• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi) Chapter III V"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi dengan kata lain adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi yang lain. Sebagaimana perspektif yang merupakan suatu rentang juga dari yang sangat kuantitatif (objektif) hingga yang sangat kualitatif (subjektif) (Mulyana, 2010 : 145).

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksud hanya untuk menggambarkan, menjelaskan atau meringkaskan berbagai kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian sebagaimana adanya (Bungin, 2006 : 44). Sedangkan metodologi kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Prastowo, 2014: 22) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

(2)

3.2 Objek Penelitian

Objek adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian. Objek penelitian adalah merujuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti (Idrus, 2009: 91). Objek penelitian dalam penelitian kualitatif menjelaskan apa yang menjadi sasaran penelitian secara konkrit tergambar dalam fokus masalah penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian ini ialah strategi komunikasi yang digunakan organisasi KOMPAS-USU Periode 2017 dalam merekrut anggota organisasi.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian (Idrus, 2009: 91). Subjek penelitian menjadi perlu diperhatikan agar pada proses penelitian diperoleh informasi yang mewakili realitas pada objek yang diteliti. Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif disebut pula dengan informan kunci

(key informan). Ketepatan dalam pemilihan informan sejak awal akan

berpengaruh dalam kelancaran pengumpulan informasi, yang pada hakikatnya akan menentukan efisiensi dan efektivitas penelitian.

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini ialah Organisasi KOMPAS-USU, yang meliputi Ketua Umum KOMPAS-KOMPAS-USU, Kepala Bidang Diklat, Kepala Bidang Operasional, Kepala Bidang Humas dan anggota baru KOMPAS-USU sebagai informan tambahan.

3.4 Kerangka Analisis

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari informan di lapangan yang didapatkan dengan proses pengumpulan data secara terus menerus hingga data jenuh dan teknik analisis data selama di lapangan berdasarkan Model

Miles dan Huberman (Bungin, 2005: 87).

(3)

gambaran yang lebih jelas sehingga akan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya dan menarik kesimpulan dalam penyajian data.

Adapun kerangka analisis yang digunakan oleh peneliti adalah Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga hal yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti dalam mengumpulkan data (Kriyantono, 2006: 91). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data lengkap yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu :

1. Wawancara Mendalam

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana berusaha mencari tahu serta mendapatkan informasi secara mendalam dalam bentuk rentetan pertanyaan yang diajukan kepada informan penelitian. Menurut Mulyana (2002: 180) wawancara sendiri yaitu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan oleh tujuan tertentu.

(4)

kebutuhan. Wawancara sebaiknya dilakukan dalam suasana yang akrab dan informal dengan membiarkan subjek penelitian menjadi dirinya sendiri.

Pewawancara relatif tidak memiliki kontrol terhadap respon informan pada wawancara, karena informan bebas memberikan jawaban. Pewawancara juga memiliki tugas yang berat agar informan dapat memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam dan tidak ada yang disembunyikan.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Dari pemahaman observasi atau pengamatan, sesungguhnya yang dimaksud dengan metode observasi ialah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian yang dapat diamati oleh peneliti (Bungin, 2006: 142).

Observasi juga merupakan rancangan alamiah untuk menggambarkan realitas sebagai kerangka yang diamati. Salah satu fungsi dari observasi adalah deskripsi. Observasi sebagai deskripsi memiliki arti bahwa observasi berguna untuk menjelaskan, memberikan, dan merinci gejala yang terjadi. Selain mempunyai fungsi, observasi juga mempunyai tujuan. Tujuan utama observasi adalah untuk mengamati tingkah laku manusia sebagai peristiwa aktual, yang memungkinkan kita memandang tingkah laku sebagai proses.

(5)

b. Data Sekunder

Data sekunder pada umumnya berbentuk catatan atau laporan dokumentasi oleh lembaga tertentu (Ruslan, 2010: 138). Pengumpulan data ini dilakukan dengan teknik studi pustaka, dokumentasi dan membuka situs-situs di internet yang berhubungan dengan penelitian agar mendukung penelitian ini sehingga menjadi mudah dalam proses pembuatannya dan data yang dikumpulkan menjadi semakin lengkap.

3.5.1 Penentuan Informan

Penentuan informan pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu sistem purposive dan sistem bola salju (snowball). Sistem purposive dilakukan dengan menetapkan kriteria yang tepat terhadap informan yang akan diwawancarai. Sedangkan pada sistem bola salju (snowball), informan didapatkan dari rekomendasi informan sebelumnya.

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive, dimana proses penentuan informan dilakukan dengan menetapkan kriteria yang tepat terhadap informan yang akan diwawancarai sesuai dengan kebutuhan peneliti. Teknik pemilihan informan secara purposive memilih informan secara sengaja dan tidak acak. Informan yang dipilih adalah mereka yang memang diasumsikan dapat memberikan informasi sehubungan dengan penelitian ini.

3.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

(6)

3.5.3 Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif. Teknik keabsahan data adalah dengan menggunakan teknik triangulasi. Teknik ini merupakan salah satu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2007: 330).

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi. Triangulasi data pada hakikatnya merupakan pendekatan multi metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data (Pujileksono, 2015 : 144). Triangulasi merupakan suatu pendekatan terhadap pengumpulan data yaitu dengan mengumpulkan bukti secara seksama dari berbagai sumber yang berbeda-beda, dan sering kali menggunakan alat yang berbeda-beda atau mengacu pada perspektif teoritis yang berbeda. Triangulasi dapat dikatakan sebagai check-and-recheck informasi yang telah diperoleh.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007: 248) menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menafsirkannya, memaknai dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.

Analisis data Model Miles dan Huberman dilakukan melalui 3 tahap (Pujileksono, 2015 : 152), yaitu :

1. Reduksi Data

(7)

lapangan sehingga perlu dianalisis dan dirangkum agar memberi gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam mengumpilakan data. Bagi peneliti kualitatif, kegiatan reduksi data menjadi sangat penting karena yang bersangkutan dapat mulai memilah dan memilih data mana dan data dari siapa yang harus lebih dipertajam.

2. Penyajian Data

Setelah mereduksi data, maka proses selanjutnya yaitu penyajian data. Penyajian data berarti menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dsb. Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif (Pujileksono, 2015 : 152). Data-data yang diperoleh peneliti dengan mewawancarai informan maupun data yang diperoleh melalui studi pustakaa disusun secara cermat dan sistematis dalam hasil penelitian dan pembahasan.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada salah satu organisasi kemahasiswaan yang sudah lama berdiri di Universitas Sumatera Utara, yakni KOMPAS-USU. Penelitian yang berlangsung mulai dari bulan April hingga Juni 2017 ini dilakukan terhadap empat orang informan yang tercatat aktif sebagai anggota biasa KOMPAS-USU Periode 2017. Beberapa informan tersebut dipilih karena dianggap telah memiliki kriteria-kriteria yang diinginkan oleh peneliti. Peneliti akan menjelaskan hasil dari penelitian yang diperoleh disertai dengan pembahasan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui proses rekrutmen anggota dalam organisasi KOMPAS-USU. Serta bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan organisasi KOMPAS-USU dalam merekrut anggota organisasi.

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor sekretariat KOMPAS-USU, Jalan Alumni Nomor 2 Kampus USU Padang Bulan, Medan 20155.

4.1.1.1 Sejarah KOMPAS-USU

Korps Mahasiswa Pencinta Alam Dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (KOMPAS-USU) pada mulanya berdiri berawal dari ide beberapa mahasiswa USU yang berasal dari berbagai fakultas. Ketika itu mereka merasa bahwa USU sebagai sebuah universitas terbesar di Sumatera Utara belum memiliki wadah penyalur minat mahasiswa dalam bidang kepencinta-alaman. Menurut pengamatan mereka banyak mahasiswa USU yang gemar, secara berkelompok maupun individu, bepergian ke hutan rimba dan melakukan aktivitas yang erat kaitannya dengan petualangan alam bebas.

(9)

mahasiswa diancam dengan adanya usaha pemerintah untuk menghilangkan DEMA (Dewan Mahasiswa) di kampus-kampus. Hal itu menyebabkan mahasiswa USU yang aktif berkegiatan tidak lagi memiliki wadah untuk menyalurkan minat dan bakatnya. Para aktivis kampus yang ternyata juga gemar berpetualang di alam bebas berkumpul dalam rangka membuat suatu wadah formal untuk menampung minat dan bakat mereka. Mereka berjumlah delapan orang, dan disebut sebagai Pemrakarsa KOMPAS-USU.

Pada tanggal 21 Januari 1980, di sebuah kamar kos milik Djosmeri Surbakti, delapan orang Pemrakarsa KOMPAS-USU berkumpul dan lahirlah kebulatan tekad yang berinti: “bertekad untuk merintis terbentuknya organisasi pencinta alam USU”. Diangkatlah seorang ketua pemrakarsa dan sekretarisnya.

Segala konsep telah disiapkan kemudian dibawa kepada pimpinan formal USU (Rektor USU). Respon dari pimpinan ternyata cukup menggembirakan. Selanjutnya diadakanlah usaha-usaha untuk menunjang konsep pembentukan mahasiswa pencinta alam USU. Para pemrakarsa diperbolehkan untuk mengumpulkan mahasiswa dari tiap-tiap fakultas yang memiliki minat terhadap kepencinta-alaman dalam rangka musyawarah. Pada tanggal 28 Juni lahirlah kesepakatan berupa pembentukan pengurus berikut AD/ART.

Hasil dari musyawarah tersebut kemudian diserahkan kepada rektor USU (saat itu dijabat oleh DR. A. P. Parlindungan, SH) untuk dipelajari. Setelah hampir Sembilan bulan, pada tanggal 6 Oktober 1980 akhirnya keluarlah Surat Keputusan (SK) Rektor USU No. 1258/PT05/SK/0.80 tentang pembentukan Korps Mahasiswa Pencinta Alam Dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (KOMPAS-USU). Tanggal keluarnya SK tersebut diperingati sebagai hari lahirnya KOMPAS-USU. Sesuai dengan Anggaran Dasar Pasal 2 KOMPAS-USU berkedudukan di Jl. Alumni No. 2 Kampus USU.

(10)

anggota KOMPAS-USU di bumi perkemahan Sibolangit yang dilanjutkan dengan

Long March dari Sibolangit ke Berastagi, juga sekaligus penerimaan anggota

KOMPAS-USU yang pertama dengan jumlah dua ratus orang.

Nama Korps Mahasiswa Pencinta Alam Dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara dipilih karena pemrakarsa memiliki keinginan membentuk organisasi pencinta alam yang berbeda dari organisasi pencinta alam yang sudah ada. Pencinta alam yang ingin dibentuk dalam kampus USU diharapkan memiliki kelebihan dalam studi lingkungan hidup. Hal ini dilator belakangi pula oleh keadaan lingkungan hidup pada masa itu dianggap sudah memprihatinkan. Anggota KOMPAS-USU diharapkan untuk tetap mempunyai rasa cinta terhadap alam dan lingkungan hidup bahkan setelah menamatkan kuliahnya di USU.

(11)

4.1.1.2 Struktur Kepengurusan

Gambar 4.1

Struktur Kepengurusan KOMPAS-USU Periode 2017

Sumber : Pengurus KOMPAS USU periode 2017

4.1.1.3 Lambang dan Atribut Organisasi

Lambang KOMPAS-USU berbentuk lingkaran hijau dengan rangkaian gambar didalamnya yakni siluet gunung berpuncak 5, burung putih mengembangkan sayap masing-masing 10 helai dan ekor 6 helai. Monogram K berwarna merah serta dasar lambang berwarna kuning dengan angka 80 di sebelah kiri berwarna hitam serta semua garis detail berwarna hitam.

Atribut KOMPAS-USU berupa bendera organisasi, mitela berlambang organisasi, kop surat organisasi, stempel organisasi dan kartu anggota.

(12)

Gambar 4.2 Logo KOMPAS-USU

Sumber : Pengurus KOMPAS USU periode 2017

Makna Gambar

a. Lingkaran ; Melambangkan keterpaduan/kesatuan seluruh komponen organisasi.

b. Siluet gunung hijau berpuncak lima; Lingkup kegiatan organisasi yakni cinta alam dan keinginan bersama untuk mencapai tujuan organisasi seperti yang dimaksud dalam pasal 5 Anggaran Dasar. c. Burung putih dengan bulu ekor 6 dan bulu sayap masing-masing 10

helai; lingkup kegiatan organisasi yakni studi lingkungan hidup dengan tanggal 6 bulan 10 menyatakan kelahiran.

d. Angka 80; Tahun dikukuhkannya organisasi

e. Monogram K; Inisial dari Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup.

Makna Warna

a. Putih; Kesucian dan ketulusan hati dalam berbuat sesuatu. b. Kuning; Kesabaran jiwa dalam menghadapi berbagai tantangan. c. Merah; Keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan. d. Hijau; Bersemangat maju terus.

(13)

4.1.1.4 Program Kerja Kepengurusan

Program kerja adalah rencana kerja yang disusun oleh pengurus untuk satu periode kepengurusan pada saat rapat pleno pertama dan tambahan pada saat rapat pleno berikutnya, serta menafsirkan dan mengikutsertakan pula masukan-masukan dari anggota KOMPAS-USU yang mengikuti musyawarah anggota sebagai rapat tertinggi dalam organisasi. Program kerja disusun oleh pengurus pada saat rapat pleno pertama dengan jumlah kehadiran + 1.

USU memiliki beberapa program kerja seperti HUT KOMPAS-USU, ekspedisi, musyawarah anggota, peringatan hari lingkungan hidup sedunia, kejuaraan, perjalanan kecil, program kerja kepetualangan, konservasi lingkungan hidup dan pengabdian pada masyarakat.

a. HUT KOMPAS-USU

Hari ulang tahun KOMPAS-USU diselenggarakan pada tanggal 6 Oktober setiap tahunnya. Tema yang diambil biasanya yang berhubungan dengan lingkungan atau yang berkaitan dengan erat dengan keakraban anggota keluarga besar KOMPAS-USU.

Dalam hal perayaan HUT KOMPAS USU pengurus akan membentuk panitia agar acara yang diperingati setahun sekali ini dapat terlaksana dengan lancar dan meriah. Kepanitian akan dibagi sesuai bidang-bidang yang diperlukan untuk acara ini, misal bidang acara, konsumsi, peralatan, dokumentsi, humas, dll. Dan semua itu diberikan berdasarkan kemauan anggota biasa saat rapat pembentukan panitia.

(14)

b. Ekspedisi

Ekspedisi adalah kegiatan yang dilakukan pada suatu tempat yang belum pernah diadakan kegiatan di tempat itu oleh KOMPAS-USU atau organisasi lain. Ekspedisi ini dapat berupa kegiatan petualangan, penelitian maupun pelestarian lingkungan hidup.

Sebelum melakukan ekpedisi tentunya akan dilakukan persiapan terlebih dahulu agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan baik. Pertama yang dilakukan ialah memilih dan memutuskan ingin melakukan ekspedisi apa, maka dilakukanlah rapat. Dan dalam rapat tersebut semua anggota berhak mengeluarkan pendapat dan saran mengenai kegiatan ekspedisi yang akan dilakukan.

c. Musyawarah Anggota

Musyawarah anggota adalah forum tertinggi dalam organisasi KOMPAS-USU, musyawarah anggota diadakan diakhir kepengurusan dengan dihadiri oleh + 1 seluruh anggota biasa KOMPAS-USU.

Musyawarah anggota ini antara lain membahas laporan pertanggungjawaban pengurus, pembahasan program kerja pengurus yang baru, pemilihan ketua umum periode selanjutnya dan pembahasan AD/ART KOMPAS-USU.

(15)

d. Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juni setiap tahunnya, biasanya pada kegiatan ini KOMPAS-USU berusaha membawa misi tertentu untuk disuarakan kepada khalayak ramai yang tentu saja berhubungan dengan lingkungan hidup. Peringatan ini tidak sebatas pada anggota saja, akan tetapi memiliki skup yang lebih luas.

Contohnya pada peringatan hari lingkungan hidup sedunia tahun lalu KOMPAS-USU mengadakan seminar yang bertemakan “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Medan” dengan peserta dari berbagai mahasiswa dari universitas yang berbeda-beda, organisasi mahasiswa pencinta alam lainnya. Dengan tujuan agar masyarakat sadar akan fungsi dari ruang terbuka hijau dan pemerintah kota Medan menyadari akan pentingnya dan manfaat rung terbuka hijau. Kegiatan ini dilaksanakan di aula FKM USU. Dalam pelaksanaannya tahun lalu, tidak ada panitia karena saat itu anggota biasa KOMPAS USU sudah banyak yang baru menyelesaikan masa studinya sehingga jumlah anggota menjadi minim saat ini. Jadi kegiatan ini di handle oleh pengurus langsung.

e. Kejuaran

Kegiatan ini dilaksanakan KOMPAS-USU untuk memunculkan manusia-manusia yang berbakat untuk menunjukan keahliannya. Serta sebagai wadah pembelajaran bagi anggota untuk belajar menangani acara-acara besar yang berskup nasional.

(16)

mungkin agar nantinya semua peserta yang akan mengikuti kejuaraan tidak ada merasa dikecewakan sehingga nama organisasi juga tetap terjaga. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini KOMPAS-USU tidak ada melakukan kejuaran, kejuaraan terakhir yang diadakan KOMPAS-USU yaitu pada tahun 2005.

f. Perjalanan Kecil

Perjalanan kecil adalah perjalanan yang diprakarsai oleh anggota yang berkeinginan untuk melakukan perjalanan ke suatu tempat. Anggota tersebut menyampikan maksudnya pada pengurus, kemudian pengurus membuka list untuk semua anggota yang ingin ikut dalam tim dan pengurus akan memfasilitasi tim tersebut.

g. Program Kerja Kepetualangan

Program kerja kepetualangan merupakan kegiatan yang mengarah pada kegiatan lapangan. Kegiatan kepetualangan dalam hal ini berarti perjalanan yang dilakukan oleh anggota berdasarkan rekomendasi pengurus yang ditandai dengan turunnya surat jalan dan adnya laporan tertulis dari anggota kepada pengurus.

h. Konservasi Lingkungan Hidup

Konservasi lingkungan hidup merupakan yang mengarah pada peningkatan pengetahuan kepada lingkungan hidup dan pelestariannya. Contohnya penghijauan kampus, monitoring burung di lingkungan tertentu, dan lain-lain. Semua anggota KOMPAS USU harus melestarikan lingkungan hidup sesuai dengan yang tertulis pada pasal 5 anggaran dasar yaitu “membina insan akademis yang sadar, mampu dan bertanggung jawab melestarikan alam sebagai lingkungan hidup yang sehat”.

i. Pengabdian Pada Masyarakat

(17)

contohnya ikut serta dalam SAR baik di hutan, gunung maupun sungai, turut serta dalam kampanye lingkungan hidup, penanaman pohon di hutan, pemberian pendidikan dan pelatihan, dan lain-lain. Dalam hal ini KOMPAS USU merupakan salah satu organisasi yang terdaftar di BASARNAS Medan sebagai potensi SAR dalam proses pencarian orang hilang atau tanggap bencana.

KOMPAS USU akan mengirim orang berada di sekretariat saat adanya pemberitahuan yang masuk, tanpa ada pengecualian baik itu perempuan ataupun laki-laki karena ketika proses pendidikan sebelum menjadi anggota sudah diberi8kan pengetahuan mengenai Evakuasi Search

And Rescue (E-SAR). Anggota yang didelegasikan tersebut ialah sebagai

media informasi ke KOMPAS USU, guna mendapat informasi yang lebih lanjut, sehingga KOMPAS USU tahu harus bertindak apa selanjutnya.

4.1.1.5 Keanggotaan KOMPAS-USU

Dalam setiap organisasi, anggota adalah faktor sentral, begitupula halnya dengan KOMPAS-USU. Sebagai organisasi yang bergerak dibidang kepencinta-alaman anggota adalah nyawa dari organisasi ini. Oleh sebab itu diperlukan suatu tatanan pendidikan bagi anggota untuk mempersiapkan anggota yang dapat dengan maksimal mengembangkan organisasi.

Anggota yang dapat mengembangkan organisasi adalah contoh dari regenerasi yang baik, sesuai dengan tujuan organisasi KOMPAS-USU yang tertuang dalam AD pasal 5 yaitu membina insan akademis yang sadar, mampu, dan bertanggungjawab untuk melestarikan alam sebagai lingkungan hidup yangs sehat.

Oleh karena itu anggota diharapkan mempunyai sikap, pandangan, bekal, ataupun keterampilan yang dapat dimanfaatkan guna menjamin utuhnya eksistensi organisasi serta dapat menyumbangkan kemampuannya untuk kestabilan organisasi.

(18)

a. Anggota biasa

Anggota biasa adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang telah menjadi calon anggota, melewati masa pendidikan yang telah ditetapkan, dinyatakan lulus dan dilantik oleh pengurus KOMPAS USU. Masa pendidikan calon anggota biasa KOMPAS USU berjalan selama kurang lebih 6 bulan. Semua calon anggota harus mengikuti tahap-tahap yang diberikan oleh pengurus agar dapat menjadi anggota biasa KOMPAS USU. Selama 6 bulan itu calon anggota akan diberikan ilmu dasar mengenai kegiatan alam bebas yaitu berupa materi, kemudian setelah materi diberi maka calaon anggota akan di bawa kelapangan yang sebenarnya untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari. Ada lima materi lapangan yang harus diikuti oleh calon anggota yaitu hutan gunung, arung jeram, susur gua, panjat tebing dan pelantikan. Saat ini anggota biasa KOMPAS USU ada 32 orang yang terdiri dari 20 orang perempuan dan 12 orang laki-laki.

b. Anggota luar biasa

Anggota luar biasa adalah anggota biasa yang telah menyelesaikan masa studi di Universitas Sumatera Utara. Setelah menyelesaikan masa studinya, anggota luar biasa sudah tidak dapat lagi menjabat sebagai pengurus. Anggota luar biasa tidak memiliki tugas secara tertulis dalam struktur ataupun AD/ART KOMPAS USU. Anggota luar biasa hanya berhak memberi saran ataupun arahan kepada pengurus apabila ada yang dirasa kurang pas tanpa berhak menginterpensi kepengurusan karena keputusan tetap berada ditangan pengurus. Tetapi apabila pengurus membutuhkan masukan, pengurus dapat membuat rapat konsultatif dengan mengundang anggota luar biasa agar ide ataupun gagasan dari para senior-senior dapat mencerahkan pikiran para pengurus mengenai program kerja ataupun masalah yang sedang terjadi di KOMPAS USU.

c. Anggota kehormatan

(19)

kehormatan akan mendapat tanda pengenal organisasi yaitu mitela. Anggota kehormatan tidak mempunyai hak dalam hal pengambilan keputusan dalam rapat-rapat yang dilakukan KOMPAS USU. Fungsinya hampir sama dengan anggota luar biasa yaitu hanya memberi saran ataupun masukan mengenai keberlangsungan KOMPAS USU yang lebih baik.

4.1.2 Proses Pelaksanaan Penelitian

Langkah awal yang peneliti lakukan ketika objek penelitian, yakni KOMPAS-USU, telah disetujui oleh dosen pembimbing adalah mendatangi sekretariat KOMPAS-USU untuk meminta izin melakukan penelitian disana. Saat itu peneliti bertemu langsung dengan Ketua Umum KOMPAS-USU, Ary Rizaldi. Tanpa basa-basi peneliti langsung menanyakan kesediaan KOMPAS-USU untuk dijadikan objek penelitian. Sambutan dari Ary sangat baik, karena ini bukan kali pertama KOMPAS-USU diteliti untuk tugas akhir mahasiswa. Dia langsung memberikan izin pada peneliti dengan syarat membawa surat pengantar dari kampus ketika akan melaksanakan penelitian.

(20)

akhirnya mencoba berdiskusi lagi dengan dosen pembimbing. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, dosen pembimbing dan peneliti memutuskan untuk mengubah metode penelitian menjadi deskriptif kualitatif.

Dengan sedikit berat hati, peneliti harus mengulang Bab 1 sampai Bab 3 karena harus menyesuaikan dengan metode penelitian kualitatif. Tanpa putus asa peneliti berusaha menyelesaikannya secepat mungkin. Karena waktu sudah mendekati masa liburan yang cukup panjang. Setelah Bab 1 hingga Bab 3 disetujui oleh dosen pembimbing, peneliti mulai menyusun pedoman wawancara. Mengenai surat pengantar, sebelum peneliti mengganti metode penelitian, surat pengantar telah dikeluarkan oleh bagian pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU. Surat pengantar tersebut juga sudah diserahkan kepada KOMPAS-USU. Tidak butuh waktu lama pedoman wawancara peneliti disetujui oleh dosen pembimbing. Dengan pedoman wawancara ditangan, peneliti mulai terjun ke lapangan untuk mengumpulkan infomasi dari para informan.

Langkah selanjutnya yang peneliti lakukan ialah mendatangi KOMPAS-USU untuk menentukan siapa sekiranya yang tepat untuk menjadi informan. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive, dimana proses penentuan informan dilakukan dengan menetapkan kriteria yang tepat terhadap informan yang akan diwawancarai sesuai dengan kebutuhan peneliti. Karena itu peneliti melakukan observasi singkat dengan menanyakan kepada Ketua Umum dan beberapa anggota KOMPAS-USU mengenai pengetahuan mereka tentang proses perekrutan anggota baru. Ini dilakukan sebagai proses pendekatan agar mereka merasa terbiasa dengan kehadiran peneliti selama proses penelitian sekaligus mempermudah peneliti menentukan siapa yang tepat menjadi informan dalam penelitian ini. Informan tersebut tentu saja harus memiliki kriteria yang telah peneliti tetapkan, yaitu mengetahui dengan baik proses perekrutan anggota baru KOMPAS-USU dari awal hingga pelantikan.

(21)

(Pendidikan dan Pelatihan), Ketua Panitia Perekrutan Anggota Baru Periode 2017, dan anggota baru KOMPAS-USU.

Tabel 4.1

Tabel Karakteristik Informan

Informan I Informan II Informan III Informan IV Nama

Jenis Kelamin Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki

Jurusan dan

(22)

tengah jadwal kuliah yang sudah mendekati masa ujian akhir semester. Namun, ketakutan peneliti tidak terbukti. Para informan dengan sangat terbuka memberikan waktunya untuk dapat diwawancarai. Proses wawancara berlangsung lebih kurang selama satu minggu.

Informan pertama yang peneliti wawancarai ialah Rinaldi Hasibuan selaku Kabid Diklat. Peneliti menghubungi Rinaldi melalui telepon pada tanggal 5 Juni 2017. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, Rinaldi bersedia untuk diwawancarai pada tanggal 7 Juni 2017. Setelah selesai melakukan wawancara dengan Rinaldi, peneliti menghubungi informan kedua yakni Ary Rizaldi, Ketua Umum KOMPAS-USU. Karena sebelumnya peneliti sudah sering menghubungi dan berjumpa dengan Ary, peneliti merasa tidak sulit mengatur jadwal wawancara dengan Ary. Ia bersedia untuk diwawancarai pada keesokan harinya, yaitu pada tanggal 8 Juni 2017.

Informan selanjutnya yang berhasil peneliti jumpai ialah Maya Lestari. Maya merupakan anggota baru KOMPAS-USU Periode 2017. Peneliti memilih Maya sebagai informan tambahan. Sebelumnya, peneliti sudah menghubungi M. Akbar Azhari yang merupakan Ketua Panitia Perekrutan Anggota Baru KOMPAS-USU Periode 2017 untuk diwawancarai terlebih dahulu. Karena Akbar merupakan salah satu informan utama sedangkan Maya informan tambahan. Namun, Akbar tidak bisa karena ia sedang merawat ibunya yang sedang sakit. Akbar baru bisa diwawancarai pada tanggal 13 Juni 2017. Sedangkan Maya dapat diwawancarai pada tanggal 10 Juni 2017. Mengingat waktu yang semakin sempit karena sudah memasuki masa liburan, peneliti memutuskan untuk mewawancarai Maya terlebih dahulu. Dan pada tanggal 13 Juni 2017, peneliti mewawancarai informan terakhir, yaitu Akbar.

(23)

dan bagaimana pula strategi komunikasi yang mereka gunakan selama proses perekrutan tersebut.

Setelah wawancara selesai dilakukan, maka penelitian ini dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu analisis data. Peneliti pada tahap ini menguraikan hasil wawancara dengan memfokuskan pada hal-hal yang penting dan mendata hasil wawancara. Kemudian peneliti akan melakukan penyajian data dan melakukan penarikan kesimpulan.

4.1.3 Deskripsi Informan dan Hasil Wawancara

Informan I

Nama : Rinaldi Hasibuan

Tempat/Tanggal Lahir : Padang Sidempuan / 3 Maret 1996 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jurusan dan Fakultas : Metrologi & Instrumentasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) (2014)

Jabatan : Kepala Bidang Pendidikan dan Latihan (Diklat)

No HP : 0822 7754 7705

Tanggal Wawancara : 7 Juni 2017

Jam : 13.20 WIB

Tempat : Koridor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Rinaldi Hasibuan merupakan informan pertama yang peneliti temui dan wawancara. Tidak sulit untuk mencocokkan jadwal wawancara antara peneliti dan Rinaldi. Wawancara berlangsung di salah satu koridor FMIPA, tepatnya di dekat ruangan kelas Rinaldi. Saat melaksanakan wawancara, Rinaldi mengenakan kemeja berwarna putih gading dengan motif garis vertikal yang berwarna senada namun terlihat lebih terang. Rambut gondrongnya dibiarkan terurai, seakan-akan mempertegas bahwa Rinaldi memang seorang mapala.

(24)

bertemu dan mewawancarai Rinaldi, meski hal tersebut telah peneliti lakukan ketika menghubungi Rinaldi melalui chat Line. Namun, peneliti yakin bahwa menjelaskan lewat tatap muka akan lebih mudah untuk dimengerti. Perbincangan dilanjutkan dengan sedikit basa-basi, seperti menanyakan “ada kuliah bang hari ini?”, “kelas abang di mana?”, dan pertanyaan lainnya untuk mencairkan suasana. Ketika suasana sudah mencair, peneliti memulai wawancara dengan pedoman wawancara ditangan peneliti.

Saat ini Rinaldi menjabat sebagai Kepala Bidang Pendidikan dan Latihan (Diklat) KOMPAS-USU periode 2017. Diklat sendiri adalah salah satu dari dua bidang yang ada di KOMPAS-USU. Diklat bertugas sebagai penanggungjawab dalam masalah pendidikan dan latihan para anggota KOMPAS-USU. Selain itu, Diklat juga bertanggung jawab untuk masalah perekrutan anggota baru. Mulai dari masih calon anggota hingga menjadi anggota biasa KOMPAS-USU, mereka masih menjadi tanggung jawab Diklat. Pendidikan lanjutan anggota baru juga merupakan pekerjaan Diklat. Karena itu, Diklat tentu saja sangat memahami bagaimana proses serta mekanisme perekrutan anggota baru. Dari Rinaldi peneliti juga mendapatkan informasi-informasi mengenai strategi komunikasi yang digunakan KOMPAS-USU selama proses perekrutannya.

Proses perekrutan dimulai dengan sosialisasi selama kurang lebih satu bulan, dimulai sejak pertengahan Oktober 2016. Sosialisasi dilakukan melalui media sosial : Instagram, Facebook, Twitter, Line, dan brosur yang disebar keseluruh fakultas di USU. Ada juga spanduk yang dipasang di tempat-tempat yang cukup strategis seperti Pintu 1 dan 4, di depan FIB, Sumber, dan di depan sekretariat KOMPAS-USU. Selain itu, sosialisasi juga dilakukan dengan datang ke fakultas-fakultas atau road to fakultas. Namun, tidak seluruh fakultas di USU yang dikunjungi oleh KOMPAS-USU karena keterbatasan waktu. Hanya beberapa fakultas yang sempat dikunjungi.

(25)

karena emang waktunya kemaren terbatas. Terus kita juga menyebar brosur”

Sebelum KOMPAS-USU melakukan sosialisasi langsung ke lapangan, mereka mempelajrai terlebih dahulu kira-kira fakultas mana yang mahasiswanya berpotensi besar untuk mendaftar menjadi calon anggoa KOMPAS-USU. Rinaldi menuturkan bahwa mereka belajar dari tahun-tahun sebelumnya dan melihat bahwa FKM, FIB, FISIP, dan FMIPA yang mahasiswanya cukup banyak mendaftar.

“Kalau bicara itu berarti kita kan melihat potensi yah kak, potensi maksudnya misalnya di fakultas mana ini yang kira-kira berpotensi, besar ini potensinya untuk banyak anggota yang mau daftar. Biasanya sih kita melihat dari tahun-tahun sebelumnya. Kalau di tahun-tahun sebeumnya, periode tahun lalu banyak anak FKM, ternyata mereka juga punya minat loh disitu. Itulah kita coba diskusi sama kawan-kawan yang dulunya masuk dari FKM juga, ternyata juga memang ada kesinambungan antara FKM sama KOMPAS-USU, yang bisa diterapkan di KOMPAS-USU. Contohnya kayak sosiologi pedesaan gitu. Ibaratnya kan kalau di KOMPAS-USU kita yang namanya berkegiatan selalu melakukan yang namanya sosiologi pedesaan jadi udah terbiasalah. Jadi ketika ilmu itu dibutuhkan di kampusnya udah terbiasa di KOMPAS-USU. Nah itulah yang kita coba kembangkan. Gitu sih kak”

(26)

organisasi mapala seperti KOMPAS-USU karena mereka memiliki jadwal dan tugas kuliah yang lebih banyak daripada mahasiswa fakultas lain. Sedangkan di KOMPAS-USU sendiri, khususnya ketika masa perekrutan, waktu yang dibutuhkan cukup banyak.

Selanjutnya Rinaldi menjelaskan mengenai intensitas waktu sosialisasi perekrutan. Sosialisasi melalui media sosial dilakukan hampir setiap hari. Sedangkan untuk menyebar brosur, KOMPAS-USU melakukannya dua kali dalam seminggu. Peneliti dan Rinaldi juga berbicara mengenai pesan dan cara penyampaian pesan tersebut selama proses perekrutan. Ketika sosialisasi, Rinaldi mengaku bahwa tidak ada teknik khusus dalam penyampaian pesannya. Pesan tentang perekrutan juga disampaikan to the point dan dengan bahasa yang sederhana. Menurut Rinaldi, bila mahasiswa memang sudah berminat untuk mengikuti organisasi ini maka mau bagaimanapun metode penyampaiannya pasti akan diterima. Apalagi KOMPAS-USU merupakan organisasi minat dan bakat, yang pasti anggotanya adalah mahasiswa yang memang berminat.

“Kalau kompas ini kan kak konteks organisasinya minat dan bakat gitukan. Jadi ketika orang sudah berminat, dengan metode penyampaian seperti apapun mereka sudah ibaratnya asal mahasiswanya sudah minat ajalah, cara penyampaianya nggak terlalu penting. Cuma kalau yang dilakukan KOMPAS-USU kemaren karena kita juga paham bahwasanya kompas ini kan organisasi minat dan bakat gitukan jadi bahasa menginformasikanya juga nggak terlalu yang ribet-ribet kali yang nggak gimana gimana kali ibaratnya yah mahasiswa tau bahwasanya KOMPAS-USU ini sedang melakukan open recruitment, udah selesai”

(27)

“Jadi kalau konsep dibahas bersama, konsepnya mau seperti apa ini, dibuat dibahas bersama, kalau untuk pelaksanaannya yah mereka gitu”

Proses perekrutan dilanjutkan dengan pendaftaran yang dibuka pada bulan Desember 2016. Para calon anggota harus memenuhi persyaratan administrasi, seperti membayar uang pendaftaran sebesar Rp 25.000,-. Selanjutnya, calon anggota akan memasuki Masa Orientasi Anggota (MOA). Selama MOA, calon anggota akan mendapatkan materi umum dan materi khusus. Di materi umum para calon anggota akan mendapatkan pembekelan berupa pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai kegiatan di alam. Calon anggota juga dinilai selama mengikuti materi umum, dan yang paling dinilai ialah kehadiran atau absensi. Setelah dinyatakan lulus, calon anggota akan mendapatkan materi selanjutnya yaitu materi khusus.

Materi khusus terdiri empat bidang materi, yaitu hutan gunung, susur gua, arung jeram, dan panjat tebing. Setiap bidang memerlukan waktu selama lebih kurang tiga minggu untuk persiapannya sebelum terjun langsung ke lapangan selama seminggu. Calon anggota diwajibkan untuk mengikuti minimal tiga dari keempat divisi tersebut. Rinaldi menjelaskan bahwa latihan fisik yang diberikan kepada calon anggota disesuaikan dengan kemampuan calon anggota itu sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada paksaan dalam kegiatan latihan fisik yang dilakukan oleh KOMPAS-USU.

“Porsinya misalnya kayak inikan calon anggota ini kita anggap masih awam dalam kegiatan kepetualangan dan kepecintaalam bebas lah gitu. Porsi yang dimaksud disini latihan fisiknya juga disesuaikan yaa ibaratnya mereka yaa kita anggap lah belum pernah melakukan latihan fisik yang berat sebelumya”

(28)

“Kalau untuk penetapan kriteria yang pastinya kita kalau di KOMPAS-USU itu yang dilihat ada tiga, fisik, mental dan intelegensi. Kalau fisik kan bisa terukur ni, dari latihan fisik sehari-hari juga kita bisa lihat apakah calon anggota ini layak menjadi anggota KOMPAS-USU secara fisik misalnya. Adalah ukuran-ukuran yang kita buat. Kalau mental kita bisa buat manajemen konflik diantara sesama mereka. Itu maksudnya calon anggota yang mendaftar ke kompas ini kan bakalan menjadi satu angkatan untuk kedepannya dan seterusnya, kita mau lihat ni kayak mana kekompakan mereka misalnya. Kalau intelegensi, dari semua materi yang disampaikan itu nanti diuji sebelum berangkat ke lapangan”

Materi-materi yang ada selama Masa Orientasi Anggota disampaikan oleh pemateri-pemateri yang berkompeten di bidangnya. Pemateri-pemateri tersebut bisa berasal dari luar KOMPAS-USU ataupun anggota luar biasa dan anggota kehormatan KOMPAS-USU. Mereka dipilih karena sudah memiliki pengalaman serta pengetahuan yang lebih baik dibandingkan para anggota biasa KOMPAS-USU.

(29)

“Kalau yang aku lihat ini sedikit membuka kekuranganlah, kalau aku lihat ditahun-tahun sebelumnya apasih yang menyebabkan kebosanan atau kejenuhan anggota baru di kompas, satu, kurangnya aktifitas. Jadi aktifitas sehari-hari itu kurang diisi, kurang disii maksudnya misalnya nih ada beberapa anggota yang jarang datang ke kompas karena memang datang ke kompas pun nggak ada kerjaan. Itulah yang coba aku antisipasi sekarang gitu, jadi kalau nggak ada kegiatan dikompas, kegiatan sehari-harinya diskusi gitu kak kalau nggak diskusi ya latihan memanjat, kan ada wall disitu, itu sih”

Selain bercerita tentang bagaimana cara mengatasi kejenuhan calon anggota, Rinaldi juga bercerita mengenai persepsi orang tentang organisasi mapala yang tidak terlalu baik. Ditambah lagi dengan adanya kejadian di organisasi mapala UII yang membuat persepsi orang semakin buruk. Meskipun tidak besar, Rinaldi mengakui bahwa kejadian mapala UII tersebut cukup membawa dampak terhadap organisasi mapala yang ada di Medan ini, termasuk organisasi KOMPAS-USU. Rinaldi juga merasa sedikit bersyukur karena kejadian mapala UII tersebut terjadi setelah proses pendaftaran, sehingga tidak terlalu berdampak pada calon anggota melainkan berdampak pada orangtua calon anggota. Orangtua calon anggota tentu saja merasa khawatir ketika anak mereka mengikuti kegiatan lapangan di tengah isu mengenai organisasi mapala yang identik dengan kekerasan fisik. Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, Rinaldi mengambil tindakan dengan meminta izin kepada orangtua calon anggota melalui form maupun secara langsung ketika akan melakukan kegiatan di lapangan.

(30)

Terus pada saat malam karantina, nomor HP orangtua seluruh calon anggota kuminta, kukonfirmasi langsung telepon langsung. Misalnya orangtua nggak menyetujui, kita nggak mau ambil resiko, nggak ada alasan untuk memberangkatkan dia walaupun dia berpotensi karena orangtua nggak menyetujui, gitulah kira-kira. Alhamdulillah dapat restu sih gitu, walaupun memang ada lah beberapa orangtua yang bilang jangan kayak yang di Jawa itu yah nak. Berartikan ngefek kesana-kesini kan”

Rinaldi mengakui bahwa kejadian yang ada di organisasi mapala UII sebenarnya juga terjadi di organisasi mapala yang ada di Medan. Meskipun Rinaldi tidak mau menyebutkan nama organisasi tersebut, namun ia mengatakan bahwa memang ada beberapa organisasi mapala di Medan yang memiliki Pendidikan Dasar atau Diksar yang tidak baik. Rinaldi bersama Ketua Umum KOMPAS-USU sudah pernah memberikan wacana kepada Pusat Koordinasi Daerah (PKD) Daerah Sumatera Utara untuk mengkoordinir seluruh organisasi mapala di Sumut. Namun sampai saat ini wacana tersebut tidak terlaksana. Menurut Rinaldi wacana tersebut tidak terlaksana karena organisasi-organisasi di Sumut merasa takut akan ketahuan mengenai Diksar mereka yang tidak baik.

(31)

Terakhir peneliti dan Rinaldi membahas tentang hambatan yang KOMPAS-USU hadapi selama proses perekrutan. Menurut Rinaldi, hambatan terbesar yang mereka hadapi ialah masalah manajemen waktu. Masalah ini dapat teratasi apabila anggota memiliki komitmen yang kuat terhadap tugas mereka sehingga mereka pun akan dengan mudah mengatur waktu mereka selama proses perekrutan. Rinaldi mengakui bahwa cukup banyak waktu yang mereka habiskan selama proses perekrutan. Ada beberapa hal yang harus mereka korbankan untuk proses perekrutan ini sendiri. Karena itu dibutuhkan komitmen yang kuat dari masing-masing anggota agar proses perekrutan berjalan dengan baik.

Informan II

Nama : Ary Rizaldi

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 27 Januari 1997 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jurusan dan Fakultas : Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) (2015)

Jabatan : Ketua Umum

No HP : 0813 1687 2899

Tanggal Wawancara : 8 Juni 2017

Jam : 16.15 WIB

Tempat : Sekretariat KOMPAS-USU

(32)

Proses perekrutan dimulai dengan melakukan penyebaran informasi atau sosialisasi melalui media sosial seperti Instagram, Twitter dan Facebook, melalui penyebaran brosur, dan spanduk. KOMPAS-USU juga melakukan sosialisasi ke fakultas-fakultas dengan membuka stand atau masuk ke kelas-kelas. Sebelum melakukan sosialisasi ke fakultas, anggota KOMPAS-USU mempelajari terlebih dahulu fakultas mana yang kira-kira memiliki kesempatan besar untuk mahasiswanya mendaftarkan diri.

“Kita melihat dari keadaan-keadaan sebelumnya gitu tentang panitia open recruitment satu atau dua tahun sebelumnya gitu kalau yang dilakukan seperti ini hasilnya seperti apa jadi kita bisa berkaca dari kegiatan yang udah kita buat sebelumnya itu sih kak, paling disitu mana yang rame gitu kan kalau kita lihat tahun lalu misalnya FISIP ini rame gitu kan atau mana nih yang rame gitu jadi itu bisa lebih di utamakan lebih di prioritaskan gitu karenakan kalau kami lihat juga yang banyak itukan memang satu FISIP, dua FKM, disamping kegiatan nya yang tidak terlalu padat kayak FISIP juga fakultas itu nggak ada unit kegiatan yang sejenis sama kita gitukan karena kan ada juga mapala tingkat fakultas gitu kan kayak di FIB ada di HUKUM, kalau kita kan yang di FISIP nggak ada, di FKM nggak ada, itu juga yang mungkin buat jadi banyak”

(33)

Kemudian proses perekrutan dilanjutkan dengan pendaftaran. Pendaftaran dilakukan dengan mengisi formulir dan melengkapi persyaratan administratif seperti membayar uang pendaftaran sebesar Rp 25.000,- dan mengumpulkan data-data seperti fotocopy KTM. Setelah selesai masa pendaftaran, proses perekrutan dilanjutkan dengan wawancara awal. Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi diri calon anggota lebih dalam lagi. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi ruang atau materi umum. Materi umum biasanya berlangsung selama satu bulan. Pada tahap materi umum, calon anggota diberikan pemahaman teoritis mengenai organisasi pencinta alam dan kegiatan alam, seperti bagaimana iklim organisasi di KOMPAS-USU, kewirausahaan, dan pengetahuan dasar lainnya. Selesai dari materi umum, tahap selanjutnya ialah materi khusus.

“Materi khusus itu kurang lebih 3-4 minggu kan, dimana prosesnya itu berselingan antara materi ruang dan pelatihan fisik gitu. Materi khusus ini kalau sekarang kan ada empat kan, hutan gunung, arung jeram, susur gua dan panjat tebing, jadi tiap 3-4 minggu itu materi khususnya per satu bagian gitu, misalnya 3-4 minggu pertama itu hutan gunung disitulah dia dikasih pemahaman secara materi dan latihan fisik kan setelah itu di minggu terakhir barulah berangkat kelapangan untuk pemfokusan materi jadi itu untuk 4 materi itu”

Setelah selesai dengan materi khusus, tahap selanjutnya yang akan dilalui oleh calon anggota ialah wawancara akhir. Wawancara akhir dilakukan untuk lebih mempersiapkan calon anggota untuk menjadi anggota biasa KOMPAS-USU serta untuk lebih mengetahui bagaimana minat dan konsistensi mereka selama mengikuti proses perekrutan. Dan tahap terakhir ialah tahap pelantikan yang dilakukan selama satu minggu lamanya.

(34)

kegiatan outbond sedang booming di kalangan mahasiswa sehingga ini dapat menguntungkan KOMPAS-USU untuk lebih menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan outbond yang sering dilakukan oleh KOMPAS-USU.

Selama proses sosialisasi, seluruh anggota KOMPAS-USU memiliki tugas dalam kegiatan sosialisasi. Baik itu sosialisasi melalui media sosial ataupun sosialisasi langsung ke lapangan. Sedangkan selama pemberian materi, yang menjadi pemateri ialah anggota luar biasa atau anggota kehormatan KOMPAS-USU. Selain itu, pemateri juga bisa dari luar KOMPAS-USU, seperti Tim Bantuan Medis Fakultas Kedokteran USU. Para pemateri-pemateri tersebut dipilih karena mereka sudah memiliki pengetahuan maupun pengalaman yang mumpuni di bidangnya masing-masing.

Tahap pemberian materi umum dan khusus disebut juga Masa Orientasi Anggota. Masa ini merupakan masa terlama dalam proses perekrutan. Jadi calon anggota tentu saja membutuhkan motivasi untuk dapat tetap bertahan. Ary mengatakan bahwa KOMPAS-USU memberikan motivasi melalui cerita-cerita pengalaman dari pemateri. Selain itu, Ary juga mengatakan bahwa KOMPAS-USU menggunakan ikatan emosional antar calon anggota agar membuat calon anggota tersebut dekat dan saling memiliki. Apabila calon anggota sudah merasa saling terikat maka mereka akan bisa saling memotivasi untuk tetap bertahan.

(35)

Disamping motivasi, KOMPAS-USU juga mencoba menghilangkan pandangan negatif masyarakat mengenai organisasi mapala yang selalu identik dengan kekerasan fisik. Ary selaku Ketua Umum KOMPAS-USU sudah melakukan tindakan dengan melakukan diskusi ke bagian rektorat terkait masalah mapala UII yang cukup mencoreng nama organisasi mapala, meskipun itu terjadi di Pulau Jawa. Namun, dampaknya juga terasa hingga ke Sumatera Utara.

“Setelah kejadiannya ada juga yang lagi booming itukan, kita langsung audiensi ke rektorat, menyampaikan bahwasanya sistem pendidikan kita yang sekarang seperti ini tidak ada unsur kekerasan dan lain-lain gitukan, dan itu juga kita sampaikan ke anggota terkait pertemuan dengan rektorat, untuk lebih membuat mereka percaya gitu kak”

Selain melakukan diskusi ke rektorat, KOMPAS-USU juga menggunakan surat rekomendasi dari rektorat untuk meyakinkan orangtua calon anggota bahwasanya kegiatan KOMPAS-USU telah didukuung oleh rektorat. Untuk lebih meyakinkan lagi, bahkan KOMPAS-USU turut mengundang orangtua calon anggota untuk mengikuti briefing sebelum anaknya pergi berkegiatan di lapangan.

“Untuk mengatasinya kita undang orang tuanya dalam acara pelepasan untuk melibatkan orang tuanya dalam kegiatan pendidikan KOMPAS-USU serta kita ajak buat briefing dalam kegiatan, tujuanya itu agar orang tuanya tahu pada hari kesekian anaknya ngapain dan anaknya posisinya dimana dan pada hari keberapa anaknya akan pulang, disitu dilibatinnya”

(36)

organisasi mapala hanya untuk menyiksa fisik anggotanya. Padahal kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk melatih fisik anggota tanpa ada unsur pemaksaan.

“Kalau untuk kemasyarakat sih lebih ke postingan-postingan media sosial kan kayak menganalogikan push up gitukan, mungkin kalau kita upload foto push up tanpa menganalogikan atau keterangan yang jelaskan banyak orang yang memandang ahh ini perpeloncoan dan banyak lain-lainkan, tapi biasanya kita buat tulisannya yang menyatakan bahwasanya memang push up dalam kegiatan petualangan bebas serta latihan fisik itu sangat diperlukan tujuanya untuk kesiapan calon anggota dilapangan gitu, mungkin tulisan-tulisan yang arahnya lebih kesitu sih, menjelaskan tentang kegiatan serta tujuan setiap kegiatan yang dibuat”

KOMPAS-USU juga memanfaatkan hari-hari besar lingkungan hidup dengan melakukan kampanye-kampanye. Misalnya seperti pada hari air sedunia, KOMPAS-USU melakukan edukasi ke sekolah-sekolah. Kemudian kegiatan tersebut dibagikan di media sosial agar masyarakat dapat melihat bahwa organisasi mapala tidak selalu soal kegiatan fisik namun juga ada kegiatan sosial yang pastinya tidak identik dengan kekerasan.

Terakhir, peneliti dan Ary membahas tentang hambatan yang dihadapi oleh KOMPAS-USU selama proses perekrutan. Ary mengakui bahwa waktu dan biaya adalah hambatan terbesar yang hadapi oleh anggota KOMPAS-USU dan calon anggota KOMPAS-USU.

(37)

Untuk menyiasati masalah waktu, Ary hanya berharap agar di perekrutan selanjutnya para anggota dapat lebih konsisten dalam menjalankan tugasnya di KOMPAS-USU. Bagaimanapun juga, hanya pribadi masing-masing anggotalah yang dapat meningkatkan konsistensinya. Sedangkan dari segi biaya, Ary mengaku bahwa seluruh biaya yang diperlukan oleh calon anggota ditanggung sendiri oleh calon anggota. Untuk meringankan beban biaya calon anggota, KOMPAS-USU meminjamkan dana untuk calon anggota membuka lahan usaha seperti menjual gantungan kunci, dan pembuatan kolam lele yang hasil lelenya dapat dijual untuk meringankan beban biaya calon anggota. Dari sini KOMPAS-USU juga mengajarkan kewirausahaan pada calon anggotanya. Karena di KOMPAS-USU sendiri ada salah satu bidang yang menaungi masalah dana dan usaha. Jadi, para calon anggota dapat belajar langsung di kegiatan nyata.

Informan III

Nama : Maya Lestari

Tempat/Tanggal Lahir : Asahan / 9 Oktober 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Jurusan dan Fakultas : Agribisnis, Fakultas Pertanian (2015)

Jabatan : Anggota Biasa

No HP : 0821 6774 5094

Tanggal Wawancara : 10 Juni 2017

Jam : 17.10 WIB

Tempat : Sekretariat KOMPAS-USU

(38)

Maya sedang mengikuti latihan panjat tebing dan dia menyisihkan sedikit waktunya untuk peneliti wawancarai.

Diawali dengan sedikit basa-basi, peneliti mulai bertanya pada Maya. Gadis berkerudung ini mengikuti organisasi KOMPAS-USU karena ia memang menyukai aktifitas yang berhubungan dengan alam. Sejak SMA, ia sudah bergabung dengan organisasi pramuka, organisasi yang juga identik dengan kegiatan alam. Ketika kuliah, ia mendapatkan informasi mengenai KOMPAS-USU yang sedang melakukan perekrutan dari media sosial Instagram dan Line. Selain itu, Maya juga mendapatkan informasi dari brosur yang diberikan oleh salah satu temannya yang juga ingin mendaftar menjadi anggota KOMPAS-USU. Maya mengatakan bahwa fakultas tempat ia kuliah, yaitu Fakultas Pertanian, tidak ada dikunjungi oleh KOMPAS-USU untuk sosialisasi perekrutan.

“Sosialisasi? Kalau ke pertanian kayaknya nggak ada kemaren kak. Buka stand juga nggak ada”

Meskipun begitu, informasi dari media sosial dan brosur sudah cukup membuat Maya tertarik untuk mendaftarkan diri. Menurut Maya brosur yang dibuat oleh KOMPAS-USU sudah cukup menarik. Gambar-gambar kegiatan petualangan yang ada di brosur membuat orang yang melihatnya akan merasa tertarik.

“Dibrosur itu kalau nggak salah kayak ada petualang-petualang arung jeramnya, terus dari situ aja kalau emang awak orang yang nggak hobi aja berpetualang ihh kayaknya seru kali ini, jadi menariklah rasaku selain awak udah minat, menariklah, mungkin kalau awak nggak minat juga bakal bilang menarik sih kayak gitu”

(39)

materi-materi yang diberikan ke lapangan. Bahasa yang digunakan pemateri-materi tidak sulit untuk dimengerti dan cukup sederhana.

“Kalau materi yang dikasih sih nggak terlalu sulit untuk dipahami dan kompas nya ngasih yang muda untuk dicerna gitu, pas ngasih materi langsung kelapangan gitu dan awak kan langsung ngerti gitu, langsung prakteknya”

Selain itu, pemateri yang didatangkan oleh KOMPAS-USU menurut Maya sangat menguasai materi yang ia sampaikan. Hal itu membuat Maya merasa percaya bahwa apa yang disampaikan oleh pemateri adalah ilmu yang sangat bermanfaat. Selain itu, penampilan para anggota biasa KOMPAS-USU yang menggunakan atribut mapalanya ketika melakukan kegiatan di lapangan juga menarik perhatian Maya. Melihat penampilan mereka membuat Maya semakin semangat untuk menjadi anggota aktif KOMPAS-USU seperti mereka.

Maya juga sering mendengar KOMPAS-USU meneriakkan jargon mereka ketika akan berkegiatan di lapangan. Jargon yang didengar Maya ialah mengatakan KOMPAS-USU sebanyak tiga kali. Maya dan calon anggota lainnya tidak mengikuti jargon tersebut, melainkan mereka diarahkan untuk membuat jargon lain sebagai calon anggota KOMPAS-USU. Maya dan calon anggota lainnya pun membuat jargon sendiri yaitu mengatakan “Calon Anggota KOMPAS-USU” dengan tidak kalah lantang untuk menunjukkan semangat mereka yang juga tidak kalah besar dibandingkan para anggota biasa KOMPAS-USU.

(40)

“Mungkin kenyamanan yah kak, taulah kalau misalnya kayak gini setiap organisasi apalagi kalau sering ke lapangan, kayak punya kawan yang udah deket gitu setiap harinya selama 5 bulan atau 6 bulan itu. Tiap hari sama terus enak terus kayak berasa nyaman gitu, rasanya itu kalau mau ninggalkan sehari aja kek gak datang kesini nggak jumpa orang ini nggak enak gitu, apalagi kalau ke lapangan juga dibilang seru tapi walaupun capek yah enak gitu. Itu mungkin yang membuat bertahan, nyaman”

Disamping itu, motivasi berupa semangat yang diberikan oleh KOMPAS-USU juga merupakan salah satu alasan Maya dapat bertahan hingga pelantikan. Selama mengikuti Masa Orientasi Anggota, Maya mengakui bahwa tidak ada sedikitpun kekerasan fisik yang dilakukan oleh anggota KOMPAS-USU. Maya sering juga mendengar bahwa organisasi-organisasi mapala seperti KOMPAS-USU identik dengan kekerasan fisik di dalam kegiatannya. Namun, Maya tidak mendapatkannnya di KOMPAS-USU. Perlakuan yang diberikan oleh anggota KOMPAS-USU masih bisa dikatakan wajar bagi Maya, seperti bentakan ataupun teriakan. Menurut Maya itu semua dilakukan semata-mata hanya untuk membentuk mental dan fisik calon anggota agar lebih kuat lagi, karena salah satu kriteria yang harus dimiliki oleh calon anggota ialah mental dan fisik yang kuat.

“Itukan kalau ditengok gitu karena satu mapala kayak gitu jadi seluruh menjangkitnya mapala kayak gitu kan. Aku sih awalnya nggak berpikir gitu kalau ini adalah mapala yang keras. Memang dengar-dengar kalau setiap mapala itu keras tapi semenjak aku disini aku nggak pernah mengalami kekerasan, nggak ada pernah. Paling wajar sih kalau misalnya marah, terus kayak teriak gitu, itukan hal yang wajarkan kalau setiap apa, tapi kalau kekerasan atau apa main tangan nggak ada makanya disitu juga rasaku nyaman nggak ada kekerasan”

(41)

KOMPAS-USU mengembalikan keputusan sepenuhnya kepada calon anggota tersebut, apakah ia tetap lanjut mengikuti Masa Orientasi Anggota atau berhenti.

“Kalau misalnya dia kayak lemah atau nggak tahan, itu bukan dari kompas sendiri yang mecat dia tapi dari diri kita sendiri, dan akhirnya kita menyeleksi diri sendiri”

Bagi Maya, apa yang dilakukan KOMPAS-USU selama proses perekrutan sudah cukup baik. Sosialisasi, materi, dan pelatihan di lapangan, semua diberikan dengan tepat. Perlakuan dari anggota KOMPAS-USU yang tidak mengenal senioritas juga membuat Maya merasa nyaman. Ditambah lagi dengan motivasi-motivasi yang sering disampaikan anggota KOMPAS-USU padanya, membuat Maya tetap semangat mengikuti proses perekrutan hingga akhirnya ia dan ke-12 temannya dilantik menjadi anggota biasa KOMPAS-USU.

Informan IV

Nama : M. Akbar Azhari

Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi / 12 Maret 1997 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jurusan dan Fakultas : Ilmu Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) (2015)

Jabatan : Kepala Bagian Logistik / Ketua Panitia Perekrutan Anggota Baru Periode 2017

No HP : 0821 6582 6151

Tanggal Wawancara : 13 Juni 2017

Jam : 10.30 WIB

Tempat : Kantin Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(42)

untuk melakukan wawancara, yaitu pada tanggal 13 Juni 2017. Akbar menentukan tempat wawancara yaitu di FMIPA karena pada hari itu Akbar memiliki jadwal kuliah. Peneliti pun setuju dan wawancara dilakukan.

Diawal wawancara, peneliti tentu saja tidak langsung kepada inti pembahasan. Peneliti mencoba mencairkan suasana dengan sedikit mengobrol tentang kesibukan Akbar saat itu. Peneliti juga membahas tentang kegiatan Akbar di KOMPAS-USU. Setelah suasana mencair dan Akbar sudah mengerti maksud dan tujuan peneliti mewawancarai Akbar, peneliti mulai menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di pedoman wawancara.

Akbar cukup memiliki andil dalam proses perekrutan tahun 2017, karena ia diamanahkan sebagai Ketua Panitia Perekrutan Anggota Baru KOMPAS-USU Periode 2017. Kepanitian dibentuk untuk mempersiapkan kegiatan sosialisasi perekrutan. Kepanitian tahun 2017 ini tediri dari anggota-anggota biasa KOMPAS-USU yang dilantik pada tahun 2016 yang lalu. Tugas kepanitian hanya sampai masa sosialisasi dan pendaftaran. Ketika sudah masuk ke Masa Orientasi Anggota (MOA), semua tanggung jawab beralih ke Diklat.

Akbar menjelaskan mengenai proses sosialisasi yang dilakukan oleh KOMPAS-USU. Proses sosialisasi berlangsung selama satu setengah bulan. Sosialisasi dilakukan melalui media sosial dan sosialisasi langsung ke lapangan. Sosialisasi dilakukan dengan mendirikan stand di beberapa tempat dan fakultas di USU. Lokasi pertama stand KOMPAS-USU berdiri ialah di Pendopo USU ketika

ada event Pekan Ilmiah Kreatif Mahasiswa (PIKM) pada bulan Oktober 2016

(43)

“Kemaren itu rencanya itu 1 hari beberapa fakultas, bahkan 4 sampai 5 fakultas dalam 1 hari cuman karena masalah waktu jugakan kalau pindah pindahkan mungkin susahkan terus untuk masalah perizinan jugak kita nggak dapat banyak izin”

KOMPAS-USU memilih FIB, Fakultas Teknik serta FISIP karena dari tahun-tahun sebelumnya, mahasiswa dari fakultas-fakultas ini cukup banyak yang mendaftar dan lulus menjadi anggota biasa KOMPAS-USU. Karena itu, KOMPAS-USU lebih mengutamakan fakultas-fakultas tersebut untuk dikunjungi. Namun, bukan berarti fakultas lainnya tidak ingin dikunjungi oleh KOMPAS-USU. Keterbatasan waktu dan sumber dayalah hambatan terbesarnya.

“Sosialisasi ada di FIB terus FISIP itu karena dari tahun ke tahun itu yang istilahnya meganglah berapa apa namanya yang paling banyaklah di KOMPAS-USU kan FISIP dan FIB”

Selain mendirikan stand, KOMPAS-USU juga menyebarkan brosur serta spanduk dalam proses sosialisasinya. Meskipun KOMPAS-USU tidak sempat mengunjungi seluruh fakultas, namun KOMPAS-USU menyebarluaskan brosur tentang perekrutan hampir keseluruh fakultas bekerjasama dengan Pemerintahan Mahasiswa fakultas masing-masing. Spanduk juga dipasang di berbagai tempat yang cukup strategis, seperti di Pintu 1, 2, 3, 4, di depan FMIPA dan Sumber.

Selama sosialisasi, Akbar dan teman-teman lainnya menyampaikan hal-hal yang terkait dengan perekrutan, seperti bagaimana cara bergabung dengan KOMPAS-USU, syarat apa saja yang harus dipenuhi, dan juga ajakan untuk mendaftar menjadi calon anggota KOMPAS-USU. Tidak lupa pula Akbar dan teman-temannya menjelsakan mengenai apa itu KOMPAS-USU. Akbar juga menjelaskan bahwa mereka bukan hanya sekedar mengajak namun juga membagi pengalaman mereka selama berada di KOMPAS-USU.

(44)

Tidak berbeda jauh dengan apa yang disampaikan ketika sosialisasi langsung, brosur dan spanduk yang disebar oleh KOMPAS-USU juga memuat hal-hal yang terkait dengan perekrutan.

“Isinya persyaratan pasti, terus gambar divisi yang ada di KOMPAS-USU, gambar-gambarnyakan, terus contact person, itu ajasih”

Untuk intensitas penyebarluasan informasi perekrutan, Akbar mengatakan bahwa KOMPAS-USU tidak ada menargetkan berapa kali mereka mensosialisasikan perekrutan ini, baik itu di media sosial ataupun sosialisasi langsung ke lapangan. Hanya stand yang berdiri di depan sekretariat KOMPAS-USU yang memang terbuka setiap harinya. Sedangkan untuk di media sosial, Akbar menjelaskan bahwa tidak ada rentang waktu tertentu untuk menshare informasi perekrutan.

“Kalau di sosial media kemaren itu cuma beberapa foto ajasih kalau nggak salah, 3 foto cuma dan 1 video itu nggak ada rentang waktunya cuma misalnya “nih dah jadi ni langsung upload” terus bebarapa hari kemudian gitu lagi “dah jadi ni upload” gitu”

Meskipun Akbar dan panitia lainnya hanya mengurusi bagian sosialissai hingga pendaftaran, peneliti tetap menyinggung sedikit tentang Masa Orientasi Anggota. Akbar sebagai anggota biasa KOMPAS-USU juga tetap mengetahui meskipun tidak mendalam. Menurut Akbar, Masa Orientasi Anggota adalah masa dimana calon anggota akan merasa bosan karena masa tersebut cukup lama dan harus dilewati calon anggota. Namun, Akbar menjelaskan bahwa KOMPAS-USU telah memberikan keringanan untuk calon anggota dengan memberikan izin untuk tidak mengikuti salah satu dari keempat bidang yang ada di KOMPAS-USU. Sebagai gantinya, calon anggota harus mengerjakan makalah mengenai bidang/divisi yang tidak diikutinya tersebut.

(45)

saya tidak berkegiatan lah di bulan kedua itu. Untuk pertama saya ngilangin jenuh lah yah kan terus kalau misalkan dari pribadi ngilangin jenuh itu manusiawi si kayak nya cuman ikhlas aja si jalaninnya kalau saya gitu kemaren, jadi gak terasa ngejalanin 5 bulan itu”

Akbar juga mengatakan bahwa Diklat sangat terbuka apabila ada calon anggota yang ingin curhat selama proses perekrutan karena itu memang sudah menjadi kewajiban Diklat untuk menaungi para calon anggota. Disamping itu, baik Akbar maupun Diklat tetap memberikan motivasi disetiap evaluasi akhir bidang. Motivasi yang diberikan berupa kata-kata semangat untuk tetap bertahan mengikuti proses perekrutan.

Selanjutnya, berbicara mengenai pemateri maupun orang yang mensosialisasikan perekrutan KOMPAS-USU. Akbar mengatakan bahwa seluruh anggota biasa KOMPAS-USU memiliki tanggung jawab untuk ikut berkontribusi dalam proses sosialisasi. Sedangkan pemateri dipilih oleh Diklat. Biasanya pemateri merupakan anggota luar biasa ataupun anggota kehormatan KOMPAS-USU, karena mereka memiliki keahlian dibidang masing-masing. Selain itu, KOMPAS-USU juga memilih pemateri dari luar, misalnya Tim Bantuan Medis (TBM) Fakultas Kedokteran USU dipilih untuk memberikan materi P3K.

Setelah mengikuti seluruh proses perekrutan, calon anggota akan dinilai dan bila dinaytakan lulus mereka akan dilantik sebagai anggota biasa KOMPAS-USU. Akbar menuturkan bahwa penilaian terbesar ialah kehadiran atau absensi.

“Iya absen, kalau dari jatah absen materi umum, khusus dan pelantikan itu dikasih jatah absen 2 kali yang terdiri dari materi ruang dan materi fisik masing-masing sekali, jadi kalau misalnya calon anggota udah melibihi itu dia bisa lulus bersyarat tergantung kebijakan pengurus atau dia bisa langsung dicut”

(46)

orangtua. Ini karena mendengar kabar tentang mapala UII yang meninggal dunia pada saat mengikuti Diksar atau Pendidikan Dasar.

“Kemaren ada juga satu calon anggota yang apa ya, kalau denger dari temannya, kenapa dia nggak datang lagi yahkan, dia dilarang sama orang tua nya gara gara mapala UII kemaren. Jadi dia nggak dikasih lagi untuk mengikuti masa pendidikan di KOMPAS-USU. Jadi sempat sih berdampak kemaren, sempat walaupun nggak besar sih dampaknya, nggak sampai semua lah cabut gitu istilahnya”

Dalam menanggapi persepsi calon anggota yang negatif terhadap organisasi mapala, KOMPAS-USU tidak memiliki cara khusus untuk mangatasinya. KOMPAS-USU hanya memberikan bukti secara langsung kepada calon anggota. Akbar mengatakan bahwa KOMPAS-USU hanya menjalankan kegiatan seperti biasanya, yaitu tanpa kekerasan. Penilaian baik buruknya diserahkan sepenuhnya kepada calon anggota. Calon anggotalah yang dapat melihat dan merasakan sendiri bagaimana KOMPAS-USU bekerja.

“Calon anggota sih sebenernya udah jalanin sendiri, mereka sudah diajak, mereka sudah kelapangan dan berbeda karena kan mereka kan istilahnya masih kosong nih tentang mapala, jadi KOMPAS-USU sendiri nggak ada yang main main fisik seperti mapala yang disana itu kan, itu sih jadi mereka sudah liat sendiri lah bagaimana KOMPAS-USU di masa pendidikan, itu ajasih”

Dan terakhir peneliti dan Akbar membahas tentang hambatan yang dihadapi oleh KOMPAS-USU selama proses perekrutan, khususnya dalam proses sosialisasi. Menurut Akbar, hambatan terbesar ialah keterbatasan sumber daya manusia yang ada di KOMPAS-USU.

(47)

Anggota biasa KOMPAS-USU tentu saja memiliki kesibukan masing-masing sehingga kurang memiliki waktu untuk mengikuti proses sosialisasi. Untuk mengatasi hal tersebut, Akbar mengatakan bahwa KOMPAS-USU lebih memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan informasi perekrutan.

4.2 Pembahasan

Adapun hasil dan pembahasan dari pengamatan peneliti disesuaikan dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yaitu mengenai proses rekrutmen anggota dalam organisasi KOMPAS-USU dan bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh KOMPAS-USU dalam proses rekrutmen tersebut. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan tentang proses rekrutmen dan strategi komunikasi yang dilakukan dalam proses rekrutmen anggota baru KOMPAS-USU Periode 2017.

Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan informan yang relevan, di mana proses wawancara yang berlangsung dilakukan secara langsung atau tatap muka. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling untuk mendapatkan tiga orang informan utama dan satu orang informan tambahan sebagai orang yang mengklarifikasi informasi yang diperoleh dari tiga informan tambahan. Data yang diperoleh dari keempat informan dianggap mewakili secara keseluruhan kondisi yang ada.

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan KOMPAS-USU Periode 2017
Gambar 4.2
Tabel Karakteristik Informan
KOMPAS-USU Sedang Mendirikan Gambar 4.3 stand di Fakultas Ilmu Budaya
+3

Referensi

Dokumen terkait

dengan membuat aplikasi berbasis animasi menggunakan Flash pada materi.. sistem peredaran darah hewan vertebrata kelas XI IPA tingkat SMA

“Stage Complete!” , jika tidak berakhir maka permainan masih berlanjut. Kemudian muncul tampilan Highscore

Then if the resulting query reduction did not succeed (i.e., we hit a predicate in the query that does not match any rule head of fact), Prolog backtracks and tries a new

For the second approach, Close Range images have been taken from above (from building roof) with digital camera Samsung ES10 (resolution – 8 mega-pixels, focal length – 6

Urusan Pemerintahan : 1.20. KEUDA, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN. : 1.20.16.. ) -

KEUDA, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN Urusan Pemerintahan

The flight platform, the data link system and the mobile ground control station is in the responsibility of OHB, the wing-pod equipment and hyper spectral processing was the part

KEUDA, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN Urusan Pemerintahan