• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Istri tentang Kebiasaan Suami Mengonsumsi Tuak di Desa Huta Gurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Istri tentang Kebiasaan Suami Mengonsumsi Tuak di Desa Huta Gurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

2.1.1 Pengertian Respon

Respon berasal dari kata response yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan

reaksi terhadap rangsang yang diterima panca indera. Hal yang menunjang dan

melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi

(Sobur, 2009).

Teori behaviorisme menggunakan istilah respon yang dipasangkan dengan

rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Pusat perhatian

psikologi seharusnya diarahkan pada pendeskripsian, penjelasan, pembuatan

prediksi, serta pengontrolan dari tingkah laku, dengan kata lain respon merupakan

perilaku yang muncul karena adanya rangsangan dari lingkungan (Adi, 1994:58).

Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan

kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi

suatu ransangan tertentu. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau

sikap yang berwujud, baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian,

pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu

fenomena tertentu.

2.1.2 Proses Terjadinya Respon

Ada beberapa gejala terjadinya respon, mulai dari pengamatan sampai

(2)

1. Pengamatan, yakni kesan-kesan yang diterima sewaktu perangsang

mengenai indera dan perangsangnya masih ada. Pengamatan ini merupakan

bagian dari kesadaran dan pikiran yang merupakan abstraksi yang

dikeluarkan dari arus kesadaran.

2. Bayangan pengiring, yaitu bayangan yang timbul setelah kita melihat

sesuatu warna. Bayangan pengiring itu terbagi menjadi dua macam, yaitu

bayangan pengiring positif yakni bayangan pengiring yang sama dengan

warna objeknya, serta bayangan pengiring negatif adalah bayangan

pengiring yang tidak sama dengan warna objeknya.

3. Bayangan eiditik, yaitu bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga

menyerupai pengamatan. Respon, yakni bayangan yang menjadi kesan yang

dihasilkan dari pengamatan. Respon diperoleh dari penginderaan dan

pengamatan.

Proses terjadinya respon tersebut adalah pertama-tama indera mengamati

objek tertentu, setelah itu muncul bayangan pengiring yang berlangsung sangat

singkat sesaat sesudah perangsang berlalu. Setelah bayangan perangsang muncul

kemudian bayangan editis, bayangan ini sifatnya lebih tahan lama, lebih jelas dari

bayangan perangsang. Setelah itu muncul tanggapan dan kemudian pengertian.

2.1.3 Indikator Respon

Respon yang muncul ke dalam kesadaran, dapat memperoleh dukungan atau

rintangan dari respon lain. Dukungan terhadap respon akan menimbulkan rasa

senang, sebaliknya respon yang mendapat rintangan akan menimbulkan rasa tidak

(3)

respon yang positif yaitu kecenderungan tindakannya adalah mendekati,

menyukai, menyenangi, dan mengharapkan suatu objek. Respon yang negatif

yaitu kecenderungan tindakannya menjauhi, menghindari dan memberi objek

tertentu.

Respon dalam penelitian ini akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi,

sikap dan partisipasi. Berikut ini akan dijelasakan secara rinci.

1. Persepsi

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagimana cara seseorang

melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian yaitu

bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Suharnan

(2005), persepsi (perception) merupakan tahap paling awal dari serangkaian pemrosesan informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan

yang telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau

memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat

indera seperti mata, telinga dan hidung. Secara singkat dikatakan bahwa persepsi

merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang

diperoleh melalui sistem alat indera manusia.

Persepsi merupakan proses yang terintegrasi dalam diri individu terhadap

stimulus yang diterimanya, dengan demikian persepsi merupakan suatu proses

pengorganisasian dan penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima oleh

individu, sehingga merupakan sesuatu yang berarti (Walgito, 2007:26). Jalaludin

Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek,

(4)

informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan:

“persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi

yang diperoleh melalui sistem alat indra manusia”. Menurutnya ada tiga aspek di

dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan

indera, pengenalan pola, dan perhatian. Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu

kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari

penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga

individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera

yang dimilikinya. Kebiasaan mengonsumsi tuak dipersepsikan merupakan

tindakan yang dilakukan oleh seseorang melalui stimulus-stimulus pada

objek-objek tertentu.

2. Sikap

Mengenai sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude”. Orang atau

individu di dalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat begitu saja,

tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukannya dan menyadari pula situasi

yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran ini tidak hanya

mengenai tingkah laku yang mungkin akan terjadi, tetapi juga kesadaran individu

yang menentukan perbuatannya yang mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan

sikap (Ahmadi, 2009:161).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

(5)

(Notoatmodjo, 2010). Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai

kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap senantiasa

diarahkan kepada sesuatu, artinya tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan

kepada benda-benda, orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.

Sikap tercurah melalui tindakan yang dinyatakan dalam suatu perasaan suka

atau ketidaksukaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang sehingga

tindakan tersebut mampu memberikan hal yang positif atau negatif yang dianggap

sebagai wujud dari tingkah laku manusia. Apabila individu memiliki sikap yang

positif terhadap suatu objek, maka ia akan menunjukkan atau memperlihatkan,

menerima, mengakui, menyetujui, siap membantu, atau berbuat sesuatu yang

menguntungkan objek itu, sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap

suatu objek, maka ia akan menunjukkan atau memperlihatkan penolakan,

mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan objek tersebut (Ahmadi,

2009:153).

Sikap sangat menentukan tindakan terhadap suatu objek itu positif atau

negatif. Sikap dapat dinyatakan sebagai hasil belajar, karena sikap dapat

mengalami perubahan. Sebagai hasil dari belajar sikap tidaklah terbentuk dengan

sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam

interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu.

3. Partisipasi

Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting

dalam mengukur suatu respon. Partisipasi adalah keikutsertaan keluarga dalam

(6)

solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan

keterlibatan keluarga dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi (Adi, 2000: 27).

Dapat dikatakan partisipasi tersebut sama dengan peran serta. Peran serta

merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan terus menerus guna

meningkatkan pengertian masyarakat atas suatu proses dimana masalah-masalah

dan kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang bertanggung jawab.

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa indikator

dari respon itu adalah senang (positif) dan tidak senang (negatif). Respon bermula

dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehingga

menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa sekarang ataupun

menjadi antisipasi pada masa yang akan datang.

2.2 Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga menurut WHO (1969) dalam Mubarak, dkk (2009) merupakan

beberapa individu yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota rumah tangga

lainnya yang dihubungkan oleh pertalian darah, adopsi, dan perkawinan. Keluarga

menurut Departemen Kesehatan RI (1998) dalam Mubarak, dkk (2009) adalah

unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa

orang yang terkumpul serta bertempat tinggal di suatu tempat dalam satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan.

Friedman (2010) mengatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok kecil

(7)

dan saling tergantung, yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka

mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah

beberapa individu yang berkumpul dalam satu atap yang dihubungkan dengan

pertalian darah dan memiliki hubungan erat satu sama lain.

Kozier (2011), keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. Keluarga

terdiri dari beberapa individu, pria maupun wanita, muda atau tua, terkait secara

genetik maupun tidak, yang dianggap satu sama lain sebagai orang terdekat.

Setiap individu dalam satu rumah akan saling berinteraksi dan ketergantungan

satu sama lain untuk mencapai satu tujuan bersama. Menurut Efendi & Makhfudli

(2009), keluarga merupakan suatu sistem yang terbuka yang dapat dipengaruhi

oleh lingkungan sebagai supra-sistemnya, begitupun sebaliknya, keluarga sebagai

sub-sistem dari lingkungan juga dapat mempengaruhi masyarakat.

2.2.2 Fungsi Keluarga

Friedman (2010), fungsi keluarga terbagi menjadi lima bagian, diantaranya

fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan perawatan/pemulihan

kesehatan.

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Sedangkan fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk mengembangkan

dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah

dan berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Lain halnya dengan fungsi

reproduksi yang merupakan fungsi keluarga untuk mempertahankan generasi dan

(8)

Sementara itu, fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan

kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan merupakan fungsi

keluarga untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi.

2.2.3 Tugas Keluarga dalam Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di

bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun

yang dialami oleh anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian

dan tanggung jawab keluarga, sehingga apabila terjadi perubahan segera

dicatat perubahannya tersebut.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

Keluarga mencari pertolongan yang sesuai dengan keadaan keluarga dan di

antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan untuk menentukan

tindakan keluarga untuk melakukan tindakan yang tepat sehingga masalah

kesehatannya dapat dikurangi atau teratasi.

3) Memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit atau

mengalami kecacatan. Keluarga memfasilitasi kepada anggota keluarga

untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak

(9)

4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan.

2.2.4 Peran Keluarga

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang

dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu. Setiap anggota keluarga

mempunyai peran masing-masing. Peranan anggota-anggota dalam keluarga besar

untuk menciptakan suasana keluarga kuat sekali. Hubungan antar pribadi dalam

keluarga sangat dipengaruhi oleh peranan suami-istri, sebagai ayah-ibu dalam

pandangan dan arah pendidikan yang akan mewujudkan suasana keluarga.

Peranan anggota-anggota dalam keluarga untuk menciptakan suasana keluarga

kuat sekali. Gunarsa dan Gunarsa (1993: 40) membagi peranan keluarga sebagai

berikut:

a) Peran Bapak

Bapak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang tua

laki-laki seorang anak. Tergantung hubungannya dengan sang anak, seorang

“bapak” dapat merupakan bapak kandung (bapak secara biologis) atau bapak

angkat. Panggilan “bapak” juga diberikan kepada seorang yang secara defacto

bertanggung jawab memelihara seorang anak meskipun antar keduanya tidak

(10)

Bapak sebagai suami dari istri dan bapak dari anak-anak, berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

1. Bapak sebagai pencari nafkah

Menjadi hal yang sewajarnya memang peran dan fungsi bapak adalah

mencari nafkah untuk keluarganya. Meskipun begitu ia harus tetap bisa menjaga

kehidupan di kantor dan di rumah agar tetap seimbang. Karena memang fungsi

sebagai bapak tidak hanya mencari nafkah saja, namun fungsi sang bapak adalah

sosok yang mampu menjadi penyeimbang dan pengayom dalam keluarga. Namun

bagaimana peran bapak dengan kebiasaan mengonsumsi tuak, akankah peran

sebagai pencari nafkah masih bisa dilakukan dengan baik atau bahkan menjadi

tanggungan baru bagi keluarga untuk memenuhi kebutuhan minumnya tersebut.

Bapak dengan kebiasaan mengonsumsi tuak justru banyak lalai dalam

mengerjakan perannya tersebut, mereka menghabiskan waktu di kedai tuak,

berjudi, bahkan tidak pulang ke rumah. Ada juga yang memiliki pekerjaan tetap,

namun mereka pada umumnya menghabiskan penghasilan mereka dan

memberikan sedikit kepada istrinya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka

cenderung menjadi pribadi yang egois.

2. Bapak sebagai pendidik

Menjadi seorang bapak akan selalu identik dengan kepemimpinan dan

(11)

kedepan. Bapak akan selalu dituntut untuk menjadi sosok nahkoda yang tegas dan

cerdik ketika badai lautan menghantam kapal rumah tangganya. Sosok bapak akan

selalu ada dan bertugas sebagai pemimpin, yang memimpin keluarganya agar

mampu menjalani sebuah tantangan hidup berumah tangga.

Begitu pentingnya peran dari seorang bapak sangatlah krusial. Selain ibu,

bapak merupakan role model karakter yang menjadi panutan anaknya kelak.

Terlebih dalam taraf perkembangan sang anak dimana fase contoh gerak-gerik

dan tingkah laku dari orang disekitar begitu kuat, maka peran bapak seharusnya

mampu menjadi sentral teladan role model dibandingkan lingkungan sekitarnya.

Bapak adalah sosok panutan bagi anak-anaknya. Seorang bapak yang baik

tentunya akan memberikan sebuah suri tauladan yang baik bagi garis keturunan

dan juga istrinya.

Namun jika bapak dengan kebiasaan mengonsumsi tuak maka peran bapak

sebagai pendidik, pemimpin dan teladan akan terganggu dan tidak terlaksana

dengan baik. Bapak akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak-anaknya,

pengakuan sebagai pemimpin juga akan dipandang sebelah mata dihadapan istri

dan anak-anaknya. Pribadi anak terbentuk dari perilaku orang tua, kecenderungan

anak mengonsumsi tuak akibat meniru kebiasaan sang bapak. Kurangnya

perhatian bapak kepada anak-anaknya akibat banyak waktu terbuang sia-sia di

kedai tuak. Sedangkan anak dan istri di rumah sangat membutuhkan kehadiran

(12)

b) Peran Ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung

dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c) Peran Anak

Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.2.5 Respon Keluarga

Berdasarkan pengertian respon dan keluarga di atas maka penulis

menyimpulkan bahwa respon keluarga adalah reaksi atau tanggapan yang

ditunjukkan oleh keluarga dimana keluarga dalam hal ini adalah reaksi dari istri

yang meliputi persepsi, sikap dan partisipasi yang dinyatakan dengan reaksi

positif (suka) atau reaksi negatif (tidak suka) terhadap suatu objek dimana objek

dalam penelitian ini adalah kebiasaan mengonsumsi tuak yang dilakukan oleh

suami.

2.3 Minuman Beralkohol 2.3.1 Definisi Alkohol

Alkohol adalah cairan transparan yang dapat diperoleh dari fermentasi

(13)

klorofom (Iskandar, 2012 dalam Panggabaen, 2015). Peraturan presiden nomor

74 tahun 2013 menyatakan bahwa minuman beralkohol merupakan minuman

yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses dengan cara

fermentasi dengan atau tanpa destilasi dari bahan hasil pertanian. Minuman

beralkohol tradisional merupakan minuman beralkohol yang diproduksi secara

tradisional dan dikemas sederhana serta dipergunakan untuk kebutuhan

adat-istiadat atau upacara keagamaan.

Berdasarkan kadar alkoholnya, minuman beralkohol diklasifikasikan ke

dalam tiga golongan, yaitu :

a. Golongan A adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol

(C2H5OH) sampai dengan 5% (lima persen).

b. Golongan B adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol

(C2H5OH) 6% (enam persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen); dan

c. Golongan C adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol

(C2H5OH) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen).

2.3.2 Kebiasaan dalam mengonsumsi alkohol

Alkoholism adalah keadaan penyalahgunaan serta ketergantungan alkohol.

Sedangkan menurut National Council on Alkoholism tahun 1992 mendefenisikan

bahwa alkoholism adalah suatu penyakit kronis progresif yang ditandai dengan

hilangnya kontrol akibat memakai alkohol dengan konsekuensi timbulnya

(14)

timbul selama dalam keadaan keracunan alkohol maupun dalam keadaan putus

alkohol (Soetjiningsih, 2004).

Mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan

ketergantungan dan toleransi terhadap jumlah dari alkohol yang dikomsumsi.

Penggunaan alkohol jangka jumlah yang berlebihan bisa merusak berbagai organ

di tubuh terutama hati, otak, dan jantung. Alkohol cenderung menyebabkan

toleransi, teratur minum lebih dari 2 gelas alkohol per hari, bisa mengkomsumsi

alkohol lebih banyak dari non-alkoholik tanpa mengalami intoksikasi.

Adapun penyebab seseorang menjadi alkoholik yaitu akibat banyaknya

faktor ikut terlibat didalamnya. Faktor psikologis bahwa alkohol dalam jumlah

sedikit dapat mengatasi keadaan cemas, gelisah, ketegangan, merasa kuat dan

percaya diri, mengurangi perasaan nyeri dan merasa mampu mengatasi stres

kehidupan sehari-hari (Soetjiningsih, 2004).

Teori psikodinamik psikoanalitik mengatakan bahwa mereka yang pecandu

alkohol adalah mereka yang mengalami fiksasi pada fase oral sehingga mereka

memuaskan serta mengatasi frustasinya dengan minum-minum seperti alkohol.

Sering mereka tergolong memiliki kepribadian anti sosial. Teori tingkah laku

mengatakan bahwa efek reward setelah mereka minum dan terus ingin untuk minum seterusnya. Faktor genetik ikut berperan dalam memunculkan seseorang

menjadi alkoholik, orang tua peminum, saudara kembar, akan menjadikan

(15)

2.3.3 Dampak Minuman Beralkohol

Dampak negatif penggunaan alkohol dikategorikan menjadi 3, yaitu dampak

fisik, dampak neurologi dan psikologi, juga dampak sosial.

a. Dampak fisik

Beberapa penyakit yang diyakini berasosiasi dengan kebiasaan minum

alkohol antara lain serosis hati, kanker, penyakit jantung dan syaraf. Sebagian

besar kasus serosis hati (liver cirrhosis) dialami oleh peminum berat yang kronis.

Sebuah studi memperkirakan bahwa konsumsi 210 gram alkohol atau setara

dengan minum sepertiga botol minuman keras (liquor) setiap hari selama 25 tahun

akan mengakibatkan serosis hati. Berkaitan dengan kanker terdapat bukti yang

konsisten bahwa alkohol meningkatkan resiko kanker di beberapa bagian tubuh

tertentu termasuk mulut, kerongkongan, tenggorokan, laring dan hati. Alkohol

memicu terjadinya kanker melalui berbagai mekanisme. Salah satunya alkohol

mengaktifkan enzim-enzim tertentu yang mampu memproduksi senyawa

penyebab kanker. Alkohol dapat pula merusak DNA, sehingga sel akan berlipat

ganda (multiplying) secara tak terkendali (Tarwoto, 2010).

Peminum minuman keras cenderung memiliki tekanan darah yang relatif

lebih tinggi dibandingkan non-peminum (abstainer), demikian pula mereka lebih berisiko mengalami stroke dan serangan jantung. Peminum kronis dapat pula

mengalami berbagai gangguan syaraf mulai dari demensia (gangguan kecerdasan),

bingung, kesulitan berjalan dan kehilangan memori. Diduga konsumsi alkohol

yang berlebihan dapat menimbulkan defisiensi thiamin, yaitu komponen vitamin

(16)

b. Dampak psikoneurologis

Pengaruh adiktif, insomnia, depresi, gangguan kejiwaan, serta dapat

merusak jaringan otak secara permanen sehingga menimbulkan gangguan daya

ingatan, kemampuan penilaian, kemampuan belajar, dan gangguan neurosis

lainnya (Sarwono, 2011).

c. Dampak sosial

Dampak sosial yang berpengaruh bagi orang lain, dimana perasaan

pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung, perhatian terhadap lingkungan

menjadi terganggu. Kondisi ini menekan pusat pengendalian diri sehingga

pengguna menjadi agresif, bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan yang

melanggar norma bahkan memicu tindakan kriminal serta meningkatkan resiko

kecelakaan (Sarwono, 2011).

Berdasarkan kisaran waktu (periode) pengaruh penggunaan alkohol

dibedakan menjadi dua kategori :

a. Pengaruh jangka pendek

Walaupun pengaruhnya terhadap individu berbeda-beda, namun terdapat

hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam darah (Blood Alkohol

Concentration / BAC) dan efeknya. Euforia ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah.

Resiko intoksikasi (mabuk) merupakan gejala pemakaian yang paling umum.

Penurunan kesadaran seperti koma dapat terjadi pada keracunan alkohol yang

berat demikian juga nafas terhenti hingga kematian. Selain itu efek jangka pendek

(17)

menyebabkan perilaku kriminal. Ditenggarai 70% dari narapidana menggunakan

alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40% kekerasan dalam

rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol.

b. Pengaruh jangka panjang

Mengonsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang dapat

menyebabkan penyakit kronis seperti kerusakan jantung, tekanan darah tinggi,

misalnya tukak lambung, impotensi dan berkurangnya kesuburan, meningkatnya

resiko terkena kanker payudara, kesulitan tidur, kerusakan otak dengan perubahan

kepribadian dan suasana perasaan, sulit dalam mengingat dan berkonsentrasi

(Tarwoto, 2010)

2.3.4 Definisi Tuak

Tuak adalah minuman beralkohol tradisional di daerah Provinsi Sumatera

Utara, terutama pada Suku Batak Toba, yang mengandung alkohol dengan kadar

4% (Ilyas, 2013 dalam Panggabaen, 2015). Tuak terbuat dari batang pohon aren

(Arenga piñata) dan diambil airnya, yaitu air nira, kemudian dicampurkan dengan kayu raru. Menurut Sunanto (1983), pohon aren dapat tumbuh dengan baik dan mampu bereproduksi pada daerah dengan tanah subur pada ketinggian 500 m –

800 m di atas permukaan laut, termasuk di Indonesia. Maka dari itu tuak dapat

dengan mudah diproduksi di wilayah Indonesia (Ikegami, 1997 dalam

Panggabean, 2015).

Tuak merupakan sarana perwujudan silaturahmi di antara bagian-bagian

Dalihan Na Tolu (DNT) yaitu pihak hula-hula adalah keluarga dari pihak istri

(18)

kepada hula-hula (somba marhula-hula), kemudian unsur dongan tubu yang sering disebut dengan dongan sabutuha yaitu saudara laki-laki satu marga,

kemudian unsur yang ketiga yaitu pihak boru adalah keluarga yang mengambil istri dari suatu marga (Gaol, 2013).

Tuak juga sebagai media atau sarana pergaulan bagi masyarakat, khususnya

para pengonsumsi tuak, karena mereka akan berinteraksi dan bersosialisasi dan

berkumpul di lapo tuak. Dengan adanya aktifitas minum tuak di lapo tuak

tersebut, masyarakat akan merasa dekat dan menjadi bagian dari kelompok

tersebut. Tuak dapat berdampak positif bagi kesehatan, apabila dikonsumsi

secukupnya sesuai dengan kebutuhan, dan akan berdampak negatif apabila

Referensi

Dokumen terkait

SMP Swasta Katolik Asisi Medan : Lulus Tahun 20101. SMK Negeri 1 Tanjung Pandan : Lulus

1. Anak sah, yaitu mereka yang lahir didalam suatu perkawinan, pengertian ini berdasarkan Pasal 250 KUHPerdata, yakni : “ Tiap- tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Riyanto selaku sekertaris desa Traji, “yang namanya Suran s endang Sidukun itu sudah menjadi adat yang tidak bisa diganti keberadaannya

Pangaribuan Luhut M.P, 2013, Hukum Acara Pidana, Jakarta: Papas

Upacara atau ceremony adalah sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam

It is possible for the Urban Design Department in every city, to make some criteria for designing public space or public places which connect or emphasize the social human

Adapun Bpk/Ibu/Sdr/i diminta untuk membawa semua kelengkapan Dokumen Asli yang telah diupload pada tahap pemasukan dokumen penawaran, serta dokumen-dokumen lain yang

Dengan adanya bimbingan kelompok, peserta didik memiliki wadah yang tepat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai bahaya seks, sehingga peserta didik