• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum dalam UndangUndang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum dalam UndangUndang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga T1 BAB II"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

A.

Tinjauan Pustaka

1. Konsepsi Negara Hukum

Ada beberapa konsepsi tentang negara hukum yang dapat dipelajari dari para ahli.

Konsepsi-konsepsi tersebut dapat diuraikan di bawah ini.

a. Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah

‘rechtsstaat’ itu mencakup empat elemen penting, yaitu:

1) Perlindungan hak asasi manusia

2) Pembagian kekuasaan

3) Pemerintahan berdasarkan undang-undang

4) Pengadilan tata usaha negara.1

b. Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap Negara

Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:

1) Supremacy of Law.

2) Equality before the law.

3) Due Process of Law.2

Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di

atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip ‘Rule of Law’ yang

1JimlyAsshiddiqie; Hukum Tata Negara danPilar-PilarDemokrasi: SerpihanPemikiranHukum Media dan HAM; Op Cit.; h. 148.

(2)

dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern

di zaman sekarang.

c. Menurut The International Commission of Jurist, menentukan pula syarat-syarat

representative government under the rule of law, sebagai berikut:3

1) Adanya proteksi konsitusional,

2) Adanya pengadilan yang bebas dan tidak memihak,

3) Adanya pemilihan umum yang bebas,

4) Adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat dan berserikat,

5) Adanya tugas oposisi,

6) Adanya pendidikan civic.

d. Menurut Jimly Asshiddiqie, berdasarkan berbagai prinsip negara hukum yang

telah dikemukakan tersebut dan melihat kecenderungan perkembangan negara

hukum modern yang melahirkan prinsip-prinsip penting baru untuk mewujudkan

negara hukum, maka terdapat dua belas prinsip pokok sebagai pilar-pilar utama

yang menyangga berdirinya negara hukum. Keduabelas prinsip tersebut adalah:4

1) Supremasi Hukum (Supremacy of Law)

2) Persamaan dalam Hukum (Equality before Law)

3) Asas Legalitas (Due Process of Law)

4) Pembatasan Kekusaaan

5) Organ-Organ Penunjang yang Independen

6) Peradilan Bebas dan Tidak Memihak

7) Peradilan Tata Usaha Negara

8) Mahkamah Konstitusi (Constitutional Court)

9) Perlindungan Hak Asasi Manusia

10) Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat)

11) Berfungsi Sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare

Rechtsstaat)

12) Transparansi dan Kontrol Sosial

13) Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa

3Sri Sumantri, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Cetakan IV, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989), hal. 12-13. Sebagaimana ada dalam Ibid, h. 148-149.

4JimlyAsshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia; Sebuah makalah lepas; h. 8-15; Lihat http://www.jimly.com/makalah/namafile/135/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf

(3)

Khusus mengenai hubungan antara gagasan negara hukum dan konsep hak asasi

manusia Jimly Asshiddiqie memberikan penjelasan khusus. Adanya perlindungan

konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu Negara Hukum yang demokratis. Setiap manusia sejak kelahirannya menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang bersifat bebas dan asasi. Terbentuknya Negara dan demikian pula penyelenggaraan kekuasaan suatu Negara tidak boleh mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-hak asasi kemanusiaan itu. Karena itu, adanya perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia itu merupakan pilar yang sangat penting dalam setiap Negara yang disebut sebagai Negara Hukum. Jika dalam suatu Negara, hak asasi manusia terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang ditimbulkannya tidak dapat diatasi secara adil, maka Negara yang bersangkutan tidak dapat disebut sebagai Negara Hukum dalam arti yang sesungguhnya.

Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan

hukum bagi tuntutan penegakannya melalui proses yang adil. Perlindungan

terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam rangka

mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia

sebagai ciri yang penting suatu Negara Hukum yang demokratis. Setiap manusia

sejak kelahirannya menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang bersifat

(4)

Terbentuknya Negara dan demikian pula penyelenggaraan kekuasaan suatu

Negara tidak boleh mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-hak asasi

kemanusiaan itu. Karena itu, adanya perlindungan dan penghormatan terhadap

hak-hak asasi manusia itu merupakan pilar yang sangat penting dalam setiap

Negara yang disebut sebagai Negara Hukum. Jika dalam suatu Negara, hak asasi

manusia terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang

ditimbulkannya tidak dapat diatasi secara adil, maka Negara yang bersangkutan

tidak dapat disebut sebagai Negara Hukum dalam arti yang sesungguhnya. Dalam

pasal 28 I ayat 5 UUD 1945 menyebutkan bahwa untuk menegakkan dan

melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang

demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan

dalam perundang-undangan.

2. Konsepsi Perlindungan Hukum

Ada banyak pakar atau penulis yang memberikan definisi mengenai perlindungan

hukum. Beberapa dapat dicantumkan di bawah ini.

a. Satjipto Raharjo, mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah memberikan

pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungannya tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.5

b. Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan Hukum adalah

perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi

5DefinisiPerlindunganHukuminidiambildari:

(5)

manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari

kesewenangan.6

c. Abdul Mukhtie Fadjar menyebutkan bahwa:

perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengans esama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban

untuk melakukan suatu tindakan hukum.7

d. Pasal 1 Angka 4 UU. RI No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, mengatur bahwa Perlindungan adalah segala upaya yang

ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak

keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak

lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan.

e. Pasal 1 Angka 5 UU RI No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

dalam Rumah Tangga, mengatur bahwa Perlindungan Sementara adalah

perlindungan yang langsung diberikan oleh kepolisian dan/atau lembaga sosial

atau pihak lain, sebelum dikeluarkannya penetapan perintah perlindungan dari

pengadilan.

Sehubungan dengan beberapa pengertian tersebut, perlindungan hukum adalah segala

daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga

pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan

pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada sebagaimana

diatur dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak-hak Asasi

Manusia.Pada prinsipnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria

(6)

maupun wanita. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila haruslah

memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya karena itu

perlindungan hukum tersebut akan melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi

manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam wadah

negara kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai

kesejahteraan bersama.

3.

Undang-Undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 selanjutnya disebut UU

HAM, definisi Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara

hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat.8

Dalam undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia di tentukan

dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang

penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang

hak-hak anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi

Manusia, Pancasila, UUD 1945 dan TAP MPR RI Nomor XVII/MPR.

Berkaitan dengan hak-hak perempuan dan anak untuk memperoleh perlindungan

dari tindak kekerasan dalam rumah tangga, pengaturan dalam UU HAM dapat dilihat

dalam pasal 45 yang berbunyi “hak wanita dalam Undang-Undang ini adalah hak

asasi manusia. Serta dalam pasal 50 diatur bahwa wanita yang telah dewasa dan/atau

(7)

telah menikah berhak untuk melakukan perbuatan hukum sendiri, kecuali ditentukan

lain oleh hukum agamanya. Selain itu dalam pasal 51 ayat 1 yang mengatur bahwa

seorang istri selama dalam ikatan perkawinan mempunyai hak dan tanggung jawab

yang sama dengan suaminya atau semua hal yang berkenaan dengan kehidupan

perkawinannya, hubungan dengan anak-anaknya dan hak pemilikan serta pengelolaan

harta bersama.

4.

Konsepsi Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

1. Pasal 1 Angka 1 UU RI No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan Dalam

Rumah Tangga, mengatur bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap

perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,yang berakibat timbulnya

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/ataupenelantaran

rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,

atauperampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

2. Pasal 1 Angka 1 UU RI No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan Dalam

Rumah Tangga, mengatur bahwa Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

adalah jaminan yang diberikan oleh negara untukmencegah terjadinya kekerasan

dalam rumah tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga,dan

melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga.

3. Korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam

lingkup rumahtangga.

Seperti telah disampaikan dalam Sub Bab tentang Pembatasan Masalah, penulis

tertari untuk mengangkat skripsi ini karena ada satu kata yang tegas yaitu kata

(8)

atau tidak terlihat lagi; hilang; (2) musnah; lenyap; (3) diampuni. Kata menghapus adalah

kata kerja (verb) yang berarti (1) menggosok-gosok sesuatu supaya bersih dan

sebagainya; (2) meniadakan; menghilangkan. Kata menghapuskan adalah kata kerja

(verb) yang berarti (1) menghilangkan (tulisan, noda, dan sebagainya) dengan digosok

dan sebagainya; (2 – kata kerja intransitif) yang berarti menyatakan telah tidak berlaku

lagi; menghilangkan; meniadakan; dan (3) menganggap telah hapus (telah tidak ada);

menganggap telah lunas (tentang utang); mengampuni dosa dan sebagainya. Selanjutnya,

kata penghapusan adalah kata benda (noun) yang berarti proses, cara, perbuatan

menghapuskan; peniadaan; pembatalan dan sebagainya.9

B.

Hasil Penelitian

Hasil Penelitian dalam skripsi ini akan berusaha memperlihatkan gambaran

umum, penyebab KDRT dan beberapa dokumen yang memberitakan tentang KDRT. Hal

ini ditempuh oleh penulis dalam rangka memberi gambaran tentang persoalan hukum

tentang dan di sekitar KDRT.

Dokumen pemberitaan ini tidak sebagai unit amatan dalam rangka studi kasus,

tetapi nantinya akan dihubungkan dalam Analisa, dengan dengan pentingnya penguatan

norma hukum dalam ketentuan-ketentuan hukum, dan pengenalan atas UU No. 23 Tahun

9

KamusBesarBahasa Indonesia/KBBI Online; Lihat: http://kbbi.web.id/hapus ;DikunjungipadaSelasa 18 April 2017, pukul 08.43 WIB.

DefinisiPerlindunganHukuminidiambildari:

http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/

(9)

2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah tangga, demi bekerjanya hukum

secara nyata dalam urusan mengantisipasi dan menyelesaikan masalah hukum KDRT.10

1. Gambaran Umum

Di Indonesia. Almira At-Thahirah pada tahun 2006, menjelaskan bahwa sekitar 24

juta perempuan dari 217 juta penduduk Indonesia terutama di pedesaan mengakui

pernah mengalami kekerasan dan yang terbesar adalah KDRT. Komnas perempuan

pada tahun 2001 melakukan survei pada 14 daerah di Indonesia (Aceh, Palembang,

Jambi, Bengkulu, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur,

Kalimantan Barat, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, NTT) menunjukkan

bahwa kaum perempuan paling banyak mengalami kekerasan dan penganiayaan oleh

orang-orang terdekatnya serta tindak perkosaan di lingkungan komunitasnya

sendiri.11Selain daripada itu menurut Seto Mulyadi, terdapat 60% kekerasan terhadap

anak dilakukan oleh orangtua mereka.12

2. Sebab-sebab Terjadinya KDRT

Menurut Achmad Chusairi, kekerasan terhadap istri pada rumah tangga disebabkan

oleh adanya dominasi sumber ekonomi keluarga, memiliki persoalan psikis di mana

10Dalam hal ini sangat penting mengenal intisari dari ketentuan hukum tentang KDRT ini. Untuk itu silakan membaca Dewi Novirianti, Peri Umar Farouk, Bambang Soetono; Kekerasan Dalam Rumah Tangga;Badan Pembinaan Hukum Nasional &Justice for the Poor Program, The World Bank Social Development Office, Jakarta. Buku ini menjadi acuan utama untuk mengenal dan memperkenalkan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebagaimana diacu dalam skripsi ini.

(10)

trauma masa kecil dan tinggal dalam lingkungan dengan penuh

kekerasan.13Perempuan yang tidak memiliki kemandirian ekonomi maka ia sangat

tergantung pada suaminya. Suami yang memiliki persoalan psikis, baik tekanan

pekerjaan maupun persoalan pribadi di luar rumah. Persoalan psikis itu

mengakibatkan stress yang berujung pada tindakan kekerasan terhadap istri.

Di samping itu, kekerasan yang dilakukan oleh suami berdasarkan hasil ingatan

tentang kekerasan yang di alaminya pada masa kanak-kanak. Suami yang melakukan

kekerasan terhadap istrinya adalah mereka yang penuh menerima perlakuan

kekerasan di masa kecilnya baik oleh orang tuanya maupun lingkungannya. Trauma

masa kecil kemudian diulang kepada istrinya sebagai semacam dendam atas

pengalaman yang menyakitkan.14

Faktor-faktor yang menimbulkan dominasi suami terhadap istri menjadi dua factor,

pertama faktor eksternal; kedua faktor internal. Dan dua faktor tersebut,

menyimpulkan bahwa secara keseluruhan terdapat sedikitnya enam faktor yang

menyebabkan dominasi suami terhadap istri, yaitu;15

a. Fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.

b. Masyarakat masih membenarkan anak laki-laki dengan didikan yangbertumpukan

pada kekuatan fisik, yaitu untuk menumbuhkan keyakinan bahwa mereka harus kuat berani serta tidak toleran.

c. Budaya yang mengkondisikan perempuan atau istri tergantung kepada

laki-laki-laki atau suami, khususnya ekonomi.

d. Adanya persepsi tentang kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga yang di

anggap harus ditutup karena termasuk privasi suami istri dan bukan merupakan permasalahan sosial.

e. Adanya pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama tentang penghormatan

pada posisi suami, tentang aturan mendidik istri dan tentang ajaran kepatuhan istri terhadap suami.

13.Achmad Chusari, Kekerasan Terhadap Istri dan Ketidakadilan Gender; Jakarta,:Paradigma, 1997, h. 54.

14Ibid.

(11)

f. Kondisi kepribadian dan psikologis suami yang tidak stabil (labil).

Bila diperhatikan secara mendalam penjelasan di atas yang disampaikan oleh para

ilmuwan, perbedaan (laki-laki dan perempuan secara sosial (gender)) menduduki

peran yang sangat besar dalam menyumbang KDRT. Untuk merespons cara pandang

tersebut, dalam dua dekade terakhir lahirlah kelompok feminis yang secara khusus

menyoroti kedudukan perempuan dalam masyarakat.16

Feminis berupaya menggugat kemapanan patriarkhi dan berbagai bentuk stereotip

gender lainnya yang berkembang luas dalam masyarakat. Kaum feminism

menyatakan bahwa semua manusia laki-laki dan perempuan di ciptakan seimbang dan

serasi dan mestinya tidak terjadi penindasan antara satu dengan yang lainnya.17

Ada juga pendapat dari TO Ihromi tentang faktor-faktor yang menyebabkan

kekerasan dalam rumah tangga.18

a. Kurangnya komunikasi

Komunikasi dalam suatu keluarga merupakan faktor utama yang menentukan

keharmonisan suatu keluarga. Dengan adanya komunikasi maka antara anggota

keluarga dapat terbuka kepada satu sama lain mengenai keluhan, uneg-uneg,

ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan keluarga tersebut. Apabila sampai

tidak ada suatu komunikasi dalam suatu keluarga tersebut maka dapat dipastikan

akan memperbesar kemungkinan timbulnya konflik yang berujung pada

kekerasan dalam rumah tangga dan hal ini sangat mungkin menimbulkan korban.

b. Penyelewengan

16Ibid. 17Ibid.

(12)

Munculnya orang ketiga dalam hubungan suami istri merupakan masalah besar

yang dihadapi oleh pasangan tersebut. Tak jarang hal itu akan menimbulkan

perceraian ataupun mungkin menimbulkan suatu tindakan KDRT. Hal ini

mungkin saja terjadi misalnya muncul kejadian seorang suami yang mempunyai

wanita selingkuhan, saat sedang kencan tiba-tiba sang istri melihat perbuatan

tersebut. Saat berada di rumah sang istri ingin menanyakan kebenaran hal yang di

lihat, namun sang suami merasa tidak terima dan pada akhirnya akan berujung

pada kekerasan fisik yang dilakukan sang suami kepada istri. Kebanyakan dalam

kasus seperti ini yang menjadi tersangka adalah sang suami dan yang menjadi

korban adalah sang istri ataupun sang anak yang menjadi pelampiasan dari

penyelewengan ini.

c. Frustasi

Faktor ini biasanya muncul apabila sang suami sedang merasa putus asa dengan

pekerjaan yang sedang ia jalani dan kemudian menimbulkan rasa frustasi yang

begitu besar dalam dirinya. Di sisi lain sang istri terus menekan sang suami

menjalankan tanggung jawabnya memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Dengan keadaan yang seperti ini kemudian menyebabkan tingkat frustasi yang

begitu membumbung besar pada diri sang suami yang kemudian membuat tingkat

emosinya meledak. Maka pada akhirnya akan memicu munculnya tindakan

KDRT akibat rasa frustasi dan pemahaman yang rendah diantara anggota keluarga

tersebut.

(13)

Faktor penyebab ini merupakan faktor yang sering muncul pada suatu keluarga

dalam masyarakat perkotaan dengan tingkat kehidupan ekonomi menengah ke

atas. Dengan adanya keadaan demikian kemudian juga membuat tingkat gengsi

yang tinggi pada keluarga tersebut. Masalah akan muncul apabila terjadi suatu

keadaan misalnya yaitu berkurangnya sumber pendapatan, berakhirnya masa

jabatan, dan hal lain yang berkaitan dengan hal tersebut. Dengan munculnya hal

seperti itu kemudian membuat masing-masing anggota keluarga merasa malu

dengan orang sekitar dan kemudian memberikan tekanan yang berlebihan kepada

pihak yang berperan sebagai mencari nafkah, biasanya sang ayah. Akibatnya akan

memicu munculnya potensi KDRT dalam keluarga tersebut.

e. Kekerasan sebagai sumber daya menyelesaikan masalah

Budaya berkaitan erat dengan faktor penyebab ini. Dikatakan demikian karena

apabila seseorang laki-laki apabila dari sejak lahir sudah berada pada lingkungan

yang keras dan terus di didik dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan unsure

kekerasan maka saat ia berkeluarga akan menggunakan kekerasan sebagai sarana

yang paling tepat dan cepat untuk menyelesaikan suatu masalah. Kekerasan sudah

seakan mendarah daging sehingga suatu masalah tidak akan mantap apabila tidak

diselingi dengan tindak kekerasan. Misalkan, ada seorang pria yang berasal dari

lingkungan keluarga preman. Dari kecil ia sudah di latih dan terbiasa dengan

nilai-nilai kekerasan, saat ingin mendapatkan sesuatu yang ia inginkan maka

harus bertengkar untuk memperolehnya. Hingga pada saatnya ia berkeluarga dan

mempunyai seorang istri serta anak. Pada suatu waktu muncul masalah yaitu sang

(14)

terima dan kemudian memukuli sang anak karena tidak mampu memenuhi

keinginan sang bapak untuk mendapatkan nilai yang baik. Dari sini muncul tindak

KDRT pada anak yang di lakukan oleh sang bapak.

Seelau & Seelau, 225, mengatakan bahwa dari beberapa kajian literatur, kekerasan

dalam rumah tangga yang dilakukan oleh laki‐ laki terhadap perempuan hal ini lebih

sering terjadi yaitu kekerasan yang dilakukan laki‐ laki ditujukan kepada

perempuan. Persepsi yang menjadi pelaku kekerasan lebih memungkinkan adalah

laki‐ laki dan yang mengalami kekerasan korbannya adalah perempuan hal ini

berhubungan dengan stereotipe bias gender 19

Hal tersebut terjadi,menurut Worthen & Sullivan, 2005, diakibatkan adanya bias

gender yaitu terdapat perbedaan‐ perbedaan faktor biologis antara perempuan dan

laki‐ laki. Perempuan memang berbeda secara jasmaniah dari laki‐ laki, perempuan

mengalami haid, dapat mengandung, melahirkan serta menyusui yang melahirkan

mitos dalam masyarakat bahwa perempuan berhubungan dengan kodrat sebagai ibu.

Perbedaan ciri‐ ciri perempuan dan laki‐ laki terlihat sejak masa kanak‐ kanak di

mana anak laki‐ laki lebih banyak memperoleh kesempatan bermain di luar rumah

dan mereka bermain lebih lama dari anak perempuan, permainan anak laki‐ laki

lebih bersifat kompetitif dan konstruktif hal ini disebabkan karena anak laki‐ laki

lebih tekun dan lebih efektif dari anak perempuan, serta permainan anak perempuan

lebih banyak bersifat kooperatif serta lebih banyak di dalam ruangan.

Perbedaanperbedaan biologis dan psikologis ini menimbulkan pendapat‐ pendapat

19Sebagaimana ada dalam Anugriaty Indah Asmarany; Bias Gender SebagaiPrediktorKekerasanDalamRumahTangga; JURNAL PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA; VOLUME 35, NO. 1, 1 20 ISSN: 0215-8884; h. 2Lihat:

(15)

atau suatu kesimpulan di masyarakat dimana kesimpulan itu pada umumnya

merugikan pihak perempuan. Kesimpulan itu antara lain adalah laki‐ laki lebih

unggul dan lebih pandai dibanding anak perempuan, laki‐ laki lebih rasional dari

anak perempuan, serta perempuan lebih diharapkan menjadi istri dan ibu. Perbedaan

ini timbul karena sudut pandang yang terkadang salah menginterpretasikan

perempuan sehingga menimbulkan diskriminasi atau kerugian dipihak perempuan.20

Stark & Flitcraft, 1996 bahkan menegaskan bias gender itu berkorelasi dengan

kekerasan dalam rumah tangga. Dari beberapa kajian literatur, istilah bias gender

merujuk pada pandangan tentang maskulinisme dan feminimisme bahwa laki‐ laki

dan perempuan memiliki perbedaan mengenai diri atau identitas mereka

masing‐ masing. Teori individualis mengatakan bahwa perilaku agresi dan kekerasan

dipelajari dari karakteristik maskulin seorang laki‐ laki. Dengan melakukan

kekerasan dalam rumah tangga laki‐ laki merasa menunjukan jati dirinya sebagai

laki‐ laki sejati.21

Hal tersebut dapat dilihat dalam penelitian selama lebih dari dua dasawarsa.

mengemukakan mengenai bias gender yang konsisten berkorelasi dengan kekerasan

dalam rumah tangga. Dari beberapa kajian literatur, misalnya Ybarra, Wilkens dan

Lieberman, 2007, istilah bias gender merujuk pada keadaan di mana individu yang

lahir secara biologis sebagai laki‐ laki atau perempuan, memperoleh pencirian sosial

sebagai laki‐ laki atau perempuan, melalui berbagai atribut maskulinitas atau

(16)

feminitas, yang sering didukung oleh nilai‐ nilai dan sistem simbol masyarakat yang

bersangkutan.22

MenurutWitte, Schroeder, & Lohr, 2006, hal tersebut dikarenakan adanya

penggambaran bahwa lakilaki dianggap lebih berkuasa dan kuat jadi lebih agresif

sehingga bisa menyebabkan kekerasan pada perempuan yang dilakukan dalam rumah

tangga.23

Pada uraian lain, berdasarkan hasil penelitian, faktor penyebabTerjadinya kekerasan

phisik disebabkan karena: (a) suami tidak bekerja, (b) suami tidak menentu

pekerjaannya artinya kadang-kadang bekerja, kadang-kadang tidak, (c) suami

temperamental artinya perilakunya kasar, sering marah, gampang emosional.

Sedangkan kekerasan psikis, latar belakang penyebab terjadinya kekerasan masih ada

kesamaan dengan penyebab terjadinya kekerasan fisik, sebab kekerasan psikis yang

dapat mengakibatkan ketakutan, rasa tidak berdaya dan megakibatkan penderitaan

psikis berat padakorban, disebabkan juga karena suami, ibu dalamrumah tangga yang

temperamental sehingga perilakunya seringkali marah dan mudah emosional. Faktor

lain yang menjadi penyebab tindak kekerasan terhadap perempuan karena pihak

suami tidak mempunyai pekerjaan sehingga mudah emosional dan mudah marah.24

3. Dokumentasi Kasus KDRT

22Ibid. 23

Ibid.

24Arbaiyah Prantiasih, M Yuhdi, Siti Awaliyah; Model Perlindungan Hak Perempuan Korban Tindak Kekerasan Dalam rumah Tangga; Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 1, Pebruari 2015; h. 17. Lihat:

(17)

Dalam bagian ini penulis akan menginformasikan beberapa kasus KDRT untuk

kemudian membahasnya dalam Analisa, khususnya dalam hubungan dengan

norma-norma hukum dari UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga.

a. Istri Tertekan Dipaksa Suami “Threesome” dan Menguruskan Badan 40

Kg.25

LE (42), warga BSD, Tangerang Selatan, mengaku dipaksa suaminya, ES (50),

untuk melakukan hal yang aneh-aneh. Selama 15 tahun umur pernikahan mereka,

baru kali ini LE diminta melayani hubungan seks secara threesome (aktivitas seks

yang melibatkan tiga orang dalam waktu bersamaan) dan diminta untuk

menurunkan berat badannya secara drastis.

Cerita berawal sejak tahun 2014. LE merasa suaminya mulai berubah dengan

meminta untuk berhubungan seks secara threesome dengan salah satu terapis di

tempat spa yang dikelola oleh LE.

Namun, permintaan itu ditolak oleh LE yang diikuti dengan hinaan dari ES.

Bahkan, ES sempat terang-terangan mengutarakan niatnya untuk menikah lagi

alias berpoligami.

"Saya dibilang kalau enggak mau threesome mau nikah lagi sama pegawai di

tempat spa," kata LE di Pengadilan Negeri Tangerang, Kamis (25/6/2015).

25Kompas 25 Juni 2015; Andri Donnal Putera (Penulis) & Ana Shofiana Syatiri (Editor); Istri Tertekan Dipaksa Suami "Threesome" dan Menguruskan Badan 40 Kg; Lihat:

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/06/25/14054021/Istri.Tertekan.Dipaksa.Suami.Threesome.dan. Menguruskan.Badan.40.Kg

(18)

Sejak menolak melakukan threesome, dia sering dihina karena bentuk tubuhnya

yang gemuk. Suaminya pun mendaftarkan LE yang memiliki berat badan sekitar

90 kilogram ke pusat kebugaran. LE kemudian dibekali latihan rutin oleh lima

personal trainer yang diminta langsung oleh ES.

Singkat cerita, berat badan LE berhasil turun ke angka 50 kilogram. Namun, tidak

lama setelah itu, ES kembali meminta LE mengizinkan dia berpoligami.

Permintaan itu ditolak.

Tak menyerah, pada September 2014, ES mengajukan surat izin poligami

langsung kepada LE untuk ditandatangani. LE menolak menandatangani surat

tersebut. Sementara itu, tekanan dari ES semakin menjadi hingga LE dirawat di

Rumah Sakit (RS) Eka Medika, BSD.

Di rumah sakit, LE sempat mau bunuh diri dengan sengaja meminum obat sampai

overdosis, tetapi bisa diselamatkan. Dari saat itu, LE melaporkan ES ke polisi atas

tuduhan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga.

Kasus tersebut sudah masuk ke ranah pengadilan, yakni Pengadilan Negeri (PN)

Tangerang. ES dan LE beserta kuasa hukumnya hadir dalam sidang hari ini

dengan agenda pemeriksaan saksi.

b. Komnas Perempuan: Pemaksaan "Threesome" kepada Istri Termasuk

Kekerasan Seksual.26

Kasus pemaksaan ajakan berhubungan seksual secara threesome, seperti yang

dialami korban LE (42) di Tangerang Selatan, dapat digolongkan sebagai

26Kompas 26 Juni 2015; Unoviana Kartika (Penulis) & Hindra Liauw (Editor); Komnas Perempuan: Pemaksaan "Threesome" kepada Istri Termasuk Kekerasan Seksual; Lihat:

http://megapolitan.kompas.com/read/2015/06/26/08400031/Komnas.Perempuan.Pemaksaan.Threesome.k epada.Istri.Termasuk.Kekerasan.Seksual

(19)

kekerasan seksual. Pelaku tindakan tersebut terhadap LE adalah ES, suami

korban.

Komisioner Komisi Nasional Perempuan Indriyati Suparno mengatakan,

kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dibagi menjadi empat bentuk, yaitu

kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran ekonomi.

"Kalau kasusnya pemaksaan berhubungan seks secara threesome, itu bisa jadi

memang kekerasan seksual. Ini bisa masuk kekerasan psikis. Apabila terjadi luka

fisik, maka termasuk kekerasan fisik juga," tutur Indri kepada Kompas.com,

Kamis (25/6/2015).

Menurut dia, meski dikategorikan menjadi empat bentuk, kasus kekerasan dalam

rumah tangga biasanya tidak bisa berdiri sendiri. Dalam sebuah kasus, sering kali

terdapat beberapa bentuk kekerasan."Biasanya, ditemukan gabungan bentuk

kekerasan, bisa dua atau tiga bentuk," ungkap Indri.

Stres dan depresi merupakan dampak paling umum yang dirasakan korban yang

mengalami kasus KDRT. Bila dibiarkan, KDRT bisa berakibat fatal. Sayangnya,

kata dia, biasanya kasus KDRT baru terungkap setelah kasusnya menjadi besar.

Korban pun sudah menerima kekerasan yang berdampak parah.

Ia pun mencontohkan kasus kekerasan seksual yang dilakukan ES terhadap LE.

Korban telah menderita selama berbulan-bulan, bahkan LE sempat mencoba

(20)

c. KDRT Maut, Satu Meninggal dan Satu Kritis.27

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) berujung maut terjadi di Desa Geneng

RT 03 RW 01 Kecamatan Batealit. Pelaku, Seradju (54) melakukan penganiayaan

terhadap istri dan anaknya. Sang anak meninggal dan istri kritis.

Korban meninggal bernama Afriyanto (15), siswa salah satu MTs di

Raguklampitan Jepara. Adapun sang istri, Siti Hadroh (38) saat ini dalam kondisi

kritis.

Adik korban Siti, Sumanah (32) menjelaskan, kejadian terjadi sekitar pukul 05.00

WIB. Saat itu lingkungan sekitar rumah memang dalam kondisi sepi.

“Yang kali pertama menemukan adalah tetangga kakak saya. Tetangga tersebut

mendengar teriakan,” terang dia.

Mendengar teriakan ini, tetangga langsung mendatangi rumah korban. Saat

ditemukan kedua korban sudah dalam keadaan kritis.

Pelaku awalnya melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya. Melihat sang ibu

dianiaya, Afriyanto mencoba menolong. Sayangnya, ia juga menjadi korban.

“Mengetahui keduanya kritis, warga membawa ke puskesmas dan selanjutnya dirujuk ke RSUD Kartini,” terang dia. Sayangnya, nyawa Afriyanto tak tertolong.

27Suara Merdeka 28 Oktober 2015; Adi Purnomo – Pewarta; KDRT Maut, Satu Meninggal dan Satu Kritis; Lihat:

(21)

d. KDRT Peringkat Pertama Kekerasan Terhadap Perempuan.28

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menduduki peringkat pertama kasus

kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah pada 2015. Menurut Divisi

Informasi dan Dokumentasi LRCKJHAM Kota Semarang Witi Muntari

menyatakan, ada 201 kasus dan korban KDRT selama 2015.

“Peringkat kedua adalah kekerasan dalam pacaran sebesar 68 kasus dan 102 korban. Peringkat ketiga adalah prostitut dengan 48 kasus 479 korban,” kata Witi

saat membeberkan data kekerasan terhadap perempuan selama 2015 di Semarang,

Selasa (8/12).

Adapun untuk korban kekerasan terhadap perempuan selama 2015, ada 477 kasus

dengan 1.227 korban dan 21 diantaranya meninggal dunia.

Sementara Kepala Operasional LRCKJHAM Eko Rusanto menyatakan, perlu

didorong RUU Anti Kekerasan Seksual dalam pembahasan prolegnas.

Pembahasan RUU Anti Kekerasan Seksual perlu segera dilakukan karena hanya

dua bentuk kekerasan yang diakomodir dalam KUHP.

e. Mengapa Wanita Masih Jadi Objek KDRT?29

MENGERIKAN. Semarang darurat Kekerasan dalam Rumah tangga (KDRT).

Lihat saja fakta ini: sebanyak 1.227 korban kekerasan terhadap perempuan

28

Suara Merdeka 8 Desember 2015; Puthut Ami Luhur (Pewarta); KDRT Peringkat Pertama Kekerasan Terhadap Perempuan; Lihat:

http://berita.suaramerdeka.com/kdrt-peringkat-pertama-kekerasan-terhadap-perempuan/ Dikunjungi pada Sabtu 24 April 2017, pukul 07.17 WIB.

29Suara Merdeka 16 Desember 2015; Bambang Isti (Penulis); Mengapa Wanita Masih Jadi Obyek KDRT?; Lihat:

(22)

terdaftar dalam laporan data situasi kasus kekerasan 2015 oleh Legal Resource

Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) Semarang.

“Angka ini meningkat 100 persen dari 2014, yang hanya sebanyak 638 korban

kekerasan,” tegas ketua LRC-KJHAM, Fatkhurozi.

“Jumlah korban meningkat drastis, dan juga ada sebanyak 21 korban meninggal

dunia,” ujarnya lagi ditemui di Kantor LRC-KJHAM di Jalan Kauman Raya no.

61A, Pedurungan, Semarang, Jumat (11/12).

Korban kekerasan ini terbagi dari beberapa jenis kasus. Ada delapan bentuk

kasus, yakni kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan dalam pacaran,

perkosaan, prostitut, buruh migran (Tenaga Kerja Wanita), perbudakan seksual,

pelecehan seksual, dan trafiking.

Kedelapan jenis itu memiliki jumlah kasus sendiri-sendiri, sehingga bila

kedelapan jenis kasus dijumlahkan, maka didapatkan data sebanyak 477 kasus

kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah tahun 2015.

Kekerasan Seksual

Kekerasan terhadap perempuan sendiri juga terdiri dari beberapa bentuk, yakni

kekerasan fisik, kekerasan psikologis, dan kekerasan seksual. “Yang paling

banyak adalah kasus dalam bentuk kekerasan seksual, yang biasanya ada terdapat

pada kasus KDRT. Yakni sebanyak hampir 70 persen dari total bentuk kekerasan

yang ada,” ujar Oji.

Jumlah korban kekerasan terhadap perempuan ini meningkat karena terdapat

beberapa faktor. Faktor pertama adalah adanya deskriminasi jenis kelamin di

(23)

laki-laki, sehingga menimbulkan mindset bahwa perempuan itu lemah. Kekerasan

selalu mengarah kepada yang lemah, bukan kepada yang kuat.

Faktor kedua adalah dampak dari faktor pertama, yakni karena ketiadaan

peraturan perundang-undangan mengenai kekerasan terhadap perempuan, praktek

tradisi, dan juga norma dan agama.

“Contohnya seperti sebuah kasus di kota Semarang, adanya sebuah geng yang

memiliki pemahaman bila tidak meniduri perempuan dianggap tidak jantan, dan

sebagainya,” jelasnya. Hal itu, menurutnya, akan menimbulkan dampak kekerasan

terhadap perempuan.

Untuk mengatasi meningkatnya jumlah korban kekerasan terhadap perempuan,

pihaknya telah melakukan beberapa tugas pokok. “Terdapat program-program

yang kami laksanakan, di antaranya adalah penanganan kasus, seperti penanganan

medis, psikologis, juga rumah aman,” tuturnya.

Peraturan Daerah

Selain itu, program yang lain adalah mengadakan kampanye anti kekerasan

terhadap perempuan, monitorin terhadap kasus-kasusnya, mengadakan laporan

akhir di akhir tahun, dan juga melakukan asistensi kepada unsur pemerintah

dalam pembuatan peraturan daerah.

Selain itu unsur pemerintahan harus menepati janjinya dalam pembuatan

aturan-aturan yang melindungi perempuan. Untuk meminimalisir kasus kekerasan

terhadap perempuan, pemerintah sebenarnya memiliki andil yang besar dalam

pembuatan aturan-aturan yang melindungi perempuan, namun sampai sekarang

(24)

Masyarakat juga harus mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang care

terhadap perempuan. Dengan menciptakan kehidupan bermasyarakat yang peduli

terhadap perempuan, stigma atau mindset deskriminasi jenis kelamin secara

perlahan akan hilang, sehingga mampu menurunkan jumlah kasus kekerasan

terhadap perempuan.

f. Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Meningkat.30

Kasus kekerasan terhadap perempuan di Kota Pekalongan mengalami

peningkatan. Lembaga Perlindungan Perempuan Anak dan Remaja (LPPAR)

Kota Pekalongan mencatat ada 30 kasus kekerasan terhadap perempuan terjadi

sepanjang tahun 2015. Sebagian besar adalah kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT).

Tim Profesi LPPAR Kota Pekalongan Bidang Psikologi Nur Agustina

mengatakan, jika dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah kasus kekerasan

terhadap perempuan meningkat.”Tahun 2014, kasus kekerasan terhadap perempuan tercatat hanya 19 kasus,” terangnya, Minggu (24/1).

Dijelaskan dia, dari 30 kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi

sepanjang tahun 2015, sebagian besar adalah kekerasan psikis. Setelah itu

penelantaran, kekerasan fisik dan perkosaan. Sementara itu, jika dilihat dari

tempat kejadian tindak kekerasan tersebut, sebagian besar adalah rumah tangga.

Yakni sebanyak 21 kasus atau mencapai 70 persen dari jumlah kasus yang terjadi.

30Suara Merdeka 24 Januari 2016; Isnawati (Pewarta); Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Meningkat; Lihat:

(25)

g. KDRT Harus Dipandang Sebagai Masalah Kriminal, Bukan Persoalan

Privat.31

Menurut data yang diperoleh oleh Komisi Nasional Perempuan, laporan

kekerasan terhadap perempuan di ranah rumah tangga atau relasi personal

sepanjang tahun 2015 mencapai 11.207 kasus dari total 16.217 kasus kekerasan

terhadap perempuan.

Dari jumlah tersebut, laporan dipilah dalam bentuk kekerasan terhadap istri (KTI)

sebesar 60 persen, kekerasan dalam pacaran (KDP) 24 persen, kekerasan terhadap

anak perempuan 8 persen.

Sisanya, adalah kekerasan mantan suami, mantan pacar, dan kekerasan terhadap

pekerja rumah tangga.

Tingginya presentase kasus KTI, menurut Ketua Sub Komisi Pemantauan

Komnas Perempuan, Indraswari, menunjukkan bahwa rumah belum menjadi

tempat yang aman bagi perempuan.

Menurut dia, hal tersebut terjadi karena ketimpangan relasi gender antara suami

dan istri masih cukup besar.

"Antara lain itu ditunjukkan dengan posisi subordinat istri dalam institusi

perkawinan," ujar Indraswari di kantor Komnas Perempuan, Jakarta Pusat, Senin

(7/2/2016).

31Kompas 7 Maret 2016; Kristian Erdianto (Penulis) &Sabrina Asril (Editor); KDRT Harus Dipandang Sebagai Masalah Kriminal, Bukan Persoalan Privat; Lihat:

http://nasional.kompas.com/read/2016/03/07/18000671/KDRT.Harus.Dipandang.Sebagai.Masalah.Krimi nal.Bukan.Persoalan.Privat

(26)

Lebih lanjut, dia mengatakan, meskipun sudah ada payung hukum

Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT), namun di tingkat implementasi banyak hal yang harus dibenahi.

"Pembenahan perlu agar tidak kontra produktif, seperti misalnya ada kasus istri

melaporkan KDRT, yang dilakukann suaminya, suami malah menuntut balik,"

ungkapnya.

Tingginya kasus kekerasan dalam ranah personal khususnya terhadap istri,

mendorong urgensi monitoring dan evaluasi UU Penghapusa KDRT.

Menurut penuturan Indraswari, belum pernah diadakan monitoring dan evaluasi

secara menyeluruh terkait implementasinya, meski telah berlaku selama 11 tahun.

"Kekerasan di dalam rumah tangga harus dipandang sebagai masalah kriminal,

bukan semata persoalan privat," ucap dia.

h. Ibu Kota Masih Rentan KDRT.32

Perempuan di Ibu Kota masih rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga,

perkawinan di bawah umur, dan pelecehan seksual. Tak adanya pendidikan bagi

pemberdayaan perempuan membuat perempuan tetap rawan terhadap kekerasan.

Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemimpin DKI Jakarta pada masa depan.

Permasalahan yang masih dihadapi perempuan itu menjadi dasar penyelenggaraan

"Festival Budaya Perempuan: 1001 Cerita Perempuan Ciliwung untuk Kesetaraan

Perdamaian dan Penghapusan Kemiskinan" yang diadakan Institut KAPAL

32Kompas 9 Desember 2016; Egidius Patnistik (Editor), Harian Kompas (Sumber); Ibu Kota MasihRentan KDRT (Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Desember 2016, di halaman 28 dengan judul "Ibu Kota Masih Rentan KDRT".); Lihat:

(27)

Perempuan di Gelanggang Olahraga Remaja Jakarta Timur, Jalan Otista, Jakarta

Timur, Kamis (8/12).

Hadir pada acara itu calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan serta

perwakilan dari tim kampanye calon gubernur DKI Agus Harimurti Yudhoyono

dan Basuki Tjahaja Purnama.

Festival itu menampilkan sejumlah tulisan kaum perempuan dari keluarga miskin

terkait permasalahan kehidupan mereka sehari-hari yang rentan terhadap

kekerasan dan kesulitan ekonomi. Marjinem (47), salah satunya, yang

mengungkapkan kesulitan ekonomi akibat suaminya yang tak bekerja dan

selingkuh.

"Saya nyaris bunuh diri karena hasil saya berdagang sayuran hanya untuk

membayar utang suami. Sampai anak saya putus sekolah karena saya kehabisan

uang," ucapnya.

Direktur Institut KAPAL Perempuan Misiyah mengatakan, kekerasan terhadap

perempuan masih sangat rawan terjadi di tengah Jakarta yang metropolis.

Hal itu terungkap dari catatan yang dituliskan 824 perempuan dari keluarga

miskin di Jakarta. Mereka tergabung dalam Sekolah Perempuan yang didampingi

Institut KAPAL Perempuan. Secara kualitatif, dari catatan itu tergambarkan

bahwa perempuan masih menjadi obyek kekerasan.

Kendati tulisan-tulisan itu berisi gambaran di lingkup keluarga miskin, lanjut

Misiyah, kondisi serupa juga banyak dihadapi perempuan di kelas menengah.

Hanya bedanya, perempuan kelas menengah memiliki pengetahuan dan akses

(28)

"Di kelas menengah, kekerasan terhadap perempuan masih terjadi karena masih

kuatnya budaya patriarki dan tak adanya pendidikan pemberdayaan perempuan,"

ucapnya.

Penyuluhan terkait kesehatan reproduksi saja, kata Misiyah, belum ada di Jakarta.

Hal itu menjadi salah satu penyebab pernikahan usia dini masih terjadi.

Misiyah menambahkan, pemberdayaan perempuan tidak semata pemberdayaan

ekonomi, tetapi juga membangun kesadaran perempuan akan hak-hak mereka di

bidang pendidikan, kesehatan, dan dalam pengambilan keputusan.

"Hal ini harus menjadi perhatian bagi para cagub DKI agar perempuan di Jakarta

dapat lebih berdaya untuk memenuhi hak-haknya," katanya.

Seusai menghadiri acara tersebut, cagub DKI Anies Baswedan menyampaikan

pentingnya perempuan terdidik dalam keluarga. Seorang ibu yang terdidik dapat

memberi pengasuhan yang baik terhadap anak-anaknya.

"Ibu saya, contohnya, merupakan satu dari sebagian kecil kaum perempuan yang

mengenyam pendidikan pada masa lampau. Hasilnya tidak hanya saya yang

merasakan, tetapi juga generasi selanjutnya," ujar Anis.

Firliana Purwanti, yang mewakili cagub Agus Harimurti Yudhoyono (AHY),

mengatakan, dalam program kerjanya, AHY memastikan penggunaan anggaran

untuk melayani perempuan korban kekerasan.

Siswi diperkosa

Salah satu kasus kekerasan seksual terhadap perempuan terjadi terhadap DS (12),

(29)

diduga diperkosa gurunya, WR (30), saat berniat belajar melukis, Rabu (7/12).

Pihak keluarga melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Balaraja, Kamis.

Kepala Polsek Balaraja Komisaris Wiwin Setiawan membenarkan adanya laporan

tersebut. "Kasus ini masih dalam penyelidikan. Kami masih meminta keterangan

sejumlah saksi, termasuk saksi korban. Sementara petugas mengejar terduga

pelaku. Petugas sempat mendatangi rumah terduga pelaku, tetapi sudah kosong,"

kata Wiwin.

Berdasarkan laporan tersebut, kejadian bermula saat korban ditemani rekannya,

EDH (12), tetangga terduga pelaku, mendatangi kediaman terduga pelaku. Korban

ingin terduga pelaku membuatkan lukisan untuknya. Setelah menyampaikan

maksud tersebut, EDH langsung pulang, sementara korban berada di rumah

terduga pelaku.

Saat itulah, terduga pelaku melakukan aksi bejatnya. "Terduga pelaku menyuruh

korban menunggu di dalam kamar. Selanjutnya, ia masuk dan mengunci kamar

itu. Di kamar itu, ia melakukan pelecehan seksual terhadap korban," ujar Wiwin.

Seusai memerkosa korban, terduga pelaku membiarkan korban berlari keluar

rumah. Korban lalu menuju rumah temannya, EDH, yang tinggal tak jauh dari

rumah terduga pelaku.

i. Cegah KDRT, Pengantin Perempuan India Diberi Hadiah Pentungan.33

Menteri Madhya Pradesh, Gopal Bhargava, memberikan pentungan kepada

ratusan pengantin perempuan dalam pernikahan massal di negara bagian India itu

33Tempo 1 Mei 2017; Cegah KDRT, NDTV – India Tody; Yon Dema; Pengantin Perempuan India Diberi Hadiah Pentungan; Lihat:

https://dunia.tempo.co/read/news/2017/05/01/121871252/cegah-kdrt-pengantin-perempuan-india-diberi-hadiah-pentungan;

(30)

Pentungan itu diharapkan dapat melindungi para istri dari kekerasan dalam rumah

tangga atau KDRT yang biasa dilakukan para suami yang mabuk.

Seperti dilansir NDTV, Senin 1 Mei 2017, Bhargava memberi kayu pemukul atau

Mogri, yang biasa digunakan untuk membersihkan kotoran pada pakaian, kepada

hampir 700 pengantin dalam upacara pernikahan massal pada Sabtu lalu

Bhargava mengatakan dia menaruh perhatian penuh terhadap nasib wanita di

pedalaman yang menghadapi kekerasan rumah tangga oleh suami pemabuk.

"Setiap kali saya mengunjungi daerah pedesaan atau perkotaan, wanita mengeluh

tentang kebiasaan minum suami mereka. Mereka memberi tahu saya bahwa

apapun yang mereka dapatkan diambil oleh suami mereka untuk membeli

alkohol. Selain mereka juga mengalami kekerasan fisik," kata Bhargava.

Kayu berukuran hampir setengah meter panjang itu memiliki pesan tertulis,

“Untuk memukul pecandu alkohol" dan "polisi tidak akan ikut campur".

Bhargava merasa bahwa Mogri adalah langkah menuju membawa perubahan

sosial, yang diperlukan untuk mengatasi ancaman kecanduan alkohol dan KDRT

Penjualan minuman keras ilegal adalah isu utama di Madhya Pradesh.

j. Pelaku Tabrak Istri Pernah Dilaporkan ke Polisi karena Kasus KDRT.34

Iwan, pelaku tabrak istri hingga tewas dengan menggunakan truk fuso, ternyata

pernah dilaporkan keluarga istrinya ke polisi. Ia dituduh telah menganiaya sang

istri, Dewi (35).

34Kompas 3 Mei 2017, Ari Maulana Karang (Kontributor Garut – Penulis) & Reni Susanti (Editor);Pelaku Tabrak Istri Pernah Dilaporkan ke Polisi karena Kasus KDRT; Lihat:

http://regional.kompas.com/read/2017/05/03/13505721/pelaku.tabrak.istri.pernah.dilaporkan.ke.polisi.kar ena.kasus.kdrt;

(31)

"Sekitar tahun 2014, sempat dilaporkan ke polisi karena nyiksa Dewi, tapi damai

setelah membuat surat pernyataan," jelas Pardin Supardin (62) orangtua Dewi,

Rabu (3/5/2017).

Menurut Supardin, Dewi dan Iwan memang sering cekcok. Terakhir sebelum

kejadian, mereka cekcok di rumah karena Dewi menagih hutang-hutang Iwan

atasnama Dewi.

"Dewi sering ditekan Iwan yang minta uang karena kerjanya tidak hasil, mulai

buat ganti ban sampai buat turun mesin, Dewi sampai minjam ke orang saya juga

sempat gadai motor, " katanya.

Selain soal itu, sambung Pardin, Iwan juga cemburu pada orang yang menjenguk

anaknya. "Padahal dia teman saya, perawat dari Dinas Kesehatan,

kemarin-kemarin juga sering ke rumah rawat anak saya yang habis operasi," ucapny

Seusai cekcok, Iwan keluar meninggalkan rumah. Dewi pun izin keluar untuk

membeli pulsa dan setelah itu bertemu dengan suaminya.

"Tidak benar Dewi melempari mobil dengan batu, yang ada Dewi sempat

mencegat mobilnya karena ingin membereskan rumah tangganya," ungkapnya.

Pardin menegaskan, sebelum kejadian, Dewi memang telah merencanakan cerai

dari Iwan karena rumah tangganya sering cekcok. Bahkan, sebelum kejadian, ia

pun telah meminta Dewi melapor ke polisi.

"Hari Senin, Iwan nelpon Dewi dan mereka bertemu di luar. Pulang ke rumah,

wajah Dewi sudah memar, saya sudah minta Dewi (buat) laporan dan visum, tapi

Dewi tidak mau, Selasa sore Iwan datang ke rumah dan ribut di rumah sampai

(32)

Rencana Dewi cerai dari Iwan, dibenarkan oleh Devi (30), adik Dewi.

Menurutnya, seminggu lalu, Dewi sempat menanyakan biaya perceraian pada

dirinya. Namun, Dewi diancam Iwan jika berani meminta cerai. "Karena sudah

tidak kuat ribut terus, tapi Iwan ngancam," tuturnya.

Menurut Devi, jika sudah cekcok di rumah saat orangtuanya tidak ada, Iwan

berani sampai merusak peralatan rumah tangga.

"Lemari juga dirusak kalau ribut, saya juga sudah nyarankan pisah, karena ribut

terus dan tidak punya anak, jadi tidak ada yang memberatkan," pungkasnya

k. LPSK Nilai Visum Digratiskan Bisa Permudah Pengungkapan Kasus

KDRT.35

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menyambut baik rencana

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggratiskan visum bagi korban kasus

kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan pelecehan seksual.

LPSK menilai rencana ini sangat mendukung upaya pengungkapan kasus."Karena

dalam tindak pidana KDRT dan pelecehan seksual, visum merupakan suatu

keharusan", kata Wakil Ketua LPSK, Askari Razak melalui keterangan

tertulisnya, Jumat (5/5/2017).

Menurut Askari, adanya penggratisan visum merupakan bentuk dukungan dari

negara terhadap korban yang sudah tertimpa kemalangan akibat kasus yang

dialaminya. Sebab, dalam banyak kasus, kata Askari, proses visum seringkali

menjadi suatu permasalahan.

(33)

Terutama apabila korban berasal dari kalangan tidak mampu. Dampaknya tentu

saja pada proses peradilan suatu tindak pidana yang terhambat karena tidak

adanya visum. "Ini tentu jadi kerugian bagi korban," ujar Askari.

Askari berharap langkah yang diambil Pemprov DKI menjadi pemicu bagi

pemerintah daerah lain untuk mengambil langkah yang sama. Askari menilai

Pemda memiliki wewenang yang besar atas instansi kesehatan, terutama yang

berada langsung di bawah Dinas Kesehatan.

"Semua pihak bisa berperan bagi perlindungan saksi dan korban, termasuk

pemerintah daerah melalui kebijakannya," ucap Askari.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebelumnya

mengungkapkan wacana ini dalam sambutannya di Rakerda Dinas Pemberdayaan,

Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta.

Ahok mengatakan akan mengeluarkan Peraturan Gubernur yang isinya

menggratiskan biaya visum bagi perempuan korban KDRT di RSUD dan

Puskesmas.

"Kalau ada KDRT, sekarang visum masih bayar. Saya sedang siapkan pergub.

Nantinya di RS kami dan puskesmas untuk visum enggak bayar," kata Ahok di

(34)

l. Penelitian Fauziah dan Armis Tamampil.36

Dalam penelitian keduanya tentang Representasi Perempuan Dalam Pemberitaan

KDRT di Media Massa Pada Masyarakat di Wilayah Jakarta (Studi Pemberitaan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Merdeka.com dan Kompas.com),

disimpulkan pokok-pokok di bawah ini.

1) Berdasarkan analisis terhadap berita KDRT pada dua harian tersebut yaitu

Kompas dan Merdeka online dapat disimpulkan, antara lain: Posisi subjek

(pencerita) cenderung di dominasi oleh laki-laki, sedangkan perempuan selalu

diposisikan sebagai objek (yang diceritakan). Penulis memposisikan dirinya

sebagai laki-laki, sehingga teks berita yang ditampilkan pun mengarahkan

pembaca untuk menafsirkan teks berita dalam artikel tersebut dari sudut

pandang laki-laki. Dalam berita yang terkait dengan KDRT merepresentasikan

perempuan (istri) sebagai objek. Teks berita tersebut menjadi bias dalam

merepresentasikan perempuan karena dalam teks berita tersebut suara

perempuan (istri) tidak benar-benar ditunjukkan.

2) Perempuan hanya digambarkan sebagai pemicu tindakan kekerasan dan

akhirnya menjadi korban KDRT yang dilakukan oleh laki-laki

(suami).Representasi perempuan yang selalu dijadikan sebagai objek dalam

teks berita terkait KDRT, dijadikan sebagai bentuk usaha untuk

melanggengkan pemahaman bahwa laki-laki merupakan pihak yang

36Fauziah&ArmisTamampil; RepresentasiPerempuanDalamPemberitaan KDRT di Media Massa PadaMasyarakat di Wilayah Jakarta (StudiPemberitaanKekerasanDalamRumahTangga di Merdeka.com dan Kompas.com) – Woman’s Representation by Mass Media Incase of Domestic Violance in Jakarta (Content Analysis of Domesic Violence by Merdeka.com and Kompas.com); PROMEDIA, VOLUME I, NO 1, 2015; Universitas 17 Agustus 1945 - Jakarta; Lihat:

(35)

menguasai perempuan. Representasi perempuan yang dianggap lemah dan

pasrah serta takluk dalam kekuasaan lakilaki akhirnya menjadi lestari dalam

masyarakat.

3) Konteks ini sejalan dengan pandangan kaum feminis yang menganggap

bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi sebagai usaha laki-laki untuk

mempertahankan dominasi laki-laki terhadap perempuan.Laki-laki dianggap

akan melakukan segala cara untuk melanggengkan sistem patriarki di

masyarakat. Konteks ini pun terlihat dalam kehidupan bermasyarakat di

Indonesia, dimana perempuan selalu identik sebagai korban KDRT. Hal ini

tentunya terlihat jelas di media yang seringkali menampilkan perempuan

sebagai objek atau korban dalam pemberitaan terkait dengan KDRT.

4. CATAHU Komnas Perempuan Tahun 201737

Tentang Catatan Tahunan Komnas Perempuan, dapat dijelaskan bahwa:

a. Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan diluncurkan setiap tahun untuk

memperingati Hari Perempuan Internasional pada tanggal 8 Maret.

b. CATAHU Komnas Perempuan dimaksudkan untuk memaparkan gambaran

umum tentang besaran dan bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan di

Indonesia dan memaparkan kapasitas lembaga pengadal ayanan bagi perempuan

korban kekerasan.

37KomisiNasional Anti KekerasanTerhadapPerempuan; LembarFaktaCatatanTahunan (CATAHU)

KomnasPerempuanTahun 2017; Jakarta, 7 Maret 2017, h. 1; Lihat:

(36)

c. Data yang disajikan dalam CATAHU Komnas Perempuan adalah kompilasi data

kasus riil yang ditangani oleh lembaga layanan bagi perempuan korban kekerasan,

baik yang dikelola oleh negara maupun atas inisiatif masyarakat. Termasuk di

dalamnya adalah lembaga penegak hukum.

d. Data CATAHU juga memuat pengaduan kasus yang diterima, serta hasil

pemantauan dan kajian Komnas Perempuan.

e. Catahu Komnas Perempuan diluncurkan sejak tahun 2001.

Temuan dalam Catatan Tahunan 2017, dapat dibaca dalam rincian di bawah ini.38

a. Ada 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani

selama tahun 2016, yang terdiri dari 245.548 kasus bersumber pada data

kasus/perkara yang ditangani oleh 359 Pengadilan Agama (browsing laman

BADILAG), serta 13.602 kasus yang ditangani oleh 233 lembaga mitra pengada

layanan, tersebar di 34 Provinsi. Data ini turun dari data tahun sebelumnya karena

kendala teknis pendokumentasian di Pengadilan Agama dan perubahan struktur di

beberapa layanan berbasis Negara. Tahun 2017 Komnas perempuan mengirimkan

674 lembar formulir kepada lembaga mitra Komnas Perempuan di seluruh

Indonesia dengan tingkat respon pengembalian mencapai 34%, yaitu 233

formulir.

b. Seperti tahun lalu, kekerasan yang terjadi di ranah personal mencatat kasus paling

tinggi. Data PA sejumlah 245.548 adalah kekerasan terhadap istri yang berujung

pada perceraian. Sementara dari 13.602 kasus yang masuk dari lembaga mitra

pengada layanan, kekerasan yang terjadi di ranah personal tercatat 75% atau

10.205 kasus. Data pengaduan langsung ke Komnas Perempuan lewat juga

(37)

menunjukkan trend yang sama, KDRT/RP Lain menempati posisi kasus yang

paling banyak di adukan yaitu sebanyak 903 kasus (88%) dari total 1.022 kasus

yang masuk.

c. Untuk kekerasan di ranah rumah tangga/relasi personal. Kekerasan terhadap istri

(KTI) menempati peringkat pertama 5.784 kasus (56%), disusul kekerasan dalam

pacaran 2.171 kasus (21%), kekerasan terhadap anak perempuan 1.799 kasus

(17%) dan sisanya kekerasan mantan suami, kekerasan mantan pacar, serta

kekerasan terhadap pekerja rumah tangga.

d. Di ranah rumah tangga/personal, persentase tertinggi adalah kekerasan fisik 42%

(4.281 kasus), diikuti kekerasan seksual 34% (3.495 kasus), kekerasan psikis 14%

(1.451 kasus) dan kekerasan ekonomi 10% (978 kasus).

e. Untuk kekerasan seksual di ranah KDRT/personal tahun ini, perkosaan

menempati posisi tertinggi sebanyak 1.389 kasus , diikuti pencabulan sebanyaj

1.266 kasus. Di tahun ini juga CATAHU dapat menampilkan data perkosaan

dalam perkawinan sebanyak 135 kasus dan menemukan bahwa pelaku kekerasan

seksual tertinggi di ranah KDRT/personal adalah pacar sebanyak 2.017 orang.

f. Kekerasan di ranah komunitas mencapai angka 3.092 kasus (22%), di mana

kekerasan seksual menempati peringkat pertama sebanyak 2.290 kasus (74%),

diikuti kekerasan fisik 490 kasus (16%) dan kekerasan lain di bawah angka 10%;

yaitu kekerasan psikis 83 kasus (3%), buruh migran 90 kasus (3%); dan trafiking

139 kasus (4%). Jenis kekerasan yang paling banyak pada kekerasan seksual di

(38)

g. Di ranah (yang menjadi tanggung jawab) Negara adalah kasus penggusuran

Cakung Cilincing di Jakarta sebanyak 1 kasus dengan 304 korban dan 1 kasus

dari Jawa Tengah Konflik SDA petani melawan perhutani.

h. Ranah personal artinya pelaku adalah orang yang memiliki hubungan darah (ayah,

kakak, adik, paman, kakek), kekerabatan, perkawinan (suami) maupun relasi

intim (pacaran) dengan korban.

i. Ranah komunitas jika pelaku dan korban tidak memiliki hubungan kekerabatan,

darah ataupun perkawinan. Bisa jadi pelakunya adalah majikan, tetangga, guru,

teman sekerja, tokoh masyarakat, ataupun orang yang tidak dikenal.

j. Ranah negara artinya pelaku kekerasan adalah aparatur negara dalam kapasitas

tugas. Termasuk di dalam kasus di ranah negara adalah ketika pada peristiwa

kekerasan, aparat negara berada di lokasi kejadian namun tidak berupaya untuk

menghentikan atau justru membiarkan tindak kekerasan tersebut berlanjut.

k. Mayoritas korban di ranah personal ada di rentang usia 25-40 tahun, demikian

juga dengan pelaku. Sedangkan untuk ranah komunitas sama seperti tahun

sebelumnya, mayoritas usia korban adalah 13 – 18 tahun. Pelaku di ranah

komunitas mayoritas ada di rentang usia 25-40 tahun.

l. Catahu 2017 memberikan perhatian serius pada persoalan:

1) Kebijakan memberikan dispensasi perkawinan adalah ruang penyuburan dan

pelanggengan perkawinan anak. Tahun ini tercatat angka dispensasi

perkawinan yang dikabulkan pengadilan agama sebanyak 8.488 perkara.

Praktik perkawinan anak berkontribusi pada angka kekerasan terhadap

(39)

batas usia perkawinan anak turut mengukuhkan praktik perkawinan anak dan

kekerasan terhadap anak perempuan.

2) Femisida atau pembunuhan terhadap perempuan karena dia perempuan,

adalah isu serius yang menjadi perhatian dunia namun masih minim menjadi

perhatian Indonesia. Setidaknya terlihat dari pendataan yang masih

menyederhanakan isu femisida sebagai kriminal biasa. Tidak digalinya

dimensi kekerasan berbasis gender serta minimnya pelaporan femisida ke

lembaga layanan karena korban sudah meninggal. Dari data yang diolah,

menunjukkan bahwa femisida adalah kekejian yang luar biasa baik dari motif

pembunuhannya, pola pembunuhannya hingga dampak pada keluarganya.

3) Pola kekerasan terhadap perempuan semakin kompleks, beragam pola dan

tingkat kekerasannya, serta lebih cepat dari kemampuan Negara untuk

merespon. Salah satunya adalah kekerasan dan kejahatan cyber yang semakin

rumit pola kasus kekerasannya, dari pembunuhan karakter, pelecehan seksual

melalui serangan di dunia maya yang dirasakan dan berdampak langsung dan

berjangka panjang pada korban, terkadang pelaku sulit dideteksi, namun

respon dan perlindungan hukum belum cukup memadai, karena

disederhanakan menjadi ranah UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik).

4) Kerentanan kelompok dengan keragaman orientasi dan ekspresi seksual

semakin tinggi, dan ruang ekpresi semakin menyempit, hingga mencerabut

hak dasar mereka atas akses penghidupan karena dilarang bekerja (larangan

(40)

5) Diskriminasi dan kekerasan seksual pada penyandang disabilitas perempuan

semakin muncul ke permukaan, karena mulai menggeliatnya upaya untuk

memasukkan layanan disabilitas pada lembaga-lembaga layanan. Kekerasan

seksual pada perempuan dengan disabilitas terjadi karena asumsi bahwa

disabilitas adalah makhluk a-seksual atau menstigma bahwa disabilitas

(terutama disabilitas intelektual) memiliki kebutuhan seksual yang berlebih,

sehingga melanggengkan praktek kekerasan seksual yang terjadi pada

mereka.

6) Pelaksanaan hukuman mati di Indonesia pada tahun 2016 menguatkan temuan

Komnas Perempuan tentang adanya kaitan erat antara kejahatan narkoba,

perdagangan manusia dan migrasi. Perempuan pekerja migran merupakan

salah satu kelompok yang rentan terlibat dan menjadi korban pada kasus

tersebut. Pada sejumlah kasus kejahatan narkoba dimana perempuan sebagai

pelaku, narasi dan latar belakang perempuan hingga menghadapi hukuman

mati, belum didengar dan diperhitungkan dalam proses penyidikan,

penyelidikan dan pengadilan.

7) Ketegangan antara kebijakan pembangunan dengan prioritas politik

infrakstruktur disatu sisi dengan isu-isu hak asasi semakin menguat karena

menyuburnya kebijakan tata bangun dan tata ruang, yang mengakibatkan

penggusuran, perluasan perkebunan, pembabatan hutan adat,dll. Dampak

serius pada perempuan adalah, terancamnya hak dasar atas penghidupan, air,

(41)

8) Komitmen pemerintah untuk menuntaskan pelanggaran HAM masa lalu

belum menyentuh akar persoalan pemenuhan hak korban atas keadilan,

kebenaran dan pemulihan korban. Bahkan hambatan terbesar adalah

dukungan lembaga-lembaga kunci Negara baik kejaksaan maupun institusi

keamanan yang masih belum menunjukkan komitmen politiknya pada

korban. Selain itu politisasi isu komunisme, rasisme, bahkan pembubaran hak

berkumpul semakin menjauhkan upaya penuntasan tersebut.

9) Kriminalisasi mengalami peningkatan. Kriminalisasi pada perempuan korban

KDRT oleh suami atau mantan suami juga harus menjadi perhatian Negara,

antara lain pelaporan balik suami padahal isteri yang seharusnya jadi korban

lebih awal, tuduhan pencurian ATM suami padahal untuk menghidupi

anak-anaknya, tuduhan pemalsuan dokumen karena mengkoreksi identitas suami

dalam kartu keluarga karena masih berstatus lajang. Kriminalisasi oleh

mantan suami juga isu yang penting, selain kekerasan KDRT yang tidak

berhenti dengan perceraian, tetapi paska perceraian juga menyisakan

kekerasan yang sulit disoal oleh perlindungan hukum lain, karena sudah

diluar relasi perkawinan.

10) Data CATAHU menunjukkan bahwa korban masih cenderung datang ke

layanan yang dibuat CSO/LSM yang harus ditelusur lebih jauh penyebabnya.

Padahal Negara tengah memperbanyak layanan di berbagai daerah, dimana

upaya tersebut harus mengedepankan kualitas layanan yang ramah pada

korban, memastikan petugas yang memahami isu dan prinsip layanan yang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian maka menjaga kebersihan pesantren merupakan hal yang sangat penting dan sebagai upaya hidup sehat sekaligus penanaman karakter peduli terhadap lingkungan

negara/daerah yang jumlahnya semakin hari semakin bertambah, sehingga kerugian daerah dapat diantisipasi. Selain itu dengan adanya peraturan ini juga diharapkan agar

Kesimpulan merupakan rangkuman hasil penelitian yang diperoleh melalui interpretasi data, sehingga dapat diperoleh kesimpulan mengenai ada atau tidaknya

Jika ada politisi mengatakan , “a a tidak korupsi itu juga fakta erita da e pu ai nilai berita, entah yang dikatakan politisi itu benar atau salah. Yang jelas ada

merampas nyawa orang lain atas permintaan orang lain tersebut yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati atau atas permintaan keluarganya dalam hal orang lain

Pada tahun 2008, UNICEF ( United Nations Children’s Fund) menyatakan bahawa terdapat sebuah negara yang mempunyai jangka hayat yang paling tinggi iaitu negara Jepun. Hal

Secara umum, teori agensi dan teori sinyal yang digunakan dalam penelitian ini berhasil membuktikan bahwa konflik keagenan akan berkurang jika corporate governance

spiritual, sebagai pebisnis yang jujur dan uang yang dijalankan di usaha Baston food insyallah usaha ini akan berkah karena tidak diselingi dengan pengambilan