• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Penghambatan Diare Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona squamosa L.) terhadap Mencit Jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Aktivitas Penghambatan Diare Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona squamosa L.) terhadap Mencit Jantan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Tanaman srikaya merupakan tanaman yang termasuk famili Annonaceae. Tanaman srikaya umumnya dikenal sebagai custard apple merupakan tanaman asli dari India Barat, tetapi tanaman ini secara luas dapat ditemukan di India karena buahnya yang dapat dimakan. Buah srikaya sangat manis karena mengandung gula yang sangat tinggi yaitu sekitar 58% sehingga memiliki nilai kalori yang tinggi (Gajalakshmi, et al., 2011). Di Indonesia, srikaya umumnya menjadi buah meja atau perisa makanan. Tanaman ini diperbanyak dari cangkok indukan, sambung susu, dan biji. Kandungan vitamin C didalam buah cukup besar (35-42 mg/100 g) dan sedikit lebih tinggi dibandingkan jeruk. Kandungan vitamin B1, kalium, dan serat makanan juga signifikan (Rajsekhar, 2011).

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Sistematika tanaman srikaya berdasarkan hasil identifikasi Herbarium Medanense (MEDA) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Magnoliales Famili : Annonaceae Genus : Annona

(2)

2.1.2 Nama daerah dan nama asing

Nama lokal: delima bintang, sarikaya, seraikaya (Sumatera); sarikaya, srikaya, serkaya, surikaya, srikawis, sarkaja, serakaja, sirikaja (Jawa); sarikaya (Kalimantan); sirkaya, srikaya, garoso, ata (Nusa Tenggara); atis soe walanda, sirikaya, sirikaja, perse, atis, delima srikaya (Sulawesi); atisi, hirikaya, atis (Maluku).

Nama asing: custard-apple, sugar-apple, sweetsop (Amerika, Inggris);

pomme cannele (Perancis), kaneelappel (Belanda), schuppenannone (Jerman),

pomo canella (Italia), raamaphal, sitaphal (India), buah nona, sarikaya, nona sri kaya (Malaysia).

2.1.3 Morfologi tumbuhan

(3)

2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan

Daun srikaya mengandung steroid, flavonoid, karbohidrat, saponin, alkaloid, tanin (Agrawal, et al., 2012) dan glikosida (Vanitha, et al., 2011). Bijinya mengandung tanin, saponin, flavonoid, steroid dan alkaloid (Vijayaraghavan, et al., 2013). Kulit batangnya mengandung steroid, tanin dan alkaloid (Alaudin, 1992). Buahnya mengandung terpenoid, alkaloid (Srivastava, et al., 2011), vitamin C, kalsium, asam amino, kadar gula yang tinggi, zat besi dan magnesium (Kaur, et al., 2015). Akarnya mengandung alkaloid: annonaine dan reticuline (Srivastava, et al., 2011). Batangnya mengandung alkaloid, eugenol dan geraniol (Kaur, et al., 2015).

2.2 Uraian Saluran Cerna

(4)

Gambar 2.1 Bagan saluran cerna

Makanan dicerna didalam lambung menjadi bubur (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa makanan yang sukar dicerna, akan diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di usus besar mencerna lagi sisa-sisa (serat) tersebut, sehingga sebagian besar dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih padat (Tan dan Kirana, 2007).

2.2.1 Rongga mulut dan faring

(5)

parotis (kelenjar ludah telinga), glandula submandibularis (kelenjar ludah rahang bawah), dan glandula sublingualis (kelenjar ludah bawah lidah) dan kemudian melalui saluran-salurannya akan masuk ke rongga mulut. Produksi ludah tiap hari berkisar sekitar 1,5 liter; susunan ludah bergantung pada makanan yang dimakan (pada makanan kering akan disekresi ludah yang encer untuk membasahi, dan pada makanan yang banyak mengandung cairan disekresi ludah yang kental untuk mencerna). Pada proses menelan, yang dimulai secara sadar dan kemudian berlanjut secara reflektoris, makanan yang dilapisi ludah akan masuk melalui faring ke esofagus. Pada faring terdapat percabangan antara saluran cerna dan saluran napas. Oleh karena itu untuk mencegah masuknya makanan ke saluran napas yang terdapat dalam esofagus maka pada saat menelan laring akan tertutup (Mutschler, 1999).

2.2.2 Esofagus

Saluran makanan ini merupakan tabung otot sepanjang 22 sampai 25 cm yang terletak antara trakhea dan kolom tulang belakang. Sepertiga bagian atas esofagus berdinding otot serat lintang sedangkan duapertiga bagian bawah berdinding otot polos. Esofagus hanya berfungsi untuk meneruskan makanan (Mutschler, 1999).

2.2.3 Lambung

(6)

Lambung dibagi dalam tiga bagian, yakni bagian atas (fundus), bagian tengah (corpus), dan bagian bawah (antrum) yang meliputi pelepasan lambung (pylorus). Selain otot penutup pylorus (sfingter), di bagian atas lambung (cardia) juga terdapat otot melingkar lain, yakni sfingter kerongkongan-lambung. Sfingter tersebut bekerja sebagai katup dan berfungsi menyalurkan makanan hanya satu jurusan, yaitu ke arah usus. Dinding lambung terdiri dari 3 lapis, yang luar bersifat membujur, yang tengah sirkuler, dan yang paling dalam otot polos lurik.

a. Sel-sel utama (chief cells) di mukosa fundus mensekresikan pepsinogen.

b. Sel-sel parietal terdapat di dinding mukosa fundus dan corpus yang memproduksi HCl dan intrinsic factor.

c. Sel-sel G terdapat di mukosa antrum dan mengeluarkan gastrin. Di lokasi ini terdapat pula sel-sel mucus yang mensekresikan lendir.

Fungsi lambung adalah sebagai penampung makanan dan di lambung inilah makanan dicampur secara intensif dengan getah lambung. Selain itu, lambung juga mensekresi gastrin dan intrinsic factor dan absorbsi dari bahan makanan tertentu (Tan dan Kirana, 2007).

2.2.4 Usus halus

Makanan akan masuk kedalam usus halus setelah melalui lambung. Pada usus halus proses pencernaan akan dilanjutkan dan pecahan makanan dengan berat molekul rendah sebagian besar akan diabsorbsi. Usus halus dibagi atas tiga bagian yaitu duodenum (usus duabelas jari), jejunum (usus kosong), dan ileum

(7)

jejunum sepanjang sekitar 1,2 m dan dilanjutkan dengan ileum sepanjang 1,8 cm. Kumpulan jejunum dan ileum terpasang pada mesenterium (Mutschler, 1999).

Pada kerja motorik usus halus dibedakan atas gerakan mencampur dan gelombang peristaltik dorong. Gerakan mencampur yaitu dengan melakukan pencampuran intensif chymus dengan getah pankreas, empedu, sekret dari kelenjar usus halus, sedangkan gerakan peristaltik mendorong adonan makanan. Gerakan ini dapat timbul dengan adanya relaksasi dinding usus halus dan dikendalikan saraf melalui plexus myentericus (Mutschler, 1999).

2.2.5 Usus besar

Usus besar yang merupakan bagian akhir dari saluran cerna dapat dibagi menjadi:

a. Cecum (usus buntu, sekum) dengan appendix vermiformis (umbai cacing). b. Colon (usus besar, kolon), dan

c. Rectum (usus akhir, rektum)

Colon atau usus besar dengan panjang hampir 1,5 m memiliki daya absorpsi kuat untuk cairan. Kebanyakan cairan (air) yang tertinggal dalam chymus

akan diserap kembali di sini, sehingga sisanya dipadatkan. Bersama air juga natrium dan mineral diserap kembali. Sejumlah kuman dalam colon

menyelesaikan pencernaan, antara lain dengan peragian anaerob (tanpa oksigen). Flora bakteri ini terdiri dari dua kelompok yang saling seimbang, yakni jenis

Lactobacilli (batang Gram-positif) yang membentuk asam laktat dan kuman Gram-negatif, antara lain Escherichia coli, Enterobacter aerogenes dan

Enterococci. Kuman-kuman ini juga berfungsi mensintesa vitamin-vitamin tertentu, seperti vitamin K, biotin, dan vitamin dari kelompok B-kompleks. Colon

(8)

Akhirnya, sisa yang mengandung zat-zat yang tidak dapat dicernakan (serat-serat pangan: hemiselulosa, lignin) dikeluarkan melalui rektum dan anus sebagai tinja. Selain itu, tinja juga mengandung sel-sel jonjot yang sudah mati, kuman dan sedikit air (Tan dan Kirana, 2007).

2.2.6 Gangguan saluran cerna

Gangguan saluran cerna dapat timbul yang ada kaitannya dengan proses pencernaan, resorpsi bahan gizi, perjalanan isi usus yang terlampau lambat (konstipasi) dan perjalanannya terlalu cepat (diare), serta infeksi usus oleh mikroorganisme (Tan dan Kirana, 2007).

2.3 Uraian Diare 2.3.1 Definisi diare

Diare merupakan pengeluaran feses dengan konsistensi cair atau seperti bubur berulang kali (lebih dari tiga kali dalam sehari) (Mutschler, 1999). Kondisi ini sering disebabkan oleh infeksi virus, umumnya rotavirus, dalam saluran cerna. Namun dapat pula disebabkan oleh bakteri atau infeksi parasit dan sebab lainnya, seperti obat-obatan, gangguan fungsional dan intoleransi makanan. Diare dapat bersifat akut (dalam waktu hingga 14 hari) atau kronik (> 14 hari secara terus menerus atau hilang timbul). Jika diare berlangsung terus menerus akan beresiko mengalami dehidrasi akibat kehilangan banyak cairan yang dapat menyebabkan kematian (Djuanda, dkk., 2016).

(9)

Pada keadaan normal, proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkafalin (morfin endogen), sedangkan sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon VIP (Vasoactive Intestinal Peptide). Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah diare (Tan dan Kirana, 2007)

2.3.2 Etiologi diare

Menurut WHO tahun 2013 terdapat 4 penyebab terjadinya diare, yaitu: 1. Infeksi

Diare merupakan gejala infeksi yang disebabkan bakteri, virus dan organisme parasit yang sebagian besar disebarkan melalui feses atau air yang terkontaminasi. Infeksi lebih sering terjadi jika kurangnya sanitasi dan kebersihan serta air yang kurang layak digunakan untuk minum, memasak dan keperluan kebersihan. Rotavirus dan Escherichia coli merupakan agen penyebab diare terbanyak yang menyebabkan diare sedang sampai parah di negara berkembang. Organisme patogen lain seperti Cryptosporidium dan

Shigella juga sering menyebabkan diare. Diare yang diakibatkan patogen ini

bersifat “self-limiting”, artinya akan sembuh dengan sendirinya dalam kurang

lebih 5 hari tanpa pengobatan. 2. Malnutrisi

(10)

3. Sumber yang terkontaminasi

Air yang terkontaminasi oleh feses manusia, seperti contoh air selokan, tangki kotoran, atau kamar mandi. Kotoran hewan yang mengandung mikroorganisme juga dapat menyebabkan diare.

4. Penyebab lain

Penyakit diare dapat juga menyebar dari satu manusia ke manusia lain, dan diperparah oleh kebersihan diri sendiri yang buruk. Makanan merupakan penyebab utama lain penyakit diare jika disimpan dalam keadaan tidak bersih. Penyimpanan dan penanganan air yang tidak baik juga merupakan faktor resiko diare. Ikan dan seafood yang berasal dari air yang terkontaminasi juga berkontribusi dalam menyebabkan diare.

Sedangkan menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK) tahun 2011 penyebab utama diare adalah:

1. Infeksi bakteri

Beberapa tipe bakteri yang mengontaminasi makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat menyebabkan diare. Penyebab umum termasuk

Campylobacter, Salmonella, Shigella dan Escherichia coli.

2. Infeksi virus

Beberapa virus penyebab diare termasuk rotavirus, norovirus, cytomegalovirus, herpes simplex virus, dan virus hepatitis. Infeksi yang disebabkan rotavirus merupakan penyebab utama diare akut pada anak-anak. Diare rotavirus biasanya sembuh dalam 3 sampai 7 hari.

(11)

menetap di dalam saluran pencernan. Parasit penyebab diare termasuk Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, dan Crytosporidium.

4. Gangguan fungsi usus

Diare bisa menjadi gejala sindrom iritasi usus besar. 5. Penyakit usus

Penyakit radang usus, kolitis ulseratif dan penyakit Crohn sering menyebabkan diare.

6. Intoleransi makanan

Beberapa orang mengalami kesulitan mencerna bahan makanan tertentu seperti laktosa, suatu gula yang terdapat di produk susu. Beberapa orang dapat diare ketika mereka mengonsumsi jenis gula tertentu dalam jumlah yang banyak. 7. Reaksi obat

Antibiotik, obat kanker, dan antasida yang mengandung magnesium dapat menyebabkan diare.

2.3.3 Patofisiologi diare

Menurut Mutschler (1999), berdasarkan tinjauan patogenik dibedakan beberapa mekanisme penyebab sebagai berikut:

a. Kurangnya absorpsi zat osmotik dari lumen usus (diare osmotik),

b. Meningkatkan sekresi elektrolit dan air ke dalam lumen usus (diare sekretorik),

c. Naiknya permeabilitas mukosa usus atau

(12)

Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokan diare secara klinik (Mutschler, 1999), yaitu:

1. Diare osmotik dapat disebabkan oleh sindrom malacerna (maldigesti) atau malabsorpsi serta akibat pemasukan zat yang sukar diabsorpsi (dibandingkan osmolaksansia). Jika makanan dihentikan, diare osmotik akan berhenti.

2. Diare sekretorik seringkali disebabkan oleh toksin bakteri yang mengaktifkan adenilatsiklase dalam sel mukosa, sehingga cAMP akan dibentuk lebih banyak. Disamping toksin kolera, toksin dari Salmonella dan Shigella

serta galur Coli patogen juga menyebabkan diare sekretorik, sebagian besar diare musim panas dan diare perjalanan disebabkan oleh suatu toksin

Escherichia coli. Penyebab lain diare sekretorik ini adalah zat endogen, misalnya polipeptida usus vasoaktif (Vasoactive Instestinal Polypeptide, VIP). Berbeda dengan diare osmotik, diare sekretorik tetap terjadi juga pada pasien yang puasa.

3. Peningkatan permeabilitas mukosa usus dapat terjadi karena penyakit pada usus halus dan usus besar (misal colitis ulcerosa atau karsinoma kolon) atau karena tidak terabsorpsinya asam empedu. Diare khologen semacam ini ditemukan setelah sekresi ileum, yang merupakan tempat utama reabsorpsi kembali asam empedu. Asam empedu yang masuk ke kolon akan memperbesar masuknya air dan elektrolit ke lumen usus dan disini akan menyebabkan diare. Jika kehilangan asam empedu melampaui kapasitas sintesis di hati, terjadi pengurangan absorpsi lemak sehingga timbul feses berlemak (steatorea). 4. Peningkatan motilitas intestin yang merupakan penyebab diare ditemukan

(13)

Sedangkan menurut Sukandar, dkk (2008), pengelompokan diare secara klinik adalah

1. Secretory diarrhea, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip (contoh:

Vasoactive Instestinal Polypeptide (VIP) atau toksin bakteri) meningkatkan sekresi atau menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam jumlah besar.

2. Osmotic diarrhea, disebabkan oleh absorpsi zat-zat yang mempertahankan cairan intestinal.

3. Exudative diarrhea, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang mengeluarkan mukus, protein atau darah ke dalam saluran pencernaan. 4. Motilitas usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak di usus

halus, pengosongan usus besar yang prematur dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan

2.3.4 Penatalaksanaan diare 1. Penggantian cairan dan elektrolit

(14)

sebanyak mungkin sejak merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intravena diperlukan, dapat diberikan cairan normotonik, seperti cairan salin normal atau ringer laktat dan suplemen kalium. Status hidrasi harus dipantau dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, serta penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin (Farthing, et al., 2013).

2. Antibiotik

Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik.

Tabel 2.1 Antibiotik empiris pada diare akut infeksi Organisme Antibiotik TMP-SMX DS oral 2 kali sehari, 3 hari

Campylobacter

Azithromycin 500 mg oral 2 kali sehari Erythromycin 500 mg oral 2 kali sehari, 5 hari

Ciprofloxacin 1 gram oral 1 kali

Erythromycin 250 mg oral 4 kali sehari, 3 hari

TMP-SMX DS oral 2 kali sehari, 3 hari

(15)

Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik dapat secara empiris (Tabel 2.1), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Farthing, et al., 2013).

3. Obat antidiare

A. Kelompok antisekresi selektif

Terobosan terbaru milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sebagai penghambat enzim enkephalinase, sehingga enkephalin dapat bekerja normal kembali. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan. Hildrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru antidiare dapat pula digunakan dan lebih aman pada anak (Farthing, et al., 2013).

B. Kelompok opiat

Obat-obatan yang tergolong dalam kelompok ini adalah kodein fosfat, loperamid HCl, serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat. Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3X sehari, loperamid 2-4 mg/3-4 kali sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan benar cukup aman dan dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai 80% (Farthing, 2013).

C. Kelompok absorbent

(16)

infeksius atau toksin. Melalui efek tersebut, sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit (Farthing, et al., 2013).

D. Zat hidrofilik

Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Sterculia). Ispraghulla, Coptidis, dan Cathecu dapat membentuk koloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekuensi dan konsistensi feses, tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 ml/ 2 kali sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet (Farthing, et al., 2013).

E. Probiotik

Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau

Saccharomyces boulardii, bila meningkat jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Untuk mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah adekuat (Farthing, et al., 2013).

2.4 Loperamid Hidroklorida

Gambar 2.2 Rumus bangun loperamid

(17)

sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali. Mulai kerjanya lebih cepat, juga bertahan lebih lama (Tan dan Kirana, 2007). Mekanisme kerjanya adalah dengan mengurangi gerakan peristaltik dengan cara penghambatan presinaps (melalui reseptor µ-opioid). Penghambatan presinaps akan meningkatkan pengeluaran kalium (hiperpolarisasi) dimana akan mengurangi pemasukan ion kalsium dan ini akan mengurangi pelepasan asetilkolin, sehingga mengurangi motilitas dan meningkatkan waktu kontak usus dan meningkatkan reabsorpsi air (Randall, dkk., 2009). Obat ini biasanya diberikan dalam dosis 2 mg yang digunakan satu hingga empat kali sehari (Katzung, 2007).

2.5 Minyak Jarak

Minyak jarak atau oleum ricini diperas dari biji pohon jarak (Ricinus communis) dan mengandung trigliserida asam risinoleat (12-hidroksi-oleat), suatu asam lemak tak jenuh. Trigliserida yang tak berkhasiat di dalam usus halus dengan bantuan enzim lipase akan dibebaskan zat berkhasiat sesungguhnya yaitu asam risinoleat (Mutschler, 1999). Efek sampingnya berupa kolik, mual, dan muntah. Oleum ricini tidak boleh digunakan oleh wanita hamil. Setelah 2-8 jam timbul defekasi yang cair (Tan dan Kirana, 2007).

2.6 Metabolit sekunder sebagai antidiare

Beberapa metabolit sekunder yang memiliki efek sebagai antidiare adalah: 1. Tanin

(18)

protein yang selanjutnya akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan kompleks yaitu protein tanin (protein tannates) (Ahadi, 2003). Kompleks tersebut dapat membentuk formasi lapisan (barrier) pada permukaan saluran gastrointestinal sehingga menjadikan permukaan usus lebih resisten (Thripati, 2008). Selain itu, tanin bersifat sebagai astringents dimana zat ini akan menyebabkan perapatan dan penciutan lapisal sel sehingga menghambat sekresi jaringan (Mutschler, 1999).

2. Flavonoid

Mekanisme flavonoid sebagai antidiare adalah dengan menghambat pelepasan asetilkolin pada saluran cerna (Lutterodt, 1989). Reseptor asetilkolin nikotinik memperantarai terjadinya kontraksi pada otot polos, sedangkan reseptor asetilkolin muskarinik tipe M3 mengatur kontraksi otot polos dan motilitas usus.

Apabila pelepasan asetilkolin dihambat, maka akan menyebabkan berkurangnya kadar asetilkolin yang berikatan dengan reseptor asetilkolin nikotinik dan reseptor asetilkolin muskarinik M3 sehingga motilitas usus juga akan dihambat (Ikawati,

Gambar

Gambar 2.1 Bagan saluran cerna
Tabel 2.1 Antibiotik empiris pada diare akut infeksi

Referensi

Dokumen terkait

Masalah utama terdapat pada bagian gudang dan depo (apotek kecil) yaitu data obat tidak terintegrasi dengan baik sehngga terlambat dalam pertukaran informasi menyebabkan

Menciptakan suatu yang baru atau melakukan inovasi pada suatu produk yang telah ada adalah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk tetap eksis dalam sebuah

Bagi usaha kecil dan menengah (UKM), keberhasilan dalam pengembangan inovasi produk menunjukkan bahwsa UKM sudah selangkah lebih maju dibanding dengan

maka hasil dari pembelajarannya pun akan memuaskan. 2) Memberikan teladan yang baik bagi para guru. 3) Memberikan motivasi kepada guru untuk membuat inovasi terkait pembelajaran

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Sedangkan fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk mengembangkan. dan tempat melatih

diterima, yang artinya bahwa kecerdasan emosional, kemampuan SDM, dan efektivitas pelayanan secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja organisasi

[r]

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau