• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Pemakaian Kosmetik Pekerja Yang Memiliki Akne Vulgaris Dibeberapa Restoran Kota Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Pemakaian Kosmetik Pekerja Yang Memiliki Akne Vulgaris Dibeberapa Restoran Kota Medan Chapter III VI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori

Akne vulgaris Etiopatogenesis:

 Hiperkeratinisasi dan hiperproliferasi folikel pilosebasea

 Koloni mikrobiologi Propionibacterium acnes

 Produksi sebum yang meningkat

 Mekanisme peeradangan yang kompleks Faktor Resiko:

 Genetik

 Ras dan Nasionalitas  Hormonal

 Diet dan indeks glikemik

Gambaran klinis

Diagnosis

Terapi  Jenis kosmetik

(2)

3.2 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

(3)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional) yang pengukuran

variable-variabelnya dilakukan hanya satu kali pada suatu saat. Penelitian ini bertujuan untuk

melihatprevalensi pemakaian kosmetik sebagai faktor resiko kejadian akne vulgaris

pada pekerja beberapa restoran di kota Medan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan, dari bulan Juli hingga

September 2016. Penelitian ini dilakukan di Restoran Harbour Nine dan Straits Nine,

Medan. Restoran dipilih sebagai objek penelitian dikarenakan pada bidang pekerjaan

ini, pekerja dituntut untuk memiliki penampilan yang rapi serta menarik selama

periode kerja. Beberapa pekerja beralih menggunakan kosmetik sebagai salah satu

alternatif.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Target populasi pada penelitian ini adalah pekerja restoran Harbour Nine dan

Straits Nine yang mengaplikasikan kosmetik sehari-hari.

4.3.2 Sampel

(4)

4.4 Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data diperoleh melalui wawancara

dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang akan diisi oleh responden.

Kuesioner akan dikonsultasikan serta didiagnosisoleh dosen pembimbing. Instrumen

yang digunakan untuk memperoleh data penelitian adalah dalam bentuk kuesioner.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, maka pengolahan data dapat dilakukan dengan

menggunakan perangkat lunak Statistical Package for Social Sciences ( SPSS for

Windows).

4.6 Defenisi Operasional 4.6.1. Akne Vulgaris

a. Akne vulgaris merupakan kondisi kulit dengan gambaran klinis berupa lesi

Inflamasi ( pustula, kista, papul) dan non inflamasi (komedo).

b. Cara ukur : Pemeriksaan fisik.

c. Alat ukur : Kuesioner.

d. Hasil ukur : Ada akne dan tidak ada akne.

e. Skala ukur : Nominal.

4.6.2. Kosmetik

a. Kosmetik Dekoratif didefinisikan sebagai produk yang sering digunakan

seperti pelembab, pembersih wajah, tabir surya, bedak dasar, bedak tabur,

pemerah pipi, BB cream.

b. Cara ukur : Anamnesis.

c. Alat ukur : Kuesioner.

d. Hasil ukur : Pelembab, pembersih wajah, tabir surya, bedak dasar, bedak

(5)

e. Skala ukur : Nominal.

4.7 Alur Penelitian

Peker ja r estor an

Menggunakan kosmetik

Mender ita Akne vulgar is

Tidak mender ita Akne vulgar is

Tidak menggunakan

kosmetik I nfor m consent

Pengambilan data: kuesioner

Diagnosis (oleh dosen pembimbing)

Analisis data

(6)

BAB 5

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Restoran Harbour Nine yang beralamat di

jalan Imam Bonjol nomor 9 Medan, dan Restoran Straits Nine yang beralamat di

jalan Imam Bonjol nomor 6 Medan. Pembagian kuesioner dilaksanakan pada tanggal

20hingga 22 Agustus 2016 dan dibagikan kepada masing-masing pegawai baik

pekerja dengan shift pagi dan malam.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Subjek penelitian ini adalah seluruh pegawai Restoran Harbour Nine dan

Restoran Straits Nineyang menjadi responden, sehingga diperoleh total subjek

penelitian adalah 36 pegawai. Namun hanya 32 pegawailah yang sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi.

Tabel 5.1 Data karakteristik responden

NO Karakteristik Kategori Penderita akne Persentase

1. Jenis kelamin Perempuan 27 84%

Laki-laki 5 16%

2. Umur 15-25 26 81%

26-35 6 19%

3. Lokasi akne Wajah 28 86%

Leher 4 14%

4. Derajat akne Ringan 10 32%

Sedang 11 34%

(7)

5.1.3 Hasil analisis data

5.1.3.1 Pemakaian kosmetik pada respondenpenderita akne vulgaris Tabel 5.2 Pemakaian kosmetik pada responden penderita akne vulgaris

Penelitian ini melibatkan 36 responden yang didiagnosis oleh dosen

pembimbing spesialis kulit. Dapat dilihat dari tabel 5.2 bahwa sebanyak 32

responden (89%) yang didiagnosis akne menyatakan menggunakan

kosmetik. Menurut tingkat keparahannya, diperoleh 10 responden (32%)

didiagnosis dengan akne ringan, 11 responden lainnya (34%) akne sedang

dan sisanya 11 responden (34%) akne berat. Diperoleh dari 32 responden

dengan akne, 3 jenis kosmetik utama yang umum digunakan adalah bedak

tabur 20 responden (63%), bedak padat 27 responden (84%), pelembab 24

pelembab (75%), dan kosmetik pelengkap lainnya (84%) seperti lipstick,

pensil alis, eyeliner dan eyeshadow.

5.1.3.2 Kondisi kulit wajah responden penderita akne vulgaris Tabel 5.3 Kondisi kulit wajah responden penderita akne vulgaris

Kondisi kulit wajah Jumlah (%)

Berminyak 26 (81)

Kering 6 (19)

Total 32 (100)

Pemakaian Ya Tidak

Kosmetik 32(89%) 4(11%)

Bedak tabur 20(63%) 12(37%)

Bedak padat 27(84%) 5(16%)

Pelembab 24(75%) 8(25%)

(8)

Pada responden kelompok akne, diperoleh bahwa 26 responden (81%)

memiliki wajah yang berminyak dan sisanya 6 responden (19%) memilki

wajah yang kering.

5.1.3.3 Karakteristik pemakaian kosmetik pada penderita akne Tabel 5.4 Karakteristik pemakaian kosmetik pada penderita akne

Penggunaan kosmetik n (%)

Jumlah kosmetik

- >2 produk 28 88

- 1 produk 4 12

Frekuensi

- Teratur 22 69

- Tidak teratur 10 31

Durasi

- >10 jam 18 56

- <9 jam 14 44

Pada penelitian inidiperoleh 28 responden(88%) mengaplikasikan lebih dari

dua produk kosmetik dalam satu waktu. Sedangkan sisanya 4

responden(12%) hanya memakai satu jenis produk kosmetik dalam satu

waktu. Menurut frekuensi pemakaian kosmetik, sebesar 22 responden(69%)

menggunakan kosmetik secara teratur sehari-hari dan beberapa responden

lainnya,10(31%) hanya menggunakannya pada acara tertentu.Menurut

durasi pemakaian, 18 responden (56%) memiliki lama pemakaian kosmetik

diatas sepuluh jam dalam sehari. Hanya beberapa diantaranya 14 responden

(44%) yang menggunakan kosmetik dengan durasi sembilan atau kurang

(9)

5.1.3.4 Rutinitas kebersihan wajah pada responden penderita akne vulgaris Tabel 5.5 Rutinitas kebersihan wajah pada responden penderita akne

vulgaris

Rutinitas Ya Tidak

Pembersih wajah 22(69%) 10(31%)

make-up remover 14(44%) 18(56%)

Pada penelitian ini, 22 responden (69%) menyatakan rutin (minimal dua kali

sehari) membersihkan wajah dengan menggunakan sabun cuci muka

ataupun pembersih wajah. Sedangkan sisanya 10 responden (31%)

menyatakan tidak rutin membersihkan wajahnya dengan frekuensi hanya

satu kali dalam sehari.Ditemukan pada 14 responden (44%) yang

menyatakan rutin membersihkan wajah dengan menggunakan make-up

remover sebelum membersihkannya dengan pembersih wajah. Sedangkan

sisanya 18 responden lain (56%) menyatakan tidak rutin membersihkannya

dengan make-up removerterlebih dahulu.

5.1.3.5 Pemakaian kosmetik menimbulkan dan memperparah akne pada

responden penderita akne vulgaris

Tabel 5.6 Pemakaian kosmetik menimbulkan dan memperparah akne pada

responden penderita akne vulgaris

Responden Ya Tidak

Kosmetik menimbulkan akne 23(72%) 9(28%)

Kosmetik memperparah akne 22(69%) 10(31%)

Menurut 23 responden(72%), Pemakaian kosmetik memiliki peran dalam

timbulnya akne pada wajah mereka. Sedangkan sisanya 9 responden lainnya

(28%) menyatakan bahwa akne yang muncul tidak berkaitan dengan

(10)

mengaplikasikan kosmetik pada wajah akan memperparah akne yang telah

ada. Sedangkan beberapa responden lainnya 10 (31%) menyatakan bahwa

akne tidak bertambah parah setelah menggunakan kosmetik tersebut.

5.1.3.6 Riwayat keluarga pada responden dengan akne vulgaris Tabel 5.7 Riwayat keluarga pada responden dengan akne vulgaris

Riwayat keluarga Jumlah (%)

Ada 20 (63)

Tidak 12 (37)

Total 32 (100)

Diperoleh dari responden penelitian ini, sebanyak 20 responden(63%)

memiliki riwayat keluarga yang menderita akne vulgaris dan 12 responden

lainnya(37%) tidak memiliki keluarga dengan riwayat akne.

5.1.3.7 Faktor diet pada responden penderita akne vulgaris

Tabel 5.8Faktor diet berupa susu pada responden penderita akne vulgaris

Konsumsi Ya Tidak

Susu 18(56%) 14(44%)

Manisan 20(63%) 12(37%)

Gorengan 26(81%) 6(19%)

Menurut sebagian besar responden, jenis –jenis makanan yang berpengaruh

terhadap timbulnya akne meliputi produk olahan susu 56%, manisan 63%,

(11)

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa 32 responden(89%) yang

menggunakan kosmetik didiagnosis akne. Hasil ini sesuai dengan kepustakaan

yang menyebutkan kosmetik sebagai salah satu faktor penyebab akne.[13]

Begitu juga dengan penelitian yang memperkenalkan konsep akne kosmetika

yang diakibatkan oleh pemakaian kosmetik.[10]Jika responden diklasifikasikan

menurut derajat keparahannya, maka diperoleh 11 responden (38%) dengan

akne derajat berat, 10 responden(31%) dengan akne derajat sedang dan

sisanya 10 responden lain akne ringan. Namun belum ada penelitian yang

lebih lanjut dalam mengkaitkan hubungan derajat akne dengan kosmetik.

Salah satu faktor essensial yang juga berperan adalah kondisi kulit

wajah. Pada penelitian ini didapatkan 26responden(81%) memiliki muka yang

cenderung berminyak sehingga memicu terbentuknya sumbatan pada folikel

pilosebasea. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa

kondisi wajah yang berminyak dapat menimbulkan akne.[13] Akne dapat

timbul dikarenakan sebum yang berlebih akan memicu kolonisasi P.acnes dan

sebum juga berperan sebagai penyalur nutrisi untuk bakteri tersebut.[18]

Seluruh responden menggunakan beragam jenis kosmetik yang berupa

bedak tabur, bedak padat, pelembab, tabir surya, pemerah pipi dan lain

sebagainya. Pada penelitian ini, diperoleh data bahwa 20 responden (63%)

menggunakan bedak tabur, 27 responden(84%) bedak padat, 24

responden(75%) pelembab dan lain-lain 27 responden(84%) menggunakan

kosmetik berupa eyeliner, lipstick, pemerah pipi, dll.Menurut

kepustakaan,akne dapat ditimbulkan karena pemakaian kosmetik. Teori yang

mendasari berupa efek penyumbatan folikel pilosebasea akibat akumulasi

kosmetik pada kulit. Kondisi yang menumpuk akan memicu terjadinya

anoksia sehingga bakteri P.acnes akan menginfeksi dan

(12)

terdapatpenelitianyang menyatakan dari 100 responden, hanya 6

responden(6%) yang menggunakan kosmetik memiliki akne dan 94 responden

lain(94%) yang menggunakan kosmetik tidak memiliki akne.[29]Hasil ini

berbeda dengan penelitian sebelumnya dan perbedaan ini dikarenakan

karakteristik sampel yang digunakan.

Sesuai dengan hasil penelitian, 28 responden(88%) mengaplikasikan

lebih dari dua jenis kosmetik pada satu waktu atau sekali pemakaian. Hasil ini

sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa tindakan ini dapat memicu

penyumbatan yang berlanjut sehingga menimbulkan lesi akne non-inflamatori

yang kemudian dapat berkembang menjadi lesi inflamatori.[18]

Rutinitias pemakaian kosmetik dapat dikaitkan dengan timbulnya

akne. Pada penelitian ini, 22 responden(69%) rutin menggunakan kosmetik

setiap hari. Sisanya 31% hanya menggunakannya pada acara atau pesta

tertentu. Begitu juga dengan durasi pemakaian kosmetik sehari-hari yang

diatas sepuluh jam juga diduga dapat menimbulkan akne. Pada penelitian ini

didapati bahwa 18 responden(56%) menggunakannya lebih dari 10 jam

pemakaian. Sesuai dengan kepustakaan, faktor-faktor diatas dapat memicu

timbulnya lesi akne.[30]

Usaha pencegahan seperti perawatan wajah dengan cara

membersihkannya dengan pembersih dapat mengecilkan resiko timbulnya

akne. Namun berbeda denganhasil penelitian ini, diperoleh data bahwa 22

responden (69%) membersihkan wajahnya teratur minimal dua kali sehari dan

masih memiliki akne. Sedangkan 31% lainnya hanya membersihkannya satu

kali dalam sehari. Hasil ini tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan

bahwa dengan menjaga kebersihan wajah secara teratur dapat mengurangi

timbulnya kejadian akne.[24]Begitu juga dengan hasil penelitian sebelumnya

yang menyatakan bahwa sebagian besar responden tetap menderita akne

(13)

vulgaris memiliki penyebab yang multifaktorial. Banyak faktor resiko yang

dapat memicu timbulnya akne dan faktor resiko tersebut tidak berdiri sendiri.

Hingga saat ini, patogenesis serta etiologi masih diperbincangkan dan diteliti

secara mendalam.

Pada penelitian ini, diperoleh hanya 14 responden(44%) yang

membersihkan kosmetik menggunakan make-up remover terlebih dahulu.

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa kotoran

yang dibiarkan dapat memicu sumbatan folikel. Bila sisa kosmetik dibiarkan

dan tidak dibersihkan tuntas, maka sisa-sisa produk akan memicu timbulnya

akne.[24]

Menurut pernyataan sebagian besar responden (72%), Kosmetik dapat

menimbulkan akne. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa

kandungan bahan aktif yang memiliki sifat komedogenik ataupun

aknegenikdapat menimbulkan akne.[30] Namun pada penelitian lain,

menyatakan bahwa pemakaian kosmetik tidak memiliki kaitan dengan

timbulnya akne.[30]

Begitu juga dengan 22responden(69%) yang menyatakan bahwa

kosmetik memperparah kondisi akne yang telah ada sebelumnya. Hasil ini

sesuai dengan studi cross-sectional yang telah dilakukan sebelumnya.[9]

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 20 responden(63%) memiliki

riwayat keluarga dengan akne vulgaris dan hanya 12 responden(37%) tidak

memiliki riwayat keluarga dengan akne. Hal ini sesuai dengan

kepustakaanyang menyatakan bahwa faktor riwayat keluarga berpengaruh

terhadap terjadinya akne.[14]Salah satu penelitianmenunjukkan bahwa 82%

penderita akne ditemukan pada saudara-saudaranya paling sedikit ada

seseorang yang menderita akne. Begitu juga pada 60% orang yang memiliki

(14)

Pada penelitian ini, diperoleh bahwa makanan yang paling banyak

dikonsumsi oleh responden adalah produk olahan susu 56%, manisan 63%,

makanan berminyak 81%. Menurut penelitian, makanan dengan indeks

glikemik tinggi dapat memicu perkembangan dan keparahan akne vulgaris

yang mengakibatkan proliferasi sebosit dan produksi sebum.[19]

Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur yang menyatakan kosmetik

sebagai salah satu penyebab timbulnya akne. Namun ada beberapa penelitian

lainyang menunjukkanbahwa dari 100 responden, hanya 6 responden(6%)

yang menggunakan kosmetik memiliki akne dan 94 responden lain(94%)

yang menggunakan kosmetik tidak memiliki akne.[29] Perbedaan diatas

mungkin dapat disebabkan oleh bedanya karakteristik sampel yang

digunakan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk

penelitian selanjutnya yang menelaah hubungan kosmetik dan akne vulgaris

lebih mendalam ataupun menilai faktor resiko yang berkaitan dengan akne

(15)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Ber dasar kan hasil penelitian dar i data yang diper oleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai ber ikut:

1. Prevalensi pemakaian kosmetik pada pekerja restoran yang memiliki

akne adalah 89%(32 responden).

2. Distribusi frekuensi kejadian akne berdasarkan jenis kosmetik,

diperoleh data bahwa 20 responden (63%) menggunakan bedak tabur,

27 responden (84%) menggunakan bedak padat, 24 responden (75%)

menggunakan pelembab, dan 27 responden (84%) menggunakan

kosmetik pelengkap lainnya seperti lipstick, pensil alis, eyeliner dan

eyeshadow.

3. Distribusi frekuensi kejadian akne berdasarkan jumlah produk

pemakaian kosmetik dalam satu waktu, diperoleh data sebanyak 28

responden(88%) mengaplikasikan lebih dari dua produk kosmetik

dalam satu waktu. Sedangkan sisanya 4 responden(12%) hanya

memakai satu jenis produk kosmetik dalam satu waktu.

4. Distribusi frekuensi kejadian akne berdasarkan frekuensi pemakaian

kosmetik, terdapat 22 responden(69%) yang menggunakan kosmetik

secara teratur sehari-hari dan10 responden(31%) hanya

menggunakannya pada acara tertentu.

5. Distribusi frekuensi kejadian akne berdasarkan durasi pemakaian

kosmetik, terdapat 18 responden(56%) yang memiliki durasi

pemakaian kosmetik diatas sepuluh jam dalam sehari dan 14

responden lain(44%) yang menggunakan kosmetik dengan durasi

(16)

6. Distribusi frekuensi kejadian akne berdasarkanrutinitas kebersihan

wajah, 22 responden (69%) menyatakan rutin (minimal dua kali

sehari) membersihkan wajah dengan menggunakan sabun cuci muka

ataupun pembersih wajah. Sedangkan sisanya 10 responden (31%)

menyatakan tidak rutin membersihkan wajahnya dengan frekuensi

hanya satu kali dalam sehari.

6.2 Saran

Ber dasar kan hasil penelitian dar i dat a yang diper oleh, adapun sar an yang dapat diber ikan ber upa:

a. Bagi Penelitian selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai hubungan

antara penggunaan jenis kosmetik dengan kejadian akne vulgaris pada

karakteristik yang sama dengan rancangan penelitian yang lebih baik

(seperti case-control, cohort, dll) untuk menjelaskan kuatnya

hubungan. Penelitian mengenai faktor resiko timbulnya akne vulgaris

juga dapat dilakukan untuk mengetahui pencetus yang berpotensi

menimbulkan akne.

b. Bagi Subjek penelitian

Dianjurkan pada para dewasa khususnya pegawai yang rutin

menggunakan kosmetik untuk lebih menjaga kebersihan wajah,

memilih kosmetik yang lebih ideal sesuai dengan kondisi wajah

masing-masing dan juga menghindari faktor resiko eksternal yang

berupa makanan dan lain sebagainya.

Gambar

Tabel 5.1 Data karakteristik  responden
Tabel 5.2 Pemakaian kosmetik pada responden penderita akne vulgaris
Tabel 5.4 Karakteristik pemakaian kosmetik pada penderita akne
Tabel 5.5 Rutinitas kebersihan wajah pada responden penderita akne
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Faktor- Faktor Resiko Terhadap kejadian Melasma pada pekerja Wanita Penyapu Jalan di Kota Medan Universitas Sumatera Utara. Universitas

Penulis ingin meneliti faktor risiko terjadinya akne vulgaris pada siswa SMA Harapan 1 Medan berdasarkan derajat keparahan akne vulgaris, riwayat keluarga, jenis makanan,

Gunung Gahapi Sakti Medan dilakukan untuk mengetahui peran rekan kerja dari sesama rekan kerja terhadap alat pelindung diri yang dipakai pekerja sehingga

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Pekerja Pengasah Batu Akik Berdasarkan Pemakaian Alat pelindung Diri di Kecamatan Medan Sunggal Tahun