• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II FaktorFaktor Kepemimpinan yang Efektif terhadap Kinerja Agen pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera antor Cabang Syariah Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II FaktorFaktor Kepemimpinan yang Efektif terhadap Kinerja Agen pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera antor Cabang Syariah Medan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepemimpinan

2.1.1.Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi,

memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi

efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

sebagai proses mempengaruhi orang lain, baik seseorang atau kelompok

orang, agar berperilaku untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan

meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi

perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki

kelompok dan budayanya (Rivai, 2005: 2).

Gibson et al (dalam Nawawi, 2006: 21) mengatakan bahwa kepemimpinan

adalah upaya menggunakan berbagai jenis pengaruh yang bukan paksaan untuk

memotivasi anggota organisasi agar mencapai tujuan tertentu. Menurut Kartono

(2006:10), kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat,

dan kekuatan moral yang kreatif, yang mampu mempengaruhi para anggota untuk

mengubah sikap, sehingga mereka menjadi conform (sesuai) dengan keinginan

pemimpin.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan mempengaruhi bawahan atau kelompok untuk bekerja sama

(2)

2.1.2. G aya K epemimpinan

Persoalan kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik. Suatu

organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh

kepemimpinan. Suatu ungkapan mulia yang mengatakan bahwa pimpinanlah yang

bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan

ungkapan yang mendudukkan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi

yang terpenting.

Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh

seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain

seperti yang ia lihat (Thoha, 2007: 303). Dalam hal ini usaha menyelaraskan

persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang

perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.

2.1.3. Arti Penting Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai proses mempengaruhi orang

lain untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan. Dalam

hal ini kepemimpinan selalu melibatkan upaya seseorang (pemimpin) untuk

mempengaruhi perilaku seseorang pengikut atau para pengikut dalam suatu situasi

(Manulang, 2000: 141).

Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang

lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Disini dapat

ditangkap suatu pengertian bahwa jika seseorang telah mulai berkeinginan untuk

(3)

dimulai. Pengaruh dan kekuasaan dari seseorang pemimpin mulai tampak

relevansinya. Demikian pula peranan pemimpin dalam mengatasi konflik.

2.1.4. Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan yang selalu

berusaha menyesuaikan dengan situasi dan kondisi organisasi, serta bersifat

fleksibel dalam menyesuaikan/beradaptasi dengan kematangan bawahan dan

lingkungan kerja (Thoha, 2007: 316).

Menurut Sutarto (2001: 137) kepemimpinan situasional didasarkan pada saling

pengaruh antara:

1. Sejumlah petunjuk dari pengarahan (perilaku tugas yang pemimpin berikan)

2. Sejumlah pendukung emosional (perilaku hubungan) yang pemimpin berikan

3. Tingkat kesiapsiagaan (kematangan) yang para bawahan tunjukan dalam

melaksanakan tugas khusus, fungsi atau sasaran.

2.1.5. Teori Situasional

Belajar dari konsep Hersey and Blanchard, perilaku dan gaya

kepemimpinan bersifat situasional, pimpinan atau manajer harus menyesuaikan

responnya menurut kondisi atau tingkat perkembangan kematangan, kemampuan

dan minat karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Dalam hal ini, respon

seorang manajer dalam perilaku kepemimpinannya memberikan sejumlah

pengarahan dan dukungan yang bersifat sosioemosional. Sementara itu manajer

(4)

karyawan (maturity), diartikan sebagai tingkat kemampuan karyawan untuk

bertanggung jawab dan mengarahkan perilaku dalam bentuk kemauan.

Berdasarkan tingkat kematangannya, menurut Hersey dan Blanchard (dalam

Thoha, 2007: 318) ada empat jenis karyawan, yaitu: (1) karyawan yang tidak

mampu dan tidak mau, (2) karyawan yang tidak mampu, tetapi mau, (3) karyawan

yang mampu, tetapi tidak mau, (4) karyawan yang mampu dan mau.

Ada empat gaya dasar kepemimpinan dalam mengelola kinerja

berdasarkan tingkat kematangan karyawan, yaitu instruksi, konsultasi, partisipasi

dan delegasi dengan memperhatikan dukungan (supportif) dan pengarahan

(directif), sebagai berikut:

Sumber: Thoha (2007: 319)

Gambar 2.1.

Empat Gaya Dasar Kepemimpinan Model Situasional Hersey Dan Blanchard

(5)

a. Instruksi (Gaya 1)

Gaya kepemimpinan yang mengarahkan, merupakan respon

kepemimpin-an ykepemimpin-ang perlu dilakukkepemimpin-an oleh mkepemimpin-anajer pada kondisi karyawkepemimpin-an lemah dalam

kemampuan, minat dan komitmennya. Sementara itu, organisasi menghendaki

penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Dalam situasi seperti ini Hersey dan

Blanchard menyarankan agar manajer memainkan peran directive yang tinggi,

memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu tanpa mengurangi

intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara pimpinan dan bawahan.

Menurut Sutarto (2001: 137) ciri-ciri gaya tersebut adalah:

1. Tinggi tugas dan rendah hubungan.

2. Pemimpin memberikan tugas khusus.

3. Pengawasan dilakukan secara ketat.

4. Pemimpin menerangkan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan,

bagaimana cara mengerjakan, kapan harus dilaksanakan pekerjaan itu, dan

dimana pekerjaan itu harus di lakukan.

b. Konsultasi (Gaya 2)

Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas,

takut untuk mencoba melakukannya, manajer juga memproporsikan struktur tugas

dengan tanggung jawab karyawan. Selain itu, manajer harus menemukan hal-hal

yang menyebabkan karyawan tidak termotivasi serta masalah-masalah yang

dihadapi karyawan. Pada kondisi ini, karyawan sudah mulai mampu mengerjakan

(6)

Kondisi ini, memungkinkan karyawan menghadapi permasalahan baru yang

muncul. Oleh karena itu, setelah memberikan pengarahan, manajer harus

memerankan gaya menjual dengan mengajukan beberapa alternatif pemecahan

masalah.

Menurut Sutarto (2001: 137) ciri-ciri gaya tersebut yaitu:

1. Tinggi tugas dan tinggi hubungan

2. Pemimpin menerangkan keputusan

3. Pemimpin memberikan kesempatan untuk penjelasan

4. Pemimpin masih banyak melakukan pengarahan

5. Pemimpin mulai melakukan komunikasi dua arah

c. Partisipasi (Gaya 3)

Perilaku kepemimpinan partisipasi, adalah respon manajer yang harus

diperankan ketika tingkat kemampuan karyawan lebih tinggi akan tetapi tidak

memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab, karena ketidakmauan atau

ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tanggung jawab seringkali

disebabkan karena kurang keyakinan. Dalam kasus seperti ini pemimpin perlu

membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendengarkan mendukung

usaha-usaha yang dilakukan para bawahan.

Menurut Sutarto (2001: 138) ciri ciri-ciri gaya tersebut yaitu:

1. Tinggi hubungan dan rendah tugas.

2. Pemimpin dan bawahan saling memberikan gagasan.

(7)

d. Delegasi (Gaya 4)

Selanjutnya, untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan

yang tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya delegasi. Dengan

gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan,

karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggungjawabnya.

Mereka diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskan tentang

bagaimana, kapan dan dimana pekerjaan mereka harus diselesaikan. Pada gaya

delegasi ini tidak terlalu diperlukan komunikasi dua arah. Menurut Sutarto (2001:

138) ciri-ciri gaya tersebut yaitu:

1. Rendah hubungan dan rendah tugas.

2. Pemimpin melimpahkan pembuatan keputusan dan pelaksanaan kepada

bawahan.

2.2. K ar akter istik Pemimpin dalam M engefektifkan Or ganisasi

Menurut Nawawi (2006: 77), karakteristik utama seorang pemimpin dalam

mengefektifkan organisasi terdiri dari:

1. Kecerdasan

Para pemimpin yang efektif atau pemimpin yang mampu mengefektifkan

organisasi untuk mencapai tujuannya, pada umumnya (secara relatif) lebih

cerdas dari pada pengikut/ anggota organisasi.

2. Kematangan dan Keluasan Pandangan Sosial

Para pemimpin yang efektif atau pemimpin yang mampu mengefektifkan

organisasi untuk mencapai tujuannya, pada umumnya (secara relatif) lebih

(8)

mampu mengendalikan situasi, kritikal (sulit dan bermasalah). Di samping itu

memiliki kemampuan pula dalam melakukan sosialisasi dengan orang lain,

khususnya anggota organisasi. Di samping itu juga memiliki keyakinan serta

kepercayaan diri yang cukup tinggi.

3. Memiliki Motivasi dan Keinginan Berprestasi

Para pemimpin yang efektif atau pemimpin yang mampu mengefektifkan

organisasi untuk mencapai tujuannya, pada umumnya (secara relatif)

memiliki dorongan yang besar dari dalam dirinya untuk dapat meyelesaikan

sesuatu secara sukses.

4. Memiliki Kemampuan Hubungan Manusiawi

Para pemimpin yang efektif atau pemimpin yang mampu mengefektifkan

organisasi untuk mencapai tujuannya, pada umumnya (secara relatif)

mengetahui bahwa usahanya untuk mencapai sesuatu sangat tergantung pada

orang lain, khususnya anggota organisasinya. Para pemimpin itu selalu

mampu memahami orang lain dan berorientasi pada anggota organisasi

(pengikut/bawahan).

2.3. Kinerja Agen

2.3.1. Pengertian Kinerja Agen

Menurut Prawirosentono (dalam Widodo, 2005: 78) kinerja adalah hasil

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam

(9)

dan sesuai dengan moral dan etika.

Gomes (dalam Mangkunegara, 2006: 9) mengemukakan definisi kinerja

karyawan sebagai “ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering

dihubungkan dengan produktivitas”. Selanjutnya, Mangkunegara (2004: 67)

mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan

adalah hasil kerja yang dicapai seseorang karyawan sesuai dengan wewenang atau

tanggung jawab masing-masing karyawan selama periode waktu tertentu.

Kinerja individu perorangan (individual performance) dan organisasi

(organizational performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya

tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh

organisasi yang digerakkan atau dijalankan oleh sekelompok orang yang berperan

aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Menurut Mangkunegara (2006: 14), kinerja (performance) dipengaruhi oleh

tiga faktor:

a) Faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang,

dan demografi.

b) Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, attitude (sikap), personality

(kepribadian), pembelajaran, dan motivasi.

c) Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,

(10)

2.3.2. Indikator Kinerja Agen

Mangkunegara (2004: 67) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Indikator yang dipergunakan di dalam melakukan penilaian kinerja agen

menurut Prawirosentono (2000: 236) sebagai berikut:

a) Kuantitas Pekerjaan, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode

yang ditentukan.

b) Kualitas Pekerjaan, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat

syarat kesesuaian dan kesiapannya.

c) Pengetahuan Pekerjaan, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan

dan keterampilannya.

d) Kreativitas, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan

tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

e) Kerjasama, yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain atau

sesama anggota organisasi

f) Inisiatif, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam

memperbesar tanggungjawabnya.

g) Kualitas Pribadi, yaitu menyangkut keperibadian, kepemimpinan,

(11)

2.4. Penelitian Terdahulu

Hasman (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Sumut Kantor

Pusat Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan

Situasional (X) terhadap Kinerja Karyawan (Y) pada PT. Bank Sumut Kantor

Pusat Medan. Dengan hipotesis kepemimpinan situasional mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kinerja karyawaan pada PT. Bank Sumut Kantor Pusat

Medan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi dan yang menjadi

sampel penelitian ini adalah 69 karyawan tetap pada PT. Bank Sumut Kantor

Pusat Medan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif

dan statistik yang menggunakan alat analisis regresi sederhana dan data diolah

dengan program SPSS versi 16.00 yang terlebih dahulu diuji Validitas dan

Realibilitasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan

situasional (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Y)

karyawan pada PT. Bank Sumut Kantor Pusat Medan artinya semakin baik

kepemimpinan situasional, maka kinerja karyawan juga semakin tinggi. Koefisien

determinan dari hasil analisis sebesar 47,2% sedangkan sisanya sebesar 52,8%

dipengaruhi oleh faktor lain di luar kontribusi penelitian ini.

Anbri (2010) melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Gaya

Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.

Bank Central Asia, Tbk. KCP. Pulo Brayan Medan” Hasil penelitian

menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh

(12)

KCP Pulo Brayan Medan. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil uji simultan

(Uji-t), dimana nilai thitung sebesar 22,985 lebih besar dari ttabel sebesar 3,31

pada tingkat signifikansi 5%. Gaya kepemimpinan merupakan variabel yang

paling dominan yakni sebesar 6,007 jika dibandingkan dengan lingkungan kerja

sebesar 2,162 dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja

berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Central Asia, Tbk. KCP.

Pulo Brayan Medan.

Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan Hasman (2011) dengan

penelitian ini sendiri adalah, penelitian yang dilakukan Hasman (2011) bertujuan

untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan situasional (X) terhadap kinerja

karyawan (Y), sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

faktor-faktor kepemimpinan efektif (kepemimpinan situasional dan karakteristik

pemimpin) terhadap kinerja agen asuransi. Selanjutnya, yang membedakan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Anbri (2010) adalah untuk

mengetahui Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan. Penelitian Anbri (2010) menggunakan gaya kepemimpinan

sebagai variabel X1 dan lingkungan kerja sebagai variabel X2, sedangkan

penelitian ini menggunakan kepemimpinan situasional sebagai X1, karakteristik

(13)

2.5. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.5.1. Kerangka Konseptual

Untuk menunjang keberhasilan manajemen dibutuhkan seorang pemimpin

yang dapat melaksanakan tugas dan fungsi manajemen. Seorang pemimpin yang

baik harus dapat memberikan motivasi agar dapat mencapai produktivitas kerja

dan meningkatkan kinerja bawahannya. Dapat dikatakan bahwa kepemimpinanlah

yang memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi dalam

menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para

pegawainya (Siagian, 2003: 3). Dalam hal ini faktor-faktor kepemimpinan sangat

dibutuhkan dalam meningkatkan kinerja karyawannnya diantara faktor yang

dimaksud adalah gaya kepemimpinan dan karakteristik pemimpin itu sendiri. Gaya

kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan emosi yang dalam tindakannya dapat

merangsang karyawan agar suka dan mau melakukan tugas dengan sukarela tanpa

harus diperintah dengan keras dan hal itu juga dapat memacu meningkatkan

produksi penjualan polis asuransi dan sebaliknya juga dapat menurunkan penjualan

jika pemimpin tersebut salah menggunakan gaya kepemimpinan. Selain gaya

kepemimpinan, karakteristik pemimpin juga dapat menjadi hal yang sangat

diperhatikan dalam memimpin suatu organisasi sehingga sadar atau tidak sadar,

karyawan tersebut dapat bekerja sesuai tugas yang telah diberikan kepadanya dengan

rasa tanggungjawab, karena karyawan selalu mengikuti kebaikan-kebaikan apa yang

diperlihatkan oleh pemimpinnya, jika seorang pemimpin tersebut pekerja keras dan

selalu disiplin dalam memasarkan atau melakukan penjualan produk, maka

(14)

sangat erat kaitannya dalam meningkatkan kinerja agen asuransi.

Menurut Suryadi Prawirosentono (dalam Widodo, 2005: 78) kinerja

adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Berdasarkan pernyataan

tersebut, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Sumber : Thoha (2007: 318), Nawawi (2006:77), Prawirosentono (2000: 236) (diolah)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.5.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan

antara dua variabel atau lebih dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2006: 51).

Berdasarkan kerangka konseptual yang dikemukakan sebelumnya maka Kinerja Agen

(Y) Kepemimpinan Situasional

(X1)

(15)

dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Ada pengaruh faktor-faktor

kepemimpinan (kepemimpinan situasional dan karakteristik pemimpin) yang

efektif terhadap kinerja agen pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912

Gambar

Gambar 2.1.  Empat Gaya Dasar Kepemimpinan
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Internalisasi nilai-nilai agama islam, 2) Pembentukan sikap, 3) Perilaku siswa, dan 4) kegiatan ekstrakurikuler

Hanya peserta yang dinyatakan lulus seleksi administrasi dan membawa Kartu Ujian serta bukti identitas diri asli berupa KTP (sesuai dengan data saat registrasi online) yang

Pelaksanaan kebijakan pengendalian penyakit demam berdarah dengue di kota Semarang dilakukan secara menyeluruh di setiap tingatan pemerintah dan lapisan

Emulator 1 Form Tampilan Awal Berjalan Baik 2 Form Kriptografi DES Berjalan Baik 3 Form Enkripsi dan Dekripsi Kriptografi DES Berjalan Baik 4 Form Contoh Kriptografi DES

Iklan di media televisi hingga kini masih dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia yang masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang

Hasil penelitian pemakaian seragam sekolah di SMKN 5 Surakarta dengan metode evaluasi CIPP dari tiap indikator evaluasi sebagai berikut: (1) Context pemakaian

Ini berarti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Jawa Tengah adalah luas panen dan produktivitas.. Kata kunci : padi sawah, regresi robust, constrained

Terkadang untuk menikahpun ada perjalananan yang mesti dilalui. Ada persiapan-persiapan yang mesti dilalui agar dapat memantapkan hati untuk sebuah