• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Pitch Angle Turbin Angin Berbasis Kendali Logika Fuzzy (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan Sekitarnya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaturan Pitch Angle Turbin Angin Berbasis Kendali Logika Fuzzy (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan Sekitarnya)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Turbin Angin

Turbin angin adalah elemen utama dari sebuah pembangkit listrik tenaga

angin dan digunakan untuk memproduksi energi listrik yang merupakan hasil

konversi dari energi kinetik angin. Turbin angin awalnya dibuat untuk

mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi,

keperluan irigasi. Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda,

dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan nama Windmill. Sejak

awal maraknya penggunaan turbin angin secara komersial sebagai pembangkit

tenaga listrik di tahun 1980, telah terjadi peningkatan yang pesat dalam hal

karakteristik, efisiensi, kapasitas dan desain dari turbin angin.

Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga angin ialah dengan memanfaatkan

energi kinetik dari partikel angin bergerak dengan kecepatan tertentu yang

ditangkap oleh turbin angin. Baling-baling turbin dirancang sedemikian rupa

sehingga memungkinkan untuk menggerakkan poros rotor generator.

Baling-baling memutar poros dari turbin yang akan menyebabkan rotor pada generator

akan bergerak dan generator mengubah energi rotasi menjadi energi listrik [2].

Potensi dan inovasi baru dalam desain turbin angin secara terus menerus

dieksploitasi dan terutama terkonsentrasi pada desain baling-baling yang lebih

ringan dengan fitur aerodinamis yang lebih baik. Selain itu, sistem pengendalian

pada turbin angin pun terus dikembangkan untuk mendapatkan tangkapan energi

(2)

kinerja dari turbin angin ialah dengan mengendalikan sudut kerja baling-baling

turbin angin.

Secara keseluruhan, industri energi angin mencapai kemajuan besar dalam

dua dekade terakhir dan hal ini akan memainkan peran penting dalam tujuannya

untuk meningkatkan produksi listrik dari sumber energi terbarukan.

Berdasarkan arah sumbunya, turbin angin dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu:

a. Turbin Angin Sumbu Horizontal

Turbin angin sumbu horizontal ialah turbin angin yang memiliki poros

rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin yang berukuran kecil

diarahkan oleh baling-baling angin yang sederhana, sedangkan turbin berukuran

besar pada umumnya akan menggunakan sensor angin yang digandeng dengan

sebuah servo motor. Kebanyakan turbin angin jenis ini memiliki gearbox yang

mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat sebagai gaya

masukan untuk memutar rotor pada generator [2].

Menara umumnya menghasilkan turbulensi di belakangnya, sehingga

turbin harus diarahkan melawan arah angin yang datang padanya. Bilah-bilah

turbin dibuat kaku agar tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan

tinggi.

Adapun kelebihan turbin angin sumbu horizontal adalah:

(3)

Sedangkan kekurangan dari turbin angin sumbu horizontal adalah:

 Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox dan generator.

 Turbin yang tinggi harus diletakkan pada daerah yang aman dari lokasi lintasan pesawat untuk menghindari kecelakaan

 Ukurannya yang tinggi akan merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu estetika pemandangan secara umum

 Membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk membelokkan kincir ke arah angin

Gambar 2.1 Turbin Angin Sumbu Horizontal

Turbin angin sumbu horizontal terdiri dari beberapa komponen yang

dipasang utamanya pada bagian atas dari menara. Dalam menara turbin angin,

umumnya hanya terdapat tangga yang digunakan untuk mengakses ruangan nasel

pada bagian atas menara. Sedangkan perangkat-perangkat lainnya berada di dalam

(4)

Gambar 2.2 Bagian-bagian Turbin Angin Sumbu Horizontal

Secara umum, konfigurasi utama turbin angin poros datar terdiri dari; rotor

(blade dan hub), nasel/nacelle, generator, transmisi gearbox, kopling dan rem,

sistem orientasi (yaw system), menara, sistem kontrol dan pondasi, seperti

diperlihatkan pada gambar atas. Adapun penjelasan dari masing-masing bagian

tersebut adalah:

1. Sudu (Blade /Baling-baling)

Rotor turbin angin yang terdiri dari baling-baling/ sudu dan hub

merupakan bagian dari turbin angin yang berfungsi menerima energi kinetik

dari angin dan merubahnya menjadi energi gerak (mekanik) putar pada poros

penggerak. Pada sebuah turbin angin, baling-baling rotor dapat berjumlah 1, 2,

(5)

2. Rotor Hub

Hub merupakan bagian dari rotor yang berfungsi menghubungkan

sudu dengan shaft (poros) utama.

3. Kontrol Pitch Sudu

Salah satu tipe rotor adalah dengan sudu terpasang variabel yang dapat

dirubah sudut serangnya dengan mengatur posisi sudut serang sudu terhadap

arah angin bertiup. Rotor dengan mekanisme demikian disebut dengan rotor

dengan pitch sudu variabel. Tidak semua turbin angin menggunakan tipe rotor

dengan sudut sudu variabel.

4. Rem

Rem berfungsi untuk menghentikan putaran poros rotor yang bertujuan

untuk keamanan atau pada saat dilakukan perbaikan.

5. Poros Rotor Putaran Rendah

Poros rotor berfungsi untuk memindahkan daya dari rotor ke generator,

dapat secara langsung maupun melalui mekanisme transmisi gearbox.

6. Gearbox

Pada umumnya transmisi di turbin angin berfungsi untuk

memindahkan daya dari rotor ke generator dengan dipercepat putarannya. Hal

ini diperlukan karena umumnya putaran rotor berotasi pada putaran rendah,

(6)

7. Generator

Generator merupakan komponen terpenting dalam sistem turbin angin,

dimana fungsinya adalah merubah energi gerak (mekanik) putar pada poros

penggerak menjadi energi listrik. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan

oleh generator dapat berupa alternating current (AC) maupun direct current

(DC) dan tegangan keluarannya dapat dari tegangan rendah (12 volt) atau

sampai tegangan 680 volt atau lebih.

8. Kontrol Arah

Pada turbin angin yang relatif besar, umumnya sudah menggunakan

sistem geleng aktif (active yawing system), yang digerakkan oleh motor servo.

Kontrol yawing disini berfungsi menerima input dari sensor anemometer

(mendeteksi kecepatan angin) dan wind direction ( mendeteksi perubahan arah

angin), dan memberikan komando kepada motor servo untuk membelokkan

arah poros turbin angin dan juga memberikan masukan kepada kontrol pitch.

9. Anemometer Sensor

Anemometer berfungsi untuk mendeteksi/mengukur kecepatan angin,

sebagai masukan kepada sistem kontrol untuk mengendalikan operasional

pada kondisi optimum.

10.Tail Vane

Salah satu sistem orientasi yang pasif (passive yawing) adalah

menggunakan ekor pengarah. Fungsi dari ekor pengarah (tail vane) adalah

(7)

11.Nasel (Nacelle)

Fungsi nasel adalah untuk menempatkan dan melindungi

komponen-komponen turbin angin, yaitu : generator, gearbox, kopling, rem, kontrol,

sistem geleng (yawing system).

12.Poros Rotor putaran tinggi

Poros rotor putaran tinggi berfungsi untuk memindahkan daya dari

girboks ke generator.

13.Roda gigi sistem geleng (Yaw drive)

Fungsi yaw drive adalah untuk menempatkan komponen turbin angin

yang berada diatas menara menghadap optimal terhadap arah angin bertiup

mengikuti perubahan arah angin.

14.Motor servo (Yaw motor)

Fungsi motor yaw adalah untuk menggerakan yaw drive untuk

menempatkan komponen turbin angin yang berada diatas menara menghadap

optimal terhadap arah angin bertiup mengikuti perubahan arah angin.

15.Menara / Tower

Menara merupakan tiang penyangga yang fungsi utamanya adalah

untuk menopang rotor, nasel dan semua komponen turbin angin yang berada

(8)

b. Turbin Angin Sumbu Vertikal

Turbin angin sumbu vertikal memiliki poros atau sumbu rotor utama yang

disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus

diarahkan ke angin agar bekerja secara efektif. Kelebihan ini sangat berguna

untuk lokasi penempatan yang arah anginnya bervariasi. Turbin angin jenis ini

mampu untuk memanfaatkan angin dari berbagai arah [2].

Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di

dekat tanah, sehingga menara tidak perlu menyokong dan lebih mudah untuk

diakses ketika akan dilakukan perawatan. Sehingga biaya perawatannya dari sisi

ini akan menjadi lebih efisien dan rendah.

Namun demikian, karena sulit untuk dipasang diatas menara, maka turbin

angin jenis ini dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah

atau puncak atap sebuah bangunan. Dimana hal ini akan menyebabkan kecepatan

angin yang akan dimanfaatkan menjadi lebih rendah, sehingga energi angin yang

tersedia akan menjadi lebih kecil. Aliran udara yang dekat tanah dan obyek yang

menghalagi datangnya angin juga dapat menyebabkan permasalahan yang

berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan

meningkatkan biaya pemeliharaan untuk mengatasi masalah ini dan

memungkinkan umur turbin angin yang lebih singkat.

Secara umum, adapun kelebihan daru turbin angin sumbu vertikal adalah:

 Karena bilah rotornya vertikal, maka tidak dibutukan mekanisme

(9)

 Karena penempatannya yang dekat dengan dasar lokasi penempatannya, maka pemeliharaannya akan menjadi lebih mudah

 Memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju angin sebenarnya) yang lebih

rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin

berhembus kencang

Namun, jenis turbin ini juga memiliki kekurangan, yaitu:

 Umunya jenis turbin ini hanya memproduksi 50% energi listrik yang dapat dibangkitkan oleh turbin angin sumbu horizontal

 Kebanyakan turbin jenis ini memiliki torsi awal yang rendah, sehingga membutuhkan dorongan eksternal untuk memulai operasi

Gambar 2.3 Turbin Angin Sumbu Vertikal

Perbedaan lainnya antara jenis turbin angin adalah dengan membedakan

apakah rotor dapat bekerja dengan kecepatan variabel atau terpaku pada kecepatan

(10)

a. Fixed-Speed Wind Turbines

Jenis turbin angin ini adalah yang paling dasar pada operasi turbin angin.

Menggunakan hanya sedikit perubahan kecepatan turbin rotor dan menggunakan

mesin induksi dengan rotor sangkar yang langsung terhubung ke jaringan listrik.

Bantuan daya reaktif eksternal dibutuhkan untuk mengompensasi daya reaktif

yang terpakai oleh mesin induksi. Turbin angin jenis ini menggunakan stall

regulation dan blade pitch regulation untuk mengatur daya yang dibangkitkan

saat kecepatan angin sedang tinggi [3].

Gambar 2.4 Skema Fixed-speed Wind Turbine

b. Variable-Speed Wind Turbine

Variable-Speed Wind Turbine didesain untuk bekerja dengan kecepatan

rotor yang variatif. Turbin ini umumnya menggunakan blade pitching sebagai

pengatur daya keluaran. Kontrol kecepatan dan daya memungkinkan turbin untuk

menghasilkan daya keluaran yang lebih besar daripada Fixed-speed Wind Turbine.

Turbin angin jenis ini menggunakan mesin induksi dengan rotor belitan dengan

penambahan konverter AC/DC. Turbin angin jenis ini menggunakan jenis kontrol

(11)

Gambar 2.5 Skema Variable-Speed Wind Turbine

2.2 Pengontrolan Daya Turbin Angin

Pembangkitan energi angin terjadi berdasarkan prinsip perubahan energi

kinetik angin sebelum dan setelah melewati turbin angin. Ketika melewati turbin

angin, angin akan mengalami pengurangan energi kinetik yang ditandai dengan

berkurangnya kecepatan angin. Energi kinetik yang hilang ini akan dikonversikan

menjadi energi mekanik yang memutar turbin angin, turbin angin ini akan

terhubung dengan rotor dari generator. Generator mengubah energi mekanik

menjadi energi listrik [1].

Besar daya mekanik ( ) yang dihasilkan oleh turbin angin didefenisikan

dalam persamaan di bawah ini [1]:

= . . . . (2.1)

Dimana:

 adalah massa jenis angin (kg/m3)

 Cp adalah koefisien performansi turbin angin

 A adalah luas daerah sapuan turbin (m2)

(12)

Koefisien performansi, Cp, dinyatakan sebagai perbandingan antara energi

yang dihasilkan oleh turbin angin dengan total energi angin yang melalui suatu

daerah bila tidak terdapat turbin angin tersebut [2].

Tip speed ratio, , adalah rasio perbandingan antara kecepatan pada ujung

baling-baling turbin angin dan kecepatan angin [2]. Hal ini dapat dijelaskan

bahwa dengan bentuk baling-baling turbin yang baik, maka kecepatan putaran

baling-baling dapat ditingkatkan dengan rasio tertentu dibandingkan kecepatan

angin yang sedang mengalir dengan memanfaatkan aerodinamika dari

baling-baling turbin. Besaran berbeda-beda untuk tiap jenis turbin. Adapun turbin

angin sumbu horizontal seperti pada penelitian ini memiliki besaran konstan

sebesar 8,1. Sedangkan untuk menghitung besaran aktual dari rasio ini dapat

dilihat pada persamaan (2.2).

=

=

. (2.2)

Besaran nilai Cp tergantung pada tip speed ratio ( ) dan sudut pitch

baling-baling ( ) dengan hubungan sebagai berikut [5]:

( , ) = − − + (2.3)

dimana

= . − . (2.4)

Koefisien c1 hingga c6 merepresentasikan diameter rotor, konstanta bahan

(13)

tinggi dan tingkat kelenturan bahan, secara berurutan. Koefisien ini berbeda-beda

besarannya untuk jenis turbin yang berlainan. Tiap jenis turbin memiliki standar

besaran koefisien masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya. Pada turbin

angin sumbu horizontal seperti yang digunakan pada penelitian, besaran yang

digunakan adalah c1 = 0.5176, c2 = 116, c3 = 0.4, c4 = 5, c5 = 21 dan c6 = 0.0068

[4].

Hubungan antara Koefisien performansi (Cp)dan Tip speed ratio ( ) dapat

dinyatakan dengan kurva pada gambar 2.6 [4].

Gambar 2.6 Karakteristik Cp Vs dengan pitch angle

Umumnya dalam perancangan turbin angin, terdapat beberapa parameter

yang harus diperhitungkan, yaitu kecepatan cut-in (Vcut), kecepatan rating (Vrated),

dan kecepatan cut-off yang merupakan kecepatan dimana turbin angin harus

berhenti beroperasi untuk menghindari kerusakan akibat kecepatan angin yang

melewati turbin angin melebihi batas ketahanan turbin [1].

Melalui persamaan (2.1), daya yang didapat dari angin adalah fungsi kubik

(14)

dua kali lipat lebih besar, maka daya yang akan dihasilkan menjadi delapan kali

lebih besar. Sehingga turbin angin harus didesain agar mampu menahan beban

angin yang lebih tinggi dibanding besaran daya yang bisa dibangkitkan untuk

menghindari kerusakan [2].

Kecepatan angin yang tinggi hanya berlangsung singkat dan hanya

mempengaruhi sedikit dalam proses pembangkitan daya, namun bila tidak

dikontrol, maka desain dan biaya pembuatan generator angin akan meningkat

hanya untuk memastikan turbin angin mampu menahan besaran angin tersebut

[2].

Dengan demikian, maka sangat diperlukan kontrol daya pada turbin angin.

Hal ini tidak lain untuk mendapatkan pembangkit angin yang efisien dan efektif

baik dari segi daya yang dibangkitkan maupun dari segi biaya yang akan

dikeluarkan sebagai investasi yang tepat guna. Saat ini terdapat tiga pilihan

kontrol daya keluaran turbin angin yang umum digunakan.

2.2.1 Stall Control

Stall control adalah metode kontrol yang paling mudah, kuat dan murah.

Metode kontrol ini digunakan untuk turbin angin ukuran kecil dan sedang, dikenal

juga sebagai kontrol pasif karena tidak ada komponen bergerak sebagai pengatur.

Aerodinamika baling-baling menentukan besaran daya keluaran. Lengkungan dan

ketebalan baling-baling rotor yang dibentuk sedemikian rupa akan menyebabkan

turbulensi pada baling-baling ketika kecepatan angin melebihi batas kecepatan

yang ditentukan. Turbulensi ini akan menyebabkan energi angin yang ditransfer

(15)

aerodinamika baling-baling menyebabkan rotor kehilangan daya saat kecepatan

angin melebihi batas tertentu [2].

Adapun kekurangan dari kontrol jenis ini adalah rendahnya efisiensi saat

kecepatan angin rendah dan tidak membantu saat melakukan start mula turbin

dari keadaan berhenti. Selain itu, jenis kontrol ini hanya dapat diaplikasikan pada

turbin angin dengan kecepatan konstan, dimana turbin angin jenis ini

menghasilkan efisiensi daya yang lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin

dengan kecepatan yang berubah-ubah [2].

2.2.2 Pitch Control

Baling-baling pada turbin angin yang memiliki pitch control dapat

berubah posisi menjauhi atau mendekati arah datangnya angin saat daya keluaran

sangat tinggi ataupun sangat rendah, berurutan. Sudut baling-baling rotor dapat

diatur secara aktif oleh sistem kontrol untuk menghindari daya yang tidak

diharapkan. Pitch control bekerja relatif cepat dan dapat digunakan untuk

membatasi kecepatan rotor dengan mengatur aerodinamika aliran daya. Pada saat

kecepatan angin rendah dan sedang, sudut baling-baling diatur untuk

memungkinkan turbin angin bekerja pada kondisi optimumnya. Sedangkan saat

kecepatan angin sedang tinggi, sudut baling-baling akan dinaikkan agar daya

aerodinamika berkurang dan menjaga kecepatan putaran rotor agar tetap dalam

batas yang dapat dikontrol [2].

Keuntungan utama kontrol jenis ini adalah kontrol daya menjadi sangat

baik (daya yang dibangkitkan sangat mendekati daya maksimal saat kecepatan

(16)

kerja turbin saat keadaan bahaya. Ketika turbin harus berhenti bekerja ketika

kecepatan angin melebihi batasnya, maka turbin dengan pitch control dapat

mengatur sudut baling-baling untuk mengurangi gaya aerodinamika yang

ditimbulkan oleh energi angin [2].

Sedangkan kekurangannya yang harus diwaspadai adalah kesukaran dalam

mekanisme pengaturan sudut pada baling-baling itu sendiri [2].

2.2.3 ActiveStall Control

Seperti yang ditunjukkan oleh namanya, maka kontrol ini adalah

kombinasi dari dua teknik kontrol yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada saat

kecepatan angin rendah dan sedang, maka baling-baling akan diatur sudutnya

serupa dengan turbin yang diatur dengan pitch control. Kemudian ketika turbin

angin mencapai batas kapasitasnya, maka baling-baling akan mengarahkan

sudutnya ke arah berlawanan untuk menjaga daya keluaran agar tetap beroperasi

dengan efektif [2].

2.3 Pitch Angle Control

Kontrol sudut baling-baling turbin angin adalah kontrol yang mengubah

besaran sudut baling-baling dalam menghadapi arah datangnya angin. Dengan

merubah besaran sudut serangan pada arah datang angin, maka tingkat

aerodinamika turbin akan berubah dan menyebabkan turbin memiliki sifat

(17)

Gambar 2.7 Pengaruh sudut pitch angle pada aerodinamika turbin

Pengaturan pitch angle akan merubah sudut baling-baling dengan memutar

leher baling-baling yang terlekat pada rotor turbin. Putaran pada leher rotor ini

dibantu oleh sebuah servo motor dimana servo motor akan mendapatkan perintah

dari pengendali. Pengendali akan memantau kecepatan angin yang sedang

mengalir di udara dengan memanfaatkan anemometer yang terpasang pada ekor

turbin. Anemometer kemudian akan terhubung pada sensor untuk mengetahui

berapa kecepatan angin yang sedang mengalir dan memberikan sinyal pada

pengendali. Pengendali akan memroses data angin yang diterima untuk kemudian

menghasilkan besar geseran sudut yang harus diberikan pada servomotor. Adapun

geseran pada baling-baling dapat dilihat pada gambar 2.8.

(18)

Koefisien performasi turbin angin (Cp) menentukan proporsi dari energi

angin yang dapat dimanfaatkan oleh turbin angin untuk dikonversi menjadi energi

listrik. Besaran ini sangat tergantung pula pada pitch angle baling-baling turbin.

Memutar tiap baling-baling pada sisi longitudinalnya akan merubah pitch angle

yang akan menyebabkan berubahnya besaran Cp yang selanjutnya akan merubah

besaran daya yang dihasilkan dari angin. Pengaturan sudut ini dapat dilakukan

dengan tepat dan cepat dengan menggunakan kontrol servo motor elektrik,

dimana penggunaan perangkat ini memungkinkan kontrol yang halus pada daya

keluaran turbin. Umumnya turbin angin dengan daya lebih dari 0.5 MW

menggunakan kontrol ini sebagai pengatur daya. Tujuan lain dari penggunaan

kontrol ini adalah untuk menghindari daya masukan aerodinamis dan torsi yang

melebihi kemampuan elektris dan mekanis dari perangkat turbin angin dimana hal

ini dapat disebabkan oleh kecepatan angin yang melebihi batas toleransi

kecepatan angin yang dapat diterima turbin [2].

Kontrol diagram secara skematis dapat dilihat pada gambar 2.9 [5].

(19)

Torsi generator (Qe) dan pitch angle ( ) mengontrol turbin angin. Sistem

kontrol ini menggunakan besaran daya yang dibangkitkan (Pe) dan kecepatan

generator ( r), dan dibandingkan dengan torsi generator referensi (Qe ref) dan

pitch angle referensi ( ref), dengan menggunakan dua tahapan kontrol [5].

Aplikasi kontrol ini memungkinkan energi yang yang ditangkap turbin

menjadi maksimal saat kecepatan angin rendah dengan memanfaatkan efek tip

speed ratio yang konstan akibat penambahan kontrol tersebut. Pada saat

kecepatan angin rendah, maka pitch angle akan diatur pada besaran yang konstan

yaitu pada pitch angle yang menghasilkan daya terbesar. Sedangkan pada saat

kecepatan angin tinggi, maka torsi dan daya akan dibatasi pada Qrate dan Prate yang

memiliki besaran yang konstan [5].

Pengaturan pitch angle dibutuhkan pada kondisi dimana kecepatan angin

yang sedang bekerja lebih tinggi daripada kecepatan angin yang menjadi dasar

kerja (rated wind speed) turbin angin tersebut. Sedikit perubahan pada pitch angle

akan memiliki pengaruh yang signifikan pada daya yang dihasilkan. Adapun

beberapa tujuan dari penggunaan kontrol pitch angle adalah [6]:

 Memaksimalkan daya keluaran pada turbin angin, dimana saat kecepatan angin dibawah rata-rata maka pengaturan sudut

baling-baling harus pada titik optimumnya agar menghasilkan daya

maksimal.

 Menghindari masukan daya mekanis dari angin yang melebihi kemampuan dari turbin angin itu sendiri. Saat kecepatan angin

(20)

agar daya yang dihasilkan dan daya aerodinamika yang diterima

turbin tetap dalam keadaan efektif.

Pitch control memiliki dua strategi pengerjaan, yaitu dengan cara

konvensional dimana menggunakan proportional and integral (PI) controller

yang membutuhkan pengetahuan tentang dinamika sistem yang baik. Sedangkan

cara lainnya adalah dengan menggunakan logika fuzzy dimana tidak diperlukan

dinamika sistem yang sangat dikenali dan ketika data yang digunakan tidak linear,

misalnya seperti tenaga angin yang kecepatannya terus berubah-ubah (tidak

konstan) [6].

2.3.1 Proportional and Integral (PI) Controller

Pengaturan pitch angle berfungsi untuk mencari sudut kerja optimal dari

baling-baling turbin angin pada kecepatan angin tertentu. Pengaturan pitch angle

umumnya menggunakan proportional and integral (PI) controller. Kinerja yang

baik dari turbin angin tergantung pada pilihan gain pengendali, namun pemilihan

gain yang terbaik untuk jenis kontrol ini sangatlah sulit dan umumnya hanya

berdasarkan pada trial and error [7].

Pengaturan pitch angle dari baling-baling turbin angin digunakan untuk

menjaga pengaturan dan membatasi kerja turbin angin saat kecepatan angin

melebihi kecepatan kerja turbin. Untuk menempatkan baling-baling pada posisi

yang tepat, dibutuhkan servo motor hidrolik ataupun elektronik. Pada saat bekerja,

pitch angle akan mengatur sudut yang efektif dengan kecepatan 5-10o/s [6].

Beberapa strategi dalam pengontrolan turbin angin jenis ini dapat dilihat

(21)

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.10 Strategi pengaturan pitch angle. (a) kecepatan angin; (b)

kecepatan rotor generator; (c) daya dibangkitkan

Pitch angle referensi ( ref) dikendalikan oleh masukan-masukan yang

berupa [6]:

1) Kecepatan angin, sebagaimana terlihat pada gambar 2.10 (a).

Strategi kontrol ini hanya mengukur kecepatan angin yang datang

(22)

2) Kecepatan rotor generator, sebagaimana terlihat pada gambar 2.10

(b). Kecepatan rotor akan dibandingkan dengan referensinya.

Sinyal error akan dikirimkan ke PI control dan menghasilkan nilai

pitch angle referensi ( ref).

3) Daya generator, sebagaimana terlihat pada gambar 2.10 (c). Sinyal

error dari daya generator akan dikirimkan ke PI controller dan

menghasilkan nilai pitch angle referensi ( ref). Saat kecepatan

angin dekat besarannya dengan kecepatan kerja turbin, maka gain

pengendali yang lebih besar diperlukan dibandingkan saat

kecepatan angin lebih tinggi dari kecepatan kerja turbin meskipun

saat kecepatan angin lebih tinggi, sedikit saja perubahan pada sudut

baling-baling akan besar pengaruhnya pada torsi.

Proportional and integral (PI) controller dengan penjadwalan pengaturan

gain hanya bekerja dengan baik saat dinamika sistem tidak kuat, dimana hal ini

menyebabkan dibutuhkannya pengaturan gain yang lebih lanjut untuk menjamin

kinerja yang maksimal pada turbin angin pada tiap kecepatan angin yang ada. Hal

ini menyebabkan kontrol turbin angin jenis ini menjadi sangat sulit dan tidak

efektif. Sehingga diperlukan kontrol jenis lain untuk menutupi kekurangan yang

ada pada kontrol PI.

2.3.1 Fuzzy Logic Controller

Logika fuzzy pertama kali diajukan oleh Lotfi Zadeh dengan tujuan untuk

mendapatkan suatu nilai keluaran tanpa masukan yang terlalu presisi.

(23)

bersifat kualitatif yang umunya digunakan pada komunikasi antara manusia.

Keuntungan utamanya adalah tidak dibutuhkannya deskripsi analitis dari sistem

yang dikontrol. Pada sistem kontrol, sistem fuzzy umumnya bekerja pada waktu

yang bersamaan untuk mendapat performa optimal. [7].

Kontrol logika fuzzy sangat bermanfaat ketika dinamika sistem tidak

diketahui dengan baik atau ketika mengandung data yang tidak linear, seperti

kecepatan angin yang terus berubah-ubah besarnya dan berpotensi menimbulkan

turbulensi pada turbin angin [6].

Tahap pengerjaan pada kontrol logika fuzzy adalah [6]:

i. Menentukan input,

ii. Mengatur peraturan-peraturan yang sesuai,

iii. Mendesain metode konversi hasil logika fuzzy dengan hasil sinyal keluaran

yang dikenal dengan defuzzyfikasi.

Pada pengontrolan turbin angin ini, logika fuzzy dapat memproses

masukan berupa kecepatan rotor generator ataupun daya yang dibangkitkan. Hal

ini sangat serupa dengan PI controller sehingga hasil kerja dari kedua jenis

kontrol ini akan serupa. Namun, logika fuzzy dapat mempermudah kerja saat

desain sistem kontrol karena proses pengerjaannya yang lebih mudah dan tidak

membutuhkan model matematika yang rumit.

Angka dan bentuk dari fungsi membership yang menyatakan nilai fuzzy

(untuk input dan output) dinyatakan dengan garis untuk tiap variabel yang

dinyatakan yang bergantung pada perlakuan tiap variabel yang diteliti pada

(24)

masukan dan keluaran fuzzy pada error daya seperti pada gambar 2.11 dan 2.12

[7].

Gambar 2.11 Fungsi membership sinyal input kendali fuzzy (power error)

Gambar 2.12 Fungsi membership sinyal output kendali fuzzy (variasi sudut)

Peraturan pada kontrol fuzzy dinyatakan pada tabel 2.1 yang diatur untuk

dipilih berdasarkan logika fuzzy yang umumnya digunakan. Peraturan ini akan

menjadi dasar dalam menentukan besaran sudut yang berubah sesuai error daya.

(25)

Dimana:

NL akan diberikan nilai berdasarkan fungsi membership dengan besaran input dan

output yang tidak presisi besaran angkanya. Sebagai interpretasi peraturan ini,

dimisalkan dengan: jika error daya yang dibangkitkan sangat rendah maka sudut

harus diturunkan akibat daya yang dibangkitkan sangat rendah, sehingga var

dikurangi untuk pengaturan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pada

kontrol pitch angle dengan basis logika fuzzy, apabila daya output dibawah

besaran nominal, maka sudut akan dikurangi besarannya. Namun, apabila daya

output diatas besaran nominal, maka besar sudut akan dinaikkan [7].

Kontrol logika fuzzy yang berdasarkan deviasi daya dari nilai error ∆P

yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

∆ = − (2.5)

Dimana Pref adalah daya yang dinyatakan pada sistem dan Pgadalah daya

yang diukur pada generator. Adapun strategi pengontrolan dengan logika fuzzy ini

(26)

Gambar 2.13 Strategi kontrol dengan logika fuzzy dengan referensi

Selain dengan referensi daya, pengaturan pitch angle juga bisa dilakukan

dengan menggunakan referensi kecepatan putaran turbin angin. Kecepatan putaran

rotor turbin angin ( measured) yang dinyatakan dalam rpm akan dibandingkan

dengan kecepatan putaran rotor yang diharapkan ( ref). Kendali logika fuzzy akan

memproses error dan data kecepatan angin dimana error tersebut akan dinyatakan

dalam persamaan 2.6 [8].

∆ = − (2.6)

Dengan referensi kecepatan putaran rotor ini, maka strategi yang akan

digunakan ialah apabila kecepatan rotor berputar lebih besar dari referensi, atau

error positif, maka sudut baling-baling turbin angin harus ditambahkan. Namun,

apabila kecepatan putaran rotor yang diukur lebih rendah dari referensi atau error

negatif, maka sudut baling-baling turbin angin harus dikurangi.

Gambar

Gambar 2.1 Turbin Angin Sumbu Horizontal
Gambar 2.2 Bagian-bagian Turbin Angin Sumbu Horizontal
Gambar 2.3 Turbin Angin Sumbu Vertikal
Gambar 2.4 Skema Fixed-speed Wind Turbine
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga dapat

Menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan pengetahuan yang salah satunya keteraturan melalui pengembangan berbagai keterampilan dalam akuntansi. Pengertian, peran

Kemudian timbul respon/sikap pada perilaku seksual masa remaja yang ditunjukkan. dengan tindakan-tindakan seksual dan suatu intensi/niat

pertanyaan penelitian mengenai keluhan kesehatan, sejak kapan mengalami keluhan tersebut, berapa kali di rasakan, tindakan apa saja yang sudah dilakukan, sudah berobat kemana

Peserta didik mengamati gambar burung merpati yang berwarna-warni dan contoh teks hasil observasi tentang merpati.. 2)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam di atas, dijelaskan bahwa pencegahan informan terhadap HIV/AIDS akibat dari perilaku sesualnya sampai ke hubungan badan tidak

Menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan pengetahuan yang salah satunya keteraturan melalui pengembangan berbagai keterampilan dalam

 Unit Organisasi : 2.10.01 - DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALBAR  Sub Unit Organisasi : 2.10.01.01 - DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROV.. Kalbar