA ANTENA

4.1 Simulasi Perubahan Nilai Parameter Antena Awal

Perancangan antenna ini dilakukan dengan menggunakan software CST. Desain dan rancang bangun antena ini mengacu pada spesifikasi antena bluetooth pada jurnal referensi Antena yang akan dibangun sudah sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi yang sudah diinginkan. Perubahan parameter ukuran dilakukan pada bagian Lp ini diubah-ubah untuk mencapai bandwidth 83.5 MHz dan frekuensi tengah 2.44GHz. Hasil simulasi yang didapatkan dari ukuran diatas dengan nilai parameter-parameter yang diubah-ubah adalah :

I. Array 2 Patch

1. Perubahan Parameter LP

Gambar. 4.1.I.1

Gambar diatas menunjukkan grafik koefisien refleksi dari simulasi yang dilakukan.Pada saat Lp= 28.5 mm nilai koefisien refleksinya mencapai -30 dB dan frekuensi kerjanya mencapai sekitar 60 MHz. Pada saat Lp=30 mm, didapat nilai koefisien reflesi yang bernilai sekitar -35 dB.Berdasarkan data diatas maka nilai lp berada 30 dan 28,5, dan didapat nilai sesuai karakteristik pada 29,47,

(34)

dicari return loss yang menjauhi titik 0, dimana frekuensi kerja dapat diatur pada parameter selanjutnya.

2. Perubahan Parameter D

Gambar. 4.1.I.2

Gambar 4.1.I.2 menunjukan bahwa pada lebar spasi akan mempengaruhi frekuensi kerja antena, dimana semakin kecil nilai d akan menggeser nilai frekuens kerja antena menuju 2,5Ghz, dengan nilai return loss, maka untuk mendapatkan nilai yang sesuai dengan frekuensi kerja bluetooth maka digunakan angka disekitar 40 mm, berdasarkan perubahan parameter kembali maka nilai yang sesuai ada pada d 42.5 mm

3. Perubahan Paramater L

Gambar. 4.1.I.3

Berdasarkan gambar grafik diatas maka disimpulkan bahwa perubahan L

(35)

tidak banyak mempengaruhi nilai, namun pergerseran frekuensi kerja juga terjadi meskipun sedikit, oleh karena itu digunakan L 120mm , karena didapat hasil sesuai dengan frekuensi kerja bluetooth.

4. Perubahan Paramater W

Gambar. 4.1.I.4

Berdasarkan gambar diatas nilai w mempengaruhi return loss antena, dimana perbesaran nilai w akan merubah return loss semakin mendekati titik 0, dan mendekati titik 2,4 Ghz, sehingga tepat digunakan w dengan nilai 100 sesuai dengan spesifikasi bluetooth.

5. Perubahan Parameter Wl

Berdasarkan grafik nilai wl akan merubah nilai returnloss menjauhi titik 0 dan menggeser frekuensi kerja menuju 2,5Ghz. Didapat nilai 18mm mendekati nilai frekuensi kerja, dan 19mm melewati frekuensi kerja , sehingga didapat

(36)

bahwa nilai wl yang sesuai spesifikasi pada titik antara 2 titik tersebut, bedasarkan perubahan nilai parameter kembali, didapat nilai wl sebesar 18,634mm yang sesuai dengan spesifikasi pada frekuensi kerja 2,4 Ghz.

II. Array 4 Patch

1. Perubahan paramater LP

gambar 4.1.II.1

Gambar diatas menunjukkan grafik koefisien refleksi dari simulasi yang dilakukan. Pada saat Lp berukuran 27mm(merah) dengan frekuensi mendekati 2.5 GHzdengan nilai koefisien refleksinya bernilai sekitar -20dB. Sedangkan pada saat Lp= 28.5 mm mendekati 2.4 GHz, nilai koefisien refleksinya mencapai -30 dB dan frekuensi kerjanya mencapai sekitar 60 MHz. Pada saat Lp=27 mm, didapat nilai koefisien reflesi yang bernilai sekitar -35 dB. Dari simulasi yang sudah dilakukan ini, didapatkan bahwa nilai w7 yang diubah-ubah akan maksimal saat Lp bernilai diantara 27 - 28.5 mm. Sehingga didapatkan nilai Lp yang sesuai 27.9 mm.

(37)

2. Perubahan paramater WO

gambar 4.1.II.2

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat kecenderungannya bahwa semakin besar nilai Wo maka lebar bandwidth akan semakin lebar,namun terlihat bahwa pergeseran frekuensi terjadi, meskipun nilai wo 3,2 mm memiliki bandwidth lebih besar dari nilai wo 2,8 mm, namun 2,8 mm memiliki nilai return loss yang lebih baik, oleh karena itu diambil titik nilai diantara nilai tersebut, karena meskipun dengan keuntungan seperti itu, nilai frekuensi kerja tidak sesuai dengan spesifikasi bluetooth. Dan dari parameter ini , kami menggunakan nilai yang sesuai dengan frekuensi kerja, yakni Wo=3,062mm karena paling sesuai dengan standar spesifik Bluetooth kami.

3.Perubahan paramater D

gambar 4.1.II.3

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat kecenderungannya bahwa semakin besar nilai d maka nilai frekuensinya akan semakin rendah, namun kecenderungan tersebut diikuti dengan semakin turunya grafik return loss, yang

(38)

menandakan kinerja return loss yang baik, namun spesifikasi bluetooth pada frekuensi kerja 2,4Ghz sesuai pada nilai 50mm, sehingga diambil angka 50mm sebagai lebar spasi.

4.Perubahan paramater Wl

gambar 4.1.II.4

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat kecenderungannya bahwa semakin besar nilai wl maka nilai frekuensinya akan semakin rendah, dan return loss nya semakin baik, namun ditinjau kembali sesuai standar frekuensi kerja bluetooth maka nilai wl yang digunakan berada pada wl 17.

5. Perubahan paramater Wt

gambar 4.1.II.5

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat kecenderungannya bahwa semakin besar nilai wt maka nilai frekuensinya akan semakin rendah, dan semakin sempit bandwith, namun return loss nya semakin baik, berdasarkan tinjauan standar kerja bluetooth maka nilai yang digunakan berkisar 7mm hingga 8mm,

(39)

berdasarkan perubahan tersebut didapat nilai yang sesuai berada pada 7,534mm.

6. Perubahan paramater L

gambar 4.1.II.6

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa semakin besar nilai L maka nilai frekuensinya cenderung tetap. Dan dari parameter, kami menggunakan nilai L=200 mm

7.Perubahan paramaterW

gambar 4.1.II.7

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat kecenderungannya bahwa semakin besar nilai W maka lebar bandwidthnya akan semakin rendah. Dan dari parameter, kami menggunakan nilai W=150mm karena paling mendekati standar spesifik Bluetooth kami, yaitu pada 2,4-2,83 GHz disamping telah melebihi batas -10 dB

(40)

4.2 Kondisi Simulasi Antena Baru

Sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dan dibutuhkan, yaitu frekuensi kerjanya yang berada diantar 2,4-2,48 GHz. Selain itu, juga dicari nilai koefisien refleksinya dan frekuensi kerjanya. Frekuensi kerjanya harus mencapai 2,4-2,48 GHz.

Adapun rancangan desain yang dilakukan untuk mencapai kondisi tersebut, dilakukan beberapa kali simulasi dengan berbagai jenis parameter yang diubah. Yang disimulasikan adalah perubahan ukuran-ukuran dari antenna tersebut. Adapun ukuran yang diubah ada tiga, yaitu ukuran lebar subtrat, ukuran panjang subtrat, Lebar saluran transmisi dan Lebar spasi antar patch .

4.2.1 Hasil Simulasi

Antena array 2 patch bluetooth dengan disain array persegi 2 patch yang diharapkan dapat menghasilkan frekuensi kerja antara 2,4-2,48 GHz dan gain lebih dari 3 dbidisimulasikan dengan menggunakan software CST (Computer Simulation Technology) Microwave Studio 2012. Proses pembuatan antena terbagi menjadi tiga tahap yaitu :

1. Perancangan, yaitu membuat antena dengan dimensi yang sesuai dengan literatur.

2. Simulasi, yaitu tindakan mensimulasikan antena yang sudah dirancang, bertujuan untuk melihat parameter-parameter antena yang dihasilkan dari rancangan tersebut. Setelah parameter-parameter diperoleh, proses evaluasi dan penyesuaian dapat dilakukan.

3. Evaluasi dan penyesuaian, pada tahap ini dilakukan evaluasi jika ditemukan parameter yang kurang atau tidak cocok dengan spesifikasi yang diiinginkan. Setelah itu proses penyesuaian terhadap rancangan antena dapat dilakukan untuk memperoleh spesifikasi antena sesuai dengan yang diinginkan.

(41)

Proses ini dilakukan dengan banyak pengulangan agar ketidaksesuaian rancangan dan hasil simulasi dapat diminimalisasi. Dengan demikian, kinerja antena yang optimal dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dapat diperoleh.

Untuk mendapatkan parameter yang ingin dicapai, dalam hal ini gain yang lebih besar dari 3 dBi, dilakukan tiga kali iterasi, dengan mengubah variabel dimensi antena. Variabel dimensi antena dipilih karena berdasarkan rumusan matematis (), gain dipengaruhi oleh ukuran atau dimensi dari antena, yaitu :

1. Sama dengan dimensi antena pada sumber acuan (tidak ada perubahan dimensi)

2. Ukuran lebar substrat antena

Pada program CST pengujian dilakukan dengan menggunakan time domain solver. Nilai parameter-parameter yang diuji melalui proses simulasi ini dapat diperoleh berdasarkan grafik hasil simulasi yang ditampilkan. Berikut adalah hasil yang diperoleh dari simulasi pada tiap iterasi, yaitu :

1. Tanpa ada perubahan dimensi terhadap antena acuan

(a)

Gambar 4.2.1.1 Parameter S11 antena tanpa perubahan terhadap dimensi acuan

Gambar 4.2.1 menggambarkan hasil simulasi antena untuk parameter S11 (return loss), pola radiasi, dan gain antena. Berdasarkan Gambar 4.2 bandwidth yang diperoleh, yakni rentang frekuensi dibawah nilai return loss -10 dB, diperoleh

(42)

pada frekuensi kerja antara 2,4 hingga 2,46 GHz. Semakin negatif nilai return loss maka semakin baik kualitas dari sebuah antena. Pada grafik nilai return loss paling negatif pada nilai 30 dB.

Hasil simulasi untuk parameter S11yang diperoleh tanpa mengubah dimensi antena referensi sudah cukup baik, dengan bandwidth sebesar 50 MHz.

Gambar 4.2.1.2 Pola radiasi dan gain antena

Selannjutnya, Gambar 4.2.2 menunjukkan pola radiasi dan gain antena yang diperoleh. Pola radiasi yang dihasilkan memiliki bentuk yang berbeda dengan antena referensi. Pada antena referensi, diperoleh pola radiasi dengan HPBW di sudut 60o. Sedangkan pada antena yang diuji, pola radiasi memiliki pancaran radiasi ke arah atas dan tegak lurus pada bidang patch. Penyesuaian ini dilakukan karena pada percancangan awal, diinginkan pola radiasi antena yang memiliki pancaran directional. Untuk nilai gain, pada main lobe sudah tercapai gain sebesar 5,67 dBi. Hasil ini sudah memenuhi spesifikasi antena yang diinginkan. Dengan gain yang lebih besar, jarak baca dari antena ini akan semakin jauh dari jarak sebelumnya.

4.2.2. Hasil Akhir Simulasi

Berdasarkan iterasi yang dilakukan diatas maka design akhir antena yang digunakan agar mendapatkan gain lebih dari 3 dbi, dan frekuensi kerja 2,4-2,48

(43)

GHz sebagai berikut:

Tabel hasil pengukuran array 2

L 150 mm LP 28,47mm W 100 mm W0 3mm d 42,5mm h 1,6 mm Wl 18,364mm wt 9,16 mm t 0,1 mm x 10 mm 39

(44)

Gambar 4.2.2.2 hasil akhir array 4

Tabel hasil pengukuran array 4

L 200 mm LP 27,9 mm W 150 mm W0 3,062mm d 50mm h 1,6 mm Wl 17 mm wt 7,534 mm t 0,1 mm x 10 mm 40

(45)

BAB V

PENGUKURAN

Pada perancangan antenna ini, diharapkan antenna mikrostrip yang dihasilkan dapat menghasilkan gain mencapai 5,6 dB dan mendapatka koefisien refleksi<2 yang baik di frekuensi kerjanya 2,4 - 2,48GHz.

5.1 Metode Pengukuran

Antena mikrostrip yang dibuat diukur menggunakan VNA. VNA merupakan alat ukur yang dapat menampilkan nilai frekuensi kerja, return loss, dan juga VSWR dari antenna yang telah dibuat. Sedangkan untuk mendapatkan nilai gain yang diperoleh, diperlukan seminimalnya adalah anechoic chamber untuk mengukur antenanya.

Langkah-langkah untuk melakukan pengukuran ini yaitu :

1. Melakukan kalibarasi terhadap Perangkat VNA. Artinya, perangkat ini tidak dihubungkan dengan antenna.

2. Memasang port pada antenna untuk menghubungkannya dengan VNA (Vector Network Analyzer). Impedansi yang digunakan pada port adalah 50 ohm.

3. Menghubungkan VNA dengan port pada antenna yang dibuat dengan menggunakan SMA to SMA connector.

4. Melihat hasil performance dari antena, baik itu untuk parameter Return Loss, Bandwith, dan nilai VSWR nya.

5. Menyimpan hasil pengukuran.

6. Melakukan analisa terhadap hasil pengukuran.

(46)

5.2 Hasil Pengukuran

Adapun hasil pengukuran antenna yang dirancang bangun tersebut ditunjukkan oleh gambar 5.1 dan gambar 5.2 .

Gambar 5.1

Gambar 5.1 memperlihatkan grafik VSWR dari antenna mikrostrip yang telah dirancang bangun. Dari gambar 5.1 dapat terlihat bahwa nilai VSWR antenna pada frekuensi kerja 2,4 GHz berada diantara titik 1 dan 2. Hal ini sudah sesuai dengan pola radiasi yang diinginkan.

Berdasarkan hasil pengukuran, nilai VSWR bernilai 1,26. Hasil ini merupakan nilai yang bagus karena berdasarkan standar antenna nilai VSWR berada dibawah 2 . Namun hasil pada simulasi lebih bagus, karena bernilai 1,13 dibawah nilai 1,26 yang merupakan hasil pengukuran.

(47)

Gambar 5.2

Gambar 5.2 menunjukkan hasil pengukuran koefisien refleksi dari antenna yang telah dibuat. Dengan return loss pada 19,06 dB

Berdasarkan hasil pengukuran, didapat hasil yang lebih baik pada parameter s11 dibanding dengan hasil simulasi,pada bandwidth nilai yang didapat lebih dari 60dB, sebesar 62dB. Dan frekuensi kerja tercapai pada frekeunsi 2,4 Ghz.

(48)

Gambar 5.3

Gambar 5.3 merupakan nilai input impedance dari frekuensi kerja hasil pengukuran antena dari 2,4 Ghz – 2,46 Ghz. Hambatan saluran antena pada frekuensi kerja 2,43 Ghz sebesar 40,31 ohm. Jika dibandingkan dengan simulasi terdapat perbedaan nilai, diakibatkan oleh ketidak matchingan saat fabrikasi.

5.3 Analisa Hasil Pengukuran

Pada pengukuran antenna yang sudah dirancang ini terdapat beberapa ketidakcocokkan antara nilai hasil simulasi dengan nilai hasil pengukuran langsungnya. Hal ini dapat dianalisa dikarenakan beberapa hal :

1. Lokasi perubahan parameter ukuran antenna yang berada di tempat port berada. Hal ini diidentifikasi sebagai salah satu masalah utama

ketidakmatchingan antenna yangtelah disimulasikan.

2. Adanya ketidakmatchingan antara port yang digunakan dan terlalu banyak losses yang terjadi.

(49)

3. Adanya error baik teknis maupun non teknis (human error) dalam proses fabrikasi dan pengukuran yang menyebabkan adanya perbedaan hasil simulasi dan pengkuran

5.4 Jangkauan Antena

Jangkauan baca antena merupakan salah satu parameter yang penting dalam menentukan kualitas kerja antena bluetooth. Jangkauan baca antena bluetooth ini belum dapat diketahui, hal ini dikarenakan belum dilakukan pengukuran gain dimana besar gain berpengaruh terhadap pengukuran jarak jangkauan antena. Sehingga jarak maksimum pembacaan antena belum dapat diketahui.

(50)

BAB VI

KESIMPULAN

Hasil simulasi antenna Bluetooth ini menghasilkan parameter-parameter yang sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu beroperasi pada rentang frekuensi 2,4 – 2,48 GHz dan memiliki gain dB. Hasil parameter dalam proses simulasi ini sudah sesuai dengan yang diiginkan.

Pada Fabrikasi antena Bluetooth kali ini sudah tercapai parameter-parameter yang diinginkan namun kurang maksimal pada frekuensi kerjanya. Antena diharapkan bekerja pada frekuensi 2,4 – 2,48GHz, namun hasil pengukuran menunjukan antena hanya bisa bekerja pada frekuensi 2,4 – 2,46GHz namun tidak maksimal kerjanya. Karena gain antena belum bisa ditentukan maka jarak baca maksimum antena ini belum bisa dihitung, sehingga belum dapat disimpulkan apakah antena ini dapat diaplikasikan secara langsung.

Performa antena yang difabrikasi (hasil pengukuran) dengan hasil simulasi memiliki performa yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari retrun loss yang dimiliki antena yang difabrikasi lebih besar dari simulasi. Hal ini disebabkan adanya ketidakmatchingan port antena. Parameter yang diukur ada 3 yaitu: VSWR, return loss, dan bandwith.

Nilai VSWR pada simulasi dengan 2 patch dan 4 patch berbeda sedikit, yaitu 1,1385 pada 2 patch dan 1,326 pada 4 patch. Sedangkan nilai VSWR pada hasil pengukuran 2 patch adalah 1,26. Dalam nilai parameter Return Loss, nilai return loss pada simulasi dan pengukuran cukup berbeda. Didapatkan nilai return loss hasil simulasi 2 patch sebesar 23.773 dB sedangkan pada antena 4 patch sebesar 17.07 dB. Untuk nilai return loss pada hasil pengukuran (2 patch) diperoleh hasil sebesar 19.06 dB. Besar bandwidth pada hasil simulasi mikrostrip array 2 patch diperoleh BW sebesar 58 MHz dan pada hasil simulasi 4 patch didapatkan sebesar 50 Mhz. Sedangkan pada hasil pengukuran diperoleh BW sebesar 62 MHz.

(51)

Berdasarkan hasil simulasi berbanding dengan jurnal [10] dan [11], nilai gain antenna yang dirancang lebih besar daripada kedua jurnal tersebut, namun dimensi dari antena rancangan memiliki dimensi yang lebih besar dari jurnal [10] dan [11], sehingga dapat disimpulkan untuk penilitian tujuan tidak sepenuhnya berhasil, meskipun nilai gain jauh lebih besar pada jurnal [10] dan [11] maksimal 4 dB, pada rancangan tercapai >4 dB, namun dimensi ,dan bandwidth tidak terpenuhi.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sejawat, Forum ,“Teknologi Informasi: Permasalahan dan Pemanfaatannya”,

http://forumsejawat.wordpress.com/2010/10/27/teknologi-informasi-permasalahan-dan-pemanfaatannya/, diakses pada 11/12/2014 pukul 3.05 wib

[2] Fahrazal, Muhammad, “Rancang Bangun Antena Mikrostrip Triple-Band

Linear Array 4 Elemen Untuk Aplikasi WiMAX”, tesis DTE FTUI

[3] Balanis, C. A., 1997, Antenna Theory, Analysis and Design, Second Edition, John Willey and Son, Inc.

[4] Evizal, T. A. Rahman, and S. K. A. Rahim.“A multi band mini printed omni directionalantenna with v-shaped for rfid applications”. Progress elegtromagnetic

research B, vol 27, 2011

[5] Nasser Ojaroudi and Mohammad Ojaroudi, “CPW-fed slot antenna for personal mobile communication service (pcs) and Bluetoothapplications”, Microwave And Optical Technology Letters, Vol. 55,pp.no. 4, April 2013.

[6] Bahadir S. Yildirim, Bedri A. Cetiner, Gemma Roqueta, Luis Jofre,“Integrated bluetooth and UWB antenna”, IEEE Antennas AndWireless Propagation Letters, Vol. 8, 2009.

[7] You-Chieh Chen, Powen Hsu, “CPW-fed folded slot dipole antenna for mobile handset applications”, IEEE, pp. 1932-1935, 2011.

[8] R. lothi Chitra, B. Ramesh Karthik and V. Nagarajan, “Double L-slot microstrip patch antenna array for WiMAX and WLAN, ICCSP-12.

[9] Liang Xu, Bin Yuan, and Shuang He, “Design of novel UWB slot antenna for bluetooth and UWB applications”, Progress InElectromagnetics Research C, Vol. 37, pp. 211-221, 2013.

[10] Ashish Chandelkar, Dr. T. Shanmuganantham, “Design of Bat Shaped CPW

Fed Antenna for Bluetooth Application”, International Journal of Engineering Trends and Technology (IJETT) – volume 5 number 3- Nov 2013

(53)

[11] Khanna,Ashinka,“Modified Edged Microstrip Square Patch Antenna With Square Fractal Slots for Bluetooth Applications”, International Journal of Engineering Research & Technology,2014

Rafsyam, Yenniwati, SST. Parameter-parameter antenna. 2013. Depok PPT  http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21600/3/Chapter%20II.pdf

Bluetooth Special Interest Group, Baseband Specification.

Bluetooth Special Interest Group, Radio Specification.

Bluetooth Special Interest Group, Bluetooth Protocol Arsitechture

Bluetooth Special Interest Group, Bluetooth Security Arsitechture.

http://ijettjournal.org/volume-5/number-3/IJETT-V5N3P123.pdf http://www.issr-journals.org/xplore/ijias/IJIAS-13-149-11.pdf http://www.scirp.org/journal/PaperDownload.aspx?paperID=16519 Sumber gambar: www.google.com 49

Gambar

Gambar 2. Macam-macam bentuk Patch
Gambar 1. Rentang Frekuensi Yang Menjadi Bandwidth
Tabel 1. Macam-Macam Bahan Substrat
Gambar simulasi array2 patch
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Data kualitatif diperoleh dari aktivitas terhadap peneliti dan aktivitas terhadap peserta didik dan respon peserta didik selama proses belajar mengajar dengan

Berdasarkan potensi dan masalah tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan alat peraga papan positif negatif berbasis metode montessori pada siswa dengan ADHD

(5) Menerbitkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini adalah izin pemakaian atau pengusahaan atau izin pengusahaan air tanah yang meliputi sumur gali,

Radar maritim adalah stasiun radar bergerak yang dipakai diatas kapal laut sehingga dapat mencakup daerah yang luas di wilayah perairan Indonesia.. Radar maritim digunakan

dianalisis untuk mendapatkan nilai-nilai antena yang dirancang. Hasil pengukuran pola radiasi berupa grafik pola radiasi, selanjutnya dianalisis untuk ) yang

Analisis antropologi sastra akan mengungkapkan berbagai hal, antara lain (1) kebiasaan-kebiasaan masa lampau yang berulang- ulang masih dilakukan dalam sebuah cipta

Edem memberikan kuasa kepada Naas, malaikat ketiganya, untuk menyiksa roh Elohim yang ada di dalam diri manusia, sehingga dengan ini roh Elohim juga tersiksa karenanya –