• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan Bandara Silangit (Studi Etnografi Mengenai Respon Masyarakat Desa Pariksabungan Kabupaten Tapanuli Utara) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keberadaan Bandara Silangit (Studi Etnografi Mengenai Respon Masyarakat Desa Pariksabungan Kabupaten Tapanuli Utara) Chapter III V"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

BANDARA SILANGIT 3.1. Sejarah Pembangunan Bandara Silangit

Di lihat dari sejarahnya, pembangunan Bandara Silangit memiliki sejarah

yang cukup panjang. Sebelum Era tahun 1995, Bandara Silangit telah dibangun pada masa penjajahan Jepang yaitu pada tahun 1943 dengan panjang landasan pacu 500 meter2. Pembangunan kembali bandara ini mulai dilakukan sejak tahun 1995 dengan menambah landas pacu sepanjang 900 meter2 sehingga menjadi 1.400 meter2. Masyarakat yang berada di sekitaran bandara silangit tepatnya di Desa Pariksabungan ini masih belum mengalami perubahan. Masyarakat masih tetap bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dikarenakan pembangunanbandara silangit belum sepenuhnya sempurna.

Pada Maret 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan langsung pengoperasian Bandara Silangit, sejak saat itu pembangunan Bandara

pun mulai kembali dilakukan secara terus menerus. Pada tahun 2011, Bandara Silangit akhirnya memiliki landas pacu sepanjang 2.250 meter2 dan direncanakan pada tahun 2015 akan diperpanjang kembali menjadi 3.800 by 45 meter (12,467

× 148 ft), sehingga bisa didarati pesawat berbadan lebar.

Dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang dimilikinya, saat ini

Bandara Silangit adalah satu-satunya bandara kelas IV yang memiliki fasilitas dan kemampuan setara bandara kelas II di Indonesia. Pada 14 Desember 2012, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan secara resmi menyerahkan

(2)

Dengan demikian, status bandara ini secara otomatis berubah dari bandara UPT (Unit Pelaksana Teknis) menjadi bandara komersial15. Hingga pada Bulan April 2016 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Bandara Silangit Tapanuli Utara Sumatera Utara oleh Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan dan

Presiden Direktur PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi. Pada Bulan Desember 2016 Presiden Jokowi ditemani Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan melakukan peresmian Bandara Silangit yang saat ini memiliki ukuran

landasan pacu 2400 meterx 30 m. Luas terminal saat ini, terminal A 100 m2 dan terminal B 700 m2.

3.1.1. Sejarah Pemerintahan Kepala Bandara Silangit

Pemerintahan di Bandara silangit memiliki sejarah mulai dari pembangunan Bandara Silangit yang sudah ada pada masa penjajahan Jepang

pada tahun 1943 dan kini kembali di bangun pada tahun 1995. Berawal dari pembangunan dan pemimpinnya yang memiliki masa periode yang berbeda-beda.

Adapun daftar nama-nama Kepala Bandara Silangit sebelum dan sesudahnya Bandara Silangit beroperasi.

1. Hasan Basri sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 1995-2000

2. Golden Damanik sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 2000-3003

3. Koyo Susanto sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 2003-2004

15

(3)

4. Marthinus Hutasoit sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 2004-2011

5. Poltak Gordon Siburian sebagai Kepala Bandara yanag berperiode dari tahun 2011-2013

6. Hotasi Manalu sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 2011-sampai saat ini.

3.2. Gambaran Umum Bandara Silangit

3.2.1. Letak dan Profil Bandara Silangit

Bandara Silangit berada di Jl. Simpang Muara no. 1 Silangit, Desa Parik

Sabungan Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara. Adapun profil Bandara Silangit sebagai berikut:

1. Nama Bandar Udara : Bandar Udara Silangit

2. Kelas : IV

3. Pengelola : PT. Angkasa Pura II (Persero)

4. Kode : WIMN

5. Koordinat : 02º15’37,804”N-098º59’39,153”E 6. Jam Operasi : 08.00-15.00 Wib

7. Airlines yang beroperasi : Wings Air Type ATR 72-500 : Susi Air Type C208-B

: Garuda Indonesia Type CRJ 1000 : Garuda Indonesia Type ATR 72-500 : Sriwijaya Air Type Boeing 737-500

(4)

3.2.2. Komposisi Karyawan Bandara

Komposisi karyawan Bandara Silangit pada tahun 2017 sebanyak 74 orang

yang berasal dari berbagai daerah. Karyawan yang bekerja di Bandara Silangit tersebut mayoritas suku Batak Toba. Jika dilihat karyawan yang bekerja di

Bandara Silangit berdasarkan agama terdiri dari agama kristen protestan, katolik dan muslim. Secara umum karyawan yang bekerja di Bandara Udara berasal dari luar daerah Desa Pariksabungan seperti dari Siantar, Medan, Tarutung, Balige,

Parapat, Porsea, Muara, Sipahutar, Silando, Dolok Sanggul, Sibolga, Jakarta dan lainnya.

Hal ini merupakan ketidakseimbangan antara karyawan yang bekerja di Bandara Silangit yang berasal dari dalam Desa Pariksabungan dan karyawan yang bekerja di Bandara Silangit yang berasal dari luar daerah Desa Pariksabungan.

Terjadinya ketidakseimbangan ini dikarenakan tingkat pendidikan di Desa Pariksabungan sangat rendah secara umum hanya bertamatan SD. Sangat minim

untuk melanjutkan tingkat selanjutnya, tidak memenuhi syarat untuk menjadi tenaga kerja di Bandara Silangit dan banyaknya anak remaja yang merantau setelah tamat dari Sekolah SMP, SMA, maupun tamat dari perkuliahan.

Tabel. 3.1

Jumlah karyawan Bandara Silangit Berdasarkan Jenis Kelamin

No Keterangan Jumlah (jiwa)

1 Laki-laki 63

2 Perempuan 11

Sumber: Data RKAP PT.Angkasa Pura II Bandar Udara Silangit 2017

(5)

perempuan berjumlah 11 orang. Hal ini merupakan bahwa karyawan Bandara Silangit laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan karyawan perempuan.

Tabel 3.2

Jumlah karyawan Bandara Silangit berdasarkan agama

No Agama Jumlah (jiwa) Berdasarkan tabel di atas, jumlah karyawan Bandara Silangit berdasarkan

agama terdiri dari karyawan yang beragama kristen protestan berjumlah 60 orang, karyawan yang beragama katolik berjumlah 2 orang, karyawan yang beragama muslim berjumlah 12 orang, karyawan yang beragama budha tidak ada dan

karyawan yang beragama hindu tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa karyawan yang bekerja di Bandara Silangit terdapat 3 macam agama yaitu kristen protestan,

katolik dan muslim.

Tabel 3.3

Jumlah Karyawan yang Berasal dari Desa Pariksabungan dan Luar Desa Pariksabungan

No Keterangan Jumlah (jiwa)

1 Asal Desa Pariksabungan 15

2 Luar Desa Pariksabungan 59

Sumber: Data RKAP PT.Angkasa Pura II Bandar Udara Silangit

Tabel di atas menjelaskan jumlah karyawan Bandara Silangit yang berasal

(6)

karyawan Bandara Silangit yang berasal dari Desa Pariksabungan berjumlah 15 orang dan jumlah karyawan yang berasal dari luar Desa Pariksabungan berjumlah

59 orang orang. Hal ini trejadi ketidakseimbangan antara karyawan yang berasal dari Desa Pariksabungan maupun dari luar Desa Pariksabungan. Terjadinyat

ketidakseimbangan karena tingkat pendidikan yang rendah, tidak memenuhi syarat untuk menjadi tenaga kerja di Bandara Silangit dan minimnya jumlah anak remaja di desa tersebut karena setelah menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA

banyak anak remaja yang merantau untuk mencari pekerjaan.

3.2.3. Fasilitas Sisi Darat

1. Toilet

Foto3.4

Toilet yang berada di luar Bandara Silangit

Sumber: Dokumentasi pribadi

Toilet sebagai salah satu fasilitas yang ada di Bandara Silangit. Terdapat 8

(7)

dan wanita. Biasanya toilet ini dimanfaatkan oleh pengunjung bandara maupun masyarakat yang bekerja dibandara.

2. Parkir Kendaraan

Parkir kendaraan yang ada di bandara terdapat 2 parkiran yaitu parkiran

khusus kendaraan roda dua dan roda empat. Kedua parkiran ini berbeda lokasinya. Adapun pengutipan uang parkir yang dilakukan oleh pihak bandara sendiri. Seperti parkir kendaraan roda dua Rp. 2000 dan roda empat Rp. 5000. Keadaan

parkir roda empat msih mengalami kerusakan, dimana hanya beralaskan tanah dan jika hujan datang maka parkiran roda empat becek dan terendam air.

Foto 3.5

Parkir kendaraan roda empat di Bandara Silangit

Sumber: Dokumentasi Pribadi

3. Cargo adalah semua barang yang dikirim melalui pesawat udara atau darat

untuk diperdagangkan, baik antar wilayah/kota didalam negeri maupu antar negara yang dinekal ekspor dan impor. Apapun jenis barang yang

(8)

Fasilitas navigasi terdapat NDB, AFIS, PAPI dan DVOR/DME. Fasilitas keamanaan penerbangan sebagai berikut: X-ray baggage, X-ray cabin, walk

through metal detector dan handleld metal detecktor. Fasilitas keselamatan

penerbangan yairu PKP-PK type V, gunebo dan ambulance. Fasilitas listrik

seperti generator set 25 dan 125 kva, airfield lighting system, apron light dan apron flood light. Fasilitas terminal seperti conveyor belt, timbangan digital,

runnung text, lcd, dan infomation dan fasilitas peralatan seperti shell tractor

rotary mower dan mower.

3.2.4. Sarana dan Prasarana Bandara

Bandara Silangit memiliki beberapa fasilitas sarana dan prasarana antara lain :

1. ATM (Anjungan Tunai Mandiri) seperti Bank Mandiri dan BRI

Foto 3.6 Fasilitas ATM

Sumber: Dokumentasi

Fasilitas ATM ini dimanfaatkan oleh masyarakat atau penumpang yang

(9)

disediakan. Hal ini untuk mempermudah akses mengambilan uang dan mentransfer uang tanpa harus pergi ke Bank yang ada di pasar Siborongborong.

2. Baggage Claim (Klaim bagasi) untuk Baggage Claim DomesticGaruda, Baggage Claim Domestic Airlines, Wings Air, Sriwijaya Air dan Batik Air

3. Baggage Handling System (Sistem Penanganan Bagasi)

4. Security check point

5. Gedung terminal kargo

6. Apron terminal kargo

7. Musholla

8. Kantin Bandara

9. Wifi Gratis

10.Ruang VI

3.3. Sistem Pengoperasian Bandara Silangit

3.3.1. Jadwal pengoperasian Bandara

Jadwal penerbangan di Bandara Salangit dilakukan setiap harinya baik jadwal kedatangan maupun jadwal keberangkatan. Namun tidak semua maskapai

yang melakukan penerbangan setiap hari seperti maskapai Garuda Indonesia tujuan jakarta hanya dilakukan di hari tertentu seperti selasa, jumat dan minggu.

Sebelum melakukan keberangkatan, terlebih dahulu bandara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II telah siap menyambut kedatangan ketadangan dan keberangkatan penggunan jasa udara. Setelah tiba, pengguna jas audara bisa

(10)

point. Disini petugas aviation security bandara meminta pengguna jasa untuk melalui alat pemeriksaan termasuk barang.

Selanjutnya, penumpang bisa melakukan proses check in. Setelah proses check in, penumpang kembali melalui proses security check point agar bisa masuk

ke area boarding lounge atau ruang tunggu keberangkatan.

3.3.2. Rute dan Maskapai Penerbangan

Di bandar udara Silangit, terdapat 4 macam pilihan maskapai yang tersedia

dengan rute destinasi diantaranya sebagai berikut :

1. Garuda Indonesia

2. Susi Air

3. Sriwijaya Air

4. Wings Air

Saat ini penerbangan Bandara Silangit dilayani operator Wings Air tujuan rute Medan-Silangit, Susi Air tujuan Medan-Silangit. Garuda Indonesai tujuan

Jakarta dan Sriwijaya Air tujuan Jakarta.

Tabel 3.7

Maskapai dan Rute Penerbangan Domestik

Maskapai Domestik

Garuda Indonesia Jakarta- Silangit-Silangit-Jakarta

Susi Air Medan-Silangit

Sriwijaya Air Jakarta-Silangit

Wings Air Medan-Silangit

Garuda dan Wings Medan-Silangit

(11)

3.4. Perubahan Sebelum dan Sesudah Renovasi Bandara Silangit

3.4.1. Keadaan Bandara Silangit Sebelum Renovasi

Sebagaimana kita ketahui sebelum renovasi bandara, fasilitas sangatlah

minim, begitu juga dengan gedung-gedung yang kecil, karyawan yang bisa

dihitung jumlahnya dan jalan menuju bandara yang masih berlubang. Gedung

lama bandara msih terlihat kecil namun gedung tersebut masih memiliki ciri khas

dengan orrnamen batak toba.

Foto 3.8

Gedung Bandara Silangit Sebelum Renovasi

Sumber: www.silangitairport.ac.id (Akses 1 Juni 2017)

Keadaan Bandara Silangit dulunya memiliki fisik yang cuku sederhana

dibandingkan dengan yang sekarang. Bangunan di renovasi dan ruangan semakin

(12)

Foto 3.9

Ruang Keberangkatan Bandara Silangit

Sumber:www.silangit airport.ac.id (Akses 1 Juni 2017)

Ruang atau area keberangkatan sebelum dilakukan renovasi, gedung masih

terlihat biasa dengan orrnamen dengan ciri khas batak toba. Kurangnya fasilitas

membuat para penumpang tidak nyaman, dimana para penumpang harus

menunggu diluar dengan fasilitas bangku yang kurang memadai.

Foto 3.10

Ruang Kedatangan Bandara Silangit

(13)

3.4.2. Keadaan Bandara Silangit Sesudah Renovasi

Keadaan bandara sesudah dilakukannya renovasi, banyak terjadi

perubahan seperti fasilitas yang bertambah, menambah landasan pacu, gedung

yang lebih besar, jumlah karyawan yang meningkat, jumlah penumpang yang kian

hari bertambah. Hal ini dilakukan oleh PT. Angkasa Pura untuk lebih

berkembangnya bandara dari tahun sebelumnya.

Tercatat jumlah penerbangan pada bulan april 2017 penerbangan wing air

kualanamu dengan jumlah kedatangan 1640 orang dan jumlah keberangkatan

1987. Penerbangan garuda Indonesia dengan tujuan kualanamu, jumlah

kedatangan 655 orang dan jumlah keberangkatan 829.

Penerbangan garuda Indonesia tujuan Jakarta jumlah kedatangan 585

orang dan jumlah kedatangan dengan jumlah 309. Terakhir penerbangan

sriwijawa 1 dan 2 dengan jumlah kedatangan 6170 orang dan kedatangan 6218

orang. Maka dapat kita lihat jumlah penumpang pada bulan April 2017 dengan

(14)

Foto 3.11

Gedung Bandara Setelah di Renovasi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Setelah dilakukan renovasi sangat terlihat jelas bagaimana perbedaan

bandara yang dulu dengan bandara yang sekarang. Rencanya renovasi terus

dilakukan sampai tahun akhir untuk memperlancar agar tercapainya bandara ini

menjadi bandara internasional. Saat ini juga gedung kedatangan juga masih

melakukan renovasi dan perluasan ruangan. Renovasi dilakukan pada bulan 3 dan

(15)

Foto 3.12

Ruang Kedatangan Bandara Silangit

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Rencananya ruang kedatangan ini akan berpindah lokasi sebelah dengan ruang keberangkatan yang saat ini masih dalam pembangunan. Pemindahan ruang

kedatangan ini dilakukan agar nantinya terjadinya kenyamanan pengunjung dan tercapainya fasilitas yang memadai. Bagi penumpang yang baru tiba di Bandara Silangit terdapat ruang atau area kedatangan yang gedungnya terpisah. Penggunan

(16)

BAB IV

RESPON, PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI, DAN DAMPAK

KEBERADAAN BANDARA SILANGIT DI DESA PARIKSABUNGAN

4.1. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Bandara Silangit

Masyarakat Desa Pariksabungan mengetahui pembangunan Bandara Silangit sejak tahun 1995 namun pada saat itu Bandara Silangit belum

berkembang dan dapat dioperasikan. Pembangunan Bandara Silangit kembali dilakukan pada tahun 2005. Pada saat itu masyarakat mulai mengetahui bahwa

PT. Angkasa Pura membangun kembali Bandara Silangit dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini salah satu pemahaman yang didapat masyarakat tentang Bandara Silangit.

Dalam melakukan pembangunan Bandara Silangit, masyarakat setempat memiliki pengetahuan yang beragam mengenai Bandara Silangit. Masyarakat

harus mengetahui dan memahami beberapa hal yang berkaitan dengan keberadaan Bandara Silangit antara lain seperti pemahaman mengenai Bandara Silangit, sejarah Bandara Silangit, program dan kegiatan yang dilakukan Bandara Silangit,

kepemilikan tanah dan dampak yang ditimbulkan oleh Bandara Silangit.

Informan P. Tambunan (39 Tahun) seorang wirausaha panglong

mengatakan:

“Bandara Silangit merupakan sebuah bandara yang dibangun pada masa penjajahan Jepang dan dibangun kembali pada tahun

(17)

cukup panjang sampai saat ini sudah mulai berkembang dan beroperasi seperti yang kita lihat ini”.

Sesuai dengan pernyataan informan bahwa Bandara Silangit merupakan sebuah bandara yang memiliki sejarah yang cukup panjang. Dimana Bandara

Silangit sudah ada sejak masa penjajahan Jepang namun pembangunan kembali dilakukan pada tahun 1995. Hingga sampai saat ini Bandara Silangit sudah mulai

berkembang dan dapat dilakukan penerbangan.

Informan J. Hutagaol (60 Tahun) seorang petani dan pedagang minuman mengatakan:

“Bandara Silangit itu bandara yang memiliki sejarah pembangunan yang cukup lama dibandingkan dengan

bandara-bandara yang ada di Indonesia ini. Meskipun lama melakukan

pembangunan tetapi sekarang ini Bandara Silangit ini menjadi alat

transportasi yang canggih. Saya bangga bandara ada di desa ini,

karena dengan adanya bandara di desa ini pastinya mudah untuk

pergi ke luar kota terutama anak yang merantau untuk bekerja dan

kuliah jadi lebih mudah pulang ke kampungny”.

Dari penjelasan di atas bahwa Bandara Silangit adalah bandara yang memiliki masa pembangunan yang cukup lama di Indonesia ini. Selain itu

Bandara Silangit ini juga sebagai alat transportasi canggih yanga ada di Desa Pariksabungan maupun Kabupaten Tapanuli Utara. Dulunya masyarakat yang berada di Desa Pariksabungan hanya bisa menaiki bus untuk ke luar kota tetapi

(18)

Informan E. Siahaan (50 Tahun) sebagai pedagang minuman dan makanan mengatakan:

“Bandara Silangit ini sebagai alat transportasi udara yang saat ini berada di Desa Pariksabungan atau di daerah Kabupaten

Tapanuli Utara yang dimana bandara ini sudah berkembang dan

dapat dijalankan oleh pihak bandara sendiri. Sehingga nantinya

bandara ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar ini

untuk pergi ke luar kota tanpa harus ke Medan. Kalau dulunya

mau ke Jakarta harus singgah ke Medan tetapi sekarang sudah

tidak lagi”.

Dari penjelasan di atas bahwa Bandara Silangit ini merupakan alat

transportasi yang bertambah di Tapanuli Utara khususnya di Desa Pariksabungan. Semenjak adanya Bandara Silangit masyarakat lebih memanfaatkan Bandara ini untuk pergi ke luar kota tanpa harus pegi ke Medan. Dengan kata lain dari

keberadaan Bandara Silangit sudah mempermudah perjalanan masyarakat sekitar untuk pergi ke luar kota.

Informan M. Tampubolon (50 Tahun) salah satu Kepala Desa Pariksabungan mengatakan:

“Menurut saya Bandara Silangit ini adalah suatu alat transportasi

yang proses pembangunannya sangat lama. Dimana butuh proses

yang cukup panjang hingga sampai akhirnya berkembang sampai

saat ini. Namun adanya bandara silangit ini di Desa

Pariksabungan membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat

setempat. Seperti dampak positif dan negatif. Dampak positifnya

seperti perekonomian masyarakat semakin maju, semakin

(19)

sebagai dampak negatifnya seperti hilangnya atau semakin

berkurangnya lahan pertanian masyarakat yang ada di desa ini”.

Selain sebagai alat transportasi yang canggih di Desa Pariksabungan ini, masyarakat beranggapan bahwa adanya Bandara Silangit membawa pengaruh

dampak terhadap kehidupan masyarakat setempat baik dampak yang positif maupun negatif. Seperti dampak positif dan negatif. Dampak positifnya seperti

perekonomian masyarakat semakin maju, semakin ramainya penduduk yang tinggal di daerah Bandara Silangit dan sebagai dampak negatifnya seperti hilangnya atau semakin berkurangnya lahan pertanian masyarakat yang ada di

desa ini. Selain itu keberadaan Bandara Silangit ini juga membawa perubahan fisik.

Informan Yosapath Tambunan (35 Tahun) sebagai salah satu karyawan Bandara Silangit yang berposisi sebagai Sevices dan Maintance Junior Manager mengatakan:

“Menurut saya sendiri Bandara Silangit sebagai bandara yang sudah ada pada pasa penjajahan Jepang pada Tahun 1943. Namun

pada tahun 2012 pemerintah melalui kementerian perhubungan

secara resmi menyerahkan operasional pengelolaan Bandara

Silangit kepada PT. Angkasa Pura II hingga saat itu Bandara

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Selain itu Bandara

Silangit ini sebagai alat transportasi udara yang saat ini

berkembang di Desa Pariksabungan. Dimana pada proses

pembangunan dan pelebaran landas pacu Bandara Silangit ini

(20)

Sesuai dengan pernyataan salah satu informan bahwa Bandara Silangit ini sudah ada pada tahun 1943. Dilihat dari sejarahnya Bandara Silangit ini salah satu

bandara yang termasuk dalam kategori bandara tertua di Indonesia. Setelah Bandara Silangit dikelolah oleh PT. Angkasa Pura II, bandara ini berkembang

cukup pesat hingga saat ini.

Informan Ibu Simanjuntak (45 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:

“songon diama dohonokku adek, ai molo Bandara Silangit on alat transportasi na berkembang di desa on. Ale sbenarnya bandara on

nunnga leleng hian, sonarionma berkembang, ngaboi be lao

manang na tu luar kota. Ale berkembang pe bandara on tikki

Pemerintah melalui Dinas Perhubungan mengaleon serah terima

tu PT. Angkasa Pura II.Ale tikki masa pembangunan Bandara

Berkembang pun karena waktu pemerintah melalui Dinas

Perhubungan menyerahkan serah terima kepada PT. Angkasa Pura

Waktu masa pembangunannya sampai sudah beroperasi tetapnya

ada dampak ke masyarakat ini, Salah satunya adalah sebagian

masyarakat terhusus yang dekat bandara belum mendapatkan

ganti rugi tanah tersebut).

(21)

tahun ketahun mengalami perubahan yang bergitu cepat. Perubahan yang yang sekarang ini dilakukan semanjak Pemerintah melalui Dinas Perhubungan

menyerahkan serah terima kepada PT Angkasa Pura II. Jdi dengan demikian seenjak itu Bandara Silangit dikelola oleh PT. Angkasa Pura II.

Informan Ibu Sitanggang (37 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:

“Bandara Silangit adalah sebuah bandara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II yang memakan ribuan rektar tanah masyarakat.

Dimana hal ini juga mengakibatkan dampak terhadap kehidupan

masyarakat maupun terhadap pertanian masyarakat. Seperti

hilangnya lahan pertanian masyarakat, selain itu masyarakat juga

terlihat saling iri kepada sesama tetangga yang membuka usaha dagang”.

Selain membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat di Desa Pariksabungan, keberadaan Bandara Silangit ini juga membawa dampak terhadap

kehidupan masyarakat dan membawa dampak terhadap pertaniannya baik dampak positif dan dampak negatifnya.

Informan B. Sianturi (63) salah satu Toko Adat di desa tersebut

mengatakan:

“Molo nanisukkun mu mengenai aha bandara on, holan saotik do

na huboto. Bandara Silangit on bandara nungnga adong tikki

masa penjajahan Jepang. Tikki i dang dope beroperasi Bandara

Silangit on. Mulai ma sian i dibangun ma bandara, diperpanjang

luas ni bandara i, sampai saonari pe tong do di bangun dan

renovasi. Tikki pembangunan bandara adong do dampak na tu

(22)

ngaberkurang be sehingga akka mangula nadisonpe ngaberkurang”.

(Kalau yang kau tau tanya apa bandara ini, sedikit yang ku tau.

Bandara Silangit ini udah ada semenjak masa penjajahan Jepang.

Waktu itu Bandara Silangit ini belum beroperasi. Mulai dari situ

dibangunlah bandara, diperpanjang luas bandara ini sampai

sekarng tetaplah dibangun bandara dan di renovai. Waktu

pemabangunna Bandara ada dampaknya ke masyarakat misalnya

lahan pertanian masyarakat udah berkurang sehingga yang

bertani disini juga berkurang).

Masyarakat Desa Pariksabungan memiliki beragam pengetahuan mengenai

Bandara Silangt. Seperti pernyataan di atas bahwa adanya Bandara Silangit ini pada masa pembangunannya membawa dampak terhadap lahan pertanian

masyarakat seperti berkurangnya lahan pertanian masyarakat sehingga hal ini membuat ebagian masyarakat kehilangan pekerjaan sebagai petani.

Informan Ibu Martini Lase (35 tahun) salah satu masyarakat setempat

mengatakan:

“Bandara Silangit adalah sebuah alat transportasi darat yang cukup berkembang di Desa Pariksabungan ini. Selain itu Bandara

ini juga memiliki nilah sejarah yang begitu panjang sampai

akhirnya dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat

disini maupun masyarakat dari luar kota sehingga dengan adanya

bandara ini maka masyarakat setempat disini juga mengalami

perkembangan dari sisi ekonomi dan dengan memberikan peluang

(23)

Selain membawa dampak terhadap masyarakat sekitar seperti yang di sampaikan oleh B. Sianturi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Ibu Lase

dimana dengan adanya Keberadaan Bandara Silangit ini memberikan dampak seperti memberi peluang kerja dan usaha kepada masyarakat untuk berdagang

ataupun bekerja di Bandara Silangit.

Informan J Simanjuntak (40 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:

“Bandara Silangit ini sebuah fasilitas dimana pesawat terbang seperti helikopter dan pesawat udara dapat mendarat dna lepas

landas. Dengan adanya bandara di desa ini pasti membutuhkan

banyak karyawan untuk bekerja disana demi kemajuan dan

perkembangan di desa ini. Namun hal sesuai tidak sesuai yang

diharapkan. Banyak pekerja bandara itu diambil dari luar desa

bukan dari desa ini. Persentasenya tidak merata antara karyawan

dari luar desa maupun dari dalam desa. Hal ini tentunya ada ketidakadilan untuk kami masyarakat ini”.

Setiap pembangunan yang baru pasti membutuhkan banyak orang untuk

menjadi karyawan disebuah perusahaan manapun termasuk Bandara Silangit. Seperti pernyataan di atas bahwa semenjak beroperasinya bandara sangat terlihat

tidak adanya keseimbangan antara karyawan yang berasal dari desa maupun dari luar desa. Hal ini tentunya adanya ketidakadilan terhadap masyarakat.

Informan Ibu Putri (35 Tahun) salah satu masyarakat setempat yang

berdomisilih di desa tersebut mengatakan:

(24)

pembangunan memakai tanah masyarakat dan memberikan dampak

kebisingan dan mengganggu waktu istirahat masyarakat selain itu

banyak tanah masyarakat yang belum mendapatkan ganti rugi dari pemerintah setempat”.

Selain dampak yang ditimbulkan bandara terhadap masyarakat seperti

berkurangnya lahan pertanian, bandara juga memberikan dampak kebisingan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitaran bandara. Hal ini pastinya mengganggu aktivitas dan waktu istirahat masyarakat. Selain banyak warga yang

merasa dirugikan semenjak pembangunan Bandara Silangit. Dimana tanah-tanah yang sudah terkena paska pembangunan belum mendapatkan ganti rugi dan

sampai saat ini masalah belum mendapatkan kepastian dari pemerintah.

Informan T. Pasaribu (52 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:

“Menurut saya, bandara ini kan sebuah alat transportasi udara yang dikelolah oleh PT. Angkasa Pura II. Dengan adanya bandara

di desa ini dapat mempermudah perjalanan ke Medan, Jakarta dan

ke luar kota lainnya. Bandara ini juga sekarang ini sedang

melakukan pengupayaan menuju bandara internasional yang akan

datang.Seperti melakukan renovasi pembangunan bandara dan menambah fasilitas bandara”.

Pernyataan diatas bahwa dengan adanya Bandara Silangit ini dapat

mempermudah dan mempercepat sampai ke tujuan. Bandara ini juga selalu mengupayakan pembangunan dan merenovasi gedung bandara agar terlaksananya bandara bertafar internasional untuk kedepannya. Seperti melakukan renovasi

(25)

Informan L. Siahaan (25 Tahun) salah satu karyawan (sekretaris) bandara dan salah satu masyarakat setempat mengatakan:

“Menurut saya sendiri bandara silangit ini adalah sebuah fasilitas tempat pesawat melakukan pendaratan ataupun lepas landas.

Bandara ini memiliki sebuah landas pacu dilengkapi dengan

fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun

bagi penunggunanya. Adapun fasilitasnya seperti landasan pacu,

apron, terminal, toilet, mushola, wifi, dan lain sebagainya yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Bandara ini juga nantinya

akan menjadi bandara internasional. Sekarang ini pihak bandra

dan PT.Angkasa Pura II terus melakukan penyempurnaan gedung

dan fasilitas untuk mendukung bandara ini menjadi bandara internasional”.

Banyak pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai Bandara

Silangit, mulai dari sejarah pembangunan bandara, dampak positif dan negatifnya, perubahan yang terjadi dan sampai saat ini Bandara Silangit akan berubah

menjadi Bandara Internasional. Hal ini didukung dengan fasilitas yang ada dan penumpang pesawat yang semakin hari semakin mengalami kenaikan setahun bekalangan ini.

4.2. Respon Masyarakat Mengenai Keberadaan Bandara Silangit

Respon atau tanggapan merupakan umlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka pada pemahaman yang mendetail terhadap ide-ide suatu hal yang khusus. Respon/tanggapan pada prosesnya didahului sikap seseorang

(26)

bertingkah laku dalam menhadapi suatu masalah tertentu. Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon

atau tanggapan mereka terhadap kondisi tertentu. Sikap dapat diketahui melalui pengaruh atau penolakan , penilaian suka atau tidak suka, kepositifan atau

kenegatifan. Berikut ini tanggapan masyarakat Desa Pariksabungan terhadap kehadiran Bandara Silangit.

Informan T. Pasaribu (52 Tahun) salah satu masyarakat setempat

mengatakan:

“Bandara ini sudah ada sejak pada masa penjajahan Jepang. Semenjak beroperasinya bandara ini langsung terlihat

dampak-dampak yang ditimbulkan oleh bandara terhadap masyarakat

setempat. Terutama pada tanah masyarakat yang belum

mendapatkan ganti rugi. Hal ini membuat masyarakat memiliki

tanggapan yang berbeda-beda. Seperti ada yang menerima

kehadiran bandara ataupun yang tidak menerima kehadiran bandara ini”.

Dari pernyataan tersebut ada respon masyarakat mengenai kebaradaan bandara ini, tanggapan itu berupa respon negatif dan respon positf. Setiap orang memiliki tanggapan yang berbeda-beda.

4.2.1. Masyarakat yang Menerima Kehadiran Bandara Silangit

Respon masyarakat Desa Pariksabungan terlihat ketika mereka dapat

melihat dan memahami suatu fasilitas bandara udara, suatu tanggapan bahwa

keberadaan Bandara Silangit menimbulkan berbagai dampak positif bagi

(27)

tersebut akan membuat ekonomi masyarakat semakin meningkat, seperti yang

terjadi di daerah lain masyarakat sekitar bandara akan memiliki lapangan

pekerjaan selain itu masyarakat juga akan lebih mudah membuat usaha sendiri di

daerah mereka. Hal inilah yang membuat adanya masyarakat yang menerima

kehadiran bandara di daerah mereka sendiri. Sebagian masyarakat Desa

Pariksabungan yang menerima keberadaan bandara, di mulai dari unsur-unsur

masyarakat yang menerima dengan positif.

Informan P. Tambunan (39 Tahun) salah satu masyarakat setempat

mengatakan:

“Saya sangat menerima kehadiran tambang ini karena dengan adanya bandara di daerah ini dapat b meningkatkan kehidupan

kami baik dari segi ekonomi dan sosial budaya karena ketika

kehadiran bandara ini ini banyak orang berdatangan untuk

tinggal di daerah ini sehinggabanyaknya usaha dagang yang

bermunculan”.

Informan L Siahaan (25 Tahun) sekretaris Bandara Silangit dan salah satu

masyarakat setempat mengatakan:

“Kalau di tanya masalah menerima atau tidak menerima adanya

bandara ini, jelas saya sangat meneriman sekali. Karena dengan

adanya bandara di daerah ini, maka disini pun pasti berkembang.

Dari segi ekonomi juga mendukung sekali karena dengan adanya

bandara masyarakat banyak membuka usaha toko-toko, warung

kopi, rumah makan dan lainnya. Maka dengan adanya ini

(28)

Jika dilihat dari kedua pernyataan di atas bahwa Secara umum kebanyakan

masyarakat Desa Pariksabungan menerima kehadiran Bandara Silangit Di lihat dari

segi ekonomi tersebut akan menambah pendapatan masyarakat dan juga

meningkatkan perkembangan masyarakat Desa Pariksabungan yang dulunya hanya

dibilang masyarakat tradisional bisa menjadi masyarakat modern.

Informan E. Siahaan (50 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:

“Saya menerima kehadiran Bandara Silangit ini karena dengan

adanya bandara ini maka masyarakat di desa ini dengan mudah

pergi ke luar kota tanpa harus menaiki bus untuk pergi ke luar

kota”.

Informan M. Tampubolon (50 Tahun) Kepala Desa Pariksabungan

mengatakan:

“Pasti saya sangat menerima sekali bandara ada di desa ini karena beberapa hal, yang pertama dari segi transportasi sudah

menambah transportasi canggih sehingga masyarakat dari dalam

desa maupun dari luar desa ini dengan mudahnya sampai di

tempat tujuan, Kedua karena adanya bandara dapat memberikan

kesempatan kerja untuk masyarakat yang menganggur dan ketiga

perekonomian masyarakat juga semakin meningkat dengan

membuka usaha dagang”.

Masyarakat menerima kehadiran bandara ini karena mereka menganggap

bandara ini bisa meningkatkan kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi dan

sosial budaya. Ini bisa di lihat ketika kehadiran bandara banyak pendatang untuk

(29)

dari daerah lain dan juga akan membuat masyarakat membuat usaha-usaha dagang

untuk kepentingan masyarakat itu.

Informan B. Sianturi (60 Tahun) salah satu tokoh adat di Desa Pariksabungan

mengatakan:

“Kalau ditanya menerima atau tidak menerima adanya bandara di

desa ini, pasti saya menerima bandara ada di desa ini. Selain

memberikan peluang usaha kerja untuk masyarakat tetapi dengan

adanya bandara masyarakat disini tidak perlu bersusah payah untuk

pergi ke luar kota. Dengan bandara ini dapat mempercepat sampai

di tempat tujuan”.

Masyarakat di Desa Pariksabungan rata-ratanya menerima kehadiran bandara

ini dengan alasan yang berbeda-beda. Memberikan alasan hanya karena dapat

meningkatkan kebutuhan ekonomi masyarakat dan memberikan peluang usaha untuk

membuka warung kecil-kecilaan di depan rumah mereka masing-masing.

Informan Y. Tambunan (35 Tahun) salah satu masyarakat yang bekerja di

Bandara Silangit mengatakan:

“Saya menerima bandara ada di desa ini karena dapat

meningkatkan kebutuhan ekonomi mereka, selain itu dengan

adanya bandara ini banyak para wisatawan datang untuk

berkunjung dan dapat memudahkan perjalanan masyarakat jika

inin pergi keluar kota terutama anak-anak di desa yang merantau

dengan mudah untuk pulang kampung dan tidak perlu untuk naik

bus tetapi semuanya hanya tergantung perekonomian keluarga”.

Selain meningkatkan perekonomian masyarakat, keberadaan bandara ini

(30)

wisatawan dengan mudah berwisata ke daerah Tapanuli, ini menjadi suatu

kebnaggaan masyarakat setempat karena dengan datangnya wisatawan maka

tempat wisata yang ada di daerah tersebut menjadi terkenal.

Informan Martini Lase (35 Tahun) salah satu masyarakat setempat

mengatakan:

“Keberadaan tambang juga merupakan suatu bentuk bantuan yang

positif kepada masyarakat sekitar. Dengan adanya bandara ini

banyak para wisatawan datang untuk berkunjung dan dapat

memudahkan perjalanan masyarakat jika inin pergi keluar kota

terutama anak-anak di desa yang merantau dengan mudah untuk

pulang kampung dan tidak perlu untuk naik bus tetapi semuanya

hanya tergantung perekonomian keluarga”.

Informan T. Pasaribu (52 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:

“Saya menerima saja adanya bandara di daerah ini, jika kita lihat

dari dampak positifnya dan jika kita melihat dari dampak

negatifnya pastinya tidak menerima kehadiran bandara di Desa

Pariksabungan. Saya menerima sekali ya karena dengan adanya

bandara ini penduduk disini menjadi ramai karena banyak yang

berdomisilih untuk tingggal di daerah tersebut”.

Sesuai dengan pernyataan di atas bahwa keberadaan bandara akan

meningkatkan keramaian dan juga meningkatkan perkembangan di daerah tersebut.

Selain itu perusahaan baik PT. Angkasa Pura dan pihak bandara juga akan membuka

lapangan pekerjaan bagi masyarakat umum dan hal inilah yang membuat banyak

(31)

4.2.2. Masyarakat yang Menolak Kehadiran Bandara Silangit

Respon masyarakat Desa Pariksabungan terlihat ketika mereka dapat

memahami keberadaan Bandara Silangit. Masyarakat yang memberikan respon

negatif terhadap suatu bandara merupakan salah satu yang memiliki bentuk

bentuk penolakan akan keberadaan bandara. Mereka semua menolak kehadiran

bandara di desa Pariksabungan karena mereka beranggapan bahwa bandara itu

akan merugikan masyarakat terkait dengan tanah mereka yang belum

mendapatkan kepastian dari pemerintah, pencemaran lingkungan seperti membuat

kebisingan sehingga waktu istirahat masyarakat menjadi terganggu. Selain itu

mereka juga menolak karena terjadi ketidakkeseimbangan mengenai karyawan

yang bekerja di Bandara Silangit lebih mengutamakan dari luar Desa

Pariksabungan.

Informan I. Simanjuntak (45 Tahun) salah satu warga setempat

mengatakan:

“Saya menolak kehadiran bandara ada di desa ini. Awalnya saya

menanggapinya biasa saja ketika disosialisasikannya bandara

akan dioperasikan dan setiap tanah masyarakat yang terkena

pasca pembangunan akan mendapatkan ganti rugi. Tetapi sampai

sekarang belum ada mendapatkan ganti rugi sampai rumah saya

digusur, tanah saya dan tanah orangtua saya juga terkena pasca

pembangunan belum mendapatkan ganti rugi sampai sekarang”.

Keberadaan bandara mengakibatkan munculnya berbagai pemahaman

terhadap masyarakat seperti dalam pernyataan di atas masyarakat mengetahui

(32)

sekitar. Ini di jelaskan dalam segi pertanian dimana yang dulunya dijadikan lahan

pertanian sekarang jadi areal bandara dan bahkan lahan pertanian atau tanah

mereka yang terkena pasca pembangunan sampai saat ini belum mendapatkan

ganti rugi dan kepastian dari pemerintah setempat.

Informan Ibu Putri (35 Tahun) salah satu masyarakat pindahan dan

tinggal di Desa Pariksabungan mengatakan:

“Saya menolak ya dengan adanya bandara disinit karna

memberikan dampak terhadap kami yang dekat dengan lokasi

bandara. Seperti kebisingan yang sangat mengganggu waktu

istirahat saya dan masyarakat disini. Apalagi kalau jadwal

penerbangan yang sangat padat pasti istirahat pun tidak bisa”.

Dari pernyataan di atas bahwa hadirnya bandara di desa tersebut sangat

mengganggu masyarakat tertutama masyarakat yang dekat dengan lokasi bandara

tersebut akan mengalami kebisingan setiap harinya dan hal ini tentunya

mengganggu waktu istirahat masyarakat setempat. Dampak (impact) merupakan

akibat dari suatu kegiatan misalnya kegiatan pembangunan.

Dampak dari kegiatan pembangunan ini muncul karena adanya pihak yang

diuntungkan dan pihak yang dirugikan maka penilaian dampak sosial ekonomi

juga perlu mengacu kepada mereka yang diuntungkan maupun yang dirugikan

dari kegiatan pembangunan karena dampak dari suatu pembangunan itu.

Informan Ibu Simanjuntak (45 Tahun) salah satu masyarakat setempat

mengatakan:

(33)

mungkin banyak masyarakat lain merasa dirugikan. Hal ini karena

banyak tanah masyarakat yang belum mendapatkan ganti rugi

tanah dari pemerintah. Baru-baru saja pada bulan Maret

masyarakat disini demo ke pemerintah Taput agar hak kami

secepatnya diganti. Selain itu saya juga merasa terganggu karena

kebisingan kerap terjadi dan mengganggu aktivitas saya”.

Sesuai dengan pernyataan di atas bahwa bandara memerlukan lahan yang luas

untuk menambah landasan pacu, dimana lahan pertanian masyarakat setempat bisa

dijadikan menjadi area pembangunan bandara. Kebisingan juga membuat aktifitas

masyarakat setempat menjadi terganggu. Ini bisa terjadi ketika masyarakat mau

memberikan lahan pertaniannya untuk berubah menjadi area pertambangan. Dengen

demikian akibatnya akan sangat buruk bagi kehidupan masyarakat, apalagi selama ini

masyarakat sekitar hidup dari hasil bertani saja. Selain itu masalah pergantian tanah

sampai saat ini belum dapat terselesaikan dan masih sering terjadi demo antara

masyarakat dan pemerintah setempat.

Informan J. Simanjuntak (40 Tahun) salah satu masyarakat setempat

mengatakan:

“Saya kurang setuju bandara ada di desa ini karena yang saya

lihat, adapun infrastruktur yang dibangun disetiap daerah untuk

membangun masyarakat yang lebih maju dengan memperkerjakan

masyarakat di perusahaan ataupun bandara ini. Yang saya lihat

karyawan yang bekerja di bandara ini lebih banyak dari luar desa

ini. Kami sebagai masyarakat tidak mengharapkan pekerjaan yang

posisinya bagus, sebagai satpam aja kami sudah bersyukur karena

(34)

tanahnya terkena pasca pembangunan sampai sekarang belum ada

kepastian dari pemerintah”.

Selain tanah masyarakat yang menjadi alasan masyarakat menolak

kehadiran bandara, kebisingan dan ketidakseimbangan antara karyawan

yang berasal dari desa maupun dari luar desa pun menjadi alasan

masyarakat untuk menolak kehadiran bandara.

Informan J. Hutagaol (65 Tahun) salah satu masyarakat setempat

mengatakan:

“Saya sangat menolak bandara ini karena saya merasa dirugikan. Tanah saya 3 hektar belum diganti rugi sama pemerintah sampai

sekarang. Dulu katanya pas sosialisasi mau di ganti rugi dengan

harga Rp. 300.000/meter tapi sampai 2 tahun ini belum

mendaptkan kepastian”. Selain itu karena adanya bandara yang memakai lahan pertanian yang banyak, maka mata pencaharian

masyarakat petani disini juga berkurang”.

Banyak diketahui bahwa kehadiran bandara di daerah ini akan

memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar, meskipun ada dampak

positif yang memberikan pembangunan jangka pendek pada daerah itu sendiri.

Hal inilah yang membuat masyarakat menolak kehadiran bandara tersebut. Sesuai

dengan pernyataan di atas bahwa keberadaan bandara sangat berdampak pada

(35)

4.3. Perubahan Keadaan Desa Pariksabungan Sebelum dan Sesudah Pembangunan Bandara Silangit

Perubahan keadaan yang paling mencolok sebelum atau sesudah

pengoperasian Bandara Silangit adalah terlihat pada perubahan keadaan fisik,

perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Desa Pariksabungan.

4.3.1. Keadaan Fisik Desa Sebelum dan Sesudah Pembangunan Bandara Silangit

Sebagaimana diketahui sebelum kehadiran Bandara Silangit, akses jalan Desa

Pariksabungan masih kurang baik. Jalan Desa masih banyak yang berbatuan dan

penuh dengan lubang, hingga tergenang air ketika saat musim hujan datang.

Kurangnya lampu-lampu penerangan jalan di Desa Pariksabungan. Hingga pada

saat malam hari akses jalan sangat gelap. Ketika pengendara sepeda motor dan

mobil yang berlewatan hanya memanfaatkan lampu sepeda motor dan mobilnya

saja.

Akses jalan Desa Pariksabungan menuju Bandara Silangit sebelum

beroperasinya bandara sangatlah parah. Dimana jalan penuh dengan

lubang-lubang dan digenangi Air. Hal ini membuat sulitnya transportasi darat menuju

(36)

Foto. 4.1

Foto keadaan jalan Di Desa Pariksabungan sebelum di perbaiki

Sumber: http://bandarasilangit.ac.id (Akses 1 juni 2017)

Selain jalan yang rusak, tidak ada bangunan kos-kosan, usaha bengkel,

salon, panglong, ruko-ruko milik warga karena dulunya Desa Pariksabungan

kebanyakan area perkebunan dan pertanian warga setempat.

Setelah kehadiran Bandara Silangit, banyak perubahan yang Di Desa

Pariksabungan. Baik dari perubahan fisik maupun perubahan sosial dan ekonomi.

Akses jalan menjadi lebih baik. Jalan Desa Pariksabungan yang dulunya jalan

berbatuan dan banyak ditemui jalan berlubang-lubang kecil maupun besar,

(37)

Foto 4.2

Jalan desa Pariksabungan setelah di perbaiki dan di aspal

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Jalan di Desa Pariksabungan ini sudah beberapa kali melakukan

pengaspalan, namun karena tidak bertahan lama, pengaspalan dilakukan kembali

pada tahun 2015. Sehingga jalan Desa Pariksabungan dan jalan menuju Bandara

Silangit sudah mudah dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Begitu juga

dengan lampu jalan yang belum ada dan rusak sekarang lampu sudah diperbaiki

dan di tambahi di sekitar jalan.

Selain perubahan pada akses jalan, perubahan juga terjadi pada usaha

dagang. Di Desa Pariksabungan banyak usaha dagang yang bermunculan, hal ini

terlihat pada warung-warung kecil, kedai minuman dan lainnya. Banyaknya

usaha dagang juga terlihat arah menuju Desa Pohan Tonga. Di sepanjang jalan

sudah banyak usaha pedagang yang berkembang seperti apotik, swalayan kecil,

(38)

Foto. 4.3

Usaha Dagang milik salah satu wara Desa Pariksabungan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Selain arah menuju Desa Pohan Tonga usaha dagang juga bermunculan di

sekitaran Bandara Silangit. Mulai dari kede kopi, rumah makan, penjual bakso

hingga penjual dagangan juga berdatangan dari derah lain untuk berjualan di

sekitaran bandara, seperti penjual sate, penjual ek krim, penjual tahu keliling dan

lainnya. Berdirinya usaha dagang masyarakat guna untuk memenuhu kebutuhan

sehari-hari dan salah satu sebagai mata pencaharian masyarakat setempat.

4.3.2. Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sebelum dan Sesusah Pembangunann Bandara Silangit.

Sebagian besar masyarakat di Desa Pariksabungan sebelum adanya

Bandara Silangit kebanyakan masyarakat menggantungkan kehidupannya dengan

bermata pencaharian sebagai petani, beternak dan berdagang. Hanya sedikit yang

(39)

Foto 4.4

Lahan kopi milik salah satu warga di Desa Parik Sabungan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Mata pencaharian petani ini pendapatannya tidak sebanding dengan

bekerja di sebuah perusahaan atau di bandara. Namun dari pada menjadi

pengangguran masyarakat tetap mempertahankan lahan pertaniannya untuk

diolah.

Saya bertanya kepada salah satu informan saya J. Hutagaol seorang petani

kopi dan berdagang:

“Sebelum ada bandara ini, pendapatan masyarakat hanya

bergantung mata hasil pertaniannya dan dagangan. Itupun

hasilnya tidak seberapa karena dulu kan disini masih sepi, jadi

yang beli dagangan pun masih hanya sekitar daerah ini saja.

Selain itu kalau untuk hasil pertanian ini pun tidak seberapa. Kami

harus menanam dan menunggu hasil tanaman dipanen dan dijual

ke pasar. Kalau saya pendapatan dari berdagang ini ya sekitar Rp.

1.000.000 /bulan dapatlah sebulan. Itupun kalau ramai pembeli

(40)

menentu terkadang naik, terkadang juga menurun. Hasil tidak

seberapa dengan hasil dagang ini.

Sebelum pembangunan bandara ini, rata-rata pendapatan masyarakat yang

bergadang dan bertani berikisar Rp. 1.000.000/bulan tergantung ramainya

pembeli. Jikalau pembeli sepi maka pendapatan mereka berkisar di Rp.

600.000-Rp. 7.00.000/bulan. Dengan pendapatan tersebut mereka gunakan untuk

kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Foto 4.5

Foto lahan persawahan milik salah satu warga di Desa Pariksabungan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Lahan persawan juga sebagai mata pencaharian masyarakat setempat.

Hasil dari padi ini digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka. Masyarakat harus menunggu beberapa bulan untuk memanen hasil padi

mereka dan ketika hasil panen banyak, sebahagian di jual ke pasar

(41)

Selain itu sebelum adanya bandara keadaan rumah-rumah milik warga

masih terlihat biasa dengan bangunan apa adanya, begitu juga dengan kehidupan

mereka yang masih tradisional serta kendaraan ataupun angkutan masih sedikit

dan masih bisa dihitung dengan jari.

Setelah adanya pembangunan Bandara Silangit perubahan juga terjadi

pada usaha dagang. Di Desa Pariksabungan banyak usaha dagang yang

bermunculan, hal ini terlihat pada warung-warung kecil, kedai minuman dan

lainnya. Banyaknya usaha dagang juga terlihat arah menuju Desa Pohan Tonga.

Di sepanjang jalan sudah banyak usaha pedagang yang berkembang seperti

apotik, swalayan kecil, tempel ban, fotocopi, warnet dan lainnya. Berdirinya

usaha dagang masyarakat guna untuk memenuhu kebutuhan sehari-hari dan salah

satu sebagai mata pencaharian masyarakat setempat.

Pada saat sekarang ini masyarakat yang mendiami Desa Pariksabungan

mengalami berbagai perubahan sistem mata pencaharian. Awalnya masyarakat

bergerak di bidang pertanian dan perdagangan, sekarang sudah beralih menjadi

sektor usaha dagang dan jasa. Walaupun demikian tidak semua masyarakat

langsung meninggalkan pertanian mereka. Ada beberapa yang masih

(42)

Foto 4.6

Salah satu kos-kosan di Desa Pariksabungan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kos-kosan juga sebagai salah mata pencaharian masyarakat setempat,

dimana kos-kosan ini dibuat untuk karyawan Bandara Silangit yang merantau di

Desa Pariksabungan dan bagi mahasiswa/mahasiswi yang kuliah di Desa

Pariksabunga. Misalnya mahasiswa/mahasiswi yang berasal dari tarutung, muara

nauli dan lainnya.

Dengan membuka kos-kosan di desa Pariksabungan, maka pendapatan

yang di dapat sudah sangat mencukupi kebutuhan ekonomi. Saya mewawancarai

Ibu Silvi salah satu warga setempat dengan membuka kos-kosan di belakang

rumahnya mengatakan:

“Dengan membuka kos-kosan di daerah sini, kebutuhan ekonomi saya tercukupi dengan baik. Dulunya saya bekerja sebagai petani

kopi dan beternak, namun karena bandara sekarang sudah

beroperasi pasti membutuhkan banyak karyawan terutama

(43)

membutuhkan tempat tinggal. Semenjak itu saya membuat

kos-kosan di belakang rumah saya ini, walaupun cuman hanya

beberapa kamar tetapi hasilnya lumayan untuk kebutuhan. Dengan

kos-kosan ini saya memperoleh Rp. 300.000/bulan. Hasilnya

lumayan lah ketimbang saya hanya bertani dan beternak saja.

Membuka usaha kos-kosan lebih menjamin daripada harus menjadi petani.

Kos-kosan yang ada di Desa Parik sabungan rata-rata Rp. 300.000/bulannya

berbeda dengan uang air dan listrik. Ukuran kos 3m x 3m. Fasilitas kosan yang

disediakan tidak ada sama sekali.

Selain itu setelah adanya bandara keadaan rumah-rumah milik wargaa

sudah berubah. Yang dulunya masih beralaskan semen sekarang rata-rata sudah

berkeramik begitu juga dengan model bangunan sudah modern. Ada rumah

masyarakat yang sudah bertingkat dua ada juga yang belum. Namun hanya sedikit

rumah masyarakat yang bertingkat. Begitu juga dengan kehidupan masyarakat

yang sudah berubah, kehidupan yang semakin modern dan angkutan yang sudah

semakin banyak.

Perubahan juga terjadi pada sikap masyarakat yang tidak peduli sesama

masyarakat, terjadi saling iri kepada tetangga yang satu dengan yang lainnya

seperti yang dikatakan oleh seorang informan saya Bapak E. Siahaan:

Semenjak adanya bandara di desa ini masyrakat saling iri kepada tetangganya. Seperti saya ini seorang pedagang yang membuka

usaha kede kopi dan lainnya, di depan dan samping rumah saya

juga membuka usaha yang sama. Tetapi dengan membuka usaha

yang sama pastinya masyarakat maka akan menambah saingan

(44)

tetapi sekarang pembeli saya juga sudah berkurang. Selain itu

masyarakat juga sudah menjadi hidup secara individu dan kurang

rasa saling tolong menolong.

Dari penjelasan di atas bahwa terjadi perubahan sosial di lingkungan

masyarakat setempat. Misalnya dalam hal tolong menolong masyarakat sudah

berkurang, membantu tetangga yang sedang kesusahan, dan terlebih munculnya

sikap rasa iri kepada tetangga yang satu dengan yang lainnya. Namun sikap saling

iri tidak sampai menimbulkan kericuhan, hanya saja masyarakat saling mendiamin

tetangga lainnya.

4.4. Dampak Keberadaan Bandara Silangit Bagi Masayarakat 4.4.1. Dampak Ekonomi Atas Keberadaan Bandara Silangi

Pembangunan Bandara Silangit dilakukan untuk pertumbuhan ekonomi

masyrakat Desa Pariksabungan. Pengaruh adanya bandara di Desa Pariksabungan

terhadap ekonomi masyarakat, ketika terlihat pada tumbuhnya usaha-usaha

dagang, perbaikan jalan dan juga memberi peluang kerja bagi masayarakat

setempat.

Semenjak kehadiran bandara di Desa Pariksabungan banyak usaha dagang

yang bermunculan ini terlihat pada warung-warung kecil, kede, rumah makan,

bengkel, panglong dan lain-lain. Kehadiran bandara membuat usaha dagang yang

ada di sekitar bandara sangatlah berkembang, dulunya usaha masyarakat masih

sepi tapi semenjak kehadiran bandara tersebut usaha dagang tersebut semakin

(45)

makan, yang dulunya orang yang makan di tempat mereka hanyalah masyarakat

sekitar tetapi semenjak kehadiran bandara rumah makan tersebut lebih ramai

ketika banyak karyawan yang ada di bandara makan di rumah makan tersebut.

Selain itu, kesempatan kerja atau peluang kerja juga menjadi salah satu

dampak perekonomian masyarakat.

Menurut pendapat salah satu informan saya I. Sitanggang (37 Tahun) salah

satu masyarakat setempat mengatakan:

“Sebelum adanya bandara tersebut sebagian penduduk hanya

bekerja dibidang pertanian saja sedangkan yang bekerja diluar

pertanian hanya sedikit . Tetapi setelah adanya bandara tersebut

sebagian masyarakat bekerja di bandara walaupun memiliki

persentasenya yang tidak seimbang antara pekerja yang berasal

dari dalam desa maupun dari luar desa”.

Hal ini terlihat bahwa penduduk saat ini merasa senang, karena keberadaan

bandara telah memberikan tambahan penghasilan bagi mereka dan memberikan

kesempatan kerja kepada masyarakat. Namun disisi lain bahwa persentase antar a

karyawan yang berasal dari Desa maupun dari luar tidak seimbang, ini tentunya

yang membuat salah satu respon masyarakat yang menolak keberadaan bandara di

Desa Pariksabungan.

Sebelum kehadiran bandara di Desa Pariksabungan, umumnya mata

pencaharian masyarakat pada sektor pertanian saja, seperti yang dikatakan oleh

seorang informan saya J. Simanjuntak salah satu masyarakat setempat

(46)

“sebelum adanya tambang tersebut sebagian penduduk hanya

bekerja dibidang pertanian saja sedangkan yang bekerja diluar

pertanian hanya sedikit, itupun pekerjaan honor ,pegawai negeri

sipil dan usaha dagang yang masih sedikit dan dapat dihitung.

Tetapi setelah adanya bandara tersebut semua berubah

masyarakat desa banyak yang memilih bekerja membuka usaha

dagang di sekitaran bandara dan memilih bekerja di bandara

walaupun saat ini persentase masyarakat yang bekerja di bandara

masih sedikit. Sepintas memang terlihat bahwa penduduk saat ini

merasa senang, karena keberadaan bandara telah memberikan

tambahan penghasilan bagi mereka”.

Dari pernyataan di atas bahwa dengan adanya bandara dapat merubah

mata pencaharian masyarakat. Hal ini terlihat jelas, semenjak kehadiran bandara

masyarakat lebih memilih membuka usaha dagang di depan rumah atau di

sekitaran bandara dan memilih memjadi karyawan di bandara karena memberikan

pendapatan yang cukup bagi mereka ketimbang menjadi petani.

Masyarakat Desa Pariksbungan mengalami peningkatan terhadap

pendapatan mereka atas keberadaan Bandara Silangit di desa tersebut.

Pendapatan itu terlihat ketika mereka menjadi salah satu karyawan di bandara.

Seperti yang di sampaikan oleh Ibu L. Siahaan salah satu masyarakat setempat

yang bekerja di Bandara Silangit:

“kerja di bandara ini enak dibanding dengan menjadi seorang

buruh tani. Selain mendapatkan gaji yang cukup disini juga

terjamin mendapatkan perlindungan terhadap kesehatan seperti

Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (BPJS) dan bekerja

(47)

masa pemagangan dan karyawan tetap.Begitu juga dengan gaji

karyawan yang berbeda-beda. Mulai dari Rp. 2.000.000/ bulan –

Rp. 5.000.000/bulan”.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan bekerja di

Bandara Silangit pendapatan semakin meningkat. Bandara Silangit memberikan

BPJS kepada setiap karyawannya dan memberikan uang makan setiap harinya

kepada karyawan. Hal ini terlihat adanya tanggung jawab pihak bandara kepada

setiap karyawannya yang bekerja di bandara.

Masyarakat Desa Parisabungan sudah mengalami peningkatan, apalagi

semenjak masyarakat setempat ada yang di tetapkan sebagai karyawan tetap di

bandara tersebut. Mereka bisa mendapatkan gaji perbulan layaknya sebagai

pegawai negeri sipil. Pembagian gaji ini sesuai jabatannya di bandara. Tetapi

tidak semua masyarakat mengalami hal demikian kebanyakan masyarakat

setempat bekerja di perusahaan ini ditempatkan dilevel bawah misalnya seperti

satpam dan cleaning servis. Namun hanya ada beberapa karyawan dari Desa

Pariksabungan yang jabatannya diatas seperti sekretaris Bandara Silangit, bagian

informasi dll.

Pembagian gaji karyawan baik yang berasal dari desa maupun luar desa

sama saja hanya saja tergantung posisi karyawan di bandara. Gaji mulai dari Rp.

2.000.000-Rp. 5.000.000/bulannya. Gaji Rp.2000.000 berada pada posisi

karyawan sebagai cleaning servis, gaji karyawan KMPG (Karyawan Masa

(48)

Rp. 35.000/hari sedangkan gaji karyawan PT.Angkas Pura II (Persero) sebesar

Rp. 5.000.000/bulan ditambah dengan uang makan Rp. 75.000/harinya.

4.6. Dampak Kehidupan Sosial Atas Keberadaan Bandara Silangit

Secara umum masyarakat di kategorikan menjadi dua, masyarakat yang

masih tradisional dan masyarakat yang sudah modern. Masyarakat tradisional

adalah masyarakat yang memiliki solidaritas yang tinggi dan dalam bentuk

solidaritas mekanis yaitu hubungan antar individunya didasari atas kepentingan

sedangakan masyarakat modern adalah masyarakat yang memiliki solidaritas yang

rendah dan dalam bentuk solidaritas mekanis yaitu hubungan antar individunya

didasari atas kepentingan individu itu sendiri.

Dalam masyarakat Desa Pariksabungan termaksud di dalamnya ada

masyarakat tradisional dan juga masyarakat modern, tetapi keduanya memiliki

rasa solidaritas terhadap sesama, meskipun dalam masyarakat terlihat suatu

hubungan yang di dasari oleh kepentingan individu itu sendiri.

Semenjak kahadiran tambang di Desa Pariksabungan, pertambahan

penduduk cukup pesat. Ini terlihat pada munculnya Etnik yang berbeda. Dulu di

desa ini mayoritas etnik Batak Toba tetapi sekarang banyak pendatang. Seperti

Suku Nias, Jawa dan lain-lain. Meskipun demikian itu tidak menimbulkan

masalah ataupun konflik atas perbedaan etnik tersebut.

Seperti yang dikatakan oleh seorang informan saya (Ibu Hutagaol)

mengatakan:

“Dulu disini hanya sedikit yang membuka usaha dan kedai kopi

tetapi semenjak adanya bandara pedagang usaha juga semakin

(49)

dengan yang lainnya. Dulu nya kedai kopi saya banyak yang

berkunjung sekarang sudah semakin berkurang dan penghasilan

juga sudah berubah. Dulu saya bisa mendapatkan hasil dagangan

saya ini berkisar 1 juta sekarang sudah tidak lagi”.

Tetapi sejak kehadiran bandara ini juga yang membuat masyarakat

menjadi terbelah, ini terlihat ketika masyarakat ada yang mendukung dan menolak

kehadiran tambang tersebut. Hal inilah yang membuat hubungan antara yang

menolak dan menerima terlihat. Misalnya ada saling rasa irian terhadap

masyarakat yang membuka usaha dagang di sekitaran bandara. Terjadinya

persaingan antara pedagang satu dengan pedagang lainnya. Tetapi walaupun

begitu hal ini tidak sampai terjadi kericuhan. Kehidupan sosil juga terjadi pada

masyarakat misalnya masyarakat hidup hidup dari mulai tradisional sekarang

sudah mulai mengikuti hidup dalam pola modern, kesadaran hidup bersam dalam

dmasyarakat desa sekarang kurangnya rasa peduli terhadap masyarakat. Misalnya

dalam hal gorong-royong sudah tidak seperti dulu lagi, sikap saling membantu

masyarakat yang kesusahan dan mengalami musibah juga sudah berkurang.

Demontrasi juga terjadi pada masyarakat dan pemerintah. Hal ini terjadi

karena kehadiran bandara di desa. Dulunya masyrakat tidak pernah mengalami

demontrasi terkait dengan pergantian ganti rugi tanah tetapi semenjak bandara ada

sering terjadi demontrasi. Hal ini mereka lakukan untuk mendapatkan hak mereka

yang telah dijanjikan sebelumnya.

(50)

Adapun dampak positif yang timbul atad keberadaan Bandara Silangit

sebagai berikut:

1. Bertambahya ruko-ruko dan warung di Desa Pariksabungan

2. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang hendak

bekerja di Bandara Silangit

3. Memberikan nilai ganti rugi tanah yang terkena dampak pembangunan

bandara (bagi yang sudah mendapatkan ganti rugi tanah)

4. Berubahnya jalan menjadi jalan beraspal yang dapat memudahkan

masyarakat setempat maupun orang luar yang akan pergi menuju Bandara

Silangit

Adapun dampak positif yang timbul atas keberadaan Bandara Silangit

sebagai berikut:

1. Hilangnya lahan pertanian masyarakat akibat pembangunan Bandara

Silangit

2. Pencemaran lingkungan seperti kebisingan

3. Tidak mendapatkan nilai ganti rugi tanah bagi tanah masyarakat yang

terkena dampak pembangunan bandara

4. Semakin tingginya persaingan terhadap kebutuhan ekonomi menyebabkan

tingkat kriminalitas semakin tinggi nantinya.

5. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan pertumbuhan penduduk

(51)

4.5. Pengaruh Bandara Silangit Terhadap Sektor Pertanian Desa Pariksabungan

Jika dilihat dari keadaan tanah di Desa Pariksabungan merupakan daerah

yang bagus untuk pertanian. Aktivitas pertanian ini diawali dari proses

pengolahan tanah sampai dengan pemanenan. Pada masa dulu biasanya selama

proses produksi sendiri oleh petani/pemilik sawah yang dibantu oleh keluarga dan

beberapa tetangga dekat tanpa diberi upah melainkan pergantian tenaga bila suatu

hari juga membutuhkan.

Sebelum proses produksi, petani ini harus mencari tenaga tambahan dari

para tetangga untuk dimintai bantuannya. Sebagai imbalan bagi petani tersebut

cukup disediakan makanan selama pekerjaan berlangsung. Proses produksi ini

dimulai dari pengolahan tanah sawah, menanam padi, membersihkan

tanaman/menyiangi padi sampai pada memanen padi begitu juga dengan

penanaman bibit kopi sampai memanen.

Dalam masa produksi ini biasanya terdapat pembagian kerja antara

laki-laki dan perempuan. Untuk pekerjaan yang dianggap berat seperti mengolah tanah

pertanian dilakukan oleh laki-laki. Pekerjaan ini dimulai dengan meratakan tanah

disamping memperbaiki pematang serta membajak sawah dengan menggunakan

kerbau. Sedangkan pekerjaan yang ringan dilakukan oleh perempuan, misalnya

pada saat menanam padi kemudian membersihkan tanah pertanian dari

rumput-rumput yang tumbuh liar di sela-sela tanaman padi. Akan tetapi pada saat panen

tiba, pekerjaan menuai padi ini dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan

Gambar

Tabel. 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.7 Maskapai dan Rute Penerbangan Domestik
Tabel 4.7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Penetapan Kelulusan

Sintesis Pati Asetat Melalui Proses Asetilasi Pati Buah Sukun (artocorpus Altilis) dengan Asetat Anhidrat Menggunakan Katalis Asam Sulfat.. Medan

Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Sabatier dan Mazmanian (dalam Djopari, 2010), bahwa “Pelaksanaan kebijakan adalah perilaku badan-badan administrasi (Bagian Protokol) yang

[r]

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Remaja Bermasalah dan Petugas Di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Budi Satria.. Provinsi Kalimantan

JUDUL : RANGAKIAAN HAKTEKNAS KE-21 DI SOLO DIPAMERKAN NYAMUK PEMANDUL DBD. MEDIA :

Aktifitas anak sehari-hari sebagian besar dilakukan di sekolah. Untuk mendukung kegiatan sang anak maka dibutuhkan makanan yang dapat memenuhi kebutuhannya, salah satunya yaitu

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa alat pengukur massa tubuh dan panjang badan elektronik terintegrasi untuk evaluasi gizi balita menggunakan