• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Melakukan Analisa Karbohidrat Pr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Melakukan Analisa Karbohidrat Pr"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang sangat bergantung dengan alam dan sekitarnya. Kebutuhan manusia seakan tidak dapat dilepaskan oleh peran alam sebagai penunjang kestabilan, termasuk kebutuhan akan minuman yang sehat.

Dewasa ini teh merupakan jenis minuman yang populer dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat dikarenakan teh mempunyai rasa dan aroma khas. Selain itu teh juga mudah dalam pemrosesan namun memiliki sejuta manfaat terutama untuk mencegah penyakit kanker dan kolesterol karena mengandung antioksidan yang cukup tinggi. Namun keberadaan kebun teh kini semakin kritis dan jauh berkurang berganti dengan kompleks perumahan dan pabrik yang merajalela. Sebagai alternatif, manusia harus mencari bahan pengganti teh yang kandungannya cukup bahkan melebihi dari gizi teh hijau ataupun jenis teh lainnya yang dapat ditemukan di pasaran.

Daun kelor sebagai salah satu bahan alternatif pengganti teh hijau ternyata memiliki zat aktif antioksidan yang tinggi. Pengolahannyapun hampir sama dan cukup mudah dilakukan oleh orang awam sekalipun. Daun kelor dapat dijumpai dengan mudah karena penyebarannya yang merata di seluruh Indonesia. Teh daun kelor memiliki banyak khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit khususnya penyakit degeneratif. Oleh karena permasalahan tersebut kami mengambil judul, “Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat rumusan permasalahan sebagai berikut.

1. Dapatkah daun kelor dimanfaatkan menjadi teh herbal?

2. Bagaimana cara menganalisa kandungan karbohidrat, protein, dan lemak dalam teh daun kelor?

3. Berapa kandungan karbohidrat, protein, dan lemak dalam satu kantung teh daun kelor?

(2)

kelor

1.4 Lingkup Penelitian

Untuk menghindari perluasan masalah, maka perlu adanya pembatasan atau lingkup penelitian sebagai berikut.

1. Peneliti membuat teh herbal dari daun kelor

2. Peneliti menganalisa kandungan karbohidrat yang terdapat dalam teh daun kelor 3. Peneliti menganalisa kandungan protein yang terdapat dalam teh daun kelor 4. Peneliti menganalisa kandungan karbohidrat yang terdapat dalam teh daun kelor

1.5 Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman akan makna kata yang bermakna ganda atau lebih serta arti kata yang belum diketahui sehingga penelitian ini dapat dimanfaatkan secara maksimal maka istilah-istilah tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Antioksidan adalah zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. 2. Asam kuat adalah larutan asam yang terionisasi sempurna menghasilkan ion H+

(Bakri, 2008)

3. Asam lemah adalah larutan asam yang dapat terionisasi sebagian menghasilkan ion H+ (Bakri, 2008)

4. Asam lemak adalah ikatan asam karboksilat dengan ikatan alifatik yang dapat bersifat jenuh maupun tak jenuh

5. Awam adalah orang yang bukan ahli dl suatu bidang ilmu (KBBI)

6. Batu didih adalah benda kecil berpori yang berbentuk seperti manik-manik berwarna putih, keras berfungsi untuk membantu mengawali pendidihan segera setelah titik didih normal terjadi (Oxtoby, 2001)

7. Dekstrin adalah jenis oligosakarida hasil hidrolisis amilum (Sutresna, 2007)

8. Destilasi adalah proses pemisahan zat cair yang didasarkan pada perbedaan titik didih zat. (Sugiyarto, 2009)

9. Destilat adalah hasil dari destilasi. Dalam penelitian penentuan kadar protein pada tahap destilasi, destilat berupa amonia.

10. Destruksi adalah penghancuran (KBBI). Dalam penelitian ini, destruksi berarti menguraian protein dalam suatu zat.

(3)

11. Diikat dalam penelitian ini berarti mengikat kedua ujung gulungan kertas saring dengan benang secara rapat agar kertas saring tidak terbuka pada saat ektraksi lemak dalam sampel.

12. Empiris adalah perbandingan paling sederhana atom-atom dalam suatu senyawa (Purba, 2006)

13. Ester adalah golongan senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsi –COOR dengan rumus umum CnH2nO2 (Cahyana, 2007)

14. Farmakologis adalah ilmu tentang reaksi antara obat, sistem, dan proses hidup tentang suatu penyakit (KBBI)

15. Fisiologis merupakan cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan. Dalam penelitian ini, gangguan fisiologis merupakan gangguan terhadap fungsi kerja tubuh manusia seiring bertambahnya usia.

16. Flavonoid adalah kelompok pigmen tanaman yang berfungsi untk melindungi radikal bebas dan menguatkan sistem kekebalan tubuh (Krisnawati, 2009)

17. Fosfolipida mempunyai kemiripan dengan lemak namun memiliki dua asam lemak, bukannya tiga seperti pada lemak (Campbell, 2000)

18. Gliserol adalah senyawa kimia yang digolongkan sebagai ester. (Sutresna, 2008) 19. Gula pereduksi adalah golongan gula yang dapat mereduksi senyawa-senyawa

penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa.

20. Indikator adalah zat-zat yang dapat memperlihatkan warna berwarna dalam larutan yang bersifat asam dan dalam larutan yang bersifat basa (Purba, 2006)

21. Ionisasi adalah reaksi pengubhan suatu zat menjadi ion-ionnya (Purba, 2006)

22. Katalisator adalah suatu zat yan mampu mempercepat laju reaksi kimia denan menciptakan “jalur alternatif” yang mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah (Riyanto, 2009)

23. Larutan organik adalah bahan kimia yang berbentuk cair dengan kandungan karbon 24. Monomer adalah unit-unit kecil penyusun polimer (Cahyana, 2007)

25. Pigmen adalah zat warna dalam tumbuhan (KBBI).

26. Polifenol adalah zat yang berguna untuk mencegah kanker (U.S. National Cancer Institute)

27. Polimer adalah molekul besar yang tersusun dari unit-unit kecil (sederhana) secara berulang (Cahyana, 2007)

28. Sarat adalah penuh mengandung suatu zat (KBBI)

29. Selongsong adalah selubung, sarung (KBBI). Dalam penelitian ini, selongsong berarti kertas saring yang digunakan untuk membungkus sampel.

30. Siangi menurut KBBI, siangi berarti mencabuti; membersihkan; dan menyingkirkan. Dalam penelitian ini, siangi berarti mencabuti daun kelor dari tangkainya.

31. Siklus dalam penelitian ini berarti jumlah perputaran pelarut menguap menuju ekstraktor untuk didinginkan dengan kondensor dan kembali ke dalam labu lemak kembali pada proses ektraksi analisa lemak.

(4)

(Krisnawati, 2009)

36. Superheating adalah suhu yang terlalu tinggi sehingga dapat merusak komponen suatu zat (Koensoemardiyah, 2002)

37. Tanin adalah satu contoh senyawa polifenol (Harborne, 1987)

38. Titrasi blanko: titrasi yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan dengan melakukan prosedur yang sama dengan titrasi terhadap zat uji, namun tanpa menggunakan zat uji.

1.6 Manfaat Masalah

Bagi Siswa :

1. Dapat mengolah bahan yang memiliki nilai ekonomis rendah menjadi bahan alternatif yang kaya manfaat

2. Memberikan rujukan kepada instansi terkait untuk melakukan penelitian lebih, mengenai pemanfaatan daun kelor sebagai teh

3. Memberikan informasi dan masukan kepada masyarakat untuk memanfaatkan daun kelor sebagai teh dengan antioksidan yang cukup tinggi

Bagi Masyarakat :

1. Memanfaatkan bahan yang memiliki nilai ekonomis rendah menjadi bahan alternatif sebagai obat penyakit

2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang bahan alternatif yang dapat dimanfaatkan di sekitar

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Daun Kelor

Daun kelor berbentuk bulat telur (oval) dengan ukuran kecil-kecil, bersusun majemuk dalam satu tangkai. pohon kelor berdaun tidak terlalu lebat. daun kelor berguguran

(6)

Daun kelor memiliki rasa sedikit pahit, bersifat netral, dan tidak beracun. Pada sel-sel tertentu terdapat vitamin A, B1, B2, dan C. Efek farmakologis yang dimiliki oleh daun kelor diantaranya anti-inflamasi, antipiretik, dan antiskorbut. (Hariana, 2008)

2.2 Kandungan Gizi Daun Kelor

Kandungan gizi (100 gr)

Daun kelor merupakan sumber asam amino yang penting bagi tubuh. Satu gelas sari daun kelor mengandung protein sebanyak protein yang terdapat dalam 100 g daging. (Rukmana, 2005)

2.3 Manfaat Daun Kelor

Kandungan senyawa aktif dalam daun kelor berkhasiat mengobati penyakit degeneratif. Tentunya hal ini tidak lepas dari peranan daun kelor sebagai antioksidan dan anti peradangan dalam sel. (Utami, 2013)

Adapun pengertian penyakit degeneratif adalah penyakit yang timbul sejalan dengan perubahan fisiologis tubuh. Semakin bertambah umur seseorang, daya kerja sel juga akan mengalami penurunan. Akibatnya akan muncul berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes, ginjal, rematik, tumor, batu empedu, gangguan prostat, dan keropos tulang (osteoporosis). (Sugiarto, 2008)

(7)

2.4 Teh

Teh merupakan pangan fungsional alami sumber antioksidan yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan merupakan sumber gizi. Teh bila diminum terasa sedikit pahit. Istilah teh juga digunakan untuk minuman ysng terbuat dari buah, rempah-rempah, atau tanaman lainnya yang diseduh. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal. (Winarti, 2010). Secara umum, teh mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh diantaranya polifenol, flavonoid, tanin, vitamin C dan E, serta beberapa mineral. vitamin C yang terkandung dalam dua cangkir teh memiliki vitamin yang setara dengan segelas jus jeruk. Kandungan vitamin C yang tinggi ini sangat bermanfaat sebagai antioksidan dan membantu sistem kekebalan tubuh dalam menangkal penyakit. (Mangan, 2009).

Menurut Setiawati dan Nasikin (1991), beberapa zat yang terkandung dalam teh sebagai berikut.

Lemak, hijau daun, dan lilin 6,39

Dekstrin 6,44

Tanin 16,65

Pektin 16,02

Serat 11,58

Abu 5,65

Dibawah ini merupakan syarat minuman teh sesuai standar SNI 01-3143-1992

No Uraian Persyaratan

1 Keadaan

Penampakan Jernih

Bau dan rasa Khas teh

2 Kafein Positif

3 Tanin Positif

4 Gula total sebagai sukrosa Positif

(8)

2.6 Karbohidrat

Karbohidrat adalah senyawa polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton yang mempunyai rumus empiris CnH2nOn. Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Golongan karbohidrat yang banyak dijumpai di alam adalah monosakarida seperti glukosa dan fruktosa, oligosakarida yang terdiri dari 2 unit monosakarida seperti lakstosa dan sukrosa, serta polisakarida seperti pati, dekstrin dan berbagai serat pangan. (Legowo, 2004)

Dalam analisa kadar karbohidrat seringkali ditujukan untuk menentukan jumlah golongan tertentu, misalnya kadar laktosa, kadar gula pereduksi, kadar dekstrin, dan kadar pati. Dalam penelitian ini karbohidrat ditujukan untuk menentukan kadar gula pereduksi dengan metode luff schrool.

2.7 Protein

Protein termasuk dalam kelompok senyawa yang terpenting dalam makhluk hidup karena berfungsi sebagai zat pembangun. Protein tersusun dari unit-unit molekul asam amino melalui ikatan peptida sehingga protein dikenal juga dengan istilah poliamida.

Selain berfungsi sebagai zat pembangun, protein juga berfungsi mengganti sel-sel yang sudah rusak, dan enzim yang berfungsi sebagai biokatalis dalam tubuh makhluk hidup. (Cahyono, 2007)

Sifat atau ciri khas protein tersebut antara lain: 1. Mempunyai berat molekul (BM) besar

2. Struktur molekul protein mempunyai unsur nitrogen (N) relatif banyak, sehingga keberadaan protein di dalam bahan ditentukan berdasarkan kandungan unsur N 3. Protein merupakan polimer yang tersusun oleh banyak monomer asam-asam

amino

Berikut ini merupakan tabel jumlah unsur di dalam protein.

(9)

Pengukuran kadar protein yang banyak dilakukan adalah penetapan protein kasar. Penetapan kadar protein kasar bertujuan untuk menera jumlah protein total di dalam bahan pangan. Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kjeldahl.

Prinsip metode kjeldahl yaitu peneraan jumlah protein secara empiris berdasarkan jumlah N di dalam bahan. Setelah bahan dioksidasi, amonia (hasil konversi senyawa N) bereaksi dengan asam menjadi amonium sulfat. Dalam kondisi basa, amonia diuapkan kemudian ditangkap dengan larutan asam. Jumlah N ditentukan dengan titrasi HCl atau NaOH. Prosedur analisis dengan metode kjeldahl dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu: destruksi, destilasi, dan titrasi. . (Legowo, 2004)

2.8 Lemak

Lemak adalah senyawa ester dari gliserol dan asam lemak. Namun lemak yang ada dalam jaringan, baik hewan maupun tanaman, juga disertai dengan senyawa lain seperti fosfolipida, sterol dan berbagai pigmen. Dalam analisa kadar lemak seringkali disebut sebagai analisis lemak kasar, karena selain asam lemak terkait pula senyawa-senyawa lain. (Legowo, 2004)

Metode analisa lemak yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode ekstraksi dengan soxhlet. Ekstraksi dengan soxhlet sangat praktis dan mudah pemakaiannya.

(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dalam menentukan kadar karbohidrat, protein, dan lemak dalam teh daun kelor yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penlitian kuantitatif adalah penelitian yang bersifat induktif, objektif, dan ilmiah dimana data yang diperoleh berupa angka-angka baik angka tunggal ataupun dalam prosen.

3.2 Subjek Penelitian

Penelitian ini memerlukan subjek berupa sampel teh daun kelor yang selanjutnya akan dianalisa untuk menentukan kadar karohidrat, protein, dan lemak yang terkandung di dalamnya. Teh daun kelor dibuat dari daun kelor segar. Daun kelor yang menjadi fokus utama pada penelitian ini telah dikeringkan selama beberapa jam sehingga didapatkan warna hijau kecokelatan.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian

(11)

Teh daun kelor yang digunakan dalam penelitian ini dibuat di Desa Kandangan RT 01 RW 01, Kec. Cerme-Gresik. Adapaun penelitian dalam menentukan kadar karbohidrat, protein, dan lemak dilakukan di laboratorium A2 dan A3 Analisis Kimia SMK Negeri 1 Cerme. Kondisi lingkungan dan peralatan di tempat penelitian telah mendukung berlangsungnya percobaan ini.

3.3.2 Waktu Penelitian

Pembuatan teh daun kelor dalam penelitian ini berlangsung pada tanggal 25 Agustus 2014 pada pukul 10.15-12.00 WIB.

Analisa teh daun kelor dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pertama untuk menentukan kadar protein dalam teh daun kelor yang dilaksanakan selama tiga hari yaitu pada 26 Agustus 2014, 01 dan 02 September 2014 saat mata diklat berlangsung yaitu di jam 10.15-15.30 WIB. Kemudian analisa penentuan kadar karbohidrat dilakukan di tahap dua, penelitian ini dilaksanakan pada hari Selasa dan Rabu tepat di tanggal 30 September 2014 pada pukul 10.15-16.30 WIB dan tanggal 01 Oktober 2014 pada pukul 09.00-10.00 WIB. Tahap terakhir untuk menentukan kadar lemak dalam teh daun kelor dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2014 dan selanjutnya melalui proses penganginan sampai tanggal 08 November 2014.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Prosedur Pembuatan Teh Daun Kelor

Di bawah ini merupakan diagram alir pembuatan teh daun kelor yang menjadi subyek penelitian dalam penelitian ini.

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

11

(12)

I. Flowchart pembuatan teh daun kelor

3.4.2 Prosedur Standarisasi Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 0,1 N

II. Flowchart standarisasi Na2S2O3

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

12

Aquadest (50 mL) Penimbangan

±0,1783 gr KIO3

Pemipetan 10 mL KIO3

Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N

Normalitas Na2S2O3

4 mL H2SO4 2N 5 mL KI

10%

(13)

Penimbangan 3 gram sampel teh daun kelor

Refluks (1 jam) (1 jam)

Penetralan

Pengenceran 250 mL

100 mL HCl 3%

NaOH 30% + CH3COOH 3%

Penyaringan

10 mL filtrat

15 mL aquadest 25 mL luff schrool

Pemanasan, pendinginan

10 mL KI 20% 25 mL H2SO4 25%

Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N

1 mL ind. amilum

Bandingkan dengan blanko

3.4.3 Prosedur Penentuan Kadar Karbohidrat dalam Teh Daun Kelor

(14)

III. Flowchart penentuan kadar karbohidrat dalam teh daun kelor

3.4.4 Prosedur Standarisasi NaOH 0,1 N dengan H2C2O4 0,1 N

IV. Flowchart standarisasi NaOH

3.4.5 Prosedur Penentuan Kadar Protein dalam Teh Daun Kelor 3.4.5.1 Tahap Destruksi

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

14

Aquadest (25 mL)

4-5 tetes indicator

PP Penimbangan

±0,1575 gr H2C2O4

Larutan H2C2O4

Titrasi dengan NaOH 0,1 N

Normalitas H2C2O4 ±1 gram

sampel

±7,5 gr K2SO4

Penimbangan

Pemanasan

Larutan homogen

Penambahan 15 mLH2SO4

(15)

3.4.5.2 Tahap Destilasi

3.4.5.3 Tahap Titrasi

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

15

Hasil destruksi 100 mL

aquadest

Pemanasan (Labu destilasi)

Destilat

5 tetes ind. MM

Lempeng Zn 15 mL K2SO4 4% 50 mL NaOH

50 mL HCl 0,1 N (penampung destilat)

4 tetes Indicator

MM 25 mL Destilat

Titrasi dengan NaOH 0,1 N

(16)

3.4.6 Prosedur Penentuan Kadar Lemak dalam Teh Daun Kelor

V. Flowchart penentuan kadar lemak dalam teh daun kelor

3.5 Variabel Penelitian

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

16

Penimbangan Labu lemak

dioven

Preparasi soxhlet

Ekstraksi soxhlet dengan 10 siklus

Destilasi

(pemisahan ekstrak dengan pelarut)

200 mL hexana 5 gram teh

daun kelor

(17)

Variabel penelitian adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang diperhatikan dalam suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Arikunto, 2006).

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Adapun variabel bebas dalam penelitian meliputi jenis tanaman, konsentrasi larutan, dan penimbangan. Variabel terikatnya adalah pengenceran. Dan terakhir variabel kontrolnya adalah blanko.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Untuk dapat mengobservasi suatu konsep penelitian, maka konsep tersebut harus didefinisikan secara operasional.

Definisi operasional variabel berisikan indikator-indikator dari suatu variabel, yang memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang relevan untuk variabel tersebut.

Dalam penelitian ini definisi operasional variabel adalah sebagai berikut.

 Jenis tanaman meliputi jenis, banyaknya daun, umur pohon yang digunakan untuk

dijadikan teh herbal, serta kondisi dan lokasi pengambilan daun kelor.

 Penimbangan adalah menentukan berat suatu zat menggunakan alat timbang.

 Pengenceran adalah memperkecil konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut.

 Konsentrasi adalah istilah umum yang menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dan

pelarut dalam suatu larutan.

 Blanko adalah istilah untuk larutan yang mendapatkan perlakuan sama dengan sampel

namun tidak mengandung sampel.

3.7 Instrumen Penelitian 3.7.1 Alat

Alat yang digunakan selama penelitian baik dari pembuatan teh daun kelor hingga analisa sebagai berikut.

4 Erlenmeyer 250 mL 4

5 Pipet volume 25 mL 1

(18)

13 Buret 50 mL 1

14 Corong gelas - 1

15 Neraca analitik - 1 16 1 set alat ekstraksi - 1

17 Labu ukur 100 mL 1

18 Botol kaca - 1

3.7.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah. N

o Nama Bahan Konsentrasi Jumlah

1 Sampel teh daun

7 Larutan luff schrool - 25 mL

8 KI 20% 10 mL

9 H2SO4 25% 25 mL

10 Na2S2O3 0,1 N

-11 Indikator amilum 1%

-12 KI 10% 5 mL

22 Indikator MM - 4 tetes

23 NaOH 0,1 N

-24 n-Hexana - 200 mL

(19)

3.7.3 Instruksi Kerja

Penelitian ini menggunakan beberapa instruksi kerja, diantaranya: 1. Pembuatan teh daun kelor

2. Standarisasi Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 0,1 N 3. Penentuan kadar karbohidrat dalam teh daun kelor 4. Standarisasi NaOH 0,1 N dengan H2C2O4 0,1 N 5. Penentuan kadar protein dalam teh daun kelor 6. Penentuan kadar lemak dalam teh daun kelor

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini mengumpulkan data melalui percobaan kuntitatif atau quantitatif research karena penelitian ini berlangsung secara ilmiah dan sistematis.

3.9 Teknik Analisa Data

Setelah data-data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan data statiska deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk analisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa ada tujuan membuat kesimpulan untuk generalisasi (Sugiyono, 2008). Data-data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta perhitungan penyebaran data melalui perhitungan prosentase.

(20)

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Teh Daun Kelor

Dibawah ini merupakan foto dari teh daun kelor yang telah dibuat dalam penelitian.

(a) (b)

Gambar (a) Foto teh daun kelor dalam kemasan. Gambar (b) Foto seduhan teh daun kelor

Berikut merupakan tabel pengamatan dari uji organoleptis teh daun kelor.

Bentuk teh kering

Warna Hijau kecokelatan

Tekstur Kasar

Aroma Kurang wangi (khas bau kelor) Bentuk minuman teh

Seduhan Jernih

Warna Kecokelatan

Rasa Pahit

(21)

4.1.2 Tabel Pengamatan Standarisasi Na2S2O3 0,1 N

No Perlakuan Sebelum Sesudah

1 KIO3 ditimbang sejumlah 0,1783 gram

Padatan serbuk berwarna putih

Padatan serbuk berwarna putih

2 Melarutkan padatan KIO3 hingga tepat 50 mL

Padatan serbuk berwarna putih

Larutan jernih

3 Memipet 10 mL larutan KIO3 0,1 N yang telah dilarutkan

sebelumnya

Larutan jernih Larutan jernih

4 Menambahkan 5 mL KI 10% ke dalam larutan 10 mL KIO3 0,1 N

Larutan jernih Larutan jernih

5 Menambahkan 4 mL H2SO4 2 N Larutan jernih Larutan jernih 6 Larutan kemudian dititasi

dengan Na2S2O3 0,1 N Larutan jernih Larutan berwarna kuning cerah pada titik akhir tittasi

7 Titran selanjutnya ditambahkan

1 mL indikator amilum 1% Larutan berwarna kuningcerah Larutan berwarna biru tua 8 Larutan kemudian dititasi

kembali dengan Na2S2O3 0,1 N Larutan berwarna biru tua Larutan berwarna jernihV1 =10,9 mL V2 = 10,8 mL

4.1.3 Tabel Pengamatan Penentuan Kadar Karbohidrat dalam Teh Daun Kelor

No Perlakuan Sebelum Sesudah

1 Sampel teh daun kelor

ditimbang sebanyak 3,0005 gr Sampel berwarna hijau Sampel berwarna hijau berbentuk serpihan 2 Sampel dimasukkan ke dalam

labu alas bulat kemudian ditambahkan HCl 3% sebanyak 100 mL

Sampel teh daun kelor berwarna hijau berbentuk serpihan

Sampel daun teh kelor mengapung di atas larutan HCl dengan warna hijau tua

3 Larutan dipanaskan dengan pendingin tegak (refluks) selama 1 jam

Sampel daun teh kelor mengapung di atas larutan HCl

Larutan menjadi hijau kecoklatan dengan pH 1

4 Ditambahkan NaOH pH larutan 1 pH berkisar 7 dengan perubahan warna larutan menjadi hijau tua

5 Ditambahkan asam lemah yaitu CH3COOH 3%

pH larutan berkisar 7 pH menjadi 6 dengan warna larutan menjadi hijau kekuningan 6 Dihimpitkan hingga 250 ml dan

disaring

Larutan berwarna hijau kekuningan

Filtrat berwarna kuning sedikit orange

7 Filtrat dipipet sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan

ditambahkan 25 ml larutan luff serta 15 mL aquadest

Filtrat berwarna kuning sedikit orange

Larutan berwarna biru tua

(22)

distandarisasi

11 Ditambahkan indikator amilum Warna larutan kuning cerah

Warna larutan sedikit hitam dan titik akhir titrasi ditandai dengan larutan

4.1.4 Tabel Pengamatan Standarisasi NaOH 0,1 N

No Perlakuan Sebelum Sesudah

2 Menambahkan 25 mL aquadest ke dalam H2C2O4.2H2O yang telah ditimbang

Padatan serbuk berwarna

putih Larutan jernih

3 Menambahkan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam larutan

Larutan jernih Larutan tetap berwarna jernih

4 Larutan kemudian dititrasi

dengan NaOH 0,1 N Larutan jernih Larutan berwarna merah muda saat titik akhir titrasi.

V1 = 24,6 mL V2 =25,4 mL

4.1.5 Tabel Pengamatan Penentuan Kadar Protein dalam Teh Daun Kelor

No Perlakuan Sebelum Sesudah

1 Sampel teh daun kelor

ditimbang seberat 1,0004 gram

2 Sampel dimasukkan ke dalam labu destilasi kemudian dengan teh daun kelor tak larut

(23)

3 0,3500 gram PbO berwarna hitam dan 15 asam sulfat pekat dimasukkan ke dalam labu

Larutan jernih Larutan kehitaman

4 Campuran larutan tersebut dipanaskan, jangan lupa tutup rapat mulut lubang labunya

Larutan berwarna

kehitaman Terbentuk gelembung besar membumbung berwarna hitam disertai keluarnya banyak asap dan bau khas amonia

5 Pemanasan dihentikan Terdapat gelembung besar dan banyak asap yang keluar

Larutan tercampur homogen dan asap telah berhenti keluar

6 Larutan didinginkan dan ditambahkan 100 ml aquadest

Berbentuk slurry

berwarna hitam Larutan encer kehitaman

Tahap Destilasi

7 Ditambahkan lempeng Zn, 15 ml kalium sulfat 4% dan 50 ml NaOH 50% ke dalam campuran larutan tersebut

Larutan encer

kehitaman Larutan berwarna hitam

8 Larutan didestilasi hingga destilat keluar yang ditampung bersama HCl 0,1 N dan 5 tetes indikator MM

Larutan berwarna

hitam Destilat yang didapat berwarna berwarna kuning

Tahap Titrasi

9 Dititrasi dengan NaOH 0,1 N yang telah distandarisasi sebelumnya dan ditambahkan indikator PP.

Larutan berwarna kuning Larutan berubah menjadi merah muda semu orange di titik akhir.

Volume titrasi blanko = 12,4mL

Volume titrasi sampel = 2,4 mL

4.1.5 Tabel Pengamatan Penentuan Kadar Lemak dalam Teh Daun Kelor

No Perlakuan Sebelum Sesudah

1 Sampel teh daun kelor

ditimbang seberat 5,0008 gram

2 200 mL pelarut hexana dimasukkan ke dalam labu lemak

Berbau khas hexana Bau khas hexana

2 Sampel dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring,

dimasukkan ke dalam ekstraktor yang terpasang pada rangkaian soxhlet

(24)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Pembuatan Teh Daun Kelor

Pembuatan teh daun kelor adalah salah satu upaya menciptakan inovasi baru sebagai teh herbal. Pembuatan teh daun kelor diawali dengan memilih daun yang segar/langsung dipetik dari pohonnya. Proses pembuatan teh daun kelor cukup mudah, pertama, siangi daun kelor yang segar dari tangkainya. Kemudian daun kelor dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60°C. Pengovenan bertujuan untuk menghilangkan mikroba awal dan untuk menghilangkan aroma langu. Selanjutnya diremas-remas hingga menjadi serpihan-serpihan kecil. Peremasan bertujuan agar memudahkan dalam pengemasan teh. Teh dikemas dalam kantung teh agar waktu penyeduhan ampas beserta air tidak tercampur menjadi satu.

4.2.2 Pembahasan Penentuan Kadar Karbohidrat dalam Teh Daun Kelor

Sampel teh daun kelor ditimbang sebanyak 3,0005 gr dan dimasukkan ke dalam labu alas bulat kemudian ditambahkan HCl 3% sebanyak 100 mL yang kemudian dipanaskan dengan pendingin tegak selama 1 jam sehingga larutan berwarna hijau. HCl berfungsi untuk menghidrolisis gula sederhana dalam sampel. Reaksi yang terjadi adalah:

(C12H12O11) + H2O + (HCl)  CHO (CHOH)4 CH2OH + CH2OH – C – (CHOH)3 – CH2OH

Sukrosa + Air + Asam  Fruktosa + Glukosa

pH larutan setelah direfluks adalah 1 kemudian ditambahkan NaOH hingga pH 7, penambahan ini berdampak terhadap perubahan warna larutan dari hijau kecoklatan menjadi hijau tua. NaOH ditambahkan untuk menetralkan larutan sampel yang mempunyai pH sangat asam karena pencampuran dengan HCl.

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

24

(25)

Reaksi yang terjadi pada proses penetralan sebagai berikut: HCl + NaOH NaCl + H2O

Kemudian ditambahkan asam lemah yaitu CH3COOH 3% hingga pH larutan menjadi 6 dan warna larutan menjadi hijau kekuningan, penambahan ini dimaksudkan agar larutan dalam suasana sedikit asam.

Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditepatkan hingga tanda batas lalu kocok sampai homogen dan saring. Perlakuan saat titrasi sampel belangko sama dengan sampel. Blanko berfungsi untuk melihat perbedaan wujud pada blanko dan sampel. Filtrat hasil saringan dipipet sebanyak 10 ml masukkan dalam erlemeyer 250 ml, tambahkan 25 ml larutan luff schoorl dan tambahkan 15 ml air suling. Larutan luff school akan bereaksi dengan sampel yang mengandung gula pereduksi. Kemudian panaskan sampai mendidih selama 10 menit. Hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi. Setelah itu dengan cepat didihkan dalam air es setelah dingin ditambahkan perlahan-lahan 15 ml larutan KI 20% dan 8 ml H2SO4 25%.

Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara CuO menjadi CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI. Reaksi tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Titrasi larutan tersebut dengan Na2S2O3 yang digunakan untuk membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut di dalam air karena pada prinsipnya metode Luff Schorl adalah analisa iodometri yang I2 akan bebas dan dijadikan sebagai dasar penetapan kadar.

Pada saat titrasi penentuan kadar karbohidrat pada sampel terdapat banyak endapan berwarna putih kehitaman dan timbulanya busa akibat reaksi antara CuSO4 (hasil dari reaksi dengan asam sulfat) dengan KI, hal ini membuat titik akhir titrasi susah untuk ditentukan namun kami masih tetap mengkondisikan larutan berada pada pH 5. Sampel yang dititrasi mulanya berwarna kuning kecoklatan berubah menjadi lebih cerah dan ditambahkan indikator amilum sehingga menjadi berwarna kehitaman dan titik akhir titrasi ditandai dengan larutan yang berwarna putih keruh kecoklatan dengan endapan putih berbintik hitam. Volume titrasi yang dihabiskan dalam penentuan kadar ini sebanyak:

Titrasi blanko : 25 mL Titrasi pertama : 24,7 mL

(26)

Kadar karbohidrat yang didapat dari analisa penentuan kadar karbohidrat dalam teh daun kelor sebesar 0,56%. Jika dibandingkan dengan literatur yang didapat, kadar tidak terlampau jauh yaitu 0,429% ini disebabkan dengan banyaknya endapan pada saat titrasi penentuan kadar.

4.2.3 Pembahasan Penentuan Kadar Protein dalam Teh Daun Kelor

Analisa kadar protein pada teh daun kelor terbagi menjadi 3 tahap yaitu tahap destruksi, destilasi dan titrasi. Tahap pertama adalah destruksi. Fungsi utama dari tahap ini adalah untuk melepaskan nitrogen dari protein dalam sampel menjadi ammonium sulfat dengan penambahan asam sulfat pekat.

Langkah pertama dalam tahap dekstruksi adalah menimbang sampel teh daun kelor seberat 1,0004 gram yang selanjutnya dimasukkan ke dalam labu destilasi kemudian ditambahkan 7,5010 gram K2SO4 yang berbentuk kristal berwarna putih lalu ditambahkan 0,3500 PbO berwarna hitam dan terakhir ditambahkan asam sulfat pekat. Larutan tersebut kemudian dipanaskan hingga terbentuk gelembung besar membumbung berwarna hitam disertai keluarnya banyak asap. Pemanasan dihentikan saat larutan tersebut telah tercampur homogen dan asap telah berhenti keluar, ini membuktikan bahwa Nitrogen dalam sampel telah berhasil dipisahkan dan berubah menjadi (NH4)2SO4.

Larutan yang telah tercampur homogen dan asap telah berhenti keluar pada saat proses destruksi menunjukkan bahwa unsur-unsur C dan H telah mengalami oksidasi menjadi CO, CO2, dan H2O dan unsur N telah berhasil dipisahkan dari sampel dengan berubah menjadi (NH4)2SO4 karena direaksikan dengan asam sulfat. Reaksi yang terjadi adalah:

H R-C-COOH NH3 + CO2 + H2O NH2

Asam amino (protein)

(27)

NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4

Saat pelaksaan destruksi, kami memperlakukan suhu dengan benar yaitu mencapai suhu ≤100 sedangkan titik pecah protein adalah 60 sehingga dapat disimpulkan bahwa protein benar-benar terpecah atau memisah dari larutan. Penambahan K2SO4 dan PbO berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses destruksi dan menaikkan titik didih asam sulfat.

Setelah proses destruksi selesai, larutan didinginkan dan ditambahkan 100 ml aquadest yang berfungsi untuk mengurangi kehebatan reaksi bila ditambahkan larutan alkali kemudian ditambahkan lempeng Zn untuk menghindari superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas serta 15 ml kalium sulfat 4% dan 50 ml NaOH 50% untuk memberikan suasana basa. Kemudian dipanaskan hingga destilat keluar. Destilat tersebut adalah NH3 yang telah dipecah dari amonium hidrogen sulfat dan diikat oleh asam klorida 0,1 N pada erlenmeyer di ujung rangkaian destilasi.

Pada saat destilasi, kami tidak menggunakan termometer untuk mengukur suhu yang digunakan dalam penentuan titik didih destilat karena titik didih NH3 adalah -33,34 dan titik didih NH4OH adalah 48 namun pada suhu tersebut tidak adanya destilat yang keluar sehingga kami tidak menggunakan titik didih. Jika basa yaitu NH3 terikat dengan asam yaitu HCl yang ada di ujung destilat maka larutan akan berubah warna menjadi kuning. Hal ini sesuai dengan larutan yang kami dapat hingga akhir destilasi.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

(NH4)2SO4 + NaOH NH3 + H2O + Na2SO4 NH3 + HCl 0,1 N NH4Cl

Berlebihan

Karena hasil dari destilasi adalah NH4Cl maka dititrasi dengan basa NaOH 0,1 N dengan indikator PP sehingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange kemerahan.

Hasil analisa menunjukkan kadar protein yang didapat sebesar 13,125% yaitu lebih besar dari literatur yang didapat yaitu sekitar 6,7%. Hal ini disebabkan karena selisih volume titrasi blanko dengan sampel jauh, ini disebabkan oleh pH yang tidak sesuai, pH titran menggunakan indikator campuran antara MM dan PP yaitu 6 namun pH sampel ini 10 dan tidak diperlakukan untuk menetralkannya sehingga titik ekivalenpun terjadi sangat cepat bagi sampel yaitu 2,4 mL. pH blanko sesuai

(28)

4.2.4 Pembahasan Penentuan Kadar Lemak dalam Teh Daun Kelor

Sebelum melakukan penimbangan sampel, labu lemak di oven selama 1 jam dengan suhu 1050C terlebih dulu, proses ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air setelah proses pencucian. Kemudian labu lemak didinginkan dalam desikator selama 15 menit agar suhu labu lemak sesuai suhu ruang. Selanjutnya dilakukan penimbangan labu lemak dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang konstan, rerata penimbangan labu kosong adalah 81,5701 gram.

5,0008 gram sampel teh daun kelor ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring dan ujung kertas kedua-duanya diikat menggunakan benang agar sampel tidak bercampur langsung ke dalam pelarut yang selanjutnya kertas saaring tersebut dimasukkan ke dalam ekstraktor. Setelah itu masukkan 200 mL n-Hexane ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang. n-Hexane digunakan karena n-Hexane merupakan pelarut organik yang dapat melarutkan lemak. Diekstrak ±2 jam untuk mendapatkan lemak yang terdapat dalam sampel, ektraksi dilakukan dengan 10 siklus yang rerata menghabiskan 7-9 menit setiap siklus. Setelah siklus selesai, segera matikan mantleheat dan diamkan sampai dingin, agar rangkaian soxlet dapat dilepaskan. Setelah selesai, diamkan larutan lemak ditempat terbuka, agar pelarut (n-heksana) habis, n-heksana habis karena larutan tersebut termasuk dalam larutan organik, dan bila dibiarkan ditempat terbuka larutan tersebut akan menguap. Untuk menghabiskan larutan n-heksana butuh waktu ±1 minggu. Setelah pelarut habis timbang labu+lemak yang tersisa didalam labu lemak. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang konstan. Rerata penimbangan labu+lemak adalah 81,9948 gram.

Menurut literatur, untuk memisahkan lemak dari pelarut yang digunakan yaitu hexana, menggunakan metode destilasi. Namun karena keterbatasan waktu dan ketersedian alat, kami hanya menggunakan metode penganginan untuk menguapkan hexana. Metode ini tidak sepenuhnya efektif karena volume hexana masih tertinggal bercampur dengan lemak. Beda dengan metode destilasi yang

(29)

dapat memisahkan hexana dengan lemak berdasarkan perbedaan titik didih yaitu titik didih hexana 69 .

Berdasarkan literatur, prosentase lemak dalam 5 gram daun kelor sebanyak 0,085% sedangkan kami mendapatkan hasil prosentase lemak dalam 5 gram teh daun kelor sebanyak 8,49%. Hasil yang didapat sangat jauh berbeda dengan literatur, hal ini disebabkan karena lemak telah tercampur pigmen dan zat lainnya.

BAB V

(30)

didapat, ketersedian bahan dan alat telah menunjang keberlangsungan analisa. Hasil analisa yang didapat dalam 1 kantung teh daun kelor adalah kadar karbohidrat sebanyak 0,93%, kadar protein sejumlah 65,62%, serta lemak sebanyak 8,49%.

5.2 Saran

1. Melakukan peninjauan ulang terhadap prosedur analisa karbohidrat, protein, dan lemak sebelum digunakan untuk mendapatkan hasil analisa yang akurat.

2. Mencoba analisa kualitatif dalam analisa kadar karbohidrat, protein, dan lemak sehingga dapat membandingkan keuntungan dan kerugian antara analisa kualitatif dan kuantitatif.

3. Meminimalisir kesalahan agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

(31)

Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-3134-1992: Minuman Teh Dalam Kemasan.

Bakri, Mustafal. 2008. Seri Pendalaman Materi Kimia untuk SMA/MA. Jakarta: Penerbit Erlangga, Hlm. 50.

Campbell, N.A., Jane B. Reece, Lawrence G.M. 2000. Biologi Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, Hlm. 72.

Day, R.A dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga, Hlm. 177.

Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimiai.Bandung: Penerbit ITB, Hlm. 262.

Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Bogor: Penerbit Swadaya. Hlm. 25.

Koensoemardiyah. 2002. A to Z Minyak Atsiri untuk Industri Makanan, Kosmetik, dan Aromaterapi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Hlm. 24.

Krisnawati, Inti. 2009. Healthy Food for Kids. Jakarta: Penerbit Gramedia, Hal. 88.

Legowo, Anang dan Nurwantoro. 2004. Diktat Mata Kuliah Analisis Pangan. Semarang: Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Hal. 22, 23, 30, dan 37.

Mangan, Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta: Penerbit Agromedia Pustaka.

Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga, Hal. 144.

Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga, Hal. 274.

Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga, Hal. 321.

Riyanto, Nurdin dan Ari Yustisia Akbar. 2009. Super Genius Olimpiade Kimia SMA. Yogyakarta: Penerbit Widyatama, Hal. 85

Rukmana, Rahmat. 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, Hal. 25.

Setiawati, I dan Nasikun. 1991. Teh Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media

Setyowatik, Ana Tri. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kadar Vitamin A dan Vitamin C, serta Aktivitas Antioksidan Tepung Daun Kelor. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

(32)

Sugiyarto, Teguh dan Eni Ismawati. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Penerbit Grasindo, Hal. 134.

Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama, Hal. 291.

Sutresna, Nana., Laksana R.W., dan Yuyun Gusida. 2008. Persiapan Un Kimia untuk SMA/MA. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama, Hal. 195.

Utami, Prapti. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta: Penerbit Agromedia, Hal. 104.

Winarti, Sri. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu

LAMPIRAN I

(33)

Karbohidrat

Perhitungan Kadar Karbohidrat

 Standarisasi Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 : Normalitas KIO3

N = 0,1785

214 ×100× 6 = 0,10009 N Normalitas Na2S2O3

Volume titrasi 1 = 10,9 mL

V1 × N1 = V2 × N2

10 × 0,10009 = 10,9 × N2

N2 = 1,000910,9 = 0,092 N

Volume titrasi 2 = 10,8 mL

V1 × N1 = V2 × N2

10 × 0,10009 = 10,8 × N2

N2 = 1,0009

10,8 = 0,093 N

Normalitas rerata Na2S2O3 = 0,093 N

 Perhitungan Kadar Karbohidrat :

­ Bobot sample  = 3,0005 g  = 3000,5 mg ­ Volume Penitar Blanko  = 25 mL ­ Volume Penitar Sample 1 = 24,7 mL ­ Volume Penitar Sample 2 = 24,7 mL ­ N Tio       = 0,093 N

Angka Tabel Penetapan Kadar Gula menurut Luff Schoorl

ml

Na2S2O3 Glukosa Galaktosa Laktosa Maltose

1 2,4 2,7 3,6 3,9

(34)

9 22,4 26,0 33,2 35,5

10 25,0 29,0 37,0 39,5

11 27,6 32,0 40,8 43,5

12 30,0 35,0 44,6 47,5

13 33,0 38,1 48,4 51,6

14 35,7 41,2 52,2 55,7

15 38,5 44,4 56,0 59,8

16 41,3 47,6 59,9 63,9

17 44,2 50,8 63,8 68,0

18 47,1 54,0 67,7 72,2

19 50,0 57,3 71,7 76,5

20 52,1 60,7 75,7 80,9

21 56,1 64,2 79,8 85,4

22 59,1 67,7 83,9 90,0

23 62,2 71,3 88,0 94,6

Sumber : Standart Industri Indonesia

Departemen Perindustrian Republik Indonesia (1975)

I. Volume Titrasi = Volume titrasi blanko – Volume titrasi sampel = 25­24,7

 = 0,3 mL

II. Konversi mg glukosa menurut Luff/ml dalam 0,1000 N Na2S2O3

Konversi glukosa = 2,4

= (0,3-1,0) × (4,8-2,4)

= (-0,7) × 2,4

= -1,68

Hasil konversi glukosa = 2,4 + (-1,68) = 0,72 mg

mg glukosa=hasil mg glukosa pada tabel x Normalitas Na2S2O3

0,1000

(35)

¿0,72x0,093

0,1000 =0,6696

kadar karbohidrat=mg glukosa x fp

mg sampel x100

¿

0,6696×250 10 3000,5 x100

= 0,56%

(36)

Perhitungan Kadar Protein

Pada analisa protein menggunakan metode kjeldahl untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu.

 Standarisasi NaOH 0,1 N dengan H2C2O4 0,1 N:

Volume titrasi 1 = 24,6 mL

Normalitas NaOH =

V1 × N1 = V2 × N2

25 × 0,1 = 24,6 × N2

N2 = 2,5

24,6 = 0,101 N

Volume titrasi 2 = 25,4 mL

V1 × N1 = V2 × N2

25 × 0,1 = 25,4 × N2

N2 = 25,42,5 = 0,098 N

Normalitas rerata NaOH = 0,15 N

 Perhitungan kadar protein kasar

­ Bobot sample  = 1,0004 gr ­ Volume Penitar Blanko  = 12,4 ml ­ Volume Penitar Sample  = 2,4 ml ­ N NaOH 1       = 0,101 N ­ N NaOH 2       = 0,098 N ­ N NaOH rerata    = 0,15 N

(37)

%N=ml NaOH blankoml NaOH sampel

gram bahan x1000 × N NaOH ×14,008×100

%N= (12,4−2,4)

1,004x1000×0,15×14,008×100

¿ 2,1%

Protein( )=%N × faktor konversi

= 2,1 × 6,25 = 13,125%

LAMPIRAN III

Lemak

Perhitungan Kadar Lemak

(38)

= 81,99485,000881,5701×100

= 8,49%

DAFTAR GAMBAR

(39)

Gambar 1. Tahap destruksi pada analisa protein

Gambar 2. Tahap destilasi pada analisa protein

Gambar 3. Sisa hasil destilasi

(40)

Gambar 5. Ekstraksi lemak

Gambar 6. Hasil ekstraksi lemak

Gambar

Gambar (a) Foto teh daun kelor dalam kemasan. Gambar (b) Foto seduhan teh daun kelor
Gambar 1. Tahap destruksi pada analisa protein
Gambar 6. Hasil ekstraksi lemak

Referensi

Dokumen terkait

[r]

sebagainya. Daya tarik suatu objek merupakan salah satu modal utama untuk pengembanganya, hal ini disebabkan bahwa daya tarik tersebut sebagai potensi utama yang

Pada penelitian ini dibuat sebuah sistem yang akan membantu pemerintah bahkan institusi terkait berupa aplikasi website yang akan mendeteksi ujaran ancaman pada postingan media

Bahwa menurut para Pemohon ketentuan dalam Pasal 33 ayat (6) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan yang tidak memberikan hak bagi

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan PT KAI Commuter Jabodetabek dalam hal ketepatan waktu kedatangan KRL Commuter Line di stasiun tujuan, maka diperlukan analisis

Data yang dikembangkan dalam penelitian kualitatif adalah data yang berkaitan dengan : Pentingnya Sumberdaya Aparat Pemerintah Desa dalam meningkatkan aktivitas kelompok tani

penerapan pendidikan karakter pada mata pelajaran, guru harus dapat menggunakan berbagai media dan mengetahui bagimana karakter peserta didik itu sendiri sehingga

IPAL industri pangan skala rumah tangga terdiri dari 1 unit grease trap, 1 unit bak pengendap, 1 unit bak ekualisasi, 1 unit anaerobic baffled reactor dan 1 unit constructed