• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis Menggunakan Sikat Gigi Taman Kanak-kanak Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis Menggunakan Sikat Gigi Taman Kanak-kanak Padang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MELUKIS MENGGUNAKAN SIKAT GIGI

TAMAN KANAK-KANAK PADANG

MARTINIS

Abstrak: Kemampuan kreativitas anak masih rendah karena guru tidak

menggunakan media yang bervariasi, sehingga anak menjadi bosan. Tujuan penelitian ini meningkatkan kreativitas anak melalui melukis menggunakan sikat gigi di Taman Kanak-kanak Warrahmah. Data kemampuan kreativitas dalam pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang dianalisis dengan teknik persentase dari siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan telah terjadinya peningkatan kreativitas anak dengan melukis menggunakan sikat gigi. Sehingga dapat disimpulkan dengan melukis menggunakan sikat gigi dapat meningkatkan kreativitas anak di Taman Kanak-kanak Warrahmah Padang.

Kata Kunci : kreativitas, melukis, sikat gigi.

PENDAHULUAN

Pendidikan anak dimulai semenjak masih dalam kendungan sampai akhir. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan formal melalui pendidikan anak usia dini sampai anak berumur 6 tahun. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat sekali, yang oleh para ahli menamakannya masa emas atau golden age. Dimana pada masa ini ada berjuta-juta sel syaraf pada anak yang harus dirangsang dan dikembangkan agar tidak berakibat fatal nantinya bagi anak. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan pertama dan utama bagi tumbuh dan kembangnya seorang anak, juga sebagai praktek dasar utama bagi tumbuh dan kembangnya moral, nilai agama, bahasa, sosial, emosional, kogntif, fisik motorik serta nilai seni.

Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut.

Menurut Munandar (2004:7) Pendidikan anak usia dini sebagai sumber strategi pembangunan sumber daya manusia haruslah dipandang sebagai titik sentral dan sangat

(2)

fundamental serta strategis, mengingat usia dini merupakan masa keemasan namun sekaligus periode yang sangat kritis dalam tahap perkembangan manusia. Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini, sangat menentukan derajat kualitas manusia pada tahap berikutnya.

Menurut Munandar (2009:9) Konteks pengembangan sumber daya manusia, pendidikan anak. Khususnya pendidikan anak usia dini harus dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Berbagai kemampuan yang teraktualisasikan beranjak dari berfungsinya otak anak. Oleh karena itu dalam upaya pendidikan anak usia dini, baik pendidik maupun orang tua dalam mengarahkan belajar anak perlu memperhatikan masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan psikologis perkembangan intelegensi, emosional dan motivasi, serta pengembangan kreativitas anak.

Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Tak dapat dipungkiri kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara kita bergantung pada sumbangan yang kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya. kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimilik oleh setiap orang, yang dapat diidentifikasi dan dikembangkan melalui pendidikan yang tepat. Di dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa pengembangan kreativitas (daya cipta) hendaknya dimula pada usia dini, yaitu dilingkungan keluargaa sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra-sekolah. Secara eksplisit dinyatakn pada setiap tahap perkembangan anak dan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan pra-sekolah sampai perguruan tinggi, bahwa kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan dan ditingkatkan, disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan.

Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Terutama pada masa pembangunan dan era globalisasi yang penuh persaingan, dimana setiap individu dituntut mempersiapkan mentalnya agar mampu menghadapi tantangan masa depan.

Monstaks dalam Rachmawati (2010:13) mengatakan bahwa kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresi-kan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendri, alam dan orang lain. Menurut Rothemberg dalam Depdiknas (2008:9) kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide/gagasan dan solusi yang baru dan berguna untuk memecahkan masalah dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

(3)

Menurut Munandar dalam Hawadi (2001:1.5) menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata. Baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Dari berapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menentukan ide-ide baru dalam memecahkan masalah berupa karya-karya nyata.

Tujuan pendidikan pada umumnya yaitu menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadnya dan kebutuhan masayarakat. Anak yang memiliki bakat dapat menciptakan ide-ide dan hasil karya yang baru, maka selaku pendidik guru harus mampu membina, memupuk, mengembangkan, serta meningkatkan bakat tersebut. Agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen saja tetapi mampu menghasilkan karya-karya yang bernilai jual tinggi.

Kreativitas atau daya cipta memungkinkan adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam usaha manusia lainnya. Pembelajaran kreativitas pada anak usia dini dapat dilakukan melalui usab abur, mencocok, menempel, mengguntng, menganyam, meronce, menggambar, membatik, serta melukis.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di Taman Kanak-kanak Warrahmah Padang ditemukan masalah tentang kreativitas anak yang belum berkembang secara optimal seperti: anak belum bisa menciptakan suatu hasil karya yang baru karena selama ini anak hanya mencontoh apa yang telah dicontohkan oleh guru atau mencontoh punya temannya. Anak belum bisa mengembangkan imajinasi atau ide-ide dalam menghasilkan sebuah karya, hal ini disebabkan oleh kurangnya rangsangan pada anak. Metode yang digunakan terlalu monoton. Kurangnya media yang bervariasi. Selama ini anak hanya dikenalkan pada bahan yang telah ada dan anak tidak pernah dikenalkan pada bahan alam atau bahan bekas yang dapat dimanfaatkan sebagai sesuatu yang menghasilkan karya. Kurangnya kesempatan pada anak untuk mengeskresikan diri secara kreatif karena keterbatasan waktu di dalam pembelajaran. Kurangnya penghargaan terhadap hasil karya anak seperti halnya tidak pernah diadakan pameran-pameran karya anak.

(4)

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk memberi solusi dalam memecahkan permasalahan tentang kreativitas anak dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan yaitu kegiatan melukis dengan menggunakan sikat gigi, dengan adanya kegiatan melukis ini sehingga peneliti mengembangkan kreativitas anak.

Berdasarkan uraian di atas tentang kreativitas anak kelompok B2 di Taman Kanak-kanak Warrahmah Padang, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis Menggunakan Sikat Gigi di Taman Kanak-kanak Warrahmah

Padang”. Tujuan penelitian ini adalah upaya meningkatkan kreativitas anak melalui melukis menggunakan sikat gigi di Taman Kanak-kanak Warrahmah Padang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metodologi pendekatan campuran (Mixing Method) dengan mengaplikasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data dideskripsikan apa adanya tanpa dimanipulasi sedikitpun. Jenis penelitian yang akan peneliti aplikasikan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan mutu dan hasl pembelajaran. Guru harus melaksanakan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas supaya menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri. Dengan menerapakan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif.

Arikunto (2011:58) menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas terdiri dari 3 kata yaitu penelitian, tindakan dan kelas, yaitu: 1) Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti, 2) Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan, 3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Penelitian tindakan kelas juga dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu praktek pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian guru dapat melaksanakan kegiatan ini setelah meneliti kegiatan sendiri, di kelasnya sendiri dengan melibatkan anak didiknya sendiri melalui tindakan yang

(5)

direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan memperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.

Subjek penelitian adalah anak kelompok B2 di Taman Kanak-kanak Warrahmah Padang, dengan jumlah murid 20 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Peneliti memilih kelas ini sebagai subjek karena peneliti mengajar di kelas ini. Peneliti juga berkolaborasi dengan teman sejawat yang akan berperan sebagai observer pada saat penelitian berlangsung.

Prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan secara bersiklus yang dimulai oleh siklus pertama, siklus kedua sangat ditentukan oleh indikator keberhasilan pada siklus pertama (Arikunto, 2005:16). Siklus Pertama terdiri dari kegiatan: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi.

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran pada penelitian ini menurut Arikunto (2006:4) adalah: 1) Lembaran Observasi, yaitu cara mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi melalui pengamatan langsung terhadap kreativitas anak. Agar observasi lebih terarah, maka diperlukan pedoman observasi yang dikembangkan oleh guru dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan, dimana pedoman observasi digunakan untuk mengecek kegiatan yang dilakukan berdasarkan indikator yang sudah ditentukan sebelumnya. Aspek yang diamati melalui pedoman observasi ini adalah yang berkaitan tentang proses belajar mengajar. 2) Format Wawancara, format wawancara ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan anak terhadap kegiatan setelah pembelajaran berlangsung. 3 Dokumentasi, dokumentasi yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah berupa kamera untuk mengambil gambar sedang pembelajaran sedang berlangsung serta fortopolio.

HASIL

Peneliti melakukan penelitian ini di kelompok B2 Taman Kanak-kanak Warrahmah Padang. Pada kondisi awal sebelum penelitian kemampuan kreativitas anak dalam kegiatan melukis masih rendah. Hal ini terlihat sebagian besar anak mengalami kesulitan dalam kegiatan melukis. Pada umumnya anak hanya melukis apa yang telah dibuat atau mencontoh punya teman, anak tidak mampu berkreasi, menuangkan imajinasinya dalam kegiatan melukis menjadi satu karya yang lebih bermakna. Siklus I dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan dan refleksi.

(6)

Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I ternyata belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka peneliti melanjutkan penelitian pada siklus kedua yang dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Rata-Rata Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis Menggunakan Sikat Gigi

Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No Aspek yang Dinilai

Kondisi Awal Siklus I (3) Siklus II (3)

ST T R ST T R ST T R

F % F % F % F % F % F % F % F % F %

1

Anak dapat melukis sesuai dengan idenya

menggunakan sikat gigi

2 10 1 5 17 85 8 40 6 30 6 30 16 80 2 10 2 10

2

Anak dapat membentuk pola yang bervariasi dalam melukis menggunakan sikat gigi

2 10 2 10 16 80 7 35 5 25 8 40 17 85 1 5 2 10

3

Pencampuran warna dalam melukis menggunakan sikat gigi

1 5 2 10 17 85 8 40 5 25 7 35 16 80 2 10 2 10

Pada aspek 1, anak dapat melukis sesuai dengan idenya yang mendapat nilai sangat tinggi pada kondisis awal dengan persentase 10%, pada siklus I 40%, dan pada siklus II 80%.

Pada aspek 1, anak dapat melukis sesuai dengan idenya yang mendapat nilai tinggi pada kondisis awal dengan persentase 5%, pada siklus I 30%, dan pada siklus II 10%.

Pada aspek 1, anak dapat melukis sesuai dengan idenya yang mendapat nilai rendah pada kondisi awal dengan persentase 85%, pada siklus I 30%, dan pada siklus II 10%.

Pada aspek 2, anak dapat membentuk pola yang bervariasi dalam melukis yang mendapat nilai sangat tinggi pada kondisi awal dengan persentase 10%, pada siklus I 35%, dan pada siklus II 85%.

Pada aspek 2, anak dapat membentuk pola yang bervariasi dalam melukis yang mendapat nilai tinggi pada kondisi awal dengan persentase 10%, pada siklus I 25%, dan pada siklus II 5%.

Pada aspek 2, anak dapat membentuk pola yang bervariasi dalam melukis yang mendapat nilai rendah pada kondisi awal dengan persentase 80%, pada siklus I 40%, dan pada siklus II 80%.

Pada aspek 3, pencampuran warna dalam melukis yang mendapat nilai sangat tinggi pada kondisi awal dengan persentase 5%, pada siklus I 40%, dan pada siklus II 80%.

(7)

Pada aspek 3, pencampuran warna dalam melukis yang mendapat nilai tinggi pada kondisi awal dengan persentase 10%, pada siklus I 25%, dan pada siklus II 10%.

Pada aspek 3, pencampuran warna dalam melukis yang mendapat nilai rendah pada kondisi awal dengan persentase 85%, pada siklus I 35%, dan pada siklus II 10%.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus II untuk mencapai hasil yang optimal peneliti melakukan pembelajaran dan kegiatan yang lebih menarik lagi kepada anak agar anak termotivasi dalam melakukan kegiatan sehingga terlihat peningkatan keberhasilan belajar pada anak di siklus II ini. Untuk itu peneliti merancang kegiatan pembelajaran dengan cara yang berbeda dari siklus I, dimana pada siklus II ini peneliti lebih menantang anak untuk membuat sebuah hasil karya dan bekerjasama dengan temannya, hal ini dapat memupuk sosialisasi anak dan sifat saling tolong menolong sesame temannya sehingga anak akan merasakan berjuang bersama dalam melakukan kegiatan melukis menggunakan sikat gigi. Dala kegiatan ini anak sangat antusias sekali dan penuh semangat ini terlihat pad aspek penilaian anak sudah dapat menggunakan sikat gigi, anak sudah dapat berimajinasi dengan pola yang bervariasi sesuai dengan keinginan mereka dan anak sudah rapi dan teliti dalam melukis menggunakan sikat gigi.

Menurut Munandar dalam Hawadi (2001:1.5) menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata. Baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Ditelusuri lebih jauh peningkatan kreativitas anak erat kaitannya dengan ketertarikan, keberanian serta percaya diri dalam melakukan kegiatan. Oleh karena itu keberhasilan dalam meningkatkan kreativitas anak dipicu oleh suasana yang menyenangkan bagi anak seperti memberikan perhatian, pujian, semangat dan motivasi, seta menambah media yang bervariasi sehingga anak lebih bersemangat dalam menyelesaikan hasil karyanya. Menurut Elliwati (2005:104) menerangkan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah suatu alat pembawa pesan yang yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi materi pembelajaran. Dengan

(8)

demikian peningkatan kreativitas anak tidak akan berhasil tanpa didukung oleh kemampuan guru.

1) Perkembangan kreativitas anak dalam kegiatan melukis menggunakan sikat gigi mengalami peningkatan yaitu:

a. Anak dapat melukis sesuai dengan idenya menggunakan sikat gigi menunjukkan hasil yang meningkat dari siklus I ke siklus II.

b. Anak dapat membentuk pola yang bervariasi menunjukkan hasil yang meningkat dari siklus I ke siklus II.

c. Anak sudah bisa mencampur warna dalam melukis menggunakan sikat gigi menunjukkan hasil yang meningkat dari siklus I ke siklus II

2) Hasil observasi diperkuat lagi dengan hasil wawancara pada anak., yang menyimpulkan bahwa anak TK Warrahmah Padang menyukai kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan kegiatan melukis menggunakan sikat gigi dapat meningkatkan kreativitas anak karena peneliti telah melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Memberikan motivasi dan bimbingan pada anak, terutama bagi anak malas melakukan kegiatan melukis.

2) Memotivasi dan membimbing anak yang kurang mampu dalam kegiatan melukis agar pada siklus II sikap kemampuan kreativitas anak meningkat.

3) Mendampingi dan memperhatikan anak secara individual terutama yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan.

4) Merancang pembelajaran yang lebih menarik dengan menambahkan warna putih, warna hitam selain dari warna merah, kuning dan biru pada waktu pencampuran warna.

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

Setelah peneliti melakukan penelitian dan sesuai dengan apa yang telah dituliskan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Kreativitas anak dapat muncul dan berkembang jika anak diberikan media pembelajaran yang beragam agar anak tidak bosan dan memungkinkan anak untuk bereksplorasi menuangkan gagasannya. Anak sebaiknya diberi kebebasan dalam menciptakan hasil karyanya sendiri sehingga anak

(9)

merasa diikat oleh hasil yang dicontohkan sebelumnya dengan ini anak akan makin percaya diri dalam melakukan sesuatu hal. Pemanfaatan bahan-bahan bekas dalam pembelajaran anak usia dini akan sangat menguntungkan karena jumlah dan bentuknya sangat beragam selain dapat menghemat pengeluaran, bahan-bahan bekas juga memiliki jumlah dan bentuk yang lebih beragam, hal ini sekaligus mengajarkan kepada anak untuk mengenal berbagai macam bahan-bahan disekitar mereka yang bisa dimanfaatkan menjadi hasil karya yang menarik. Bimbingan dan pujian adalah suatu yang paling penting dalam pembelajaran anak usia dini, anak yang sering diberikan pujian dan bimbingan dengan kesabaran akan belajar dalam suasana yang menyenangkan sehingga anak akan merasa nyaman dan bersema`ngat dalam melakukan kegiatan sehingga hasil yang dicapaipun akan lebih baik. Guru hendaknya dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip PAKEM yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Melukis adalah salah suatu kegiatan yang dapat menciptakan suasana tersebut dan memiliki makna bagi perkembangan anak.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka ada beberapa saran dari peneliti yaitu: Guru lebih kreatif di dalam mencari bahan pembelajaran yang aman dan menyenangkan bagi anak. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan aman bagi anak serta di dalam pembelajaran hendaknya guru melakukan pendekatan kepada anak membimbing anak dan memberikan pujian kepada anak atau hasil karya yang mereka buat. Guru hendaknya melakukan pengulangan pada suatu pembelajaran karena pembelajaran yang hanya dilakukan beberapa kali tidak akan dapat mengembangkan kemampuan sesuai dengan target, namun jika pembelajaran dilakukan secara berulang anak akan menjadi semakin terlatih. Untuk jurusan PG-PAUD, peneliti berharap tulisan ini bisa menjadi bahan bacaan dan referensi bagi mahasiswa jurusan PG-PAUD.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi .2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara

(10)

Charner Kathy. (1993). Brain Power Aktivitas Tematik Untuk Anak. Erlangga Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003. Bandung: Citra Umbara.

Elliwati, Cucu, Badru Zaman dan Asep Hary Hermawan. 2008. Media dan Sumber Belajar Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Munandar, Utami S.C. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugraha, Ali. 2004. Kiat Merangsang Kecerdasan Anak. Jakarta: Puspa Swasra.

Rachmawati, Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas

(11)

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL

Judul : Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis Menggunakan Sikat

Gigi di TK Warrahmah Padang

Nama : MARTINIS

NIM : 51053/2009

Jurusan : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas : Ilmu Pendidikan

Padang, September 2012 Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Indra Jaya, M.Pd Indra Yeni, S.Pd

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Rata-Rata Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Melukis Menggunakan Sikat Gigi

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan perangkat lunak informasi untuk UKM di lingkungan Kota Palembang di lakukan dengan menggunakan metode Rapid Application Development (RAD), adapun

Hasil refleksi pada siklus III bahwa guru telah menerapkan pembelajaran model PAKEM dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa

Skripsi yang berjudul “ Nilai – Nilai Pendidikan Karakter dalam Lagu Lagu Anak di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah 1 Desa Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah yang berlimpah yang telah diberikan kepada penulis dapat menyelesaikan skripsi

Pengambilan data getaran pada roda gigi.. 4 Velocity Roda Gigi Normal

Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dilakukan melalui statistika deskriptif, yaitu statistika yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

” An Experimental Examination of Selected Maneuver That May Induce On-Road Untripped, Light Vehicle Rollover- Phase II of NHTSA’s 1997 -1998 Vehicle Rollover Research

Pengaruh Metode Pembelajaran Field Trip Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Keanekaragaman Hayati Kelas X.. Universitas Pendidikan Indonesia |