• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Perpindahan Massa pada Pemekatan Jus Jeruk Siam dengan Reverse Osmosis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Perpindahan Massa pada Pemekatan Jus Jeruk Siam dengan Reverse Osmosis"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PERPINDAHAN MASSA

PADA PEMEKATAN JUS JERUK SIAM

DENGAN

REVERSE OSMOSIS

ADETIYA RACHMAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Model Perpindahan Massa pada Pemekatan Jus Jeruk Siam dengan Reverse Osmosis adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2009

Adetiya Rachman

(3)

ADETIYA RACHMAN. Mass Transfer Model on Concentration of Citrus Siam (Citrus nobilis) Juice in Application of Reverse Osmosis. Supervised by ERLIZA NOOR and SETYADJIT.

Reverse Osmosis (RO) has become an effective technique for separation and concentration of ionic component from water, therefore the application is dominated for seawater desalination. More advance RO application is for separation in food and pharmaceutical industries. One of prospective application is for concentrating citrus juice. This research studied the concentration of citrus juice by low pressure reverse osmosis (LPRO) using polyamide spiral wound membrane at various operating conditions. The permeate flux was modeled by modification of Solution-Diffusion (SD) model. Modified solution diffusion model involved adsorption resistance has a better fit to the experimental values compared to modified SD - thin film model. Trans membrane pressure (TMP), flow rate and feed concentration were the important variables as controlling the adsorption process. The application of LPRO was able to concentrated juice up to 76 % and it could be considered as an initial process in concentrating citrus juice.

(4)

ADETIYA RACHMAN. Model Perpindahan Massa pada Pemekatan Jus Jeruk Siam dengan Reverse Osmosis. Dibimbing oleh ERLIZA NOOR dan SETYADJIT

Reverse Osmosis (RO) telah menjadi teknik yang efektif untuk pemisahan

dan pengkonsentrasian komponen ionik dari air sehingga penerapan aplikasi ini dewasa ini masih didominasi untuk proses desalinasi air laut. Semakin berkembangnya teknologi memperluas penerapan RO untuk pemisahan komponen dalam industri makanan dan farmasi. Salah satu penerapan RO dalam industri makanan yang memiliki prospek menjanjikan adalah pemisahan air untuk pemekatan jus jeruk. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi operasi RO (tekanan transmembran dan laju alir umpan) yang terbaik, mendapatkan tingkat pemekatan tertinggi dari proses RO dengan tekanan rendah (LPRO) dan memperoleh faktor-faktor yang berpengaruh untuk pemisahan jus jeruk dari model perpindahan massa pada pemekatan jus jeruk dengan RO.

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah jus jeruk siam Pontianak (Citrus nobillis L var microcarpa) hasil filtrasi membran mikrofiltrasi ukuran pori 0,1 µm dengan komposisi kandungan total padatan terlarut 6.82 oBrix, asam sitrat 0.56 % dan vitamin C sebesar 11.65 mg per 100 mg. Penelitian menggunakan membran RO berbentuk lilitan spiral (spiral wound) berbahan poliamida (PA) dengan luas permukaan 0.59 m2 dan rejeksi NaCl 93%. Aplikasi membran Low Pressure Reverse Osmosis pada penelitian dilihat sebagai proses pra-pemekatan dengan RO.

Penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu filtrasi tanpa pemekatan dan filtrasi pemekatan. Filtrasi tanpa pemekatan dilakukan dengan resirkulasi retentat dan permeat untuk mendapatkan kondisi operasi terbaik dan data untuk pemodelan. Filtrasi pemekatan dilakukan dengan resirkulasi retentat dan pemisahan permeat untuk mendapatkan tingkat pemekatan tertinggi. Filtrasi tanpa pemekatan menggunakan kondisi operasi 4 laju alir umpan (0.01, 0.015, 0.02, dan 0.03 m s-1) dan 3 tekanan transmembran (4, 6 dan 8 bar). Parameter yang dilihat pada proses ini adalah pengaruh tekanan transmembran dan laju alir crossflow

terhadap fluksi, tingkat rejeksi dan kualitas konsentrat jeruk yang meliputi kadar gula, derajat Brix, dan total asam. Penelitian filtrasi pemekatan dilakukan dengan menggunakan kondisi operasi terbaik (TMP dan laju alir) yang didapat dari tahapan penelitian sebelumnya. Parameter yang diamati yaitu perubahan fluksi dan konsentrasi total padatan terlarut (oBrix) selama proses pemekatan.

Prediksi fluksi menggunakan model matematik dianalisis berdasarkan model SD (solution-difussion models) pada pemisahan RO dengan tekanan rendah

(Low Pressure Reverse Osmosis) dengan pengembangan model yang dilihat dari

(5)

yang dihitung berdasarkan model.

Hasil penelitian menunjukkan parameter operasi (TMP dan laju alir) berpengaruh terhadap fluksi, dimana semakin besar TMP dan laju alir maka fluksi yang diperoleh semakin besar. Pengaruh TMP terhadap rejeksi menunjukkan kenaikan rejeksi total gula dengan peningkatan TMP. Peningkatan rejeksi gula dengan meningkatnya TMP terjadi karena perpindahan pelarut dalam hal ini air meningkat dengan peningkatan TMP. Peningkatan TMP lebih mempengaruhi perpindahan pelarut dibandingkan dengan perpindahan solut. Rejeksi total gula dengan peningkatan laju alir pada variasi TMP juga menunjukkan kenaikan nilai fluksi. Berdasarkan nilai fluksi dan rejeksi maka didapatkan kondisi operasi TMP dan laju alir yang terbaik untuk pemekatan jus jeruk dengan menggunakan rangkaian RO dalam penelitian ini adalah TMP 8 Bar dan laju alir 0.03 m s-1 yang menghasilkan nilai fluksi dan rejeksi tertinggi yaitu sebesar 0.73 L m-2 jam-1 dan 76 %. Parameter operasi (TMP dan laju alir) berpengaruh terhadap fluksi dan rejeksi, dimana semakin besar TMP dan laju alir maka fluksi dan rejeksi yang diperoleh semakin besar.

Penelitian filtrasi pemekatan jus dilakukan dengan menggunakan kondisi operasi terbaik yang menghasilkan fluksi dan rejeksi tertinggi yaitu pada laju alir 0.03 m s-1 dan TMP 8 Bar. Tingkat pemekatan jus diukur dari proses pemekatan selama 6 jam dengan resirkulasi retentat dan pengambilan permeat. Konsentrasi umpan awal jus jeruk sebesar 6.7 oBrix menghasilkan konsentrat jus sebesar 11.8 o

Brix selama 6 jam proses pemekatan atau tingkat pemekatan sebesar 76 %. Tingkat pemekatan untuk waktu yang lebih lama diprediksi dengan persamaan garis yang didapat dari data percobaan. Tingkat pemekatan tertinggi yang dapat diperoleh dihitung ketika pemekatan terhenti karena membran tidak lagi dapat memisahkan air atau fluksi sama dengan nol. Hasil perhitungan menunjukkan fluksi bernilai nol ketika pemekatan berlangsung setelah 11.77 jam. Konsentrasi konsentrat yang didapat ketika fluksi bernilai nol yaitu sebesar 16.1 oBrix atau tingkat pemekatan sebesar 141 %. Tingkat pemekatan ini cukup baik untuk pemekatan dengan TMP relatif rendah. Penggunaan membran RO dengan tekanan rendah dalam penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai proses pra pemekatan jus jeruk dari rangkaian pemekatan jus jeruk menggunakan RO. Aplikasi ini juga dapat digunakan dalam memproduksi minuman jus jeruk alami tanpa penambahan gula (natural citrus juice withno added sugar).

Analisis model menunjukkan nilai fluksi yang dihitung berdasarkan model SD yang dikembangkan dengan melibatkan tahanan adsorpsi menghasilkan kesesuaian yang lebih baik dibandingkan dengan model modifikasi SD – teori film. Hal ini menunjukkan bahwa model SD – tahanan adsorpsi mampu memprediksi fluksi lebih baik dibandingkan model SD – teori film. Nilai fluksi hasil percobaan yang kecil dapat dijelaskan dengan model tahanan adsorpsi. Tahanan adsorpsi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tahanan membran yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya nilai fluksi (flux drop) pada pemekatan jus jeruk dengan membran RO yang digunakan. Tekanan transmembran, laju alir dan konsentrasi umpan merupakan variabel penting yang mempengaruhi proses adsorpsi.

(6)

©

Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor

(7)

MODEL PERPINDAHAN MASSA

PADA PEMEKATAN JUS JERUK SIAM

DENGAN

REVERSE OSMOSIS

ADETIYA RACHMAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

dengan Reverse Osmosis

Nama : Adetiya Rachman

NRP : F351060121

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Erliza Noor Dr. Ir. Setyadjit, M.App.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Irawadi Jamaran Prof. Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS

(10)

Alhamdulillah wa syukurillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan anugrah-Nya sehingga tesis yang diberi judul Model Perpindahan Massa pada Pemekatan Jus Jeruk Siam dengan Reverse Osmosis ini dapat diselesaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2008 di laboratorium di lingkungan Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIP) IPB dan di laboratorium di lingkungan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Erliza Noor selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Setyadjit, M.App.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tesis ini. Penghargaan dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian yang telah memberikan kesempatan dan dukungan biaya dalam menjalankan studi Program Magister Sains di TIP IPB.

Terima kasih juga penulis sampaikan pada Bapak Dr. Ir. Suprihatin sebagai penguji luar komisi atas kritik dan masukannya untuk penyempurnaan tesis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap staf pengajar Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberi ilmu pengetahuan selama studi di IPB. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada staf dan teknisi labolatorium di lingkungan Departemen Teknologi Industri Pertanian dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian, rekan-rekan S2 dan S3 TIP 2006, 2005 dan 2007 serta semua pihak yang telah membantu kelancaran studi dan penelitian.

Ucapan terima kasih juga secara tulus penulis persembahkan kepada mamah, bapak, kakak dan adik serta keluarga besar dari bapak dan mamah yang telah memberikan doa dan dorongan dalam menyelesaikan studi S2 di IPB. Terima kasih juga disampaikan kepada seluruh penghuni wisma galih atas kebersamaannya selama penulis tinggal di Darmaga Bogor.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih yang nyata bagi dunia pendidikan dan penelitian.

Bogor, Januari 2009

(11)

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 20 September 1977 dari Bapak Marsuki dan Ibu Wiwiek Shofia. Penulis merupakan anak kedua dari tiga laki-laki bersaudara.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, lulus pada tahun 2002. Penulis mendapatkan tugas belajar dari instansi kerja pada tahun 2006 dan diterima di Program Studi Magister Sains Teknologi Industri Pertanian (TIP) IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i 

DAFTAR TABEL ... iii 

DAFTAR GAMBAR ... iv 

DAFTAR LAMPIRAN ... vi 

I.  PENDAHULUAN ... 1 

1.1. Latar Belakang ... 1 

1.2. Identifikasi Masalah ... 3 

1.3. Tujuan Penelitian ... 4 

1.4. Ruang Lingkup ... 4 

II.  TINJAUAN PUSTAKA ... 5 

2.1. Produksi dan Potensi Jeruk Indonesia ... 5 

2.2. Komposisi Kimia Jus Jeruk dan Produk Filtrasi Membran ... 5 

2.3. Proses Pemekatan Jus Jeruk ... 9 

2.4. Aplikasi RO untuk Pemekatan Jus ... 10 

2.5. Fenomena Osmosis dan Tekanan Osmotik ... 12 

2.6. Model Perpindahan Massa RO ... 16 

2.6.1. Model Solution Diffusion (SD) – teori film ... 19 

2.6.2. Model SD – tahanan adsorpsi ... 20 

2.6.3. Penentuan Koefisien Transfer Massa ... 21 

III.  BAHAN DAN METODE ... 24 

3.2.5. Tahap Pengujian Model ... 29 

IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30 

4.1. PEMISAHAN JUS JERUK DENGAN REVERSE OSMOSIS ... 30 

4.1.1. Karakteristik Fisik-kimia Umpan ... 30 

(13)

4.1.3. Waktu Tunak Larutan Jus ... 33 

4.1.4. Pengaruh TMP dan Laju Alir terhadap Fluksi ... 35 

4.1.5. Pengaruh TMP dan Laju Alir terhadap Rejeksi ... 37 

4.1.6. Tingkat Pemekatan Jus Jeruk ... 39 

4.2. PEMODELAN REVERSE OSMOSIS JUS JERUK ... 42 

4.2.1. Perhitungan Tekanan osmotik ... 42 

4.2.2. Model Perpindahan Massa ... 47 

a. Model SD – Teori Film ... 47 

b. Model SD – Tahanan Adsorpsi ... 50 

4.2.3. Neraca Massa Proses Pemisahan Jus Jeruk ... 55 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 57 

6.1. Kesimpulan ... 57 

6.2. Saran ... 57 

DAFTAR PUSTAKA ... 58 

L A M P I R A N ... 62 

 

(14)

DAFTAR TABEL

1 Produksi, kebutuhan, ekspor dan impor jeruk dan surplus jeruk

Indonesia (2002 – 2007) ... 5 

2 Kandungan gula di dalam jeruk ... 6 

3 Komposisi gula dalam jus jeruk ... 6 

4 Standar kualitas jus jeruk pasteurisasi menurut USDA (1983) ... 8 

5 Komposisi kimia jus jeruk umpan dan produk konsentrat hasil pemekatan dengan RO penelitian Jesus et al. (2007) ... 8 

6 Beberapa penelitian penerapan RO pada pemekatan jus buah ... 11 

7 Tekanan osmotik larutan sukrosa pada suhu 30 oC ... 14 

8 Tekanan osmotik larutan 1 % pada suhu 30 oC, dihitung dengan persamaan Van’t Hoff ... 15 

9 Spesifikasi membran RO ... 26 

10 Karakteristik fisik-kimia jus jeruk umpan ... 30 

11 Nilai Di komponen glukosa, sukrosa dan asam sitrat dalam jus jeruk ... 45 

12 Nilai ki komponen glukosa, sukrosa dan asam sitrat ... 46 

13 Tekanan osmosis pada sisi umpan dan permeat pada variasi laju alir dan TMP ... 46 

14 Perbedaan tekanan osmosis pada variasi laju alir dan TMP ... 46 

15 Fluksi hasil perhitungan dengan model SD – teori film ... 47 

16 Fluksi hasil perhitungan dengan model SD - tahanan adsorpsi ... 51 

(15)

DAFTAR GAMBAR

6 Rangkaian alat membran mikrofiltrasi ... 24 

7 Rangkaian alat membran reverse osmosis ... 25 

8 Skema proses reverse osmosis jus jeruk ... 25 

9 Diagram alir penentuan kondisi tunak ... 28 

10 Diagram alir penelitian ... 29 

11 Pengaruh laju geser terhadap viskositas umpan ... 30 

12 Fluksi air selama filtrasi pada TMP 0.34 Bar dan laju alir 0.04 m s-1 ... 31 

17 Pengaruh TMP terhadap fluksi pada beberapa laju alir ... 36 

18 Pengaruh laju alir terhadap fluksi pada variasi TMP... 36 

19 Pengaruh TMP terhadap rejeksi total gula pada variasi laju alir ... 38 

20 Pengaruh TMP terhadap konsentrasi total gula permeat ... 38 

21 Pengaruh laju alir terhadap rejeksi total gula pada beberapa TMP ... 39 

22 Fluksi selama pemekatan jus jeruk dengan pengambilan permeat pada TMP 8 Bar, laju alir 0.03 m s-1 dan konsentrasi umpan 6.7 oBrix ... 40 

23 Konsentrasi umpan dan permeat selama pemekatan jus dengan pemisahan permeat ... 41 

24 Pengaruh konsentrasi umpan terhadap fluksi selama pemekatan jus dengan pemisahan permeat ... 41 

25 Fluksi hasil percobaan (titik) dan hasil prediksi (garis) model SD – teori film pada variasi laju alir ... 48 

26 Fluksi hasil percobaan (titik) dan hasil prediksi (garis) model SD – teori film pada variasi TMP ... 49 

(16)

28 Fluksi hasil percobaan (titik) dan hasil prediksi (garis) model SD – tahanan adsorpsi pada variasi laju alir ... 52  29 Fluksi hasil percobaan (titik) dan hasil prediksi (garis) model SD –

tahanan adsorpsi pada variasi TMP ... 53  30 Perbandingan nilai fluksi percobaan dan fluksi perhitungan dengan kedua

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan luas area umpan dan maksimum laju alir ... 62 

2 Prosedur analisis ... 63 

3a Kurva standar total gula ... 66 

3b Kurva standar total gula pereduksi ... 66 

4 Viskositas jus jeruk umpan pada berbagai laju geser ... 67 

5a Fluksi air selama filtrasi ... 68 

5b Fluksi air pada beberapa TMP (v= 0.01 m s-1) ... 68 

6 Fluksi jus selama filtrasi ... 69 

7 Konsentrasi TPT umpan dan permeat serta rejeksinya selama filtrasi ... 70 

8a Fluksi jus pada variasi TMP dan laju alir ... 71

8b Lampiran 8b Analisis varians (ANOVA) pengaruh TMP dan laju alir terhadap fluksi ... 73

9a Rejeksi total gula pada variasi TMP dan laju alir ... 74 

9b Konsentrasi total gula umpan, permeat dan retentat pada variasi TMP dan laju alir ... 74 

9c Total Padatan Terlarut (TPT) umpan dan permeat pada variasi TMP dan laju alir ... 74 

10a Konsentrasi gula pereduksi umpan dan permeat ... 75 

10b Konsentrasi glukosa umpan dan permeat ... 75 

10c Konsentrasi sukrosa umpan dan permeat ... 75 

10d Konsentrasi asam sitrat umpan dan permeat ... 75 

11 Fluksi selama pemekatan jus jeruk dengan pemisahan permeat ... 76 

12 Konsentrasi umpan dan permeat selama pemekatan jus dengan pemisahan permeat ... 77 

13 Pengaruh konsentrasi umpan terhadap fluksi selama pemekatan jus dengan pemisahan permeat ... 78 

14 Penurunan persamaan Shocks dan Miquel’s ... 79 

15 Perhitungan bilangan Reynold ... 80 

16 Viskositas umpan jus jeruk untuk fluida non-Newtonian, Doi asam sitrat .. 81 

17 Perhitungan koefisien diffusivitas (Di) komponen glukosa sukrosa dan asam sitrat dalam jus jeruk ... 82 

18 Perhitungan koefisien perpindahan massa (ki) komponen glukosa sukrosa dan asam sitrat dalam jus jeruk ... 83 

19 Konsentrasi pada permukaan membran (Cmi) ... 84 

(18)
(19)

I.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Reverse Osmosis (RO) telah menjadi teknik yang efektif untuk pemisahan

dan pengkonsentrasian komponen ionik dari air sehingga penerapan RO dewasa ini masih didominasi untuk proses pemisahan garam atau desalinasi air laut. Pengembangan teknologi RO memperluas penerapan aplikasi ini untuk pemisahan komponen dalam industri makanan dan farmasi (White et al. 2002).

Salah satu penerapan RO dalam industri makanan yang memiliki prospek baik adalah pemisahan air untuk pemekatan jus jeruk. Teknik yang umum dilakukan pada proses pemekatan jus adalah proses evaporasi, namun kelemahan dari penggunaan suhu yang tinggi pada evaporasi secara umum dapat menurunkan kandungan gizi dan aroma konsentrat sari jeruk (Rao 1995 di dalam Rao dan Rizvi 1995). Selain itu penggunaan suhu tinggi pada proses evaporasi memerlukan energi yang besar.

Proses RO dilakukan pada suhu ruang sehingga komponen jus jeruk yang rentan terhadap suhu tinggi dapat tetap dipertahankan dalam kondisi baik. Penerapan RO untuk pemekatan jus jeruk telah dilakukan dan dapat menghasilkan konsentrat jus jeruk dengan total padatan terlarut sebesar 16 - 36 oBrix dari total padatan larutan umpan awal sebesar 8.2 - 11 oBrix atau pemekatan sebesar 63 – 340 % pada kondisi operasi tekanan transmembran 20 - 60 Bar (Silva et al. 1998; Cassano et al. 2003; Jesus et al. 2007). Penelitian pemekatan jus jeruk umumnya menggunakan tekanan tinggi diatas 20 Bar. Penggunaan RO dengan tekanan rendah (Low Pressure Reverse Osmosis - LPRO) untuk pemekatan jus belum dilakukan. Penerapan LRPO masih terbatas pada pemisahan larutan dengan tingkat padatan terlarut yang rendah. Penggunaan tekanan yang rendah pada LPRO memiliki keuntungan dari sisi penggunaan energi yang lebih efisien. Pada penelitian ini mencoba melakukan pemekatan jus jeruk dengan menggunakan LPRO.

(20)

proses RO. Model yang memprediksi karakteristik pemisahan juga meminimalkan penelitian yang harus dilakukan untuk menjelaskan sistem tertentu (Williams 2003).

Model matematis perpindahan massa dalam RO secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu model termodinamika satu arah (irreversible thermodynamics), model membran nonpori atau homogen (nonporous or homogeneous membrane

models) dan model pori (pore models) (Williams 2003). Pengembangan model

dalam RO pada awalnya hanya terbatas untuk pemisahan garam dari air laut menggunakan larutan garam ideal. Perluasan aplikasi RO mendorong pengembangan model perpindahan massa dengan RO tidak hanya untuk desalinasi air laut, tetapi juga berkembang untuk aplikasi lain terutama untuk industri makanan dan farmasi.

Salah satu model perpindahan massa untuk RO yang dikembangkan dari larutan garam untuk untuk aplikasi lain adalah model Solution Diffusion (SD). Model ini telah banyak digunakan dan terbukti mampu memprediksi fluksi larutan ideal dari campuran komponen yang telah diketahui konsentrasinya (multisolute solution) dengan baik. Kimura et al. 1992; Dickson et al. 1994 menggunakan model ini pada pemekatan campuran larutan ideal dengan RO yang menghasilkan kesesuian antara fluksi percobaan dan fluksi prediksi. Model SD juga telah dikembangkan dan menghasilkan kesesuaian model untuk aplikasi pemekatan jus buah. Alvarez et al. (1997) melakukan penelitian pemekatan jus apel dengan RO dan memprediksi fluksi menggunakan model difusi-larutan (solution-difussion

models) yang dikombinasikan dengan teori film. Hasil penelitian menunjukkan

model SD yang dikombinasikan dengan teori film mampu memprediksi nilai fluksi pemekatan jus apel dengan akurat.

(21)

Kothari (1991) diacu dalam Williams (2003) untuk larutan organik. Pengembangan dilakukan dengan menambahkan tahanan adsorpsi pada model untuk menjelaskan rendahnya nilai fluksi (flux drop). Williams (1989) mengasumsikan larutan organik diadsorpsi oleh permukaan membran pada penerapan kondisi operasi tekanan transmembran (TMP) yang rendah. Peristiwa adsorpsi ini menyebabkan tahanan membran bertambah selain dari tahanan instrinsik membran dan dihitung sebagai tahanan adsorpsi (Williams, 2003).

Penelitian pemekatan jus jeruk dengan RO umumnya dilakukan pada skala pilot dengan menggunakan tekanan tinggi (diatas 20 bar). Penggunaan membran RO dengan tekanan rendah dibawah 20 Bar (Low Pressure Reverse Osmosis) pada pemekatan jus dalam skala laboratorium belum dilakukan. Prediksi fluksi melalui model matematis juga belum dikembangkan. Penelitian ini akan mengkaji penerapan RO untuk pemekatan jus jeruk dan perkiraan mekanisme perpindahan massa untuk memprediksi fluksi berdasarkan model RO untuk larutan garam.

Kajian proses pemekatan jus jeruk dengan RO merupakan kelanjutan dari penelitian pemisahan limonin dan naringin dari jus jeruk siam (Citrus nobilis Lour var. microcarpa) menggunakan mikrofiltrasi (Aghitsni 2008). Larutan jus jeruk siam hasil mikrofiltrasi selanjutnya dipekatkan dengan RO untuk mendapatkan jus konsentrat.

1.2.Identifikasi Masalah

(22)

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh kondisi operasi RO (tekanan transmembran dan laju alir umpan) yang terbaik.

2. Mendapatkan tingkat pemekatan tertinggi dari proses RO dengan tekanan rendah (LPRO).

3. Memperoleh faktor-faktor yang berpengaruh untuk pemisahan jus jeruk dari model perpindahan massa pada pemekatan jus jeruk dengan RO.

1.4.Ruang Lingkup

Penelitian menggunakan bahan baku jus jeruk siam Pontianak (Citrus nobillis L var microcarpa) hasil filtrasi membran mikrofiltrasi ukuran pori 0,1 µm dengan komposisi kandungan total padatan terlarut 6.82 oBrix, asam sitrat 0.56 % dan vitamin C sebesar 11.65 mg per 100 mg. Penelitian menggunakan membran RO berbentuk lilitan spiral (spiral wound) berbahan poliamida (PA) dengan kondisi operasi tekanan transmembran rendah (4-8 Bar). Aplikasi membran Low Pressure Reverse Osmosis pada penelitian dilihat sebagai proses pra-pemekatan dengan RO. Parameter yang dilihat pada proses ini adalah pengaruh tekanan transmembran dan laju alir crossflow terhadap fluksi, tingkat rejeksi dan kualitas konsentrat jeruk yang meliputi kadar gula, derajat Brix, dan total asam. Selanjutnya dilakukan prediksi fluksi menggunakan model matematik berdasarkan model SD (solution-difussion models) pada pemisahan RO dengan tekanan rendah

(Low Pressure Reverse Osmosis) dengan pengembangan model yang dilihat dari

(23)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Produksi dan Potensi Jeruk Indonesia

Produksi jeruk Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun dengan jumlah signifikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi, kebutuhan, ekspor dan impor jeruk dan surplus jeruk Indonesia (2002 – 2007)

Tahun Produksi

Sumber : BPS (2007), Ditjen Tanaman Pangan (2005) 1)

data diolah 2)

angka prediksi

Produksi jeruk nasional setiap tahunnya secara umum masih jauh diatas konsumsi dan ekspor jeruk Indonesia (Tabel 1). Nilai surplus produksi setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan, tetapi disisi lain Indonesia masih mengimpor jeruk dan produk olahannya. Impor produk olahan jus dan konsentrat jeruk mencapai 2 142 ton dengan nilai mencapai 2,1 juta dolar atau sekitar 19 milyar rupiah (BPS 2001). Nilai surplus dan impor produk olahan jus dan konsentrat jeruk merupakan potensi yang sangat besar dalam pengembangan produk olahan jeruk untuk memberikan nilai tambah yang signifikan.

2.2.Komposisi Kimia Jus Jeruk dan Produk Filtrasi Membran

(24)

jeruk antara lain asam sitrat, asam malat, asam suksinat, asam oksalat, asam malonat, dan asam-asam dalam jumlah kecil lainnya (Vandercook 1977). Jenis karbohidrat dalam buah jeruk yaitu karbohidrat yang dapat larut yaitu gula dan karbohidrat yang tidak dapat larut (polisakarida) (Winarno 1992). Komposisi kandungan gula dalam jus dari beberapa varietas jeruk dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kandungan gula di dalam jeruk

Varietas Gula (%) Total

Komposisi gula pada jus jeruk segar maupun yang telah diproses secara umum tidak berbeda dari komposisi jeruk (Tabel 2). Komponen gula utama dalam jus jeruk yaitu fruktosa, glukosa dan sukrosa. Komposisi fruktosa, glukosa dan sukrosa dari total gula berdasarkan Tabel 3 masing-masing sebesar 28, 26 dan 46%.

Tabel 3 Komposisi gula dalam jus jeruk

Kategori Komposisi (%)

Fruktosa Glukosa Sukrosa Total Jus jeruk tanpa gula 2.0 1.9 3.3 7.2 Minuman jus jeruk + gula 1.1 1.1 6.8 9.0 Sumber: ACT (2008)

(25)

Gambar 1 Struktur molekul fruktosa

Gambar 2 Struktur molekul glukosa

Gambar 3 Struktur molekul sukrosa

(26)

Komposisi jus yang penting mempengaruhi kualitas jus jeruk antara lain padatan terlarut, keasaman, rasio Brix/asam, warna jus, kadar senyawa penyebab rasa pahit rendah dan kadar flavor yang baik (USDA 1983). Standar jus jeruk pasteurisasi menurut USDA dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Standar kualitas jus jeruk pasteurisasi menurut USDA (1983)

Standar Grade A Grade B

Jus murni Jus + gula Jus murni Jus + gula

Brix min. 11.0 min. 11.0 min. 10.5 min.10.5

Rasio brix / asam min max min max min max min max

California/arizona 11.5:1 18.0:1 12.5:1 20.5:1 10.5:1 23.0:1 10.5:1 23.5:1 Diluar

California/arizona

12.5:1 20.5:1 12.5:1 20.5:1 10.5:1 23.0:1 10.5:1 23.5:1

Proses klarifikasi jus jeruk dengan menggunakan membran menyebabkan perubahan komposisi jus jeruk yaitu penurunan kandungan beberapa komponen utama. Aghitsni (2008) mendapatkan penurunan kandungan jus jeruk hasil mikrofiltrasi membran 0.1 µm sebesar 38 % untuk total padatan terlarut, 44% untuk kandungan vitamin C dan penurunan 10% untuk kandungan asam sitrat. Penurunan kandungan jus jeruk yang mempengaruhi kualitas jus jeruk seperti total padatan terlarut, kadar asam dan vitamin C tidak diharapkan pada proses filtrasi dengan membran. Proses klarifikasi jus jeruk menggunakan filtrasi membran umumnya dilanjutkan dengan proses pemekatan dengan membran RO. Pemekatan dengan RO selain bertujuan untuk menghilangkan kandungan air juga dapat bertujuan untuk meningkatkan kualitas jus jeruk. Produk konsentrat yang dihasilkan dengan RO mampu mempertahankan bahkan meningkatkan komposisi kimia jus jeruk. Tabel 5 memperlihatkan perbandingan komposisi kimia jus jeruk awal dan konsentrat hasil penelitian pemekatan jus jeruk menggunakan RO yang didapat Jesus et al. (2007).

Tabel 5 Komposisi kimia jus jeruk umpan dan produk konsentrat hasil pemekatan dengan RO penelitian Jesus et al. (2007)

(27)

2.3.Proses Pemekatan Jus Jeruk

Konsentrat jus jeruk adalah produk non fermentasi dan dapat difermentasi setelah direkontitusi (diencerkan kembali) yang diolah melalui proses pemekatan. Jus adalah produk non fermentasi tetapi dapat difermentasi yang ditujukan untuk konsumsi langsung yang diproses secara mekanis dari buah jeruk (Codex Stan 1981). Menurut Cruess (1958) konsentrat jus merupakan cairan kental dari produk jus (sari buah) yang diperoleh melalui proses penguapan pada tekanan vakum pada suhu rendah sehingga kerusakan-kerusakan kimiawi selama proses dapat dihindarkan. Produk konsentrat umumnya dikentalkan sampai mencapai 43- 60 o

Brix.

Menurut Codex Alimentarius Comission (1981) proses pemekatan jus jeruk adalah penghilangan air hingga produk akhir mencapai total padatan terlarut tidak kurang dari 20% (pengukuran pada refraktometer 20 oC). Produk dapat terdiri dari jus murni atau konsentrat dengan penambahan air serta komponen volatil alami jus jeruk yang hilang pada saat proses untuk mempertahankan kualitas konsentrat komponen penting didalamnya.

Kondisi yang perlu dijaga untuk memperoleh konsentrat bermutu tinggi antara lain adalah temperatur proses yang rendah atau waktu kontak yang pendek pada proses dengan temperatur tinggi. Pemekatan jus diusahakan tidak menghilangkan karakteristik komponen jus yang ditentukan oleh komponen volatil dan vitamin yang sangat rentan terhadap perlakuan panas. Proses pemindahan air dari jus diusahakan komponen volatil tidak ikut terbawa atau hilang. Beberapa metoda yang dapat digunakan antara lain evaporasi vakum dan

freeze concentration (Thijssen 1974; Jesus et al. 2007).

(28)

Penggunaan teknologi membran merupakan alternatif dalam pemekatan jus jeruk. Proses membran tidak menggunakan temperatur tinggi dan energi yang dibutuhkan selama proses relatif rendah.

2.4.Aplikasi RO untuk Pemekatan Jus

Jenis aplikasi membran yang dapat diterapkan untuk proses pemekatan jus buah-buahan adalah Reverse Osmosis (RO), Distilasi Membran (Membrane Destillation) dan Destilasi Osmotik (Osmotic Distillation - OD). Perbedaan jenis aplikasi terletak pada daya penggerak yang digunakan, dimana pemisahan dengan RO menggunakan prinsip perbedaan tekanan, MD berdasarkan perbedaan temperatur, sedangkan OD berdasarkan perbedaan konsentrasi larutan antara dua sisi membran (Mulder 1996; Cassano et al. 2003).

RO adalah membran non-porous dimana hampir hanya air yang dapat melewati membran ini. Garam/ion dan bahan organik dengan ukuran molekul > 50 Da dapat ditahan oleh membran ini. Tekanan yang digunakan dalam operasi RO sebesar 20-60 bar, tetapi dapat juga mencapai 200 bar (Cheryan 1998).

RO dapat digunakan sebagai alternatif pemekatan jus, dimana proses ini produk tidak mengalami perubahan fase atau menggunakan temperatur tinggi. Kelebihan utama dari pemekatan RO adalah menghasilkan produk berkualitas tinggi dimana nutrisi, aroma dan komponen flavor bahan yang diolah dapat dipertahankan. Proses RO bekerja pada temperatur operasi yang rendah sehingga membutuhkan konsumsi energi yang rendah, instalasi yang kompak dan pengoperasian yang mudah (Alvarez et al. 2000; Girard & Fukumoto 2000; Koseoglu et al. 1990 diacu dalam Jesus et al. 2007). Kekurangan dari proses ini adalah tingkat pemekatan yang lebih rendah dibandingkan evaporasi thermal, karena tekanan osmosis jus buah yang tinggi membatasi efisiensi proses.

(29)

(Girard & Fukumoto 2000 diacu dalam Jesus et al. 2007). Operasi proses RO memerlukan tekanan tinggi untuk dapat melewati tekanan osmosis jus (10 hingga 200 bar). Sebagai contoh, jus jeruk dengan total padatan 11% memiliki tekanan osmotik 15 bar, ketika dipekatkan hingga 60%, tekanan osmotiknya meningkat hingga 190 bar (Cassano et al. 2003; Cheryan 1998; Gostoli et al. 1995 diacu

dalam Jesus et al. 2007). Beberapa penelitian penerapan RO dalam proses

pemekatan jus buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Beberapa penelitian penerapan RO pada pemekatan jus buah

No. Peneliti, tahun Bahan baku Membran Kondisi operasi Hasil

1. Galaverna et

(30)

untuk konsentrasi 42 dan 60 gram TSS/100 gram). Nilai konsentrasi juga menunjukkan peningkatan kekentalan. Faktor tekanan osmotik dan kekentalan mempengaruhi proses pemekatan sehingga pemekatan dengan RO tidak dapat lebih dari 20% untuk kondisi operasi tekanan transmembran 35 Bar dan pemekatan hingga 36 % pada tekanan transmembran hingga 60 Bar. Keterbatasan ini menyebabkan proses RO hanya dapat dipertimbangkan sebagai proses pemekatan awal (Cassano et al. 2003; Jesus et al. 2007).

2.5.Fenomena Osmosis dan Tekanan Osmotik

Menurut Cheryan (1998) pemisahan membran pada umumnya dibatasi oleh batas tertinggi kandungan padatan (solid) dalam larutan yang dapat diperoleh. Pada RO, tekanan osmotik larutan umpan membatasi proses filtrasi. Tekanan osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan proses osmosis dalam sistem membran semi permiabel (Park 1996).

Fenomena osmosis merupakan peristiwa perpindahan (transport) air atau pelarut melalui membran semipermeabel. Membran semipermeabel didefinisikan sebagai membran yang dapat melewatkan (permeable) pelarut dan tidak dapat melewatkan (impermeable) zat terlarut (solute). Fenomena osmosis berhubungan dengan fraksi mol air, X1 dan potensial kimia (chemical potential), µ (Gambar 5). Fraksi mol adalah komposisi mol air dalam larutan, bernilai 1 untuk air murni dan bernilai 0<X1<1 pada larutan. Potensial kimia adalah gaya dorong yang ditimbulkan karena perubahan energi bebas dalam sistem yang menghasilkan perubahan komposisi pada sistem (Cheryan 1998).

Gambar 5 Fenomena osmosis. Dua sisi ruang dipisahkan oleh membran semipermeabel ideal. Tanda panah menunjukkan perpindahan air karena perbedaan potensial kimia (Cheryan 1998)

Larutan X1< 1

µ1

Air X1= 1

(31)

Energi tertinggi pada air yang menentukan potensial kimia tertinggi adalah dalam bentuk air murni. Penambahan material atau bahan pengotor dalam air akan meningkatkan entropi yang menyebabkan penurunan energi bebas, sehingga potensial kimia air dalam larutan akan menurun dan selalu lebih kecil dibandingkan air murni. Potensial kimia air pada larutan (µ1) di sisi kiri membran lebih kecil dibandingkan potensial kimia air murni (µ1o) di sisi kanan (Gambar 5). Membran permeabel terhadap air menyebabkan air berpindah dari sisi kanan ke sisi kiri membran hingga mencapai kesimbangan potensial kimia. Secara teori kesetimbangan tidak akan tercapai karena fraksi mol air pada larutan selalu lebih kecil dari satu dan secara teori air akan sepenuhnya berpindah ke sisi kiri membran. Dalam prakteknya, peningkatan ketinggian larutan pada sisi kiri membran menghasilkan tekanan hidraulik terhadap membran. Air akan berhenti berdifusi melalui membran ketika tekanan yang terjadi mencapai keseimbangan dengan perbedaan potensial kimia (Cheryan 1998).

Hubungan antara potensial kimia dan fraksi mol dalam sistem membran semipermeabel dituliskan sebagai (Cheryan 1998):

ln (1)

dimana,

P* = tekanan eksternal Po = tekanan standar

R = konstanta gas ideal (0.08206 atm L g mol-1oK-1) T = temperatur (oK)

V = volume pelarut (L)

Tekanan yang diberikan sehingga menghasilkan nilai µ1 - µ1o = 0 disebut tekanan osmotik (π), seperti π = (P* – Po) dan dengan asumsi cairan tidak dalam keadaan termampatkan (incompressible), persamaan (1) menjadi:

ln (2)

atau

(32)

Persamaan (3) merupakan persamaan termodinamik untuk tekanan osmotik atau dikenal sebagai persamaan Gibbs. Persamaan ini berlaku dengan menggunakan 2 asumsi yaitu keadaan larutan ideal, dimana hanya sesuai untuk larutan yang sangat encer, dan cairan tidak dalam keadaan termampatkan, dimana hanya berlaku pada keadaan tekanan yang relatif rendah (Cheryan 1998).

Pengembangan persamaan tekanan osmotik dilakukan juga oleh Van’t Hoff. Persamaan tekanan osmotik Van’t Hoff sebagai berikut (Cheryan 1998):

(4)

dimana,

C = konsentrasi komponen terlarut (g L-1) dalam larutan M = berat molekul komponen terlarut

i = bilangan ion untuk komponen terionisasi (contoh: i = 1 untuk gula, i = 2 untuk NaCl)

Ketepatan kedua model (Gibbs dan Van’t Hoffman) dalam memprediksi tekanan osmosis dapat dilihat pada Tabel 7. Model Van’t Hoff menghasilkan nilai tekanan osmotik yang memiliki deviasi signifikan dalam semua tingkat konsentrasi. Hal ini disebabkan beberapa asumsi perkiraan yang ditentukan dalam pembuatan model. Persamaan Gibbs lebih akurat dalam memprediksi tekanan osmosis dalam kisaran konsentrasi yang cukup luas, tetapi pada konsentrasi tinggi deviasi nilai tekanan osmotik dari keadaan larutan ideal masih terjadi.

Tabel 7 Tekanan osmotik larutan sukrosa pada suhu 30 oC Konsentrasi

(% w/w) Molalitas

Tekanan osmotik (atm) Persamaan

Van’t Hoff Model Gibbs

(33)

Nilai tekanan osmotik (Tabel 7) terlihat meningkat dengan peningkatan konsentrasi solut. Selain konsentrasi solut, berat molekul solut dalam larutan mempengaruhi tekanan osmotik yang ditimbulkan. Tabel 8 memperlihatkan pada konsentrasi yang sama, tekanan osmotik larutan garam (NaCl) lebih besar dibandingkan tekanan osmotik larutan gula dan protein. Hal ini menunjukkan komponen solut dengan berat molekul lebih kecil memberikan tekanan osmosis yang jauh lebih besar.

Tabel 8 Tekanan osmotik larutan 1 % pada suhu 30 oC, dihitung dengan persamaan Van’t Hoff

Komponen Berat Molekul (M)

Sumber : Cheryan (1998)

Perhitungan tekanan osmotik pada jus buah-buahan yang terdiri dari beberapa komponen terlarut dalam proses pemekatan menggunakan RO dilakukan oleh Alvarez et al. (1998; 2002). Alvarez et al. (1997; 2002) menggunakan modifikasi dan kombinasi model Gibbs dan persamaaan Van’t Hoff untuk memprediksi tekanan osmotik jus apel sebagai bagian pemodelan dalam memprediksi fluksi. Model Gibbs digunakan untuk memprediksi tekanan osmotik yang diberikan oleh komponen gula dengan modifikasi perhitungan fraksi mol air, sedangkan persamaan Van’t Hoff digunakan untuk memprediksi tekanan osmotik jus apel yang diberikan oleh asam malat. Hasil perhitungan model menunjukkan kesesuaian dengan nilai percobaan.

(34)

Perhitungan tekanan osmotik yang diberikan asam malat menggunakan persamaan Van’t Hoff. Walaupun persamaan ini memberikan nilai deviasi yang besar pada konsentrasi solut yang tinggi, persamaan ini masih dapat digunakan untuk konsentrasi solut dibawah 1%, dalam hal ini sesuai kandungan asam malat dalam jus apel. Perhitungan tekanan osmotik jus apel mengikuti persamaan sebagai berikut (Alvarez et al. 1998; 2002):

, , ln ⁄ ⁄ (5)

dimana:

Cs2, Cg2, Cm2 = konsentrasi sukrosa, glukosa, asam malat pada permukaan

membran

Ms, Mg, Mm = berat molekul sukrosa, glukosa, asam malat

Mw = berat molekul air

Vw = volume molar air murni (18.07 X 10-3 kmol-1)

2.6.Model Perpindahan Massa RO

Menurut William (2003) model perpindahan massa dengan RO secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu: model termodinamika tidak dapat balik

(irreversible thermodynamics) seperti model Kedem-Katchalsky dan

Spiegler-Kedem; model membran nonpori atau homogen (nonporous or homogeneous

membrane models) seperti model solution-diffusion,

solution-diffusion-imperfection, dan model extended solution-diffusion; dan model pori (pore models) seperti model finely-porous, preferential sorption capillary flow, dan model surface force-pore flow. Masing-masing model memiliki asumsi yang berbeda dalam memprediksi fluksi dengan menggunakan perhitungan matematik.

(35)

RO dan asumsi apakah membran RO tidak berpori atau memiliki pori masih merupakan hal yang diperdebatkan. Belum ada teknik yang dapat menjelaskan hal ini (Williams, 2003).

Model RO yang dikembangkan umumnya untuk aplikasi pemisahan garam atau desalinasi air laut. Model RO untuk desalinasi air laut umumnya menggunakan larutan ideal yaitu larutan garam dengan satu komponen garam yang diketahui konsentrasinya seperti pengembangan model yang dilakukan Murthy dan Gupta (1997) dan Ghiu (2003). Model yang telah banyak digunakan yaitu model preferential sorption-capillary flow yang pertama kali diperkenalkan oleh Kimoura dan Sourirajan (1970) yang termasuk ke dalam model pori, model Spiegler Kedem dan model solution-diffusion yang termasuk kategori model non pori. Penerapan aplikasi RO yang terus berkembang mendorong pengembangan model perpindahan massa dengan RO tidak hanya untuk desalinasi air laut, tetapi juga berkembang untuk aplikasi lain terutama untuk industri makanan dan farmasi.

Salah satu model perpindahan massa untuk RO yang dikembangkan dari larutan garam untuk untuk aplikasi lain adalah model Solution Diffusion (SD). Model ini telah banyak digunakan dan terbukti mampu memprediksi fluksi larutan ideal dari campuran komponen yang telah diketahui konsentrasinya (multisolute

solution) dengan baik. Pengembangan model SD untuk larutan multi komponen

telah dilakukan Sourirajan et al. (1982), Suarez et al. (1992), Kimura et al. (1992) dan Dickson et al. (1994) yang menghasilkan kesesuaian nilai fluksi hasil prediksi dengan fluksi hasil percobaan. Model SD juga digunakan Sourirajan et al. (1982) dan Kimura et al. (1992) yang masing-masing menggunakan larutan campuran D-glukosa – D,L-asam malat dan larutan campuran sukrosa – D-glukosa sebagai simulasi komponen jus dalam rangka mengembangkan model pemekatan dengan RO untuk jus buah-buahan. Kedua penelitian tersebut berhasil mendapatkan kesesuaian antara data percobaan dengan data perhitungan menggunakan model SD.

(36)

menggunakan membran mikrofiltrasi. Model SD untuk pemekatan jus yang telah dikembangkan didasarkan pada model yang digunakan pada filtrasi larutan multikomponen ideal yang mampu menstimulasi komponen jus yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Sourirajan et al. 1982; Kimura et al. 1992). Model SD dikembangkan dengan mengkombinasikan dengan model teori film untuk menggambarkan polarisasi konsentrasi yang terjadi pada permukaan membran. Penggunaan model SD dengan kombinasi teori film mampu menghasilkan kesesuaian dalam memprediksi fluksi pada proses filtrasi jus apel (Alvarez et al. 1997).

Pengembangan model SD untuk jus buah maupun larutan organik dengan RO pada umumnya menggunakan jenis membran RO dengan kondisi operasi TMP tinggi diatas 20 Bar. Penerapan model SD untuk kondisi operasi TMP yang relatif rendah (dibawah 10 Bar) belum banyak dipublikasikan. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan model perpindahan massa untuk RO dengan tekanan rendah (LPRO) adalah ketidaksesuaian nilai fluksi hasil prediksi dengan nilai fluksi hasil percobaan. Williams (1989) melakukan pengembangan model SD untuk RO dengan tekanan rendah untuk larutan organik. Pengembangan yang dilakukan yaitu dengan menambahkan tahanan adsorpsi ke dalam model SD untuk menjelaskan rendahnya nilai fluksi yang didapat dari hasil percobaan. Hal serupa juga dilakukan oleh Bhattacharyya and Madadi (1988); Deshmukh (1989); dan Kothari (1991) diacu dalam Williams (2003).

(37)

2.6.1. Model Solution Diffusion (SD) – teori film

Model SD mengasumsikan membran RO tidak memiliki pori, sehingga pendekatan perpindahan massa hanya terjadi akibat proses difusi. Model SD mengasumsikan semua komponen baik pelarut maupun zat terlarut (solute) larut dalam fase keseimbangan dan berdifusi dengan mekanisme yang sama yang membangun difusi melalui cairan dan padatan (Lonslade 1972 diacu dalam

Alvarez et al. 1997; Williams 2003).

Model difusi larutan pertama kali diperkenalkan oleh Lonslade (1972). Alvarez et al. (1997) menggunakan model ini dikombinasikan dengan teori film untuk memprediksi fluksi permeat pada pemekatan jus apel dengan persamaan sebagai berikut:

J = Lp(ΔP – ΔΠ) (6)

dimana :

J = fluksi

ΔP = tekanan transmembran atau transmembrane Pressure (TMP)

Lp = permeabilitas air

ΔΠ = perbedaan tekanan osmotik antara sisi permeat dan retentat.

Perbedaan tekanan osmotik dihitung sebagai:

ΔΠ = Π(Cm)Π(Cp) (7)

dimana :

Cm = konsentrasi pada permukaan membran

Cp = konsentrasi pada sisi permeat

Alvarez et al. (1997) mengkombinasikan model ini dengan model teori film untuk melibatkan konsentrasi polarisasi yang terjadi. Pada kondisi tunak, konsentrasi pada permukaan membran (Cm) lebih besar dibandingkan konsentrasi

umpan (Cb) karena fenomena polarisasi konsentrasi yang ditunjukkan dengan

persamaan berikut:

(38)

dimana k adalah koefisien transfer massa, dihitung sebagai D/d, D = koefiesien difusi solute dan d = ketebalan lapisan polarisasi konsentrasi. Pada penelitian Alvarez et al. (1997), Cp dianggap sangat kecil sehingga dapat

diabaikan (membran RO yang digunakan memiliki rejeksi NaCl 99%), sehingga persamaan (6) dan (8) ditulis kembali sebagai:

J = Lp(ΔPΠ(Cm) (9)

exp ⁄ (10)

Larutan yang mengandung beberapa komponen (i) dirumuskan dengan persamaan i+1 sebagai berikut:

J = Lp(ΔPΠ(Cmi) (11)

exp ⁄ (12)

Model ini diterapkan oleh Alvarez et al. (1997) untuk memprediksi fluksi permeat pada pemekatan jus apel dengan RO. Penelitian menggunakan membran RO berbentuk turbular dari bahan poliamida (PA) dengan beberapa kondisi operasi. Nilai fluksi yang didapat dari hasil percobaan menunjukkan nilai yang sesuai dengan prediksi fluksi dengan menggunakan model. Parameter operasi TMP diketahui sebagai variabel yang paling penting dalam mengendalikan proses pemekatan jus apel dengan RO. Parameter ini selanjutnya akan dikaji dan juga akan dilihat parameter lain yaitu laju alir dalam memprediksi fluksi pada pemekatan jus jeruk dengan RO.

2.6.2. Model SD – tahanan adsorpsi

(39)

∆ ∆

Model ini juga digunakan oleh Bhattacharyya dan Madadi (1988), Deshmukh (1989), dan Kothari (1991) untuk menjelaskan fluksi air untuk zat organik terlarut yang teradsorpsi oleh membran (Williams, 2003). Pengukuran tahanan adsorpsi didapat dari pengukuran tahanan membran setelah dilakukan filtrasi dengan larutan organik dalam selang waktu tertentu yang dikurangi tahanan instrinsik membran.

2.6.3. Penentuan Koefisien Transfer Massa

Pengembangan model yang dilakukan oleh Alvarez et al. (1997) menggunakan teori film untuk menjelaskan fenomena polarisasi konsentrasi. Fenomena polarisasi konsentrasi menghasilkan persamaan hubungan antara konsentrasi pada umpan dan konsentrasi pada permukaan membran dengan koefisien transfer massa (k). Larutan umpan jus apel yang mengandung beberapa komponen sehingga nilai ini dihitung per komponen karena setiap komponen memiliki sifat yang berbeda seperti sifat difusifitasnya (ditentukan oleh koefisien difusifitas).

Perhitungan koefisien perpindahan massa (ki) pada penelitian Alvarez et al.

(2002) mengikuti persamaan Schock dan Miquel’s yang secara empirik telah terbukti sesuai untuk modul spiral wound dan larutan dengan bilangan Reynold 100 – 1000:

ki = koefisien transfer massa komponen i

dh = diameter hidraulik ekivalen

(40)

ρ = densitas larutan

µ = viskositas larutan

Penentuan bilangan Reynold (Re) dan Schmidt (Sc) untuk fluida dengan viskositas yang dipengaruhi shear rate atau shear stress (apparent viscocity) atau disebut fluida non-Newtonian dimodifikasi dengan melibatkan indeks konsistensi (K) dan indeks perilaku aliran (n). Persamaan bilangan Re dan Sc fluida non-Newtonian untuk aliran laminar (Re > 1800) dapat dilihat pada persamaan berikut (Cheryan 1998):

(15)

Sc DK (16)

dimana: n = indeks perilaku aliran

K = indeks konsistensi

Perhitungan densitas dan viskositas jus apel pada lapisan batas membran sebagai fungsi konsentrasi dan temperatur menggunakan 2 persamaan empirik diteliti oleh Constella et al. (1989) diacu dalam Alvarez et al. (1997; 2002) dengan persamaan sebagai berikut:

ρ = 0.8272 + 0.34708 exp (0.01C) – 5.495 x 10-4T (17)

ln (18)

dengan a = – 0.25801 + 8.11/T dan b = (1.8909 – 3.0212 x 10-3 T dimana:

C = konsentrasi umpan dalam oBrix

μw = viskositas air pada temperatur yang sama

Konsentrasi pada lapisan batas ditetapkan sebagai nilai rata-rata konsentrasi pada umpan dan permukaan membran. Koefisien difusi (Di) glukosa dan sukrosa

(41)

Di = Doi(μw /μ)0.45 (19)

dimana i menunjukkan komponen glukosa atau sukrosa, Doi adalah koefisien

komponen i dalam larutan sangat encer. Nilai Doi untuk glukosa dan sukrosa dari

literatur (Weast dan Astle 1981) pada suhu 25 oC adalah 6.9 X 10-10 dan 5.24 X 10-10 m2 s-1. Nilai Doi untuk asam malat pada penelitian Alvarez et al. (2002)

dihitung berdasarkan persamaan Wilke dan Chang (1955) sebagai berikut:

. Φ .

, . (20)

dimana:

DAB = koefisien difusi solut A dalam pelarut B (m2 s-1)

MB = berat molekul pelarut (kg/kmol)

Vbp,A = volume molar solut pada titik didih normal (m3 kmol-1)

(42)

III.

BAHAN DAN METODE

3.1. Bahan dan Alat

3.1.1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah jus jeruk siam Pontianak hasil mikrofiltrasi ukuran pori 0.1 µm dengan konsentrasi jus sebesar 6.5 – 8 oBrix dan bahan-bahan kimia untuk analisis komposisi kimia konsentrat jus jeruk.

3.1.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu membran mikrofiltrasi buatan GDP Filter ukuran 0.1 μm dengan modul berbentuk hollow fibre berbahan

polypropylene (PP) dan luas permukaan 1 m2 (Gambar 6), membran RO buatan

Saehan Industri Korea tipe RE2012-LP (rejeksi NaCl 93%) berbahan Poliamida (PA), luas permukaan membran 6.4 ft2 (0.59 m2), bentuk lilitan spiral (spiral wound) dengan aliran umpan silang (crossflow fltration) (Gambar 7) dan alat-alat pengujian produk terdiri dari alat gelas dan peralatan pengujian lainnya seperti: refraktometer, neraca, spektrofotometer, pH meter, dan lain-lain. Skema alat RO dapat dilihat pada Gambar 8. Spesifikasi membran RO dapat dilihat pada Tabel 9.

(43)

Gambar 7 Rangkaian alat membran reverse osmosis

(44)

Tabel 9 Spesifikasi membran RO

Spesifikasi Nilai

Luas permukaan membran (m2) 0.59

Panjang membran (m) 0.26289

Lebar feed spacer (m) 0.000508

Maksimum tekanan operasi (MPa) 0.86

Maksimum debit umpan (m3 s-1) 0.000125

Maksimum laju alir ( m s-1)* 0.11

Maksimum temperatur operasi (oC) 45

pH operasi 3.0 -10.0

*hasil perhitungan berdasarkan luas feed spacer = 0.0011 m2

(perhitungan pada Lampiran 1)

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Persiapan bahan baku

Bahan baku yang digunakan adalah jeruk Pontianak (Citrus nobilis L. var microcarpa), spesies Citrus nobilis, genus Citrus, dan famili Rutaceae. Tahapan kerja meliputi persiapan bahan baku meliputi:

ƒ Sortasi, pencucian, pengupasan kulit dan ekstraksi jeruk untuk menghasilkan jus jeruk.

ƒ Penyaringan jus untuk menghilangkan serat halus menggunakan kain saring. Jus selanjutnya disaring menggunakan saringan stainless stell

ukuran 200 mesh.

3.2.2. Mikrofiltrasi

Mikrofiltrasi jus jeruk bertujuan untuk menghilangkan rasa pahit yang disebabkan senyawa limonin dan naringin. Jus jeruk hasil persiapan bahan baku diumpankan ke membran mikrofiltrasi dengan kondisi operasi terbaik yang diperoleh Aghitsni (2008) yaitu tekanan transmembran 1.74 Bar dan laju alir 0.08 m s-1.

3.2.3. Reverse Osmosis

(45)

dilakukan dengan dua cara yaitu filtrasi tanpa pemekatan dan filtrasi pemekatan. Filtrasi tanpa pemekatan dilakukan dengan resirkulasi retentat dan permeat untuk mendapatkan kondisi operasi terbaik dan data untuk pemodelan. Filtrasi pemekatan dilakukan dengan resirkulasi retentat dan pemisahan permeat untuk mendapatkan tingkat pemekatan tertinggi.

Filtrasi tanpa pemekatan menggunakan kondisi operasi 4 laju alir umpan (0.01, 0.015, 0.02, dan 0.03 m s-1) dan 3 tekanan transmembran (4, 6 dan 8 bar). Parameter yang dilihat pada proses ini adalah pengaruh tekanan transmembran dan laju alir crossflow terhadap fluksi, tingkat rejeksi dan kualitas konsentrat jeruk. Analisis terhadap kualitas permeat dan rententat yang diukur meliputi total gula, gula pereduksi, total padatan terlarut (oBrix) dan total asam (Lampiran 2). Pada tahap awal proses filtrasi, keluaran dari membran didaur-ulang (recycling) sampai diperoleh waktu tunak saat tercapai fluksi yang konstan. Pengambilan contoh dilakukan setelah waktu tunak diperoleh. Diagram alir untuk mencapai waktu tunak dapat dilihat pada Gambar 9.

(46)

Gambar 9 Diagram alir penentuan kondisi tunak

3.2.4. Pemodelan

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model difusi-larutan yang dikembangkan Alvarez et al. (1997) untuk pemekatan jus jeruk dan model tahanan adsorpsi yang digunakan oleh Williams (1989) untuk separasi larutan organik.

Model yang dikembangkan mempertimbangkan jus jeruk sebagai larutan multikomponen dan melihat jenis membran yang digunakan. Pemodelan pada akhirnya bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mekanisme perpindahan massa pemekatan jus jeruk dengan RO. Faktor yang berpengaruh dapat berasal dari sifat jus yang dibangun komponen-komponen didalamnya maupun kondisi operasi seperti laju alir atau TMP.

Jus jeruk hasil mikrofiltrasi

Retentat RO

v = 0.01, 0.015, 0.02, 0.03 m s-1 TMP = 4, 6, 8 Bar

Filtrat

Pengukuran Fluksi

Fluksi Konstan?

Kondisi tunak Tidak

(47)

3.2.5. Tahap Pengujian Model

Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap model yang telah diperoleh dari tahapan (3.2.2) dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari hasil percobaan. Parameter yang diuji adalah fluksi permeat. Fluksi yang diperoleh dari hasil percobaan dibandingkan dengan fluksi yang dihitung berdasarkan model. Diagram alir penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Diagram alir penelitian Jeruk Siam

Pontianak

Persiapan bahan baku

(pengupasan, ekstraksi dan penyaringan)

Mikrofiltrasi jus jeruk (TMP 1.74 Bar, v 0.08 m s-1)

RO

(TMP 4,6,8 Bar; v 0.01; 0.015; 0.02; 0.03 m s-1)

Pemodelan

Verifikasi Mulai

Selesai

(48)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. PEMISAHAN JUS JERUK DENGAN REVERSE OSMOSIS

4.1.1. Karakteristik Fisik-kimia Umpan

Larutan umpan yang digunakan untuk penelitian pemekatan jus dari hasil pemisahan mikrofiltrasi (MF) memiliki kandungan dan karakteristik sebagai berikut (Tabel 10):

Tabel 10 Karakteristik fisik-kimia jus jeruk umpan

Karakteristik Nilai pH 4.85

Total padatan (oBrix) 7.8

Total gula (%) 7.6 – 8.5

Total asam (% w/w) 0.36

Vitamin C (mg asam askorbat/100 g) 15.74 Viskositas (cP) (100-200 rpm) 12.8 - 17.8

Berat jenis (g ml-1) 1.03

Salah satu karakteristik larutan umpan yang mempengaruh proses filtrasi dan juga penting dalam analisis pemodelan adalah viskositas. Viskositas jus jeruk yang diukur pada rentang laju putaran 100 – 200 rpm menunjukkan peningkatan nilai dari 12.8 cP hingga 17.8 cP. Hal ini menunjukkan viskositas larutan umpan meningkat dengan peningkatan laju geser. Hubungan laju geser dengan viskositas jus jeruk dapat dilihat pada Gambar 11.

(49)

Perilaku larutan umpan jus jeruk menunjukkan jus jeruk umpan termasuk ke dalam fluida non-newtonian dan bersifat dilatan (shear thickening). Menurut Rao (1995) viskositas fluida non-Newtonian dipengaruhi oleh laju geser dan sifat dilatan ditentukan oleh peningkatan laju geser yang meningkatkan viskositas.

Sifat dilatan juga dapat dilihat dari perhitungan nilai indeks perilaku aliran (n) (Lampiran 4). Hasil perhitungan menghasilkan nilai n sebesar 1.47 yang menunjukkan fluida bersifat dilatan. Nilai n < 1 menunjukkan fluida bersifat pseudoplastis, sedangkan nilai n > 1 menunjukkan fluida bersifat dilatan (Perry & Green 1999).

4.1.2. Fluksi Air, Permeabilitas dan Tahanan Membran

Fluksi air diukur untuk melihat kinerja membran sebelum dan setelah membran digunakan. Permeabilitas membran dihitung dengan mengukur fluksi air pada laju alir tetap dan beberapa tekanan. Pengukuran fluksi pada beberapa waktu dapat dilihat pada Gambar 12.

Pengukuran fluksi air pada laju alir dan perbedaan tekanan tetap menghasilkan fluksi yang stabil pada kisaran waktu yang diuji. Hal ini menunjukkan performa membran terutama kinerja pompa stabil. Fluksi air pada laju alir 0.04 m s-1 dan tekanan transmembran (transmembran pressure – TMP) 0.34 Bar relatif konstan dengan nilai rata-rata 11.37 L m-2 jam-1.

Gambar 12 Fluksi air selama filtrasi pada TMP 0.34 Bar dan laju alir 0.04 m s-1 (data pada Lampiran 5a)

(50)

Permeabilitas membran dihitung dari nilai fluksi air pada beberapa TMP. Nilai permeabilitas merupakan kemiringan (slope) garis persamaan hubungan TMP dengan fluksi air. Grafik hubungan TMP dengan fluksi air dan garis persamaannya dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Grafik hubungan TMP dengan fluksi air pada laju alir 0.01 m s-1 (data pada Lampiran 5b)

Kemiringan garis dari persamaan pada Gambar 13 menunjukkan nilai permeabilitas membran yaitu sebesar 5.18 L m-2 jam-1 Bar-1 atau 1.44 x 10-6 m s-1 Bar-1. Nilai R2 sebesar 0.998 menunjukkan tingkat akurasi persamaan yang sesuai dan mampu mewakili titik-titik hubungan antara TMP dan fluksi sebesar 99.8%.

Nilai permeabilitas membran menunjukkan kemampuan membran dalam melewatkan pelarut murni. Menurut Wenten (1999) permeabilitas membran atau disebut permeabilitas air atau permeabilitas hidrodinamik dinyatakan sebagai Lp.

Nilai ini merupakan fluksi perpindahan pelarut pada keadaan dimana tidak terdapat tekanan osmotik dan aliran terjadi karena adanya beda tekanan. Nilai Lp

bernilai 500 L m-2 jam-1 untuk mikrofiltasi, 50-500 L m-2 jam-1 untuk membran ultrafiltrasi dan <50 L m-2 jam-1 untuk RO (Wenten 1999).

(51)

penelitian ini dapat menahan garam NaCl sebesar 93%, sedangkan modul RO yang digunakan Jesus et al. (2007) mampu menahan garam sebesar 95 %.

Kurva hubungan fluksi air dengan TMP berbentuk linear sama dengan pola yang diperoleh oleh Jesus et al. (2007) yang mengukur fluksi air pada kisaran TMP 20 – 40 Bar. Hubungan linear fluksi air – TMP juga diperoleh Alvarez et al. (2002) pada membran RO skala laboratorium dengan maksimum TMP yang diterapkan 42 Bar, tetapi ketika menggunakan membran RO skala pilot dengan maksimum TMP mencapai 72 bar, hubungan fluksi air – TMP berpola eksponensial. Hal ini terjadi karena adanya kompaktasi membran yang dirumuskan oleh Sourirajan dan Matsuura (1985) melalui korelasi eksponensial fluksi air dan TMP. Kompaktasi membran tidak atau belum terjadi pada membran RO dengan TMP yang relatif rendah (Alvarez et al. 2002).

Nilai tahanan membran merupakan kebalikan dari nilai permeabilitas membran dan dilambangkan sebagai Rm, dimana Rm = 1/Lp. Nilai tahanan

membran RO yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 6.94 x 105 Bar s m-1 atau sebesar 0.19 Bar m2 jam L-1.

4.1.3. Waktu Tunak Larutan Jus

(52)

Gambar 14 Fluksi jus selama proses filtrasi pada TMP 8 Bar dan laju alir 0.03 m s-1 (data pada Lampiran 6)

Penentuan waktu tunak selanjutnya dilihat dari konsentrasi total padatan terlarut (TPT -oBrix) pada permeat dan rejeksi TPT. Pemekatan jus jeruk dengan RO diharapkan semua padatan dapat tertahan dan sebagian besar kandungan air keluar di permeat. Konsentrasi TPT pada permeat tetap sama dari awal filtrasi (Gambar 15). Rejeksi TPT selama 20 menit waktu filtrasi dengan resirkulasi permeat dan retentat juga tetap konstan dari menit pertama (Gambar 16).

(53)

Gambar 16 Rejeksi TPT selama beberapa waktu filtrasi pada TMP 8 Bar dan laju alir 0.03 m s-1 (data pada Lampiran 7)

Hal yang menarik adalah konsentrasi TPT pada umpan yang meningkat di menit ke-4 kemudian setelah itu stabil pada menit ke-6 dan seterusnya (Gambar 14). Hal ini dapat terjadi karena sebagian air terpisah digunakan untuk membasahi dinding membran kemudian secara difusi air melewati dinding membran. Peningkatan konsentrasi TPT pada umpan relatif kecil yaitu 0.2 oBrix, hal ini disebabkan kemungkinan adanya proses adsorpsi solut oleh dinding membran yang mengurangi kandungan TPT umpan.

Berdasarkan nilai fluksi dan rejeksi TPT membran RO maka kondisi tunak diperkirakan setelah proses berjalan 14 menit dimana fluksi dan rejeksi stabil. Untuk itu, waktu tunak yang digunakan untuk pengambilan sampel pada penelitian selanjutnya setelah 15 menit.

4.1.4. Pengaruh TMP dan Laju Alir terhadap Fluksi

Pada TMP sebesar 4,6 dan 8 Bar dan variasi laju alir 0.01, 0.015, 0.02 dan 0.03 m s-1 menunjukkan peningkatan fluksi seiring dengan peningkatan TMP dan tidak diperoleh fluksi yang independent terhadap TMP (Gambar 17). Hal ini kemungkinan disebabkan penggunaan TMP yang relatif rendah pada penelitian ini.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Rejeksi TPT  (%)

(54)

 

Gambar 17 Pengaruh TMP terhadap fluksi pada beberapa laju alir (data pada Lampiran 8)

Pengaruh laju alir pada dilakukan pada 4 variasi laju alir dalam selang 0.01 – 0.03 m s-1 dan kombinasi TMP 4, 6 dan 8 Bar. Peningkatan laju alir pada setiap TMP akan meningkatkan fluksi (Gambar 18). Penggunaan TMP yang tinggi akan menaikkan nilai fluksi terhadap laju alir yang semakin besar.

Tinjauan pengaruh laju alir terhadap kinerja filtrasi jus buah-buahan dengan RO belum banyak dipublikasikan. Alvarez et al. (1997) menggunakan filtrasi RO untuk pemekatan jus apel mendapatkan pola peningkatan fluksi terhadap laju alir dengan pola yang sama.

Gambar 18 Pengaruh laju alir terhadap fluksi pada variasi TMP (data pada Lampiran 8a)

(55)

Pengaruh kondisi operasi (TMP dan laju alir) diuji secara statistik dengan analisis varians (ANOVA) untuk melihat signifikasi antar perlakuan. Hasil analisis menghasilkan nilai probabilitas (Pr) kondisi operasi TMP, laju alir dan interaksi antara TMP dan laju alir lebih kecil dari 0.05 dengan nilai Pr berturut-turut yaitu <0.0001, <0.0001 dan 0.0025 (Lampiran 8b). Hal ini menunjukkan pengaruh TMP, laju alir dan interaksinya berbeda nyata pada taraf nyata α = 0.05 atau selang kepercayaan 95%. Uji lanjut dengan uji Duncan menunjukkan TMP 4, 6 dan 8 Bar berbeda satu sama lain ditunjukkan dengan huruf yang berbeda, begitu juga laju alir menunjukkan perbedaan nilai fluksi antara laju alir 0.01, 0.015 dan 0.02 m s-1. Nilai fluksi tidak berbeda untuk laju alir 0.02 dan 0.03 m s-1 ditunjukkan oleh huruf yang sama pada kedua laju alir. Standar deviasi masing-masing perlakuan menunjukkan nilai yang sangat kecil yaitu antara 0.001 – 0.026. Berdasarkan analisis statistik diperoleh parameter operasi (TMP dan laju alir) serta interaksinya berpengaruh terhadap fluksi, dimana semakin besar TMP dan laju alir maka fluksi yang diperoleh semakin besar. Kondisi operasi terbaik terbaik yang menghasilkan fluksi tertinggi adalah TMP 8 Bar dan laju alir 0.03 m s-1 dengan nilai fluksi sebesar 0.73 L m-2 jam-1.

4.1.5. Pengaruh TMP dan Laju Alir terhadap Rejeksi

Pengaruh TMP terhadap rejeksi total gula (Gambar 19) menunjukkan kenaikan rejeksi total gula dengan peningkatan TMP. Peningkatan rejeksi gula dengan meningkatnya TMP terjadi karena perpindahan pelarut dalam hal ini air meningkat dengan peningkatan TMP. Peningkatan TMP lebih mempengaruhi perpindahan pelarut dibandingkan dengan perpindahan solut. Menurut Alvarez et al. (2002) peningkatan kondisi operasi TMP akan meningkatkan rasio fluksi pelarut dan solut (NB/NA). Rejeksi gula tertinggi sebesar 76.26 % diperoleh pada

TMP 8 Bar dengan laju alir 0.03 m s-1, sedangkan rejeksi terendah dengan nilai 32.29 % didapat dari penerapan TMP 4 Bar pada laju alir 0.01 m s-1.

(56)

Gambar 19 Pengaruh TMP terhadap rejeksi total gula pada variasi laju alir (data pada Lampiran 9a)

Gambar 20 Pengaruh TMP terhadap konsentrasi total gula permeat (data pada Lampiran 9b)

Penurunan konsentrasi total gula pada permeat dengan peningkatan TMP juga seiring dengan penurunan TPT pada permeat. TPT permeat hasil filtrasi RO berkisar antara 1.9 hingga 3.6 oBrix. Penurunan TPT pada filtrasi jus jeruk dengan RO juga didapat oleh Silva et al. (1998) dan Jesus et al. (2007). Pada TMP 20 – 60 Bar dan dengan bahan membran polisulfon (PS) diperoleh TPT sebesar 0.3 –

(57)

3.3 oBrix (Silva et al. 1998), sedangkan dengan membran berbahan PP/PS diperoleh TPT sebesar 0.28 – 1.37 oBrix (Jesus et al. 2007).

Pengaruh laju alir pada filtrasi jus jeruk selanjutnya dilihat terhadap rejeksi total gula sebagai komponen utama yang diharapkan terpisah dari air melalui filtrasi RO. Rejeksi total gula meningkat dengan peningkatan laju alir pada variasi TMP (Gambar 21).

Gambar 21 Pengaruh laju alir terhadap rejeksi total gula pada beberapa TMP (data pada Lampiran 9a)

Berdasarkan nilai fluksi dan rejeksi maka didapatkan kondisi operasi TMP dan laju alir yang terbaik untuk pemekatan jus jeruk dengan menggunakan rangkaian RO dalam penelitian ini adalah TMP 8 Bar dan laju alir 0.03 m s-1 yang menghasilkan nilai fluksi dan rejeksi tertinggi yaitu sebesar 0.73 L m-2 jam-1 dan 76.26 %. Parameter operasi (TMP dan laju alir) berpengaruh terhadap fluksi dan rejeksi, dimana semakin besar TMP dan laju alir maka fluksi dan rejeksi yang diperoleh semakin besar.

4.1.6. Tingkat Pemekatan Jus Jeruk

Tingkat pemekatan jus diukur pada proses secara sirkulasi selama 6 jam dengan resirkulasi retentat dan pengambilan permeat. Kondisi operasi yang digunakan adalah kondisi operasi terbaik pada tahapan penelitian sebelumnya

0.00

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035

(58)

(filtrasi tanpa pemekatan) yang menghasilkan fluksi dan rejeksi tertinggi yaitu pada laju alir 0.03 m s-1 dan TMP 8 Bar. Konsentrasi umpan awal jus jeruk yang digunakan sebesar 6.7 oBrix.

Gambar 22 Fluksi selama pemekatan jus jeruk dengan pengambilan permeat pada TMP 8 Bar, laju alir 0.03 m s-1 dan konsentrasi umpan 6.7 oBrix

(data pada Lampiran 11)

Fluksi menunjukkan penurunan selama proses filtrasi dengan pola parabola. Penurunan fluksi mulai tidak signifikan pada menit 300 atau setelah pemekatan berlangsung selama 5 jam. Hal ini menunjukkan proses pemekatan sudah tidak efektif. Proses pemekatan berhenti ketika tidak ada lagi air yang dapat dipisahkan atau ketika nilai fluksi sama dengan nol. Waktu hingga terhentinya filtrasi diprediksi dari persamaan hubungan fluksi terhadap waktu (Gambar 22).. Persamaan garis menunjukkan hubungan logaritma fluksi terhadap waktu dengan R2 yang cukup baik yaitu sebesar 99%. Nilai fluksi berdasarkan persamaan akan bernilai nol setelah waktu pemekatan berlangsung selama 706 menit atau 11.77 jam (perhitungan pada Lampiran 11).

Penurunan fluksi pada pemekatan jus jeruk dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi pada umpan (Gambar 23). Peningkatan konsentrasi pada sisi umpan menyebabkan peningkatan tekanan osmosis yang berpengaruh terhadap penurunan fluksi. Pengaruh peningkatan konsentrasi umpan terhadap fluksi dapat dilihat pada Gambar 24.

(59)

Gambar 23 Konsentrasi umpan dan permeat selama pemekatan jus dengan pemisahan permeat (data pada Lampiran 12)

Gambar 24 Pengaruh konsentrasi umpan terhadap fluksi selama pemekatan jus dengan pemisahan permeat (data pada Lampiran 13)

Konsentrasi konsentrat jus yang didapat setelah 6 jam pemekatan sebesar 11.8 oBrix dari konsentrasi umpan awal sebesar 6.7 oBrix atau tingkat pemekatan sebesar 76.12 %. Tingkat pemekatan untuk waktu yang lebih lama dapat diprediksi dengan persamaan garis pada Gambar 23. Konsentrasi konsentrat yang didapat ketika fluksi mendekati nilai nol atau setelah pemekatan berlangsung 11.77 jam berdasarkan persamaan pada Gambar 23 yaitu sebesar 16.1 oBrix atau tingkat pemekatan sebesar 141 % (perhitungan pada Lampiran 12). Tingkat pemekatan ini cukup baik untuk pemekatan dengan TMP relatif rendah jika

y = 0.013x + 6.945

Gambar

Gambar 5 Fenomena osmosis. Dua sisi ruang dipisahkan oleh membran semipermeabel ideal
Tabel 7  Tekanan osmotik larutan sukrosa pada suhu 30 oC
Gambar 6 Rangkaian alat membran mikrofiltrasi
Gambar 8  Skema proses reverse osmosis jus jeruk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ditshdqkdfr

Justeru, meskipun Barat mengumumkan bahawa ‘kaunseling’ adalah ilmu ciptaan atau inovasi cetusan aqal mereka, yang mereka angkat sebagai suatu yang

Program Penelitian Terapan Staf PLP (PTSP) dimaksudkan sebagai kegiatan penelitian dalam rangka membina dan mengarahkan para Staf PLP untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan liabilitas menurut laporan

KA Penghubung Pelabuhan: Tanjung Priok &amp; Kalibaru (DKI Jakarta), Cirebon (Jawa Barat), Tanjung Perak (Jawa Timur), Tuban (Jawa Timur), Teluk Lamong (Jawa Timur), Tanjung Emas

Lokasi pengambi/an cuplikan di sungai dan laut pesisir perairan Surabaya yang dipilih secara acak di dua belas (/2) titik. Air diuapkan; sedimen dikeringkan dan dihaluskan;

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan dengan penyempurnaan proses pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan

Diuretik Osmotik (Manitol) menurunkan cairan total tubuh lebih dari kation total tubuh sehingga menurunkan volume cairan intraseluler. Fungsi ginjal,