• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktural Dalam Lagu مقادير maqādīr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Struktural Dalam Lagu مقادير maqādīr"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Terdahulu

Dalam penelitian struktural biasanya mengkaji unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik, tetapi dalam analisis struktural dalam penelitian ini peneliti menggunakan unsur batin dan unsur fisik. Dalam hal ini tidak ada bedanya antara instrinsik dan batin serta juga ekstrinsik dan fisik, hanya saja jika kita menggunakan analisis instrinsik dan ekstrinsik biasanya pada kajian prosa sedangkan pada batin dan fisik untuk kajian puisi. Dalam lagu maqadir ini peneliti menggunakan unsur batin dan unsur fisik yang menggunakan teori siswanto.

Penelitian mengenai unsur batin dan fisik syair/puisi pernah diteliti antara lain oleh : Roselyn (2012) dengan judul “analisis perbandingan struktur batin dan struktur fisik puisi “lautan” karya W.S.Rendra dengan puisi “lautan” karya Rustam Effendi”,

penelitian ini membahas perbandingan struktur batin dan fisik puisi. Hasilnya dari penelitian ini adalah ada persamaan dan perbedaan struktur batin dan struktur fisik yang terdapat di dalam kedua-dua puisi tersebut, teori yang digunakan adalah teori Siswanto.

Adapun anlisis Shodik (2003) dengan judul “analisis struktur fisik dan struktur batin kumpulan sajak perjalanan perdua karya M.Poppy Donggo Huta Galung dan A.

D. Donggo”, penelitian ini membahas bahwa struktur fisik yang dipakai oleh M. Poppy

(2)

penelitian yang mendekati dengan penelitian peneliti yaitu sama-sama membahas tentang struktur batin dan fisik. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah Roselyn membahas puisi sedangkan Shodik membahas kumulan sajak. Penelitian ini membahas analisis struktural dalam lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/'takdir'). Jadi perbandingan penelitian di atas dengan peneliti ini adalah

sama-sama membahas struktur batin dan fisik dengan judul yang berbeda dan teori yang sama-sama. Kedua penelitian ini akan dijadikan acuan bagi penulisan penelitian skripsi ini.

2.2 Landasan Teori

Secara etimologis, kata syair berakar dari kata /sya’ara–yasy’ara–syi’ran– syu’uwran/ ﺍﺭﻮﻌﺷ-ﺍﺮﻌﺷ-ﺮﻌﺸﻳ-ﺮﻌﺷ yang berarti mengetahui, merasakan, sadar, mengkomposisi, atau mengubah sebuah syair (fadl, 1990:409). Menurut Zaidan, syair berarti nyanyian (al-ghina), lantunan (insyadz), atau melagukan (tartil). Asal kata ini telah hilang dari bahasa arab, namun masih ada dalam bahasa-bahasa lain, seperti ﻮﻌﺷ dalam bahasa ibrani yang berarti suara, bernyanyi, dan melantunkan lagu. Diantara sumber kata syi’i adalah ﺮﻴﺷ (syir) yang berarti kasidah atau nyanyian.

Menurut Iskandari dan Inani, (1992:42 dalam Muzzaki, 2011:40) bahwa :

ﻊﻳﺪﺒﻟﺍ ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ ﺭﻮﺻ ﻦﻋ ﺎﺒﻟﺎﻏ ﺮﺒﻌﻤﻟﺍ ﻰﻘﻤﻟﺍ ﻥﻭﺯﻮﻤﻟﺍ ﺢﻴﺼﻔﻟﺍ ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻮﻫ ﺮﻌﺸﻟﺍ

/asy-syi’ru huwal kalāmul fasīul muwzuwnul muqfal ma’bura ghālibān ‘an ṣuwaril khayālil badī’i/.′Syair adalah kata-kata yang diciptakan fasih yang berirama dan berqafiah yang mengespresikan bentuk-bentuk imajinasi yang indah′.

Sementara Rusli (2000:19) mengatakan

(3)

/asy-syi’ru huwa al-kalamul mabni ‘ala al-isti’arati wa al-ausāfi al-mufassali bi ajzai mutafaqqati fi al-wazni waar-rawi mustaqilin kullu juzin minhā fi ghardihi wa maqsudihi ‘amma qablahu wa ba’dahu/ (jidal:53).

′syair ialah kata-kata yang dibentuk dari kata-kata kiasan dan kata sifat, menjelaskan bagian-bagian yang sesuai dengan timbangan dan kehidupan yang diperkecil tiap-tiap bagian untuk tujuan dan maksud kalimat yang sebelum dan sesudahnyaꞌ.

Adapun said, (1987:73) juga mengatakan bahwa syair itu banyak mengandung hal-hal yang menggetarkan hati, perasaan rindu, dendam yang meluap-luap serta perasaan iba, kasih, sedih dan pilu. Syair dijalin kata-kata pilihan yang indah dan menarik, tetapi mengandung makna yang begitu mendalam dan indah. Syair adalah salah satu jenis puisi lama yang berasal dari Persia (sekarang syair) dan telah dibawa masuk ke nusantara bersama-sama dengan kedatangan islam. Disimpulkan bahwa syair dapat

dikatakan sama dengan puisi.

menurut Arnold puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah, impressif dan yang paling efektif mendendengkan sesuatu. Lirik lagu dapat dianggap sebagai puisi begitu pula sebaliknya, hal yang sama juga dikatakan oleh Luxemburg (1992:175) yaitu defenisi teks-teks puisi tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra melainkan juga ungkapan yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan-semboyan politik, syair-syair lagu pop dan doa-doa.

Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyayian, maka lirik lagu termasuk dalam salah satu genre sastra. Jadi lirik lagu sama dengan puisi hanya saja lirik biasanya disajikan dalam bentuk nyanyian.

(4)

duet (berdua), trio (bertiga), koir (beramai-ramai). (http://apa-pengertian-lagu.com./16-10-2015).

Pradopo (2001:722, dalam Wilson 2003 :7) mengatakan Puisi sukar dimengerti karena kiasan-kiasan, dan pemikiran yang sukar. Puisi merupakan kristalitas pengalaman, maka hanya inti masalah yang ditemukan, untuk mencapai hal secara implist, sugestif dan mempergunakan ambiguitas. Semuanya itu yang menyebabkan sukarnya pemahaman puisi. Oleh karena itu, perlu adanya kajian puisi untuk memahaminya. Jadi dari pendapat-pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa syair sama dengan puisi seperti halnya di bawah ini.

Lagu maqadir merupakan lagu yang liriknya berbentuk puisi. Sebuah puisi terdiri dari dua struktur yakni struktur fisik dan struktur batin puisi, untuk mengetahui struktur fisik dan struktur batin lagu maqadir digunakan teori Siswanto (2008). Menurut Siswanto (2008:113) struktur puisi dapat dibagi menjadi struktur fisik dan struktur batin.

1. Struktur fisik puisi meliputi: a. Tipografi

(5)

dalam suatu puisi mengandung satu pokok pikiran. Pengaturan dalam bait sudah berkurang atau sama sekali tidak ada pada puisi modern atau puisi kontemporer. Bahkan, puisi kontemporer tipografinya bisa membentuk suatu gambar. Orang menyebutnya puisi kongkret.

Ciri lain puisi adalah bahwa halamanya tidak dipenuhi dengan kata-kata seperti halnya prosa tepi kanan kiri halaman yang memuat puisi belum tentu terisi oleh kata-kata puisi. Pengaturan baris dalam puisi sangat berpengaru terhadap pemaknaan puisi, karena menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas). Perwajahan puisi juga bisa mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya (Siswanto, 2008:114).

Contoh perwajahan puisi (tipografi) seperti dibawah ini: Perambahan Hutan

Perambah hutan ialah kita yang berpesta

yang menista yang menderita

yang lupa membaca peta

Perambah hutan ialah kita

yang tertusuk mencari jalan-Nya yang terbius fatamorgana

yang lupa bagaimana mengeja nama-Nya

(6)

kata-kata puisi. Perhatikan contoh puisi Dimas ArikaMihardja di atas yang menunjukan bahwa tidak ditulis mulai dari tepi kiri hingga tepi kanan halaman.

Pengaturan baris dalam puisi sangat berpengaruh terhadap pemakaian puisi, karena menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas). Perwajahan puisi juga mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya. Tipografi puisi juga “Hyang?” (Sutardji Calzoum Bachri) yang berlubang-lubang, terputus, dan meloncat-loncat mengungkapkan kekosongan, kegelisahan, dan ketidak menentuan pikiran penyairnya dalam mencari Hyang (Tuhan).

Hyang?

yang mana

ke atau

dari

mana meski

pun

lalu se

bab antara

kau

dan aku

(7)

b. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Salah satu contoh bait puisi “Doa” karya Chairil Anwar berbunyi biar susah sungguh/mengingat kau penuh seluruh. Dua baris tersebut tidak bisa diganti dengan biar

sangat susah/ mengingat Tuhan dengan sepenuhnya atau dibalik susunannya menjadi

Susah sungguh biar/ penuh seluruh mengingat kau.

Pemilihan kata berhubungan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan penyair, semakin kaya dan berbobotlah kata-kata yang digunakan. Kata dalam puisi tidak hanya, kata-kata yang dihafalkan, tetapi sudah mengandung pandangan pengarang. Penyair yang religius akan menggunakan kosa kata yang berbeda dengan pengarang yang sosial. Penyair yang berasal dari Yogyakarta akan berbeda dengan yang berasal dari Tapanuli (Batak). Pengarang yang dokter akan berbeda dengan pengarang yang guru. Kata dalam puisi juga dapat mengungkapkan perasaan pengarang seperti marah, rian, cemas, khawatir, tegang, atau takut.

(8)

penyair untuk memberi makna yang asing dari kata-kata yang semula sudah biasa kita dengar.

Menurut Geoffry (1987) ada Sembilan jenis penyimpangan bahasa yang sering dijumpai dalam puisi, yaitu (1) penyimpangan leksikal, (2) penyimpangan semantis, (3) penyimpangan fonologis, (4) penyimpangan morfologis, (5) penyimpangan sintaksis, (6) penggunaan dialek, (7) penggunaan register, (8) penyimpangan historis, (9) penyimpangan grafologis.

1). Penyimpangan leksikal

Kata-kata yang digunakan dalam puisi menyimpang dari kata-kata yang digunakan dalam hidup sehari-hari. Penyair memilih kata-kata yang sesuai dengan mengungkapkan jiwanya dengan estetika tertentu, misalnya kata-kata mentari, pepintu, cerlang, dan menyera. Harusnya kata-kata itu menjadi matahari, pintu-pintu, cemerlang

dan menyerang.

2). Penyimpangan semantik

Makna dalam puisi tidak menunjukan pada satu makna, tetapi menunjukan pada makna ganda. Oleh karena itu, kata-kata dalam puisi tidak selalu dalam sama dengan maknanya dengan bahsa sehari-hari. Kata matahari mungkin bisa bermakna kehangatan cinta bagi seorang penyair. Bagi penyair lain, matahari bisa bermakna kegersangan,

kehidupan, petunjuk waktu dan bukan seperti kata sehari-hari yang memberi makan

(9)

Untuk kepentingan rima, penyair sering mengadakan penyimpangan bunyi. Dalam puisi “ perasaan seni “ karya J.E Tatengkeng, kata menderu diganti dengan menderuh.

4). Penyimpangan morfologis

Penyair sering melanggar kaidah morfologis secara sengaja. Selain untuk keindahan bunyi, hal ini juga dimaksudkan untuk menunjukan kekhasan, keindividuan, dan kebaruan. Darmanto Jatman dalam puisinya “ kisah karto tukul dan saudaranya atmo mboten “ menggunkan kata-kata dicandra, tak karasan, dan sepasar. Kata yang hanya digunakan, dalam puisi Darmanto. Seharusnya kata itu berbentuk disandra, tak kerasan, pasaran.

5). Penyimpangan sintaksis

Kata-kata digunakan dalam puisi tidak membangun kalimat, tetapi membangun larik atau baris. Larik-larik puisi tidak harus berupa kalimat karena makna yang dikemukakan mungkin lebih luas dari satu kalimat. Penyimpangan sintaksis digunakan untuk mencapai efek estetis dan untuk menekankan maksud. Dalam puisinya Chairil Anwar menggunakan aku sudah saksikan, padahal kaidah yang benar sudah aku saksikan.

6). Penggunaan dialek

(10)

mengguakan kata ceples, pleg,kepleng-kepleng, den mas, priyagung, atau ngurushi untuk memberi warna kejawaan dalam puisinya.

7). Penggunaan register

Register ialah ragam bahasa yang digunakan kelompok atau profesi tertentu dalam masyarakat. Penggunaan register bisa menunjukkan dari mana penyair berasal. Darmanto Jatman menggunakan kata-kata status persen, wong lanang, hoong, setan bekasan,kanioyo.

8). Penyimpangan historis

Penyimpangan historis berupa penggunaan kata-kata kuno yang sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaanya seperti dimaksudkan untuk mempertinggi nilai estetik, misalnya kata-kata jenawai, bilur, lebuh, bonda, dewangga, ripuk, lilih, bahana, dan sebagainya.

9). Penyimpangan Grafologis

Dalam menulis kata-kata, kalimat, larik (baris), penyair sengaja melakukan penyimpangan kaidah bahasa yang biasa berlaku. Penyimpangan system tulisan. Misalnya, tidak digunakannya huruf besar dan titik.

Perlu diketahui, tidak semua puisi memiliki sembilan penyimpangan di atas. Ada puisi yang hanya memiliki beberapa penyimpangan saja (Siswanto, 2008:114). c. Imaji

(11)

taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair. Imaji berhubungan erat dengan kata kongkrit. Imaji suara misalnya tampak pada puisi “ rakyat “ karya Hartojo Andangdjaja.

Rakyat ………

Rakyat ialah kita

beragam suara dilangit tanah tercipta suara bangsi dirumah berjenjang bertangga suara kecapi di pegunungan jelita

suara boning mengambang di pendapa suara kecak di muka rupa

suara tifa di hutan kebun pala Rakyat ialah suara beraneka

Imaji yang terdapat pada puisi di atas dari baris pertama hingga baris terakhir adalah imaji suara.(Siswanto, 2008:118).

d. Kata kongkret

(12)

kongkret untuk melukiskan atau mengatakan sesuatu itu dengan setepat-tepatnya, secermat-cermatnya dan sekongkrit-kongkritnya. Tak ada kata-kata lain yang setepat itu dan sekongkrit itu untuk mengatakan atau melukiskan hal itu.

Kata kongkret akan memungkinkan imaji muncul. Perhatikan puisi karya Wahyudi S. dibawah ini.

Ikan

aku lihat ikan di akuarium tidak pernah tidur

lalu bagaimana ia mengitung hari dan kematian barangkali memang tidak perlu dirisaukannya karena ia selalu berdzikir dengan mata dan siripnya

pada puisi di atas, kata kongkret ditujukan oleh kata ikan, akuarium, mata, dan sirip. Kata kongkret berhubungan dengan kiasan atau lambing, kata kongkret salju

dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata kongkret rawa-rawa dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan. (Siswanto,2008)

e. Bahasa Figuratif

(13)

kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi kongkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.

Menurut Pradopo gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Dalam karya sastra efek ini adalah efek estetik yang turut menyebabkan karya sastra bernilai seni. Nilai seni karya sastra tidak semata-mata disebabkan oleh gaya bahasa saja, juga disebabkan oleh gaya bercerita ataupun penyusunan alurnya. Akan tetapi, gaya bahasa sangat besar sambungannya kepada pencapaian nilai seni karya sastra.

Perhatikan contoh bahasa figurative pada puisi Sapardi Djoko Darmono di bawah ini.

Di Depan Pintu

Di depan pintu; baying-bayang bulan

Terdiam di rumput. Cahaya yang tiba-tiba pasang Mengajaknya pergi

Menghitung jarak dengan sunyi

Keindahan bahasa puisi karya Sapardi Djoko Darmono adalah keindahan menggunakangaya bahasa. Perhatikanah baris-baris puisi seperti dikutip dibawah ini.

(14)

Jadi makhluk apakah yang bisa terdiam atau mengajak pergi, yang bisa bertingkah laku seperti itu adalah manusia. Namun, Sapardi menganggap baying-bayang dan cahaya sebagai manusia. Gejala semacam ini disebut asonansi. Kata asonansi diartikan sebagai pertautan di ingatan pada orang atau barang lain, bisa juga dimaknai sebagai pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindra. (Siswanto:2008)

f. Rima 1). Rima

Ada sedikit perbedaan konsep rima dengan sajak. Sajak adalah persamaan bunyi pada akhir baris puisi, sedangkan rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, di tengah, maupun akhir baris puisi.

2). Aliterasi

Pengertian alitrasi adalah persamaan bunyi itu dapat berupa persamaan bunyi vokal, dapat pula berupa persamaan konsonan. Pengulangan bunyi dalam satu rangkaian kata-kata yang berdekatan dalam satu baris berupa bunyi konsonan inilah yang disebut aliterasi.

Misalnya:

Takut titik lalu tumpah.

Keras-keras kerak kena air lembut juga.

3). Asonansi

(15)

kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan. Misalnya:

Ini muka penuh luka siapa punya.

Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu.

2. Struktur batin puisi yang meliputi :

a. Tema

Tema atau makna adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang sedangkan makna berhubungan dengan isi yang terdapat dalam puisi. Tema bersifat khusus tapi objek (bagi semua penafsiran) dan lugas (tidak dibuat-buat), tema tidak dapat dilepaskan dari perasaan penyair, nada yang ditimbulkan dan amanat yang hendak disampaikan.

Siswanto, 2008 mengatakan salah satu tataran dalam bahasa adalahhubungan tanda dengan makna yang dipelajari dalam semantik. Karena bahasa berhubungan dengan makna maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, sampai keseluruhan. Untuk puisi yang konvensional tiap kata-baris, bait sampai keseluruhan puisi mempunyai makna, tetapi mulai berkurang pada puisi modern/kontemporer. Bahkan sutardji Calzoum Bachri menghilangkan dan membebaskan kata dari makna, meskipun demikian puisi-puisi Sutardji mempunyai satu gagasan pokok. Gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang atau yang terdapat dalam puisi inilah yang disebut tema. Meskipun bahasa yang digunakan bebeda, tema dalam “Padamu Jua” (Amir Hamzah) dan “Doa” (Chairil Anwar) sama, yakni kembali ke Tuhan.

(16)

b. Rasa

rasa atau feeling dalam puisi adalah perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dihayati oleh pembaca. Siswanto, 2008:124 menyatakan bahwa rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin,kelas social, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, srta pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja tetapi lebih banyak bergantung kepada wawasan, pengetahua, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

Contoh pada puisi Toto Sudarto Bachtiar dalam “gadis peminta-minta”, menyikapi pengemis dengan netral, tidak membenci dan tidak juga dengan rasa belas kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan pengemis kecil dalam dunianya sendiri, bukan merupakan dunia yang penuh penderitaan seperti disangka orang.

c. Nada

(17)

masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca. Dalam puisi “Jalan Segera”, sikap Taufiq Ismail terhadap penguasa sinis. Dalam puisi “Nyanyian Angkasa”, Rendra seakan menganjak pembaca untuk melihat perlakuan masyarakat, dokter dan paspot terhadap pelacur. (Siswanto, 2008:125)

d. Amanat

Amanat atau tujuan adalah alasan atau latar belakang yang mendorong penyair menciptakan puisi, amanat adalah pesan apakah atau nasehat yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca, sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi.

(18)

2.3 Struktural

Dalam bahasa arab strktural di sebut juga dengan

ﺐﻴﻛﺮﺗ

ﻝﺍ

, Kelahiran kritik sastra

struktural berawal dari upaya yang dirintis kaum formalis (asy-syakliyyah) Rusia yang ingin membebaskan karya sastra dari lingkungan ilmu-ilmu lain, seperti psikologi, sejarah, atau penelitan kebudayaan. Pendekatan yang dipakai kaum formalis itu kemudian berkembang di beberapa negara barat menjadi aliran kritik sastra baru yang kemudian dikenal dengan strukturalisme (al-bina’iyyah).

Analisis struktural berkembang di Prancis pada tahun 1965 di tangan Levi-Strauss dan Ronald Barthes. Aliran ini berkembang di tangan TS. Eliot dan terutama di Amerika oleh aliran new Cristidism (madrasah an-naqd al-jalid) yang dipelopori oleh antara lain WK. Wimsatt dan John Crow Ranson.

Aliran strukturalisme memandang bahwa kritik sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai penikmat, hal-hal yang disebut ekstrinsik (di luar karya sastra), seperti data-data biografi, psikologi, sosiologi, dan sejarah. Aliran ini menandai dimulainya studi sastra yang bukan bersifat diakronis, tetapi singkronis.

(19)

Dilihat dari sisi bahwa karya sastra sebagai karya otonom, antara teori formalis dengan strukturalisme adalah sama, yaitu sama-sama berpusat pada teks sastra itu sendiri. Yang membedakannya adalah bahwa kaum formalis lebih menekankan pada keindahan sastra. Sedangkan strukturalisme memongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek-aspek karya sastra yang sama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Dalam strukturalisme, yang penting bukanlah penjumlahan anasir-anasir sastra, Tetapi sumbangan yang diberikan semua anasir pada keseluruhan makna dalam keterkaitan dan keterjalinanya secara keseluruhan, unsur teks hanya mempunyai arti penuh melalui relasi, terutama dalam konteks sastra, elasi asosiasi. Karya sastra dilihat kaum sturukturalis sebagai phenomena yang memiliki stuktur (bangunan)yang saling terkait satu sama lain. Struktur tersebut memiliki hubungan yang kompleks, sehingga pemaknaan harus diarahkan pada hubungan antarunsur secara keseluruhan. (Kamil, 2009).

(20)

barisnya empat dengan tersususn ke bawah) artinya hal ini dilakukan untuk menegaskan makna dalam setiap baris dan bait. Semua unsur-unsur itu dilihat teori strukturalisme jalan menjalin dengan rapi yang memiliki interrelasi dan saling ketergantungan (interrelation and mutual dependencies). (Kamil, 2009)

Pentingnya relasi antarunsur sastra pandangan bahwa karya sastra harus dipandang sebagai karya yang otonom dalam teori strukturalisme tentu saja bisa dipahami. Alasanya karena sebagaimana dikatakan Jean Piage, struktur apa pun, baik politik, psikologis, maupun sastra, mempunyai tiga sifat: totalisasi (wholeness), perubahan bentuk (transpormation), dan mengatur diri sendiri (self regulation). Kendati, sebuah struktur terdiri dari berbagai unsur, tetapi sebagai totalitas (keseluruhan), semua unsur-unsur itu berkaitan satu sama lain dan unsur-unsur itu membentuk struktur. Selain itu, secara hierakis, sebuah struktur mesti terdiri dari substruktur-substruktur yang terikat oleh struktur yang lebih besar. Namun konsep struktur bukan berarti terstruktur, tetapi juga menstruktur. Sebuah struktur pun akan mengalami perubahan yang terjadi pada sebuah unsurnya akan mengakibatkan perubahan unsur-unsur lainnya. Dengan demikian, struktur juga mengatur dirinya sendiri. (Kamil, 2009)

Strukturalisme telah dimulai sejak masa Yunani, yaitu ketika Aristoteles menulis poetika pada taun 340 SM yang telah diterjemahkan kedalam bahasa arab. Menurutnya,

(21)

struktur luar dan struktur dalam sebuah karya sastra dan strukturalisme juga tidak mensyaratkan seseorang pengkaji sastra memiliki penetahuan seluas mungkin mengenai latar belakang sejarah, kebudayaan, psikologi, filsafat, dan lain-lain. Strukturalisme hanya mensyaratkan kemampuan bahasa, kepekaan sastra, dan minat yang intensif.

Karya sastra disamping memiliki unsur instrinsik yang otonom, tetapi juga ekstrinsik. Karya sastra merupakan struktur makna yang mewiliki pandangan dunia atau ideolgi yang diekspresikannya.Yang dimaksud pandangan dunia adalah kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, inspirasi-inspirasi, dan perasaan-perasaan yang menyatukan anggota-anggota suatu kelompok social tertentu, sebagai hasil dari situasi sosial politik dan ekonomi yang dihadapi secara kolektif, yang karena itu berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Jadi, strukturalisme genetik bermaksud menerangkan karya sastra dari sisi homologi, persesuaian dengan struktur sosialnya (Kamil, 2009:182-188).

Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Untuk memahami karya sastra harus dianalisis (Hill, 1966: 6, dalam pradopo), dalam analisis itu karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya dengan demikian makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami.

(22)

ﺔﻠﻳﺫﺮﻟﺍ ﻦﻋ ﺪﻌﺒﻳﻭ ﺔﻠﻴﻀﻔﻟﺍ ﻰﻟﺍﻮﻋﺪﻳﻭ ﻖﻠﺨﻟﺍ ﺏﺬﻬﻳﻭ ﺲﻔﻨﻟﺍ ﻰﻓ ﺮﺛﺆﻳ ﺮﺜﻧ ﻭﺃ ﺮﻌﺷ ﻞﻛ ﺏﺩﻷﺍ

ﻞﻴﻤﺟ ﺏﻮﻠﺳ ﺄﺑ

/al-‘adabu kulu syi’ru ‘aw nasyisi yu’syiru fil nafsi wa yahẕabu khalaqa wa yad’uw lil fadīlatu wa yab’adu ‘an raẕiati bi’usluwtu jamīlu / ꞌAdab adalah setiap syair atau prosa yang diungkapkan dengan gaya bahasa yang indah, dapat mempengaruhi jiwa, dan mendidik budi pekerti untuk berakhlak mulia dan menjauhi akhlak tercelaꞌ.

Karya sastra merupakan sebuah struktur. Artinya Bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terkait, saling berkaitan, dan saling tergantung.

(23)

kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur (pradopo,1999:118).

Berdasarkan pengertian strukturalisme diatas dapat disimpulkan bahwa struktural puisi atau syair yaitu membahas unsur instrinsik dan ekstinsik yang mencakup unsur fisik dan unsur batin.

2.4 Puisi

Dalam bahasa arab puisi di sebut juga dengan

ﺮﻌﺷ

ﻝﺍ

, karya sastra terdiri atas dua

jenis sastra ( genre), yaitu prosa dan puisi. Biasanya, prosa disebut sebagai karangan bebas, sedangkan puisi disebut karangan terikat. Prosa itu karangan bebes berarti bahwa prosa tidak terikat oleh aturan-aturan ketat. Puisi itu karangan terikat berarti puisi itu terikat oleh aturan-aturan ketat. Akan tetapi, pada waktu sekarang, para penyair berusaha melepaskan diri dari aturan yang ketat itu. Dengan demikian terjadilah kemudian apa yang disebut sajak bebas. Akan tetapi, sungguhkah sajak itu bebas. Sajak tetap tidak bebas, tetapi yang terikat adalah hakikat sendiri, bukan aturan yang ditentukan oleh sesuatu di luar dirinya. Aturan di luar puisi itu ditentukan oleh penyair yang membuat dahulu ataupun masyarakat. Hal ini tampak pada puisi lama yang harus mengikii aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, yaitu aturan-aturan bait, baris, jumlah kata, dan pola sajak, terutama sajak akhir.

(24)

ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga puisi dapat dikaji dari sudut kseejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang. Sepanjang jaman puisi selalu mengalami perubahan, perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan ( inovasi ). Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetikanya.

Meskipun demikian, orang tidak akan memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karangan estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis.

Adapun Shahnon Ahmad (1978:3) mengumpulkan defenisi-defenisi puisi pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungan, dan sebagainya.

Carlyes berkata puisi merupakan pemikiran yang bersifat musukal. Penyair dalam menciptakan puisi itu memikrkan bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata di susun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkain bunyinya yang menonjol seperti music, yaitu dengan mengguakan orkestrasi bunyi.

(25)

sedangkan Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Di sini, misalnya dengan kiasan, dengan citra-citra, dan di susun secara artistik ( misalnya selaras, simetris, pemilihan katanya tepat, dan sebagainya ) dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik ( pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur ).

Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya itu merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Jadi, dari defenisi-deenisi tersebut kelihatan adanya perbedaan-perbedaan pemikiran mengenai pengertian puisi. Namun, seperti dikemukakan Shahnon Ahmad bahwa bila unsur-unsur dari pendapat-pendapat itu dipadukan, maka akan didapat garis-garis besar tentang pengertian puisi yang sebenarnya. Unsur-unsur tersebut berupa: emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancra indra, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Disitu dapat disimpulkan ada tiga unsur yang pokok. Pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga ialah kesannya. Semuanya terungkap dalam media bahasa.

(26)

memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.

2.5 Lagu Maqadir

Lagu dalam bahasa arab disebut dengan

ءﺎﻨﻏ

, Sebuah lagu sudahlah tentu

berhubungan dengan musik, begitu banyak peranan musik dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai ungkapan emosional, penghayatan estesis, hiburan, komunikasi, perlambangan, reaksi jasmani, fungsi yang berkaitan dengan norma sosial dan lain

sebagainya.

menurut Yunus (1990) kata ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīrun/ berasal dari kata ﺭﺪﻗ /qadara/ jamaknya ﺭﺍﺪﻗﺃ /aqdāra/ yang berarti 'ditentukan tuhan'. Seperti halnya dalam lagu maqādīr ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/'takdir') ini bahwa huruf qaf () dalam bahasa arab pasaran

(amiyah) dibaca dengan huruf ghein () atau bunyi huruf g. Oleh karena itu, kata magādīr sebenarnya dalam tulisan arabnya tertulis ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīrun/) tetapi untuk

bahasa arab pasaran huruf qaf biasanya dibaca menjadi g sehingga jadinya magādīr. Kata maqadir berasal dari timbangan (wajan) ﻞﻴﻋﺎﻔﻣ , bahasa arab itu memang ada dua jenis, yaitu bahasa formal (fushha) dan bahasa pasaran (‘amiyah). Jadi lagu maqādīr ini diucapkan dengan bahasa pasaran. Oleh karena itu huruf ﻕ berubah menjadi g.

(27)

maqādīr/'takdir') berisi 7 bait dan berisi tentang pengharapan kebahagian dalam

Referensi

Dokumen terkait

pendengar melalui isi pesan yang dipersuasifkan. Isi pesan dalam sebuah ungkapan biasanya berupa arti atau makna yang ingin disampaikan oleh penulis atau pembicara

karena tagigo merupakan sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu atau.. makna ganda tapi

4.4 Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap memperhatikan makna puisi  Membaca puisi  Mengartikan kata-kata sulit  Menjawab pertanyaan sesuai isi puisi..

1) Pada saat mendeklamasikan puisi hal yang harus dilakukan adalah memahami makna, isi dan pesan yang ingin disampaikan. 2) Apabila puisi tentang harapan dan doa,

disampaikan secara menarik tidak monoton sehingga merangsang objek dakwah untuk mengakaji tema-tema Islam yang pada gilirannya objek dakwah akan mengkaji lebih mendalam

84 Pilihan kata atau diksi adalah adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan

Persamaan tema puisi Chairil Anwar adalah persamaan kumpulan puisi Chairil Anwar dan Heru Untung Leksono ini yaitu sama-sama menceritakan tema yang berhubungan

Gagasan sentral yang terdapat atau ditemukan dalam karya sastra disebut makna muatan, sedangkan makna atau gagasan yang dimaksud oleh pengarang (pada waktu menyusun cerita