• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi Suran Sendang Sidukun dan Nilai GotongRoyong pada Masyarakat Desa Trajiecamatan Parakanabupaten Temanggung: Kajian AntropologiSosiologi T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tradisi Suran Sendang Sidukun dan Nilai GotongRoyong pada Masyarakat Desa Trajiecamatan Parakanabupaten Temanggung: Kajian AntropologiSosiologi T1 BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

10 A.Landasan Teori

1. Kebudayaan

Banyak orang mengartikan “kebudayaan” dalam arti yang terbatas

yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi hasratnya akan keindahan. Sehingga kebudayaan selalu diartikan sesuatu yang berkaitan dengan keindahan/kesenian. Pengertian seperti ini merupakan konsep kebudayaan dalam arti yang sempit. Tetapi sebaliknya, banyak orang terutama para ahli ilmu-ilmu sosial, memberi pengertian kebudayaan dalam lingkup yang sangat luas, yaitu seluruh pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya dan segala sesuatu yang hanya dapat dicetuskan oleh manusia sesudah melalui proses belajar dan memahami. Hal-hal yang tidak termasuk kebudayaan hanya beberapa tindakan yang ditimbulkan oleh reflek yang berdasarkan naluri (Koentjaraningrat, 1977a: 11-12).

Konsep ahli antropologi, A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn pada 1952 dalam bukunya yang berjudul: “Culture A Critical Review of Concepts and Definitions”, mengungkapkan bahwa,

(2)

khususnya nilai-nilainya yang tergabung di satu pihak, sistem-sistem kebudayaan dapat dianggap sebagai hasil-hasil tindakan, di pihak lainnya sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi tindakan selanjutnya. hal ini sesuai dengan keyakinan para filsuf yang cenderung untuk menganggap gagasan-gagasan, simbol-simbol dan nilai sebagai inti kebudayaan.

Pada hakekatnya unsur kebudayaan disebut religi adalah amat komplek, dan berkembang atas berbagai tempat di dunia. Semua manusia tahu bahwa akan adanya suatu alam dunia yang tak tampak, yang ada di luar batas panca indranya dan di luar batas akal. Dunia supranatural menurut kepercayaan manusia adalah dunia gaib yang memiliki kekuatan yang kemudian ditakuti manusia (Koentjaraningrat, 1977: 228-229).

2. Tradisi

Tradisi dalam bahasa latin “tradition, yang artinya “diteruskan atau kebiasaan”, dalam pengertian yang paling sederhana mengenai tradisi

adalah sesuatu yang dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, daerah, waktu, atau agama yang menggambarkan suatu tempat berkembangnya suatu tradisi tersebut (James Danandjaja, 1991: 75).

(3)

Tradisi merupakan warisan yang berwujud norma-norma, adat-istiadat, kaidah-kaidah, harta-harta. Tetapi tradisi bukan suatu yang tidak dapat diubah. Tradisi justru diperpadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Manusia yang membuatkan, ia yang menerima, ia pula yang menolaknya atau mengubahnya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita perubahan-perubahan manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola kebudayaan yang sudah ada (Van Reusen, 1992: 115).

Menurut Bastomi (1986: 1) Upacara tradisi adalah “kegiatan yang melibatkan warga masyarakat dalam usaha bersama-sama untuk mencapai tujuan keselamatan bersama”. Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Upacara tradisi bertujuan untuk menciptakan suasana yang tenang serta menghindarkan dari bahaya yang akan mengancam di kemudian hari. b. Upacara tradisi merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya

mengandung makna bahwa upacara tersebut harus diikuti dan dilaksanakan seluruh warga masyarakat tanpa ada rasa terpaksa. c. Dalam upacara tradisi ini banyak larangan yang tidak boleh dilanggar

oleh masyarakat, karena bila dilanggar bisa berakibat buruk.

d. Upacara tradisional tumbuh dan menyebar melalui berbagai sikap perbuatan manusia terhadap peristiwa tertentu.

(4)

dalam masyarakat. Di dalamnya terkandung metodologi atau cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain setiap tindakan dalam menyelesaikan persoalan berdasarkan tradisi. Salah satu tradisi masyarakat Jawa adalah upacara-upacara adat yang dikemas secara tradisional. Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya (Purwadi, 2005: 1).

3. Religi

Religi/agama sebagai seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia roh, terutama dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungan. Secara khusus, agama diartikan sebagai sistem kepercayaan yang dianut dan tindakannya diwujudkan oleh kelompok atau komunitas dalam menafsirkan apa yang dirasakan dan diyakini magis dan sakral. Untuk penganutnya, agama berisi mengenai ajaran tertinggi dan mutlak kebenaran tentang keberadaan manusia dan petunjuk untuk hidup dengan aman di dunia dan di akhirat (Tri Widiarto, 2009: 12-15).

(5)

cara merumuskan konsepsi tatanan kehidupan yang umum dan membungkus konsepsi ini dengan suatu aura sakral semacam itu sehingga suasana hati dan motivasi tampak realistik secara unik” (Clifford Greetz, 1926).

Hendro puspito berpendapat, agama adalah,

Suatu jenis sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya.

Dalam kamus antropologi, pengertian agama ada 3 (tiga) macam yaitu:

1. Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual.

2. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri.

3. Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.

Dari berbagai definisi agama yang dikemukakan para tokoh antropolog di atas, dapat kita simpulkan bahwa agama adalah kepercayaan pada sesuatu yang gaib diyakini mempunyai kekuatan yang lebih. Dan dapat mendorong pada diri seseorang untuk berbuat kebaikan.

4. Definisi Bulan Sura

(6)

bulan yang keramat karena bulan ini dianggap sebagai sumber malapetaka atau bencana dalam segala aktivitas manusia. Pendapat ini didasakan pada pertimbangan adanya berbagai gejala peristiwa manusia atau alam yang kurang menguntungkan bagi kehidupan (R. A. Maharkesit, 1988/1989: 29).

5. Gotong-Royong

Gotong-royong adalah sebagai solidaritas sosial dalam segala aspek yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, terutama mereka yang membentuk komunitas-komunitas, karena dalam komunitas seperti ini akan terlihat dengan jelas. Gotong-royong terjadi dalam beberapa aktivitas kehidupan, dilakukan untuk kepentingan bersama.

Kehidupan warga suatu komunitas yang terintegrasi dapat dilihat dari adanya solidaritas di antara mereka melalui tolong menolong tanpa keharusan untuk memberi dan mengharap imbalan, seperti adanya musibah atau membantu warga lain ketika dalam kesusahan. Tetapi tolong menolong seperti ini menjadi suatu kewajiban untuk saling membalas, terutama dalam hal pekerjaan yang berhubungan dengan pertanian atau di saat salah satu warga melakukan perayaan. Begitu pula, apabila terdapat pekerjaan yang hasilnya untuk kepentingan bersama, maka diperlukan pengerahan tenaga dari setiap warga melalui kerja bakti (Parson, 1951: 97-98).

Prof. DR. Koentjaraningrat mengungkapkan bahwa,

(7)

bidang teknologi, dan perlengkapan hidup, bidang kemasyarakatan, bidang religi atau kepercayaan yang ada dalam masyarakat.

6. Ritual Upacara

Pengertian ritual adalah hal ihwal ritus atau tata cara dalam upacara adat tradisi atau keagamaan. Upacara atau ceremony adalah sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1990: 190).

Dalam kajian antropologi agama, Victor Turner memberikan definisi ritual sebagai berikut,

Ritual dapat diartikan sebagai perilaku tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu secara berkala, bukan sekedar sebagai rutinitas yang bersifat teknis, melainkan menunjuk pada tindakan yang didasari oleh keyakinan religius terhadap kekuasaan atau kekuatan-kekuatan mistis.

(8)

ritual yang dilakukan secara kolektif (umum), seperti khotbah, ibadah di rumah ibadah secara berjamaah, dan haji.

7. Unsur-Unsur Ritual Upacara

Upacara baik yang bersifat religi maupun adat memiliki unsur atau komponen yang sama. Unsur-unsur yang terkandung adalah:

a. Tempat Upacara

Sesuatu yang keramat biasanya berada di tempat yang khusus dan tidak boleh di datangi orang yang tidak berkepentingan tidak boleh sembarangan di tempat upacara. Mereka harus hati-hati dan memperhatikan berbagai macam larangan dan pantangan.

b. Saat Upacara

Saat-saat upacara biasanya dirasa sebagai saat yang genting dan penuh dengan suasana sakral, karena berhubungan langsung dengan dunia gaib.

c. Benda-Benda dan Alat Upacara

Benda-benda upacara merupakan alat yang dipakai dalam menjalankan upacara keagamaan. Alat itu bisa berupa sesaji, makanan, ataupun benda-benda yang dianggap penting dalam melangsungkan upacara. d. Orang-Orang Yang Melakukan dan Memimpin Upacara

(9)

Upacara yang dilakukan merupakan prosesi yang keramat, oleh karena itu unsur atau komponen upacara tersebut dianggap keramat.

Hal ini berkaitan erat dengan prinsip yang mendasari dilaksanakan kegiatan upacara, yaitu manusia diharapkan pada satu kekuatan yang berada di luar jangkauan kemampuan pikirannya yang memiliki kegaiban.

Di samping 4 (empat) komponen di atas tersebut, kegiatan upacara mengandung 11 (sebelas) unsur perbuatan yaitu:

a. Bersesaji

Bersesaji merupakan perbuatan untuk menyajikan makanan, benda-benda dan sebagainnya kepada roh-roh nenek moyang atau makhluk halus lain, dengan tujuan supaya acara tersebut bisa berjalan dengan lancar. Sesaji ini merupakan sarana dan prasarana yang penting dalam upacara tradisi yang erat hubungannya dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat tentang adanya roh-roh halus.

b. Berkurban

(10)

c. Berdoa

Berdoa adalah suatu unsur yang banyak terdapat dalam berbagai upacara keagamaan di dunia. Doa pada awal mulanya adalah upacara hormat dan pujian kepada leluhur, biasanya doa diiringi dengan gerak gerik dan sikap tubuh yang pada dasarnya merupakan gerak dan sikap menghormat dan merendahkan diri terhadap para leluhur, dewata, atau terhadap Tuhan.

d. Makan Bersama

Makan bersama merupakan suatu unsur perbuatan bersama yang amat penting dalam upacara religi/agama di dunia. Dasar pemikiran itu rupanya mencari hubungan dengan leluhur atau dewa/dewi, dengan cara mengundang leluhur atau dewa/dewi pada suatu pertemuan makan bersama.

e. Pergelaran Kesenian

(11)

B.Penelitian Yang Relevan

Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang relevan dengan bahasan dalam penelitian ini adalah skripsi karya Mustofa (2002), skripsi dengan judul Tradisi Legenan (Kajian Terhadap Alkuturasi Islam dan Budaya Jawa di Desa

Kluwih Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Jawa Tengah). Skripsi ini

membahas tentang bentuk akulturasi antara Islam dengan budaya Jawa yang ada dalam tradisi legenan, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana asal-usul, prosesi atau pelaksanaan ritual, tradisi legenan, bagaimana bentuk akulturasi antara budaya Jawa dan Islam, apa makna atau persepsi masyarakat Desa Kluwih terhadap pengaruh tradisi bagi kehidupan mereka.

Skripsi karya Agus Atiq Murtadlo (2004), skripsi dengan judul Akulturasi Islam dan Budaya Lokal Dalam Tradisi Upacara Sedekah Laut Di Pantai Teluk

Penyu Kabupaten Cilacap. Skripsi ini membahas tentang upacara tradisional

yang berkembang dan dilaksanakan oleh masyarakat Jawa yang dilakukan secara turun temurun. Salah satu tradisi di Jawa yang dilaksanakan sampai sekarang adalah sedekah laut. Sedekah laut adalah tradisi di masyarakat pantai Teluk Penyu, Desa Mrombo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Cilacap, yang biasanya dilaksanakan setiap tahun. Upacara sedekah laut dilakukan untuk menghormati, mendoakan arwah leluhur, dan bersyukur kepada Tuhan atas limpahan hasil laut.

Referensi

Dokumen terkait

Pengecekan teman sejawat yang dimaksudkan disini adalah mendiskusikan proses dan hasil penelitian dengan teman mahasiswa yang sedang atau telah mengadakan

Salah satu syarat pembangunan sebuah villa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat Nomor 1 Tahun 2016 tentang Bangunan Gedung yaitu harus memiliki

Untuk mendeskripsikan apakah ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran problem posing dan pemberian motivasi terhadap kreatifitas berfikir matematika siswa

Diantara cara tersebut yang perlu diperhatikan adalah geometri pahat, sebab ada bagian dari geometri pahat itu yang boleh diubah-ubah sehingga hasil dari

Pemeriksaan Objek-Objek Perijinan Laporan Meningkatnya Sistem, Mekanisme dan Kualitas Pelayanan Perijinan Terpadu dan Terintegrasi Meningkatkan Sistem, Mekanisme dan Kualitas

Berdasarkan data yang telah dianalisis secara deskriptif terlihat bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklus berbeda-beda setelah diterapkan metode diskusi kelas dengan

Penggunaan pestisida harus dilakukan secara bijaksana dan hanya dilakukan apabila pengendalian lainnya masih tidak mampu menurunkan populasi hama, dan (e) program

Visualisasi debit dilakukan untuk menggambarkan keadaan debit hasil simulasi dengan debit observasi DAS Air Dingin seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.. Berdasarkan