SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INSTRUMEN DERIVATIF SEBAGAI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN HEDGING
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)
OLEH
HOTMIAN OLIVIA D 110502321
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Lindung nilai diperlukan oleh perusahaan, kebanyakan perusahaan menggunakan lindung nilai karena tidak mempunyai kemampuan atau keahlian khusus dalam memprediksi variabel-variabel seperti tingkat bunga, kurs valas, dan harga komoditas. Dengan lindung nilai, perusahaan dapat memfokuskan aktivitas utamanya sesuai dengan kemampuan dan keahlian khususnya. Aktivitas hedging dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan (growth opportunity), tingkat likuiditas (liquidity), ukuran perusahaan (firm size), dan leverage terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 112 perusahaan dengan rentang waktu periode 2011-2013. Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011–2013, Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dan data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian periode tahun 2011 – 2013, dan Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah dalam laporan keuangan periode tahun 2011 – 2013. Sehingga sampel pada penelitian ini adalah 54 perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Growth Opportunity, Current Ratio, dan Debt Equity Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan Hedging. Sementara Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan Hedging.
Kata Kunci: growth opportunity, current ratio, firm size, debt equity ratio,
ABSTRACT
Hedging required by the company, most companies use hedging because it does not have the ability or special expertise in predicting variables such as interest rates, currency exchange rates, and commodity prices. With hedging, the company can focus on its main activities in accordance with the capability and expertise in particular. Hedging activity is done by using derivative instruments, the derivative is a contract agreement between two parties to sell and buy a number of items (both commodities, and securities) at a certain date in the future at a price agreed upon at this time. With hedging, the company can focus on its main activities in accordance with the capability and expertise in particular. Hedging activity is done by using derivative instruments, the derivative is a contract agreement between two parties to sell and buy a number of items (both commodities, and securities) at a certain date in the future at a price agreed upon at this time. Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange as many as 112 companies with the time span 2011-2013. The criteria are defined as follows: Company listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2011-2013, which presents the Company's financial statements and complete data needed in the study period of 2011 - 2013, and the Company issued financial statements in the eye amount of money in the financial statements in the period of 2011-2013. So that the sample in this study was 54 manufacturing company. This study used logistic regression analysis. The results showed that the Growth Opportunity, the Current Ratio and Debt Equity Ratio and no significant negative impact on the decision Hedging. While the Firm Size and significant positive effect on the decision Hedging.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
anugerah dan karunia-Nya dalam proses pengerjaan skripsi ini dari awal,
pertengahan, hingga akhirnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN
INSTRUMEN DERIVATIF SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
HEDGING (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)” tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun
sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan program Sarjana (S1) Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis
banyak mendapat kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E selaku Ketua Departemen S1 Manajemen
sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu, memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini,, S.E, M.Si dan Ibu Dra.Friska Sipayung,
Msi selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Nisrul Irawati, M.B.A, selaku Dosen Pembaca Nilai yang
senantiasa memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
untuk pengetahuan, pengalaman, dan pembelajaran hidup yang penulis
dapatkan selama menempuh perkuliahan.
7. Kedua orangtua saya terkasih Bapak H. Doloksaribu dan Ibu S. Hutasoit,
adik tersayang Haposan, Elisa, dan Montoya yang telah banyak
memberikan pelajaran hidup, kasih, dan dukungan penuh kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera
Utara ini.
8. Kepada Amanda Siregar, STP yang selalu memberikan semangat dan
bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini dan dalam masa perkuliahan.
9. Sahabat-sahabat tercinta semasa kuliah, Eva, Sri Rezeki, Yesyurun, Jesica
Putri, Ela, Nurul, Alfa yang telah banyak membantu, memberi semangat
dan menghibur penulis dan teman-teman manajemen 2011 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala kebaikannya selama
perkuliahan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko ... 10
2.1.2 Jenis-jenis Eksposure Valuta Asing ... 10
2.1.2.1 Eksposure Tranlasi ... 11
2.1.2.2 Eksposure Transaksi ... 11
2.1.2.3 Eksposure Operasi/Ekonomi ... 13
2.1.3 Pengertian Hedging ... 13
2.1.3.1 Hedging Dengan Instrumen Derivatif... 14
2.1.3.2 Keuntungan dan Kerugian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32
3.5 Populasi Dan Sampel ... 35
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 37
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 37
3.8 Teknik Analisis ... 38
3.8.1 Statistik Deskriptif... 38
3.8.2 Analisis Regresi Logistik ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
4.1 Deskriptif Objek Penelitian ... 43
4.2 Hasil Statistik Deskriptif Penelitian ... 43
4.3 Pengujian Hipotesis ... 46
4.3.1Menilai Kelayakan Model Refresi (Goodness of Fit Test) ... 46
4.3.2 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 47
4.3.3 Koefisien Determinasi (Nagekerke R Square) ... 50
4.3.4 Menilai Koefisien Regresi ... 49
4.3.4.1 Uji Statistik Secara Regresi ... 51
4.3.4.2 Uji Statistik Secara Parsial ... 51
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
5.1 Kesimpulan ... 58
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA……… . 60
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Data Rasio Keuangan BI Rate, Nailai Tukar,
Per 3 BulanPeriode 2011-2013 ... 4
1.2 Tiga Perusahaan Sektor Aneka Industri yang Melakukan Hedging 2011-2012 ... 7
2.1 Penelitian Terdahulu ... 26
3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 35
3.2 Daftar Perusahaan Sampel ... 36
4.1 Jumlah Sampel Penelitian ... 43
4.2 Statistik Deskriptif ... 44
4.3 Hosmer and Lemeshow Test... 46
4.4 Iteration History ... 47
4.5 Model Summary ... 48
4.6 Classification Table Block 0 ... 49
4.7 Classification Table Block 1 ... 49
4.8 Koefisien Determinasi Nagekerke R Square ... 50
4.9 Omnibus Test of Mode Coefficients ... 51
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 1.1 Fluktuasi Tingkat Suku Bunga
Bank Indonesia ... 4 Gambar 1.2 Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah
DAFTAR LAMPIRAN
No. Tabel Judul Halaman
1. Data Variabel Penelitian ... 63
ABSTRAK
Lindung nilai diperlukan oleh perusahaan, kebanyakan perusahaan menggunakan lindung nilai karena tidak mempunyai kemampuan atau keahlian khusus dalam memprediksi variabel-variabel seperti tingkat bunga, kurs valas, dan harga komoditas. Dengan lindung nilai, perusahaan dapat memfokuskan aktivitas utamanya sesuai dengan kemampuan dan keahlian khususnya. Aktivitas hedging dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif, derivatif merupakan kontrak perjanjian antara dua pihak untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan (growth opportunity), tingkat likuiditas (liquidity), ukuran perusahaan (firm size), dan leverage terhadap penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 112 perusahaan dengan rentang waktu periode 2011-2013. Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011–2013, Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dan data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian periode tahun 2011 – 2013, dan Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah dalam laporan keuangan periode tahun 2011 – 2013. Sehingga sampel pada penelitian ini adalah 54 perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Growth Opportunity, Current Ratio, dan Debt Equity Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan Hedging. Sementara Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan Hedging.
Kata Kunci: growth opportunity, current ratio, firm size, debt equity ratio,
ABSTRACT
Hedging required by the company, most companies use hedging because it does not have the ability or special expertise in predicting variables such as interest rates, currency exchange rates, and commodity prices. With hedging, the company can focus on its main activities in accordance with the capability and expertise in particular. Hedging activity is done by using derivative instruments, the derivative is a contract agreement between two parties to sell and buy a number of items (both commodities, and securities) at a certain date in the future at a price agreed upon at this time. With hedging, the company can focus on its main activities in accordance with the capability and expertise in particular. Hedging activity is done by using derivative instruments, the derivative is a contract agreement between two parties to sell and buy a number of items (both commodities, and securities) at a certain date in the future at a price agreed upon at this time. Population in this research are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange as many as 112 companies with the time span 2011-2013. The criteria are defined as follows: Company listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2011-2013, which presents the Company's financial statements and complete data needed in the study period of 2011 - 2013, and the Company issued financial statements in the eye amount of money in the financial statements in the period of 2011-2013. So that the sample in this study was 54 manufacturing company. This study used logistic regression analysis. The results showed that the Growth Opportunity, the Current Ratio and Debt Equity Ratio and no significant negative impact on the decision Hedging. While the Firm Size and significant positive effect on the decision Hedging.
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara
internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk
memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang
akhirnya menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing keuangan negara
tertentu. Sejauh ini perdagangan pada pasar berjangka mempunyai peranan yang
sangat strategis dalam pembangunan ekonomi, terutama sebagai sarana
pelaksanaan lindung nilai (hedging) dan pembentukan harga. Aplikasi dari
instrumen derivatif dan aktivitas lindung nilai telah meningkat secara substansial
selama beberapa tahun terakhir. Namun semakin meningkatnya persaingan serta
gejolak harga pasar yang dihadapi dapat membuat ketidakpastian atau risiko usaha
semakin meningkat dalam mempertahankan usahanya. Risiko yang dihadapi oleh
perusahaan dalam transaksinya dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor eksternal
seperti fluktuasi tingkat suku bunga, kurs valuta asing maupun harga komoditas
yang berdampak negatif terhadap arus kas, nilai perusahaan serta mengancam
kelangsungan hidup perusahaan (Putro, 2012).
Risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam
mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan
risiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan risiko. Jadi, risiko adalah
akibat yang harus diterima dari suatu proses yang sedang dilakukan atau akan
transaksi, hal ini sangat penting untuk meminimalkan risiko. Beberapa bentuk
risiko yang diambil merupakan suatu risiko yang menyatu dari kegiatan bisnis
yang dilakukan, dan beberapa merupakan hal yang wajar pada bisnis tertentu
seperti misalnya pada bidang usaha pertambangan minyak dimana risiko kenaikan
dan penurunan harga adalah hal yang wajar. Risiko muncul karena adanya kondisi
ketidakpastian. Ketidakpastian bisa berasal dari fluktuasi pergerakan aktivitas
yang tinggi, semakin tinggi fluktuasi, semakin besar tingkat ketidakpastiannya
(Irawan, 2014).
Risiko kegagalan terdapat pada setiap keputusan, dengan adanya
ketidakpastian terhadap pergerakan harga yang terjadi, risiko pengambilan
keputusan yang ada dalam setiap transaksi menjadi tinggi. Oleh karena itu
diperlukan berbagai informasi atau analisis sebelum keputusan diambil dalam
setiap transaski, hal ini sangatlah penting untuk meminimalkan risiko karena
pertumbuhan ekonomi dan perubahan aspek yang lain terjadi sangatlah cepat
(Hayyuza, 2006).
Jenis risiko dapat diketahui oleh perusahaan dengan mengukur terlebih
dahulu eksposur yang dapat dialam i perusahaan. Eksposur adalah objek yang
rentan terhadap risiko dan berdampak pada kinerja perusahaan apabila risiko yang
diprediksikan benar-benar terjadi. Eksposur yang paling umum berkaitan dengan
ukuran keuangan, misalnya harga saham, laba, pertumbuhan penjualan dan
sebagainya (Putro, 2012).
Ada beberapa cara untuk menghadapi risiko nilai tukar, seperti lindung
nilai pendanaan internasional serta lindung nilai mata uang asing melalui kontrak
forward, kontrak berjangka (future contract), opsi mata uang, dan swap mata
uang. Tetapi tidak semua perusahaan yang terpengaruh risiko fluktuasi mata uang
asing melakukan tindakan lindung nilai. (Irawan, 2014)
Hedging dengan instrumen derivatif adalah salah satu strategi untuk
meminimalisir risiko dalam transaksi-transaksi keuangan tertentu. Lindung nilai
atau dalam bahasa Inggris disebut hedge dalam dunia keuangan dapat diartikan
sebagai suatu investasi yang dilakukan khususnya untuk mengurangi atau
meniadakan risiko pada suatu investasi lain. Lindung nilai (hedging) merupakan
strategi yang diciptakan untuk mengurangi timbulnya risiko bisnis yang tidak
terduga, di samping tetap dimungkinkannya memperoleh keuntungan dari invetasi
tersebut (Putro, 2012).
Lindung nilai diperlukan oleh perusahaan, kebanyakan perusahaan
menggunakan lindung nilai karena tidak mempunyai kemampuan atau keahlian
khusus dalam memprediksi variabel-variabel seperti tingkat bunga, kurs valas, dan
harga komoditas. Dengan lindung nilai, perusahaan dapat memfokuskan aktivitas
utamanya sesuai dengan kemampuan dan keahlian khususnya. Aktivitas hedging
dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif, derivatif merupakan kontrak
perjanjian antara dua pihak untuk menjual dan membeli sejumlah barang (baik
komoditas, maupun sekuritas) pada tanggal tertentu di masa yang akan datang
dengan harga yang telah disepakati pada saat ini.
Faktor eksternal yang mempengaruhi aktifitas hedging antara lain BI rate
hedging. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013, juga melakukan aktivitas hedging karena berkaitan dengan adanya aktivitas perusahaan
Manufaktur yang menggunakan mata uang asing dalam transaksi perusahaan
sehingga memiliki risiko valuta asing.
Tabel 1.1
Data rasio keuangan BI rate dan nilai tukar per 3 bulan tahun amatan 2011 - 2013
Tahun BI Rate Nilai Tukar (Rp Terhadap $)
2011 6.50 8,798
2012 5.90 9,444
2013 6.55 10,547
Sumber: data diolah www.bi.go.id (2015)
Tabel 1.1 menunjukkan data acuan pokok untuk melakukan aktivitas
hedging agar dapat menjadikan instrumen di atas sebagai bahan pertimbangan
perusahaan untuk melakukan aktivitas hedging atau tidak melakukan aktivitas
hedging. Untuk mempermudah analisis, berikut disediakan gambar grafik.
Sumber: www.bi.go.id (2015)
Gambar 1.1
Fluktuasi Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia
Pada Gambar 1.1 merupakan grafik fluktuasi nilai tingkat suku bunga
adalah persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga)
dalam suatu periode tertentu.
Pada BI rate seperti yang terlihat dalam grafik menunjukkan angka 6.50%
pada bulan Jan 2011. Pada bulan April 2011 tingkat suku bunga Bank Indonesia
meningkat menjadi 6,75% dan terus menurun sampai Juli 2013 pada angka 6.50%
kembali menunjukan peningkatan di Oktober 2013 sebesar 7.25%.
Jika dilihat dari tingkat penurunan tingkat suku bunga yang terus menurun,
dan tiba-tiba mengalami peningkatan yang cukup tajam meskipun tidak mencapai
titik tertinggi dalam grafik, dari titik terendah membuat beberapa perusahaan
disulitkan akan kondisi tersebut yang berhubungan dengan suku bunga pinjaman
yang berhubungan dengan suku bunga acuan dari Bank Indonesia. Apabila
terdapat perusahaan yang akan melakukan pinjaman pada periode Juli-Oktober
2013, jumlah pinjaman yang akan dikembalikan pun membesar sejumlah
peningkatan tingkat suku bunga Bank Indonesia yang ditetapkan. Selama tahun
2011–2013, nilai tukar rupiah cenderung mengalami depresiasi atau melemah
terhadap nilai US Dollar. Dengan melihat rata-rata pertahun dari periode
2011-2013 BI Rate terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 5.90%. Rata-rata tertinggi
Sumber: www.bi.go.id (2015)
Gambar 1.2
Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar
Pada Gambar 1.2 menunjukkan grafik fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap
Dollar periode 2011-2013, dengan amatan per 3 bulan. Dalam gambar grafik
merupakan harga mata uang Rupiah terhadap satu Dollar Amerika. Fluktuasi nilai
tukar adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang
terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang
masing-masing negara atau wilayah. Jenis risiko fluktuasi kurs nilai tukar
termasuk dalam eksposur valuta asing, eksposur valuta asing akan dialami oleh
perusahaan yang melakukan pembayaran dan/atau menerima pendapatan dalam
valuta asing (Putro, 2012).
Dari periode Januari 2011 sampai dengan Oktober 2011 mata uang Rupiah
mengalami apresiasi terhadap Dollar tetapi tidak terlalu signifikan, dengan nilai
pada bulan Januari 2011 senilai Rp.9,082/$ menjadi Rp 8,940/$. Pada periode
bulan Oktober 2013, mata uang rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar atau
Juli 2013 senilai Rp 10,124/$ menjadi Rp 11,420/$ yaitu terdapat kenaikan
sebesar Rp 1,296/$. Apabila terdapat perusahaan dengan mengadakan perjanjian
pada bulan Juli sebagai periode jatuh tempo, perusahaan tersebut akan membayar
lebih mahal sebesar Rp 1,296/$ dari jumlah transaksi yang seharusnya. Namun
tidak demikian bila perusahaan tersebut menggunakan salah satu instrumen
derivatif sebagai aktivitas hedging untuk menutupi kerugian yang akan timbul dari
risiko depresiasinya nilai mata uang rupiah.
Pihak swasta pada umumnya lebih mengandalkan instrumen derivatif
forward pilihan ini tidak sekedar memenuhi kebutuhan valuta asing, tetapi juga
menjadi sarana lindung nilai (hedging) ditengah fluktuasi mata uang. Hedging
bagi perusahaan yang punya tanggungan dalam bentuk mata uang asing. Misalkan
utang perusahaan, hedging menjadi alat yang membantu dari risiko kerugian
terkait nilai tukar mata uang.
Tabel 1.2
Tiga Perusahaan Sektor Aneka Industri yang Melakukan Hedging 2011-2013
Sumber: Laporan Keuangan
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dari tahun 2011-2013
yaitu Rp.8,798 di tahun 2011, Rp.9,444 di tahun 2012 dan sebesar Rp 10,547 di
tahun 2013 membuat nilai hutang perusahaan terus membengkak dan perusahaan
No. Nama Perusahaan Tahun Total Aset (Rp) 1. Astra Internasinal 2011 154,319M 78,481M 66,064M 21,077M
2012 182,274M 92,460M 75,799M 22,742M 2013 213,994M 107,806M 25,863M 22,297M 2. Astra Otopart 2011 6,964,227M 2,241,333M 2,564,455M 1,101,583M
2012 8,881,642M 3,396,543M 5,029,517M 1,135,914M 2013 12,617,678M 3,058,924M 3,205,631M 1,058,015M 3. Primarindo Asia
Infrastructure
kehilangan kemampuan untuk membayar. Untuk itu perusahaan-perusahaan yang
melakukan transaksi dengan pihak asing disarankan melakukan hedging untuk
mengurangi risiko nilai tukar.
Risiko nilai tukar dengan lindung nilai masih menjadi permasalahan yang
timbul. Sebagian perusahaan masih berpendapat bahwa hedging dalam valuta
asing tidak meningkatkan nilai perusahaan dan fluktuasi nilai tukar memiliki
kontribusi yang kecil bagi keseluruhan total risiko perusahaan (Sadalia, 2003:9).
Demikian yang terjadi pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri
yang melakukan hedging di tahun 2011-2013 memiliki total hutang yang
meningkat mengikuti fluktuasi nilai tukar, bahkan laba perusahaan Primarindo
Asia Infrastructure pada tahun 2012 mengalami kerugian sebesar
Rp.16,149,760,144 dan terus mengalami peningkatan pada total hutang yang
seharusnya risiko kerugian bisa dihindari bila melakukan hedging, sesuai dengan
fungsinya hedging yaitu strategi untuk meminimalisir, mengurangi, dan
meniadakan risiko, tetapi perusahaan Primarindo Asia Infrastructure mengalami
risiko kerugian.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka judul yang diambil dalam penelitian ini yaitu “Faktor yang mempengaruhi penggunaan instrumen derivatif
sebagai pengambilan keputusan hedging (Studi kasus pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011 -2013)”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam
(growth opportunity), tingkat likuiditas (liquidity), ukuran perusahaan (firm size), dan leverage terhadap keputusan hedging”.
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan (growth opportunity), tingkat
likuiditas (liquidity), ukuran perusahaan (firm size), dan leverage terhadap
penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan keputusan hedging.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan:
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan para perusahaan
untuk mengambil langkah yang strategis dalam pengambilan keputusan
untuk melindungi nilai investasi yang sudah dikeluarkan.
2. Bagi Investor:
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menjadi
salah satu masukan dalam pengambilan keputusan aktivitas hedging
dengan derivatif valuta asing.
3. Bagi Akademisi:
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang baik
dalam mengembangkan penelitian selanjutnya dan menjadi pedoman
untuk memperluas wawasan ilmu terutama dalam bidang Manajemen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko
Risiko adalah adanya kemungkinan kinerja suatu perusahaan akan lebih
rendah daripada yang diperkirakan sebelumnya karena eksposur terhadap
beberapa kondisi tertentu atau tingkat ketidakpastian laba dari perusahaan dimasa
mendatang (Madura, 2007:348).
Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan
harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas
kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. Menurut Kasidi
(2010:4) manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional ditujukan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi.
Tahap-tahap yang dilalui oleh perusahaan dalam mengimplementasikan manajemen
risiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan
dialami oleh perusahaan, setelah mengidentifikasi maka dilakukan evaluasi atas
masing-masing risiko ditinjau dari nilai risiko dan frekuensinya. Tahap terakhir
adalah pengendalian risiko. Dalam tahap pengendalian risiko dibedakan menjadi 2
yakni pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan
pengendalian financial (risiko ditahan, risiko ditransfer).
2.1.2 Jenis–Jenis Eksposur Valuta asing
Eksposur valuta asing adalah sebuah ukuran terhadap potensi perubahan
perubahan kurs. Eksposur valuta asing dialami oleh perusahaan yang melakukan
pembayaran atau menerima pendapatan dalam valuta asing (Putro, 2012).
Eksposur valuta asing timbul karena kurs valuta asing selalu berubah.
Transaksi valas dapat terjadi di spot market dan forward market. Spot market
meliputi pembelian dan penjualan valas yang sangat segera dilaksanakan.
Transaksi valas merupakan transaksi dimana dua pihak setuju untuk menukarkan
valuta yang satu dengan valuta yang lain pada kurs tertentu. Pasar valas
mempunyai pasar retail dan pasar wholesale. Eksposur valas secara konvensional
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Eksposur translasi atau eksposur akuntansi
2. Eksposur transaksi
3. Eksposur ekonomi atau eksposur operasi
2.1.2.1 Eksposur Translasi
Eksposur translasi diartikan sebagai risiko perubahan/fluktuasi kurs valas
terhadap consolidated financial statement perusahaan. Besar kecilnya pengaruh
translation/accounting exposure ini terhadap perusahaan internasional atau MNC
tergantung dari beberapa faktor (Hady, 2001:99).
Eksposur translasi ini berhubungan dengan arus kas perusahaan. maka
semakin besar risiko dari eksposur translasi akan mengakibatkan tingkat likuiditas
perusahaan akan meningkat dan perusahaan perlu untuk melakukan lindung nilai
2.1.2.2 Eksposure Transaksi
Eksposur transaksi mengukur perubahan pada nilai transaksi karena terdapat
perbedaan antara kurs valuta asing pada saat transaksi disepakati dan saat
transaksi diselesaikan/dipenuhi. Nilai aliran kas masuk perusahaan yang diterima
dalam berbagai denominasi mata uang asing akan ditentukan oleh kurs valuta
asing, pada saat penerimaan dikonversikan ke mata uang yang dikehendaki.
Eksposur transaksi dapat dilakukan dengan melakukan kontrak hedging valuta
asing atau menempuh strategi operasi tertentu (Putro, 2012).
Eksposur transaksi akan mempengaruhi aliran kas jangka pendek perusahaan.
Eksposur transaksi berkaitan dengan sensitifitas arus kas kontraktual perusahaan
yang dinyatakan dalam valas terhadap perubahan kurs yang diukur dalam valuta
domestic perusahaan tersebut. Eksposur transaksi antara lain disebabkan oleh
beberapa hal:
1. Pembelian atau penjualan barang atau jasa secara kredit, dimana harga
dinyatakan dalam mata uang asing.
2. Pinjam meminjam dana yang pelunasannya dinyatakan dalam mata uang
asing.
Kontrak hedging valuta asing bisa dilakukan di pasar forward, pasar future,
pasar uang, dan pasar opsi. Selain itu upaya hedging juga dapat ditempuh dengan
mengadakan kesepakatan swap. Kesepakatan swap yang sering digunakan adalah
back-to-back loans, currency swap, dan credit swap.
Swap valuta asing merupakan perjanjian antara dua pihak untuk menukar
ditentukan sebelumnya. Swap juga sering digunakan untuk akan mata uang asing
seperti juga pada tingkat bunga. Swap tingkat bunga dan mata uang asing dapat
juga digunakan secara bersamaan dalam satu kontrak (Sherlita, 2006).
2.1.2.3 Eksposur Operasi/Ekonomi
Eksposur operasi ialah suatu eksposur yang timbul akibat perusahaan
secara langsung atau tidak langusng akan dipengaruhi oleh perubahan kurs mata
uang. Eksposur ekonomi/operasi menunjukan dampak perubahan nilai kurs
terhadap arus kas perusahaan yang akan datang yang merupakan pencerminan
nilai perusahaan yang dapat di lihat juga indikator bagus atau tidaknya kinerja
nilai arus kas perusahaan itu dari pergerakan nilai sahamnya (Setiadi, 2010).
Setiap perubahan atau fluktuasi kurs valas tentu akan berpengaruh
terhadap penerimaan atau revenues dan pengeluaran atau cost perusahaan.
Pengaruh perubahan/fluktuasi kurs valas ini akan tercermin pada income
statement atau laporan laba rugi suatu perusahaan (Hady, 2001:97).
2.1.3 Pengertian Hedging
Menurut (Kasadi 2010:129) Hedging merupakam usaha untuk
menghindarkan atau mengurangi risiko-risiko kerugian dalam
penukaran-penukaran atau dalam pembayaran valuta-valuta yang berbeda. Hedging
dirancang untuk melindungi perusahaan terhadap realisasi pergerakan harga,
tingkat bunga dan pertukaran mata uang asing yang arahnya berlawanan dengan
yang diharapkan oleh manajemen perusahaan. Perusahaan harus lebih canggih
dalam mengenali risiko keuangan yang dihasilkan oleh kegiatan operasional
Hal ini tergantung pada pengetahuan perusahaan, pendekatan menejemen serta
pesaing mereka. Perangkat hedging yang paling sering digunakan adalah forward,
future, swap (mata uang, tingkat bunga, kombinasi mata uang dan tingkat bunga),
komitmen dan option (Sherlita, 2006).
Perjanijian hedging terhadap transaksi dengan valuta asing merupakan
perjanjian yang dibuat oleh perusahaan dengan membuat kontrak untuk membeli
dan menjual aset dan akan diberikan pada masa yang akan datang. Tidak ada
masalah yang timbul selagi transaksi yang terjadi didenominasi dalam mata uang
domestik, tetapi transaksi tersebut didenominasi dalam mata uang asing maka
akan timbul problem antara lain:
1. Nilai yang digunakan untuk mencatat transaksi tersebut.
2. Pencatatan saldo valuta asing pada tanggal sesudah neraca
3. Perlakuan terhadap gain dan loss dari valuta asing tersebut.
4. Pencatatan terhadap hutang dan piutang yang menggunakan valuta
asing pada tanggal jatuh tempo.
2.1.3.1 Hedging dengan Instrumen Derivatif
Suatu transaksi derivative dengsn tujuan/motif sebagai saah satu cara untuk
menghilangkan risiko dengan cara lindung nilai (hedging), yang merupakan salah
satu model risk management. Akan tetapi, dalam perkembangannya sarana
hedging, dapat juga dipakai justru sebagai sarana spekulasi (Fuady, 2008:380).
Instrumen derivatif dapat dikelompokkan menjadi opsi, forward, futures, dan
swap, dengan bahan dasar instrumen derivatif adalah saham, suku bunga, obligasi,
1. Forward Contract
Kontrak forward, merupakan teknik untuk mengeliminasi risiko
harga atas transasksi dimasa depan dengan menetapkan harga transasksi
didepan. Satu mekanisme transaksi pada kontak ini adalah long position
(setuju membeli) dan short position (setuju untuk menjual) suatu aset pada
hari dan harga tertentu (Sherita, 2007).
Transaksi forward terjadi antara dua pihak yang meliputi mata
uang dua Negara yang berbeda berdasarkan suatu nilai tukar tertentu,
dengan waktu transaksi yang melebihi dua hari kerja atau mempunyai
waktu jatuh tempo transaksi yang lebih panjang dibandingkan transaksi
yang diakukan di pasar spot (Ming, 2001:23).
Tujuan dari kontrak ini adalah untuk melindungi kedua belah
pihak dari fluktuasi nilai aset yang mungkin terjadi selama kurun waktu
tertentu, yaitu sejak kontrak ditandatangani hingga penyerahan atau
pembayaran yang dilakukan.
2. F uture Contract
Future contract merupakan sebuah perjanjian yang standar yang
meminta untuk mengirim sejumlah komoditi pada suatu tanggal tertentu
dimasa yang akan datang. Pada perusahaan multinasional selalu
melakukan transaksi dengan berbagai currency karena adanya kegiatan
ekspor dan impor (Lubis, 1999:32).
Kontrak future adalah kontrak forward yang sudah
yang terorganisasi secara resmi dan transaksi yang dilakukan dalam bursa
tersebut diatur berdasarkan suatu regulasi atau peraturan tertentu
(Ming 2001:23). Pihak yang menangung counterparty risk diantara kedua
belah pihak antara pembeli dan penjual disebut dengan exchange
clearinghouse. Dengan alasan kontrak future telah tercatat di bursa
perdagangan secara harian (market to market) maka kontrak future
meminta syarat jaminan tambahan (margin) dari pihak yang berkontak
untuk menanggung satu kerugian pada kontak tersebut (Sherlita, 2007).
Mekanisme future contract pertama kali investor menyetor
sejumlah deposit sebagai initial margin dalam melakukan perdagangan
futures. Kemudian investor akan melakukan kontrak futures dengan memperhatikan aset yang diperdagangkan, ukuran kontrak, price limit dan
position limits (Irawan, 2012).
3. Option
Terdapat dua pihak untuk setiap kontrak opsi, pihak pertama ialah
investor yang mempunyai hak untuk membeli (mempunyai posisi long),
sedangkan pihak yang lain adalah investor yang mempunyai hak untuk
menjual (mempunyai posisi short). Pembuat opsi (option maker, writer
option) berhak untuk menerima harga yang dibayar uuntuk puts atau calls
(dikurangi biaya komisi kecil) (Judokusumo, 2007:119).
Kontrak opsi memberikan pada pihak lain untuk membeli (call)
atau menjual (put) sejumlah hak yang khusus pada harga yang pasti
bersifat lebih fleksibel dibandingkan dengan kontak forward yang
mengharuskan untuk melaksanakan (exercised) pada saat jatuh tempo
bahkan pada saat transaksi bersifat tidak menguntungkan sekalipun
(Sherlita, 2006).
4. Swaps Contract
Swap adalah salah satu instrument yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko terhadap perubahan valuta asing. Pengurangan risiko
tersebut dapat dilakukan dengan merubah tangga jatuh tempo dari
kewajiban hutang (financial liabiities) tersebut dan financial assets lainnya
(Lubis, 2001:33).
Menurut Kasidi (2010:134) Swap adalah transaksi pertukaran dua
valuta melalui pembeian dan penjualan saja, tanpa disertai dengan
transaksi lain yang berlawanan diantara pihak-pihak bersangkutan untuk
tanggal berlaku (value date) spot atau forward.
Merupakan kesepakatan antara dua pihak atau perusahaan untuk
saling mempertahankan arus kas di masa tertentu (selama kurun waktu
tertentu) yang akan datang. Kesepakatan ini ditentukan secara spesifik
tanggal pembayaran tunai dan cara menghitung jumlah tunai yang akan
saling dipertukarkan (dibayarkan masing-masing pihak). Biasanya di
dalam perhitungan telah dipertimbangkan nilai yang akan datang, tingkat
bunga, kurs mata uang, dan variabel-variabel lainnya yang relevan. Swap
adalah istilah asing yang maknanya adalah "pertukaran" namun di
transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau penjualan tunai
(spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka yang
dilakukan secara simultan dengan bank yang sama dan pada tingkat premi
atau diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi
dilakukan.
2.1.3.2 Keuntungan dan Kerugian Melakukan Hedging
Penyediaan cadangan untuk menopang kerugian merupakan best practice
dalam manajemen risiko. Sebelum menyediakan cadangan, perusahaan dapat
mengurangi risikonya terlebih dahulu dengan melakukan hedging. Prinsip
hedging adalah menutupi kerugian posisi asset awal dengan keuntungan dari
posisi instrument hedging.
Hedging memberikan beberapa keuntungan ekonomis baik untuk pihak
produsen, pabrikan, eksportir, maupun konsumen (BAPPEBTI, 1997) sebagai
berikut:
1. Hedging merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan risiko
harga apabila terjadi perubahan harga yang tidak sesuai dengan yang
diperkirakan, disebut “risk insrance”.
2. Bagi produsen atau pemilik komoditi, hedging merupakan alat marketing
(a marketing tool). Dengan melakukan hedging, para petani dapat
menentukan harga penjualan produknya, sebelum, selama, dan sesudah
panen melalui pasar berjangka. Mereka dapat menentukan suatu jumlah
penerimaan yang akan diperoleh dikemudian hari dengan menyimpan
3. Bagi pengolah komoditi seperti prosseco atau miller, hedging tersebut
merupakan suatu alat pembelian (a purchasing tools). Melalui pasar
berjangka mereka menentukan harga pembelian bahan baku yang akan
diolah dikemudian hari, sehingga dapat menetapkan biaya produksi dan
akhirnya dapat dengan pasti menetapkan harga jualnya untuk masa yang
akan datang.
4. Dengan adanya hedging pihak kreditor (bank) lebih berani memberikan
kredit kepada produsen atau pemilik komoditi yang telah meng-hedge
komoditinya. Karena dengan melakukan tindakan tersebut, pemilik
komoditi telah memperkecil risiko fluktuasi harga dari komoditi yang akan
dihasilkan atau bahan yang dibeli, sehingga profit yang ditargetkan lebih
pasti dan hal ini merupakan jaminan bank bahwa uang yang diberikan
dapat kembali dan bunganya dapat dibayar. Biasanya bank hanya
menyediakan 50 persen dari modal kerja bagi produk atau persediaan yang
tidak di hedge, sedangkan bagi yang melakukan hedging mendapat kredit
90 persen dari modal kerja.
5. Melalui hedging, konsumen akhir akan dibebankan harga jual yang lebih
rendah dan stabil hal ini dikarenakan baik produsen maupun processeor
mampu memperkecil biaya akibat fluktuasi harga yang merugikan, serta
adanya kesempatan untuk memperbesar operting capital
Selain keuntungan yang diperoleh, hedging juga mempunyai beberapa
1. Risiko basis
Perkembangan harga di pasar fisik kadang-kadang tidak berkorelasi secara
wajar (tidak searah) dengan pasar berjangka, sehingga risiko yang ada
tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
2. Biaya
Dengan melakukan hedging terdapat beban biaya bagi hedger, antara lain,
biaya angkut, biaya bunga bank, biaya gedung, biaya asuransi,
pembayaran margin dan biaya transaksi. Oleh karena itu, hedger harus
mempertimbangkan biaya-biaya tersebut sebelum melakukan hedging.
3. Ketidaksesuaian (incompatible) antara kondisi fisik dan futures
Hal ini terjadi mengingat mutu dan jumlah produk yang di hedge tidak
selalu sama dengan mutu dan jumlah standar kontrak yang
diperdagangkan. Oleh karena itu hedger dituntut agar mampu
menyesuaikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan cara melakukan
hedging yang sesuai dengan volume produksinya.
2.1.4 Pertumbuhan Perusahaan (Growth Opportunity)
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi cenderung akan
menginvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Semakin tinggi tingkat
pertumbuhannya, maka semakin tinggi kebutuhan dana untuk investasi. Untuk itu
perusahaan akan menggunakan laba yang diperoleh untuk membiayai
investasinya, daripada membagikan dividen (Pribadi, 2012).
Growth Opportunity yang tinggi menunjukkan peluang perusahaan untuk
dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut di masa
yang akan datang akan sangat dibutuhkan (Putro,2012).
Proksi pengukuran variabel Growth Opportunity pada penelitian ini adalah
secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
2.1.5 Tingkat Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, baik kewajiban dalam membiayai proses produksi
maupun kewajiban keluar perusahaan. Perusahaan yang mempunyai cukup
kemampuan membayar utang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid.
Perusahaan yang berada dalam keadaan tidak mempunyai kemampuan membayar
utang jangka pendek disebut ilikuid (Sunyoto, 2013:101).
Untuk menilai likuiditas berikut ini penerapan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek suatu perusahaan diproksikan
dengan current ratio karena semua aktiva lancar dikonversikan ke dalam kas,
jadi waktunya lebih lama untuk dicairkan dalam bentuk kas, karena semua
komponen aktiva lancar (Kamaludin dan Indriani, 2011:42).
Current ratio adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka
pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh
tempo. Penggunaan current ratio dalam menganalisis laporan keuangan hanya
mampu member analisa secara kasar, oleh karena itu perlu adanya dukungan
Dengan rumus current ratio adalah :
2.1.6 Ukuran Perusahaan (F irm Size)
Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah
menuju pasar modal untuk meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah,
sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak
kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal (Pribadi, 2012).
Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun
yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Ukuran perusahaan digunakan sebagai
salah satu indikator mengenai seberapa besar perusahaan itu telah berkembang.
Besar kecilnya suatu perusahaan membuat pengambilan keputusannya pun
berbeda-beda.
Ukuran perusahaan (Firm Size) diproksikan melalui:
Firm Size = In Total Assets
Ukuran perusahaan dilihat dari jumlah total asset yang dimilikinya,
semakin besar asset yang dimiliki, semakin hati-hati perusahaan tersebut
melangkahkan suatu kegiatan di perusahaannya. Firm size menjadi salah satu
faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan
investasi (Putro, 2012).
2.1.7 Leverage
Rasio leverage adalah untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana
disediakan pemilik dibandingkan dengan keuangan yang diberikan oleh kreditor.
Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena hutang
mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar
bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir dengan
kebangkrutan perusahaan (Kamaludin dan Indriani, 2011:42).
1. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) adalah ukuran yang dipakai dalam
menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang
tersedia untuk kreditor.
Adapun rumus debt to equity ratio adalah
Total modal sendiri diperoleh dari total asset dikurangi total hutang.
Dalam debt to equity ratio ini yang perlu dipahami bahwa, tidak ada batasan
berapa debt to equity ratio yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk
konservatif biasanya debtto equity ratio yang lewat 66% atau 2/3 sudah dianggap
berisiko (Fahmi, 2014:158).
2. Total Assets to Total Debt Ratio/Debt Ratio
Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun
jangka panjang), sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER)
menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang)
semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan hedging adalah sebagai
berikut:
1. Judge (2002) hasil penelitiannya adalah bahwa perusahaan besar, dengan
aliran kas lebih besar, dengan kemungkinan financial distress lebih besar, dengan aktivitas ekspor-impor, dan perusahaan dengan hutang jangka pendek
lebih banyak menggunakan hedging derivatife. Variabel financial distress
merupakan faktor utama dalam keputusan hedging.
2. Clark dan Judge (2006) hasil penelitiannya adalah terdapat bukti kuat bahwa terdapat hubungan antara keputusan untuk lindung nilai dengan cost of financial distress. Terdapat hubungan negatif antara aktivitas hedging dan kepemilikan pemerintah tetapi faktor pendorong lain aktivitas hedging adalah eksposur valuta asing, tingkat penjualan luar negeri dan hutang asing, serta
tingkat likuiditas.
3. Karol Marek Klimczak (2008) melakukan penelitian dengan judul
Corporate Hedging and Risk Management Theory: Evidence from Polish
Listed Companies ANOVA dan logit regression menemuhan hasil bahwa
variabel DER, EBIT, growth, individual block ownership, dan ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Sementara itu,
pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap hedging.
4. Ameer (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
penggunaan derivatif dan foreign sales, firm growth, managerial
liquidity berhubungan negatif terhadap hedging. Temuan ini menunjukkan bahwa hanya beberapa perusahaan Malaysia yang terdaftar memiliki
pemahaman yang tepat dari instrumen derivatif untuk mengurangi risiko
dalam lingkungan bisnis internasional.
5. Paranita (2011) melakukan penelitian dengan judul kebijakan hedging
dengan derivatif valuta asing pada perusahaan publik di indonesia, dengan
menggunakan metode Logistic Regression. Hasil penelitian diperoleh
bahwa Probabilitas perusahaan menerapkan kebijakan hedging secara
positif dan signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio (Leverage),
Firm size sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan
tetapi tidak signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales
berhubungan negatif dan tidak signifikan terhadap probabilitas penerapan
hedging dengan instrumen derivatif valas.
6. Putro (2012) melakukan penelitian tentang analisis faktor yang
mempengaruhi penggunaan instrumen derivatif sebagai pengambilan
keputusan hedging pada perusahaan automotive and allied products
periode 2006-2010, dengan menggunakan metode regresi logistic
menemukan hasil bahwa Debt Equity Ratio, Growth Opportunity, dan
Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. sedangkan financial
distress negatif dan tidak signifikan, dan liquidity positif tidak signifikan
7. Irawan (2014) hasi peneitiannya adalah menunjukkan hasil uji multivariate
bahwa variabel Leverage (LEV) berpengaruh negatif terhadap hedging
derivative perusahaan. Variabel Firm Size (FS) dan Market to book Value
(MTBV) mempunyai tanda positif dan sama dengan yang diprediksikan.
Variabel Liquidity Ratio (LQ1) dan Current Ratio (LQ2) mempunyai tanda
negatif dan sama dengan yang diprediksikandiprediksikan.
8. Repie (2015) penelitian ini menguji underinvestment hypothesis yang
memprediksi adanya hubungan positif antara growth opportunities dengan
hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel market to book value of equity (MBVE) memiliki pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap aktivitas hedging, sedangkan variabel capital expenditure to book value of assets (CAPBVA) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap aktivitas hedging.
Tabel 2.1
Financial distress merupakan faktor utama dalam hedging. Bukti bahwa perusahaan yang lebih besar, perusahaan dengan aliran kas lebih besar, perusahaan dengan kemungkinan financial distress yang lebih besar, adalah perusahaan yang melakukan aktivitas ekspor – impor dan perusahaan dengan hutang jangka pendeknya lebih banyak, lebih suka menggunakan hedging derivative.
2. Clark
Lanjutan Tabel 2.1
Variabel DER, EBIT, growth, individual block ownership,dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perilaku hedging. Sementara itu, pembayaran pajak berpengaruh negatif terhadap hedging.
regression Terdapat hubungan signifikan antara eksposur penjualan luar negeri, likuiditas, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan. Kesempatan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap hedging. Hanya sedikit perusahaan Malaysia yang memahami manajemen risiko pada bisnis internasional dengan derivatif. Para manajer Malaysia kebanyakan risk averse dan tidak memahami cara memilih posisi dalam pasar derivatif. 5. signifikan berhubungan dengan debt to equity ratio, Firm size sedangkan market-to-book value of equity positif berhubungan tetapi tidak signifikan, Current ratio dan foreign liabilities to total sales berhubungan negatif dan tidak signifikan. Interest coverage ratio berhubungan negative signifikan
Debt Equity Ratio, Growth Opportunity, dan Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif. Sedangkan financial distress negatif dan tidak signifikan, dan Liquidity positif tidak signifikan terhadap keputusan penggunaan hedging dengan instrumen derivatif.
Liquiditiy ratio, Current Ratio
bahwa variabel Leverage (LEV) berpengaruh negatif terhadap hedging derivatif perusahaan pada namun tidak sama dengan yang diprediksikan. Variabel Firm Size (FS) dan Market to book Value (MTBV) mempunyai tanda positif dan sama dengan yang diprediksikan. Variabel Liquidity Ratio (LQ1) dan Current Ratio (LQ2)
Penelitian ini menguji underinvestment hypothesis yang memprediksi adanya hubungan positif antara growth opportunities dengan hedging. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel market to book value of equity (MBVE) memiliki pengaruh positif dan signifikan secara statistic terhadap aktivitas hedging, sedangkan variabel capital expenditure to book value of assets (CAPBVA) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan secara statistik terhadap aktivitas hedging.
Sumber: Berbagai Jurnal
2.3Kerangka Konseptual
Perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai probabilitas untuk tumbuh
dan digemari oleh para calon investor, untuk menjawab kesempatan yang sudah
ditunjukkan, perusahaan membutuhkan tambahan dana, agar perusahaan tersebut
tumbuh. Salah satu cara mendapatkan sumber dana dengan cepat untuk
membiayai tumbuhnya perusahaan adalah memasukkan sumber hutang ke dalam
struktur modal perusahaan (Putro, 2012).
Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang pesat cenderung menggunakan
hutang sebagai sumber pendanaan yang lebih besar dibandingkan perusahaan
kesempatan pertumbuhan yang tinggi akan semakin banyak melakukan aktivitas
hedging dalam usaha untuk melindungi risiko-risiko yang merugikan.
Rasio likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk
segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai,
serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapt diperoleh. Kas merupakan
suatu aktiva yang paing likuid (Kamaludin dan Indriani, 2011:41).
Rasio ini sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk
mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Kewajiban tersebut bersifat jangka pendek. Kewajiban jangka pendek itu seperti,
membayar tagihan listrik, gaji pegawai, atau hutang yang telah jatuh tempo. Rasio
likuiditas jangka pendek perusahaan tersebut dapat diproksikan dengan rasio kas
(cash ratio) dan current ratio. Rasio Kas (Cash Ratio) dan current ratio yang
tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor, yang
mengindikasikan adanya dana menganggur (idle cash) sehingga akan mengurangi
tingkat profitabilitas perusahaan (Irawan, 2014).
Sama halnya dengan Pertumbuhan Perusahaan yang cepat akan
menimbulkan risiko-risiko yang mengganggu aktivitas perusahaan. Ukuran
Perusahaan pun demikian, semakin besar suatu perusahaan, maka aktivitas
perusahaan tidak hanya melibatkan perdagangan dalam negeri, namun juga
menggunakan jalinan bisnis mancanegara. Hubungan bisnis dengan perusahaan
yang berada di luar negeri pun biasanya berkaitan dengan perjanjian dagang,
negara akan menimbulkan eksposur valuta asing dan adanya risiko fluktuasi nilai
tukar mata uang (Putro, 2012).
Salah satu tindakan manajemen risiko yaitu dengan melakukan lindung
nilai (hedging) dengan derivatif. Semakin besar size (ukuran) perusahaan, terdapat
kecenderungan perusahaan tersebut untuk lebih menerapkan kebijakan hedging
(Paranita, 2011).
Untuk menjawab tentang bagaimana perusahaan mendanai aktivanya dan
mengukur sampai sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai utangnya dengan
menggunakan rasio solvabilitas atau leverage. Suatu perusahaan dikatakan solvable
apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya.
Rasio hutang yang tinggi/ekuitas berarti bahwa perusahaan telah agresif
dalam pembiayaan pertumbuhan dengan utang. Jika banyak utang digunakan
untuk membiayai peningkatan operasi (high debt to equity), perusahaan berpotensi
menghasilkan pendapatan lebih tanpa pendanaan dari luar.
Penggunaan hutang diyakini mampu mengungkit kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ketersediaan dana tersebut mampu
menjalankan perusahaan untuk berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan
operasional, ekspansi usaha, dan lain-lain. Karena terpenuhinya dana tersebut,
maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun
semakin tinggi proporsi tingkat hutang terhadap modal sendiri, maka akan
berpengaruh terhadap besaran risiko yang semakin besar. Semakin tinggi rasio
hutang terhadap modal sendiri atau debt to equity ratio yang ditanggung
mengurangi dampak buruk risiko tersebut, sehingga semakin besar tingkat debt to
equity ratio yang diterima perusahaan, semakin besar peluang perusahaan untuk
mengambil keputusan hedging (Putro, 2012).
Berdasarkan telaah pustaka yang sudah dikemukakan penelitian ini
menggunakan variabel independen, yaitu growth opportunity, liquidity, firm size, dan
leverage sementara itu, variabel dependen yaitu hedging. Maka dapat disusun kerangka pemikiran teoritis pada gambar 2.1 sebagai berikut:
Sumber:Kamauludin dan Indriani (2011); Paranita (2011); Putro (2012); Irawan (2014)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara atas penelitian yang akan dilakukan
penguji. Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah “Growth Opportunity, Liquidity, Firm Size, dan Leverage berpengaruh signifikan
terhadap keputusan hedging”. Growth Opportunity (X1)
Likuiditas (X2)
Firm Size (X3)
Leverage (X4)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausalitas. Penelitian asosiatif
kausalitas adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan yang signifikan antara growth opportunity, liquidity, firm size,
dan leverage.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian diakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan
situs: www.idx.co.id, dan finance.yahoo.com. Waktu penelitian ini dimulai bulan
April 2015 sampai Juni 2015.
3.3Batasan Operasional
Batasan Operasional pada penelitian ini terbatas pada:
1. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Derivatif hedging
2. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah yaitu Growth
Opportunity, Liquidity, Firm Size, Leverage.
3. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode antara
3.4 Definisi Operasional
Berikut adalah variabel yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut
:
3.4.1 Hedging (Y)
Menurut Lubis (1999) hedging adalah strategi trading untuk "membatasi"
atau "melindungi" dana trader dari fluktuasi nilai tukar mata uang yang tidak
menguntungkan. Untuk perusahaan yang mempunyai receivable dan payable atau
faktur penjualan dan pembelian dalam valas yang sama, hedging cukup dilakukan
atas selisihnya saja.
Penelitian ini melihat laporan keuangan tahunan konsolidasi perusahaan,
apabila perusahaan menggunakan instrumen derivatif sebagai aktivitas hedging,
diberi angka 1 sebagai kategori bahwa perusahaan melakukan aktivitas hedging,
dan diberi angka 0 apabila perusahaan tidak melakukan penggunaan instrumen
derivatif sebagai aktivitas hedging.
3.4.2 Pertumbuhan Perusahaan (Growth) (X1)
Kesempatan pertumbuhan perusahaan yang tinggi menunjukkan nilai pasar
yang semakin baik di antara perusahaan lainnya. Nilai dari proksi kesempatan
pertumbuhan perusahaan yang semakin besar membuat perusahaan lebih banyak
menggunakan hutang sebagai sumber dana. Pertumbuhan Perusahaan adalah
perbandingan antara MVE (market value of equity) dan BVE (book value of
3.4.3 Tingkat Likuiditas (Liquidity) (X2)
Likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Perusahaan yang mampu
memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan
tersebut dalam keadaan likuid
3.4.4 Ukuran Perusahaan (F irm Size) (X3)
Firm size adalah rasio yang menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang ditunjukkan oeh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tota
aktiva. Daam penelitian ini ukuran perusahaan diukur menggunakan rumus:
Firm size = In Total Assets
3.4.5 Leverage (X4)
Rasio leverage adalah untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana
perusahaan mendanai aktivanya. Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar. Leverage dapat
dihitung menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) dengan rumus:
Identifikasi variabel dan definisi operasional secara terperinci disajikan
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang,
objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau
menjadi objek penelitian. Dan sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit
populasi (Kuncoro, 2009:118).
Target populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 112 perusahaan dengan rentang
waktu periode 2011-2013. Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode tahun 2011–2013.
2. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dan data lengkap yang
dibutuhkan dalam penelitian periode tahun 2011 – 2013.
No .
Variabel Defenisi Pengukuran Skala
1. Aktivitas
5 Leverage Untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah dalam
laporan keuangan periode tahun 2011 – 2013.
Berdasarkan pada kriteria, daftar perusahaan yang memenuhi kriteria dapat
dilihat pada Tabel 3.2:
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan Sampel
NO PERUSAHAAN KODE KETERANGAN HEDG TAHUN
1. Astra International ASII Melakukan hedging 1 2011-2013 2. Astra Otopart AUTO Melakukan hedging 1 2011-2012 3. Primarindo Asia Infrastructure Tbk BIMA Melakukan hedging 1 2011-2013 4. Gajah Tunggal GJTL Tidak melakukan hedging 0 - 5. Indomobil Sukses International IMAS Melakukan hedging 1 2011-2013 6. KMI Wire and Cable Tbk KBLI Tidak melakukan hedging 0 - 7. Kabelindo Murni Tbk KBLM Tidak melakukan hedging 0 - 8. Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN Tidak melakukan hedging 0 - 9. Multistrada Arah Sarana Tbk MASA Tidak melakukan hedging 0 - 10. Nippres Tbk NIPS Tidak melakukan hedging 0 - 11. Prima Alloy Steel Universal Tbk PRAS Tidak melakukan hedging 0 - 12. Sat Nusa persada Tbk PTSN Tidak melakukan hedging 0 - 13. Ricky Putra Globalindo Tbk RICY Tidak melakukan hedging 0 - 14. Supreme Cable Manufacturing Tbk SCCO Tidak melakukan hedging 0 - 15. Selamat Sempurna SMSM Melakukan hedging 1 2011-2013 16. Voksel Electric Tbk VOKS Melakukan hedging 1 2011-2013 17 Indocement Tunggal INTP Melakukan hedging 1 2013 18. Holcim Indonesia Tbk SMCB Melakukan hedging 1 2011-2013 19. Asahimas Flat Glass Tbk AMFG Tidak melakukan hedging 0 - 20. Arwana Citra Mulia Tbk ARNA Tidak melakukan hedging 0 - 21. Inti Keramik Alam Asri Industri
Tbk
Lanjutan Tabel 3.2 39. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR Tidak melakukan hedging 0 - 40. Sekawan Intipratama Tbk SIAP Tidak melakukan hedging 0 - 50. Mustika Ratu MRAT Melakukan hedging 1 2011-2013 51. Mayora Indah Tbk MYOR Melakukan hedging 1 2011-2013 52. Mandom Indonesia TCID Tidak melakukan hedging 0 - 53. Ultrajaya ULTJ Tidak melakukan hedging 0 - 54. Unilever Indonesia UNVR Tidak melakukan hedging 0 -
Sumber : data diolah, Laporan Keuangan dan Catatan atas Laporan Keuangan
3.6 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
berisi data variabel independen dan dependen yang dilakukan oleh perusahaan
sektor aneka industri yang terdaftar di BEI selama tahun 2011-2013. Data
penelitian diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id,
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan laporan keuangan tahunan dari
masing-masing perusahaan yang diteliti.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode studi dokumentasi, dimana peneliti