• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komparasi Nilai Tambah Produk Olahan Tahu Dan Tempe (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Komparasi Nilai Tambah Produk Olahan Tahu Dan Tempe (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat) Chapter III V"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

16  

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja atau (purposive) di Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Sukajadi merupakan salah satu daerah industri yang yang menghasilkan olahan kacang kedelai, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 2. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat Tahun 2014

No. Desa/Kelurahan Luas Lahan

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015  

16

(2)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa di Desa Sukajadi mempunyai lahan yang lebih luas, produksi serta produktivitas yang lebih besar dibandingkan Desa Paya Rengas.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel merupakan pengrajin yang mengolah kedelai sebagai bahan baku dalam pembuatan tahu dan tempe, serta responden yaitu Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) setempat sebanyak 1 orang, dan Dinas Pertanian Langkat. Populasi pengrajin tahu dan tempe di daerah penelitian adalah 10 KK, dimana pengrajin tahu sebanyak 7 KK dan pengrajin tempe sebanyak 3 KK. Penarikan sampel dilakukan pada pengrajin tahu dan tempe dengan metode sensus.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Analisis strategi pengembangan kacang kedelai dalam penelitian ini memerlukan sejumlah data-data pendukung yang berasal dari petani maupun dari lembaga-lembaga tertentu yang terkait dalam usahatani kacang kedelai di daerah penelitian. Data-data yang diperoleh dengan menggunakan dua macam cara pengumpulan data, yaitu:

1. Data primer

(3)

18  

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelusuran literatur-literatur terkait seperti buku, internet, skripsi, data dari Badan Pusat Statistik (BPS Sumatera Utara), data dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat.

3.4.Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah (1) digunakan analisis deskriptif ditujukan untuk menjelaskan dari awal pengolahan kacang kedelai sampai menjadi tahu dan tempe di daerah penelitian.

Untuk mengidentifikasi masalah (2) dianalisis dengan metode hayami ditujukan untuk mengetahui berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan kacang kedelai sampai menjadi tahu dan tempe di daerah penelitian. Adapun prosedur perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode hayami dapat disajikan dalam bentuk Tabel sebagai berikut:

(4)

Tabel 3. Prosedur perhitungan nilai tambah dengan metode Hayami

Keluaran (Output) Masukan (Input) dan Harga

1. Ouput/produk total (kg/proses produksi) A 2. Input bahan baku (kg/proses produksi) B 3. Input tenaga kerja (Hok/proses produksi C

4. Faktor konversi (kg output/ kg bahan baku) D = A/B 5. Koefisien tenaga kerja (Hok/kg bahan baku) E = C/B

6. Harga output (Rp/kg) F

7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/ proses produksi G Pendapatan dan Keuntungan

8. Harga input bahan baku (Rp/kg) H Balas jasa untuk faktor produksi

14. Marjin Q = J-H

 Pendapatan tenaga kerja (%) R% = M/Q x 100%  Sumbangan input lain (%) S% = I/Q x 100%

 Keuntungan (%) T% = O/Q x 100%

Sumber: Sudiyono, 2004

Kriteria ujinya yaitu:

Jika rasio nilai tambah > 50% , maka nilai tambah tergolong tinggi Jika rasio nilai tambah ≤ 50% maka nilai tambah tergolong rendah.

(5)

20  

Untuk mengidentifikasi masalah (3) dianalisis dengan metode uji Independent sampel T test yang ditujukan untuk mengetahui perbedaan nilai tambah produk olahan tahu dan tempe.

3. 5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3. 5. 1. Definisi

1) Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai tambah atau dapat diartikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya. Tidak termasuk tenaga kerja.

2) Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain dengan satuan Rp/Kg.

3) Pengolahan kedelai adalah proses pengolahan kacang kedelai sampai menjadi tahu dan tempe.

4) Biaya bahan baku merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku yang dihitung dalam satuan Rp/kg..

5) Biaya penunjang merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk bahan penunjang yang dihitung dalam satuan Rp/kg.

6) Faktor konversi, menunjukkan banyaknya output yang dapat dihasilkan dari satu satuan input.

7) Output adalah jumlah produk (tahu dan tempe) yang dihasilkan selama satu periode yang dihitung dalam satuan kg.

(6)

8) Harga output adalah didasarkan pada harga jual rata-rata, dimana harga jual rata-rata merupakan pembagian antara total nilai penjualan dengan output yang dijual dan dihitung dalam satuan rupiah per kg produk olahan.

9) Input adalah jumlah bahan baku yang telah digunakan selama satu periode untuk memproses bahan baku sampai menjadi tahu dan tempe.

10) Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi.

11) Tempe adalah makanan yag dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus.

3.5.2 Batasan Operasional

1) Daerah penelitian adalah Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat.

(7)

 

22   

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis dan Lingkup Wilayah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Suka Jadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Letak geografis Desa Suka Jadi berada pada kisaran 03o47’06”–03o53’42” LU – 98o22’28”-98o28’31” BT. Desa Suka Jadi berada pada ketinggian 5 - 10 m di atas permukaan laut dengan rata-rata curah hujan sebesar 000 - 801 mm per tahun, dan suhu rata-rata harian sebesar 35 – 45 oC. Secara administrasi Desa Suka Jadi mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebalah Utara : Desa Baru Pasar 8, Kecamatan Hinai

 Sebelah Selatan : Desa Jentera Stabat, Kecamatan Wampu

 Sebelah Timur : Desa Paya Rengas, Kecamatan Hinai

 Sebelah Barat : Desa Perkembangan Tanjung Beringin, Kecamatan

Hinai 4.1.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk daerah penelitian tahun 2015 tercatat sebanyak 3.490 jiwa dengan 1.114 KK, yang terdiri dari 1.699 jiwa laki-laki dan 1791 jiwa perempuan. Adapun distribusi penduduk dirinci menurut golongan umur dan jenis kelamin ialah sebagai berikut :

(8)

Tabel 4 . Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Suka Jadi Tahun 2015

No.

Sumber : Lampiran 1

Pada Tabel dapat diketahui bahwa kelompok umur 0 – 9 tahun memiliki persentase terbesar dibandingkan dengan kelompok umur lainnya yaitu sebesar 13,4 % (468 jiwa). Sedangkan yang terkecil berada di kelompok umur lebih dari 70 tahun yaitu sebesar 8.8 % (308 jiwa).

Distribusi penduduk Desa Suka Jadi menurut agama atau aliran kepercayaan terdiri atas agama Islam, Kristen, Katholik, dan Budha. Adapun distribusi penduduk dirinci menurut agama atau aliran kepercayaan ialah sebagai berikut :

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Agama atau Aliran Kepercayaan di Desa Suka Jadi Tahun 2015

No. Agama Jumlah

(9)

24  

Pada Tabel dapat diketahui bahwa jumlah agama terbesar adalah penduduk yang beragama Islam yaitu sebesar 3.435 jiwa, sedangkan yang terkecil adalah penduduk yang beragama Budha yaitu sebesar 2 jiwa.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di suatu desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan desa tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung maka akan mempercepat laju perkembangan desa tersebut. Adapun distribusi sarana dan prasarana yang ada di Desa Suka Jadi ialah sebagai berikut:

Tabel 6. Distribusi Sarana dan Prasarana di Desa Suka Jadi Tahun 2015

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Pendidikan

- Puskesmas Pembantu - Posyandu

Sumber : Lampiran 1

4.2 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan lama berusaha. Adapun karakteristik sampel dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: karakteristik sampel pengolah tahu dan karakteristik sampel pengolah tempe.

Tabel 7. Karakteristik Sampel Pengolah Tahu

(10)

Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range

Umur Tahun 46,3 40-56

Tingkat Pendidikan Tahun 7,3 6-12

Jumlah Tanggungan Jiwa 1,9 0-3

Lama Berusaha Tani Tahun 17,4 5-25

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden pengolah tahu adalah 46,3 tahun degan rentang 40 – 56 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang dicapai oleh sampel pengolah tahu mempunyai rata-rata 6,9 tahun dengan rentang 6 – 12 tahun. Ini berarti bahwa tingkat pendidikan yag dominan dari responden pengolah tahu adalah tingkat SMP. Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh responden pengolah tahu rata-rata 5 – 25 jiwa. Sedangkan lamanya berusaha tahu rata-ratanya adalah 17,4 tahun yang berada pada rentang 5-25 tahun.

Tabel 8. Karakteristik Sampel Pengolah Tempe

Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range

Umur Tahun 52.7 51-56

Tingkat Pendidikan Tahun 8.0 6-9

Jumlah Tanggungan Jiwa 3.3 2-5

Lama Berusaha Tani Tahun 14.8 1.5-25

Sumber : Lampiran 2

(11)

 

26   

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tahu dan Tempe

Dalam melakukan pengolahan kacang kedelai, ada beberapa hal yang perlu diketahui, antara lain: penggunaan bahan baku, penggunaan modal investasi, dan pengggunaan tenaga kerja.

5.1.1 Penggunaan Bahan Baku

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di daerah penelitian, diketahui bahwa bahan baku untuk membuat tahu dan tempe adalah kacang kedelai. Secara rinci, mengenai jumlah penggunaan bahan baku kacang kedelai pengolahan tahu dan tempe di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Jumlah Penggunaan Bahan Baku Kacang Kedelai Pengolahan Tahu di Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat (1 Kali Produksi)

Uraian Total (Kg) Rata-Rata (Kg)

Penggunaan Kacang Kedelai Menjadi Tahu

420 60 Sumber: Lampiran 3

Tabel 5.2 Jumlah Penggunaan Bahan Baku Kacang Kedelai Pengolahan Tempe di Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat (1 Kali Produksi)

Uraian Total (Kg) Rata-Rata (Kg)

Penggunaan Kacang Kedelai menjadi Tempe

130 43 Sumber: Lampiran 4

Dari Tabel 5.1 dan 5.2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan bahan baku pengolahan tahu setiap 1 kali produksi adalah 60 kg dan rata-rata penggunaan bahan baku pengolahan tempe setiap 1 kali produksi adalah 43 kg.

(12)

Frekuensi pengolahan kacang kedelai menjadi tahu dan tempe yang dilakukan responden di daerah penelitian adalah setiap hari.

5.1.2 Penggunaan Modal Investasi

Setiap kegiatan dalam proses pengolahan, sudah seharusnya membutuhkan modal. Ketersedian modal yang relatif mencukupi dalam menjalankan suatu usaha sangat diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Di bawah ini dapat dilihat penggunaan modal investasi awal dalam pengolahan kacang kedelai menjadi tahu dan tempe.

Tabel 5.3 Rata-Rata Modal Investasi Usaha Pengolahan Kacang Kedelai Menjadi Tahu Dan Tempe Di Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat (1 Kali Produksi)

Tahu Tempe

Kuali 1 2.401 Kacang

Pisau 1 4 Kipas angin 1 34

Kain Saring 1 87

Total 26 5.207 Total 2.584,3

Sumber: Lampiran 5-18

(13)

28  

5.1.3 Penggunaan Tenaga Kerja

Tabel 5.4 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tahu di Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat (1 kali produksi)

Uraian Kegiatan Total (HKO) Rata-Rata/Sampel (HKO)

Penggunaan Tenaga

Kerja 4.63 0.66

Sumber: Lampiran 27

Bisa dilihat pada Tabel 5.4 diatas bahwa rata-rata penggunaan Tenaga Kerja pengolahan kacang kedelai menjadi tahu untuk 1 kali produksi yaitu 0.66 HKO dengan total keseluruhan yaitu 4.63.

Tabel 5.5 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pengolahan Kacang Kedelai menjadi Temp di Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat (1 kali produksi)

Uraian Kegiatan Total (HKO) Rata-Rata/Sampel (HKO)

Penggunaan Tenaga

Kerja 2.48 0.83

Sumber: Lampiran 28

Bisa dilihat pada Tabel 5.5 diatas bahwa rata-rata penggunaan Tenaga Kerja pengolahan kacang kedelai menjadi tempe untuk 1 kali produksi yaitu 0.83 HKO dengan total keseluruhan yaitu 2.48

5.2 Proses Pengolahan

5.2.1 Proses Pengolahan Kacang Kedelai Menjadi Tahu

Salah satu bahan baku pembuatan tahu adalah kacang kedelai, banyak jenis kacang kedelai tapi tidak semua jenis kacang kedelai cocok untuk dibuat menjadi tahu. Sebelum kedelai dibuat menjadi tahu harus mengalami proses terlebih dahulu. Adapun alur tahapan pengolahan kacang kedelai menjadi tahu dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut :

(14)

Gambar 2. Skema Pengolahan Kacang Kedelai Menjadi Tahu  

Uraian Kegiatan

Direndam

Diayak Digiling

Dikentalkan Dimasak

Dibongkar

Didinginkan

Dipotong

TAHU

2 Jam

Dicetak

15 menit

   

(15)

30  

Tahapan Pembuatan Tahu:

1) Perendaman, kedelai yang telah dipilih kemudian direndam dalam air selama ± 2-3 jam. Tujuan dari merendam adalah untuk mempermudah proses penggilingan sehingga nanti hasil bubur dari penggilingan tersebut kental. 2) Penggilingan, kedelai yang ada siap digiling dengan mesin sehingga menjadi

bentuk bubur kedelai. Setelah digiling kedelai yang sudah halus tersebut dimasukkan dalam bak-bak untuk selanjutnya dimasak.

3) Setelah dimasak selama ± 10 menit selanjutnya dipindahkan ke kain penyaring dan dibutuhkan waktu ± 10 menit agar sari kedelai dapat terpisah dari ampasnya. Untuk mempermudah proses terpisahnya sari kedelai dari ampasnya maka ditambahkan air sambil terus diaduk-aduk.

4) Pengayakan, ampas tahu akan tetap bertahan dalam kain sementara sari dari kedelai akan jatuh kedalam bak yang sudah disiapkan di bawahnya. Ampas tahu yang tertahan pada kain lalu dibuang, sedangkan sari tahu dalam bak akan diolah lebih lanjut untuk menjadi tahu.

5) Pengentalan, setelah selesai dimasak, sari kedelai harus mengalami proses pengentalan agar komposisi nya lebih padat.

6) Pencetakan, Setelah yang tersisa dalam bak hanyalah sari kedelai, maka sari-sari tersebut akan diangkat dengan menggunakan penyaringan untuk seterusnya dimasukkan ke cetakan tahu. Setelah dirasa sudah cukup maka cetakan kemudian ditutup. Proses ini berfungsi untuk memberi bentuk pada produk tahu yang nantinya dihasilkan sekaligus untuk meniriskan air yang masih tertempel pada sari kedelai tersebut.

(16)

7) Dinginkan, tujuan dari proses pendinginan agar susu kedelai yang masih panas perlahan dingin sekaligus mengeluarkan air yang tersisa di dalam nya. Durasi yang dibutuhkan dalam pendinginan ± 15 menit.

8) Dibongkar, tujuan dari proses ini ialah agar tahu yang telah terbentuk dapat dimasukkan ke kotak tahu agar selanjutnya dipotong.

9) Dipotong, setelah sari kedelai menjadi tahu proses terakhir adalah pemotongan untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam kotak tahu untuk dipotong dengan pisau.

Tabel 5.6 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tahu di Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat (HKP)

Uraian Kegiatan

Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja (HKP)

Penggilingan 0.1 0.04 0.14

Perebusan 0.01 0.01 0.02

Penyaringan 0.03 0.01 0.04

Penyetakan 0.02 0.01 0.03

Pemotongan 0.03 0.01 0.04

Total 0.46 0.19 0.65

Sumber: Lampiran 29

(17)

32  

5.2.2 Proses Pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tempe

Pembuatan tempe secara tradisional biasanya menggunakan tepung tempe yang dikeringkan di bawah sinar matahari. Searang pembuatan tempe ada juga yang menggunakan ragi tempe. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses pengolahan tempe agar diperoleh hasil yang baik adalah

1) Kedelai harus dipilih yang baik (tidak busuk) dan tidak kotor,

2) Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman penyakit 3) Cara pengerjaan nya harus bersih, Ragi tempe harus dipilih yang masih

aktif (bila diremas membentuk butiran halus).

Pada gambar 3 disajikan alur tahapan pengolahan kacang kedelai menjadi tempe:

(18)

Gambar 3. Skema Pengolahan Kacang Kedelai Menjadi Tempe Direbus 1

Direndam

Dicuci 2

Direbus 2

Didinginkan

Diragikan

TEMPE Dibungkus

Dicuci 1 Uraian Kegiatan

 

 

 

(19)

34  

Tahapan Pembuatan Tempe:

1) Pencucian 1, biji kedelai yang telah dipilih dimasukkan kedalam baik air untuk dicuci hingga bersih. Proses pencucian akan lebih baik bila dengan air yang mengalir.

2) Perebusan 1, perebusan dilakukan sekitar 30 menit (setengah matang) dengan ukuran yang membesar. Tujuan dari perebusan ini adalah sebagai proses hidrasi, yaitu biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Tujuan lain nya yaitu melunakkan biji kedelai supaya dapat menyerap asam pada tahap perendaman.

3) Perendaman, tujuan dari tahap perendaman ialah untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadi nya fermentasi asam laktat dengan maksud memperoleh tingkat keasaman yang dibutuhkan.

4) Pencucian 2, proses pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin terbentuk oleh bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotoran dapat menghambat pertumbuhan fungi. 5) Perebusan 2, tujan dari perebusan akhir untuk melunakkan keping-keping

biiji kedelai.

6) Pendinginan, biji kedelai hasil perebusan 2 didinginkan dan disimpan kemudian diaduk secara merata agar keping biji menjadi kering dan dingin. 7) Peragian, proses peragian sangat menentukan kualitas tempe yang akan

dihasilkan. Dosis ragi yang dibutuhkan untuk 1 kg biji kedelai sekitar 2 gram. 8) Pembungkusan, setelah melalui proses peragian maka proses akhir adalah

pembungkusan yaitu biji kedelai dibungkus dan ditempatkan dalam wadah

(20)

untuk fermentasi. Bahan pembungkusan dapat berupa daun pisang, plastik, kayu, asalkan memungkinkan masuknya udara.

Tabel 5.7 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tempe di Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat (HKP)

Uraian Kegiatan

Rata-Rata Penggunaan tenaga kerja (HKP)

Jumlah Rata-Rata penggunaan Tenaga

Kerja (HKP) TKDK TKLK

Pencucian I 0.02 0.01 0.03

Perebusan I 0.1 0.05 0.15

Pencucian II 0.04 0.04 0.08

Perebusan II 0.17 0.08 0.25

Pendinginan 0.01 0.01 0.02

Pembungkusan 0.17 0.13 0.3

Total 0.51 0.32 0.83

Sumber: Lampiran 30

(21)

36  

5.2.3 Nilai Tambah Yang Diperoleh Dari Pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tahu.

Tabel 5.8 Tabel Nilai Tambah Yang Diperoleh Dari Pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tahu.

Variabel Nilai I. Output, Input, dan Harga

1 Output (Kg) 447,87

2 Input Kedelai (Kg) 60

3 Tenaga Kerja (HKO) 0.65

4 Faktor Konversi 7,46

5 Koefisien Tenaga Kerja (HKO/Kg) 0,01

6 Harga Output (Rp) 2.071,43

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HKO) 23.343

II. Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 7.043

9 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 5.095,23

10 Nilai Output (Rp/Kg) 15.452,87

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 6.955,11

b. Rasio Nilai Tambah (%) 45,01

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) 256,77

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 369

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) 6.698,34

b. Tingkat Keuntungan (%) 96,31

III.Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) 8.409,87

a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) 3,05

b. Sumbangan Input Lain (%) 60,59

c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) 79,65 Sumber: Lampiran 39

I. Output, Input, dan

Harga

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dijelaskan bahwa dalam usaha pengolahan Kacang Kedelai menjadi tahu menggunakan bahan baku Kacang Kedelai sebanyak 60 kg/hari yang dapat menghasilkan output berupa tahu sebanyak 447,87 kg, sehingga menghasilkan faktor konversi sebesar 7,46. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa 1 kg kacang kedelai dapat menghasilkan 7,46 kg tahu. Dalam proses pengolahan tersebut menggunakan tenaga kerja sebanyak 0,65

(22)

HKO, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan untuk mengolah 1 kg kacang kedelai adalah 0,011 HKO.

II. Penerimaan dan

Keuntungan

Adapun harga rata-rata bahan baku usaha pembuatan tahu di Desa Sukajadi adalah Rp 7.043,-/kg, dan sumbangan input lain adalah Rp 5.095,23,-/kg bahan baku kacang kedelai. Berikut ini disajikan rincian bahan penunjang (sumbangan input lain) dalam usaha pengolahan kacang kedelai menjadi tahu di Desa Sukajadi. Tabel 5.9 Sumbangan Input Lain yang Digunakan dalam Pengolahan Tahu

Uraian Biaya (Rp)

Kayu Bakar 285.714

Solar 5.000 Gas 15.000 Total 305.714 Penggunaan Bahan Baku (Kg) 60

Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 5.095,23

Sumber: Lampiran 37

(23)

38  

III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

Nilai margin yang diperoleh sebesar Rp 8.409,87,-/kg dan persentase pendapatan tenaga kerja sebesar 3,05%. Persentase balas jasa untuk sumbangan input lain adalah 60,59% dan persentase keuntungan pengrajin pembuat tahu adalah 79,65%.

5.2.4 Nilai Tambah Yang Diperoleh Dari Pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tempe.

Tabel 6.0 Nilai Tambah Yang Diperoleh Dari Pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tempe.

Variabel Nilai I. Output, Input, dan Harga

1 Output (Kg) 90,33

2 Input Kedelai (Kg) 43,33

3 Tenaga Kerja (HKO) 0,83

4 Faktor Konversi 2,08

5 Koefisien Tenaga Kerja (HKO/Kg) 0,0192

6 Harga Output (Rp) 9.666,67

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HKO) 24.323 II. Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 7.033

9 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 1.764

10 Nilai Output (Rp/Kg) 20.106,67

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 10.061,1

b. Rasio Nilai Tambah (%) 50,04

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) 467

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 4,64

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) 9.594,1

b. Tingkat Keuntungan (%) 95,36

III.Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) 13.073,67

a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) 3,57 b. Sumbangan Input Lain (%) 13,49 c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) 73,38 Sumber: Lampiran 40

I. Output, Input, dan Harga

(24)

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dijelaskan bahwa dalam usaha pengolahan Kacang Kedelai menjadi tempe menggunakan bahan baku Kacang Kedelai sebanyak 43,33 kg/hari yang dapat menghasilkan output berupa tempe sebanyak 90,33 kg, sehingga menghasilkan faktor konversi sebesar 2,08. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa 1 kg kacang kedelai dapat menghasilkan 2,08 kg tempe. Dalam proses pengolahan tersebut menggunakan tenaga kerja sebanyak 0,83 HKO, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan untuk mengolah 1 kg kacang kedelai adalah 0,0192 HKO.

II. Penerimaan dan

Keuntungan

Adapun harga rata-rata bahan baku usaha pembuatan tempe adalah Rp 7.033,-/kg, dan sumbangan input lain adalah Rp 1.764,-/kg bahan baku kacang kedelai. Berikut ini disajikan rincian bahan penunjang (sumbangan input lain) dalam usaha pengolahan kacang kedelai menjadi tempe di Desa Sukajadi.

Tabel 5.9 Sumbangan Input Lain yang Digunakan dalam Pengolahan Tempe

Uraian Biaya (Rp)

Gas 5.000 Solar 5.000 Ragi 1.433,33

Daun Pisang 20.000

Plastik 25.000

Listrik dan Air 20.000

Total 76.433,33 Penggunaan Bahan Baku (Kg) 43,33

Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 1.764

Sumber: Lampiran 38

(25)

40  

ouput berupa tempe merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan kacang kedelai menjadi tempe. Pendapatan tenaga kerja yang diperoleh sebesar Rp 467,-/kg dengan nilai persentase terhadap nilai tambah sebesar 4,64%. Keuntungan dari pengolahan kacang kedelai menjadi tempe sebesar Rp 9.594,1,-/kg dengan persentase keuntungan sebesar 95,36%.

III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

Nilai margin yang diperoleh sebesar Rp 13.073,67,-/kg dan persentase pendapatan tenaga kerja sebesar 3,57%. Persentase balas jasa untuk sumbangan input lain adalah 13,49% dan persentase keuntungan pengrajin pembuat tempe adalah 73,38%

5.3 Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Kacang Kedelai Menjadi Tahu dan Tempe

(26)

Tabel 6.1 Rata-rata Perbandingan nilai tambah Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Kacang Kedelai Menjadi Tahu dan Tempe

Berdasarkan data pada Tabel 6.0 dapat dilihat bahwa perbandingan penggunaan bahan baku dengan output yang dihasilkan (faktor konversi) pada pembuatan tahu lebih tinggi jika dibandingkan dengan perbandingan penggunaan bahan baku dengan output yang dihasilkan (faktor konversi) pada pembuatan tempe. Pada setiap produksi tahu, rata-rata kebutuhan kacang kedelai adalah sebesar 60 kg dan output yang dihasilkan sebesar 447,87 kg, menghasilkan faktor konversi 7,46 yang artinya untuk masing-masing penggunaan 1 kg bahan baku kacang kedelai dapat menghasilkan 7,46 kg tahu. Sedangkan per produksi tempe, rata-rata

Keterangan Produk Olahan

I. Output, Input, dan Harga Tahu t Tempe

1 Output (Kg) 447,87 90,33

2 Input Kedelai (Kg) 60 43,33

3 Tenaga Kerja (HKO) 0.65 0,83

4 Faktor Konversi 7,46 2,08

5 Koefisien Tenaga Kerja (HKO/Kg) 0,01 0,0192

6 Harga Output (Rp) 2.071,43 9.666,67

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HKO) 23.343 24.323 II. Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 7.043 7.033 9 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 5.095,23 1.764 10 Nilai Output (Rp/Kg) 15.452,87 20.106,67 11 c. Nilai Tambah (Rp/Kg) 6.955,11 10.061,1 d. Rasio Nilai Tambah (%) 45,01 50,04 12 c. Pendapatan Tenaga Kerja

(Rp/Kg)

256,77 467

d. Pangsa Tenaga Kerja (%) 369 4,64

13 c. Keuntungan (Rp/Kg) 6.698,34 9.594,1 d. Tingkat Keuntungan (%) 96,31 95,36

III.Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) 8.409,87 13.073,67

d. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%)

3,05 3,57 e. Sumbangan Input Lain (%) 60,59 13,49

f. Keuntungan Pemilik

Perusahaan (%)

(27)

42  

90,33 kg, menghasilkan faktor konversi 2,08 yang artinya untuk masing-masing penggunaan 1 kg bahan baku kacang kedelai dapat menghasilkan 2,08 kg tempe.

Nilai output pengolahan kacang kedelai menjadi tahu adalah sebesar Rp 15.452,87,-/kg, sedangkan nilai output pengolahan kacang kedelai menjadi tempe sebesar Rp 20.106,67,-/kg.

Nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan kacang kedelai menjadi tempe lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan kacang kedelai menjadi tahu. Menurut analisis penulis, hal tersebut disebabkan karena harga output tempe lebih besar daripada harga output tahu yang menyebabkan nilai output produk tempe lebih besar daripada nilai output produk tahu. Dengan demikian, hipotesis 1 nilai tambah (value added) yang dihasilkan dari pengolahan kacang kedelai menjadi tahu lebih besar dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kacang kedelai menjadi tempe ditolak.

Begitu juga dengan rasio nilai tambah produk tempe lebih tinggi yaitu 50,04% jika dibandingkan dengan rasio nilai tambah produk tahu yaitu sebesar 45,01%. Artinya adalah 50,04% dari nilai output merupakan nilai tambah dari pengolahan kacang kedelai menjadi tempe dan 45,01% dari nilai output merupakan nilai tambah dari pengolahan kacang kedelai menjadi tahu.

(28)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan penelitian berikut ini diuraikan beberapa kesimpulan yaitu, sebagai berikut:

1. Proses pengolahan kedelai menjadi tahu sangat rumit dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak, sedangkan proses pengolahan kedelai menjadi tempe tidak terlalu rumit.

2. Proses pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tahu di daerah penelitian terdiri dari 9 tahapan, yaitu: 1) direndam, 2) digiling, 3) dimasak, 4) diayak, 5) dikentalkan, 6) dicetak, 7) dibongkar, 8) didinginkan, 9) dipotong. Seluruh tahapan ini terangkai dalam satu kegiatan yang berkesinambungan dan

membutuhkan waktu selama 1 hari. Sedangkan untuk proses pengolahan

Kacang Kedelai menjadi Tempe di daerah penelitian terdiri dari dari 8 tahapan, yaitu: 1) pencucian 1, 2) perebusan 1, 3) perendam, 4) pencucian 2, 5) perebusan 2, 6) pendinginan, 7) peragian, 8) pembungkusan.

3. Nilai Tambah yang dihasilkan dari pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tahu sebesar Rp 6.955,11,- dengan rasio nilai tambah < 50% (45.01%) tergolong rendah untuk satu kali proses produksi. Sedangkan, Nilai Tambah yang dihasilkan dari pengolahan Kacang Kedelai menjadi Tempe sebesar Rp 10.061,1,- dengan rasio nilai tambah > 50% (50.04%) tergolong tinggi untuk satu kali proses produksi.

(29)

44  

6.2Saran

Kepada Pengusaha Kacang Kedelai

Kepada pengusaha diharapkan agar meningkatkan usahanya di bidang pengolahan Kacang Kedelai khususnya pengolahan kedelai menjadi tahu, tempe, serta terus berinovasi dalam usaha pengolahan kedelai seperti menambah jenis produk dan efisiensi biaya produksi dengan tujuan agar memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi.

Kepada Pemerintah

Kepada pemerintah diharapkan agar memberikan program-program pelatihan kepada bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) agar dapat membantu para pengusaha kecil, dikarenakan mereka merupakan penggerak dari program ekonomi kerakyatan.

Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti tentang strategi pemasaran tahu, tempe, pengaruh teknologi terhadap produksi tahu, tempe, serta kemungkinan perluasan usaha produksi tahu dan tempe.

Gambar

Tabel 2. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Kecamatan    Hinai, Kabupaten Langkat Tahun 2014
Tabel 3. Prosedur perhitungan nilai tambah dengan metode Hayami
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Agama atau Aliran Kepercayaan di Desa Suka Jadi Tahun 2015
Tabel 6. Distribusi Sarana dan Prasarana di Desa Suka Jadi Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

BK, hendaknya tetap melaksanakan layanan bimbingan Kelompok dan melakukan kerjasama yang baik serta di lakukan secara intensif dan terprogram, karena terbukti bahwa

Untuk menunjukkan format-format baru dari nama organisasi, seseorang atau keluarga yang telah disusun sesuai dengan aturan selain yang digunakan untuk menetapkan nama

3) Menciptakan suasana agar mahasiswa siap mental untuk menghadapi topik yang akan dijelaskan. 4) Dosen menyampaikan beberapa fenomena yang dijawab selama perkuliahan

Jer ami padi t er masuk hasi l si sa t anaman per t ani an yang kandungan pr ot ei nnya r endah ( di bawah 7%) sehi ngga penggunaan unt uk pakan membut uhkan supl ement asi pr ot ei

Kedua perusahaan secara rerata mempunyai rasio aktivitas dibawah rasio industri, namun perkembangan rasio aktivitas kedua perusahaan mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan

bea, retribusi, dan pungutan lain yang sah serta biaya asuransi (apabila diperlukan) yang harus dibayar oleh penyedia untuk pelaksanaan pengadaan

[r]

An e��eriment was conducted to assess the substitution o� concentrate with mulberry �� Morus spp. ) leaves combined with rice straw offered to beef cattle. Rations consisted