MENTERIPERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN
NOMOR:
PM. 33 TAHUN 2011
JENIS, KELAS DAN KEGIATAN
01STASIUN KERETA API
OENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
a. bahw a Peraturan Pem erintah N om or 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian telah m en gat u r m en 9 e n a i Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api;
b. bahw a berdasarkan pertim bangan sebagaim ana dim aksud dalam huruf a, perlu m enetapkan Peraturan M enteri Perhubungan tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api;
1. U ndang-U ndang N om or 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lem baran N egara R epublik Indonesia Tahun 2007 N om or 65, Tam bahan Lem baran N egara R epublik Indonesia N o. 4722);
2. Peraturan Pem erintah N om or 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lem baran N egara R epublik Indonesia Tahun 2009 N om or 129, Tam bahan Lem baran N egara R epublik Indonesia N om or 5048);
3. Peraturan Presiden N om or 47 Tahun 2009 tentang Pem bentukan dan O rganisasi Kem enterian N egara;
4. Peraturan Presiden N om or 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kem enterian N egara serta Susunan O rganisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kem enterian N egara sebagaim ana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden N om or 67 Tahun 2010;
PER ATU R AN M EN TER I PER H U BU N G AN TEN TAN G JEN IS, KELAS D AN KEG IATAN D I STASIU N KER ETA API.
BAB I
KETEN TU AN U M U M
1. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri m aupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rei yang terkait dengan perjalanan kereta api.
2. Stasiun kereta api adalah tem pat pem berangkatan dan pem berhentian kereta api.
3. Fasilitas pengoperasian kereta api adalah segala fasilitas yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan.
4. Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rei yang m eliputi ruang m anfaat jalur kereta api, ruang m ilik jalur kereta api, dan ruang pengaw asan jalur kereta api, term asuk bagian atas dan baw ahnya yang diperuntukan bagi lalu lintas kereta api yang ada di suatu stasiun.
5. Fasilitas penunjang adalah segala sesuatu yang m elengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api, yang dapat m em berikan kem udahan, kenyam anan dan keselam atan bagi pengguna jasa kereta api yang ada di stasiun.
6. Frekuensi lalu lintas adalah banyaknya kereta api yang berangkat, berhenti dan m elintas di suatu stasiun selam a kurun w aktu tertentu.
7. Jum lah penum pang adalah banyaknya orang yang naik atau turun dari kereta api sebagai pengguna jasa kereta api dan m em iliki karcis sebagai tanda bukti perjanjian angkutan orang. 8. Jum lah barang adalah banyaknya barang yang diantar dari atau
ke stasiun dengan m enggunakan jasa kereta api dan pengguna jasa tersebut m em iliki tanda bukti perjanjian pengangkutan
barang berupa surat angkutan barang.
9. Pendapatan stasiun adalah pendapatan dari hasil penjualan jasa angkutan baik dari jasa angkutan penum pang dan atau jasa angkutan barang serta pem anfaatan jasa fasilitas
penunjang.
10. M enteri adalah M enteri yang tugas dan tanggungjaw abnya di bidang perkeretaapian.
BAB II
JEN IS D AN KEG IATAN STASIU N
Stasiun Kereta Api m erupakan prasarana kereta api sebagai tem pat pem berangkatan dan pem berhentian kereta api.
(1) Stasiun kereta api sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 2 m enurut jenisnya terdiri atas:
a. stasiun penum pang; b. stasiun barang; dan/atau c. stasiun operasi.
(2) Stasi un penum pang sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) huruf a, m erupakan stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penum pang.
(3) Stasiun barang sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) huruf b, m erupakan stasi un kereta api untuk keperluan bongkar m uat barang.
(4) Stasiun operasi sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) huruf c, m erupakan stasiun kereta api untuk keperluan pengoperasian kereta api.
(1) Stasiun kereta api sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3, terdiri atas :
a. em plasem en stasiun; dan b. bangunan stasiun.
(2) Em plasem en stasiun sebagaim ana dim aksud pad a ayat (1), huruf a terdiri atas :
a. jalan rei;
b. fasilitas pengoperasian kereta api; dan c. drainase.
(3) Bangunan stasiun sebagaim ana dim aksud pada ayat (1), huruf b terdiri atas:
a. gedung;
Stasiun penum pang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a paling sedikit dilengkapi dengan fasilitas:
a. keselam atan; b. keam anan; c. kenyam anan;
d. naik turun penum pang; e. penyandang cacat; f. kesehatan;
g. fasilitas um um ;
h. fasilitas pem buangan sam pah; dan i. fasilitas inform asi.
Stasiun barang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b paling sedikit dilengkapi dengan fasilitas:
a. keselam atan; b. keam anan; c. bongkar m uat; d. fasilitas um um ; dan e. pem buangan sam pah.
(1) U ntuk kepentingan bongkar m uat barang di luar stasiun, dapat dibangun jalan rei yang m enghubungkan antara stasiun dan tem pat bongkar m uat barang.
(2) Pem bangunan jalan rei sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan persyaratan teknis jalan rei dan dilengkapi dengan fasilitas operasi kereta api.
Stasiun operasi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c harus dilengkapi dengan fasilitas keselam atan dan operasi kereta api.
Kegiatan di stasiun kereta api sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 4 m eliputi:
a. kegiatan pokok;
Kegiatan pokok di stasiun sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 huruf a m eliputi:
a. m elakukan pengaturan perjalanan kereta api;
b. m em berikan pelayanan kepada pengguna jasa kereta api; c. m enjaga keam anan dan ketertiban; dan
d. m enjaga kebersihan lingkungan.
(1) Kegiatan usaha penunjang penyelenggaraan stasiun sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 huruf b dilakukan untuk m endukung penyelenggaraan perkeretaapian.
(2) Kegiatan usaha penunjang dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan penyelenggara prasarana perkeretaapian.
(1) Kegiatan usaha penunjang di stasiun dapat dilakukan oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian dengan ketentuan: a. tidak m engganggu pergerakan kereta api;
b. tidak m engganggu pergerakan penum pang dan/atau barang;
c. m enjaga ketertiban dan keam anan; dan d. m enjaga kebersihan lingkungan.
(2) Penyelenggara prasarana perkeretaapian dalam m elaksanakan kegiatan usaha penunjang harus m engutam akan pem anfaatan ruang untuk keperluan kegiatan pokok stasiun.
(1) Kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 huruf c dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan penyelenggara prasarana perkeretaapian yang berupa jasa pelayanan:
a. ruang tunggu penum pang; b. bongkar m uat barang; c. pergudangan;
d. parkir kendaraan; dan/atau e. penitipan barang.
(3) Persetujuan sebagaim ana dim aksud pad a ayat (1) dapat diberikan oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian apabila fasilitas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 8 telah terpenuhi.
SASIV
TATA C AR A PEN ETAPAN KLASIFIKASI STASIU N KER ETA API
(1) Stasiun penum pang dikelom pokkan dalam : a. kelas besar;
b. kelas sedang; dan c. kelas kecil.
(2) Pengelom pokan kelas stasiun kereta api sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria:
a. fasilitas operasi; b. jum lah jalur;
c. fasilitas penunjang; d. frekuensi /alu lintas; e. jum lah penum pang; dan f. jum lah barang.
(3) Kelas stasiun sebagaim ana dim aksud pad a ayat (1) dihitung berdasarkan perkalian bobot setiap kriteria dan nilai kom ponen.
Sobot yang diberikan untuk m asing-m asing kriteria sebagaim ana dim akusud da/am Pasal 14 ditentukan 100 angka kredit dengan pem bagian sebagai beikut :
a. fasilitas operasi m aksim um 25 angka kredit; b. jum lah jalur m aksim um 20 angka kredit;
(1) Kom ponen fasilitas operasi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf a terdiri atas :
a. Peralatan Persinyalan;
b. Peralatan Telekom unikasi; dan c. Instalasi Listrik.
(2) Kom ponen jalur sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf b terdiri atas :
a. Lebih dari 10 jalur;
b. 6 sam pai dengan 10 jalur; dan c. Kurang dari 6 jalur.
(3) Kom ponen fasilitas penunjang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf c terdiri atas :
a. Penunjang; dan b. Penunjang khusus.
(4) Kom ponen frekuensi lalu lintas sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d m erupakan frekuensi pergerakan kereta api per hari yang terdiri atas :
a. Kereta api berhenti; dan b. Kereta api langsung.
(5) Kom ponen jum lah penum pang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf e m erupakan jum lah pergerakan penum pang kereta api per hari yang terdiri atas :
a. Lebih dari 50.000;
b. 10.000 sam pai dengan 50.000; dan c. Kurang dari 10.000.
(6) Kom ponen jum lah barang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf f m erupakan jum lah pergerakan barang dan bagasi kereta api per hari yang terdiri atas :
a. Lebih dari 150 ton; b. 100 sam pai 150 ton; dan c. Kurang dari 100 ton.
(1) Penetapan klasifikasi stasiun kereta api didasarkan pada jum lah angka kredit yang diperoleh stasiun yang
bersangkutan.
(2) Jum lah angka kredit untuk m enetapkan klasifikasi stasiun sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) sebagai berikut :
a. kelas besar, jum lah angka kredit lebih dari 70;
b. kelas sedang jum lah angka kredit lebih dari 50
sId
70; danc. kelas kecil jum lah angka kredit kurang dari 50.
Klasifikasi stasi un kereta api ditetapkan dengan Peraturan M enteri tersendiri berdasarkan penilaian dan setiap 3 (tiga) tahun dilakukan dievaluasi.
BABV
KETEN TU AN PER ALIH AN
Klasifikasi stasiun kereta api dalam w aktu 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya Peraturan ini harus telah ditetapkan.
BABVI
Agar setiap orang m engetahuinya, m em erintahkan pengundangan
Peraturan ini dengan penem patannya dalam Berita N egara
R epublik Indonesia.
D itetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Februari 2011
M EN TER IPER H U BU N G AN ,
ttd
FR ED D Y N U M BER I
SALIN AN Peraturan ini disam paikan kepada: 1. Ketua Badan Pem eriksa Keuangan; 2. M enteri Keuangan;
3. M enteri Perencanaan Pem bangunan N asional/Kepala Bappenas; 4. M enteri BU M N ;
5. W akil M enteri Perhubungan;
6. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, D irektur Jenderal Perkeretaapian, para Kepala Badan, dan para Staf Ahli di lingkungan Kem enterian Perhubungan.
Lam piran Peraturan M enteri Perhubungan
Perparkiran (30 % ) R estoran (20 % ) PEN U N JAN G (80% ) Pertokoan (20 % )
Perkantoran (20 % ) Perhotelan (10 % )
R uang Tunggu
FASILITAS PEN U N JAN G (15% ) Penum pang (30% )
KH U SU S (20% ) Parkir Kendaraan (20 % ) Penitioan Barana (15 % ) Peraudanaan (15 % ) Bonakar M uat Barana (10% )
R uano ATM (10 % ) > 60 KA (100% ) KA BER H EN TI (90% ) 40 - 60 KA (70% )
FASILITAS LALU L1N TAS <40 KA (20% )