xi
ABSTRAKSI
Lara Tisa Oktasia Manurung* Syafruddin Kalo**
Edy Yunara***
Justice Collaborator merupakan hal yang masih baru dikenal dalam sistem peradilan pidana di Indonesia. Justice Collaborator merupakan langkah baru yang dimunculkan untuk memudahkan mengungkap perilaku dan tindakan korupsi. Praktek korupsi di Indonesia semakin menggurita dan penyebabnya tentu karena sikap acuh tak acuhnya lingkungan terhadap praktik tersebut. Orang-orang yang mengetahui praktik-praktik korupsi yang terjadi disekelilingnya seringkali membiarkannya. Pembiaran atau kurang responnya ketika melihat perilaku dan tindakan korupsi bisa jadi disebabkan karena hal itu tidak terkait dengan kepentingannya. Bisa juga karena dia mendapatkan “keuntungan” dari praktik korupsi yang ada pada lingkungan kerjanya. Oleh karena itu, peran seorang Justice Collaborator tentu sangat dibutuhkan untuk memberantas korupsi karena Justice Collaborator merupakan bagian atau salah satu pelaku yang juga bersama-sama melakukan perbuatan korupsi. Namun yang seringkali terjadi seorang pelaku yang ingin bekerjasama dengan Aparat Penegak Hukum dengan mengambil peran Justice Collaborator tidak berani untuk mengungkapkan praktik korupsi dikarenakan ancaman yang pasti mereka terima baik itu berupa ancaman bagi keselamatan fisik maupun psikis dirinya, dan keluarganya yang akan ia terima dari sesama rekan yang melakukan perbuatan korupsi. Perlindungan terhadap Justice Collaborator terkhusus Justice Collaborator tindak pidana korupsi masih belum diatur secara khusus dan menyeluruh
Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah peran Justice Collaborator dalam menyelesaikan tindak pidana korupsi di Indonesia dan bagaimanakah penerapan Justice Collaborator terhadap tindak pidana korupsi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah yuridis normatif yaitu dengan melakukan analisis terhadap asas-asas hukum dengan mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, dimana pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan (library research).
Penulisan skripsi ini juga menganalisis putusan pengadilan yaitu putusan dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 161/Pid.Sus/TPK/2015/PN.Jkt.Pst. Dalam putusan ini Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti berkedudukan sebagai Justice Collaborator dalam kasus suap terhadap Hakim PTUN Medan dan eks Sekjen Partai Nasdem Patrice Rio Capella. Dari hasil analisis diketahui bahwa Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti memiliki peran yang cukup signifikan sehingga dapat membuat terang penyelesaian kasus korupsi yang menjerat mereka. Dengan ditetapkannya Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti sebagai Justice Collaborator maka penerapan terhadap status tersebut adalah pemberian perlindungan hukum. Dalam putusan ini dapat diketahui bahwa bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti adalah berupa pengurangan hukuman.