• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Jarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Kuda di Sumatera Utara Melalui Analisis Morfometrik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Jarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Kuda di Sumatera Utara Melalui Analisis Morfometrik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada

garis 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan

dengan Provinsi Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka,

sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan

disebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia (BPS, 2013).

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian

besar berada didaratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias,

Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik dibagian barat maupun bagian

timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di

Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan

luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,23 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti

Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen, kemudian

Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km2 atau sekitar 6,12 persen.

Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau

sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi

letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok

wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai Timur

(BPS, 2013).

Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

(2)

merupakan daerah hulu sungai. Secara geografis Kabupaten Karo terletak pada

koordinat 2050‟–3019‟ Lintang Utara dan 97055‟-98038‟ Bujur Timur.

Sebelah Utara, Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, Sebelah Selatan,

Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir, Sebelah Barat, Provinsi Nangroe Aceh

Darusalam, Sebelah Timur, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun.

Kabupaten Karo mempunyai wilayah seluas 2.127,25 Km2 atau 2,97% dari

luas Provinsi Sumatera Utara. Terdiri dari 17 kecamatan dan 262 desa. Wilayah

yang terluas adalah Kecamatan Mardingding yakni 267,11 Km2 (12,56% dari luas

kabupaten) dan kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Berastagi

seluas 30,5 Km2 (1,43% dari luas kabupaten) (BPS, 2010).

Kabupaten Humbang Hasundutan

Kabupaten Humbang Hasundutan berada di bagian tengah Propinsi

Sumatera Utara, terletak pada garis 2º1‟- 2º28‟ Lintang Utara dan 98º10‟ - 98º 58‟

Bujur Timur. Kondisi fisik Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada

ketinggian 330 sampai dengan 2.075 meter di atas permukaan laut. Kemiringan

tanah yang tergolong datar hanya 11 persen, landai 20 persen dan miring/terjal 69

persen. Berdasarkan fisik wilayah maka permukaan tanah kebanyakan berbukit

dan bergelombang, banyak terdapat lembah yang terjal dan mempunyai iklim

yang sejuk. Kabupaten Humbang Hasundutan berbatasan dengan 4 (empat)

Kabupaten yaitu, Sebelah Timur Kabupaten Tapanuli Utara, Sebelah Selatan

Kabupaten Tapanuli Tengah, Sebelah Barat Kabupaten Pakpak Barat, Sebelah

Utara Kabupaten Samosir (BPS, 2013).

Luas Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 10 (sepuluh)

(3)

luas wilayah sekitar 251.765,93 Ha, terdiri dari 250.271,02 Ha daratan dan

1.494,91 Ha perairan Danau Toba. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Parlilitan

yaitu sekitar 72.774,71 Ha atau 29 persen dari luas kabupaten,

sedangkan kecamatan yang terkecil adalah Baktiraja sekitar 2.231,91Ha atau 0.89

persen (BPS, 2013).

Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah Kabupaten/Kota di Propinsi

Sumatera Utara terletak diwilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara

berada pada ketinggian antara 300-1500 meter di atas permukaan laut. Topografi

dan kontur tanah Kabupaten Tapanuli Utara beraneka ragam yaitu yang tergolong

datar (3,16 %), landai (26,86 %), miring (25,63 %) dan terjal (44,35 %). Secara

geografis Kabupaten Tapanuli Utara berada pada posisi 1° 20‟ - 2° 41‟ Lintang

Utara dan 98°05‟–99°16‟ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif letak

Kabupaten Tapanuli Utara diapit atau berbatasan langsung dengan lima kabupaten

yaitu disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, disebelah

Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu, disebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, disebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah (BPS, 2013).

Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir terletak pada titik geografis 2021‟38‟‟- 2049„48”

Lintang Utara dan 98024„00-99001‟48” Bujur Timur dengan ketinggian diatas

permukaan laut antara 904-2.157 meter. Luas wilayah Kabupaten Samosir ±

2.069,05 km2, terdiri atas ±1.444,25 km2 (69,80%) luas daratan, yaitu seluruh

(4)

Sumatera. Sedangkan luas wilayah danau berkisar 624,80 km2 (30,20 %).

Wilayah daratan terluas ialah kecamatan Harian dengan luas ± 560,45 km2

(38,81%), Simanindo ±198,20 km2 (13,72%), Sianjur Mulamula ±140,24 km2

(9,71%), Palipi ±129,55 km2 (8,97%), Pangururan ±121,43 km2 (8,41%),

Ronggurnihuta ±94,87 km2 (6,57%), Nainggolan ±87,6 km2 (6,08%),

Onanrunggu ±60,89 km2 (4,22%), dan Sitiotio ±50,76 km2 (3,51%).

Batas–batas wilayah kabupaten Samosir adalah sebelah Utara Kabupaten Karo

dan Kabupaten Simalungun, sebelah Selatan Tapanuli Utara dan Kabupaten

Humbang Hasundutan, sebelah Barat Kabupaten dairi dan Kabupaten Pakpak

Bharat (BPS, 2013).

Kuda

Menurut Blakely dan Bade (1991), kuda digolongkan kedalam filum

Chordata yaitu hewan yang bertulang belakang, kelas Mamalia yaitu hewan

menyusui, ordo Perissodactyla yaitu hewan berteracak tidak memamahbiak,

famili Equidae, dan spesies Equus caballus.

Kuda adalah mamalia ungulata (hewan yang berdiri pada kuku) yang

berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu

merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini kuda sudah menjadi hewan yang

didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan penting bagi kehidupan

manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang selama ribuan tahun.

Kuda juga dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula

digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda atau bajak, dan di

(5)

Indonesia sampai saat ini memiliki 13 jenis kuda lokal, yaitu kuda

Makassar, kuda Gorontalo dan Minahasa, kuda Sumba, kuda Sumbawa, kuda

Bima, kuda Flores, kuda Savoe, kuda Roti, kuda Timor, kuda Sumatera (terdiri

dari 4 jenis yaitu kuda Padang, kuda Batak, kuda Agam, dan kuda Gayo), kuda

Bali, dan kuda Lombok serta kuda Kuningan. Beberapa diantaranya memilki

keunggulan sebagai kuda tunggang dan kuda pacu (Astuti, 2011).

Fenotifik

Setiap sifat yang diekspresikan seekor hewan disebut fenotipe.

Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat-sifat

penting yang bernilai ekonomis, atau penciri dari varietas yang bersangkutan.

Karakterisasi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif (Noor. 2008).

Salah satu metode dengan melihat adanya perbedaan fenotip dan genotip

akibat adanya seleksi dan mutasi dapat juga dimanfaatkan untuk mengetahui jarak

genetik adalah analisis keragaman (Komenes, 1999).

Pada dasarnya keragaman fenotip merupakan keragaman yang dapat

diamati disebabkan oleh adanya keragaman genetik dan keragaman lingkungan.

Sumber keragaman lainnya adalah keragaman yang timbul akibat interaksi antar

faktor genetic dengan faktor lingkungan. Keragaman genetik bisa disebabkan oleh

gen-gen aditif dan juga gen yang tidak aditif. Aksi gen yang tidak aditif ini bisa

disebabka oleh aksi gen dominan dan aksi gen epistasis. Jadi secara lengkap

keragaman fenotipik dipengaruhi oleh keragaman aditif, keragaman gen dominan,

keragaman interaksi genetic dan lingkungan, keragaman lingkungan (faktor iklim,

(6)

Keragaman dalam populasi dibedakan keragaman fenotipik dan keragaman

genetik (Noor, 2008).

Falconer dan Mackay (1996) menjelaskan bahwa keragaman genetik dapat

terjadi karena adanya proses mutasi akibat seleksi, perkawinan silang atau

bencana alam yang dapat berakibat hilang atau hanyutnya gen.

Karakterisasi

Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi

sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan penciri dari rumpun

yang bersangkutan, karakterisasi merupakan langkah penting yang harus ditempuh

apabila akan melakukan pengelolaan sumber daya genetik secara baik (Chamdi,

2005).

Karakterisasi dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Sifat

kuantitatif adalah sifat-sifat produksi dan reproduksi atau sifat yang dapat diukur.

Ekspresi sifat ini ditentukan oleh banyak pasangan gen dan dipengaruhi oleh

lingkungan, baik internal (umur dan seks) maupun eksternal (iklim, pakan,

penyakit dan pengelolaan) (Noor, 2008).

Ukuran-ukuran tubuh sering dipakai secara rutin sebagai parameter

pengganti dalam menduga bobot hidup ternak, sedangkan analisis keragaman dan

korelasi banyak digunakan dalam mengkarakterisasi hubungan sifat-sifat fenotip

dan genetik (Salako dan Ngere, 2002).

Morfometrik

Morfometrik adalah imu tentang anatomi ukuran dan bentuk serta sifat

(7)

suatu spesies dalam populasi atau kelompok. Dalam hal ini mencakup bentuk,

kerangka, dan konfirmasi tubuh (Mastik dan Summertajaya, 2002).

Ukuran tubuh dengan komponen-komponen tubuh lain merupakan

keseimbangan biologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menduga gambaran

bentuk tubuh sebagai penciri khas suatu ternak tertentu. Penampilan seekor

hewan merupakan hasil proses pertumbuhan yang berkesinambungan selama

hewan hidup. Setiap bagian tubuh tersebut mempunyai kecepatan pertumbuhan

atau perkembangan yang berbeda-beda. Untuk mengetahui dan menentukan

ternak yang mempunyai produktivitas tinggi, ukuran tubuh berperanan penting

dan untuk menggetahui pendugaan jarak genetik dapat dilakukan

pengukuran-pengukuran pada bagian tubuh ternak (Ilham, 2012).

Karakteristik sifat morfologi (ukuran-ukuran tubuh) dan sifat produksi bisa

dijadikan standar untuk menilai produktivitas ternak kuda. Dimana ukuran–ukuran

tubuh dapat memberikan gambaran eksterior seekor ternak dan membantu

menentukan bobot hidup serta dijadikan pedoman dasar seleksi dalam program

pemuliaan ternak (Syawal, 2010).

Penampilan individu yang nampak dari luar disebut sebagai fenotipik,

yang dapat dibedakan menjadi sifat kuantitatif dan kualitatif. Karakter kuantitatif

adalah ciri-ciri dari mahkluk hidup yang dapat diukur, dihitung atau diskor,

misalnya ukuran-ukuran tubuh. Karakter ini ditentukan oleh banyak pasang gen

(poligenik) dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan (Batubara, 2011).

Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan digunakan untuk mengklasifikasi individu-individu

(8)

tertentu. Kriteria pengelompokkan berguna untuk mengetahui data-data yang

dikelompokkan dalam suatu populasi yang sesungguhnya secara statistik berada

pada kelompok populasi lain (Afifi dan Clark, 1996).

Populasi data yang digunakan diketahui dengan jelas dan tiap-tiap individu

merupakan bagian dari salah satu populasi tersebut. Analisis diskriminan sering

juga disebut diskriminan linier sesuai dengan metode fisher dan analisis kanonikal

(Wiley, 1981).

Analisis diskriminan dilakukan dengan menggunakan program SAS untuk

mendapatkan jarak genetik dan kanonikal. Dendrogram atau pohon filogenetik

dibuat berdasarkan matriks jarak genetik dengan metode UPGMA. Kontruksi

dendrogram dibuat dengan program MEGA (Kumar dan Nei, 1993).

Analisis diskriminan linier merupakan analisis diskriminan yang

melibatkan dua kelompok populasi sedangkan analisis kanonikal digunakan untuk

menguji lebih dari dua kelompok populasi. Wiley (1981) menyatakan bahwa

analisis diskriminan dirancang untuk meminimalkan variasi dalam kelompok dan

memaksimalkan variasi antar kelompok sehingga akan diperoleh pemisahan yang

terbaik.

Gaspersz (1992) menyatakan bahwa analisis diskriminan dapat

dipergunakan untuk memperoleh jarak mahalanobis (D2) antar kelompok dan

mengetahui variabel-variabel penciri yang membedakan kelompok-kelompok

populasi yang ada. Analisis diskriminan juga dapat digunakan sebagai kriteria

pengelompokkan berdasarkan perhitungan statistik terhadap kelompok yang telah

(9)

Analisis Kanonikal

Analisis kanonikal dilakukan untuk menentukan peta penyebaran dan nilai

kesamaan dan campuran didalam dan diantara kelompok ternak. Analisis ini juga

dipakai untuk menentukan beberapa peubah dari ukuran fenotipik yang memiliki

pengaruh kuat terhadap penyebab terjadinya pengelompokan ternak (pembeda

kelompok) (Gunawan dan Sumantri, 2008).

Analisis korelasi kanonik adalah salah satu teknik analisis statistik, yang

digunakan untuk melihat hubungan antara segugus variabel dependen (Y1, Y2, …,

Yp) dengan segugus variabel independen (X1, X2, …, Xq). Analisis ini dapat

mengukur tingkat keeratan hubungan antara segugus variabel dependen dengan

segugus variabel independen. Disamping itu, analisis korelasi kanonik juga

mampu menguraikan struktur hubungan di dalam gugus variabel independen.

Analisis korelasi kanonik berfokus pada korelasi antara kombinasi linear dari

gugus variabel dependen dengan kombinasi linear dari gugus variabel independen.

Ide utama dari analisis ini adalah mencari pasangan dari kombinasi linear yang

memiliki korelasi terbesar. Pasangan dari kombinasi linear ini disebut fungsi

kanonik dan korelasinya disebut korelasi kanonik (Safitri, 2009).

Jarak Genetik

Jarak genetik adalah statistika yang menyimpulkan sejumlah perbedaan

genetik yang diamati antar populasi atau spesies yang diamati

(Freeman dan Herron, 2004).

Jarak genetik adalah tingkat perbedaan genomik antar populasi atau

spesies yang diukur oleh beberapa kuantitas numerik. Parameter-parameter

(10)

untuk menggambarkan jarak genetik antar populasi tersebut. Pengukuran jarak

untuk karakter kuantitatif yang paling sering digunakan adalah statistik

Mahalanobis (D2) (Nei dan Kumar, 2000).

Nei dan Kumar (2000) menyatakan bahwa pengukuran paling sederhana

dari jarak genetik diberi nama jarak Genetik minimum (Dm) dan dimaksudkan

untuk mengukur jumlah minimum dari perbedaan kodon per lokus. Perbedaan

antar Jarak Genetik Minimum (Dm), Jarak Genetik Standar (D), dan Jarak

Genetik Maksimum (D‟) pada ras lokal dalam satu spesies pada umumnya sangat

kecil dan dari semua pengukuran tersebut terdapat penyelesaian yang sama

tentang diferensiasi genetik dari populasi. Pengujian jarak standar dapat dilakukan

dengan uji jarak minimum jika terdapat perbedaan yang signifikan dari jarak

minimum data tersebut.

Pohon Filogenik

Pohon filogenik menggambarkan hubungan silsilah antar orgnisme atau

populasi dalam sebuah diagram. pohon filogenik menyajikan gambar yang

mewakili aliran evolusi dari spesies atau individu yang lebih dahulu sampai

spesies atau populasi yang terbaru. Pohon filogenik pada awalnya hanya

menggambarkan hubungan spesies dan taxa atau kumpulan kelompok organisme

yang lebih besar dengan menggunakan garis untuk mewakili spesifikasi yang

terjadi, Dendogram dan clandogram merupakan pohon filogenetik yang

seluruhnya menggambarkan hubungan evolusioner spesies atau populasi,

menyatakan bahwa Dendogram adalah diagram bercabang yang memuat

hubungan antar spesies atau populasi berdasarkan pada beberapa kriteria tertentu

(11)

Metode yang umum digunakan untuk merancang pohon filogenetik adalah

dengan menggunakan matriks jarak genetik. Kontruksi pohon filogenetik dengan

metode matriks jarak genetik dapat dilakukan dengan lebih sebab jarak genetik

dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan dan beberapa parameter. Metode

maximum parsimony pada umumnya lebih terbatas penggunaannya dalam

kontruksi pohon filogenik sebab menggunakan data sekuen asam amino atau

nukleotida (Nei, 1987).

Ridley (1991) menyatakan bahwa terdapat dua statistik jarak filogeni yaitu

jarak ciri terdekat dari jarak ciri rata-rata. Jarak rata-rata terdekat secara berurutan

akan membentuk kelompok dengan menggabungkan subkelompok yang memiliki

ciri rata-rata akan membentuk subkelompok dengan jarak terdekat rata-rata.

Pohon filogenetik merupakan ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan

evolusi yang terjadi dalam sebuah grup makhluk hidup di dalam bumi.

Keterkaitan evolusi tersebut berupa hubungan siapa nenek moyang terakhir yang

dimiliki dua atau lebih organisme. Hubungan keterkaitan evolusi ini dapat

diinterpretasikan dengan lebih sederhana melalui penggambaran dalam pohon.

Pohon berakar dan pohon tidak berakar merupakan sebuah dasar dari pembuatan

pohon Filogenetik. Pohon Filogenetik merupakan dasar rekonstruksi dari pohon

kehidupan (The Tree of Life) yang sampai sekarang masih dalam penelitian lebih

lanjut oleh para ilmuwan (Mirabella dkk, 2011).

Analisis Komponen Utama

Analisis Komponen Utama (AKU) dapat digunakan untuk menganalisis

konformasi tubuh ternak. AKU bertujuan untuk mengurangi jumlah data yang

(12)

menerangkan keragaman total sistem disebut komponen utama, yang disajikan

dalam bentuk matrik dengan ukuran yang lebih kecil (Gaspersz, 1992).

Principal Component Analysis (PCA/AKU) merupakan analisis

multivariat yang digunakan untuk mereduksi dimensi data berukuran besar dan

saling berkorelasi menjadi dimensi kecil dan tidak saling berkorelasi. Namun

walaupun dimensi data menjadi lebih kecil, tidak akan banyak informasi yang

hilang karena keragaman tetap dipertahankan minimum 80%

(Pradeni,. et al. 2012).

Vektor eigen memperlihatkan kontribusi dari variabel-variabel tertentu

sebagai faktor pembeda ukuran-ukuran tubuh maupun bentuk tubuh. Vektor eigen

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu jarak genetik menunjukkan bahwa bangsa kambing boerka dan kacang memiliki jarak genetik yang dekat, sebaliknya bangsa kambing

Peubah yang dapat digunakan sebagai pembeda entok antar kabupaten yaitu lingkar badan, panjang kaki ke-3, panjang badan, panjang femur, dan panjang leher pada entok

Analisis morfologi dengan pendekatan teknik diskriminan dan canonical digunakan untuk menduga jarak genetik dan peubah pembeda antar bangsa dan kelompok domba di Indonesia

Peubah yang dapat digunakan sebagai pembeda entok antar kabupaten yaitu lingkar badan, panjang kaki ke-3, panjang badan, panjang femur, dan panjang leher pada entok

Dengan nilai jarak genetik paling jauh antara kambing Muara dengan kambing Samosir yaitu (8.671), dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mendapatkan

dengan faktor jarak genetik dari beberapa bangsa kambing yang ada di Sumatera. Universitas

adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui variable mana. yang membedakan kelompok dengan kelompok lain dalam

Peubah yang dapat digunakan sebagai pembeda entok antar kabupaten yaitu lingkar badan, panjang kaki ke-3, panjang badan, panjang femur, dan panjang leher pada entok