BAB III
BANDARA SILANGIT 3.1. Sejarah Pembangunan Bandara Silangit
Di lihat dari sejarahnya, pembangunan Bandara Silangit memiliki sejarah
yang cukup panjang. Sebelum Era tahun 1995, Bandara Silangit telah dibangun pada masa penjajahan Jepang yaitu pada tahun 1943 dengan panjang landasan pacu 500 meter2. Pembangunan kembali bandara ini mulai dilakukan sejak tahun 1995 dengan menambah landas pacu sepanjang 900 meter2 sehingga menjadi 1.400 meter2. Masyarakat yang berada di sekitaran bandara silangit tepatnya di Desa Pariksabungan ini masih belum mengalami perubahan. Masyarakat masih tetap bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dikarenakan pembangunanbandara silangit belum sepenuhnya sempurna.
Pada Maret 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan langsung pengoperasian Bandara Silangit, sejak saat itu pembangunan Bandara
pun mulai kembali dilakukan secara terus menerus. Pada tahun 2011, Bandara Silangit akhirnya memiliki landas pacu sepanjang 2.250 meter2 dan direncanakan pada tahun 2015 akan diperpanjang kembali menjadi 3.800 by 45 meter (12,467
× 148 ft), sehingga bisa didarati pesawat berbadan lebar.
Dengan fasilitas dan kemampuan pelayanan yang dimilikinya, saat ini
Bandara Silangit adalah satu-satunya bandara kelas IV yang memiliki fasilitas dan kemampuan setara bandara kelas II di Indonesia. Pada 14 Desember 2012, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan secara resmi menyerahkan
Dengan demikian, status bandara ini secara otomatis berubah dari bandara UPT (Unit Pelaksana Teknis) menjadi bandara komersial15. Hingga pada Bulan April 2016 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Bandara Silangit Tapanuli Utara Sumatera Utara oleh Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan dan
Presiden Direktur PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi. Pada Bulan Desember 2016 Presiden Jokowi ditemani Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan melakukan peresmian Bandara Silangit yang saat ini memiliki ukuran
landasan pacu 2400 meterx 30 m. Luas terminal saat ini, terminal A 100 m2 dan terminal B 700 m2.
3.1.1. Sejarah Pemerintahan Kepala Bandara Silangit
Pemerintahan di Bandara silangit memiliki sejarah mulai dari pembangunan Bandara Silangit yang sudah ada pada masa penjajahan Jepang
pada tahun 1943 dan kini kembali di bangun pada tahun 1995. Berawal dari pembangunan dan pemimpinnya yang memiliki masa periode yang berbeda-beda.
Adapun daftar nama-nama Kepala Bandara Silangit sebelum dan sesudahnya Bandara Silangit beroperasi.
1. Hasan Basri sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 1995-2000
2. Golden Damanik sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 2000-3003
3. Koyo Susanto sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 2003-2004
15
4. Marthinus Hutasoit sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 2004-2011
5. Poltak Gordon Siburian sebagai Kepala Bandara yanag berperiode dari tahun 2011-2013
6. Hotasi Manalu sebagai Kepala Bandara yang berperiode dari tahun 2011-sampai saat ini.
3.2. Gambaran Umum Bandara Silangit
3.2.1. Letak dan Profil Bandara Silangit
Bandara Silangit berada di Jl. Simpang Muara no. 1 Silangit, Desa Parik
Sabungan Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara. Adapun profil Bandara Silangit sebagai berikut:
1. Nama Bandar Udara : Bandar Udara Silangit
2. Kelas : IV
3. Pengelola : PT. Angkasa Pura II (Persero)
4. Kode : WIMN
5. Koordinat : 02º15’37,804”N-098º59’39,153”E 6. Jam Operasi : 08.00-15.00 Wib
7. Airlines yang beroperasi : Wings Air Type ATR 72-500 : Susi Air Type C208-B
: Garuda Indonesia Type CRJ 1000 : Garuda Indonesia Type ATR 72-500 : Sriwijaya Air Type Boeing 737-500
3.2.2. Komposisi Karyawan Bandara
Komposisi karyawan Bandara Silangit pada tahun 2017 sebanyak 74 orang
yang berasal dari berbagai daerah. Karyawan yang bekerja di Bandara Silangit tersebut mayoritas suku Batak Toba. Jika dilihat karyawan yang bekerja di
Bandara Silangit berdasarkan agama terdiri dari agama kristen protestan, katolik dan muslim. Secara umum karyawan yang bekerja di Bandara Udara berasal dari luar daerah Desa Pariksabungan seperti dari Siantar, Medan, Tarutung, Balige,
Parapat, Porsea, Muara, Sipahutar, Silando, Dolok Sanggul, Sibolga, Jakarta dan lainnya.
Hal ini merupakan ketidakseimbangan antara karyawan yang bekerja di Bandara Silangit yang berasal dari dalam Desa Pariksabungan dan karyawan yang bekerja di Bandara Silangit yang berasal dari luar daerah Desa Pariksabungan.
Terjadinya ketidakseimbangan ini dikarenakan tingkat pendidikan di Desa Pariksabungan sangat rendah secara umum hanya bertamatan SD. Sangat minim
untuk melanjutkan tingkat selanjutnya, tidak memenuhi syarat untuk menjadi tenaga kerja di Bandara Silangit dan banyaknya anak remaja yang merantau setelah tamat dari Sekolah SMP, SMA, maupun tamat dari perkuliahan.
Tabel. 3.1
Jumlah karyawan Bandara Silangit Berdasarkan Jenis Kelamin
No Keterangan Jumlah (jiwa)
1 Laki-laki 63
2 Perempuan 11
Sumber: Data RKAP PT.Angkasa Pura II Bandar Udara Silangit 2017
perempuan berjumlah 11 orang. Hal ini merupakan bahwa karyawan Bandara Silangit laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan karyawan perempuan.
Tabel 3.2
Jumlah karyawan Bandara Silangit berdasarkan agama
No Agama Jumlah (jiwa) Berdasarkan tabel di atas, jumlah karyawan Bandara Silangit berdasarkan
agama terdiri dari karyawan yang beragama kristen protestan berjumlah 60 orang, karyawan yang beragama katolik berjumlah 2 orang, karyawan yang beragama muslim berjumlah 12 orang, karyawan yang beragama budha tidak ada dan
karyawan yang beragama hindu tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa karyawan yang bekerja di Bandara Silangit terdapat 3 macam agama yaitu kristen protestan,
katolik dan muslim.
Tabel 3.3
Jumlah Karyawan yang Berasal dari Desa Pariksabungan dan Luar Desa Pariksabungan
No Keterangan Jumlah (jiwa)
1 Asal Desa Pariksabungan 15
2 Luar Desa Pariksabungan 59
Sumber: Data RKAP PT.Angkasa Pura II Bandar Udara Silangit
Tabel di atas menjelaskan jumlah karyawan Bandara Silangit yang berasal
karyawan Bandara Silangit yang berasal dari Desa Pariksabungan berjumlah 15 orang dan jumlah karyawan yang berasal dari luar Desa Pariksabungan berjumlah
59 orang orang. Hal ini trejadi ketidakseimbangan antara karyawan yang berasal dari Desa Pariksabungan maupun dari luar Desa Pariksabungan. Terjadinyat
ketidakseimbangan karena tingkat pendidikan yang rendah, tidak memenuhi syarat untuk menjadi tenaga kerja di Bandara Silangit dan minimnya jumlah anak remaja di desa tersebut karena setelah menyelesaikan pendidikan SMP dan SMA
banyak anak remaja yang merantau untuk mencari pekerjaan.
3.2.3. Fasilitas Sisi Darat
1. Toilet
Foto3.4
Toilet yang berada di luar Bandara Silangit
Sumber: Dokumentasi pribadi
Toilet sebagai salah satu fasilitas yang ada di Bandara Silangit. Terdapat 8
dan wanita. Biasanya toilet ini dimanfaatkan oleh pengunjung bandara maupun masyarakat yang bekerja dibandara.
2. Parkir Kendaraan
Parkir kendaraan yang ada di bandara terdapat 2 parkiran yaitu parkiran
khusus kendaraan roda dua dan roda empat. Kedua parkiran ini berbeda lokasinya. Adapun pengutipan uang parkir yang dilakukan oleh pihak bandara sendiri. Seperti parkir kendaraan roda dua Rp. 2000 dan roda empat Rp. 5000. Keadaan
parkir roda empat msih mengalami kerusakan, dimana hanya beralaskan tanah dan jika hujan datang maka parkiran roda empat becek dan terendam air.
Foto 3.5
Parkir kendaraan roda empat di Bandara Silangit
Sumber: Dokumentasi Pribadi
3. Cargo adalah semua barang yang dikirim melalui pesawat udara atau darat
untuk diperdagangkan, baik antar wilayah/kota didalam negeri maupu antar negara yang dinekal ekspor dan impor. Apapun jenis barang yang
Fasilitas navigasi terdapat NDB, AFIS, PAPI dan DVOR/DME. Fasilitas keamanaan penerbangan sebagai berikut: X-ray baggage, X-ray cabin, walk
through metal detector dan handleld metal detecktor. Fasilitas keselamatan
penerbangan yairu PKP-PK type V, gunebo dan ambulance. Fasilitas listrik
seperti generator set 25 dan 125 kva, airfield lighting system, apron light dan apron flood light. Fasilitas terminal seperti conveyor belt, timbangan digital,
runnung text, lcd, dan infomation dan fasilitas peralatan seperti shell tractor
rotary mower dan mower.
3.2.4. Sarana dan Prasarana Bandara
Bandara Silangit memiliki beberapa fasilitas sarana dan prasarana antara lain :
1. ATM (Anjungan Tunai Mandiri) seperti Bank Mandiri dan BRI
Foto 3.6 Fasilitas ATM
Sumber: Dokumentasi
Fasilitas ATM ini dimanfaatkan oleh masyarakat atau penumpang yang
disediakan. Hal ini untuk mempermudah akses mengambilan uang dan mentransfer uang tanpa harus pergi ke Bank yang ada di pasar Siborongborong.
2. Baggage Claim (Klaim bagasi) untuk Baggage Claim DomesticGaruda, Baggage Claim Domestic Airlines, Wings Air, Sriwijaya Air dan Batik Air
3. Baggage Handling System (Sistem Penanganan Bagasi)
4. Security check point
5. Gedung terminal kargo
6. Apron terminal kargo
7. Musholla
8. Kantin Bandara
9. Wifi Gratis
10.Ruang VI
3.3. Sistem Pengoperasian Bandara Silangit
3.3.1. Jadwal pengoperasian Bandara
Jadwal penerbangan di Bandara Salangit dilakukan setiap harinya baik jadwal kedatangan maupun jadwal keberangkatan. Namun tidak semua maskapai
yang melakukan penerbangan setiap hari seperti maskapai Garuda Indonesia tujuan jakarta hanya dilakukan di hari tertentu seperti selasa, jumat dan minggu.
Sebelum melakukan keberangkatan, terlebih dahulu bandara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II telah siap menyambut kedatangan ketadangan dan keberangkatan penggunan jasa udara. Setelah tiba, pengguna jas audara bisa
point. Disini petugas aviation security bandara meminta pengguna jasa untuk melalui alat pemeriksaan termasuk barang.
Selanjutnya, penumpang bisa melakukan proses check in. Setelah proses check in, penumpang kembali melalui proses security check point agar bisa masuk
ke area boarding lounge atau ruang tunggu keberangkatan.
3.3.2. Rute dan Maskapai Penerbangan
Di bandar udara Silangit, terdapat 4 macam pilihan maskapai yang tersedia
dengan rute destinasi diantaranya sebagai berikut :
1. Garuda Indonesia
2. Susi Air
3. Sriwijaya Air
4. Wings Air
Saat ini penerbangan Bandara Silangit dilayani operator Wings Air tujuan rute Medan-Silangit, Susi Air tujuan Medan-Silangit. Garuda Indonesai tujuan
Jakarta dan Sriwijaya Air tujuan Jakarta.
Tabel 3.7
Maskapai dan Rute Penerbangan Domestik
Maskapai Domestik
Garuda Indonesia Jakarta- Silangit-Silangit-Jakarta
Susi Air Medan-Silangit
Sriwijaya Air Jakarta-Silangit
Wings Air Medan-Silangit
Garuda dan Wings Medan-Silangit
3.4. Perubahan Sebelum dan Sesudah Renovasi Bandara Silangit
3.4.1. Keadaan Bandara Silangit Sebelum Renovasi
Sebagaimana kita ketahui sebelum renovasi bandara, fasilitas sangatlah
minim, begitu juga dengan gedung-gedung yang kecil, karyawan yang bisa
dihitung jumlahnya dan jalan menuju bandara yang masih berlubang. Gedung
lama bandara msih terlihat kecil namun gedung tersebut masih memiliki ciri khas
dengan orrnamen batak toba.
Foto 3.8
Gedung Bandara Silangit Sebelum Renovasi
Sumber: www.silangitairport.ac.id (Akses 1 Juni 2017)
Keadaan Bandara Silangit dulunya memiliki fisik yang cuku sederhana
dibandingkan dengan yang sekarang. Bangunan di renovasi dan ruangan semakin
Foto 3.9
Ruang Keberangkatan Bandara Silangit
Sumber:www.silangit airport.ac.id (Akses 1 Juni 2017)
Ruang atau area keberangkatan sebelum dilakukan renovasi, gedung masih
terlihat biasa dengan orrnamen dengan ciri khas batak toba. Kurangnya fasilitas
membuat para penumpang tidak nyaman, dimana para penumpang harus
menunggu diluar dengan fasilitas bangku yang kurang memadai.
Foto 3.10
Ruang Kedatangan Bandara Silangit
3.4.2. Keadaan Bandara Silangit Sesudah Renovasi
Keadaan bandara sesudah dilakukannya renovasi, banyak terjadi
perubahan seperti fasilitas yang bertambah, menambah landasan pacu, gedung
yang lebih besar, jumlah karyawan yang meningkat, jumlah penumpang yang kian
hari bertambah. Hal ini dilakukan oleh PT. Angkasa Pura untuk lebih
berkembangnya bandara dari tahun sebelumnya.
Tercatat jumlah penerbangan pada bulan april 2017 penerbangan wing air
kualanamu dengan jumlah kedatangan 1640 orang dan jumlah keberangkatan
1987. Penerbangan garuda Indonesia dengan tujuan kualanamu, jumlah
kedatangan 655 orang dan jumlah keberangkatan 829.
Penerbangan garuda Indonesia tujuan Jakarta jumlah kedatangan 585
orang dan jumlah kedatangan dengan jumlah 309. Terakhir penerbangan
sriwijawa 1 dan 2 dengan jumlah kedatangan 6170 orang dan kedatangan 6218
orang. Maka dapat kita lihat jumlah penumpang pada bulan April 2017 dengan
Foto 3.11
Gedung Bandara Setelah di Renovasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Setelah dilakukan renovasi sangat terlihat jelas bagaimana perbedaan
bandara yang dulu dengan bandara yang sekarang. Rencanya renovasi terus
dilakukan sampai tahun akhir untuk memperlancar agar tercapainya bandara ini
menjadi bandara internasional. Saat ini juga gedung kedatangan juga masih
melakukan renovasi dan perluasan ruangan. Renovasi dilakukan pada bulan 3 dan
Foto 3.12
Ruang Kedatangan Bandara Silangit
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Rencananya ruang kedatangan ini akan berpindah lokasi sebelah dengan ruang keberangkatan yang saat ini masih dalam pembangunan. Pemindahan ruang
kedatangan ini dilakukan agar nantinya terjadinya kenyamanan pengunjung dan tercapainya fasilitas yang memadai. Bagi penumpang yang baru tiba di Bandara Silangit terdapat ruang atau area kedatangan yang gedungnya terpisah. Penggunan
BAB IV
RESPON, PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI, DAN DAMPAK
KEBERADAAN BANDARA SILANGIT DI DESA PARIKSABUNGAN
4.1. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Bandara Silangit
Masyarakat Desa Pariksabungan mengetahui pembangunan Bandara Silangit sejak tahun 1995 namun pada saat itu Bandara Silangit belum
berkembang dan dapat dioperasikan. Pembangunan Bandara Silangit kembali dilakukan pada tahun 2005. Pada saat itu masyarakat mulai mengetahui bahwa
PT. Angkasa Pura membangun kembali Bandara Silangit dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini salah satu pemahaman yang didapat masyarakat tentang Bandara Silangit.
Dalam melakukan pembangunan Bandara Silangit, masyarakat setempat memiliki pengetahuan yang beragam mengenai Bandara Silangit. Masyarakat
harus mengetahui dan memahami beberapa hal yang berkaitan dengan keberadaan Bandara Silangit antara lain seperti pemahaman mengenai Bandara Silangit, sejarah Bandara Silangit, program dan kegiatan yang dilakukan Bandara Silangit,
kepemilikan tanah dan dampak yang ditimbulkan oleh Bandara Silangit.
Informan P. Tambunan (39 Tahun) seorang wirausaha panglong
mengatakan:
“Bandara Silangit merupakan sebuah bandara yang dibangun pada masa penjajahan Jepang dan dibangun kembali pada tahun
cukup panjang sampai saat ini sudah mulai berkembang dan beroperasi seperti yang kita lihat ini”.
Sesuai dengan pernyataan informan bahwa Bandara Silangit merupakan sebuah bandara yang memiliki sejarah yang cukup panjang. Dimana Bandara
Silangit sudah ada sejak masa penjajahan Jepang namun pembangunan kembali dilakukan pada tahun 1995. Hingga sampai saat ini Bandara Silangit sudah mulai
berkembang dan dapat dilakukan penerbangan.
Informan J. Hutagaol (60 Tahun) seorang petani dan pedagang minuman mengatakan:
“Bandara Silangit itu bandara yang memiliki sejarah pembangunan yang cukup lama dibandingkan dengan
bandara-bandara yang ada di Indonesia ini. Meskipun lama melakukan
pembangunan tetapi sekarang ini Bandara Silangit ini menjadi alat
transportasi yang canggih. Saya bangga bandara ada di desa ini,
karena dengan adanya bandara di desa ini pastinya mudah untuk
pergi ke luar kota terutama anak yang merantau untuk bekerja dan
kuliah jadi lebih mudah pulang ke kampungny”.
Dari penjelasan di atas bahwa Bandara Silangit adalah bandara yang memiliki masa pembangunan yang cukup lama di Indonesia ini. Selain itu
Bandara Silangit ini juga sebagai alat transportasi canggih yanga ada di Desa Pariksabungan maupun Kabupaten Tapanuli Utara. Dulunya masyarakat yang berada di Desa Pariksabungan hanya bisa menaiki bus untuk ke luar kota tetapi
Informan E. Siahaan (50 Tahun) sebagai pedagang minuman dan makanan mengatakan:
“Bandara Silangit ini sebagai alat transportasi udara yang saat ini berada di Desa Pariksabungan atau di daerah Kabupaten
Tapanuli Utara yang dimana bandara ini sudah berkembang dan
dapat dijalankan oleh pihak bandara sendiri. Sehingga nantinya
bandara ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar ini
untuk pergi ke luar kota tanpa harus ke Medan. Kalau dulunya
mau ke Jakarta harus singgah ke Medan tetapi sekarang sudah
tidak lagi”.
Dari penjelasan di atas bahwa Bandara Silangit ini merupakan alat
transportasi yang bertambah di Tapanuli Utara khususnya di Desa Pariksabungan. Semenjak adanya Bandara Silangit masyarakat lebih memanfaatkan Bandara ini untuk pergi ke luar kota tanpa harus pegi ke Medan. Dengan kata lain dari
keberadaan Bandara Silangit sudah mempermudah perjalanan masyarakat sekitar untuk pergi ke luar kota.
Informan M. Tampubolon (50 Tahun) salah satu Kepala Desa Pariksabungan mengatakan:
“Menurut saya Bandara Silangit ini adalah suatu alat transportasi
yang proses pembangunannya sangat lama. Dimana butuh proses
yang cukup panjang hingga sampai akhirnya berkembang sampai
saat ini. Namun adanya bandara silangit ini di Desa
Pariksabungan membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat
setempat. Seperti dampak positif dan negatif. Dampak positifnya
seperti perekonomian masyarakat semakin maju, semakin
sebagai dampak negatifnya seperti hilangnya atau semakin
berkurangnya lahan pertanian masyarakat yang ada di desa ini”.
Selain sebagai alat transportasi yang canggih di Desa Pariksabungan ini, masyarakat beranggapan bahwa adanya Bandara Silangit membawa pengaruh
dampak terhadap kehidupan masyarakat setempat baik dampak yang positif maupun negatif. Seperti dampak positif dan negatif. Dampak positifnya seperti
perekonomian masyarakat semakin maju, semakin ramainya penduduk yang tinggal di daerah Bandara Silangit dan sebagai dampak negatifnya seperti hilangnya atau semakin berkurangnya lahan pertanian masyarakat yang ada di
desa ini. Selain itu keberadaan Bandara Silangit ini juga membawa perubahan fisik.
Informan Yosapath Tambunan (35 Tahun) sebagai salah satu karyawan Bandara Silangit yang berposisi sebagai Sevices dan Maintance Junior Manager mengatakan:
“Menurut saya sendiri Bandara Silangit sebagai bandara yang sudah ada pada pasa penjajahan Jepang pada Tahun 1943. Namun
pada tahun 2012 pemerintah melalui kementerian perhubungan
secara resmi menyerahkan operasional pengelolaan Bandara
Silangit kepada PT. Angkasa Pura II hingga saat itu Bandara
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Selain itu Bandara
Silangit ini sebagai alat transportasi udara yang saat ini
berkembang di Desa Pariksabungan. Dimana pada proses
pembangunan dan pelebaran landas pacu Bandara Silangit ini
Sesuai dengan pernyataan salah satu informan bahwa Bandara Silangit ini sudah ada pada tahun 1943. Dilihat dari sejarahnya Bandara Silangit ini salah satu
bandara yang termasuk dalam kategori bandara tertua di Indonesia. Setelah Bandara Silangit dikelolah oleh PT. Angkasa Pura II, bandara ini berkembang
cukup pesat hingga saat ini.
Informan Ibu Simanjuntak (45 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:
“songon diama dohonokku adek, ai molo Bandara Silangit on alat transportasi na berkembang di desa on. Ale sbenarnya bandara on
nunnga leleng hian, sonarionma berkembang, ngaboi be lao
manang na tu luar kota. Ale berkembang pe bandara on tikki
Pemerintah melalui Dinas Perhubungan mengaleon serah terima
tu PT. Angkasa Pura II.Ale tikki masa pembangunan Bandara
Berkembang pun karena waktu pemerintah melalui Dinas
Perhubungan menyerahkan serah terima kepada PT. Angkasa Pura
Waktu masa pembangunannya sampai sudah beroperasi tetapnya
ada dampak ke masyarakat ini, Salah satunya adalah sebagian
masyarakat terhusus yang dekat bandara belum mendapatkan
ganti rugi tanah tersebut).
tahun ketahun mengalami perubahan yang bergitu cepat. Perubahan yang yang sekarang ini dilakukan semanjak Pemerintah melalui Dinas Perhubungan
menyerahkan serah terima kepada PT Angkasa Pura II. Jdi dengan demikian seenjak itu Bandara Silangit dikelola oleh PT. Angkasa Pura II.
Informan Ibu Sitanggang (37 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:
“Bandara Silangit adalah sebuah bandara yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura II yang memakan ribuan rektar tanah masyarakat.
Dimana hal ini juga mengakibatkan dampak terhadap kehidupan
masyarakat maupun terhadap pertanian masyarakat. Seperti
hilangnya lahan pertanian masyarakat, selain itu masyarakat juga
terlihat saling iri kepada sesama tetangga yang membuka usaha dagang”.
Selain membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat di Desa Pariksabungan, keberadaan Bandara Silangit ini juga membawa dampak terhadap
kehidupan masyarakat dan membawa dampak terhadap pertaniannya baik dampak positif dan dampak negatifnya.
Informan B. Sianturi (63) salah satu Toko Adat di desa tersebut
mengatakan:
“Molo nanisukkun mu mengenai aha bandara on, holan saotik do
na huboto. Bandara Silangit on bandara nungnga adong tikki
masa penjajahan Jepang. Tikki i dang dope beroperasi Bandara
Silangit on. Mulai ma sian i dibangun ma bandara, diperpanjang
luas ni bandara i, sampai saonari pe tong do di bangun dan
renovasi. Tikki pembangunan bandara adong do dampak na tu
ngaberkurang be sehingga akka mangula nadisonpe ngaberkurang”.
(Kalau yang kau tau tanya apa bandara ini, sedikit yang ku tau.
Bandara Silangit ini udah ada semenjak masa penjajahan Jepang.
Waktu itu Bandara Silangit ini belum beroperasi. Mulai dari situ
dibangunlah bandara, diperpanjang luas bandara ini sampai
sekarng tetaplah dibangun bandara dan di renovai. Waktu
pemabangunna Bandara ada dampaknya ke masyarakat misalnya
lahan pertanian masyarakat udah berkurang sehingga yang
bertani disini juga berkurang).
Masyarakat Desa Pariksabungan memiliki beragam pengetahuan mengenai
Bandara Silangt. Seperti pernyataan di atas bahwa adanya Bandara Silangit ini pada masa pembangunannya membawa dampak terhadap lahan pertanian
masyarakat seperti berkurangnya lahan pertanian masyarakat sehingga hal ini membuat ebagian masyarakat kehilangan pekerjaan sebagai petani.
Informan Ibu Martini Lase (35 tahun) salah satu masyarakat setempat
mengatakan:
“Bandara Silangit adalah sebuah alat transportasi darat yang cukup berkembang di Desa Pariksabungan ini. Selain itu Bandara
ini juga memiliki nilah sejarah yang begitu panjang sampai
akhirnya dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat
disini maupun masyarakat dari luar kota sehingga dengan adanya
bandara ini maka masyarakat setempat disini juga mengalami
perkembangan dari sisi ekonomi dan dengan memberikan peluang
Selain membawa dampak terhadap masyarakat sekitar seperti yang di sampaikan oleh B. Sianturi. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Ibu Lase
dimana dengan adanya Keberadaan Bandara Silangit ini memberikan dampak seperti memberi peluang kerja dan usaha kepada masyarakat untuk berdagang
ataupun bekerja di Bandara Silangit.
Informan J Simanjuntak (40 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:
“Bandara Silangit ini sebuah fasilitas dimana pesawat terbang seperti helikopter dan pesawat udara dapat mendarat dna lepas
landas. Dengan adanya bandara di desa ini pasti membutuhkan
banyak karyawan untuk bekerja disana demi kemajuan dan
perkembangan di desa ini. Namun hal sesuai tidak sesuai yang
diharapkan. Banyak pekerja bandara itu diambil dari luar desa
bukan dari desa ini. Persentasenya tidak merata antara karyawan
dari luar desa maupun dari dalam desa. Hal ini tentunya ada ketidakadilan untuk kami masyarakat ini”.
Setiap pembangunan yang baru pasti membutuhkan banyak orang untuk
menjadi karyawan disebuah perusahaan manapun termasuk Bandara Silangit. Seperti pernyataan di atas bahwa semenjak beroperasinya bandara sangat terlihat
tidak adanya keseimbangan antara karyawan yang berasal dari desa maupun dari luar desa. Hal ini tentunya adanya ketidakadilan terhadap masyarakat.
Informan Ibu Putri (35 Tahun) salah satu masyarakat setempat yang
berdomisilih di desa tersebut mengatakan:
pembangunan memakai tanah masyarakat dan memberikan dampak
kebisingan dan mengganggu waktu istirahat masyarakat selain itu
banyak tanah masyarakat yang belum mendapatkan ganti rugi dari pemerintah setempat”.
Selain dampak yang ditimbulkan bandara terhadap masyarakat seperti
berkurangnya lahan pertanian, bandara juga memberikan dampak kebisingan terhadap masyarakat yang tinggal di sekitaran bandara. Hal ini pastinya mengganggu aktivitas dan waktu istirahat masyarakat. Selain banyak warga yang
merasa dirugikan semenjak pembangunan Bandara Silangit. Dimana tanah-tanah yang sudah terkena paska pembangunan belum mendapatkan ganti rugi dan
sampai saat ini masalah belum mendapatkan kepastian dari pemerintah.
Informan T. Pasaribu (52 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:
“Menurut saya, bandara ini kan sebuah alat transportasi udara yang dikelolah oleh PT. Angkasa Pura II. Dengan adanya bandara
di desa ini dapat mempermudah perjalanan ke Medan, Jakarta dan
ke luar kota lainnya. Bandara ini juga sekarang ini sedang
melakukan pengupayaan menuju bandara internasional yang akan
datang.Seperti melakukan renovasi pembangunan bandara dan menambah fasilitas bandara”.
Pernyataan diatas bahwa dengan adanya Bandara Silangit ini dapat
mempermudah dan mempercepat sampai ke tujuan. Bandara ini juga selalu mengupayakan pembangunan dan merenovasi gedung bandara agar terlaksananya bandara bertafar internasional untuk kedepannya. Seperti melakukan renovasi
Informan L. Siahaan (25 Tahun) salah satu karyawan (sekretaris) bandara dan salah satu masyarakat setempat mengatakan:
“Menurut saya sendiri bandara silangit ini adalah sebuah fasilitas tempat pesawat melakukan pendaratan ataupun lepas landas.
Bandara ini memiliki sebuah landas pacu dilengkapi dengan
fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun
bagi penunggunanya. Adapun fasilitasnya seperti landasan pacu,
apron, terminal, toilet, mushola, wifi, dan lain sebagainya yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Bandara ini juga nantinya
akan menjadi bandara internasional. Sekarang ini pihak bandra
dan PT.Angkasa Pura II terus melakukan penyempurnaan gedung
dan fasilitas untuk mendukung bandara ini menjadi bandara internasional”.
Banyak pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai Bandara
Silangit, mulai dari sejarah pembangunan bandara, dampak positif dan negatifnya, perubahan yang terjadi dan sampai saat ini Bandara Silangit akan berubah
menjadi Bandara Internasional. Hal ini didukung dengan fasilitas yang ada dan penumpang pesawat yang semakin hari semakin mengalami kenaikan setahun bekalangan ini.
4.2. Respon Masyarakat Mengenai Keberadaan Bandara Silangit
Respon atau tanggapan merupakan umlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka pada pemahaman yang mendetail terhadap ide-ide suatu hal yang khusus. Respon/tanggapan pada prosesnya didahului sikap seseorang
bertingkah laku dalam menhadapi suatu masalah tertentu. Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon
atau tanggapan mereka terhadap kondisi tertentu. Sikap dapat diketahui melalui pengaruh atau penolakan , penilaian suka atau tidak suka, kepositifan atau
kenegatifan. Berikut ini tanggapan masyarakat Desa Pariksabungan terhadap kehadiran Bandara Silangit.
Informan T. Pasaribu (52 Tahun) salah satu masyarakat setempat
mengatakan:
“Bandara ini sudah ada sejak pada masa penjajahan Jepang. Semenjak beroperasinya bandara ini langsung terlihat
dampak-dampak yang ditimbulkan oleh bandara terhadap masyarakat
setempat. Terutama pada tanah masyarakat yang belum
mendapatkan ganti rugi. Hal ini membuat masyarakat memiliki
tanggapan yang berbeda-beda. Seperti ada yang menerima
kehadiran bandara ataupun yang tidak menerima kehadiran bandara ini”.
Dari pernyataan tersebut ada respon masyarakat mengenai kebaradaan bandara ini, tanggapan itu berupa respon negatif dan respon positf. Setiap orang memiliki tanggapan yang berbeda-beda.
4.2.1. Masyarakat yang Menerima Kehadiran Bandara Silangit
Respon masyarakat Desa Pariksabungan terlihat ketika mereka dapat
melihat dan memahami suatu fasilitas bandara udara, suatu tanggapan bahwa
keberadaan Bandara Silangit menimbulkan berbagai dampak positif bagi
tersebut akan membuat ekonomi masyarakat semakin meningkat, seperti yang
terjadi di daerah lain masyarakat sekitar bandara akan memiliki lapangan
pekerjaan selain itu masyarakat juga akan lebih mudah membuat usaha sendiri di
daerah mereka. Hal inilah yang membuat adanya masyarakat yang menerima
kehadiran bandara di daerah mereka sendiri. Sebagian masyarakat Desa
Pariksabungan yang menerima keberadaan bandara, di mulai dari unsur-unsur
masyarakat yang menerima dengan positif.
Informan P. Tambunan (39 Tahun) salah satu masyarakat setempat
mengatakan:
“Saya sangat menerima kehadiran tambang ini karena dengan adanya bandara di daerah ini dapat b meningkatkan kehidupan
kami baik dari segi ekonomi dan sosial budaya karena ketika
kehadiran bandara ini ini banyak orang berdatangan untuk
tinggal di daerah ini sehinggabanyaknya usaha dagang yang
bermunculan”.
Informan L Siahaan (25 Tahun) sekretaris Bandara Silangit dan salah satu
masyarakat setempat mengatakan:
“Kalau di tanya masalah menerima atau tidak menerima adanya
bandara ini, jelas saya sangat meneriman sekali. Karena dengan
adanya bandara di daerah ini, maka disini pun pasti berkembang.
Dari segi ekonomi juga mendukung sekali karena dengan adanya
bandara masyarakat banyak membuka usaha toko-toko, warung
kopi, rumah makan dan lainnya. Maka dengan adanya ini
Jika dilihat dari kedua pernyataan di atas bahwa Secara umum kebanyakan
masyarakat Desa Pariksabungan menerima kehadiran Bandara Silangit Di lihat dari
segi ekonomi tersebut akan menambah pendapatan masyarakat dan juga
meningkatkan perkembangan masyarakat Desa Pariksabungan yang dulunya hanya
dibilang masyarakat tradisional bisa menjadi masyarakat modern.
Informan E. Siahaan (50 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:
“Saya menerima kehadiran Bandara Silangit ini karena dengan
adanya bandara ini maka masyarakat di desa ini dengan mudah
pergi ke luar kota tanpa harus menaiki bus untuk pergi ke luar
kota”.
Informan M. Tampubolon (50 Tahun) Kepala Desa Pariksabungan
mengatakan:
“Pasti saya sangat menerima sekali bandara ada di desa ini karena beberapa hal, yang pertama dari segi transportasi sudah
menambah transportasi canggih sehingga masyarakat dari dalam
desa maupun dari luar desa ini dengan mudahnya sampai di
tempat tujuan, Kedua karena adanya bandara dapat memberikan
kesempatan kerja untuk masyarakat yang menganggur dan ketiga
perekonomian masyarakat juga semakin meningkat dengan
membuka usaha dagang”.
Masyarakat menerima kehadiran bandara ini karena mereka menganggap
bandara ini bisa meningkatkan kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi dan
sosial budaya. Ini bisa di lihat ketika kehadiran bandara banyak pendatang untuk
dari daerah lain dan juga akan membuat masyarakat membuat usaha-usaha dagang
untuk kepentingan masyarakat itu.
Informan B. Sianturi (60 Tahun) salah satu tokoh adat di Desa Pariksabungan
mengatakan:
“Kalau ditanya menerima atau tidak menerima adanya bandara di
desa ini, pasti saya menerima bandara ada di desa ini. Selain
memberikan peluang usaha kerja untuk masyarakat tetapi dengan
adanya bandara masyarakat disini tidak perlu bersusah payah untuk
pergi ke luar kota. Dengan bandara ini dapat mempercepat sampai
di tempat tujuan”.
Masyarakat di Desa Pariksabungan rata-ratanya menerima kehadiran bandara
ini dengan alasan yang berbeda-beda. Memberikan alasan hanya karena dapat
meningkatkan kebutuhan ekonomi masyarakat dan memberikan peluang usaha untuk
membuka warung kecil-kecilaan di depan rumah mereka masing-masing.
Informan Y. Tambunan (35 Tahun) salah satu masyarakat yang bekerja di
Bandara Silangit mengatakan:
“Saya menerima bandara ada di desa ini karena dapat
meningkatkan kebutuhan ekonomi mereka, selain itu dengan
adanya bandara ini banyak para wisatawan datang untuk
berkunjung dan dapat memudahkan perjalanan masyarakat jika
inin pergi keluar kota terutama anak-anak di desa yang merantau
dengan mudah untuk pulang kampung dan tidak perlu untuk naik
bus tetapi semuanya hanya tergantung perekonomian keluarga”.
Selain meningkatkan perekonomian masyarakat, keberadaan bandara ini
wisatawan dengan mudah berwisata ke daerah Tapanuli, ini menjadi suatu
kebnaggaan masyarakat setempat karena dengan datangnya wisatawan maka
tempat wisata yang ada di daerah tersebut menjadi terkenal.
Informan Martini Lase (35 Tahun) salah satu masyarakat setempat
mengatakan:
“Keberadaan tambang juga merupakan suatu bentuk bantuan yang
positif kepada masyarakat sekitar. Dengan adanya bandara ini
banyak para wisatawan datang untuk berkunjung dan dapat
memudahkan perjalanan masyarakat jika inin pergi keluar kota
terutama anak-anak di desa yang merantau dengan mudah untuk
pulang kampung dan tidak perlu untuk naik bus tetapi semuanya
hanya tergantung perekonomian keluarga”.
Informan T. Pasaribu (52 Tahun) salah satu masyarakat setempat mengatakan:
“Saya menerima saja adanya bandara di daerah ini, jika kita lihat
dari dampak positifnya dan jika kita melihat dari dampak
negatifnya pastinya tidak menerima kehadiran bandara di Desa
Pariksabungan. Saya menerima sekali ya karena dengan adanya
bandara ini penduduk disini menjadi ramai karena banyak yang
berdomisilih untuk tingggal di daerah tersebut”.
Sesuai dengan pernyataan di atas bahwa keberadaan bandara akan
meningkatkan keramaian dan juga meningkatkan perkembangan di daerah tersebut.
Selain itu perusahaan baik PT. Angkasa Pura dan pihak bandara juga akan membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat umum dan hal inilah yang membuat banyak
4.2.2. Masyarakat yang Menolak Kehadiran Bandara Silangit
Respon masyarakat Desa Pariksabungan terlihat ketika mereka dapat
memahami keberadaan Bandara Silangit. Masyarakat yang memberikan respon
negatif terhadap suatu bandara merupakan salah satu yang memiliki bentuk
bentuk penolakan akan keberadaan bandara. Mereka semua menolak kehadiran
bandara di desa Pariksabungan karena mereka beranggapan bahwa bandara itu
akan merugikan masyarakat terkait dengan tanah mereka yang belum
mendapatkan kepastian dari pemerintah, pencemaran lingkungan seperti membuat
kebisingan sehingga waktu istirahat masyarakat menjadi terganggu. Selain itu
mereka juga menolak karena terjadi ketidakkeseimbangan mengenai karyawan
yang bekerja di Bandara Silangit lebih mengutamakan dari luar Desa
Pariksabungan.
Informan I. Simanjuntak (45 Tahun) salah satu warga setempat
mengatakan:
“Saya menolak kehadiran bandara ada di desa ini. Awalnya saya
menanggapinya biasa saja ketika disosialisasikannya bandara
akan dioperasikan dan setiap tanah masyarakat yang terkena
pasca pembangunan akan mendapatkan ganti rugi. Tetapi sampai
sekarang belum ada mendapatkan ganti rugi sampai rumah saya
digusur, tanah saya dan tanah orangtua saya juga terkena pasca
pembangunan belum mendapatkan ganti rugi sampai sekarang”.
Keberadaan bandara mengakibatkan munculnya berbagai pemahaman
terhadap masyarakat seperti dalam pernyataan di atas masyarakat mengetahui
sekitar. Ini di jelaskan dalam segi pertanian dimana yang dulunya dijadikan lahan
pertanian sekarang jadi areal bandara dan bahkan lahan pertanian atau tanah
mereka yang terkena pasca pembangunan sampai saat ini belum mendapatkan
ganti rugi dan kepastian dari pemerintah setempat.
Informan Ibu Putri (35 Tahun) salah satu masyarakat pindahan dan
tinggal di Desa Pariksabungan mengatakan:
“Saya menolak ya dengan adanya bandara disinit karna
memberikan dampak terhadap kami yang dekat dengan lokasi
bandara. Seperti kebisingan yang sangat mengganggu waktu
istirahat saya dan masyarakat disini. Apalagi kalau jadwal
penerbangan yang sangat padat pasti istirahat pun tidak bisa”.
Dari pernyataan di atas bahwa hadirnya bandara di desa tersebut sangat
mengganggu masyarakat tertutama masyarakat yang dekat dengan lokasi bandara
tersebut akan mengalami kebisingan setiap harinya dan hal ini tentunya
mengganggu waktu istirahat masyarakat setempat. Dampak (impact) merupakan
akibat dari suatu kegiatan misalnya kegiatan pembangunan.
Dampak dari kegiatan pembangunan ini muncul karena adanya pihak yang
diuntungkan dan pihak yang dirugikan maka penilaian dampak sosial ekonomi
juga perlu mengacu kepada mereka yang diuntungkan maupun yang dirugikan
dari kegiatan pembangunan karena dampak dari suatu pembangunan itu.
Informan Ibu Simanjuntak (45 Tahun) salah satu masyarakat setempat
mengatakan:
mungkin banyak masyarakat lain merasa dirugikan. Hal ini karena
banyak tanah masyarakat yang belum mendapatkan ganti rugi
tanah dari pemerintah. Baru-baru saja pada bulan Maret
masyarakat disini demo ke pemerintah Taput agar hak kami
secepatnya diganti. Selain itu saya juga merasa terganggu karena
kebisingan kerap terjadi dan mengganggu aktivitas saya”.
Sesuai dengan pernyataan di atas bahwa bandara memerlukan lahan yang luas
untuk menambah landasan pacu, dimana lahan pertanian masyarakat setempat bisa
dijadikan menjadi area pembangunan bandara. Kebisingan juga membuat aktifitas
masyarakat setempat menjadi terganggu. Ini bisa terjadi ketika masyarakat mau
memberikan lahan pertaniannya untuk berubah menjadi area pertambangan. Dengen
demikian akibatnya akan sangat buruk bagi kehidupan masyarakat, apalagi selama ini
masyarakat sekitar hidup dari hasil bertani saja. Selain itu masalah pergantian tanah
sampai saat ini belum dapat terselesaikan dan masih sering terjadi demo antara
masyarakat dan pemerintah setempat.
Informan J. Simanjuntak (40 Tahun) salah satu masyarakat setempat
mengatakan:
“Saya kurang setuju bandara ada di desa ini karena yang saya
lihat, adapun infrastruktur yang dibangun disetiap daerah untuk
membangun masyarakat yang lebih maju dengan memperkerjakan
masyarakat di perusahaan ataupun bandara ini. Yang saya lihat
karyawan yang bekerja di bandara ini lebih banyak dari luar desa
ini. Kami sebagai masyarakat tidak mengharapkan pekerjaan yang
posisinya bagus, sebagai satpam aja kami sudah bersyukur karena
tanahnya terkena pasca pembangunan sampai sekarang belum ada
kepastian dari pemerintah”.
Selain tanah masyarakat yang menjadi alasan masyarakat menolak
kehadiran bandara, kebisingan dan ketidakseimbangan antara karyawan
yang berasal dari desa maupun dari luar desa pun menjadi alasan
masyarakat untuk menolak kehadiran bandara.
Informan J. Hutagaol (65 Tahun) salah satu masyarakat setempat
mengatakan:
“Saya sangat menolak bandara ini karena saya merasa dirugikan. Tanah saya 3 hektar belum diganti rugi sama pemerintah sampai
sekarang. Dulu katanya pas sosialisasi mau di ganti rugi dengan
harga Rp. 300.000/meter tapi sampai 2 tahun ini belum
mendaptkan kepastian”. Selain itu karena adanya bandara yang memakai lahan pertanian yang banyak, maka mata pencaharian
masyarakat petani disini juga berkurang”.
Banyak diketahui bahwa kehadiran bandara di daerah ini akan
memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar, meskipun ada dampak
positif yang memberikan pembangunan jangka pendek pada daerah itu sendiri.
Hal inilah yang membuat masyarakat menolak kehadiran bandara tersebut. Sesuai
dengan pernyataan di atas bahwa keberadaan bandara sangat berdampak pada
4.3. Perubahan Keadaan Desa Pariksabungan Sebelum dan Sesudah Pembangunan Bandara Silangit
Perubahan keadaan yang paling mencolok sebelum atau sesudah
pengoperasian Bandara Silangit adalah terlihat pada perubahan keadaan fisik,
perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Desa Pariksabungan.
4.3.1. Keadaan Fisik Desa Sebelum dan Sesudah Pembangunan Bandara Silangit
Sebagaimana diketahui sebelum kehadiran Bandara Silangit, akses jalan Desa
Pariksabungan masih kurang baik. Jalan Desa masih banyak yang berbatuan dan
penuh dengan lubang, hingga tergenang air ketika saat musim hujan datang.
Kurangnya lampu-lampu penerangan jalan di Desa Pariksabungan. Hingga pada
saat malam hari akses jalan sangat gelap. Ketika pengendara sepeda motor dan
mobil yang berlewatan hanya memanfaatkan lampu sepeda motor dan mobilnya
saja.
Akses jalan Desa Pariksabungan menuju Bandara Silangit sebelum
beroperasinya bandara sangatlah parah. Dimana jalan penuh dengan
lubang-lubang dan digenangi Air. Hal ini membuat sulitnya transportasi darat menuju
Foto. 4.1
Foto keadaan jalan Di Desa Pariksabungan sebelum di perbaiki
Sumber: http://bandarasilangit.ac.id (Akses 1 juni 2017)
Selain jalan yang rusak, tidak ada bangunan kos-kosan, usaha bengkel,
salon, panglong, ruko-ruko milik warga karena dulunya Desa Pariksabungan
kebanyakan area perkebunan dan pertanian warga setempat.
Setelah kehadiran Bandara Silangit, banyak perubahan yang Di Desa
Pariksabungan. Baik dari perubahan fisik maupun perubahan sosial dan ekonomi.
Akses jalan menjadi lebih baik. Jalan Desa Pariksabungan yang dulunya jalan
berbatuan dan banyak ditemui jalan berlubang-lubang kecil maupun besar,
Foto 4.2
Jalan desa Pariksabungan setelah di perbaiki dan di aspal
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Jalan di Desa Pariksabungan ini sudah beberapa kali melakukan
pengaspalan, namun karena tidak bertahan lama, pengaspalan dilakukan kembali
pada tahun 2015. Sehingga jalan Desa Pariksabungan dan jalan menuju Bandara
Silangit sudah mudah dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Begitu juga
dengan lampu jalan yang belum ada dan rusak sekarang lampu sudah diperbaiki
dan di tambahi di sekitar jalan.
Selain perubahan pada akses jalan, perubahan juga terjadi pada usaha
dagang. Di Desa Pariksabungan banyak usaha dagang yang bermunculan, hal ini
terlihat pada warung-warung kecil, kedai minuman dan lainnya. Banyaknya
usaha dagang juga terlihat arah menuju Desa Pohan Tonga. Di sepanjang jalan
sudah banyak usaha pedagang yang berkembang seperti apotik, swalayan kecil,
Foto. 4.3
Usaha Dagang milik salah satu wara Desa Pariksabungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selain arah menuju Desa Pohan Tonga usaha dagang juga bermunculan di
sekitaran Bandara Silangit. Mulai dari kede kopi, rumah makan, penjual bakso
hingga penjual dagangan juga berdatangan dari derah lain untuk berjualan di
sekitaran bandara, seperti penjual sate, penjual ek krim, penjual tahu keliling dan
lainnya. Berdirinya usaha dagang masyarakat guna untuk memenuhu kebutuhan
sehari-hari dan salah satu sebagai mata pencaharian masyarakat setempat.
4.3.2. Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sebelum dan Sesusah Pembangunann Bandara Silangit.
Sebagian besar masyarakat di Desa Pariksabungan sebelum adanya
Bandara Silangit kebanyakan masyarakat menggantungkan kehidupannya dengan
bermata pencaharian sebagai petani, beternak dan berdagang. Hanya sedikit yang
Foto 4.4
Lahan kopi milik salah satu warga di Desa Parik Sabungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Mata pencaharian petani ini pendapatannya tidak sebanding dengan
bekerja di sebuah perusahaan atau di bandara. Namun dari pada menjadi
pengangguran masyarakat tetap mempertahankan lahan pertaniannya untuk
diolah.
Saya bertanya kepada salah satu informan saya J. Hutagaol seorang petani
kopi dan berdagang:
“Sebelum ada bandara ini, pendapatan masyarakat hanya
bergantung mata hasil pertaniannya dan dagangan. Itupun
hasilnya tidak seberapa karena dulu kan disini masih sepi, jadi
yang beli dagangan pun masih hanya sekitar daerah ini saja.
Selain itu kalau untuk hasil pertanian ini pun tidak seberapa. Kami
harus menanam dan menunggu hasil tanaman dipanen dan dijual
ke pasar. Kalau saya pendapatan dari berdagang ini ya sekitar Rp.
1.000.000 /bulan dapatlah sebulan. Itupun kalau ramai pembeli
menentu terkadang naik, terkadang juga menurun. Hasil tidak
seberapa dengan hasil dagang ini.
Sebelum pembangunan bandara ini, rata-rata pendapatan masyarakat yang
bergadang dan bertani berikisar Rp. 1.000.000/bulan tergantung ramainya
pembeli. Jikalau pembeli sepi maka pendapatan mereka berkisar di Rp.
600.000-Rp. 7.00.000/bulan. Dengan pendapatan tersebut mereka gunakan untuk
kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Foto 4.5
Foto lahan persawahan milik salah satu warga di Desa Pariksabungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Lahan persawan juga sebagai mata pencaharian masyarakat setempat.
Hasil dari padi ini digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Masyarakat harus menunggu beberapa bulan untuk memanen hasil padi
mereka dan ketika hasil panen banyak, sebahagian di jual ke pasar
Selain itu sebelum adanya bandara keadaan rumah-rumah milik warga
masih terlihat biasa dengan bangunan apa adanya, begitu juga dengan kehidupan
mereka yang masih tradisional serta kendaraan ataupun angkutan masih sedikit
dan masih bisa dihitung dengan jari.
Setelah adanya pembangunan Bandara Silangit perubahan juga terjadi
pada usaha dagang. Di Desa Pariksabungan banyak usaha dagang yang
bermunculan, hal ini terlihat pada warung-warung kecil, kedai minuman dan
lainnya. Banyaknya usaha dagang juga terlihat arah menuju Desa Pohan Tonga.
Di sepanjang jalan sudah banyak usaha pedagang yang berkembang seperti
apotik, swalayan kecil, tempel ban, fotocopi, warnet dan lainnya. Berdirinya
usaha dagang masyarakat guna untuk memenuhu kebutuhan sehari-hari dan salah
satu sebagai mata pencaharian masyarakat setempat.
Pada saat sekarang ini masyarakat yang mendiami Desa Pariksabungan
mengalami berbagai perubahan sistem mata pencaharian. Awalnya masyarakat
bergerak di bidang pertanian dan perdagangan, sekarang sudah beralih menjadi
sektor usaha dagang dan jasa. Walaupun demikian tidak semua masyarakat
langsung meninggalkan pertanian mereka. Ada beberapa yang masih
Foto 4.6
Salah satu kos-kosan di Desa Pariksabungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Kos-kosan juga sebagai salah mata pencaharian masyarakat setempat,
dimana kos-kosan ini dibuat untuk karyawan Bandara Silangit yang merantau di
Desa Pariksabungan dan bagi mahasiswa/mahasiswi yang kuliah di Desa
Pariksabunga. Misalnya mahasiswa/mahasiswi yang berasal dari tarutung, muara
nauli dan lainnya.
Dengan membuka kos-kosan di desa Pariksabungan, maka pendapatan
yang di dapat sudah sangat mencukupi kebutuhan ekonomi. Saya mewawancarai
Ibu Silvi salah satu warga setempat dengan membuka kos-kosan di belakang
rumahnya mengatakan:
“Dengan membuka kos-kosan di daerah sini, kebutuhan ekonomi saya tercukupi dengan baik. Dulunya saya bekerja sebagai petani
kopi dan beternak, namun karena bandara sekarang sudah
beroperasi pasti membutuhkan banyak karyawan terutama
membutuhkan tempat tinggal. Semenjak itu saya membuat
kos-kosan di belakang rumah saya ini, walaupun cuman hanya
beberapa kamar tetapi hasilnya lumayan untuk kebutuhan. Dengan
kos-kosan ini saya memperoleh Rp. 300.000/bulan. Hasilnya
lumayan lah ketimbang saya hanya bertani dan beternak saja.
Membuka usaha kos-kosan lebih menjamin daripada harus menjadi petani.
Kos-kosan yang ada di Desa Parik sabungan rata-rata Rp. 300.000/bulannya
berbeda dengan uang air dan listrik. Ukuran kos 3m x 3m. Fasilitas kosan yang
disediakan tidak ada sama sekali.
Selain itu setelah adanya bandara keadaan rumah-rumah milik wargaa
sudah berubah. Yang dulunya masih beralaskan semen sekarang rata-rata sudah
berkeramik begitu juga dengan model bangunan sudah modern. Ada rumah
masyarakat yang sudah bertingkat dua ada juga yang belum. Namun hanya sedikit
rumah masyarakat yang bertingkat. Begitu juga dengan kehidupan masyarakat
yang sudah berubah, kehidupan yang semakin modern dan angkutan yang sudah
semakin banyak.
Perubahan juga terjadi pada sikap masyarakat yang tidak peduli sesama
masyarakat, terjadi saling iri kepada tetangga yang satu dengan yang lainnya
seperti yang dikatakan oleh seorang informan saya Bapak E. Siahaan:
“Semenjak adanya bandara di desa ini masyrakat saling iri kepada tetangganya. Seperti saya ini seorang pedagang yang membuka
usaha kede kopi dan lainnya, di depan dan samping rumah saya
juga membuka usaha yang sama. Tetapi dengan membuka usaha
yang sama pastinya masyarakat maka akan menambah saingan
tetapi sekarang pembeli saya juga sudah berkurang. Selain itu
masyarakat juga sudah menjadi hidup secara individu dan kurang
rasa saling tolong menolong.
Dari penjelasan di atas bahwa terjadi perubahan sosial di lingkungan
masyarakat setempat. Misalnya dalam hal tolong menolong masyarakat sudah
berkurang, membantu tetangga yang sedang kesusahan, dan terlebih munculnya
sikap rasa iri kepada tetangga yang satu dengan yang lainnya. Namun sikap saling
iri tidak sampai menimbulkan kericuhan, hanya saja masyarakat saling mendiamin
tetangga lainnya.
4.4. Dampak Keberadaan Bandara Silangit Bagi Masayarakat 4.4.1. Dampak Ekonomi Atas Keberadaan Bandara Silangi
Pembangunan Bandara Silangit dilakukan untuk pertumbuhan ekonomi
masyrakat Desa Pariksabungan. Pengaruh adanya bandara di Desa Pariksabungan
terhadap ekonomi masyarakat, ketika terlihat pada tumbuhnya usaha-usaha
dagang, perbaikan jalan dan juga memberi peluang kerja bagi masayarakat
setempat.
Semenjak kehadiran bandara di Desa Pariksabungan banyak usaha dagang
yang bermunculan ini terlihat pada warung-warung kecil, kede, rumah makan,
bengkel, panglong dan lain-lain. Kehadiran bandara membuat usaha dagang yang
ada di sekitar bandara sangatlah berkembang, dulunya usaha masyarakat masih
sepi tapi semenjak kehadiran bandara tersebut usaha dagang tersebut semakin
makan, yang dulunya orang yang makan di tempat mereka hanyalah masyarakat
sekitar tetapi semenjak kehadiran bandara rumah makan tersebut lebih ramai
ketika banyak karyawan yang ada di bandara makan di rumah makan tersebut.
Selain itu, kesempatan kerja atau peluang kerja juga menjadi salah satu
dampak perekonomian masyarakat.
Menurut pendapat salah satu informan saya I. Sitanggang (37 Tahun) salah
satu masyarakat setempat mengatakan:
“Sebelum adanya bandara tersebut sebagian penduduk hanya
bekerja dibidang pertanian saja sedangkan yang bekerja diluar
pertanian hanya sedikit . Tetapi setelah adanya bandara tersebut
sebagian masyarakat bekerja di bandara walaupun memiliki
persentasenya yang tidak seimbang antara pekerja yang berasal
dari dalam desa maupun dari luar desa”.
Hal ini terlihat bahwa penduduk saat ini merasa senang, karena keberadaan
bandara telah memberikan tambahan penghasilan bagi mereka dan memberikan
kesempatan kerja kepada masyarakat. Namun disisi lain bahwa persentase antar a
karyawan yang berasal dari Desa maupun dari luar tidak seimbang, ini tentunya
yang membuat salah satu respon masyarakat yang menolak keberadaan bandara di
Desa Pariksabungan.
Sebelum kehadiran bandara di Desa Pariksabungan, umumnya mata
pencaharian masyarakat pada sektor pertanian saja, seperti yang dikatakan oleh
seorang informan saya J. Simanjuntak salah satu masyarakat setempat
“sebelum adanya tambang tersebut sebagian penduduk hanya
bekerja dibidang pertanian saja sedangkan yang bekerja diluar
pertanian hanya sedikit, itupun pekerjaan honor ,pegawai negeri
sipil dan usaha dagang yang masih sedikit dan dapat dihitung.
Tetapi setelah adanya bandara tersebut semua berubah
masyarakat desa banyak yang memilih bekerja membuka usaha
dagang di sekitaran bandara dan memilih bekerja di bandara
walaupun saat ini persentase masyarakat yang bekerja di bandara
masih sedikit. Sepintas memang terlihat bahwa penduduk saat ini
merasa senang, karena keberadaan bandara telah memberikan
tambahan penghasilan bagi mereka”.
Dari pernyataan di atas bahwa dengan adanya bandara dapat merubah
mata pencaharian masyarakat. Hal ini terlihat jelas, semenjak kehadiran bandara
masyarakat lebih memilih membuka usaha dagang di depan rumah atau di
sekitaran bandara dan memilih memjadi karyawan di bandara karena memberikan
pendapatan yang cukup bagi mereka ketimbang menjadi petani.
Masyarakat Desa Pariksbungan mengalami peningkatan terhadap
pendapatan mereka atas keberadaan Bandara Silangit di desa tersebut.
Pendapatan itu terlihat ketika mereka menjadi salah satu karyawan di bandara.
Seperti yang di sampaikan oleh Ibu L. Siahaan salah satu masyarakat setempat
yang bekerja di Bandara Silangit:
“kerja di bandara ini enak dibanding dengan menjadi seorang
buruh tani. Selain mendapatkan gaji yang cukup disini juga
terjamin mendapatkan perlindungan terhadap kesehatan seperti
Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (BPJS) dan bekerja
masa pemagangan dan karyawan tetap.Begitu juga dengan gaji
karyawan yang berbeda-beda. Mulai dari Rp. 2.000.000/ bulan –
Rp. 5.000.000/bulan”.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan bekerja di
Bandara Silangit pendapatan semakin meningkat. Bandara Silangit memberikan
BPJS kepada setiap karyawannya dan memberikan uang makan setiap harinya
kepada karyawan. Hal ini terlihat adanya tanggung jawab pihak bandara kepada
setiap karyawannya yang bekerja di bandara.
Masyarakat Desa Parisabungan sudah mengalami peningkatan, apalagi
semenjak masyarakat setempat ada yang di tetapkan sebagai karyawan tetap di
bandara tersebut. Mereka bisa mendapatkan gaji perbulan layaknya sebagai
pegawai negeri sipil. Pembagian gaji ini sesuai jabatannya di bandara. Tetapi
tidak semua masyarakat mengalami hal demikian kebanyakan masyarakat
setempat bekerja di perusahaan ini ditempatkan dilevel bawah misalnya seperti
satpam dan cleaning servis. Namun hanya ada beberapa karyawan dari Desa
Pariksabungan yang jabatannya diatas seperti sekretaris Bandara Silangit, bagian
informasi dll.
Pembagian gaji karyawan baik yang berasal dari desa maupun luar desa
sama saja hanya saja tergantung posisi karyawan di bandara. Gaji mulai dari Rp.
2.000.000-Rp. 5.000.000/bulannya. Gaji Rp.2000.000 berada pada posisi
karyawan sebagai cleaning servis, gaji karyawan KMPG (Karyawan Masa
Rp. 35.000/hari sedangkan gaji karyawan PT.Angkas Pura II (Persero) sebesar
Rp. 5.000.000/bulan ditambah dengan uang makan Rp. 75.000/harinya.
4.6. Dampak Kehidupan Sosial Atas Keberadaan Bandara Silangit
Secara umum masyarakat di kategorikan menjadi dua, masyarakat yang
masih tradisional dan masyarakat yang sudah modern. Masyarakat tradisional
adalah masyarakat yang memiliki solidaritas yang tinggi dan dalam bentuk
solidaritas mekanis yaitu hubungan antar individunya didasari atas kepentingan
sedangakan masyarakat modern adalah masyarakat yang memiliki solidaritas yang
rendah dan dalam bentuk solidaritas mekanis yaitu hubungan antar individunya
didasari atas kepentingan individu itu sendiri.
Dalam masyarakat Desa Pariksabungan termaksud di dalamnya ada
masyarakat tradisional dan juga masyarakat modern, tetapi keduanya memiliki
rasa solidaritas terhadap sesama, meskipun dalam masyarakat terlihat suatu
hubungan yang di dasari oleh kepentingan individu itu sendiri.
Semenjak kahadiran tambang di Desa Pariksabungan, pertambahan
penduduk cukup pesat. Ini terlihat pada munculnya Etnik yang berbeda. Dulu di
desa ini mayoritas etnik Batak Toba tetapi sekarang banyak pendatang. Seperti
Suku Nias, Jawa dan lain-lain. Meskipun demikian itu tidak menimbulkan
masalah ataupun konflik atas perbedaan etnik tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh seorang informan saya (Ibu Hutagaol)
mengatakan:
“Dulu disini hanya sedikit yang membuka usaha dan kedai kopi
tetapi semenjak adanya bandara pedagang usaha juga semakin
dengan yang lainnya. Dulu nya kedai kopi saya banyak yang
berkunjung sekarang sudah semakin berkurang dan penghasilan
juga sudah berubah. Dulu saya bisa mendapatkan hasil dagangan
saya ini berkisar 1 juta sekarang sudah tidak lagi”.
Tetapi sejak kehadiran bandara ini juga yang membuat masyarakat
menjadi terbelah, ini terlihat ketika masyarakat ada yang mendukung dan menolak
kehadiran tambang tersebut. Hal inilah yang membuat hubungan antara yang
menolak dan menerima terlihat. Misalnya ada saling rasa irian terhadap
masyarakat yang membuka usaha dagang di sekitaran bandara. Terjadinya
persaingan antara pedagang satu dengan pedagang lainnya. Tetapi walaupun
begitu hal ini tidak sampai terjadi kericuhan. Kehidupan sosil juga terjadi pada
masyarakat misalnya masyarakat hidup hidup dari mulai tradisional sekarang
sudah mulai mengikuti hidup dalam pola modern, kesadaran hidup bersam dalam
dmasyarakat desa sekarang kurangnya rasa peduli terhadap masyarakat. Misalnya
dalam hal gorong-royong sudah tidak seperti dulu lagi, sikap saling membantu
masyarakat yang kesusahan dan mengalami musibah juga sudah berkurang.
Demontrasi juga terjadi pada masyarakat dan pemerintah. Hal ini terjadi
karena kehadiran bandara di desa. Dulunya masyrakat tidak pernah mengalami
demontrasi terkait dengan pergantian ganti rugi tanah tetapi semenjak bandara ada
sering terjadi demontrasi. Hal ini mereka lakukan untuk mendapatkan hak mereka
yang telah dijanjikan sebelumnya.
Adapun dampak positif yang timbul atad keberadaan Bandara Silangit
sebagai berikut:
1. Bertambahya ruko-ruko dan warung di Desa Pariksabungan
2. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang hendak
bekerja di Bandara Silangit
3. Memberikan nilai ganti rugi tanah yang terkena dampak pembangunan
bandara (bagi yang sudah mendapatkan ganti rugi tanah)
4. Berubahnya jalan menjadi jalan beraspal yang dapat memudahkan
masyarakat setempat maupun orang luar yang akan pergi menuju Bandara
Silangit
Adapun dampak positif yang timbul atas keberadaan Bandara Silangit
sebagai berikut:
1. Hilangnya lahan pertanian masyarakat akibat pembangunan Bandara
Silangit
2. Pencemaran lingkungan seperti kebisingan
3. Tidak mendapatkan nilai ganti rugi tanah bagi tanah masyarakat yang
terkena dampak pembangunan bandara
4. Semakin tingginya persaingan terhadap kebutuhan ekonomi menyebabkan
tingkat kriminalitas semakin tinggi nantinya.
5. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan pertumbuhan penduduk
4.5. Pengaruh Bandara Silangit Terhadap Sektor Pertanian Desa Pariksabungan
Jika dilihat dari keadaan tanah di Desa Pariksabungan merupakan daerah
yang bagus untuk pertanian. Aktivitas pertanian ini diawali dari proses
pengolahan tanah sampai dengan pemanenan. Pada masa dulu biasanya selama
proses produksi sendiri oleh petani/pemilik sawah yang dibantu oleh keluarga dan
beberapa tetangga dekat tanpa diberi upah melainkan pergantian tenaga bila suatu
hari juga membutuhkan.
Sebelum proses produksi, petani ini harus mencari tenaga tambahan dari
para tetangga untuk dimintai bantuannya. Sebagai imbalan bagi petani tersebut
cukup disediakan makanan selama pekerjaan berlangsung. Proses produksi ini
dimulai dari pengolahan tanah sawah, menanam padi, membersihkan
tanaman/menyiangi padi sampai pada memanen padi begitu juga dengan
penanaman bibit kopi sampai memanen.
Dalam masa produksi ini biasanya terdapat pembagian kerja antara
laki-laki dan perempuan. Untuk pekerjaan yang dianggap berat seperti mengolah tanah
pertanian dilakukan oleh laki-laki. Pekerjaan ini dimulai dengan meratakan tanah
disamping memperbaiki pematang serta membajak sawah dengan menggunakan
kerbau. Sedangkan pekerjaan yang ringan dilakukan oleh perempuan, misalnya
pada saat menanam padi kemudian membersihkan tanah pertanian dari
rumput-rumput yang tumbuh liar di sela-sela tanaman padi. Akan tetapi pada saat panen
tiba, pekerjaan menuai padi ini dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan