• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEFINISI DASAR HUKUM SYARAT DAN RUKUN QA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DEFINISI DASAR HUKUM SYARAT DAN RUKUN QA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

”DEFINISI, DASAR HUKUM, SYARAT DAN RUKUN QARDH”

Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Fiqih Mu’amalah

Dosen Pengampu: Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.

Disusun oleh:

Indra Krisna Kusuma (1502100061)

KELAS D

PROGRAM STUDI S1-PERBANKAN SYARI’AH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JURAI SIWO

(2)

BAB I PEMBAHASAN A. Definisi Qardh

Secara etimologi qardh menurut Al-Bahuti dikutip dari buku karya imam mustofa yaitu: “Qard dengan harakat fathah atau kasrah pada huruf qaf, secara etimologi adalah ‘potongan’. Qard adalah masdar dari kata qarada al-syai’ yang berarti memotong sesuatu. Qard adalah isim masdar yang bermakna al-iqtirad (meminta potongan).’1

Pendapat lain secara etimologi al-qardh berarti al qoth (terputus).

Harta yang di hutangkan kepada pihak lain dinamakan qardh karena ia

terputus dari pemiliknya.2

Secara istilah dikutip dari antonio syafi’i Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta

kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan

imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqad tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.3

Dalam Wikipedia, Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan syariah yang tidak lain adalah memberikan

pinjaman baik berupa uang ataupun lainnya tanpa mengharapkan

imbalan atau bunga (riba). Secara tidak langsung berniat untuk tolong menolong bukan komersial.4

Qardh dalam pandangan BMI adalah pemberian harta kepada

orang lain yang dapat diambil kembali. Produk diterapkan untuk pinjaman

tanpa imbalan, seperti pinjaman antar bank syariah tanpa bunga. Qardh

juga diterapkan untuk pinjaman kepada nasabah yang mengelola usaha

sangat kecil dan pembiayaannya diambil dari dana sosial seperti zakat,

infaq, dan shadaqah. Jika nasabah mengalami musibah, sehingga tidak

1 Imam Mustofa, Fiqih Mu’a alah Ko te po e, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 167-168. 2Ghufran A.Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 170.

3 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,2001), h.131.

(3)

bisa mengembalikan, maka bank dapat membebaskanya. Hal ini yang

disebut al qardh al hasan.5

Menurut teknis perbankan qardh adalah aqad pemberian pinjaman

dari bank kepada nasabah yang digunakan untuk kebutuhan mendadak,

seperti dana talangan kerukan (overdraf) dengan kriteria tertentu dan

bukan untuk pinjaman konsumtif. Sumber dana qardh diperoleh dari pihak

ketiga, modal awal, dana khusus yang disediakan bank, dan dari

pendapatan lainya. 6

Secara terminologi muamalah (ta’rif) adalah memiliki sesuatu yang harus dikembangkan dengan pengganti yang sama.7

Menurut heri sudarsono dalam bukunya qardh adalah pemberian

harta kepada orang lain yang dapat di tagih atau diminta kembali atau

dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.8

Pendapat lain menurut muhammad muslehuddin, qardh adalah

suatu jenis pinjaman pendahuluan untuk kepentingan peminjaman. Ini

meliputi semua bentuk barang yang bernilai dan bayaranya juga sama

dengan apa yang dipinjamkan. Peminjam tidak mendapatkan nilai yang

berlebih karena itu akan merupakan riba yang dilarang dengan keras.9

Dari begitu banyak definisi Qardh dapat ditarik kesimpulanya

Qardh adalah pemberian pinjaman kepada orang lain yang dapat ditagih

atau dikembalikan segera tanpa mengharapkan imbalan dalam rangka

tolong menolong, dengan kata lain uang pinjaman tersebut kembali

seperti semula tanpa penambahan ataupun pengurangan dalam

pengembalianya. 10Utang piutang merupakan bentuk Muamalah yang bercorak ta’awun (pertolongan) kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhanya.

5 M.Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam: Geliat Perbankan di Indonesia, (Malang: UIN-Malang Press, 2009), h. 221.

6 Ibid. h. 222.

7 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 147.

8 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2013), h. 83. 9 Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.78.

(4)

B. Dasar Hukum Qard

1. Dasar hukum qardh berdasarkan Al-Qur’an a. Surat Al-Hadid ayat 1111

“siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yag baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak”

12Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita

diseru untuk meminjamkan kepada Allah, artinya untuk

membelanjakan harta dijalan Allah.

Selaras dengan meminjamkan kepada Allah, kita juga

diseru untuk meminjamkan kepada sesama manusia, sebagai

bagian dari kehidupan bermasyarakat(civil society).

b. Surat Al-Baqarah ayat 245

”siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.”

c. Surat Al-Maidah ayat 12

“....Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik; Sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosamu, dan Sesungguhnya kamu akan kumasukan ke dalam surga yang mengalir air di dalamnya sungai sungai...”

11 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,2001), h.132

(5)

2. Dasar Hukum Qard menurut Al-Hadits13

a. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw. Berkata, “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah” (HR Ibnu Majah no. 2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi)

b. Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah berkata, “Aku melihat

pada waktu malam di-isra’-kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, ‘wahai jibril, mengapa qardh lebih utama dari sedekah?’ ia menjawab, ‘karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.” (HR Ibnu Majah no.2422, kitab al-Ahkam, dan Baihaqi)

c. 14“Dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw.

Bersabda: Barang siapa melepaskan satu kesusahan di antara sekian banyak kesusahan dunia dari seorangmuslim,niscaya Allah akan melepaskan dari satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang sedang dalam kesulitan, niscaya Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-nya selama hamba-nya tersebut menolong saudaranya.”(HR Abu Hurairah)

Dari penjelasan hadits hadits diatas, dapat dipahami bahwa qardh

merupakan kegiatan yang dianjurkan, bahkan akan mendapat

imbalan oleh Allah Swt. Dan termasuk kebaikan apabila

sipeminjam melebihkan pengembalian pinjamanya dengan syarat

tidak ada perjanjian diawal.

13 Ibid.

(6)

3. Dasar hukum Qardh menurut Ijma’15

Para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup

tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun

yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu,

pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia

ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap

kebutuhan umatnya.

C. Karakteristik Qardh

Berikut beberapa karakteristik tentang Qardh:16

1. Qardh dimiliki dengan serah terima, ketika ia telah diterima oleh

mustaqridh maka telah menjadi miliknya dan berada dalam tanggung

jawabnya.

2. Al Qardh biasanya dalam batas waktu tertentu, namun jika tempo

pembayarannya diberikan maka akan lebih baik, karena lebih

memudahkannya lagi.

3. Jika barang asli yang dipinjamkan masih ada seperi semula maka

harus dikembalikan dan jika telah beruba maka dikembalikan

semisalnya atau seharganya.

4. Diharapkan segala persyaratan yang mengambil keuntungan apapun

bagi muqridh dalam qardh, karena menyerupai riba, bahkan termasuk

dari macam riba.

D. Rukun Al- Qardh

Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam akad qardh ini. Apabila rukun tersebut tidak terpenuhi, maka akad qardh akan batal. Rukun qardh tersebut adalah:17

15 Ibid. h. 132-133.

16 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, (Yogyakarta: UII-Press,2004), h. 40.

(7)

a.

Pihak peminjam (muqtaridh)

Pihak peminjam yaitu orang yang meminjam dana atau uang kepada

pihak pemberi pinjaman.

b.

Pihak pemberi pinjaman (muqridh)

Pihak pemberi pinjaman yaitu orang atau badan yang memberikan

pinjaman dana atau uang kepada pihak peminjam.

c.

Dana (qardh) atau barang yang dipinjam (muqtaradh)

Dana atau barang disini yang dimaksud adalah sejumlah uang atau

barang yang dipinjamkan kepada pihak peminjam.

d.

Ijab qabul (sighat)

18Karena utang piutang sesungguhnya merupakan sebuah transaksi

(akad), maka harus dilaksanakan melalui ijab dan kabul yang jelas,

sebagaimana jual beli dengan menggunakan lafadz qardh.

E. Syarat syarat Al- Qardh

Dikutip dari buku karya Imam Mustofa, Wahbah al-Zuhaili menjelaskan

bahwa secara garis besar ada empat syarat yang harus dipenuhi dalam

akad Qard, yaitu:19

1. Akad qard dilakukan dengan sigat ijab dan qabul atau bentuk lan yang

dapat menggantikanya, seperti muatah (akad dengan tindakan/saling

memberi dan saling mengerti)

2. Kedua belah pihak yang terlibat akad harus cakap hukum (berakal,

baligh dan tanpa paksaan). Berdasarkan syarat ini, maka qard sebagai akad tabrau’ (berderma/sosial), maka akad qard yang dilakukan anak kecil, orang gila, orang bodoh atau orang yang

dipaksa, maka hukumnya tidak sah.

3. Menurut kalangan hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta

yang ada padanannya di pasaran, atau padanan nilainya (mitsil),

sementara menurut jumhur ulama, harta yang dipinjamkan dalam

qard dapat berupa harta apa saja yang dijadikan tanggungan.

18Ghufron A.Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 173-174.

(8)

4. Ukurang, jumlah, jenis dan kualitas harta yang dipinjamkan harus

jelas agar mudah untuk dikembalikan. Hal ini untuk menghindari

perselisihan di antara para pihak yang melakukan akad qard

F. Ketentuan Al-Qardh

Berikut ini adalah ketentuan Al-Qardh secara umum menurut (Fatwa DSN

No.19/DSN.MUI/IV/2001)20

i. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah

(muqtaridh) yang memerlukan.

ii. Nasabah Al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang

diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.

iii. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.

iv. Lembaga Keuangan Syariah dapat meminta jaminan kepada

nasabah bilamana dipandang perlu.

v. Nasabah Al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan)

senang sukarela kepada Lembaga Keuangan Syariah selama

tidak diperjanjikan diawal.

vi. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh

kewajibanya pada saat yang telah disepakati dan Lembaga

Keuangan Syariah telah memastika ketidak mampunya Lembaga

Keuangan Syariah dapat:

- Memperpanjang jangka waktu pengembalian atau,

- Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibanya.

(9)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Qardh adalah pemberian pinjaman kepada orang lain yang dapat

ditagih atau dikembalikan segera tanpa mengharapkan imbalan dalam

rangka tolong menolong, dengan kata lain uang pinjaman tersebut

kembali seperti semula tanpa penambahan ataupun pengurangan dalam

pengembalianya.

Dasar hukum Qardh berdasarkan dalil Al- qur’am Surat Al-Hadid ayat 11 “siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yag

baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak”

Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru

untuk meminjamkan kepada Allah, artinya untuk membelanjakan harta

dijalan Allah.

Terdapat 4 Rukun yang wajib terpenuhi dalam Qardh, Rukun

tersebut adalah:

1. Pihak peminjam (muqtaridh) 2. Pihak pemberi pinjaman (muqridh)

3. Dana (qardh) atau barang yang dipinjam (muqtaradh) 4. Ijab Qabul (sighat)

Selain itu dalam Qardh terdapat beberapa syarat yang wajib

terpenuhi guna sah atau tidak suatu Qardh, secara garis besar ada 4

syarat yang mesti terpenuhi:

1. Akad qard dilakukan dengan sigat ijab dan qabul atau bentuk

lan yang dapat menggantikanya.

2. Kedua belah pihak yang terlibat akad harus cakap hukum

(berakal, baligh dan tanpa paksaan).

3. Menurut kalangan hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah

harta yang ada padanannya di pasaran

4. Ukurang, jumlah, jenis dan kualitas harta yang dipinjamkan

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.

Hidayat,Taufik. 2011. Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta: Mediakita.

Mas’adi,Ghufran A. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muhammad. 2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah. Yogyakarta: UII-Press.

Muhammad. 2000. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press.

Muslehuddin,Muhammad. 2004. Sistem Perbankan Dalam Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mustofa,Imam. 2016. Fiqih Mu’amalah Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers. Sudarsono,Heri. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:

Ekonisia.

Yasin,M Nur. 2009. Hukum Ekonomi Islam: Geliat Perbankan di Indonesia. Malang: UIN-Malang Press.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. “Perbankan Syariah.”

http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah#Produk_perbankan_syariah

Referensi

Dokumen terkait

Air ini tidak dapat digunakan pada tanah dengan drainase buruk dan juga perlu pengolahan tanah secara khusus untuk mengurangi salinitas misalnya dengan mengalirkan air bersih

Berdasarkan analisis dan hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai analisis kepuasan pelanggan terhadap kualitas layanan dengan metode

Pemerintah DI Yogyakarta pada tahun 2012-2013 berupaya untuk memberikan pelayanan umum yang lebih baik sesuai dengan misi IV pembangunan tahun 2009-2013 yaitu memantapkan

Karena disadari bahwa pelanggan yang telah membeli Toyota merupakan pelanggan potensial bagi divisi servis selaku departemen yang melakukan perawatan terhadap kendaraan

Pada pengujian ini menggunakan alat uji kekerasan Vickers (HV) dengan model DHV-50D. Alat ini digunakan untuk menguji kekerasan yang terdapat pada material baja AISI

Pengamatan dilakukan terhadap (1) perubahan fisiologis selama penyimpanan: penyusutan bobot, persentase rimpang bertunas, panjang tunas, dan laju respirasi dilakukan

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)