• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko

Risiko adalah adanya kemungkinan kinerja suatu perusahaan akan lebih

rendah daripada yang diperkirakan sebelumnya karena eksposur terhadap

beberapa kondisi tertentu atau tingkat ketidakpastian laba dari perusahaan dimasa

mendatang (Madura, 2007:348).

Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan

harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas

kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. Menurut Kasidi

(2010:4) manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional ditujukan untuk

mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi.

Tahap-tahap yang dilalui oleh perusahaan dalam mengimplementasikan manajemen

risiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan

dialami oleh perusahaan, setelah mengidentifikasi maka dilakukan evaluasi atas

masing-masing risiko ditinjau dari nilai risiko dan frekuensinya. Tahap terakhir

adalah pengendalian risiko. Dalam tahap pengendalian risiko dibedakan menjadi 2

yakni pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan

pengendalian financial (risiko ditahan, risiko ditransfer).

2.1.2 Jenis–Jenis Eksposur Valuta asing

Eksposur valuta asing adalah sebuah ukuran terhadap potensi perubahan

(2)

perubahan kurs. Eksposur valuta asing dialami oleh perusahaan yang melakukan

pembayaran atau menerima pendapatan dalam valuta asing (Putro, 2012).

Eksposur valuta asing timbul karena kurs valuta asing selalu berubah.

Transaksi valas dapat terjadi di spot market dan forward market. Spot market

meliputi pembelian dan penjualan valas yang sangat segera dilaksanakan.

Transaksi valas merupakan transaksi dimana dua pihak setuju untuk menukarkan

valuta yang satu dengan valuta yang lain pada kurs tertentu. Pasar valas

mempunyai pasar retail dan pasar wholesale. Eksposur valas secara konvensional

diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Eksposur translasi atau eksposur akuntansi

2. Eksposur transaksi

3. Eksposur ekonomi atau eksposur operasi

2.1.2.1 Eksposur Translasi

Eksposur translasi diartikan sebagai risiko perubahan/fluktuasi kurs valas

terhadap consolidated financial statement perusahaan. Besar kecilnya pengaruh

translation/accounting exposure ini terhadap perusahaan internasional atau MNC

tergantung dari beberapa faktor (Hady, 2001:99).

Eksposur translasi ini berhubungan dengan arus kas perusahaan. maka

semakin besar risiko dari eksposur translasi akan mengakibatkan tingkat likuiditas

perusahaan akan meningkat dan perusahaan perlu untuk melakukan lindung nilai

(3)

2.1.2.2 Eksposure Transaksi

Eksposur transaksi mengukur perubahan pada nilai transaksi karena terdapat

perbedaan antara kurs valuta asing pada saat transaksi disepakati dan saat

transaksi diselesaikan/dipenuhi. Nilai aliran kas masuk perusahaan yang diterima

dalam berbagai denominasi mata uang asing akan ditentukan oleh kurs valuta

asing, pada saat penerimaan dikonversikan ke mata uang yang dikehendaki.

Eksposur transaksi dapat dilakukan dengan melakukan kontrak hedging valuta

asing atau menempuh strategi operasi tertentu (Putro, 2012).

Eksposur transaksi akan mempengaruhi aliran kas jangka pendek perusahaan.

Eksposur transaksi berkaitan dengan sensitifitas arus kas kontraktual perusahaan

yang dinyatakan dalam valas terhadap perubahan kurs yang diukur dalam valuta

domestic perusahaan tersebut. Eksposur transaksi antara lain disebabkan oleh

beberapa hal:

1. Pembelian atau penjualan barang atau jasa secara kredit, dimana harga

dinyatakan dalam mata uang asing.

2. Pinjam meminjam dana yang pelunasannya dinyatakan dalam mata uang

asing.

Kontrak hedging valuta asing bisa dilakukan di pasar forward, pasar future,

pasar uang, dan pasar opsi. Selain itu upaya hedging juga dapat ditempuh dengan

mengadakan kesepakatan swap. Kesepakatan swap yang sering digunakan adalah

back-to-back loans, currency swap, dan credit swap.

Swap valuta asing merupakan perjanjian antara dua pihak untuk menukar

(4)

ditentukan sebelumnya. Swap juga sering digunakan untuk akan mata uang asing

seperti juga pada tingkat bunga. Swap tingkat bunga dan mata uang asing dapat

juga digunakan secara bersamaan dalam satu kontrak (Sherlita, 2006).

2.1.2.3 Eksposur Operasi/Ekonomi

Eksposur operasi ialah suatu eksposur yang timbul akibat perusahaan

secara langsung atau tidak langusng akan dipengaruhi oleh perubahan kurs mata

uang. Eksposur ekonomi/operasi menunjukan dampak perubahan nilai kurs

terhadap arus kas perusahaan yang akan datang yang merupakan pencerminan

nilai perusahaan yang dapat di lihat juga indikator bagus atau tidaknya kinerja

nilai arus kas perusahaan itu dari pergerakan nilai sahamnya (Setiadi, 2010).

Setiap perubahan atau fluktuasi kurs valas tentu akan berpengaruh

terhadap penerimaan atau revenues dan pengeluaran atau cost perusahaan.

Pengaruh perubahan/fluktuasi kurs valas ini akan tercermin pada income

statement atau laporan laba rugi suatu perusahaan (Hady, 2001:97).

2.1.3 Pengertian Hedging

Menurut (Kasadi 2010:129) Hedging merupakam usaha untuk

menghindarkan atau mengurangi risiko-risiko kerugian dalam

penukaran-penukaran atau dalam pembayaran valuta-valuta yang berbeda. Hedging

dirancang untuk melindungi perusahaan terhadap realisasi pergerakan harga,

tingkat bunga dan pertukaran mata uang asing yang arahnya berlawanan dengan

yang diharapkan oleh manajemen perusahaan. Perusahaan harus lebih canggih

dalam mengenali risiko keuangan yang dihasilkan oleh kegiatan operasional

(5)

Hal ini tergantung pada pengetahuan perusahaan, pendekatan menejemen serta

pesaing mereka. Perangkat hedging yang paling sering digunakan adalah forward,

future, swap (mata uang, tingkat bunga, kombinasi mata uang dan tingkat bunga),

komitmen dan option (Sherlita, 2006).

Perjanijian hedging terhadap transaksi dengan valuta asing merupakan

perjanjian yang dibuat oleh perusahaan dengan membuat kontrak untuk membeli

dan menjual aset dan akan diberikan pada masa yang akan datang. Tidak ada

masalah yang timbul selagi transaksi yang terjadi didenominasi dalam mata uang

domestik, tetapi transaksi tersebut didenominasi dalam mata uang asing maka

akan timbul problem antara lain:

1. Nilai yang digunakan untuk mencatat transaksi tersebut.

2. Pencatatan saldo valuta asing pada tanggal sesudah neraca

3. Perlakuan terhadap gain dan loss dari valuta asing tersebut.

4. Pencatatan terhadap hutang dan piutang yang menggunakan valuta

asing pada tanggal jatuh tempo.

2.1.3.1 Hedging dengan Instrumen Derivatif

Suatu transaksi derivative dengsn tujuan/motif sebagai saah satu cara untuk

menghilangkan risiko dengan cara lindung nilai (hedging), yang merupakan salah

satu model risk management. Akan tetapi, dalam perkembangannya sarana

hedging, dapat juga dipakai justru sebagai sarana spekulasi (Fuady, 2008:380).

Instrumen derivatif dapat dikelompokkan menjadi opsi, forward, futures, dan

swap, dengan bahan dasar instrumen derivatif adalah saham, suku bunga, obligasi,

(6)

1. Forward Contract

Kontrak forward, merupakan teknik untuk mengeliminasi risiko

harga atas transasksi dimasa depan dengan menetapkan harga transasksi

didepan. Satu mekanisme transaksi pada kontak ini adalah long position

(setuju membeli) dan short position (setuju untuk menjual) suatu aset pada

hari dan harga tertentu (Sherita, 2007).

Transaksi forward terjadi antara dua pihak yang meliputi mata

uang dua Negara yang berbeda berdasarkan suatu nilai tukar tertentu,

dengan waktu transaksi yang melebihi dua hari kerja atau mempunyai

waktu jatuh tempo transaksi yang lebih panjang dibandingkan transaksi

yang diakukan di pasar spot (Ming, 2001:23).

Tujuan dari kontrak ini adalah untuk melindungi kedua belah

pihak dari fluktuasi nilai aset yang mungkin terjadi selama kurun waktu

tertentu, yaitu sejak kontrak ditandatangani hingga penyerahan atau

pembayaran yang dilakukan.

2. F uture Contract

Future contract merupakan sebuah perjanjian yang standar yang

meminta untuk mengirim sejumlah komoditi pada suatu tanggal tertentu

dimasa yang akan datang. Pada perusahaan multinasional selalu

melakukan transaksi dengan berbagai currency karena adanya kegiatan

ekspor dan impor (Lubis, 1999:32).

Kontrak future adalah kontrak forward yang sudah

(7)

yang terorganisasi secara resmi dan transaksi yang dilakukan dalam bursa

tersebut diatur berdasarkan suatu regulasi atau peraturan tertentu

(Ming 2001:23). Pihak yang menangung counterparty risk diantara kedua

belah pihak antara pembeli dan penjual disebut dengan exchange

clearinghouse. Dengan alasan kontrak future telah tercatat di bursa

perdagangan secara harian (market to market) maka kontrak future

meminta syarat jaminan tambahan (margin) dari pihak yang berkontak

untuk menanggung satu kerugian pada kontak tersebut (Sherlita, 2007).

Mekanisme future contract pertama kali investor menyetor

sejumlah deposit sebagai initial margin dalam melakukan perdagangan

futures. Kemudian investor akan melakukan kontrak futures dengan memperhatikan aset yang diperdagangkan, ukuran kontrak, price limit dan

position limits (Irawan, 2012).

3. Option

Terdapat dua pihak untuk setiap kontrak opsi, pihak pertama ialah

investor yang mempunyai hak untuk membeli (mempunyai posisi long),

sedangkan pihak yang lain adalah investor yang mempunyai hak untuk

menjual (mempunyai posisi short). Pembuat opsi (option maker, writer

option) berhak untuk menerima harga yang dibayar uuntuk puts atau calls

(dikurangi biaya komisi kecil) (Judokusumo, 2007:119).

Kontrak opsi memberikan pada pihak lain untuk membeli (call)

atau menjual (put) sejumlah hak yang khusus pada harga yang pasti

(8)

bersifat lebih fleksibel dibandingkan dengan kontak forward yang

mengharuskan untuk melaksanakan (exercised) pada saat jatuh tempo

bahkan pada saat transaksi bersifat tidak menguntungkan sekalipun

(Sherlita, 2006).

4. Swaps Contract

Swap adalah salah satu instrument yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko terhadap perubahan valuta asing. Pengurangan risiko

tersebut dapat dilakukan dengan merubah tangga jatuh tempo dari

kewajiban hutang (financial liabiities) tersebut dan financial assets lainnya

(Lubis, 2001:33).

Menurut Kasidi (2010:134) Swap adalah transaksi pertukaran dua

valuta melalui pembeian dan penjualan saja, tanpa disertai dengan

transaksi lain yang berlawanan diantara pihak-pihak bersangkutan untuk

tanggal berlaku (value date) spot atau forward.

Merupakan kesepakatan antara dua pihak atau perusahaan untuk

saling mempertahankan arus kas di masa tertentu (selama kurun waktu

tertentu) yang akan datang. Kesepakatan ini ditentukan secara spesifik

tanggal pembayaran tunai dan cara menghitung jumlah tunai yang akan

saling dipertukarkan (dibayarkan masing-masing pihak). Biasanya di

dalam perhitungan telah dipertimbangkan nilai yang akan datang, tingkat

bunga, kurs mata uang, dan variabel-variabel lainnya yang relevan. Swap

adalah istilah asing yang maknanya adalah "pertukaran" namun di

(9)

transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau penjualan tunai

(spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka yang

dilakukan secara simultan dengan bank yang sama dan pada tingkat premi

atau diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi

dilakukan.

2.1.3.2 Keuntungan dan Kerugian Melakukan Hedging

Penyediaan cadangan untuk menopang kerugian merupakan best practice

dalam manajemen risiko. Sebelum menyediakan cadangan, perusahaan dapat

mengurangi risikonya terlebih dahulu dengan melakukan hedging. Prinsip

hedging adalah menutupi kerugian posisi asset awal dengan keuntungan dari

posisi instrument hedging.

Hedging memberikan beberapa keuntungan ekonomis baik untuk pihak

produsen, pabrikan, eksportir, maupun konsumen (BAPPEBTI, 1997) sebagai

berikut:

1. Hedging merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan risiko

harga apabila terjadi perubahan harga yang tidak sesuai dengan yang

diperkirakan, disebut “risk insrance”.

2. Bagi produsen atau pemilik komoditi, hedging merupakan alat marketing

(a marketing tool). Dengan melakukan hedging, para petani dapat

menentukan harga penjualan produknya, sebelum, selama, dan sesudah

panen melalui pasar berjangka. Mereka dapat menentukan suatu jumlah

penerimaan yang akan diperoleh dikemudian hari dengan menyimpan

(10)

3. Bagi pengolah komoditi seperti prosseco atau miller, hedging tersebut

merupakan suatu alat pembelian (a purchasing tools). Melalui pasar

berjangka mereka menentukan harga pembelian bahan baku yang akan

diolah dikemudian hari, sehingga dapat menetapkan biaya produksi dan

akhirnya dapat dengan pasti menetapkan harga jualnya untuk masa yang

akan datang.

4. Dengan adanya hedging pihak kreditor (bank) lebih berani memberikan

kredit kepada produsen atau pemilik komoditi yang telah meng-hedge

komoditinya. Karena dengan melakukan tindakan tersebut, pemilik

komoditi telah memperkecil risiko fluktuasi harga dari komoditi yang akan

dihasilkan atau bahan yang dibeli, sehingga profit yang ditargetkan lebih

pasti dan hal ini merupakan jaminan bank bahwa uang yang diberikan

dapat kembali dan bunganya dapat dibayar. Biasanya bank hanya

menyediakan 50 persen dari modal kerja bagi produk atau persediaan yang

tidak di hedge, sedangkan bagi yang melakukan hedging mendapat kredit

90 persen dari modal kerja.

5. Melalui hedging, konsumen akhir akan dibebankan harga jual yang lebih

rendah dan stabil hal ini dikarenakan baik produsen maupun processeor

mampu memperkecil biaya akibat fluktuasi harga yang merugikan, serta

adanya kesempatan untuk memperbesar operting capital

Selain keuntungan yang diperoleh, hedging juga mempunyai beberapa

(11)

1. Risiko basis

Perkembangan harga di pasar fisik kadang-kadang tidak berkorelasi secara

wajar (tidak searah) dengan pasar berjangka, sehingga risiko yang ada

tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya.

2. Biaya

Dengan melakukan hedging terdapat beban biaya bagi hedger, antara lain,

biaya angkut, biaya bunga bank, biaya gedung, biaya asuransi,

pembayaran margin dan biaya transaksi. Oleh karena itu, hedger harus

mempertimbangkan biaya-biaya tersebut sebelum melakukan hedging.

3. Ketidaksesuaian (incompatible) antara kondisi fisik dan futures

Hal ini terjadi mengingat mutu dan jumlah produk yang di hedge tidak

selalu sama dengan mutu dan jumlah standar kontrak yang

diperdagangkan. Oleh karena itu hedger dituntut agar mampu

menyesuaikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan cara melakukan

hedging yang sesuai dengan volume produksinya.

2.1.4 Pertumbuhan Perusahaan (Growth Opportunity)

Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi cenderung akan

menginvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Semakin tinggi tingkat

pertumbuhannya, maka semakin tinggi kebutuhan dana untuk investasi. Untuk itu

perusahaan akan menggunakan laba yang diperoleh untuk membiayai

investasinya, daripada membagikan dividen (Pribadi, 2012).

Growth Opportunity yang tinggi menunjukkan peluang perusahaan untuk

(12)

dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut di masa

yang akan datang akan sangat dibutuhkan (Putro,2012).

Proksi pengukuran variabel Growth Opportunity pada penelitian ini adalah

secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:

2.1.5 Tingkat Likuiditas (Liquidity)

Likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya, baik kewajiban dalam membiayai proses produksi

maupun kewajiban keluar perusahaan. Perusahaan yang mempunyai cukup

kemampuan membayar utang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid.

Perusahaan yang berada dalam keadaan tidak mempunyai kemampuan membayar

utang jangka pendek disebut ilikuid (Sunyoto, 2013:101).

Untuk menilai likuiditas berikut ini penerapan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek suatu perusahaan diproksikan

dengan current ratio karena semua aktiva lancar dikonversikan ke dalam kas,

jadi waktunya lebih lama untuk dicairkan dalam bentuk kas, karena semua

komponen aktiva lancar (Kamaludin dan Indriani, 2011:42).

Current ratio adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka

pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh

tempo. Penggunaan current ratio dalam menganalisis laporan keuangan hanya

mampu member analisa secara kasar, oleh karena itu perlu adanya dukungan

(13)

Dengan rumus current ratio adalah :

2.1.6 Ukuran Perusahaan (F irm Size)

Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah

menuju pasar modal untuk meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah,

sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak

kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal (Pribadi, 2012).

Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun

yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Ukuran perusahaan digunakan sebagai

salah satu indikator mengenai seberapa besar perusahaan itu telah berkembang.

Besar kecilnya suatu perusahaan membuat pengambilan keputusannya pun

berbeda-beda.

Ukuran perusahaan (Firm Size) diproksikan melalui:

Firm Size = In Total Assets

Ukuran perusahaan dilihat dari jumlah total asset yang dimilikinya,

semakin besar asset yang dimiliki, semakin hati-hati perusahaan tersebut

melangkahkan suatu kegiatan di perusahaannya. Firm size menjadi salah satu

faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan

investasi (Putro, 2012).

2.1.7 Leverage

Rasio leverage adalah untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana

(14)

disediakan pemilik dibandingkan dengan keuangan yang diberikan oleh kreditor.

Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena hutang

mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar

bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir dengan

kebangkrutan perusahaan (Kamaludin dan Indriani, 2011:42).

1. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah ukuran yang dipakai dalam

menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang

tersedia untuk kreditor.

Adapun rumus debt to equity ratio adalah

Total modal sendiri diperoleh dari total asset dikurangi total hutang.

Dalam debt to equity ratio ini yang perlu dipahami bahwa, tidak ada batasan

berapa debt to equity ratio yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk

konservatif biasanya debtto equity ratio yang lewat 66% atau 2/3 sudah dianggap

berisiko (Fahmi, 2014:158).

2. Total Assets to Total Debt Ratio/Debt Ratio

Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun

jangka panjang), sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal

sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER)

menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang)

semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak

(15)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan hedging adalah sebagai

berikut:

1. Judge (2002) hasil penelitiannya adalah bahwa perusahaan besar, dengan

aliran kas lebih besar, dengan kemungkinan financial distress lebih besar,

dengan aktivitas ekspor-impor, dan perusahaan dengan hutang jangka pendek

lebih banyak menggunakan hedging derivatife. Variabel financial distress

merupakan faktor utama dalam keputusan hedging.

2. Clark dan Judge (2006) hasil penelitiannya adalah terdapat bukti kuat bahwa terdapat hubungan antara keputusan untuk lindung nilai dengan cost of

financial distress. Terdapat hubungan negatif antara aktivitas hedging dan

kepemilikan pemerintah tetapi faktor pendorong lain aktivitas hedging adalah

eksposur valuta asing, tingkat penjualan luar negeri dan hutang asing, serta

tingkat likuiditas.

3. Karol Marek Klimczak (2008) melakukan penelitian dengan judul

Corporate Hedging and Risk Management Theory: Evidence from Polish

Listed Companies ANOVA dan logit regression menemuhan hasil bahwa

variabel DER, EBIT, growth, individual block ownership, dan ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Sementara itu,

pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap hedging.

4. Ameer (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

penggunaan derivatif dan foreign sales, firm growth, managerial

(16)

liquidity berhubungan negatif terhadap hedging. Temuan ini menunjukkan bahwa hanya beberapa perusahaan Malaysia yang terdaftar memiliki

pemahaman yang tepat dari instrumen derivatif untuk mengurangi risiko

dalam lingkungan bisnis internasional.

5. Paranita (2011) melakukan penelitian dengan judul kebijakan hedging

dengan derivatif valuta asing pada perusahaan publik di indonesia, dengan

menggunakan metode Logistic Regression. Hasil penelitian diperoleh

bahwa Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara

positif dan signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio (Leverage),

Firm size sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan

tetapi tidak signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales

berhubungan negatif dan tidak signifikan terhadap probabilitas penerapan

hedging dengan instrumen derivatif valas.

6. Putro (2012) melakukan penelitian tentang analisis faktor yang

mempengaruhi penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan

keputusan hedging pada perusahaan automotive and allied products

periode 2006-2010, dengan menggunakan metode regresi logistic

menemukan hasil bahwa Debt Equity Ratio, Growth Opportunity, dan

Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. sedangkan financial

distress negatif dan tidak signifikan, dan liquidity positif tidak signifikan

(17)

7. Irawan (2014) hasi peneitiannya adalah menunjukkan hasil uji multivariate

bahwa variabel Leverage (LEV) berpengaruh negatif terhadap hedging

derivative perusahaan. Variabel Firm Size (FS) dan Market to book Value

(MTBV) mempunyai tanda positif dan sama dengan yang diprediksikan.

Variabel Liquidity Ratio (LQ1) dan Current Ratio (LQ2) mempunyai tanda

negatif dan sama dengan yang diprediksikandiprediksikan.

8. Repie (2015) penelitian ini menguji underinvestment hypothesis yang

memprediksi adanya hubungan positif antara growth opportunities dengan

hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel market to book value

of equity (MBVE) memiliki pengaruh positif dan signifikan secara statistik

terhadap aktivitas hedging, sedangkan variabel capital expenditure to book

value of assets (CAPBVA) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan

secara statistik terhadap aktivitas hedging. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Variabel Independen

Model Analisis

Hasil

1. Judge (2002)

Financial distress

Logistic Regression

Financial distress merupakan faktor utama dalam hedging. Bukti bahwa perusahaan yang lebih besar, perusahaan dengan aliran kas lebih besar, perusahaan dengan kemungkinan

financial distress yang lebih besar, adalah perusahaan yang melakukan aktivitas ekspor

– impor dan perusahaan dengan hutang jangka pendeknya lebih banyak, lebih suka menggunakan hedging derivative.

2. Clark dan Judge (2006)

Cost of

financial distress, state ownership,

eksposur valuta asing, penjualan luar negeri, hutang asing, likuiditas

Logistic Regression

Terdapat bukti kuat bahwa terdapat hubungan antara keputusan untuk lindung nilai dengan

(18)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Variabel Independen

Model Analisis

Hasil

3. Karol Marek Klimczak (2008)

Debt to

equity ratio,

EBIT, tax,

growth, individual block ownership ANOVA, logit regression

Variabel DER, EBIT, growth, individual block ownership,dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku

hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap

hedging.

4. Ameer

(2010)

Eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kesempatan pertumbuhan perusahaan, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan.

regression Terdapat hubungan signifikan antara eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan. Kesempatan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap hedging. Hanya sedikit perusahaan Malaysia yang memahami manajemen risiko pada bisnis internasional dengan derivatif. Para manajer Malaysia kebanyakan risk

averse dan tidak memahami cara

memilih posisi dalam pasar derivatif.

5.

Paranita (2011)

DER, interest coverage ratio, market-to-book value of equity, Current ratio dan foreign liabilities to total sales. Logistic Regression

Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara positif dan signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio, Firm size sedangkan

market-to-book value of equity positif berhubungan tetapi tidak signifikan,

Current ratio dan foreign liabilities to total sales berhubungan negatif dan tidak signifikan. Interest coverage ratio

berhubungan negative signifikan terhadap pengambilan keputusan

hedging dengan instrument derivatif. 6. Putro

(2012)

DER,

Growth Opportunity, Firm Size,

financial distress, dan

Liquidity

Logit Regression

Debt Equity Ratio, Growth Opportunity,

dan Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. Sedangkan financial distress

negatif dan tidak signifikan, dan

Liquidity positif tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif.

7. Irawan

(2014)

Leverage,

Firm Size,

Matket to

Book Value,

Logistic Regression

(19)

Liquiditiy ratio, Current Ratio

bahwa variabel Leverage (LEV)

berpengaruh negatif terhadap hedging

derivatif perusahaan pada namun tidak sama dengan yang diprediksikan. Variabel Firm Size (FS) dan Market to book Value (MTBV) mempunyai tanda positif dan sama dengan yang diprediksikan. Variabel Liquidity Ratio

(LQ1) dan Current Ratio (LQ2)

mempunyai tanda negatif dan sama dengan yang diprediksikan.

8. Repie

dan Sedana (2015)

market to

book value of equity,capital expenditure to book value of assets

Logistic regression

Penelitian ini menguji underinvestment hypothesis yang memprediksi adanya hubungan positif antara growth opportunities dengan hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel

market to book value of equity (MBVE) memiliki pengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap aktivitas

hedging, sedangkan variabel capital expenditure to book value of assets

(CAPBVA) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap aktivitas hedging.

Sumber: Berbagai Jurnal

2.3Kerangka Konseptual

Perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang tinggi

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai probabilitas untuk tumbuh

dan digemari oleh para calon investor, untuk menjawab kesempatan yang sudah

ditunjukkan, perusahaan membutuhkan tambahan dana, agar perusahaan tersebut

tumbuh. Salah satu cara mendapatkan sumber dana dengan cepat untuk

membiayai tumbuhnya perusahaan adalah memasukkan sumber hutang ke dalam

struktur modal perusahaan (Putro, 2012).

Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang pesat cenderung menggunakan

hutang sebagai sumber pendanaan yang lebih besar dibandingkan perusahaan

(20)

kesempatan pertumbuhan yang tinggi akan semakin banyak melakukan aktivitas

hedging dalam usaha untuk melindungi risiko-risiko yang merugikan.

Rasio likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk

segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai,

serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapt diperoleh. Kas merupakan

suatu aktiva yang paing likuid (Kamaludin dan Indriani, 2011:41).

Rasio ini sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk

mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.

Kewajiban tersebut bersifat jangka pendek. Kewajiban jangka pendek itu seperti,

membayar tagihan listrik, gaji pegawai, atau hutang yang telah jatuh tempo. Rasio

likuiditas jangka pendek perusahaan tersebut dapat diproksikan dengan rasio kas

(cash ratio) dan current ratio. Rasio Kas (Cash Ratio) dan current ratio yang

tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor, yang

mengindikasikan adanya dana menganggur (idle cash) sehingga akan mengurangi

tingkat profitabilitas perusahaan (Irawan, 2014).

Sama halnya dengan Pertumbuhan Perusahaan yang cepat akan

menimbulkan risiko-risiko yang mengganggu aktivitas perusahaan. Ukuran

Perusahaan pun demikian, semakin besar suatu perusahaan, maka aktivitas

perusahaan tidak hanya melibatkan perdagangan dalam negeri, namun juga

menggunakan jalinan bisnis mancanegara. Hubungan bisnis dengan perusahaan

yang berada di luar negeri pun biasanya berkaitan dengan perjanjian dagang,

(21)

negara akan menimbulkan eksposur valuta asing dan adanya risiko fluktuasi nilai

tukar mata uang (Putro, 2012).

Salah satu tindakan manajemen risiko yaitu dengan melakukan lindung

nilai (hedging) dengan derivatif. Semakin besar size (ukuran) perusahaan, terdapat

kecenderungan perusahaan tersebut untuk lebih menerapkan kebijakan hedging

(Paranita, 2011).

Untuk menjawab tentang bagaimana perusahaan mendanai aktivanya dan

mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai utangnya dengan

menggunakan rasio solvabilitas atau leverage. Suatu perusahaan dikatakan solvable

apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk

membayar semua hutang-hutangnya.

Rasio hutang yang tinggi/ekuitas berarti bahwa perusahaan telah agresif

dalam pembiayaan pertumbuhan dengan utang. Jika banyak utang digunakan

untuk membiayai peningkatan operasi (high debt to equity), perusahaan berpotensi

menghasilkan pendapatan lebih tanpa pendanaan dari luar.

Penggunaan hutang diyakini mampu mengungkit kemampuan perusahaan

untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ketersediaan dana tersebut mampu

menjalankan perusahaan untuk berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan

operasional, ekspansi usaha, dan lain-lain. Karena terpenuhinya dana tersebut,

maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun

semakin tinggi proporsi tingkat hutang terhadap modal sendiri, maka akan

berpengaruh terhadap besaran risiko yang semakin besar. Semakin tinggi rasio

hutang terhadap modal sendiri atau debt to equity ratio yang ditanggung

(22)

mengurangi dampak buruk risiko tersebut, sehingga semakin besar tingkat debt to

equity ratio yang diterima perusahaan, semakin besar peluang perusahaan untuk

mengambil keputusan hedging (Putro, 2012).

Berdasarkan telaah pustaka yang sudah dikemukakan penelitian ini

menggunakan variabel independen, yaitu growth opportunity, liquidity, firm size, dan

leverage sementara itu, variabel dependen yaitu hedging. Maka dapat disusun

kerangka pemikiran teoritis pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Sumber:Kamauludin dan Indriani (2011); Paranita (2011); Putro (2012); Irawan (2014)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara atas penelitian yang akan dilakukan

penguji. Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah “Growth Opportunity, Liquidity, Firm Size, dan Leverage berpengaruh signifikan

terhadap keputusan hedging”.

Growth Opportunity (X1)

Likuiditas (X2)

Firm Size (X3)

Leverage (X4)

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Bukti bahwa perusahaan yang lebih besar, perusahaan dengan aliran kas lebih besar, perusahaan dengan kemungkinan financial distress yang lebih besar, adalah

Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001... Constant is included in

Astro Agro Lestari,Tbk (AALI) Tidak melakukan hedging 0.. 2

Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011–2013, Perusahaan

Aktivitas lindung nilai (hedging) dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual dan

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan lindungan dan melimpahkan rahmat-Nya, sehinggga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Penelitian ini yang dilakukan oleh Guniarti bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan hedging dengan instrumen derivatif valuta asing

Keywords: Hedging; Leverage; Liquidity; Growth Opportunity; Firm Size; Financial Distress Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing – masing variabel