• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Sistem Reward dan Punishment m

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Sistem Reward dan Punishment m"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS IMPLEMENTASI APLIKASI E-KINERJA DI KOTA BANDA ACEH

oleh

Amelia Ayang Sabrina (1306383243) Annisa Sista Nandasari (1306383136) Artika Pertasari (1306415554) Imas Qurhothul A (1306383155) Rysa Yulianda (1306383275) Suci Febrianti (1306383312)

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

▸ Baca selengkapnya: contoh buku reward dan punishment

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini disajikan mengenai latar belakang masalah, permasalahan dan tujuan penulisan makalah ini.

1.1 Latar Belakang Masalah

Kinerja pelayanan publik memiliki peran yang krusial dalam perwujudan tujuan bernegara. Peran pelayanan publik sendiri dapat terlihat melalui tiga tugas atau peran pemerintah menurut Adam Smith (1776) yang mana dibagi menjadi tiga tugas utama, yaitu negara mampu melindungi rakyat dari kekerasan dan invasi negara lain yang diakomodir oleh kekuatan militer, menciptakan keadilan dan pemerataan, dan menegakkan serta menjaga institusi publik dan membuatnya bekerja, yang mana dapat memberikan derajat kebermanfaatan tertinggi bagi masyarakat sebagaimana diartikan dalam kutipan berikut “The third and last duty of the sovereign or commonwealth is that of erecting and maintaining those public institutions and those public works, which, though they may be in the highest degree advantageous to a great society,...” (Smith, 1997: 559). Peran ketiga menunjukkan bagaimana apa yang dikerjakan oleh institusi publik sebagai penyedia pelayanan publik memiliki peran terbesar yang diakomodir negara untuk masyarakat.

(3)

menempati urutan 61 dan Thailand berada di urutan ke 70. Sementara itu, Publikasi World Bank Doing Business 2013 yang dilansir oleh International Finance Corporation (IFC), sebuah unit investasi World Bank menempatkan Indonesia pada peringkat ke-128, atau membaik 2 peringkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terkait dengan kemudahan memulai usaha (prosedur, waktu, biaya, dan pembayaran kebutuhan modal nominal) (Ombudsman, 2013). Posisi Indonesia dalam daftar tersebut diapit oleh Ethiopia dan Bangladesh.

Rendahnya kualitas kinerja pelayanan publik ini dapat disebabkan oleh berbagai aspek dalam birokrasi pemerintah. Kwik Kian Gie (2003) mengemukakan bahwa permasalahan birokrasi yang turut menjadi penyebab rendahnya kinerja pelayanan publik di Indonesia diantaranya adalah (a) rencana kerja dan penugasan yang tidak jelas; (b) sistem rekruitmen tidak sesuai dengan prosedur dan kebutuhan; (c) masih rendahnya penegakkan sistem ganjaran dan hukuman; dan (d) tidak adanya ekspose kinerja birokrasi pemerintah secara transparan sehingga tidak ada umpan balik untuk perbaikan kinerja. Melalui pendapat tersebut, dapat terlihat bahwa penyebab-penyebab rendahnya kualitas kinerja pelayanan publik menempatkan aparatur sipil negara atau birokrat sebagai perhatian utama yang memiliki peran penting dalam peningkatan kinerja pelayanan publik.

(4)

99 Inovasi Pelayanan Publik di Indonesia Tahun 2014 oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Inovasi yang dilakukan pemerintah kota Banda Aceh selain perbedaan pada bentuk sistem reward dan punishment, juga dilakukan pada pengukuran kinerja yang dilakukan secara elektronik melalui sistem e-Kinerja. Penerapan program e-kinerja melalui aplikasi ini menjadi salah satu instrumen pendukung dalam mengukur beban kerja efektifitas jabatan, efektifitas unit, komposisi pegawai pada sebuah unit/SKPD serta sebagai dasar perhitungan prestasi kerja dan pemberian insentif kerja serta menjadi dasar dalam menerapkan kebijakan atau pengambilan keputusan di bidang kepegawaian bagi pimpinan daerah.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan penjelasan mengenai latar belakang tersebut, dapat disimpulkan rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah Bagaimana pengaruh sistem reward dan punishment serta sistem pengukuran kinerja melalui e-Kinerja yang dilakukan oleh pemerintah kota Banda Aceh terhadap peningkatan kinerja pelayanan publik?

1.3 Tujuan Penulisan

(5)

BAB 2

KERANGKA TEORI

Performa dari pemerintah yang meliputi para aktor birokrasi atau yang biasa disebut birokrat, struktur dan prosedur organisasi serta teknologi merupakan hal yang paling dituntut untuk mendukung proses pelaksanaan pelayanan publik. Namun, pada kenyataannya masih terdapat masalah yang dihadapi terkait dengan performa dari birokrat yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Birokrat seringkali tidak responsif terhadap tuntutan dari masyarakat dan memberikan performa pelayanan yang cenderung masih lamban. Berkaitan dengan hal ini, perlu dilakukan Performance Improvement atau Peningkatan Kinerja.

2.1Performance Improvements atau Peningkatan Kinerja

Pada dasarnya patokan dasar dari peningkatan kinerja adalah kinerja itu sendiri. Kinerja adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah di sepakati bersama (http://sumut.kemenag.go.id/). Dalam peningkatan kinerja yang dilihat adalah tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya. Terkait hal diatas pemerintah kota Banda Aceh melihat sejauh mana PNS berfungsi sesuai jabatan dan sejauh mana tercapainya rencana strategis organisasi.

Peningkatan kinerja dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya adalah melalui penilaian kinerja, melalui upaya peningkatan pendidikan, melalui pelatihan, melalui peningkatan karir, melalui peningkatan penghasilan, melalui penghargaan dan perlindungan, melalui belajar kelompok, melalui belajar mandiri dari individu organisasi dan memberikan reward dan punishment atau melalui berbagai cara lainnya yang disesuaikan dengan budaya organisasi masing-masing.

(6)

2.2Reward dan Punishment

Reward sering diartikan sebagai penghargaan atau ganjaran dan punishment sering diartikan sebagai hukuman. Antara reward dan punishment memiliki dua makna yang berlawanan. Reward lebih menitikberatkan kepada reinforcement positif sedangkan punishment lebih menitikberatkan kepada reinforcement negatif namun dapat berubah menjadi alat motivasi jika digunakan secara tepat dan bijak.

(7)

BAB 3

METODE KAJIAN

(8)

BAB 4

PEMBAHASAN

Bab pembahasan berisi mengenai profil Kota Banda Aceh, latar belakang penerapan aplikasi e-kinerja, dampak dari penerapan aplikasi e-kinerja, sistem reward dan punishment dalam e-kinerja, permasalahan e-kinerja dan evaluasi dalam sistem e-kinerja.

4.1 Profil Kota Banda Aceh

Kota Banda Aceh merupakan salah satu kota di Indonesia yang terletak di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (bappeda.bandaacehkota.go.id). Jumlah penduduk Kota Banda Aceh pada 2014 tercatat sebanyak 267.340 jiwa (www.bandaacehkota.go.id). Dari angka tersebut, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari perempuan. Jumlah laki-laki tercatat sebanyak 138.007 jiwa, sementara perempuan 129,333 jiwa. Kota Banda Aceh lebih menekankan nilai-nilai islami dalam berbagai kehidupan organisasinya. Hal ini dapat terlihat dalam visi Kota Banda Aceh, yaitu “Terwujudnya Aparatur Pemerintah Kota Banda Aceh yang Profesional dan Islami”. Dalam rangka mencapai visi tersebut pemerintah Kota Banda Aceh menitikberatkan pada profesionalitas dan nilai islam dalam proses penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Banda Aceh antara lain Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Badan Kepegawaian, Badan Pendidikan dan Badan-Badan Pelatihan. Strategi yang digunakan untuk mencapai visi tersebut, Pemerintah Kota Banda Aceh berusaha meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah kepada publik. Peningkatan kualitas pelayanan ini ditandai dengan semakin kuatnya kelembagaan SKPD dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pelayanan kepada aparatur dan masyarakat. Bentuk dari upaya pemerintah Kota Banda Aceh untuk meningkatkan kinerja dari pegawai dalam memberikan pelayanan adalah dengan menciptakan sistem pengukuran kinerja berbasis elektonik.

(9)

Sistem e-kinerja yang diterapkan oleh Banda Aceh sejak tahun 2012 termasuk sebagai Top 33 dalam kompetisi inovasi pelayanan publik yang dilaksanakan oleh Kementerian PANRB awal tahun 2014 lalu. Sistem e-kinerja yang dilakukan oleh pemerintah Aceh ini tentunya dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan yang terjadi pada pegawai negeri sipil pada saat itu. Rendahnya kinerja pegawai sipil pada saat itu menjadi alasan utama bagi pemerintah untuk menerapkan e-kinerja ini. Selain itu sulitnya pengukuran terhadap kinerja PNS, terkadang membuat penilaiannya sangat subjektif dan sangat banyak ditemui penilaian kinerja dilakukan atas rasa suka dan tidak suka. Akibatnya pegawai yang rajin ataupun yang malas akan mendapatkan penghasilan yang sama. Jika pemerintah menemukan pegawai yang malas pun susah untuk diberikan hukuman atau punishment. Hal ini dikarenakan tidak adanya bukti yang menunjukkan pegawai tersebut malas dalam bekerja. Selain itu, jenjang karir dari PNS juga tidak dinilai secara objektif karena promosi dan mutasi pun dilakukan berdasarkan penilaian subjektif dari atasan. Disamping alasan tersebut banyaknya jumlah pegawai di Aceh menyulitkan pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja dari PNS dan juga pengembangan dari pegawai itu sendiri. Dari sisi kelembagaan pun, penilaian kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga sulit untuk diukur karena hanya fokus pada serapan anggarannya saja. Padahal masalah transparansi anggaran yang belum optimal dan kinerja PNS juga tidak terdokumentasi dengan baik. Akhirnya pada tahun 2010, dengan menggunakan tenaga Information Technology pemerintah kota Aceh mencoba untuk membangun sendiri sebuah sistem yang dapat memudahkan melakukan monitoring seluruh kegiatan pegawai pemerintah kota Aceh. Sistem inilah yang disebut dengan e-kinerja.

(10)

maka PNS wajib menginput pekerjaannya secara harian atau paling lambat seminggu. Input itu langsung dinilai oleh atasan dan tim penilai.

4.3 Sistem dan Dampak E-kinerja

E-Kinerja merupakan aplikasi berbasis web yang digunakan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk menganalisis kebutuhan jabatan/unit kerja organisasi di lingkungan Pemerintah Kota Banda Aceh. Aplikasi ini dikembangkan untuk memudahkan aparatur dalam menginput kegiatan dan membuat laporan Lembar Kerja Harian. Pembuatan aplikasi ini diharapkan mampu menjadi salah satu pendukung bagi pimpinan dalam mengambil keputusan terkait dengan kinerja pegawai, unit kerja dan satuan kerja. Proses e-Kinerja bekerja dalam satu alur untuk mengukur kinerja dari pegawai. Alur ini dimulai dari pengelola aplikasi hingga sampai kepada Trio Pemerintahan di Kota Banda Aceh yaitu sebutan bagi Walikota, Wakil Walikota dan Sekretaris daerah. Alur proses e-Kinerja dapat dilihat dalam bagan berikut:

(11)

pegawai untuk menginput laporan kerja harian dan digunakan oleh pimpinan untuk mengetahui kinerja dari pegawai dan satuan/unit kerja. Dengan adanya ANJAB dan ABK, pimpinan dapat dengan mudah memantau kinerja dari pegawainya sehingga dapat memberikan reward ataupun punishment.

Dampak dari e-kinerja ini dapat dirasakan secara langsung oleh pegawai itu sendiri. Dampaknya yaitu pemberian tunjangan prestasi yang dulunya diberikan dengan asas equal sekarang menjadi equal job for equal pay. Selain bagi PNS, dampak dari e-kinerja juga dirasakan oleh pimpinan SKPD, Trio (Walikota, Wakil Walikota, dan Sekretaris Daerah) serta publik. Walikota dapat mengetahui beban kerja dan tupoksi bawahan, sehingga bisa mengetahui prestasi kerjanya, dan menjadi instrumen pengawasan yang efektif. Selain itu, pimpinan SKPD dapat menghitung jumlah dan kebutuhan pegawai yang ideal. Publik juga dapat mengetahui profil kelembagaan, struktur organisasi, peta dan korelasi jabatan serta informasi jabatan yang meliputi spesifikasi dan syarat jabatan dan juga menciptakan transparansi dan informasi kinerja dari SKPD. Pemerintah juga dapat memonitor seluruh pegawainya dengan cepat, ringkas, dan efisien karena bisa memberikan informasi secara cepat dan tepat tentang efektifitas dan efisiensi jabatan serta unit kerja, prestasi kerja jabatan dan unit kerja, jumlah kebutuhan pegawai, serta standar norma waktu kerja.

4.4 Sistem Reward dan Punishment dalam e-kinerja

Melalui e-kinerja ini, setiap atasan dalam sebuah badan dapat mengetahui dengan jelas kinerja dari pegawai negeri sipil. Kalau pun pegawai menunjukkan kinerja yang kurang baik, atasan bisa memberikan punishment atau hukuman pada pegawai tersebut. Hal ini dikarenakan atasan atau pimpinan memiliki bukti berupa laporan yang dibuat oleh pegawai itu setiap harinya. Atau sebaliknya, pemimpin juga bisa memberikan reward kepada pegawai yang menunjukkan kinerja yang baik. Reward yang diberikan pun memiliki bukti yang jelas, bukan berdasarkan rasa suka atau tidak suka terhadap pegawai yang bersangkutan.

(12)

perfomance yang masing-masing PNS mendapatkan uang sebesar Rp5.000.000,00. Selain itu, walikota Aceh juga memberikan reward kepada 90 keuchik (orang yang dipilih dan dipercaya oleh masyarakat serta diangkat oleh pemerintah daerah kabupaten/kota untuk memimpin pemerintahan gampong atau wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat terendah dan berhak menyelenggarakan pemerintahannya sendiri berupa handy talky untuk mempermudah dalam koordinasi penanganan bencana di daerah masing-masing. Untuk penerapan sistem punishment atau sanksi bagi PNS yang melanggar aturan-aturan maka akan dikenakan sanksi berupa pemotongan tunjangan kerja sampai dengan pemecatan. Mengenai hal ini belum ditemukan kasus pemecatan PNS karena melanggar hal tersebut.

4.5 Permasalahan e-Kinerja

Pada realitanya, penerapan e-kinerja di Kota Banda Aceh masih mengalami beberapa permasalahan (acehprov.go.id). Permasalah pertama yaitu adanya kecenderungan PNS melakukan spekulasi terhadap pengisian e-kinerja. Rata-rata PNS di Kota Banda Aceh mengisi analisis beban kerja pada akhir bulan. Padahal, semestinya proses pengisian analisis beban kerja dilakukan setiap hari. Hal ini mengakibatkan kesulitan bagi tim penilai e-kinerja di Kota Banda Aceh. Akibatnya, sering terjadi perubahan nilai menjelang akhir penutupan buku e-kinerja sehingga kadangkala nilai buku e-e-kinerja yang awalnya E alias nol bisa berubah jadi B hingga A.

Disamping itu, ada kecenderungan bahwa atasan langsung PNS tidak membaca dan mengoreksi hasil input e-kinerja bawahannya. Hal ini terlihat ketika ada PNS yang menginput data yang tidak sesuai dengan petunjuk teknis juga di setujui, seperti input berbentuk xx, dd, dan 123. Padahal berdasarkan Peraturan Walikota No. 38 Tahun 2012 dan Surat Edaran Walikota tentang Petunjuk Teknis Penerapan e-kinerja telah diatur secara jelas mekanisme inputan e-kinerja PNS. Selebihnya, bagi PNS dan atasan langsung yang melanggar dalam melakukan proses inputan dikenakan sanksi.

(13)

yang telah dinilai oleh tim penilai, justru tidak terbaca oleh aplikasi alias sama halnya belum dinilai. Kondisi ini mengakibatkan kesulitan bagi para anggota UPTB Penilaian Kinerja PNS di Kota Banda Aceh. Namun, masalah teknis ini mampu diatasi dengan memberikan laporan tertulis kepada pimpinan supaya kasus tersebut dapat diatasi oleh tenaga IT/Programer yang melekat pada MIMS/Bagian Administrasi Pembangunan.

4.6 Evaluasi Sistem e-Kinerja

Evaluasi sistem e-kinerja dilakukan dengan beberapa metode, antara lain sebagai berikut:

4.6.1 Rapat rutin mingguan

Rapat rutin mingguan dilaksanakan setiap minggu, Senin dengan Asisten/Kepala bagian, Selasa dengan Camat, Rabu dengan Kepala SKPD (Kantor, Dinas, Badan, Sekretaris Dewan/Lembaga Keistimewaan)

4.6.2 Rapat bulanan /evaluasi pendapatan

Rapat rutin bulanan dilakukan bersama dengan Kepala SKPD/Unit Kerja pengelola pendapatan daerah

4.6.3 Rapat kerja tahunan

(14)

BAB 5

PENUTUP

Bab penutup berisi mengenai simpulan dan saran terkait pengaruh sistem reward dan punishment serta sistem pengukuran kinerja melalui e-Kinerja yang dilakukan oleh pemerintah kota Banda Aceh terhadap peningkatan kinerja pelayanan publik

5.1 Simpulan

Penerapan e-kinerja yang dilakukan oleh pemerintah kota Banda Aceh memberikan dampak yang baik terhadap pegawai, pemerintah, SKPD, dan masyarakat publik. Dampak tersebut diantaranya menjadikan promosi dan mutasi berdasarkan equal job for equal pay bagi pegawai, memudahkan pengawasan bagi pemerintah, dan efektifitas serta efisiensi dari unit kerja bisa diketahui. Dengan adanya sistem reward dan punishment yang diberlakukan, memacu setiap pegawai untuk bisa memberikan performa kinerja yang baik. Karena dengan performa yang baik, pegawai akan memperoleh reward seperti yang dijanjikan oleh walikota Banda Aceh yaitu berupa pemberian uang sebesar 5 juta rupiah bagi pegawai dengan best performance.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengajukan beberapa saran bagi Pemerintah Kota Banda Aceh, yaitu:

5.1.1 Pemimpin meningkatkan motivasi bagi para PNS agar lebih rajin dan tepat waktu dalam mengisi laporan beban kerja ke sistem e-kinerja.

(15)

Daftar Pustaka

Buku

Neuman, W. L. (2007), ‘Basic of Social Research Qualitative and Quantitative Approach’ (2nd Ed). Pearson Education Inc.

Maulidar, et al. Aplikasi e-Kinerja: Aplikasi Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja Pemerintah Kota Banda Aceh. Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat Kota Banda Aceh.

Ombudsman. 2013. Monitoring Kepatuhan Kementerian dalam Pelaksanaan UU 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Internet

Admin. 2015. Demografi. http://www.bandaacehkota.go.id/new//246/249 Demografi.html#konten (Diakses pada 2 Desember 2015)

Admin. Alur Proses e-Kinerja. https://kinerja.bandaacehkota.go.id /anjab/ekinerjaalurproses.html (Diakses pada 1 Desember 2015)

Admin. 2014. Mengatasi Kegalauan Tim Penilai e-kinerja. http://informasi-syarif. blogspot.co.id/2014/01/mengatasi-kegalauan-tim-penilaia-e_3.html

(Diakses pada 29 November 2015)

Bangun Aplikasi Pengelola Kepegawaian, Kota Banda Aceh Raih BKN Award. http://bkpp.bandaacehkota.go.id/berita117Bangun_Aplikasi_Pengelola_Ke pegawaian,_Kota_Banda_Aceh_Raih_BKN_Award.html (Diakses pada 1 Desember 2015)

E-Kinerja dari Banda Aceh Siap Berkompetisis Ke UNSPA. http://www.menpan. go.id/cerita-sukses-rb/2799-e-kinerja-dari-banda-aceh-siap-berkompetisi-ke-unpsa (Diakses pada 1 Desember 2015)

Gie, Kwik Kian. 2003. Reformasi Birokrasi Dalam Mengefektifkan Kinerja Pegawai Pemerintahan. Diakses pada laman http://www.bappenas.go.id/files/3113/5228/1917/reformasi__20081123011 920__965__2.pdf, pada 2 Desember 2015 pukul 22.17 WIB

(16)

Nasution, Mahmun Syarif. Peningkatan Kinerja PNS Melalui Diklat. http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/cefg13431923 27.pdf Diakses pada tanggal 02 Desember 2015. Pukul 18.00 WIB.

PNS Taka Mau Disebut Malas, Pemkot Banda Aceh Terapkan E-Kinerja. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/14/nf0igv-pns-tak-mau-disebut-malas-pemkot-banda-aceh-terapkan-ekinerja (Diakses pada 1 Desember 2015)

Rencana Strategi (RENSTRA) Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Banda AcehTahun 2012–2017. http://bappeda.bandaacehkota. go.id/wp-content/download/renstra/BKPP.pdf (Diakses pada Desember 2015)

Rosdiana, La Misu. 2013. Teori Pembelajaran Perilaku Dalam Kaitannya Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa di SMA. Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA. Universitas Negeri Yogyakarta.

Satyalancana dan Penghargaan The Best Performance bagi PNS Pemko Banda Aceh. http://www.bandaacehkota.go.id/new//berita1402-Satyalancanadan Penghargaan_The_Best_Performance_bagi_PNS_Pemko_Banda_Aceh.ht ml (Diakses pada 1 Desember 2015).

Referensi

Dokumen terkait

Settings page, Help Centre page, Home page, Payments page, Privacy Settings page, Profile1. page, Profile Picture page, Request page, Security Settings page,

Pengaruh Penerapan Metode Case-Based Learning dan Motivasi Terhadap Pemahaman Akuntansi Forensik Dengan Kecerdasan Emosional Sebagai..

Tekhnik Ketepatan Waktu adalah : Proses penyelesaian permasalahan sengketa batas tanah yang terjadi antara warga Desa Air Hitam dan pihak RAPP tanpa mengulur-ulur waktu untuk

Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat mengetahui alternatif pengolahan biji ketapang menjadi produk yang lebih ekonomis, mengetahui

Dalam Pasal 78 dan Pasal 81 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa ditegaskan bahwa dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan

Berbicara tentang kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar utang pajaknya, kita akan menemukan yang dinamakan penagihan pajak. Penagihan pajak merupakan serangkaian

Dalam menjalankan tugas TNI ALyang berdasarkan Pasal 9 UU No 34 Tahun 2004 yaitu melaksanakan tugas TNI Matra laut di bidang pertahanan, menegakkan hokum

Menurut Thunk dalam Thoha (2000) bahwa ada enam faktor yang menjelaskan eksistensi industri kecil, yaitu : pertama, dampak transportasi dimana biaya