• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I Bukit Barisan Medan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja

2.1.1. Pengertian Kinerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kinerja adalah sesuatu yang dicapai

(Suharso dan Retnoningsih, 2009).

Menurut Ilyas (2012) kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik

kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan

penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak

terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktur, tetapi

juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi.

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi

(Mahsun, 2006).

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel dalam suatu organisasi.

Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel.

Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan

fungsional maupun structural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di

(2)

Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam

suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, tidak

melanggar hokum, aturan serta moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat

memberikan kepuasan pada pengguna jasa (Yacobales, 1997).

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung-jawab dalam

rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan sacara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono, 1999). Kinerja karyawan

lebih mengarah pada tingkatan prestasi kerja karyawan. Kinerja karyawan

merefleksikan bagaimana karyawan memenuhi keperluan pekerjaan dengan baik.

Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional

performance) atau kinerja perusahaan (corporate performance) terdapat hubungan

yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan (individual performance) baik

maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate performance) juga baik.

Kinerja seorang karyawan akan baik bila ia mempunyai keahlian (skill) yang tinggi,

bersedia bekerja karena gaji atau diberi upah sesuai dengan perjanjian dan

mempunyai harapan (expectation) masa depan lebih baik (Prawirosentono, 1999).

Pekerjaan hampir selalu memiliki lebih dari satu kriteria pekerjaan atau

dimensi. Kriteria pekerjaan adalah faktor yang terpenting dari yang dilakukan orang

di pekerjaannya. Dalam arti, kriteria pekerjaan menjelaskan apa yang dilakukan orang

(3)

pekerjaan haruslah diukur, dibandingkan dengan standar yang ada, dan hasilnya

dikomunikasikan pada setiap karyawan (Mathis dan Jackson, 2002).

Menurut Nawawi (1997) kinerja adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan

baik bersifat fisik (material) maupun non-fisik (non-material) dalam suatu tenggang

waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja adalah

prestasi kerja karena diartikan sebagai hasil pelaksanaan pekerjaan dalam periode

tertentu merupakan prestasi yang dicapai oleh karyawan terhadap target atau sasaran

yang telah ditentukan dengan berbagai persyaratannya, yang dibebankan kepada

karyawan tersebut, dan untuk mengetahui prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh

karyawan tersebut, tentunya harus dilaksanakan penilaian kinerja, yaitu dengan

membandingkan kinerja aktual dengan standar-standar yang telah ditetapkan.

Menurut Guilbert (dalam Hasibuan 2001) kinerja adalah sesuatu yang dapat

dikerjakan seseorang sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya yang dipengaruhi

oleh sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Mangkunegara (2005) kinerja

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya, dan merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang

dapat dinilai dari hasil kerjanya.

Menurut Notoatmojo (2000) mengemukakan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja yang disingkat menjadi “Achveve” yang artinya Ability

(kemampuan pembawaan), Capacity (kemampuan yang dapat dikembangkan), Help

(4)

non-material), Environment (lingkungan tempat kerja karyawan), Validity (pedoman/petunjuk uraian kerja) dan Evaluation (Adanya umpan balik hasil kerja)

Kinerja dihasilkan oleh adanya 3 (tiga) hal, yaitu :

a. Kemampuan (ability) dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk berprestasi

(capacity to perform).

b. Kemampuan, semangat, hasrat atau motivasi dalam wujudnya sebagai kesediaan

untuk berprestasi (willingness to perform).

c. Kesempatan untuk berprestasi (opportunity to perform)

Kinerja sebagai hasil kerja (output) yang berasal dari adanya perilaku kerja

serta lingkungan kerja tertentu yang kondusif. Dalam menentukan faktor penilaian

individu pegawai, maka lingkungan kerja sebagai kesempatan untuk berprestasi yang

dapat dipengaruhi oleh adanya peralatan kerja, bahan, lingkungan fiskal kerja,

perilaku kerja pegawai yang lain, pola kepemimpinan, kebijakan organisasi,

informasi serta penghasilan secara keseluruhan akan dianggap konstan karena bersifat

pemberian, berasal dari luar diri pegawai dan bukan merupakan perilaku pegawai.

Menurut Ilyas (2012) deskriptif dari kinerja menyangkut 3 komponen penting

yaitu: tujuan, ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi

merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah

dan memengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kinerja yang diharapkan organisasi

terhadap setiap personel. Walaupun demikian, penentuantujuan saja tidaklah cukup,

sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seseorang personel telah mencapai kinerja yang

(5)

secara reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap

personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap

tujuan dan perilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai.

Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu

organisasi melalui instrument penelitian kinerja. Pada hakikatnya, penelitian kinerja

merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan

membandingkan dengan standart baku penampilan. Kegiatan penilaian kinerja ini

membantu pengambilan keputusan bagian personalia dan memberikan umpan balik

kepada para personel tentang pelaksanaan kerja mereka (Ilyas, 2012).

Menurut Ilyas (2012) penilaian kinerja mencakup faktor-faktor antara lain:

a. Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan memiliki perilaku yang

ditentukan oleh sistem pekerjaan.

b. Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seseorang personel

dibandingkan, dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personel

tersebut.

c. Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personel mengatasi

kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan

kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.

Penilaian kinerja biasanya dilaksanakan sekali setahun. Cara penilaian adalah

dengan membandingkan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan itu dengan uraian

pekerjaan atau dengan pekerjaan sejenis lainnya yang telah dilaksanakan oleh

(6)

Tujuan penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama yaitu:

a. Penilaian kemampuan personel

Merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personel secara

individual, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektivitas

manajemen sumber daya manusia.

b. Pengembangan personel

Menurut Ilyas (2012) sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk

pengembangan personel seperti: promosi, motivasi, rotasi, terminasi dan penyesuaian

kompensasi. Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan antara lain untuk:

1. Mengenali sumber daya manusia yang perlu dilakukan pembinaan.

2. Menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi.

3. Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan.

4. Bahan perencanaan manajemen program sumber daya manusia masa datang.

5. Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personel.

2.1.2. Model Teori Kinerja

Menurut Ilyas (2012) untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi

kinerja personal dilakukan terhadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis ada tiga

kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kinerja dan kerja yaitu:

a. Variabel individu, dikelompokkan pada sub variabel kemampuan, latar belakang

dan geografis. Sub variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor

utama yang memengaruhi perilaku dan kinerja. Sedangkan variabel geografis

(7)

b. Variabel psikologis, terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, keperibadian belajar

dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial,

pengalaman kerja sebelumnya dan variabel geografis. Variabel psikologis

merupakan variabel yang komplek dan sulit diukur dan sukar mencapai

kesepakatan karena seseorang individu masuk dan bergabung dalam organisasi

kerja pada usia, etnis, latar belakang dan keterampilan berbeda satu dengan

lainnya.

c. Variabel organisasi, berefek tidak langsung terhadap perilaku kinerja individu

yang digolongkan dalam sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan,

struktur dan desain pekerjaan. Sub variabel imbalan berpengaruh untuk

meningkatkan motivasi kerja yang pada akhirnya secara langsung akan

meningkatkan kinerja individu.

Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi perilaku kerja yang pada

akhirnya berpengaruh pada kerja personal. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja

adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk

mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.

Bekerja merupakan kegiatan manusia untuk mengubah keadaan tertentu dari

satu alam lingkungan. Perubahan itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup,

mempertahanka hidup dan memelihara hidup yang pada dasarnya semuanya untuk

memenuhi tujuan hidup. Tujuan hidup melalui bekerja meliputi tujuan yang khusus

dan pengelompokkan kerja yang menimbulkan rasa berprestasi dalam individu

(8)

material tetapi juga bersifat nonmaterial seperti kebanggaan dan kepuasan kerja.

Didalam proses pencapaian kebutuhan yang diinginkan tiap individu cenderung akan

dihadapkan pada hal-hal baru yang mungkin tidak diduga sebelumnya sehingga

melalui bekerja dan pertumbuhan pengalaman, seseorang akan memperoleh kemajuan

dalam hidupnya. Dalam proses bekerja itulah seseorang dapat dilihat bagaimana hasil

kerja atau disebut juga kinerjanya.

Menurut Ruky (2004) elemen-elemen kinerja yang menjadi ruang lingkup

manajemen kinerja adalah:

1. Teknologi (peralatan dan metode kerja) yang digunakan.

2. Kualitas dari input (termasuk material)

3. Kualitas lingkungan fisik (keselamatan dan kesehatan kerja)

4. Lay out tempat kerja dan kebersihan

5. Iklim dan budaya organisasi (termasuk supervise dan kepemimpinan)

6. Sistem kompensasi dan imbalan

2.1.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Menurut Ilyas (2012) faktor-faktor yang Memengaruhi kinerja antara lain

yaitu:

a. Karakteristik pribadi

Karakteristik pribadi yaitu umur, sex, pengalaman, orientasi medico sosial dan

(9)

b. Motivasi

Motivasi dapat juga didefinisikan sebagai kesiapan khusus seseorang untuk

melakukan atau melanjutkan serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai

beberapa sasaran yang telah ditetapkan. Motivasi kerja adalah sesuatu hal yang

berasal dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk

bekerja keras.

Menurut Molan (2002) motivasi adalah dorongan dari dalam yang

menyebabkan orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Kebutuhan

menimbulkan dorongan yang pada gilirannya menimbulkan perilalu tertentu. Dengan

demikian maka motivasi di dalam diri pegawai merupakan faktor pendorong yang

sangat penting bagi tercapainya peningkatan kinerja pegawai tersenut.

c. Pendapatan dan gaji

Evaluasi kinerja sering digunakan sebagai alat untuk menentukan penyesuaian

gaji dan juga untuk memperbaiki kinerja personel.

d. Keluarga

Pengaruh tanggung jawab keluarga berbeda antara pria dan wanita. Pria

dengan beban keluarga yang tinggi berhubungan dengan peningkatan jam kerja yang

lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang beban keluarganya rendah.

Sebaliknya efek yang berlawanan terjadi pada wanita karena beban keluarga

yang tinggi akan mengurangi jam kerja perminggu, sedangkan beban keluarga yang

(10)

e. Organisasi

Bila terjadi kesenjangan antara apa yang sedang dikerjakan personel perlu

dilakukan observasi terhadap penyebab kinerja yang sub obtimal tersebut. Untuk

memberikan kesempatan kepada personel bekerja.

f. Supervisi

Supervisi adalah proses yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi

secara positif agar tujuan organisasi tercapai. Kemampuan penyelia (suvervisior)

untuk secara efektif mempekerjakan personel agar mencapai tujuan departemen

adalah penting bagi kesuksesan supervisior.

g. Pengembangan karier

Penilaian kinerja seharusnya merupakan pangalaman positif yang memberikan

motivasi dan pengembangan personel. Penilaian personel harus mengidentifikasi

tujuan utama mereka yang dapat dicapai dan memperhatikan juga kebutuhan personel

untuk tumbuh kembang secara personel.

Suyanto (2008) menyatakan ada beberapa tekhnik untuk memotivasi bawahan

yaitu:

1. Bersikap baik (the be good approach) dengan cara menciptakan kondisi kerja

yang baik seperti tunjangan, gaji dan bonus yang tinggi.

2. Menggunakan kekerasan (the strong approach) yaitu pemimpin memberikan

(11)

3. Perundingan implicit (implicit bergaining) melalui perundingan antara bawahan

dan atasan terhadap hasil kerja yang dicapai sesuai dengan imbalan yang akan

diberikan.

4. Kompetisi (competition) yaitu diberikan kesempatan pada seseorang untuk

melakukan pekerjaannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.

5. Internalisasi (internalized motivation) yaitu pertimbangan terhadap keterampilan,

kebebasan, perhatian dan percaya diri yang dimiliki.

Menurut Handoko (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi kinerja karyawan adalah motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress,

kondisi fisik pekerjaan, sistem kompetisi, desain pekerjaan dan aspek ekonomi.

Ditambah lagi supervise dan kapasitas pekerjaan atau beban kerja juga dapat

memengaruhi kinerja karyawan.

Menurut Suyanto (2008) supervisi merupakan segala bantuan dari pimpinan/

penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat

dan staff lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Selain itu, perawat

pelaksana akan mendapat dorongan positif sehingga mau belajar dan meningkatkan

kinerja perawat. Sedangakan kapasitas pekerjaan adalah frekuensi kegiatan rata-rata

dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Irwandy, 2007 dalam

Wirnata, 2009).

Menurut Mangkunegara (2000), bahwa faktor yang memengaruhi kinerja,

(12)

a. Faktor kemampuan secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu

individu dalam organisasi perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahlihannya.

b. Faktor motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja.

Selain itu karakteristik perawat juga dapat memengaruhi kinerja. Karakteristik

itu antara lain:

a. Umur

Umur adalah usia perawat yang secara garis besar menjadi indikator dalam

setiap keputusan yang mengacu pada setiap pengalaman, dengan semakin banyaknya

umur maka dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin bertanggung jawan dan

berpengalaman.

b. Pendidikan

Perawat sebagai bagian penting rumah sakit dituntut memberikan perilaku

yang baik dalam rangka membantu pasien mencapai kesembuhan. Pendidikan

seorang perawat yang tinggi akan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

Pengembangan pendidikan formal keperawatan saat ini terutama ditujukan untuk

menumbuhkan serta membina sikap dan tingkah laku professional serta

(13)

c. Masa Kerja

Masa kerja merupakan lama kerja seorang perawat yang bekerja dirumah

sakit dari mulai awal bekerja sampai dengan sorang perawat berhenti bekerja.

2.1.4. Penilaian Kinerja

Menurut Simamora (2004) penilaian kinerja (performance appraisal) adalah

prosesnya organisasi mengevaluasi pelaksanaan kinerja individu. Penilaian kinerja

memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam

menjelaskan tujuan-tujuan dan standar kinerja individu di waktu berikutnya.

Sedangkan menurut Rivai (2005) penilaian kinerja merupakan kajian sistematis

tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan

dengan standar kerja yang telah ditentukan perusahaan. Penilaian kinerja merupakan

proses yang dilakukan perusahaan dalam mngevaluasi kinerja pekerjaan seseorang

meliputi dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas.

Menurut Rivai (2005) pada dasarnya ada 2 (dua) model penilaian kinerja:

1. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Lalu

(a) Skala Peringkat (Rating Scale)

Metode ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan dalam

penilaian prestasi, dimana para penilai diharuskan melakukan suatu penilaian

yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu,

(14)

(b) Daftar Pertanyaan (Checklist)

Metode ini menggunakan formulir isian yang menjelaskan beraneka macam

tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilaian hanya perlu kata atau

pertanyaan yang menggambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan.

Keuntungan dari checklist adalah biaya yang murah, pengurusan mudah,

penilaian hanya membutuhkan pelatihan yang sederhana dan distandarisasi.

(c) Metode dengan Pilihan Terarah

Metode ini dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan mengurangi

subjektivitas dalam penilaian. Salah satu sasaran dasar pendekatan pilihan ini

adalah untuk mengurangi dan menyingkirkan kemungkinan berat sebelah

penilaian dengan memaksa suatu pilihan antara pernyataan-pernytaan

deskriptif yang kelihatannya mempunyai nilai yang sama.

(d) Metode Peristiwa Kritis

Metode ini bermanfaat untuk member karyawan umpan balik yang terkait

langsung dengan pekerjaannya.

(e) Metode Catatan Prestasi

(f) Skala Peringkat dikaitkan dengan Tingkah Laku (Behaviorally Anchored

Rating Scale = BARS)

Penggunaan metode ini menuntut diambilnya 3 (tiga) langkah yaitu:

1) Menentukan skala peringkat penilaian prestasi kerja.

(15)

3) Uraian prestasi kerja sedemikian rupa sehingga kesenderungan perilaku

karyawan yang dinilai dengan jelas.

(g) Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Method)

Disini penilai turun kelapangan bersama-sama dengan ahli dari sumber daya

manusia. Spesialis sumber daya manusia mendpat informasi dari atasan

langsung perihal karyawannya, lalu mengevaluasi berdasarkan informasi

tersebut.

(h) Tes dan Observasi Prestasi Kerja (Performance Test and Observation)

Karyawan dinilai, diuji kemampuannya, baik melalui ujian tertulis yang

menyangkut berbagai hal seperti tingkat pengetahuan tentang prosedur dan

mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati atau melalui ujian

praktik yang langsung diamati oleh penilai.

(i) Pendekatan Evaluasi Komparatif (Comparative Evaluation Approach)

Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang dengan

karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis

2. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Depan

(a) Penilaian Diri sendiri (Self Appraisal)

Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri

dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatan

dan kelemahan dirinya sehingga mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja

(16)

(b) Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management by Objective)

Merupakan suatu bentuk penilaiam dimana karyawan dan penyelia

bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja

karyawan secara individu di waktu yang akan datang.

(c) Penilaian dengan Psikologis

Penilaian ini lazimnya dengan tehnik terdiri atas wawancara, tes psikologi,

diskusi-diskusi dengan penyelia-penyelia.

Sedangkan perlu dirumuskan batasan atau faktor-faktor penilaian kinerja atau

prestasi kinerja atau prestasi kerja sebagai berikut:

1. Performance, keberhasilan atau pencapaian tugas dalam jabatan.

2. Competency, kemahiran atau penguasaan pekerjaan sesuai dengan

tuntutan jabatan

3. Job behavior, ketersediaaan untuk menampilkan perilaku atau mentalitas

yang mendukung peningkatan prestasi kerja.

4. Potency, kemampuan pribadi yang dapat dikembangkan. 2.1.5. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Simamora (2004) tujuan penilaian kinerja digolongkan kedalam

tujuan evaluasi dan tujuan pengembangan.

a. Tujuan Evaluasi

Melalui pendekatan evaluatif dilakukan penilaian kinerja masa lalu seseorang

karyawan. Evaluasi yang digunakan untuk menilai kinerja adalah rating

(17)

keputusan-keputusan mengenai promosi dan kompensasi sebagai penghargaan atas

peningkatan kinerja karyawan.

b. Tujuan Pengembangan

Pendekatan pengembangan diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan di

masa yang akan datang. Aspek pengembangan dari penilaian kinerja mendorong

perbaikan karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.

2.1.6. Manfaat Penilaian Kinerja

Manfaat penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Mulyadi (1997) yaitu:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik karyawan mengenai bagaimana atasan mereka meniai

kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar distribusi penghargaan.

2.2. Pengertian Perawat

Menurut kamus Bahasa Indonesia perawat adalah proses, perbuatan, cara

merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan dan pembelaan orang sakit (Suharso dan

(18)

Menurut Aditama (2010) profesi keperawatan merupakan salah satu profesi

luhur bidang kesehatan. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang

berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan

dirumah sakit.

Menurut Aditama (2010) tenaga keperawatan professional sebagai pelaksana

pelayanan/ asuhan keperawatan dan pelaksana pendidikan keperawatan, baik yang

bersifat umum maupun dengan kekhususan atau memiliki kemampuan khusus dalam

keperawatan.

2.2.1. Standar Asuhan Keperawatan

Beberapa ahli membatasi pengertian standar antara lain :

1. Standar adalah satu pedoman yang dijalankan untuk meningkatkan mutu menjadi

lebih efektif dan efisien.

2. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi yang

dipergunakan sebagai batas penerimaan hasil suatu kegiatan/produk.

3. Standar adalah kisaran yang masih bisa diterima.

4. Standar adalah rumusan penampilan atau nilai yang diinginkan dan yang mampu

dicapai, sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, standar adalah ukuran ideal

yang ingin dicapai, sesuai dengan indikator atau parameter yang telah ditetapkan. Bila

dikaitkan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang rawat inap, maka

pelaksanaan standar berupa pedoman urutan kerja setiap kegiatan pelayanan

(19)

Penentuan suatu standar dibuat tidak terlalu tinggi karena akan sulit untuk

pencapaiannya dan juga tidak terlalu rendah, karena mudah pencapaiannya namun

tidak berkualitas. Jadi standar harus dibuat dalam minimal atau maksimal atau kisaran

yang telah disepakati (Depkes RI, 1996). Adapun Syarat standar adalah :

1. Jelas, artinya dapat diukur dengan akurat, termasuk mengukur berbagai

penyimpangan yang mungkin terjadi.

2. Masuk akal, artinya ditetapkan wajar, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

3. Mudah dimengerti, artinya suatu standar tidak berbelit-belit, sehingga mudah

dimengerti dan dilaksanakan.

4. Derajat dicapai, artinya suatu standar disesuaikan dengan kemampuan, agar dapat

dicapai.

5. Meyakinkan, artinya mewakili persayaratan yang ditetapkan

Terpenuhi atau tidaknya suatu standar dibutuhkan suatu batasan dalam

pencapaiannya. Batasan pencapaian suatu standar disebut indikator. Dalam pelayanan

kesehatan indikator dibedakan menjadi dua macam :

1. Indikator persyaratan minimal artinya terpenuhi tingkat persyaratan minimal

unsur yang terkait dalam unsur masukan, unsur proses dan unsur lingkungan.

2. Indikator penampilan minimal (performance) dari pelayanan kesehatan yang

(20)

2.2.2. Pelayanan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan praktik

keperawatan yang diberikan kepada klien pada berbagai tatanan layanan kesehatan

dengan proses keperawatan yang berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi

etika dan etiket keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung-jawab

keperawatan (Hamid, 2000). Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien

mencakup kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-ekonomi) dilaksanakan oleh

tenaga keperawatan yang berkompetensi (meliputi attitude, knowledge, skill,

experience, responsibility, accountibility).

Proses keperawatan adalah metode yang sistematik dan rasional dalam

merencanakan dan memberikan pelayanan keperawatan kepada individu dengan

tujuan untuk mengidentifikasi status kesehatan klien, kebutuhan atau masalah

kesehatan yang aktual atau risiko, membuat perencanaan sesuai dengan kebutuhan

yang telah diidentifikasi dan melaksanakan intervensi keperawatan spesifik sesuai

dengan kebutuhan (Konzier, 1995 dalam Nursalam, 2001). Menurut Konzier (1995)

karakteristik proses keperawatan adalah:

a. Merupakan sistem terbuka dan fleksibel untuk memenuhi kebutuhan dari

klien, keluarga, kelompok dan komunitas.

b. Bersifat siklik dan dinamis, karena semua tahap saling berhubungan dan

berkesinambungan.

c. Berpusat pada klien, merupakan pendekatan individu dan spesifik untuk

(21)

d. Bersifat interpersonal dan kolaborasi.

e. Menggunakan perencanaan dan mempunyai tujuan.

f. Memperbolehkan adanya kreativitas antara perawat dengan klien dalam

mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah keperawatan.

g. Menekankan pada umpan balik dan dapat diterapkan secara luas.

Menurut Nursalam (2002), dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan

kepada klien, digunakan standar praktik keperawatan melalui proses keperawatan

yang merupakan suatu siklus yang terus berlanjut, proses keperawatan diawali dengan

kegiatan pengkajian saat pasien masuk rumah sakit. Pengkajian bertujuan untuk

menggali informasi yang penting (data) yang akan digunakan untuk menyusun

diagnosis keperawatan setelah melalui analisis data. Setelah tersusun diagnosis, maka

disusun suatu rencana tindakan keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan prioritas

masalah yang ada. Implementasi adalah langkah nyata dari perencanaan tindakan

yang dilanjutkan dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah

tindakan yang dilakukan efektif atau tidak dalam mengatasi masalah pasien.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan

komunikasi tentang pasien (Potter dan Perry, 2005) tujuan pengkajian adalah

menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang

berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan pasien.

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,

(22)

keperawatan meliputi : Pertama, pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa,

observasi, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Kedua, sumber data

adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medik, dan

catatan lain masa lalu, status kesehatan pasien saat ini, status

bio-psiko-sosial-spiritual, respon terhadap terapi. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal,

risiko-risiko tinggi terhadap masalah.

Kegiatan yang utama yang dilakukan dalam tahap pengkajian ini antara lain

pengumpulan data, pengelompokan data, menganalisis data guna merumuskan

diagnosis keperawatan. Pengumpulan data merupakan aktivitas perawat untuk

mengumpulkan informasi yang sistemik tentang pasien. Pengumpulan data dilakukan

bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data yang penting dan akurat

tentang pasien.

2. Perumusan Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu yang menjelaskan respon manusia

(status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana

perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan gambaran

tentang masalah atau status kesehatan pasien baik aktual, risiko maupun wellnes

(Nanda, 2007). Respon tersebut dapat berubah secara dinamis tergantung respon

individu atau kelompok terhadap stimulus yang diterima.

Nanda (2007), menjelaskan komponen-komponen dalam diagnosis

keperawatan meliputi : masalah (problem), penyebab (etiology), dan data (sign and

(23)

a. Masalah (Problem). Diagnosis keperawatan merupakan yang menggambarkan

perubahan status kesehatan pasien.

b. Penyebab (Etiology). Etiologi mencerminkan penyebab timbulnya masalah

kesehatan pasien yang memberikan arahan terhadap intervensi keperawatan.

Penyebab tersebut dapat berhubungan dengan patofisiologis, psikososial,

tingkah laku, perubahan situasional pada gaya hidup, usia perkembangan,

faktor budaya dan lingkungan. Fase berhubungan dengan (related to)

berfungsi untuk menghubungkan masalah keperawatan dengan etiology.

c. Data (Sign and Symptom). Data diperoleh selama tahap pengkajian yang

memberikan bukti bahwa ada masalah kesehatan pada pasien tersebut, data ini

merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis

keperawatan.

Diagnosis keperawatan terdiri dari beberapa tipe antara lain diagnosis

keperawatan aktual, risiko, oleh karena itu perawat menganalisis data pengkajian

untuk merumuskan diagnosis keperawatan.

3. Perencanaan

Doenges (2000), perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan

dimana tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan

intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Perawat membuat

rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan

(24)

a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana

tindakan keperawatan, perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi

atau kebutuhan pasien.

b. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

c. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

Komponen yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi rencana tindakan

keperawatan adalah menentukan prioritas, menentukan keriteria hasil, menentukan

rencana tindakan dan dokumentasi (Potter dan Perry, 2005).

4. Implementasi

Doenges (2000), implentasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana

tujuan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam tahap

implementasi, ada 5 (lima) tahap yang dilakukan perawat yaitu: mengkaji ulang

pasien, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang sudah ada,

mengidentifikasi area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan, dan

mengkomunikasikan intervensi.

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam

rencana asuhan keperawatan. Adapun keriteria prosesnya, meliputi: bekerjasama

dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, kolaborasi dengan tim

kesehatan yang lain, melakukan tindakan untuk mengatasi masalah pasien, membir

(25)

keperawatan diri serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan

(Potter dan Perry, 2005).

5. Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan berupa

perbandingan yang sistematis dan terencana dari hasil-hasil yang diamati dengan

tujuan dan keriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan

secara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

Apabila hasil menunjukkan ketercapaian tujuan dan keriteria hasil, maka pasien

keluar dari siklus proses keperawatan, namun apabila sebaliknya, maka pasien masuk

kembali kedalam siklus proses keperawatan mulai dari pengkajian ulang (Potter da

Perry, 2005).

Evaluasi terbagi atas 2 (dua) jenis yaitu: evaluasi formatif dan evaluasi

somatif. Evaluasi formatif fokusnya adalah pada aktifitas dari proses keperawatan dan

hasil dari tindakan keperawatan dan dilakukan segera setelah perawat melaksanakan

perencanaan keperawatan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan dan lebih efektif menggunakan format

SOAFIER (Subyektive, Objektive, Analysis, Planning, Implementation, Evaluation,

Revision) (Doenges, 2000).

Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam

pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Menurut Potter dan

(26)

a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dan intervensi secara komprehensif,

tepat waktu dan terus menerus.

b. Mengunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur perkembangan

kearah pencapaian tujuan.

c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.

d. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

2.3. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian maka digambarkan kerangka konsep seperti

pada gambar 2.1 berikut :

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing

Proses keperawatan pada dasarnya adalah memberikan asuhan keperawatan, yaitu mulai dari melaksanakan pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun

Sedarmayanti (2009), kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai. dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu. organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

Pada prinsipnya kinerja memberikan hasil yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab