PENERAPAN MODEL
SCIENTIFIC PROCESS BASED
LEARNING
(SPBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA
Veni Fuzi Lestari
1, Nandang Hidayat
2, Susi Sutjihati
3ABSTRACT
This study a class action research and the subject of the research is 42 student of class XI Mia 4 at the Cisaat SMA Negeri 1. The aim of the research to increase the student result in biology for domain cognitive domain affective and domain psychomotor, the term Structure and Function of plant and animal tissues through the studying model Scientific Process Based Learning (SPBL). The process of the research action has done on two cycles. Each cycle four stape they are is planning, implementer, observation and reflection. The end of each cycle given test with instruments that has been the validity and tested the reliability. The results of the research show that there is an increasement. It show from the average of the result of the studying domain cognitive every student on class XI Mia 4 pra cycle I that is 69,52 or about 45% from 42 student. On cycle I to be 73,09 or 61% from 42 student, and on cycle II to be 78,45 or about 78% from 42 student. Average for domain affective learning outcomes, pra cycle is 71,39 or about 52%. On cycle I to be 73,01 or about 64% and cycle II that is 75,01 or about 78% with good category. And average of the result of the domain psychomotor learning, for cycle I that is 69,85 or about 42,23% and increase for cycle II that is 72,69 or about 76,19% with high category.The enthusiastic of the students has been increase too on every cycle. Based on the result that has reached, the research has to be a conclusion that on the learning Scientific Process Based Learning (SPBL)that can be increase the result of studying biology of Structure and Function of plant and animal tissues class XI Mia 4 at the SMA Negeri 1 Cisaat Sukabumi district.
Key words: Learning Result, Cognitive, Affective, Psychomotor, Learning model, Scientific Process Based Learning (SPBL).
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, dengan subyek penelitian 42 siswa kelas XI Mia 4 di SMA Negeri 1 Cisaat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi pada kawasan kognitif, afektif dan psikomotor materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dan Hewan melalui model pembelajaran Scientific Process Based Learning (SPBL). Proses penelitian tindakan dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan dan refleksi. Akhir dari setiap siklus dilaksanakan tes dengan instrumen yang telah diuji validitas item tes dan uji reliabilitas item tes. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan. Terlihat dari rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas XI Mia 4 pra siklus yaitu 69,52 atau sekitar 45%% dari 42 siswa. Pada siklus I menjadi 73,09 atau sekitar 61%% dari 42 siswa, dan pada siklus II menjadi 78,45 atau sekitar 78% dari 42 siswa. Untuk rata-rata hasil belajar afektif, pra siklus yaitu 71,39 atau sekitar52%. Pada siklus I menjadi 73,01 atau sekitar 64% dan pada siklus II menjadi 75,01 atau sekitar 78% kategori baik. Dan untuk rata-rata hasil belajar psikomotor, pada siklus I yaitu 69,85 atau sekitar 42,23% dan meningkat pada siklus II menjadi 72,69 atau sekitar 76,19% kategori tinggi. Antusias siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklus. Berdasarkan hasil yang telah dicapai, penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran Scientific Process Based Learning (SPBL) dapat meningkatkan hasil belajar biologi materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dan Hewan kelas XI Mia 4 SMA Negeri 1 Cisaat Kabupaten Sukabumi.
Kata Kunci: Hasil belajar, Kognitif, Afektif, Psikomotor, Model pembelajaran, Model Scientific Process Based Learning (SPBL).
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai bahan integral
kehidupan masyarakat di era global harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan intelektual,
sosial, dan
personal.
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik yang diharapkan mampu
mengembangkan potensinya. Seperti yang terdapat dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional. Pada pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat,
bangsa, dan
negara. Jadi pada akhirnya tujuan pendidikan dapat membantu peserta didik agar nantinya mampu meningkatkan dan
mengembangkan dirinya sebagai pribadi, sebagai anggota
masyarakat, dan sebagai warga negar serta dapat memecahkan berbagai problema kehidupan terutama dalam dunia pendidikan.
Berbagai kemajuan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang sangat pesat sehingga
menuntut adanya upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab professional seorang guru. Upaya
peningkatan mutu guru dan
pendidikan sudah
sejak lama
menjadi komitmen Departemen Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan kemampuan guru dalam
merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran. Maka sekolah sebagai institusi perlu
mengembangkan pembelajaran sesuai tuntutan kebutuhan era global. Dengan
kata lain
pengembangan kualitas tersebut harus disesuaikan dengan
paradigma baru.
Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses
pendidikan yang berkualitas. Dengan kata lain guru tidak hanya sekedar mengajar
(transfer of
knowledge)
melainkan harus menjadi
fasilitator, motivator
ataupun mediator dalam belajar, yang bertujuan untuk
menciptakan kondisi belajar yang mampu mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif sehingga mampu
menguji siswa dalam
memecahkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran. Dan tugas guru disini bertindak sebagai fasilitator yang bertugas memfasilitasi, membimbing, dan mengarahkan
siswa dalam
mengembangkan kemampuan berpikirnya. Sehingga diharapkan adanya pembelajaran kolaboratif dalam mempelajari
biologi dan
meningkatnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi di SMA N 1 Cisaat Kabupaten Sukabumi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa pembelajaran biologi masih menerapkan metode pembelajaran ceramah, diskusi dan praktikum. Pembelajaran di kelas sudah baik namun belum maksimal. Hal tersebut terjadi dikarenakan rendahnya motivasi yang ada pada diri
siswa dalam
materi ajar serta penggunaan model ataupun metode yang kurang bervariasi, karena
penggunaan model jarang digunakan dan kebanyakan hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi serta penggunaan media pembelajaran
yang masih
kurang mendukung, sehingga tidak optimalnya dalam pemerolehan hasil belajar
siswa yang
ditandai dengan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang masih jauh
dari yang
diharapkan. Hal itu terlihat dari rata-rata hasil belajar biologi siswa pada tahun ajaran 2011/2012 hanya mencapai rata-rata nilai sebesar 60 atau 34,37%, dari 32 siswa hanya 11
siswa yang
mencapai KKM dan pada tahun ajaran 2012/2013 dari 42 siswa, yang mencapai KKM sebanyak 19 orang atau 45,23% dengan rata- rata nilai sebesar 69,52.
Walaupun sudah mengalami peningkatan pada persentase hasil belajar, namun secara keseluran belum mecapai
KKM yang
ditentukan oleh guru yaitu 74 dan kriteri
keberhasilan hasil belajar sebesar 75%. Dengan demikian
kesenjangan ini merupakan permasalahan
yang sangat
penting untuk segera
mendapatkan solusi.
Adanya permasalahan tersebut seorang guru dituntut untuk mendesain pembelajaran yang lebih aktif,
kreatif dan
inovatif yang mendorong siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam setiap pembelajaran
(student centered learning), sehingga akan terjadi proses pembelajaran yang aktif dan bermakna dalam mengembangkan berbagai
kemampuan dan pengalamannya siswa.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang berdasarkan pada keaktifan
siswa yang
menggunakan pendekatan
scientific, yang bertujuan
membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan nalar dan daya analisis serta
keterampilan berpikir untuk mengatasi berbagai masalah sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pendekatan
Scientific
merupakan konsep dasar yang
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan
menerapkan karakteristik yang ilmiah. Hal ini merupakan implementasi dari pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013. Pengembangan Kurikulum 2013, dilandasi oleh Peraturan
Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Kurikulum
2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara holistic
(seimbang). Penerapan kurikulum 2013 ini didasari bahwa guru perlu memperkuat kemampuannya dalam
memfasilitasi
siswa agar
terlatih berpikir logis, sistematis,
dan ilmiah.
Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah.
Model yang diduga dapat menyelesaikan masalah di atas adalah model pembelajaran berbasis proses ilmiah / Scientific Process Based Learning. Model ini merupakan penggabungan
dari metode
Problem Based Learning (PBL)
dan metode
Participant Centered
Learning (PCL). Metode berbasis masalah/
Learning (PBL) ini merupakan pembelajaran yang
penyampaiannya dilakukan dengan menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan.
PBL juga
merupakan metode yang menekankan siswa berperan sebagai seolah profesional dalam menghadapi permasalahan yang muncul, meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang minimal, siswa tetap dituntut untuk menentukan solusi terbaik dalam setiap permasalahan. Sedangkan metode
Participant Centered Learning
merupakan metode berdasarkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam
menyelesaikan masalah.
Sehingga model
Scientific Process Based Learning (SPBL)
merupakan model berbasis masalah
berdasarkan pada
keaktifan siswa dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang
berlandaskan pada penguatan keterampilan sains.
Penggunaan model Scientific Process Based Learning (SPBL), diharapkan siswa mampu
menghasilkan produk sains sebagai hasil
karya siswa
dalam memahami konsep-konsep sains baik itu berdasarkan pengamatan, eksperimen, investigasi, ataupun pemahaman siswa sendiri.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas XI Mia 4 SMA N 1 Cisaat Sukabumi, maka perlu dilakukan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai
upaya untuk
meningkatkan hasil belajar dengan
menggunakan model pembelajaran
Scientific Process Based Learning (SPBL).
Rumusan
masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:
1) apakah
penerapan model
Scientific Process Based Learning (SPBL).
Untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cisaat Kabupaten Sukabumi? 2) Bagaimana penerapan model
Scientific Process Based Learning
(SPBL) untuk
meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cisaat Kabupaten Sukabumi?.
Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar biologi materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dan Hewan di Kelas XI Mia 4 SMA Negeri 1 Cisaat Kabupaten Sukabumi hingga memperoleh nilai rata-rata kelas di atas KKM yang telah ditentukan yaitu 74 pada tahun ajaran 2014/2015 serta ketuntasan 75% siswa mencapai KKM sebagai efek
pembelajaran yang diciptakan guru.
Proses pendidikan yang paling penting adalah belajar.
Belajar
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menuju
perkembangan pribadi seutuhnya. Belajar
merupakan hal yang penting dalam kehidupan seseorang sepanjang masa
untuk bisa
bertahan
(survive) dan berhasil (sukses) dalam
menghadapi setiap masalah dalam
mengembangkan keingintahuan, kerjasama ataupun untuk melatih
mengkomunikasi kan kepada orang lain. Belajar banyak diambil dari pengalaman individu itu sendiri ataupun dari orang lain yang berarti belajar itu merupakan proses mendapatkan pengetahuan dan perubahan tingkah laku baik kognitif, afektif atau
psikomotornya.
Sepert i halnya belajar yang
dikemukakan oleh Musfiqon (2012 ; 2), belajar adalah suatu
proses yang
terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya, sejak dilahirkan hingga manusia mati. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dan lingkungan sekitarnya. Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
pada diri
seseorang, yang disebabkan telah terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Bahwasan nya proses belajar itu terjadi karena seseorang mengalami suatu perubahan tingkah laku, perubahan dari tingkah laku ini bisa disebut sebagai hasil belajar.
Seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku yang dialaminya itu bisa berupa perubahan kognitif, afektif ataupun
psikomotor.
Uraian ini
sependapat yang
dikemukakan Gagne, Sudjana (2009 ; 2) mengemukakan
bahwa hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diperlihatkan setelah siswa menempuh pengalaman belajarnya atau proses belajar mengajar.
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,
afektif dan
psikomotor. Dari perubahan tingkah laku yang dialami siswa tersebut,
diharapkan mendapatkan pengetahuan yang dapat menunjang dalam proses berpikir, karena dengan adanya kemampuan berpikir akan memperkaya ilmu pengetahuan dan didapatlah hasil belajar untuk memahami suatu konsep. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Saefullah (2012 ; 204) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah
mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut bergantung pada yang dipelajari oleh siswa. Oleh
karena itu,
apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa
penguasaan konsep.
Menurut Bloom et al.
dalam Kurniawan (2011 : 13) hasil belajar
digolongkan menjadi tiga domain belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Anderson (2013), Hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang ada kaitannya dengan aspek pengetahuan, ingatan, kemampuan berpikir atau intelektual. Pada kategori ini hasil belajar kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu
Mengingat, Memahami, Mengaplikasikan, Menganalisis, Mengevaluasi,
dan Mencipta.
Hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap dan
nilai. Ada
beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang paling dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. Pada kategori ini hasil belajar afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu
Reciving, Responding, Valuing,
Organization, dan
Characterization. Hasil belajar psikomotoris yaitu berupa kemampuan gerak tertentu. Kemampuan gerak ini juga bertingkat mulai
dari gerak
sederhana yang mungkin
dilakukan secara reflex sampai gerak kompleks yang terbimbing hingga gerak kreativitas. Pada kategori ini hasil belajar terdiri dari tujuh tingkatan yaitu Persepsi, Kesiapan, Gerak terbimbing, Gerak terbiasa, Gerak kompleks, Penyesuaian, dan
Kreativitas. Metode pembelajaran sangat menentukan berhasil tidaknya suatu
Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang guru untuk menguasai metode mengajar yang baik agar bisa diterima oleh siswa. Dengan menggunkan metode
diharapkan siswa dapat mencapai suatu
keberhasilan dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan. Dengan demikian metode
pembelajaran memegang peran penting yang digunakan oleh guru, karena keberhasilan implementasi strategi pembelajaran tergantung cara
guru dalam
menggunakan metode pembelajaran yang sudah direncanakan dan disusun secara sistematis tersebut.
Uraia n di atas dapat didukung dengan pendapat yang dikemukana oleh Juma, (2013 ; 13) menyatakan bahwa Metode merupakan cara sistematis untuk mencapai tujuan, prinsip, dan praktikan-praktikan pengajaran. Metode sangat
diperlukan terkait aktivitas
pembelajaran, karena aktvitas pembelajaran menyangkut pencairan, pembentukan, dan transfer ilmu pengetahuan,
yang sering
disebut disebut aktivitas belajar mengajar, metode pembelajaran sangat penting karena berkaitan dengan
penyampaian bahan pelajaran yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar, serta menjadi bahan integral dari sistem
pengajaran. Paradigma pembelajaran telah bergeser dari paradigma lama
(behavioristik) ke paradigma baru (kontruktivistik). Bahwasannya pengetahuan itu merupakan suatu potensi yang dimiliki oleh setiap orang, sehingga otak yang dimiliki oleh seseorang bukan seperti wadah yang siap diisi dengan pegetahuan, tetapi otak yang telah ditumbuhi dengan
pengetahuan itu
harus
dikembangkan dengan maksimal dengan suatu pembelajaran
yang dapat
melatih otak selalu berfikir secara induktif dengan
menyajikan suatu permasalah yang
ada pada
lingkungan, sehingga dari permasalahan tersebut adanya suatu pemecahan masalah yang dapat
diselesaikan. Salah satu model pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian
ini adalah
Scientific Process Based Learning
(SPBL), yang mana model ini merupakan penggabungan dari dua metode yaitu Problem Based Learning
(PBL) dan
Participant Centered
Learning dan satu pendekatan yaitu pendekatan scientific (scientific Approach).
Probl
em based
learning (PBL),
yang mana
metode ini adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berlandaskan pada paradigma
kontruktivisme, yang berorientasi
pada proses
belajar siswa (student-centered learning).
Menurut Siregar (2010 ; 120) berpendapat bahwa Problem based learning
adalah suatu lingkungan belajar di mana masalah
mengendalikan proses belajar mengajar.
Juma (2013;129)
Participant centered learning
(PCL) merupakan sebuah metode pembelajaran yang berbasis pada partisipasi dan keaktifan siswa di kelas. Proses
participant centered learning
biasanya diawali dengan
pertanyaan-pertanyaan dari
guru kepada
siswa secara acak, dilanjutkan dengan diskusi. Pertanyaan yang digunakan guru adalah pertanyaan yang bertujuan menguji
persoalan dan
materi yang
diberikan di kelas.
pembelajaran ini juga menekankan keaktifan siswa di kelas, baik dalam memecahkan persoalan hidup atau berbagai konsep tentang wacana untuk memperkaya pengetahuan.
Sudarwan dalam Majid (2013 ; 194) berpendapat bahwa pendekatan scientific bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan
demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Sehingga jika metode dan pendekatan ini diramu menjadi satu melahirkan sebuah model pembelajaran yang di sebut
Scientific Process Based Learning
(SPBL).
Scientific Process Based Learning (SPBL)
merupakan model pembelajaran yang melakukan pemusatan pembelajaran pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah berdasarkan partisipasi atau keaktifan siswa, yang diikuti dengan penguatan keterampilan sains yang bertujuan untuk menguji
kemampuan nalar dan daya analisis siswa sehingga siswa aktif, kreatif dan membuat siswa berfikir kritis.
Penelitian tindakan kelas diharapkan dapat memotivasi siswa supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam kelompok melalui pembelajaran bermakna yang melibatkan proses interaksi di dalamnya
sehingga secara langsung
berdampak pada peningkatan hasil belajar biologi siswa. Selain itu penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dari
guru dalam
penyajian materi dan pencapaian tujuan
pembelajaran serta sebagai rujukan untuk meningkatkan sistem pendidikan
di sekolah
terutama dalam pelajaran Biologi. Sekolah dapat menerapkan hasil penelitian ini untuk
pengembangan mutu pendidikan sekolah semakin baik lagi.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1
Cisaat yang
berlokasidi Jl.Veteran Km.3
Cisaat Desa
Mangkalaya, Kecamatan Gunungguruh Kabupaten Sukabumi. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas XI Mia 4 yang berjumlah 42 orang yang terdiri dari jumlah siswa perempuansebany ak 30 orang dan siswa laki-laki
sebanyak 12
orang dengan karakteristik yang berbeda baik dilihat dari segi kemampuan, prestasi, serta ekonominya.
Materi yang
disampaikan pada penelitian tindakan kelas
kali ini adalah Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dan Hewan.
Penelitian ini dilakukan pada awal semester I
pada Bulan
Agustus-September tahun ajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini melibatkan peneliti, observer (pengamat). Guru bertindak sebagai pelaksana strategi dan siswa sebagai subjek serta objek yang diteliti.
Penelitian ini berpusat pada penggunaan model pembelajaran sebagai solusi dalam perbaikan, perubahan dan peningkatan dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar biologi.
Penelitian ini meliputi beberapa siklus dan diakhir
tiap siklus
diadakan evaluasi sebagai tolak ukur terhadap
sejauh mana
kompetensi yang
ada mampu
dicapai oleh siswa. Apabila
dalam suatu
siklus belum mampu mencapai
target yang
tetapi apabila penelitian telah tercapai maka penelitian dibatasi hingga siklus tersebut. Penelitian tindakan kelas memliki empat tahapan yaitu: 1) Perencanaan (Planning), 2) Pelaksanaan
(Action), 3)
Observasi (Observation), 4) Refleksi
(Reflection). Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun langkah-langkah persiapan sebagai berikut: a) membuat dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk
dipelajari oleh
guru agar
mendapat
kesiapan terlebih dahulu dalam memahami langkah pembelajaran
yang akan
dilaksanakan di kelas pada saat dilakukannya tindakan, Lembar Kerja Siswa dan tes evaluasi, b) menyiapkan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran dalam rangka optimalisasi proses
pembelajaran, c)
menyiapkan angket kuesioner untuk
memperoleh taggapan siswa kelas XI Mia 4 SMA N 1 Cisaat terhadap model pembelajaran yang
diaplikasikan, d) menyiapkan lembar observasi siswa, untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, e) menyiapkan lembar observasi
guru, untuk
melihat proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang digunakan, f) menyiapkan lembar observasi penilaian afektif untuk menilai
sikap siswa
selama proses pembelajaran berlangsung dan menyiapkan
angket yang
diberikan setiap akhir siklus, g) menyiapkan lembar observasi penilaian
psikomotor (keterampilan proses sains), yang digunakan untuk menilai keterampilan siswa setiap pembelajaran berlangsung, h) meyiapkan dokumentasi berupa foto untuk melihat proses
pembelajaran secara keeluruhan.
Tahap pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan skenario dalam RPP yang telah dibuat. Tahap observasi dan evaluasi dilakukan dengan melakukan pengamatan aktifitas siswa, langkah-langkah model dengan kegiatan guru yang diamati dalam lembar pengamatan dan tes hasil belajar yang diberikan setiap akhir siklus. Tahap analisis dan refleksi dilakuan evaluasi tindakan
berupa data
kualitatif dan kuantitatif, hasil analisis menjadi
dasar dalam
penyusunan refleksi. Kegiatan refleksi dilakukan
ketika guru
sebagai pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan pada siklus
selanjutnya. Proses pembelajaran dilaksanakan
sesuai dengan jadwal
pembelajaran Biologi kelas XI Mia 4 dengan setiap pertemuan berlangsung selama 2 X 45 menit dan pada
satu siklus
terdapat 2 kali pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Deskripsi
tindakan yang dilakukan sesuai dengan langkah kerja/skenario dalam model
Scientifis Process Based Learning
(SPBL). Data dikumpulkan dengan teknik tes dan non tes. Teknik tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
berupa tes
objektif pilihan ganda (multiple choice item test). Tes hasil belajar ini dikalibrasi
dengan uji
validitas dan reliabilitasnya.
Penguump
ulan data
mengenai hasil belajar ranah kognitif
berjumlah 40 soal yang sebelumnya
telah diuji
Tabel 1 Pengump ulan Data Ranah Kognitif (Pengetah uan)
Pengumpu lan data untuk mengukur kemampuan hasil belajar afektif siswa
menggunakan
angket yang
disesuaikan dengan indikator
dari aspek
penialian afektif yang berjumlah 20 pernyataan yang sebelumnya
telah diuji
validitas dan reliabilitasnya.
Tabel 2
Pengum pulan Data Ranah Afektif (Sikap)
Pengumpu lan data untuk mengukur kemampuan hasil belajar
keterampilan menggunakan lembar observasi
yang dibuat
sesuai dengan
kawasan penilaian
psikomotor dalam keterampilan proses sains. Tes hasil belajar keterampilan ini dikalibrasi dengan metode
Jugment ahli.
Tabel 3 Judgment
Instrume n Hasil Belajar Psikomo tor (keteram pilan proses sains)
Pengumpu lan data teknik non tes dilakukan dengan observasi (aktivitas siswa dan pengamatan langkah-langkah model dengan kegiatan guru), wawancara, dan kuesioner.
Kriteria keberhasilan tindakan ini meliputi
keoptimalan pencapaian strategi pembelajaran, ditandai dengan adanya
penyusunan dan penerapan model pembelajaran
yang telah
memenuhi unsur
kesesuaian dengan materi, karakteristik
siswa, dan
pencapaian tujuan pembelajaran yang terlihat dengan
peningkatan hasil belajar biologi
siswa yang
mencakup aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor).
Kompone n yang menjadi indikator
pencapaian komptensi dasar pada penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar biologi dengan
membandingkan skor rata-rata pra siklus, tes ahkhir siklus I dan tes akhir siklus II dengan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Scientific Process Based Learning., pencapaian kompetensi dianggap tuntas
apabila 75%
jumlah siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) (Sanjaya, 2008). Hal itu ditandai dengan
meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar kognitif dan presentase
pencapaian KKM sebesar 75%, meningkatnya rata-rata hasil belajar afektif dan presentase pencapaian sikap
sebesar 75%
siswa mencapai kategori baik, dan meningkatnya rata-rata hasil belajar
psikomotor dan presentase keterampilan sebesar sebesar 75% siswa yang mencapai
kategori tinggi.
HASIL PENELITIAN
Siklus I
Dalam proses pembelajaran siklus I, dari hasil pengamatan terlihat rata-rata hasil belajar biologi siswa meningkat, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I sudah berjalan dengan baik akan tetapi masih ada beberapa siswa
yang kurang
antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, langkah-langkah model
pembelajaran dengan cara guru dalam
peningkatan pada pertemuan ke-2 dibandingkan pertemuan ke-1pada siklus I. Hasil siklus I pada penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil rata-rata belajar siswa dalam aspek
pengetahuan,
sikap dan
keterampilan siswa dibandingkan sebelum dilakukannya tindakan, akan tetapi hasil rata-rata pada siklus I belum memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan sehingga perlu dilakukan tindakan
selanjutnya. Hasil tindakan siklus I dapat dilihat pada gambar 1, 2, 3, 4, dan 5 di bawah ini:
Gambar 1 Hasil Bel aja r Bi olo gi
Sis wa As pe k Pe ng eta hu an pa da Sik lus I.
Berdasark an gambar 1 terdapat
peningkatan hasil belajar biologi siswa.
Peningkatan rata-rata hasil belajar pengetahuan siswa setelah dilakukan tindakan meningkat sebesar 3,54% dengan
presentase pencapaian KKM sebesar 61,9%.
Gambar 2 H as il B el aj ar Bi ol
o gi Si s w a A sp ek Si ka p Si kl us 1
Berdasark an gambar 2 terdapat
peningkatan rata-rata hasil belajar biologi siswa aspek
pengetahuan. Peningakatan rata-rata hasil belajar
pengetahuan siswa setelah dilakukan tindakan meningkat sebesar 1,62% dengan
presentase pencapaian sikap mencapai 64% kategori baik.
Gambar 3 Hasil Bel aja r Bi olo
gi Sis wa As pe k Ke ter am pil an Sik lus 1
Berdasark an gambar 3 terdapat
peningkatan rata-rata hasil belajar biologi siswa aspek sikap. Peningakatan rata-rata hasil belajar sikap siswa setelah dilakukan tindakan meningkat sebesar 1,84% dengan
presentase pencapaian sikap mencapai 57,14% kategori tinggi.
Gambar 4
Akti vita s Bela jar sisw a Per 10 Men it Pad
(a) Rata-rata Hasil Belajar
(b) Presentasi Pencapaian
a Seti ap Tind aka n Sikl us 1.
Berdasark an gambar 4 terlihat pada perhatian yang dilakukan siswa di luar kegiatan proses
pembelajaran
(Off-task) setiap dilakukannya tindakan. Pada tindakan 1 dan 2 terlihat fluktuasi dari tindakan 1 pada menit ke-3 sedangkan pada tindakan 2 pada menit ke-6. Off
task yang
dilakukan pada menit tersebut lebih banyak mengobrol.
Gambar 5
Aktivitas Belajar Siswa Siklus I.
Gambar 5 menunjukan peningkatan aktivitas belajar
siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat terlihat adanya
peningkatan On
task siswa
sebesar 6,81% sedangkan Off task menurun sebesar 6,81%
pada tiap
pertemuan siklus I.
Siklus II
Siklus II dilakukan setelah menganalisis hasil tindakan siklus I. hasil analisis siklus I kemudian dilakukan refleksi oleh peneliti secara
kolaborator bersama observer dan pelaksana
model untuk
melakukan perbaikan-perbaikan kelemahan pada siklus I untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II. Setelah dilakukan tindakan
penelitian, pada siklus rata-rata hasil belajar biologi siswa
pada aspek
pengetahuan,
sikap dan
keterampilan, antusias siswa mengalami peningkatan serta cara atau metode yang digunakan
guru dalam
menerapkan model pembelajaran sudah sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini dapat terlihat dari gambar 4,5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 dibawah ini:
Gambar 6 Hasil Bela jar Biol ogi Asp ek Pen geta hua n Sis wa Sikl us 2.
Berdasark an gambar 6 terdapat
peningkatan rata-rata hasil belajar biologi siswa aspek
pengetahuan. Peningakatan rata-rata hasil belajar
pengetahuan siswa setelah dilakukan tindakan menjadi 78,45 meningkat sebesar 5,39 dengan
presentase pencapaian pengetahuan mencapai 78% .
Gambar 7 Hasil Bela jar Biol ogi Sis wa Asp ek Sika p Sikl us 2.
Berdasark an gambar 7 terdapat
peningkatan rata-rata hasil belajar biologi siswa aspek sikap. Peningakatan rata-rata hasil belajar sikap siswa setelah dilakukan tindakan meningkat sebesar 75,01 atau meningkat
sebesar 14%
dengan presentase pencapaian sikap mencapai 78% kategori baik.
Gambar 8
Bela jar sisw a Per 10 Men it Pad a Seti ap Tind aka n. Berdasark an gambar 8 terdapat
peningkatan rata-rata hasil belajar biologi siswa aspek
keterampilan. Peningkatan rata-rata hasil belajar keterampilan siswa setelah dilakukan tindakan meningkat sebesar 2,84 menjadi 72,69 dengan
presentase pencapaian sikap mencapai 76,19% kategori tinggi.
Gambar 9
Akti vita s Bela jar sisw a Per 10
Men it Pad a Seti ap Tind aka n.
Berdasark an gambar 9 terdapat
peningkatan rata-rata hasil belajar biologi siswa
pada ranah
kogniti, afektif dan psikomotor. Peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi yaitu pada hasil belajar aspek
pengetahuan (kognitif).
Gambar 10
Akti vita s Bela jar sisw a Per 10 Men it Pad a Seti ap Tind aka n Sikl
us 2.
Berdasark an gambar 10 terlihat pada perhatian yang dilakukan siswa di luar kegiatan proses
pembelajaran
(Off-task) setiap dilakukannya tindakan. Pada tindakan 1 dan 2 siklus 2, terlihat fluktuasi dari tindakan 1 pada
menit ke-5
sedangkan pada tindakan 2 pada menit ke-7. Off
task yang
dilakukan pada menit tersebut lebih banyak mengobrol.
Gambar 11
Akti vita s Bela jar sisw a Per 10 Men it Pad a Seti ap Tind aka n.
Berdasark an gambar 11 terlihat fluktuasi dari rata-rata on task dan off task
siswa. Pada
gambar terlihat
pada setiap
diakukan
tindakan terdapat peningkatan pada
on task siswa dan penuruna pada off task siswa.
PEMBAHASAN
Pembahas
an temuan
penelitian meliputi hasil belajar biologi
pada aspek
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor)
yang lebih
khususnya yaitu keterampilan proses sains, pengamatan terhadap aktivitas
siswa dan
pengamatan langkah-langkah model dengan kegiatan guru.
Berdasark
an hasil
pengamatan yang dilakukan selama
dua siklus,
terlihat bahwa rata-rata hasil belajar
pengetahuan
siswa terus
mengalami peningkatan dari sebelum
siklus 1 dan 2. Pada pra siklus rata-rata nilai kognitif siswa adalah 69,52, dengan tingkat pencapaian KKM hanya 45% dari jumlah siswa seluruhnya. Setelah siklus 1 dilaksanakan, rata-rata nilai kognitif siswa meningkat menjadi 73,09 dengan tingkat pencapaian menjadi 61%. Rata-rata nilai kognitif siswa pada saat pra siklus dan siklus
1 meningkat
sebanyak 3,54% dan peningkatan tingkat
ketuntasan sebanyak 19%.
Hasil ini
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajarn
Scientific Process Based Learning
(SPBL) pada
materi jaringan pada siklus 1
sudah dapat
meningkatkan hasil pengetahuan siswa, hanya saja secara
keseluruhan masih dibawah kriteria
keberhasilan yang ditentukan. Maka untuk tercapainya kegiatan proses pembelajaran secara maksimal, diperlukan
perbaikan yang harus dilakukan
pada siklus
selanjutnya dengan variabel yang ditingkatkan pada siklus ke-2 ini adalah sebagai berikut:
a) Proses pembelajara n
1. Hasil belajar kognitif
Hasil belajar kognitif siswa pada pra siklus mencapai 69,52 atau 45% dan mengalami peningkatan setelah
dilaksanakannya siklus 1 yaitu rata-rata hasil belajar mencapai 73,09 atau 61%. Namun pada siklus pertama belum mencapai kriteria
ketuntasan yang ditentukan yaitu 75%. Maka untuk perbaikan di siklus-2 dalam mengatasi hasil belajar kognitif perlu adanya perbaikan dalam cara atau metode
guru dalam
mengaplikasikan model
pembelajaran yang diinginkan. Sehingga tujuan dalam
pembelajaran tercapai dengan
hasil yang
diharapkan.
2. Hasil belajar afektif
Hasil belajar afektif pada pra siklus sebesar 71,39 atau 52% dan siklus pertama rata-rata afektih hanya mencapai 73,01 atau 64%. Maka pada hasil belajar afektif belum mencapai kriteria
ketuntasan sebesar 75%.
Maka untuk
perbaikan dalam hasil belajar afektif lebih ditingkatkan lagi arahan serta motivasi guru kepada siswa
agar siswa
terpacu dalam segala kegiatan
pada proses
pembelajarn di sekolah.
3. Hasil belajar psikomotor
Hasil belajar
psikomotor pada
siklus 1
pertemuan pertama sebesar
68,93 dan
pertemuan kedua
70,77. Maka
Untuk perbaikan
dalam hasil
belajar
psikomotor/keter ampilan siswa terutama dalam pengamatan yaitu
dengan cara
memperbaiki metode/cara guru dalam
membimbing atau mengarahkan siswa pada proses pembelajaran.
Selain hasil belajar, yang harus
ditingkatkan pada saat
berlangsungnya proses
pembelajaran yaitu aktivitas siswa,
Aktivitas siswa pada siklus 1 on-task sebesar 65,21% dan off-task sebesar 33,78% dan pada pertemuan kedua
on-task sebesar
72,02% dan off-task sebesar 26,97% walaupun
on- task siswa mengalami peningkatan namun harus dilakukan pada siklus 2 supaya pada saat proses pembelajaran lebih kondusif. Maka perbaikan dalam aktivitas
siswa yaitu
dengan cara
membimbing dan memperhatikan siswa sehingga
siswa lebih
termotivasi dan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Ada beberapa faktor yang menjadikan kurang
tercapainya kriteria ketuntasan
sebesar 75%
yaitu: 1)
tersebut berdasarkan evaluasi dan wawancara pada beberapa siswa yang dilakukan peneliti. 2) Pada
saat proses
pembelajaran masih ada saja yang bercanda, sehingga
mengganggu konsentrasi kelompok lain.
Selain perbaikan dalam setiap variable
yang ingin
ditingkatkan, dalam proses pembelajaran juga perlu adanya perbaikan yaitu:
a) Pemilihan siswa secara acak dipilih dengan cara diundi yang terdiri dari dua kocokan yang pertama kocokan unuk menentukan kelompok, yang
kedua untuk
menentukan giliran siswa. b)
Pengaturan waktu lebih tepat sesuai dengan alokasi yang terdapat pada rencana pelaksaan pembelajaran. Alokasi waktu untuk kegiatan
pembuka 10
menit, kegiatan inti 65 menit, dan kegiatan penutup 15 menit. Dan untuk kegiatan pengamatan setiap kelompok di beri tugas
masing-masing sehingga jika sudah
menemukan objek kelompok
bisa tukar
informasi, sehingga untuk pelaksaan dikusi bisa teralokasikan dan kegiatan tes formatif bisa terlaksanakan dengan baik. c)
Pemberian reward berupa pujian (lisan) dan pemberian star smart kepada setiap kelompok yang terbaik. Guru
menyediakan star smart berwarna merah dan biru berdasarkan tingkatannya yaitu sangat baik diberikan pada kelompok yang terbaik dan biru baik diberikan kepada kelompok yang aktif dan kerjasama antar kelompoknya baik. Diberikan bertujuan untuk memacu supaya kelompok lebih aktif dan lebih semangat untuk mengikuti pembelajaran. d)
Lebih memotivasi siswa supaya lebih aktif dalam pembelajaran dengan penggunaan metode yang lebih baik lagi seperti
penggunaan kocokan untuk
memilih siswa
secara acak
sehingga setiap siswa siap dan berkontribusi
aktif untuk
mengeluarkan tanggapan dan pendapatnya dalam merumuskan masalah. e) Lebih memperhatikan siswa supaya lebih kondusif, memotivasi siswa sehingga dapat berpartisipasi aktif pada saat kegiatan
pembelajaran. Pembimbingan dan pengarahan siswa pada saat kegiatan
pengamatan lebih ditingkatkan supaya jalannya diskusi juga dapat berjalan lancar. f) Siswa harus lebih dimotivasi dan diarahkan sehingga siswa dapat
berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Berdasark
an hasil
penelitian bahwa, rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada akhir siklus 1 adalah
73,09 masih
belum mencapai KKM yaitu 74, jumlah siswa
yang sudah
mencapai KKM hanya 26 orang siswa atau 61%, masih dibawah
kriteria keberhasilan yaitu 75%. Oleh
karena itu,
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Scientific Process Based Learning
(SPBL) masih
harus dilakukan pada siklus 2 agar dapat mencapai kriteria
keberhasilan yang ditentukan. Setelah dilakukannya tindakan pada siklus 2, rata-rata nilai belajar kognitif siswa menjadi 78,45 meningkat sebanyak 5,39, jumlah siswa yang mencapai nilai diatas KKM
sebanyak 33
orang atau 78%, meningkat sebanyak
sebanyak 17% dari siklus 1. Hasil rata-rata perolehan nilai belajar kognitif pada siklus 2 sudah melewati KKM yang telah ditentukan yaitu
74, dengan
tingkat
ketuntasan lebih
dari 75%.
tindakan kelas
yang telah
dilaksanakan. Hal itu sesuai dengan yang
dikemukakan Saefullah (2012 ; 206) bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan.
faktor yang
datang dari diri siswa adalah kemampuan yang dimilikinya. Faktor ini besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang
dicapai. Di
samping faktor yang dimilki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar,
minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar
ketekunan, sosial ekonomi, fisik
dan psikis.
Dengan adanya faktor tersebut maka tidak sulit bagi siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik. Dalam penelitian tindakan kelas ini diguanakan model pembelajaran
Scientific process based learning.
Dalam pembelajaran dengan model ini siswa
dikondisikan untuk berperan aktif agar siswa mampu mengasah daya nalar dan analisis siswa supaya berfikir kritis terhadap suatu
permasalahan yang diberikan oleh guru. Karena ciri utama dalam pembelajaran berbasis masalah
ini adalah
orientasi terhadap masalah yang diberikan untuk mengahasilkan sebuah pemahaman konsep-konsep ataupun hasil
karya. Maka
dalam model pembelajaran ini terdapat tujuan yaitu a) adaptasi dan partisipasi
dalam suatu
perubahan, b) pemikiran yang kreatif dan kritis, c) apresiasi dari berbagai cara
pandang, d)
kemajuan
mengarahkan diri
sendiri, e)
kemampuan komunikasi yang
efektif, f)
kolaborasi tim yang sukses, g) uraian
dasar-dasar atau
argumentasi pengetahuan, h)
pemanfaatan sumber-sumber yang bervariasi dan relevan. Dengan adanya tujuan di atas secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil kognitif siswa, maka jika tujuan di atas tercapai maka hasil belajar siswa juga akan baik.
Faktor lain yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran di kelas adalah guru. Dalam model pembelajaran
Scentific process based learning
guru sebagai fasilitatordan dituntut untuk mampu
berinovasi di kelas. Kondisi ini dapat membuat interkasi antara siswa dan guru menjadi
meningkat. Siswa
dapat dapat
langsung
bertanya apabila menemukan
kendala dan
kesulitan dalam pembelajaran sehingga dapat lebih memahami
materi yang
sedang dipelajari. Beber apa faktor yang dikemukakan di atas merupakan
faktor yang
menunjang kondisi belajar
yang kondusif untuk
dilaksanakannya pembelajarn yang berimplikasi pada meningkatnya hasil belajar
siswa pada
penelitian tindakan kelas ini. Berdasarkan hal tersebut maka model
pembelajaran
Scentific process based learning
cukup efektif untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Selain peningkatan pada ranah kognitif, peningkatan juga terjadi pada hasil belajar sikap antara pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Pada pra siklus, rata-rata nilai sikap siswa adalah 71,39,
hasil ini
meningkat sebanyak 1,62% pada siklus 1 menjadi 73,01 dengan kategori baik. Jumlah siswa yang sudah mencapai
kategori baik
sebanyak 22
orang atau 52% dan meningkat sebanyak 12% menjadi 73,01
sebanyak 27
orang siswa atau
64%. Hasil
ketuntasan yang telah ditentukan
yaitu 75%
walaupun rata-rata nilai sudah mencapai
kategori baik, sehingga
pengukuran kemampuan sikap dilaksakan pada siklus 2.
Rata-rata nilai hasil belajar sikap juga meningkat pada siklus-2. Dari hasil siklus-1, nilai rata-rata meningkat sebesar 14% dari 73,01 menjadi 75,01 dengan kategori baik. Tingkat
ketuntasan pencapaian sikap dengan kategori baik meningkat sebanyak 1,62% dari mulai pra siklus sampai siklus-1, dan 2% dari mulai siklus-1 ke siklus-2. Peningkatan rata-rata hasil belajar sikap setelah tindakan siklus-1 dan siklus-2 sudah mencapai kriteria
keberhasilan yang ditentukan yaitu 75% siswa yang mencapai nilai dengan kategori baik.
Penin gkatan hasil belajar afektif pada penelitian tindakan kelas ini tidak terlalu signifikan apabila
dibandingkan dengan hasil belajar kognitif, karena perubahan sikap seseorang tidak terjadi secara cepat melainkan perlahan-lahan.
Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan
oleh Nana
sudjana (2005; 30) Tipe hasil belajar afektif tampak pada
siswa dalam
berbagai tingkah laku seperti, perhatiannya terhadap pelajaran,
disiplin, motivasi belajar, dan hubungan sosial.
Maka sikap
pribadi siswa yang ada dalam dirinya menjadi
faktor yang
menunjang peningkatan kemampuan afektif pada penelitian tindakan kelas ini. Setiap siswa mempunyai sikap dan cara pandang
yan berbeda
terhadap sesuatu.
Siswa yang
mencapai nilai afektif rendah bukan berarti mempunyai kepribadian yang
jelek atau
sebaliknya. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa
ahli mengatakan
bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Suasana kelas yang kondusif, pembelajarn yang menyenangkan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran menjadi faktor eksternal yang menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran. Apabila siswa merasa senang
dan nyaman
ketika belajar maka sikap dan cara pandang siswa atas belajar perlahan-lahan akan berubah. Pada penelitian ini, penggunaan model
pembelajaran
Scentific process based learning
memegang peranan yang penting dalam proses
pembelajaran. Selain terdapat
peningkatan pada pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif), peningkatan juga terdapat pada hasil belajar keterampilan (psikomotor).
Hasil belajar keterampilan setiap dilakukan tindakan
mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama siklus-1 sebesar 68,93 (cukup),
pertemuan kedua siklus-1 70,77 (tinggi), dan pertemuan pertama siklus-2 adalah 72,23 (tinggi) dan
pertemuan 2
siklus-2 adalah 73,15 (tinggi). Sedangkan ketuntasan kategori keterampilan pada pertemuan pertama sikus-1 adalah 54,76%, pertemuan kedua siklus-1 57,14% dan pertemuan kedua siklus-2 sebesar 69,04%, sedangkan pertemuan kedua siklus-2 sebesar 76,19%. Rata-rata hasil belajar psikomotor mengalami peningkatan
mulai dari
kategori cukup sampai tinggi.
Hasil belajar psikomotor mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus-1 hasil belajar sebesar 69,85 dengan
psikomotor sebesar 45,23% dengan kategori
cukup dan
mengalami peningkatan pada
siklus ke-2
dengan hasil belajar sebesar 72,69 dengan presentase pencapaian psikomotor sebesar 76,19% dengan kategori psikomotor yaitu tinggi.
Peningkatan rata-rata hasil belajar psikomotor sudah mencapai kriteria
sebesar 75%
siswa yang
mencapai tinggi. Dari data yang diperoleh pada akhir siklus-2, nilai rata-rata hasil belajar psikomotor sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai yaitu tinggi. Tingkat
ketuntasan keterampilan psikomotor yang telah dicapai pada akhir siklus-2 adalah 72,69. Berdasarkan dari nilai tersebut penelitian dapat dikatakan
berhasil karena
siswa sudah
memiliki kategori keterampilan psikomotor yang tinggi.
Hasi belajar
psikomotor tampak dalam
bentuk keterampilan
(skill) dan
kemampuan bertindak. Sudjana (2005 ; 30), ada enam tingkatan
keterampilan yaitu: a) gerakan
refles, b)
keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, c) kemampuan perseptual, d) kemampuan dibidang disik, e) gerakan-gerakan
skill dan f)
kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.
Tipe hasil belajar psikomotor berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam
kecendrungan-kecendrungan untuk berprilaku.
Faktor yang
menunjang peningkatan psikomotor pada penelitian ini
pada saat
orientasi permasalahan disampaikan oleh guru, pada saat melakukan pengamatan, presentasi dan
diskusi
kelompok. Hasil belajar
psikomotor pada keterampilan proses sains tidak
hanya dapat
meningkatkan keterampilan motorik siswa namun dapat meningkatkan keterampilan
siswa dalam
proses ilmiah dan sikap ilmiah. Peningkatan dalam
kemampuan dan sikap tersebut dapat
meningkatkan pula rasa percaya diri, kerjasama, ataupun
keterampilan dalam
berkomunikasi dan berpikir kritis pada siswa.
Penin gkatan hasil belajar
psikomotor ini dapat dipengaruhi
oleh model
pembelajaran yang dilakukan selama tindakan.
Pada model
Scientific Process Based Learning
(SPBL) yang
diterapkan dalam penelitian ini
aspek yang
melibatkan aspek psikomotor yaitu
pada saat
melakukan pengamatan, persentasi dan diskusi kelompok hasil kerja siswa.
Selain perolehan peningkatan hasil belajar, pada penelitian tindakan kelas ini juga dilakukan pengamatan aktivitas siswa
pada setiap
pertemuan selama siklus-1 dan siklus-2
Pada
gambar 11
terlihat fluktuasi dari rata-rata on task dan off task
siswa, pada saat pertemuan pertama siklus-1 rata-rata aktivitas
on task siswa adalah 65,21% dan off task 33,78%, pada pertemuan kedua siklus-1 aktivitas
on task
meningkat 6,81% menjadi 72,02%
dan off task
menurun dari sebelumnya 33,78% menjadi 26,97%. Pada pertemuan
pertama dan
kedua siklus-2 aktivitas on task
siswa mengalami peningkatan
5,24% dari
76,73% menjadi
81,97% dan
mengalami penurunan pada
off task siswa yaitu dari 22,26% menjadi 17,02%.
Aktivi tas on task siswa
pada saat
terus meningkat
dari mulai
pertemuan pertama siklus-1 sampai dengan siklus-2 dan sebaliknya penurunan off task semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa suasana kelas pada saat pembelajaran semakin kondusif karena kegiatan
di luar
pembelajaran seperti mengobrol, bercanda, jalan-jalan, melamun dan mengantuk semakin
berkurang. Penin gkatan antusisme
siswa pada
penelitian ini tidak lepas dari penggunaan model pembelajaran
Scientific Process Based Learning
yang diterapkan di kelas pada saat melakukan pengamatan, persentasi dan diskusi, siswa aktif dalam setiap kegiatan tersebut sehingga hasil yang dicapai menjadi
maksimal. Penin gkatan
antusiasme siswa pada penelitian ini juga tak lepas dalam peranan
guru. Dalam
model ini guru
sebagai fasilitator mampu
berinovasi. Karena Guru
tidak hanya
dituntut untuk memahami materi tetapi dituntut memahami dan menguasai
participant skill,
social skill,
communication skill, listening skill, motivation skill dan time management
yang
memfasilitasi
siswa dalam
kegiatan pengamatan, presentasi dan diskusi. Guru mendatangi etiap kelompok, berkeliling dan membantu apabila siswa mengalami kesulitan. Secara tidak langsung, hal ini membuat
siswa fokus
dalam kegiatan pembelajaran dan berimplikasi pada meningkatnya antusiasme siswa.
KESIMPULAN
Berdasark an hasil temuan penelitian menggunakan model Scientific Process Based Learning (SPBL) dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa
pada materi
Struktur dan
Fungsi Jaringan Tumbhan dan Hewan. Terbukti dengan
meningkatnya nilai hasil belajar siswa kelas XI Mia 4 di SMA Negeri 1 Cisaat.
Penerapan model
pembelajaran
Scientific Process Based
Learning(SPBL) secara efektif dapat
meningkatkan hasil belajar biologi apabila mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Cara/ metode dalam setting
kelas dan pembagian kelompok dengan model pembelajaran
Scientific Process Based Learning
(SPBL) mampu meningkatkan hasil belajar biologi melalui cara dalam
mengajukan orientasi terhadap masalah sesuai dengan kehidupan nyata sehingga siswa dapat mendefinisika
n dan
merumuskan masalah yang
dapat memicu siswa untuk bertanya jawab dan memberi peluang siswa untuk
menggali informasi dari berbagai sumber untuk membuktikan hipotesis menjadi data fakta melalui pengamatan, sehingga dapat
mengkomunik asikan hasil kerja kepada orang lain. b. Pemberian
motivasi dan bimbingan pada saat belajar dalam kelompok untuk memecahkan suatu masalah dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS) sehingga terbentuk keterampilan proses sains siswa dan pemberian
reward
(penghargaan sangat penting) karena akan memberi respon positif baik dengan ucapan, isyarat maupun memberi point (nilai). c. Siswa
tanggapan yang positif terhadap penggunaan model pembelajaran
Scientific Process Based Learning
(SPBL) dilihat dari antusias siswa pada siklus I yang semakin meningkat di siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin
W &
Krathwohl, David R. 2010.
Pembelajar an
Pengajaran dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Kurniawan, Deni. 2011.
Pembela jaran Terpadu. CV.Pusa taka Cendikia Utama, Bandung .
Majid, Abdul. 2014.
Pembela jaran
Tematik Terpadu. PT.Rosd akarya, Bandung .
Musfiqon. HM. 2012.
Pengem bangan Media dan Sumber Pembela jaran. PT Prestasi Pustaray a, Jakarta.
Putra, Juma De. 2013.
Inspirasi Mengaja r Ala Harvard Universi ty. DIVA Press, Yogyaka rta. Saefullah. 2012.
Psikolog i Perkemb angan dan Pendidik an. CV Pustaka Setia, Bandung .
Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. 2010. Teori Belajar dan Pembelajar an. Ghalia
Indonesia. Bogor.
Sudjana, Nana. 2009.
Statistik Teori dan Aplikasi. PT.Gelor a Aksara Pratama, Jakarta.
BIODATA PENULIS
Veni, dilahirkan di Sukabumi (Jawa
Barat) 29
Oktober 1992. Lulusan Program
SI Jurusan