• Tidak ada hasil yang ditemukan

Translation Bahasan teori and penuntun p

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Translation Bahasan teori and penuntun p"

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

Bahasan Teori & Penuntun Praktis

Menerjemahkan

Edisi Revisi

(3)

Bahasan Teori & Penuntun Praktis

Menerjemahkan

Edisi Revisi

Penulis :

Zuchridin Suryawinata Sugeng Hariyanto

Desain Cover & Penata Isi

Tim MNC Publishing

Cetakan pertama tahun 2003 oleh Penerbit Kanisius, Yogyakarta Edisi revisi, 2016

Diterbitkan oleh:

Media Nusa Creative

Anggota IKAPI (162/JTI/2015)

Bukit Cemara Tidar H5 No. 34, Malang Telp. : 0341 – 563 149 / 08223.2121.888 e-mail : mnc.publishing.malang@gmail.com Website : www.mncpublishing.com

ISBN : 978-602-6397-28-7

(4)

iii

KATA PENGANTAR EDISI REVISI

Buku ini telah beredar cukup lama di tangan para mahasiswa dan sudah cukup lama pula tidak dicetak ulang. Mungkin karena alasan itu buku ini pernah dibajak penulis lain beberapa bab, langsung disalin-rekat ke dalam bukunya. Selain itu saya masih menerima banyak pertanyaan tentang di mana buku ini bisa dibeli. Dengan kedua alas an tersebut buku ini dicetak ulang dan sekaligus direvisi disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Buka teori dengan gaya tutur santai ini dulunya saya tulis dengan pembimbing saya saat saya menulis tesis, yaitu Prof. Dr. Zuchridin Suryawinata. Beliau adalah pembangkit kecintaan saya terhadap dunia penerjemahan dan dunia tulis-menulis. Beliau pula yang menuntun saya untuk memasuki industri penerjemahan. Sang inspirator saya tersebut kini telah tiada, tetapi semangat menulis saya dan kecintaan saya terhadap dunia penerjemahan yang beliau semaikan di hati saya tidak pernah padam. Namun, kepergian beliau membuat saya menjadi penanggung jawab tunggal atas perbaikan buku ini.

Dengan rasa takzim kepada beliau, dalam edisi revisi ini saya memperbaiki Bab I mengenai perkakas penerjemahan, dengan menambahkan bahasan tentang mesin penerjemah dan CAT Tool dan menambahkan strategi penerjemahan pragmatik di Bab IV. Sementara itu bab tentang penelitian di bidang penerjemahan dihapus karena tidak terkait langsung dengan judul buku ini.

(5)

KATA PENGANTAR (Cetakan Pertama)

Buku ini telah lama direncanakan untuk terbit. Tetapi karena beberapa kendala yang dihadapi oleh kedua penulis, maka akhirnya buku ini baru dapat muncul di hadapan para peminat terjemahan sekarang.

Buku-buku teori penerjemahan pada tahun 1980-an sampai sekarang telah banyak yang diterbitkan, tetapi sebagian besar buku-buku tersebut ditulis di dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Prancis, dan disertai contoh-contoh di dalam ketiga bahasa asing itu pula. Oleh karena itu, penulis mencoba menyajikan buku ini dalam bahasa Indonesia, beserta contoh-contohnya dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan para mahasiswa, dosen, dan praktisi penerjemahan. Di samping pembahasan teori yang agak mendalam, dengan membandingkan beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa pakar penerjemahan, buku ini juga menyertakan contoh-contoh dalam penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya.

Di dalam ranah teori dibahas definisi, proses, ragam, dan prinsip-prinsip penerjemahan, serta kaitan antara makna dan penerjemahan. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan teori dan contoh penelitian di bidang penerjemahan. Di dalam ranah praktis disajikan strategi penerjemahan beserta contoh-contohnya, penyesuaian leksikal dan gramatikal, cara menerjemahkan teks-teks IPTEK dan teks-teks humaniora, cara mencari dan membentuk istilah yang belum ada di dalam bahasa Indonesia, dan diberikan pula alamat-alamat situs internet yang dapat dimanfaatkan oleh para penerjemah.

Semoga buku ini bermanfaat.

(6)

v

DAFTAR ISI

BAB I. PENERJEMAHAN, PENERJEMAH DAN PERKAKASNYA ... 1

1.1 Definisi Penerjemahan ... 1

1.2 Proses penerjemahan ... 7

1.3 Penjurubahasaan ... 16

1.4 Perkakas Penerjemah ... 19

BAB II. RAGAM TERJEMAHAN ... 28

2.1 Terjemahan Intrabahasa, Antarbahasa, Intersemiotik... 28

2.2 Terjemahan Sempurna, Memadai, Komposit, Dan Ilmu Pengetahuan ... 31

2.3 Terjemahan Harfiah, Dinamik, Idiomatik, Semantik dan Komunikatif ... 34

BAB III. PRINSIP-PRINSIP PENERJEMAHAN ... 53

3.1 Prinsip-prinsip Terjemahan yang Setia kepada Teks Bsu ... 55

3.2 Prinsip-prinsip Terjemahan yang Setia kepada Pembaca Teks Bsa ... 57

BAB IV. STRATEGI PENERJEMAHAN ... 64

4.1 Strategi Struktural ... 64

4.2 Strategi Semantik ... 67

4.3 Strategi pragmatik ... 72

BAB V. PADANAN GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL ... 78

5.1 Padanan dan Penyesuaian Gramatikal ... 78

5.2 Padanan dan Penyesuaian Leksikal ... 90

BAB VI. KATA DAN PENERJEMAHAN ... 95

6.1 Imbuhan ... 96

6.2 Modifikasi Kata ... 99

6.3 Kata dengan Seberkas Makna ... 101

6.4 Hubungan antar Butir-butir Leksikal ... 102

(7)

6.6 Padanan Leksikal dengan Konsep yang Sama ... 109

6.7 Padanan Leksikal dengan Konsep yang Tidak Diketahui di dalam BSa ... 111

6.8 Hampa Padanan (Translation Void)/Tanpadan ... 114

6.9. Kata Majemuk ... 114

6.10 Lakuran (blending), Penggalan (clipping), dan Akronim (acronym)... 116

6.11 Makna figuratif ... 118

BAB VII. MAKNA DAN TERJEMAHAN ... 125

8.1 Macam-macam makna ... 125

BAB VIII. PENERJEMAHAN TEKS IPTEK ... 133

8.1 Fungsi Bahasa dan Komunikasi IPTEK ... 133

8.2 Ciri Khas Bahasa IPTEK ... 138

8.3. Ciri-ciri Wacana IPTEK ... 144

8.4 Langkah-langkah Penerjemahan IPTEK ... 158

BAB IX. PENERJEMAHAN KARYA SASTRA ... 162

9.1 Syarat-syarat Penerjemahan Karya Sastra ... 162

9.2 Menerjemahkan Prosa Fiksi ... 163

9.3 Menerjemahkan Puisi ... 168

DAFTAR PUSTAKA ... 184

LAMPIRAN Lampiran 1: Daftar terjemahan akronim bahasa Indonesia ... 188

Lampiran 2: Contoh Terjemahan Cerita Pendek ... 207

(8)

1

BAB I

PENERJEMAHAN DAN PENERJEMAH

Buku ini memuat teori-teori dasar penerjemahan. Oleh karena itu sudah selayaknya jika kami membuka buku ini dengan uraian tentang definisi penerjemahan. Setelah itu disajikan juga bahasan mengenai proses penerjemahan. Paparan tentang proses penerjemahan ini berguna untuk memahami hakikat penerjemahan. Di bagian akhir bab ini disinggung syarat-syarat penerjemahan yang baik dan sumber daya yang bisa dimanfaatkan oleh para penerjemah

1.1 Definisi Penerjemahan

Seperti halnya ilmu-ilmu lain, di dalam bidang penerjemahan ditemukan banyak sekali definisi penerjemahan. Berbagai definisi penerjemahan yang bisa ditemukan ini mencerminkan pandangan ahli yang membuat definisi tersebut tentang hakikat terjemahan dan proses penerjemahan. Berikut akan disajikan beberapa definisi yang sering dikutip dalam buku-buku tentang penerjemahan.

Definisi pertama berasal dari Catford (1965: 20). Ia menulis:

(Translation is) the replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language. (Catford, 1965: 20) Penerjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa dengan materi tekstual yang padan dalam bahasa lain.

Mungkin pembaca sedikit bertanya-tanya karena di dalam definisi tersebut tidak ditemukan konsep tentang makna. Sementara itu secara garis besar terjemahan tidak bisa dipisahkan dari persoalan makna atau

i fo asi. “e agai ga ti da i ko sep ak a adalah materi tekstual yang padan: ini tentu saja lebih operasional (Suryawinata, 1989: 3), tetapi bisa menjebak. Kesepadanan sebuah materi tekstual bisa dipandang dari beberapa segi. Secara sederhana, materi tekstual bisa padan maknanya, panjangnya, gaya tulisannya, atau bahkan padan kualitas cetakannya.

(9)

dari bahasa lisan atau tertulis.

Ungkapan tentang hakikat penerjemahan berikut ini dikemukakan oleh Savory (1968) di dalam bukunya The Art of Translation.

Translation is made possible by an equivalent of thought that lies behind its different verbal expressions (Savory, 1968).

Kutipan di atas bisa diterjemahkan secara bebas sebagai berikut:

Penerjemahan menjadi mungkin dengan adanya gagasan yang sepadan di balik ungkapan verbal yang berbeda.

Di dalam ungkapan Savory ini disebutkan dengan jelas bahwa yang padan adalah gagasannya. Savory tidak lebih jauh lagi menyebut hal-hal yang operasional atau hal-hal yang terkait dengan proses.

Dalam definisinya, Nida dan Taber (1969) menyatakan secara lebih jelas proses penerjemahannya. Mereka menyatakan:

Translating consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.

Secara bebas kutipan di atas bisa diterjemahkan sebagai berikut:

Penerjemahan adalah usaha mencipta kembali pesan dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dengan padanan alami yang sedekat mungkin, pertama-tama dalam hal makna dan kemudian gaya bahasanya.

Di sini Nida dan Taber tidak mempermasalahkan bahasa-bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, tetapi lebih tertarik pada cara kerja penerjemahan, yakni mencari padanan alami yang semirip mungkin sehingga pesan dalam BSu bisa disampaikan dalam BSa.

Dalam bukunya Translation: Aplications and Research, Brislin (1976: 1) menulis:

(10)

3

Secara bebas, definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut.

Penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada proses pengalihan buah pikiran dan gagasan dari satu bahasa (sumber) ke dalam bahasa lain (sasaran), baik dalam bentuk tulisan maupun lisan; baik kedua bahasa tersebut telah mempunyai sistem penulisan yang telah baku ataupun belum, baik salah satu atau keduanya didasarkan pada isyarat sebagaimana bahasa isyarat orang tuna rungu.

Dari definisi ini dapat diketahui bahwa Brislin memberi batasan yang luas pada istilah penerjemahan. Bagi dia penerjemahan adalah pengalihan buah pikiran atau gagasan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain. Kedua bahasa ini bisa serumpun, seperti bahasa Sunda dan Jawa, bisa dari lain rumpun, seperti bahasa Inggris dan Indonesia, atau bahkan bahasa yang sama tetapi dipakai pada kurun waktu yang berbeda, misalnya bahasa Jawa jaman Majapahit dan bahasa Jawa masa sekarang. Hanya sayang dalam definisi ini tidak tersirat proses penerjemahan dan kriteria terjemahan yang baik.

Sejenis dengan definisi ini adalah definisi Pinhhuck (1977: 38). Dia menulis bahasa "Translation is a process of finding a TL equivalent for an SL utterance". Dalam bahasa Indonesia bisa dikatakan bahwa

"Penerjemahan adalah proses penemuan padanan ujaran bahasa sumber di dalam bahasa sasaran."

Dalam definisi-definisi yang muncul dalam kurun waktu 1960-1970an di atas bisa dilihat adanya tiga kesamaan. Kemiripan pertama adalah adanya perubahan dari bahasa satu ke bahasa yang lainnya. Yang kedua adalah adanya makna atau pesan yang dipertahankan, dan yang terakhir adalah adanya kewajiban dari penerjemah untuk mengusahakan padanan yang sedekat mungkin.

Di antara ketiga hal di atas, konsep tentang padananlah yang menarik untuk dicermati karena setiap penulis di atas mempunyai konsep atau lingkup yang berbeda. Catford (1969), misalnya, hanya menyebutkan

equivalent textual material. Tambahan lagi, dia tidak menyebutkan kata makna atau pesan dalam definisinya. Jadi yang harus padan menurut Catford adalah materi tekstualnya. Ini bisa jadi kosa katanya, strukturnya (gayanya), dan juga maknanya karena tidak mungkin penerjemahan dapat mengabaikan maknanya demi padanan struktur bahasanya saja.

(11)

penerjemahan adalah bagaimana menemukan padanan terjemahan di dalam BSa. Sementara itu, tugas utama teori penerjemahan adalah memberi batasan akan hakekat dan syarat-syarat padanan terjemahan.

Seperti yang dikutip Wilss (dalam Noss, 1982), Catford menyatakan bahwa di dalam penerjemahan total, teks atau butir-butir BSu dan BSa adalah padanan terjemahan jika teks-teks atau butir-butir itu bisa saling ditukar dalam situasi yang sama. Jadi idealnya padanan terjemahan haruslah berkorespondensi satu-satu: jika X ada di dalam BSu, maka Y ada di dalam BSa; jika Y ada di dalam BSa, maka X ada di dalam BSu.

Sementara itu, Savory menyebutkan bahwa yang seharusnya padan adalah buah pikiran atau gagasannya. Yang sangat jelas membahas masalah ini adalah Nida dan Taber yang menyebutkan closest natural equivalent of the SL message. Jadi, menurut kedua ahli itu yang harus padan dulu adalah pesan dari naskah yang diterjemahkan, dan padanannya pun harus yang alami dan semirip mungkin sehingga bisa membawa pesan yang sama. Untuk memahami masalah ini, lebih baik kiranya bila kita mengingat kembali contoh yang diajukan Nida dan Taber. Kedua ahli ini adalah ahli penerjemahan kitab Injil. Dalam kitab Injil versi bahasa Inggris, ada ungkapan lamb of God, yang kalau diterjemahkan secara harfiah menjadi domba Tuhan dalam bahasa Indonesia. Tetapi, pada saat itu orang tersebut mau menerjemahkannya ke dalam bahasa orang Eskimo yang tentu saja dalam kehidupan sehari-harinya tidak pernah melihat domba. Bila ungkapan itu diterjemahkan secara harfiah, maka makna yang ingin disampaikan, yakni suatu gambaran ketidakberdosaan, tidak akan bisa ditangkap. Oleh karena itu, harus dicari padanan alami yang sedekat mungkin, yang mempunyai makna konotasi yang nyaris mirip. Akhirnya ditemukanlah padanan alaminya, yakni anjing laut. Akhirnya, terjemahan yang padan dari lamb of God dalam bahasa Eskimo adalah anjing laut Tuhan dalam bahasa Eskimo.

Konsep Nida dan Taber ini, yang juga dikenal dengan konsep

padanan dinamis, memang menarik dan menghasilkan terjemahan yang luwes dan mampu memberikan pesan yang sama dengan pesan BSu-nya. Namun tetap ada pertanyaan, apakah hasil tersebut tetap sama untuk penerjemahan naskah-naskah ilmu pengetahuan.

(12)

5

orang telah paham bahwa dalam setiap terjemahan, penerjemah memang harus mengusahakan tercapainya padanan. Definisi-definisi pada tahun-tahun terakhir rupanya lebih mengarah pada hal-hal yang praktis atau prinsip-prinsip operasional. Hal ini bisa dilihat pada definisi-definisi berikut. Hal ini membawa akibat bahwa kita bisa merumuskan proses penerjemahan menurut pikiran mereka.

McGuire (1980: 2) menulis:

Translation involves the rendering of a source language (SL) text into the target language (TL) so as to ensure that (1) the surface meaning of the two will be approximately similar and (2) the structure of the SL will be preserved as closely as possible, but not so closely that the TL structure will be seriously distorted.

Secara bebas definisi tersebut bisa diterjemahkan sebagai berikut:

Penerjemahan mencakup usaha menjadikan BSu ke BSa sehingga (1) makna keduanya menjadi hampir mirip dan (2) struktur BSu dapat dipertahankan setepat mungkin, tetapi jangan terlalu tepat sehingga struktur BSa-nya menjadi rusak.

Definisi ini mengandung beberapa hal yang kurang mengena. Pertama, yang dibicarakan adalah BSu dan BSa yang sangat umum, sehingga tidak khusus mengacu pada suatu terjemahan. Selain itu pada bagian kedua definisi tersebut mengandung kontroversi, yaitu setepat mungkin namun jangan terlalu tepat. Dari sini kita tidak tahu batas ketepatan yang dimaksud.

Newmark (1981: 7) menulis bahwa:

Translation is a craft consisting in the attempt to replace a written message and/or statement in one language by the same message and/or statement in another language.

Secara bebas definisi tersebut bisa diterjemahkan sebagai berikut:

Penerjemahan adalah suatu kiat yang merupakan usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain.

(13)

dengan "interpretation" untuk penerjemahan lisan. Yang kedua, pakar penerjemahan ini tidak menggunakan istilah, tetapi ia memakai istilah

yang sama dalam bahasa yang lain.

Wolfram Wilss (1984) mengajukan tiga definisi penerjemahan sekaligus, yakni yang berorientasi pada penerjemah, pada teks, dan pada komputer. Pada ketiga-tiganya dia menyebut bahwa penerjemahan adalah suatu proses. Dalam definisinya yang kedua, yang berorientasi pada naskah yang diterjemahkan ia menulis:

Translation is a transfer process which aims at the transformation of a written SL text into an optimally equivalent TL text, and which requires the syntactic, the semantic and the pragmatic understanding and analytical processing of the SL (Wills dalam Noss, 1982: 3).

Secara bebas definisi tersebut bisa diterjemahkan sebagai berikut:

Penerjemahan adalah suatu proses transfer yang bertujuan untuk mentransformasikan teks tertulis dalam BSu ke dalam teks BSa yang optimal padan, dan memerlukan pemahaman sintaktik, semantik dan pragmatik, serta proses analitis terhadap BSu.

Dalam definisi tersebut, Wilss menganggap bahwa penerjemahan adalah suatu proses, suatu transfer. Lebih lanjut ia membatasi pada teks tertulis, seperti halnya pandangan Newmark. Kalau Wilss menganggap penerjemahan sebagai proses transformasi, Newmark menggunakan istilah mengganti. Kalau Wills masih memakai istilah padanan, Newmark memakai sama tetapi dalam bahasa yang lain. Dalam masalah ini, kami lebih sepakat dengan Wilss dalam hal penggunaan istilah padan dan

padanan, karena secara linguistik tidak ada kata-kata yang sama dalam bahasa yang berlainan. Kata yang sekilas terlihat sama, mungkin mempunyai makna konotatif yang berbeda, atau malah cakupan makna yang berbeda. Kita bisa melihat kembali contoh yang diajukan oleh Nida dan Taber di depan.

Meskipun kata equivalent masih disebut, tetapi tekanan utamanya terletak pada proses. Bahkan ahli ini menggambarkan proses yang dimaksud segera setelah definisi tersebut.

(14)

7

menulis:

Translation is basically a change of form. When we speak of the form of a language, we are referring to the actual words, phrases, clauses, sentences, paragraphs, etc., which are spoken or written. ... In translation the form of the source language is replaced by the form of the receptor (target) language.

Secara bebas definisi tersebut bisa diterjemahkan sebagai berikut:

Penerjemahan pada dasarnya adalah suatu perubahan bentuk. Apabila kita berbicara tentang bentuk bahasa, kita mengacu pada kata-kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf yang sesungguhnya, yang lisan atau tertulis. ... Di dalam terjemahan bentuk bahasa sumber disalin dengan bentuk bahasa sasaran.

Yang dapat menjadi pertanyaan adalah bahwa Larson di sini membicarakan pergantian bentuk. Sedangkan buku yang ditulisnya adalah tentang penerjemahan berdasarkan makna. Dengan demikian, kita kurang dapat memahami mengapa Larson mengacu kepada bentuk dan bukan makna dalam definisi di atas. Meskipun begitu, dalam bahasan di butir 1.2. kita bisa lebih memahami pikiran Larson tersebut.

Demikian, kutipan-kutipan definisi penerjemahan yang kami sajikan di atas menunjukkan bahwa pada tahap awal, perbincangan sekitar definisi penerjemahan berfokus pada makna ekuivalen atau padanan. Sementara itu, mulai awal 1980-an, fokus pembicaraan mulai bergeser pada proses penerjemahan. Lebih lanjut kita perdalam bahasan kita tentang proses penerjemahan pada bagian 1.2. berikut.

1.2 Proses Penerjemahan

Yang dimaksud proses penerjemahan di sini adalah suatu model yang dimaksudkan untuk menerangkan proses pikir (internal) yang dilakukan manusia saat melakukan penerjemahan.

Dahulu orang berpendapat bahwa penerjemahan terjadi secara langsung dan terjadi satu arah. Proses ini sering digambarkan dalam gambar berikut (lihat Suryawinata, 1989: 12).

teks BSu teks BSa

(15)

Gambar di atas dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa penerjemah langsung menuliskan kembali teks BSu dalam teks BSa. Sekilas memang begitulah tampaknya. Perhatikan contoh berikut.

She kicked the farmer. Dia menendang petani itu.

Jika Anda diberi kalimat tersebut, tentu Anda pun langsung menerjemahkan begitu. Langsung dan satu arah bukan? Akan tetapi bagaimana jika yang harus diterjemahkan adalah kalimat yang lebih kompleks? Coba terjemahkan kalimat berikut.

Social control is a process whereby conformity to norms is maintained in a society.

Kita tidak bisa secepat menerjemahkan She kicked the farmer tadi. Kita terpaksa dengan hati-hati berusaha mendapatkan makna dari kalimat itu dengan segala cara, dengan melihat kamus, dengan mempertimbangkan struktur yang disebut relative clause, dan sebagainya. Jadi, apakah proses penerjemahan untuk kedua kalimat di atas berbeda? Tentu saja tidak. Hanya saja, untuk kalimat pertama, proses itu berlangsung begitu cepat, sementara untuk kalimat kedua prosesnya berjalan lambat. Oleh karena itu, Nida dan Taber (1969:33) menggambarkan proses penerjemahannya, yakni penerjemahan dinamis, seperti dalam Gambar 1.2.

(16)

9

bentuk bentuk teks BSu teks BSa

analisis restrukturisasi

isi teks ----transfer----» isi teks BSu BSa

Gambar 1.2 Proses penerjemahan menurut Nida dan Taber (1969)

Proses di atas kelihatannya rumit, tetapi setelah dimengerti sebenarnya cukup mudah untuk dipahami. Meskipun demikian, Suryawinata (1989: 14) berusaha memperjelas skema tersebut dengan meminjam konsep struktur batin dan struktur lahir Tata Bahasa Generatif Transformasi (TGT) menjadi seperti yang terlihat dalam Gambar 1.3.

Evaluasi dan revisi

Teks asli Teks terjemahan dalam BSu dalam BSa

proses eksternal

analisis/ restrukturisasi/

pemahaman penulisan kembali proses internal

konsep, makna, transfer konsep, makna, pesan dari teks BSu padanan pesan dalam BSa

(17)

Di dalam gambar tersebut bisa dilihat proses sebagai berikut: 1. Tahap analisis atau pemahaman. Dalam tahap ini struktur lahir (atau

kalimat yang ada) dianalisis menurut hubungan gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, mana tekstual, dan bahkan makna kontekstual. Ini merupakan proses transformasi balik.

2. Tahap transfer. Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya tadi diolah penerjemah dalam pikirannya dan dipindah dari BSu ke dalam BSa. Dalam tahap ini belum dihasilkan rangkaian kata; semuanya hanya terjadi di dalam batin penerjemah. 3. Restrukturisasi. Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari padanan

kata, ungkapan, dan struktur kalimat yang tepat dalam BSa sehingga isi, makna dan pesan yang ada dalam teks BSu tadi bisa disampaikan sepenuhnya dalam BSa.

4. Evaluasi dan revisi. Setelah didapat hasil terjemahan di BSa, hasil itu dievaluasi atau dicocokkan kembali dengan teks aslinya. Kalau dirasa masih kurang padan, maka dilakukanlah revisi.

Keempat proses ini kadang berlangsung dengan sangat cepat, kadang juga sangat lambat. Untuk lebih jelasnya, kita perhatikan proses penerjemahan untuk kalimat contoh She kicked the farmer. Berikut tahap-tahapnya.

1. Analisis. Dalam tahap ini penerjemah memikirkan hal-hal berikut. She

adalah subjek kalimat asli. Kicked adalah kata kerjanya. She adalah orang ketiga tunggal dan berjenis kelamin perempuan. Harus ada tambahan "ed" pada kata kerjanya untuk menunjukkan bahwa kejadiannya sudah berlangsung. Sedangkan the farmer adalah objek yang dikenai kata kerja kick. Objek ini adalah manusia yang pekerjaannya mengolah tanah untuk menumbuhkan tanaman yang bisa menghasilkan bahan pangan.

(18)

11

3. Restrukturisasi. Dalam tahap ini mulailah penerjemah menuliskan sesuatu, misalnya Beliau (perempuan) menendang petani.

4. Evaluasi dan revisi. Dalam tahap ini penerjemah kembali mengamati hasil kerjanya. Dia merasa bahwa kalimat itu kurang luwes dalam bahasa Indonesia. Maka kata perempuan dia buang. Kata beliau

dirasanya terlalu sopan. Dan kata petani bisa terlalu umum. Maka penerjemah bisa merevisi kalimat itu menjadi Dia menendang petani itu.

Selain Nida dan Taber, Larson (1984: 3-4) juga mengajukan model proses terjemahan. Model tersebut secara garis besar sama, tetapi kelihatannya lebih sederhana. Lihat gambar 1.4.

Gambar 1.4 Proses penerjemahan menurut Larson (1984)

(19)

disampaikan oleh teks BSu. Ini sama persis dengan tahap analisis menurut Nida dan Taber. Kemudian, makna yang telah dipahami tadi diungkapkan kembali dengan menggunakan kosa kata dan struktur gramatikal BSa yang baik dan cocok dengan konteks budaya BSa. Proses ini sama dengan proses restrukturisasi Nida dan Taber (1969). Yang berbeda adalah tahap transfer. Larson (1984) tidak mengemukakan secara terpisah tahap ini, tetapi dari uraian dan skemanya, tahap ini jelas ada. Mungkin Larson menganggap bahwa proses ini otomatis hadir jika penerjemah mengungkapkan kembali makna yang dipahami di dalam BSa.

Skema Larson (1984) ini terasa kurang rinci. Oleh karena itu, Said (1994: 20) melengkapi skema ini menjadi Gambar 1.5.

(20)

13

Dari Gambar 1.5, kita dapat melihat gambaran proses ini. Sebagai contoh kita gunakan proses penerejmahan kalimat asli: I fell and hurt my knee. Berikut prosesnya tahap demi tahap.

1. Analisis leksikon: I --» pembicara

fell --» bergerak menuju ke tanah tanpa bisa dikendalikan. and --» ada tambahan ide

hurt --» perbuatan melukai orang lain atau diri sendiri my --» milik pembicara

knee --» sendi antara tulang paha dan tulang kering 2. Analisis struktur gramatikal

Dari analisis gramatikal diperoleh hal-hal berikut: (a) kalimat ini kalimat majemuk rapatan dalam jenis kalimat positif atau kalimat afirmasi, dan (b) kalimat ini untuk menceritakan kejadian pada masa lalu, karena kata fell adalah bentuk lampau dari kata fall.

3. Analisis konteks situasi menghasilkan pemahaman bahwa kalimat ini mungkin sekali diucapkan oleh seseorang kepada temannya. 4. Analisis konteks budaya menghasilkan pengertian bahwa tidak ada

hal-hal yang sifatnya sangat khusus dalam budaya Inggris dalam kalimat ini. Ini bisa dimengerti bahwa tidak ada konsep budaya khusus dalam ujaran ini.

Dari hasil analisis teks asli ini dapat diperoleh makna bahwa si pembicara ingin menceritakan kepada temannya bahwa pada waktu yang lampau dia terjatuh dan karenanya ada luka di sekitar sendi yang menghubungkan tulang paha dan tulang keringnya. Makna ini kemudian diungkapkan kembali dengan mempertimbangkan segi-segi leksikon (kata), struktur gramatikal, konteks situasi, dan konteks budaya bahasa sasaran, yakni bahasa Indonesia. Langkah ini bisa digambarkan sebagai berikut:

1. Pertimbangan leksikon bahasa sasaran

Langkah ini adalah pencarian kata-kata BSa yang bisa digunakan untuk mengungkapkan makna BSu. Langkah ini bisa digambarkan dengan sederhana sebagai berikut.

I ---» saya, aku, hamba, patik

(21)

and --» dan, serta

hurt --» melukai

my --» milikku, milik saya, punyaku, punya saya

knee --» lutut

2. Pertimbangan struktur gramatikal.

Dalam bahasa Indonesia tidak ada pemarkah waktu lampau seperti halnya bahasa Inggris. Konsep ini harus dikatakan eksplisit, dulu atau

beberapa hari yang lalu.

Lebih jauh lagi, struktur kalimat majemuk rapatan dalam bentuk afirmasi seperti struktur aslinya tidak bisa dipakai untuk mengungkapkan makna yang sama dalam bahasa Indonesia. Tentu kita merasa tidak pas jika mendengar ada kalimat Saya jatuh dan saya melukai lutut saya kemarin. Oleh karena itu, harus dicari struktur kalimat yang bisa diterima di dalam bahasa Indonesia.

3. Pertimbangan konteks situasi dan budaya

Dalam mencari struktur yang pas ini, penerjemah harus pula mempertimbangkan konteks situasi yang akrab (dari ini kata patik, saya, hamba mungkin tidak tepat. Karena tidak ada konsep yang khas Inggris, maka ia bisa mengabaikan masalah ini.

Pada akhirnya, mungkin bisa ditemukan kalimat akhir sebagai terjemahan kalimat aslinya, yaitu Aku terjatuh dan lututku terluka.

Sebagai tambahan, perlu kita perhatikan bahwa kata-kata fall, hurt, cut, sprain dan kata lain sejenis ini di dalam bahasa Inggris merupakan kata kerja berbentuk aktif transitif meskipun untuk diri sendiri. Tetapi di dalam bahasa Indonesia dalam kata tersebut terkandung makna tidak sengaja, sehingga padanannya di dalam bahasa Indonesia yang paling tepat adalah terjatuh, terluka, teriris, dan terkilir.

(22)

15

Perhatikan kutipan berikut yang diikuti oleh dua terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Teks terjemahan yang pertama ini adalah hasil terjemahan seseorang yang baru belajar menerjemahkan. Di dalamnya terdapat beberapa kesalahan yang mungkin saja bersifat serius. Kemudian bandingkan dengan teks terjemahan kedua, yang merupakan hasil penyempurnaan teks terjemahan yang pertama. Menurut Anda, kenapa teks terjemahan pertama mengandung banyak kesalahan?

Teks Asli

Social control is the process whereby conformity to norms is maintained in a society. Without social control, society and human system would not be possible. We can see instances of social control by simply calling attention to everyday, taken-for-granted events around us. Your professor shows up each day at approximately the correct time. So do you. Most students sit quietly in class. Most are polite and follow the proper procedure for asking questions. We all drive on the right side of the road, stop at red lights, and use our turn signals. We go to the bank and we are sure that people will be there to help us. These are commonplace events, but they are what makes society possible. Despite tendencies for deviation, most people, most of the time, are willing to occupy key status positions, recognize relevant norms, and play appropriate roles.

Teks terjemahan 1

Kontrol sosial adalah proses penyesuaian norma-norma yang dipelihara di dalam masyarakat. Tanpa kontrol sosial, masyarakat dan sistem kemanusiaan tidak mungkin ada. Kita dapat melihat contoh-contoh kontrol sosial melalui panggilan perhatian sehari-hari, mengambil hal-hal yang benar di sekitar kita. Profesor Anda menunjukkan waktu yang kira-kira tepat setiap hari. Begitu juga Anda. Banyak murid duduk tenang di dalam kelas. Banyak yang sopan dan mengikuti prosedur yang pantas untuk mengajukan pertanyaan. Kita semua mengendarai di jalan sebelah kanan, berhenti pada lampu merah, dan mengikuti tanda-tanda yang berikutnya. Kita pergi ke bank dan kita yakin bahwa orang-orang akan berada

Teks terjemahan 2

(23)

di sana untuk menolong kita. Itu semua adalah hal-hal yang biasa terjadi. Meskipun ada kecenderungan penyimpangan, banyak orang biasanya ingin menempati kunci status tempat, mengenali norma-norma yang berhubungan dan memainkan aturan-aturan yang tepat.

membantu kita. Itu semua adalah kejadian biasa, tetapi itulah yang bisa menjaga masyarakat kita. Meskipun ada kecenderungan penyimpangan, tetapi kebanyakan orang biasanya sudi menempati posisi kunci, menaati norma-norma yang sesuai, dan memainkan peran yang tepat.

Di dalam teks terjemahan kedua, semua kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan di dalam pemahaman teks BSu di benahi. Selain itu, struktur kalimatnya juga disesuaikan dengan kaidah BSa. (Perhatikan kalimat pertama.) Selain itu, penyesuaian juga dilakukan.

Mengendarai di sebelah kanan diganti menjadi mengemudi di jalan sebelah kiri karena di Indonesia orang memang harus mengemudi di jalan sebelah kiri.

1.3 Penjurubahasaan

Di dalam bahasa Inggris orang membedakan terjemahan dalam bahasa tulis, yang disebutnya translation, dan terjemahan dalam bahasa lisan, yang disebutnya interpretation. Di dalam bahasa Indonesia penerjemahan lisan ini lebih dikenal dengan sebutan penjurubahasaan. Sementara itu di dalam bahasa Indonesia kita tidak mempunyai istilah khusus untuk terjemahan lisan. Di dalam buku ini, istilah interpretasi dan interpreter digunakan karena istilah ini lebih singkat bila dibandingkan dengan istilah terjemahan lisan dan penerjemah lisan.

(24)

17

bahan referensi lainnya. Penerjemahannya pun bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, dengan bantuan kamus atau bahkan dengan bantuan teman..

Di lain pihak, seorang interpreter harus mampu mengalihkan isi informasi dari bahasa sumber ke bahasa sasaran tanpa menggunakan kamus atau bahan referensi lain secara langsung. Tempatnya pun telah ditentukan, misalnya di ruang seminar atau konferensi. Keterampilan yang diperlukan tidak hanya keterampilan memahami ujaran pembicara, tetapi juga keterampilan di dalam membuat catatan dan mengungkapkan hasil pemahaman dan catatannya di dalam bahasa sasaran secara lisan. Sering kali semua kegiatan ini dilakukan pada saat yang bersamaan.

Ada dua macam interpretasi, yaitu interpretasi simultan dan interpretasi konsekutif (bergantian). Di dalam interpretasi bergantian, interpreter mendengarkan dulu ujaran asli sambil membuat catatan. Setelah ujaran asli tersebut selesai, biasanya satu kalimat atau satu paragraf pendek, interpreter mengungkapkan isi dari ujaran tersebut dalam bahasa sasaran. Biasanya panjang ujaran berkisar antara 1 sampai 5 menit. Di sini mulai jelas bahwa pembuatan catatan adalah kecakapan penting dalam interpretasi. Catatan ini tidak dibuat dalam bahasa sumber karena jika demikian, interpreter akan bekerja ganda pada saat mengungkapkan isi informasi, yaitu menerjemahkan dulu baru mengungkapkan. Oleh karena itu, catatan itu langsung dibuat dalam bahasa sasaran. Beberapa interpreter profesional bahkan ada yang mengembangkan sistem simbol idiogramiknya sendiri. Di dalam sistem ini mereka langsung merekam gagasan atau isi ujaran pembicara dengan sistemnya sendiri, bukan kata-katanya. Umumnya hasil interpretasinya lebih idiomatik.

(25)

wacana yang diinterpretasi. Hal lain yang harus dimiliki interpreter simultan adalah keberanian dalam mengambil keputusan karena sama sekali tidak ada waktu untuk menimbang-nimbang pilihan kata atau untuk mengingat-ingat idiom tertentu dari bahasa sasaran. Biasanya interpreter simultan bekerja dalam sebuah kotak kaca dilengkapi dengan headphone

dan mikrofon. Penundaan keputusan akan mengakibatkan kesulitan untuk memahami dan menginterpretasi penggalan berikutnya. Sementara itu kesalahan-kesalahan interpretasinya tidak bisa diperbaiki sama sekali.

Kesamaan antara penerjemah dan interpreter adalah mereka harus mengetahui pengetahuan yang bagus tentang bahasa sumber dan bahasa sasaran, serta memahami topik teks atau wicara. Berikut ini (Tabel 1.1.) adalah syarat-syarat bagi penerjemah dan interpreter yang baik.

Tabel 1.1. Syarat-syarat penerjemah dan jurubahasa

No Penerjemah Jurubahasa

1 Menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran

Menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran

2 Mengenal budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran

Mengenal budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran

3 Menguasai topik atau masalah teks yang

6 - Kemampuan untuk mendengarkan,

mencatat dan mengungkapkan isi

8 - Kemampuan untuk mengambil

(26)

19

1.4 Perkakas Penerjemah

Bila seorang interpreter membutuhkan perkakas kertas, pensil,

headphone dan mikrofon, maka seorang penerjemah membutuhkan perkakas yang lebih banyak lagi. Selain memerlukan kertas dan pensil, ia bisa mendayagunakan perkakas lainnya, baik yang konvensional maupun yang modern.

1.4.1 Perkakas Konvensional

Perkakas konvensional selain kertas dan pensil yang biasa dipergunakan penerjemah adalah kamus. Kamus adalah sekumpulan informasi tentang sebuah kata atau kombinasi kata. Kata yang diterangkan ini disebut lema atau entri (entry).

Ada banyak macam kamus. Menurut bahasa yang digunakan, kamus bisa dibedakan menjadi kamus ekabahasa, kamus dwibahasa, dan kamus nekabahasa. Kamus ekabahasa adalah kamus yang hanya menggunakan satu bahasa saja, contohnya adalah Oxford Advanced Dictionary, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bausastra Jawa, dan lain-lain. Kamus dwibahasa menggunakan dua bahasa, contohnya adalah Kamus Indonesia-Inggris, karangan John M. Echols dan Hasan Sadily. Sedangkan kamus nekabahasa berisi padanan kata atau keterangan tentang kata lema di dalam dua bahasa atau lebih. Contohnya adalah kamus bahasa Inggris-Indonesia-Arab. Yang perlu diperhatikan oleh penerjemah adalah karena makna kata di dalam satu bahasa tidak sama benar dengan makna kata dalam bahasa lain, maka kamus dwibahasa dan nekabahasa tidak selalu sesuai untuk mencari makna suatu kata.

Berdasarkan isinya, kamus bisa dibedakan menjadi dua: kamus umum dan kamus khusus. Kamus umum adalah kamus yang berisi keterangan mengenai lema, contohnya: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Oxford, dan lain-lain. Sedangkan kamus khusus adalah kamus yang berisi keterangan mengenai lema di dalam suatu bidang tertentu, misalnya kamus teknik, kamus perminyakan, kamus kedokteran, kamus biologi dan lain-lain. Menilik bahasanya, kamus umum dan khusus ini bisa berupa kamus ekabahasa, dwibahasa dan nekabahasa. Seorang penerjemah sudah selayaknya memiliki kamus umum dan khusus ini terutama kamus khusus yang terkait dengan bidang spesialisasinya.

(27)

dalam tesaurus sebuah lema diikuti oleh sejumlah kata yang memiliki kemiripan makna. Beberapa tesaurus bahkan menambahkan lawan kata di bagian akhir setiap lema. Tesaurus ini berguna untuk membantu penerjemah memilih kata-kata yang paling cocok. Ensiklopedi juga merupakan salah satu perkakas penerjemahan. Dengan bantuan ensiklopedi, seorang penerjemah bisa mendapatkan wawasan yang lebih luas sehingga ia lebih mampu mencari padanan/konsep yang sesuai dengan teks yang sedang dikerjakan. Bahan-bahan rujukan di atas secara langsung membantu kerja penerjemah. Selain itu penerjemah juga harus selalu meningkatkan keterampilannya, untuk itu diperlukan sumber daya lain, yaitu jurnal atau majalah mengenai terjemahan.

1.4.2 Perkakas Modern

Perkakas modern bagi penerjemah yang kami bahas di sini adalah kamus elektronik, kamus daring (dalam jaringan atau on-line), mesin penerjemah dan alat penerjemahan berbantuan komputer. Kamus elektronik adalah kamus yang datanya di simpan di dalam alat elektronik dan dibaca dalam alat itu juga. Alat ini ada yang dibuat dengan bentuk mirip kalkulator, dan bisa dibawa ke mana-mana. Kekurangan kamus jenis ini adalah tidak mempunyai penjelasan yang lengkap atau tanpa contoh seperti halnya kamus konvensional. Kelebihannya adalah penerjemah bisa mencari kata dengan cepat.

(28)

21

Hampir semua kamus yang dahulu kita kenal versi cetakan kertas, sekarang tersedia di internet. Dan kami rasa ini yang paling praktis sekarang. Berikut adalah beberapa contoh kamus, glosarium, atau tesaurus daring yang berguna bagi penerjemah dengan pasangan bahasa Inggris – Indonesia.

 http://kbbi4.portalbahasa.com/ (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi IV)

 http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III, yang akan diganti dengan edisi IV)

 http://kateglo.com/ (kamus KBBI, tesaurus, dan glosari yang mencakup segala jenis bidang dengan pasangan bahasa Inggris – Indonesia atau sebaliknya.

 http://www.collinsdictionary.com/ (kamus dan tesaurus beberapa bahasa)

 http://www.ldoceonline.com/ (kamus)

 http://www.thefreedictionary.com/ (kamus, tesaurus, ensiklopedia, idiom, dll.)

Perkakas berikutnya adalah perangkat lunak mesin penerjemah (MP). Untuk yang satu ini orang sering salah mengerti kegunaan mesin penerjemah. (Di Indonesia perangkat lunak mesin penerjemah yang sangat populer bermerek Transtool). Apakah mesin penerjemah itu sebenarnya? Lihat alur kerja dengan mesin penerjemah di gambar berikut ini.

Dari sisi proses penerjemahan, sebenarnya ada perbedaan yang

sa gat jauh a ta a Mesi Pe e je ah MP a g e goto atiska

(29)

aturan linguistik korpus linguistik

Gambar 1.6 Proses menerjemahkan dengan Mesin Penerjemah Di dalam gambar di atas, naskah sumber merupakan masukan bagi MP. MP menerjemahkan naskah BSa dengan menerapkan aturan-aturan linguistik dan memanfaatkan pangkalan data yang dimilikinya yang berupa korpus linguistik untuk menghasilkan naskah BSa. Apabila manusia yang bertanggung jawab kurang puas, dia dapat menyuntingnya untuk menghasilkan naskah BSa versi jadi (akhir). Apabila dirasa hasil terjemahan sudah memuaskan, maka hasil kerja MP bisa langsung dijadikan naskah sasaran (hasil akhir).

Yang terpe ti g di dala MP adalah otak a a g e oses

askah asuka . “epe ti apa a a ke ja otak MP? Ada dua arsitektur utama mesin penerjemah. Yang pertama adalah mesin penerjemah berbasis aturan linguistik. Secara sederhana, mesin penerjemah jenis ini adalah perangkat lunak yang terdiri atas algoritma (aturan-aturan) yang dapat menganalisis unit penerjemahan bahasa sumber yang diproses, kemudian mencocokkannya dengan database di bidang struktur kalimat dan kosakata, dan akhirnya menyusun ulang potongan-potongan data linguistik yang didapat berdasarkan analisis awal tadi di dalam bahasa sasaran. Semakin lengkap aturan yang diciptakan sang perancang, semakin bagus hasil kerjanya. Kelemahannya adalah perancangnya harus senantiasa melengkapi aturan-aturan linguistik ini agar kualitas hasilnya semakin bagus. Karena sifatnya ini mesin penerjemah sesuai untuk menerjemahkan dokumen-dokumen teknis tertentu, yang aturan dan

database-nya sudah disesuaikan untuk itu. Dokumen sejenis dengan ramalan cuaca, laporan kesehatan. dll. cocok untuk mesin penerjemah. Sedangkan novel dan puisi tentu saja tidak bisa ditangani dengan mesin penerjemah.

Mesin penerjemah jenis kedua adalah mesin penerjemah yang berbasis statistik. Mesin penerjemah berbasis statistik menghasilkan terjemahan tidak berdasar pada aturan linguistik, tetapi pada model

(30)

23

statistik yang diterapkan pada korpus linguistik dari teks dwibahasa. Korpus adalah sampel teks yang diambil dari dunia nyata, buat imajinasi. Pidato di PBB yang telah diterjemahkan menjadi beberapa bahasa adalah contoh korpus untuk pasangan bahasa terkait. Sederhananya, jika kita memasukkan satu kalimat ke dalam alat ini untuk diterjemahkan, otak alat ini akan memenggal kalimat ini menjadi beberapa unit kemudian dicarikan padanannya yang paling sering muncul di beberapa korpus (dari sini istilah statistik muncul). Kemudian MP menyusun ulang bagian-bagian ini menjadi kalimat utuh. Jadi, tidak ada aturan linguistik di dalam arsitektur MP jenis ini.

Penggalan-penggalan data yang dipakai sebagai dasar ini bisa berupa kata, frasa, dan bentuk sintaksis. Google Translate yang diluncurkan Google pada tahun 2006 adalah MP dengan arsitektur berbasis statistik dengan unit identifikasi frasa, atau di dalam bahasa Inggris disebut phrase-based machine translation1. Oleh karena itu tidak

mengherankan jika Google Translate kada g isa e e je ahka

dengan sangat luwes. Itu karena kebetulan database dwibahasanya memuat frasa tersebut.

Sekarang, Google menambahkan kecerdasan buatan ke dalam mesin penerjemahnya untuk bahasa-bahasa tertentu. Sistem mesin penerjemahnya sekarang disebut Google’s Neural Tra slatio Ma hi e

System. Sistem ini dikatakan bisa menjembatani kesenjangan antara penerjemahan manusia dan mesin. Dengan kecerdasan buatan ini mesin penerjemah Google bisa mempelajari pola-pola tertentu di dalam teks masukan dan kemudian mencarikan padanannya yang paling pas. Dengan kecerdasan buatan ini, Google Translate mampu mempelajari kata-kata yang baru ditemuinya, memecahnya menjadi beberapa bagian, baru kemudian membuatkan kata di bahasa sasaran. Menurut saya ini semacam kombinasi antara arsitektur berbasis aturan linguistik dan statistik, hanya saja aturan linguistik yang ditanamkan di dalam sistem ini tidak seperti aturan linguistik di masa-masa awal pengembangan MP. Terkait dengan perkembangan ini penerjemah harus menyikapinya dan memanfaatkannya secara tepat dengan mempertimbangkan tujuan penerjemahannya atau persyaratan dari klien terjemahannya.

(31)

Perkakas selanjutnya adalah alat penerjemahan berbantuan komputer yang dalam bahasa Inggris disebut CAT Tool (Computer Assisted Translation Tool). Fitur yang sangat terkenal dari jenis ini adalah

Translation Memory. Lihat Gambar 1.7.

Naskah masukan Penerjemahan Naskah jadi (BSu) dgn sistem (BSa) CAT Tool

Glosarium Data pasangan unit BSu dan BSa

Gambar 1.7 Proses menerjemahkan dengan CAT Tool

Dari Gambar 1.7 jelas bahwa naskah BSu langsung diproses oleh manusia (penerjemah) dengan bantuan glosari dan memori yang mengandung pasangan BSu dan BSa yang disediakan oleh CAT TOOL. Secara umum sistem CAT Tool memiliki tiga fungsi: pengelolaan istilah (term management), memori terjemahan (translation memory) dan tempat bekerja atau kadang dise ut TranslationWorkstation .

Fitur pengelolaan istilah memberi fasilitas untuk membuat glosarium yang akan digunakan di dalam menerjemahkan sebelum penerjemahan dimulai atau sambil melakukan penerjemahan. Sistem CAT Tool akan memberitahukan kepada penerjemah apabila di dalam unit terjemahan yang sedang dikerjakannya mengandung istilah yang aa di dalam glosarium. Penerjemah bisa memakai istilah yang sudah tersimpan di glosarium itu secara utuh, memodifikasinya, atau bahkan memakai kata yang sama sekali berbeda. Dengan adanya glosarium ini konsistensi terjemahan istilah-istilah kunci bisa dijaga.

(32)

25

terjemahan ini pun dapat dipakai bersama-sama oleh beberapa penerjemah. Secara sederhana alur kerja dengan memori terjemahan dapat dilihat di Gambar 1.8.

Gambar 1.8 Proses menerjemahkan dengan Memori Terjemahan atau

CAT TOOL

Dari gambar di atas, dapat dipahami bahwa pada awalnya Penulis menghasilkan naskah BSu. Penerjemah menerjemahkan naskah ini dengan bantuan Memori Terjemahan (MT). Setelah Unit Penerjemahan BSu (UP BSu) dikenali oleh MT, maka akan ada tiga kemungkinan. Kemungkinan pertama UP BSu benar-benar baru, jadi tidak ada UP yang mirip di MT. Oleh karena, itu penerjemah harus menerjemahkannya secara konvensional (dan hasilnya akan disimpan di dalam MT). Ini di gambarkan oleh panah ke bawah sebelah kiri.

Penulis Teks BSu

PROSES dgn Memori Terjemahan

Penerjemah menerjemahkan secara

konvensional

UP BSu d dikenali

MT?

Ya

Tidak

Tawaran (fuzzy match)

UP mirip (fuzzy match)

UP sama persis (Exact match)

Penerjemah menerima, memodifikasi, menolak

Teks BSa

(33)

Kemungkinan kedua adalah UP BSu sama persis dengan UP yang

ada di dala MT. Ko disi i i dise ut exact match . Maka, siste CAT TOOL langsung memakai data yang tersimpan. Campur tangan penerjemah tidak diperlukan. Lihat panah ke bawah sebelah kanan.

Kemungkinan ketiga, UP BSu tidak sama persis dengan sembarang UP di MT, tetapi cukup mirip dengan salah satu atau beberapa UP di dalam

MT. Ko disi i i dise ut fuzzy match . Dala ko disi i i MT aka

menawarkan hasil terjemahan yang telah disimpan di dalam MT dan MT menandai bagian-bagian UP baru yang tidak sama dengan UP yang telah tersimpan di MT. Kemudian penerjemah dapat menerima, memodifikasi, atau menolak tawaran ini. Lihat panah diagonal dari sudut kanan atas ke kiri bawah.

Workstation

T a slatio Wo kstatio adalah istilah a g dulu sering digunakan untuk menyebut sistem yang menggabungkan glossary management dengan

translation memory. Sekarang istilah itu dikenal dengan nama CAT Tool

saja. Fiturnya tidak lagi hanya menggabungkan fasilitas pengelolaan istilah dan memori penerjemahan, tetapi juga penjaminan mutu secara teknis. Ada juga yang dihubungkan dengan mesin penerjemah dan pemeriksa ejaan.

Ada dua ciri khas CAT Tool. Ciri khas pertama adalah kemampuannya untuk melakukan penerjemahan awal (pre-translation) berdasarkan glosari maupun data yang ada dalam memori terjemahan. Dengan penerjemahan awal berdasar glosari, semua kata yang sesuai dengan glosari dapat diganti langsung di UP BSa-nya. Dengan penerjemahan awal berdasar memori terjemahan, semua UP BSu yang sama atau mirip dengan UP BSu yang telah tersimpan di memori terjemahan dapat di terjemahkan langsung. Sekilas, melihat hasil dan kecepatan kerjanya, ini mirip dengan Mesin Penerjemah. Tetapi melihat proses kerjanya, penerjemahan awal ini sangat berbeda dengan proses kerja Mesin Penerjemah. Dalam penerjemahan awal, komputer hanya memuat ulang memori tanpa melakukan proses yang melihatkan aturan-aturan linguistik, tetapi memanfaatkan logika statistik dalam menentukan derajat kemiripan yang diungkapkan dalam bentuk persentase.

(34)

27

kemampuan untuk mengonversi hasil terjemahan lama yang belum menggunakan "workstation" menjadi database memori terjemahan. Dengan kemampuan ini, hasil-hasil pekerjaan lama tidak terbuang percuma.

Ada banyak sistem perangkat lunak CAT TOOL yang saat ini dipasarkan dan dipakai. Yang paling populer saat ini adalah SDL Trados Studio dan Word Fast. Memang harga perangkat lunak ini relatif mahal. Bagi penerjemah yang menginginkan perangkat lunak CAT Tool yang gratis ada OmegaT. Silakan unduh dari www.omegat.org.

Dengan semakin majunya teknologi internet dengan apa yang disebut komputasi awan (cloud computing), CAT Tool juga dikembangkan untuk memakai teknologi itu dan karenanya berbasis internet. Semakin banyak system CAT Tool yang seperti ini dan semakin populer saja penggunaannya. Contohnya adalah Memsource yang oleh pembuatnya dikalim menggabungkan fungsi CAT Tool tradisional dan manajemen proyek serta penjaminan mutu penerjemahan. CAT Tool berbasis awan yang ditawarkan gratis untuk penerjemah mandiri juga ada, namanya

Smartcat. Hanya saja mungkin tawaran gratis ini tidak selamanya. Untuk mencobanya, salakan akses www.smartcat.ai/free_cat-tool

Dengan berbagai jenis perangkat lunak ini, kita dapat menerjemahkan hampir semua jenis file digital dengan jauh lebih efisien. Termasuk di dalam kategori file (berkas) ini adalah: semua file MSOffice,

(35)

BAB II

RAGAM TERJEMAHAN

Di dalam literatur penerjemahan, ada beberapa ragam terjemahan yang pernah dikemukakan oleh para ahli. Ragam-ragam tersebut ada yang digolongkan menurut jenis sistem tanda yang terlibat (misalnya menurut Jacobson), jenis naskah yang diterjemahkan (misalnya menurut Savory), dan juga menurut proses penerjemahan serta penekanannya (menurut Nida & Taber, Larson, dan Newmark). Di dalam bab ini dibahas beberapa ragam terjemahan tersebut.

2.1 Terjemahan intrabahasa, antarbahasa, intersemiotik

Roman Jakobson (1959: 234) membedakan terjemahan menjadi tiga jenis, yaitu terjemahan intrabahasa (intralingual translation), terjemahan antar bahasa (interlingual translation), dan terjemahan intersemiotik.

Yang dimaksud terjemahan intrabahasa adalah pengubahan suatu teks menjadi teks lain berdasarkan interpretasi penerjemah, dan kedua teks ini ditulis di dalam bahasa yang sama. Jadi, bila kita menuliskan kembali puisi Chairil Anwar Aku ke dalam bentuk prosa di dalam bahasa Indonesia juga, maka kita melakukan penerjemahan intrabahasa. Proses ini memang merupakan proses kreatif, dan sering dilakukan di dalam matakuliah penulisan kreatif di fakultas sastra. Tetapi bila direnungkan, jenis ini belum bisa dikatakan sebagai terjemahan yang sesungguhnya seperti yang didefinisikan di dalam Bab I buku ini.

Sebagai contoh konkretnya, perhatikan penulisan kembali puisi Gunawan Muhammad dengan judul Dongeng Sebelum Tidur menjadi suatu prosa pendek berikut ini.

Teks asli:

"Cicak itu, cintaku, berbicara tentang kita. Yaitu nonsens".

(36)

29 "Mengapakah tak percaya? Mimpi akan meyakinkan

seperti matahari pagi."

Perempuan itu terisak, ketika Anglingdarma menutupkan kembali kain ke dadanya dengan nafas yang dingin, meskipun ia mengecup rambutnya.

Esok harinya permaisuri membunuh diri dalam api. Dan baginda pun mendapatkan akal bagaimana is harus melarikan diri -- dengan pertolongan dewa-dewa entah dari mana -- untuk tidak setia.

"Batik Madrim, Batik Madrim, mengapa harus, patihku? Mengapa harus seorang mencintai kesetiaan lebih dari kehidupan dan sebagainya dan sebagainya?"

(Gunawan Muhamad, 1992: 43)

Teks prosa:

Malam di istana Prabu Anglingdarma. Terdengar suara dari kamar tidur sang raja dan permaisuri. Sebentar mereka terdiam. Nafsu di ranjang telah mereda dan kecapaian merayap diantara sendi-sendi kedua manusia itu.

"Kenapa Kakanda tersenyum?" sang ratu bertanya sedikit kecut di hatinya.

"Cicak itu, cicak itu, sayangku. Mereka bercakap tentang kita," kata baginda kepada permaisurinya.

Sang permaisuri tak percaya. Di dalam hati terbetik prasangka, lelaki itu tentu telah menertawakan kekurangan dirinya. Ada semacam ketersinggungan di hati..

"Mengapakah tak percaya? Ramalan pun bisa meyakinkan, sepertihalnya mentari pagi," kata Anglingdarma.

Sang ratu diam. Anglingdarma menutupkan kembali kain ke dadanya. Perempuan itu terisak; ia diam saja saat lelaki raja itu mengecup rambutnya.

Ketidakpercayaan atau mungkin ketersinggungan itu terus berlarut. Sang permaisuri mengancam mau membakar diri jika sang Raja tetap tidak mau berterus terang tentang alasan yang membuatnya tersenyum saat mereka memadu kasih malam itu. Ketidakpercayaan itu tak mampu tersembuhkan. Ketersinggungan itu tak bisa lagi terobati.

Baginda Anglingdarma bingung dibuatnya. Segala yang ada dihatinya telah dikeluarkannya. Dengan ajian dewata, ia memang bisa memahami percakapan hewan; dan mengajari orang lain, tentulah melanggar janji dengan para dewata. Tetapi, membiarkan sang ratu membunuh diri, ia ngeri dikatakan lelaki tidak setia hati.

(37)

memperingatkannya. Sang Raja turun, berjalan pelan mendekati patihnya. "Batik Madrim, Batik Madrim. Mengapa harus, patihku. Mengapa harus seseorang mencintai kesetiaan lebih dari cintanya terhadap kehidupan ini, dan segala yang ada di dalamnya?" kata sang raja dengan lemah.

Setelah menyimak contoh di atas kita semakin paham bahwa jenis ini bukanlah terjemahan yang sesungguhnya.

Jenis terjemahan yang kedua menurut Jakobson adalah terjemahan antarbahasa. Terjemahan jenis ini adalah terjemahan dalam arti yang sesungguhnya, seperti yang dimaksud di dalam Bab I. Dalam jenis ini, penerjemah menuliskan kembali makna atau pesan teks BSu ke dalam teks BSa. Contohnya adalah terjemahan McGlynn atas puisi Andre Hardjana berikut ini.

Teks BSu:

Salju

batang-batang itu adalah kenangan yang semakin kurus

dan akhirnya hilang di balik salju cemara yang biasa gaduh dalam canda dengan angin tenggara

kini bungkam dalam derita menunduk berat ditindih salju pucat dan semakin berat dalam kenangan cinta tiada hati buat mengaduh pucat, putih dan semakin putih lenyap segala kenangan lenyap duka dan sedih putih cintaku

adalah cinta dalam kenang dan rindu

Teks BSa:

Snow

(38)

31 are silent now in suffering

bowing with the weight of the pale snow and memories of a love with no heart

to complain

pale white, and ever more white all memories disappear

misery and sadness vanish

my longing is white, my love is white is my love in memory and longing

(McGlynn, 1991: 115-116)

Jenis yang terakhir menurut Jakobson adalah terjemahan intersemiotik. Jenis ini mencakup penafsiran sebuah teks ke dalam bentuk atau sistem tanda yang lain. Sebagai contohnya adalah penafsiran novel "Karmila" karya Marga T. menjadi sinetron dengan judul yang sama. Sinetron ini pernah ditayang oleh salah satu stasiun TV swasta di Indonesia pada tahun 1998. Karena inti kajian kita adalah terjemahan yang sesungguhnya, maka sudah selayaknya bila kita lebih mendalami jenis kedua ini.

2.2 Terjemahan Sempurna, Memadai, Komposit, dan Ilmu Pengetahuan

Sepuluh tahun setelah usaha pengkategorisasian terjemahan oleh Jakobson, Savory (1969: 20-24) menggolong-golongkan terjemahan yang sebenarnya ini menjadi 4 kategori.

2.2.1 Terjemahan Sempurna (Perfect Translation)

Kadang-kadang kita terkecoh oleh kata sempurna di sini. Kata

sempurna pada umumnya berarti tanpa cacat. Tetapi kata sempurna di sini tidak terkait langsung dengan arti umum tersebut, dan harus dipahami khusus dalam konteks sesuai dengan penjelasan Savory (1969).

(39)

BSu: Dilarang merokok. BSa: No smoking.

BSu: Dilarang bermain di dalam taman. BSa: Keep out!

BSu: Dilarang masuk tanpa ijin.

BSa: Private property. Trespassers will be prosecuted.

BSu: Awas copet.

BSa: Beware of pickpocket.

BSu: Periksa barang-barang anda sebelum turun BSa: Check your luggage.

BSu: Awas anjing galak BSa: Beware of the dog.

Dalam jenis terjemahan ini yang paling penting adalah pengalihan pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dan pembaca teks BSa menunjukkan respons yang sama dengan pembaca teks BSu. Terjemahan jenis ini jarang sekali yang merupakan terjemahan kata-demi-kata karena terjemahan jenis ini sering kali tidak luwes. Sementara itu untuk menghasilkan efek himbauan atau larangan yang sama seperti di atas, diperlukan kalimat yang luwes.

2.2.2 Terjemahan Memadai (Adequate Translation)

(40)

33

Secara singkat, terjemahan memadai adalah sebuah terjemahan yang mementingkan keluwesan teks BSa sehingga pembaca teks BSa bisa membaca dengan nyaman. Contoh terjemahan jenis ini adalah cerita detektif oleh Agatha Christie, Nick Carter dan petualangan cinta Barbara Cartford.

2.2.3 Terjemahan Komposit (Composite Translation)

Terjemahan jenis ini meliputi terjemahan sastra serius yang digarap dengan serius pula. Sebuah puisi bisa diterjemahkan kedalam puisi atau prosa, prosa ke dalam prosa atau puisi. Proses penerjemahan dan hasilnya mungkin menjadi kepuasan tersendiri bagi penerjemah, jadi unsur komersial yang ada di dalam terjemahan tidak dipertimbangkan di sini. Sebagai contohnya adalah terjemahan The Old Man and the Sea

menjadi Laki-laki Tua dan Laut (oleh Sapardi Djoko Damono) dan The Adventures of Huckleberry Finn menjadi Petualangan Huckleberry Finn

(oleh Djokolelono). Dengan kata lain, terjemahan komposit adalah terjemahan yang dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga semua aspek teks BSu bisa dialihkan ke dalam teks BSa. Aspek-aspek ini meliputi makna, pesan, dan gaya.

2.2.4 Terjemahan Naskah Ilmiah dan Teknik

Secara garis besar jenis ini bisa dibedakan dari jenis terjemahan yang lain bila dilihat dari isi naskah yang diterjemahkan. Jenis ini mencakup hanya terjemahan naskah tentang ilmu pengetahuan atau teknik. Ciri lainnya adalah terjemahan ini dilakukan karena faktor pentingnya naskah itu untuk masyarakat BSa, baru kemudian mungkin ada pertimbangan bisnis. Jadi buku-buku tentang komputer diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia karena terutama orang Indonesia merasa perlu untuk mengetahui dunia perkomputeran.

Sebenarnya, selain naskah ilmu pengetahuan dan teknik, terjemahan buku pedoman pengoperasian mesin atau alat-alat elektronik bisa juga digolongkan ke dalam terjemahan jenis ini. Tentu saja, dalam hal ini pendorong utama penerjemahannya adalah pertimbangan bisnis dari produsen alat-alat tersebut.

(41)

teks BSa-nya. Sementara jenis keempat didasarkan pada isi atau jenis informasi teks BSu. Dengan demikian, kategorisasi ini bisa dikembangkan menjadi lebih baik dengan membuat dua dasar kategorisasi, yaitu ciri-ciri teks BSa dan jenis isi atau informasi teks BSu. Perhatikan gambar berikut.

Terjemahan sempurna Menurut ciri-ciri

Teks Bsa

Terjemahan memadai Terjemahan komposit Terjemahan

Terjemahan IPTEK Menurut jenis isi/

informasi teks Bsu

Terjemahan sastra Terjemahan berita (koran/majalah) dll.

Gambar 2.1. Kategorisasi terjemahan

Dari diagram di atas bisa dipahami bahwa berdasarkan ciri-ciri teks BSa, terjemahan bisa dibedakan menjadi terjemahan sempurna, terjemahan memadai, dan terjemahan komposit. Sedangkan menurut jenis isi atau informasi dalam teks BSu, terjemahan bisa digolongkan menjadi terjemahan IPTEK, terjemahan sastra, terjemahan berita, dll.

Penggolongan terjemahan menurut Jacobson dan Savory di atas memang membantu kita mengenali ragam-ragam terjemahan yang kita temui. Namun penggolongan di atas tidak mengindikasikan proses penerjemahannya. Dengan demikian, penggolongan itu tidak banyak membantu bagi pembaca yang ingin mempelajari cara penerjemahan. Pembahasan berikut ini terutama akan difokuskan pada jenis-jenis terjemahan bila dilihat dari cara penerjemahannya. Ragam-ragam terjemahan ini biasanya dikemukakan oleh para ahli untuk mendukung pendapatnya tentang terjemahan yang baik.

2.3 Terjemahan Harfiah, Dinamik, Idiomatik, Semantik, dan Komunikatif

(42)

35

juga dimaksudkan sebagai kajian perbandingan antara teori-teori terjemahan.

2.3.1 Terjemahan Harfiah

Secara umum, terjemahan harfiah adalah terjemahan yang mengutamakan padanan kata atau ekspresi di dalam BSa yang mempunyai rujukan atau makna yang sama dengan kata atau ekspresi dalam BSu. Sebagai contoh, kata cat adalah kucing di dalam bahasa Indonesia dan tidak boleh ditafsirkan lebih dari binatang berkaki empat bertubuh kecil, dan berada dalam famili feline.

Dalam hal struktur kalimat, ada dua pendapat yang berbeda. Bagi Nida dan Taber (1969) dan Larson (1984), terjemahan harfiah harus mempertahankan struktur kalimat BSu-nya meskipun struktur itu tidak berterima di dalam BSa.

Kalau struktur ini diubah sedikit agar bisa diterima di BSa, Larson menyebutnya terjemahan harfiah yang dimodifikasi (modified literal translation).

Perhatikan contoh berikut:

BSu : This series offers an introduction to a wide range of popular topics for young readers.

BSa-1 : Ini seri menawarkan sebuah pengenalan pada sebuah lebar rentang dari populer topik untuk muda pembaca.

BSa-2 : Seri ini menawarkan sebuah pengenalan terhadap rentang topik populer yang luas untuk pembaca muda.

Di dalam contoh di atas, BSa-1, tidak bisa dibenarkan di dalam bahasa Indonesia. Tentu saja, terjemahan ini tidak dianjurkan. Di dalam literatur lain, terjemahan jenis ini disebut terjemahan terbatas (restricted translation) yang fungsinya untuk mempelajari struktur BSu. Karena topik utama kita disini adalah terjemahan yang sesungguhnya, maka terjemahan semacam BSa-1 di atas tetap tidak bisa diterima.

(43)

harfiah modifikasi.

Berbeda dengan pendapat di atas, Newmark membedakan antara terjemahan kata-demi-kata dengan terjemahan harfiah. Terjemahan yang disebut terjemahan harfiah oleh Nida dan Taber dan Larson di atas adalah terjemahan kata-demi-kata menurut Newmark. Dalam terjemahan ini, tata bahasa BSu dan susunan katanya dipertahankan di dalam BSa (Newmark, 1988: 69). Sebagai contoh: He works in the house bisa diterjemahkan menjadi Dia bekerja di dalam itu rumah.

Terjemahan harfiah menurut Newmark, harus menggunakan struktur kalimat yang berterima di dalam BSa. Jadi terjemahan harfiah versi Newmark ini sama dengan terjemahan harfiah yang dimodifikasi versi Larson. Menurut Newmark, terjemahan harfiah bisa saja berupa terjemahan satu-demi-satu (misalnya, garden diterjemahkan menjadi

taman, tetapi tidak harus kebun), frasa-demi-frasa (a beautiful garden

menjadi sebuah taman yang indah), klausa demi klausa (When that was done menjadi begitu hal itu selesai), atau bahkan kalimat demi kalimat (There comes the man menjadi Datanglah orang itu). Terjemahan ini mungkin juga kurang tepat karena yang dimaksud bisa saja Itu dia orangnya datang).

Kalau kita perhatikan, batasan Newmark ini terlalu luas sehingga kita sulit membedakannya dengan jenis terjemahan yang lain. Mungkin ada baiknya bila kita membatasi terjemahan harfiah ini dengan terjemahan yang menggunakan padanan harfiah, atau padanan yang mempunyai makna utama yang sama dengan kata BSu, yang susunan kata-katanya sedikit diubah sehingga tidak bertentangan dengan susunan kalimat BSa. Dan untuk terjemahan yang tidak mengindahkan keberterimaan susunan kata-kata BSa dapat disebut terjemahan kata demi kata.

Dalam pembahasan-pembahasan berikut ini, terjemahan harfiah berulang kali disebut-sebut dan dikritik maupun dibela. Semua ini dibahas selengkap mungkin dengan harapan bahwa pemahaman kita akan terjemahan harfiah menjadi lebih jelas.

2.3.2 Terjemahan Dinamik

(44)

37

Suryawinata yang sekilas menulis bahwa terjemahan dinamis adalah terjemahan yang mengandung ke lima unsur dalam batasan yang dibuat oleh Nida dan Taber yaitu: (1) reproduksi pesan, (2) ekuivalensi atau padanan, (3) padanan yang alami, (4) padanan yang paling dekat, (5) mengutamakan makna (Suryawinata, 1989: 8). Dari sini jelas bahwa yang dimaksud terjemahan dinamis adalah terjemahan seperti yang dianjurkan Nida dan Taber di dalam bukunya The Theory and Practice of Translation

(1969). Jenis terjemahan ini berpusat pada konsep tentang padanan dinamis dan sama sekali berusaha menjauhi konsep padanan formal atau bentuk. (Konsep padanan formal atau padanan bentuk ini dekat sekali dengan konsep terjemahan harfiah.)

Kedua ahli penerjemahan kitab Injil itu menyatakan bahwa keterbacaan sebuah terjemahan, derajat mudah-sukarnya sebuah terjemahan dipahami, tidak bisa diukur dari apakah kata-kata BSa yang digunakan mudah dipahami dan tata-bahasanya berterima di BSa saja. Lebih dari itu, sebuah terjemahan dikatakan mempunyai keterbacaan yang tinggi apabila pengaruh atau dampak yang ditimbulkannya pada pembaca BSa sama dengan yang ditimbulkannya pada pembaca BSu (Nida dan Taber, 1969: 22). Tetapi hal ini sulit untuk diketahui atau diukur.

Terjemahan yang baik tentu saja terjemahan yang mempunyai keterbacaan yang tinggi. Keterbacaan yang tinggi, menurut kedua ahli tersebut, dapat dicapai apabila si penerjemah mampu melahirkan padanan alami dari kata BSu yang sedekat mungkin di dalam BSa. Sebuah padanan dikatakan dinamis apabila padanan itu mampu membuat pembaca teks BSa merespon teks terjemahan tersebut dengan respon yang sama seperti respon pembaca teks BSu. Respon yang dimaksud di sini bisa saja tindakan, sikap, atau perasaan. Dengan kata lain, terjemahan dinamis adalah terjemahan yang bisa membuat pembaca BSanya bertindak, bersikap, berperasaan yang sama seperti halnya pembaca BSu.

(45)

pesan yang disampaikan dan respon yang ditimbulkannya sama seperti aslinya. Sebagai contoh padanan dinamis ini, baiklah kita lihat sekali lagi contoh yang diajukan oleh Nida dan Taber yang sudah disampaikan di dalam bab I. Frasa Lamb of God di dalam kitab Injil tidak bisa diterjemahkan ke dalam Domba Tuhan di dalam suatu bahasa yang berasal dari kultur yang tidak pernah melihat domba karena padanan frase (yakni padanan harfiahnya) itu tidak menimbulkan kesan khusus. Lamb adalah simbol kebersihan jiwa, apalagi bila dihubungkan dengan konteks pengorbanan dalam kehidupan rohani. Oleh karena itu, padanan alaminya yang paling dekat dengan frasa tersebut di dalam bahasa orang Eskimo adalah Anjing Laut Tuhan karena anjing laut menyimbulkan ketidakberdosaan di budaya Eskimo.

Gambar

Gambar 1.3 Proses penerjemahan menurut Nida dan Taber (1969) yang disempurnakan
Gambar 1.4 Proses penerjemahan menurut Larson (1984)
Tabel 1.1. Syarat-syarat penerjemah dan jurubahasa
Gambar 1.6 Proses menerjemahkan dengan Mesin Penerjemah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terjemahan Terjemahan adalah hasil proses penerjemahan dari suatu bahasa sumber ke dalam bentuk bahasa sasaran. Terjemahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah terjemahan

Penggunaan teknik modulasi dalam penerjemahan Alquran membuat aspek keakuratan menjadi sangat baik, namun kurang berterima dalam bahasa sasaran.. Kata-Kata Kunci: Teknik

Setelah membaca, siswa mampu menyajikan gagasan utama dan gagasan pendukung setiap paragraf dari teks tulis dalam bentuk peta pikiran dengan tepat.. Setelah percobaan, siswa

Penerjemahan merupakan usaha mereproduksi pesan dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dengan ekuivalensi alami yang semirip mungkin, pertama-tama

1) Adaptasi, yaitu teknik penerjemahan yang memadankan suatu unsur budaya dalam bahasa sumber dengan suatu unsure budaya yang lazim digunakan dalam bahasa sasaran. Penggunaan

Transposisi mempunyai peran yang sangat penting dalam penerjemahan karena bahasa sumber sering sekali mempunyai struktur yang berbeda dari struktur bahasa

dalam penerjemahan kata kerja dari bahasa sumber ke kata kerja dari bahasa sasaran dan beradaptasi dengan nama tokoh komik sesuai dengan konteks budaya Indonesia. 5)

Strategi penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih umum dilakukan dengan cara mencari istilah dalam bahasa sasaran yang cakupannya lebih luas