BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan sebagai alat untuk
berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa
pesan lisan, maupun dalam bentuk lain. Manusia merupakan mahluk sosial, yang
memiliki naluri untuk selalu hidup bersama yang menyebabkan perlu
berkomunikasi dengan sesama dalam mengutarakan pendapat. Bahasa
merupakan alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,1971:1). Fungsi utama bahasa
adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang dimiliki manusia.
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah,
dalam surat-menyurat, sebagai bahasa negara, terutama dalam acara resmi seperti
rapat, seminar, dan kongres. Akan tetapi, sebagian masyarakat Karo belum dapat
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dalam
percakapan sehari-hari belum semua masyarakat menggunakan bahasa Indonesia
karena latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda.
Bagi masyarakat Karo dalam berbicara harus memperhatikan situasi dan
kondisi yaitu menggunakan bahasa Karo apabila lawan bicaranya orang Karo,
menggunakan bahasa Indonesia apabila lawan bicaranya bukan suku Karo.
Namun, dalam situasi seperti di sekolah, perkantoran, rapat, dan tempat lain
Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam etnis dan setiap etnis
mempunyai bahasa daerah masing-masing. Setiap etnis dalam percakapan
sehari-hari tidak selalu menggunakan bahasa Indonesia. Demikian juga masyarakat
Karo cenderung menggunakan bahasa Karo dalam tuturan sapaan selalu
menggunakan bahasa Karo. Bahasa Karo merupakan bahasa daerah yang sering
dipakai oleh masyarakat Karo yaitu menggunakan dua bahasa, bahasa Indonesia
dan bahasa Karo.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang juga didampingi 1.128
suku bangsa dan memiliki lebih kurang 746 bahasa daerah
Nusantara. Blogspot.com/2011). Salah satunya suku Karo yang menggunakan
bahasa Karo. Biasanya suku Karo menggunakan bahasa ibu sebagai alat
komunikasi sehari-hari yaitu bahasa Karo, baik itu di rumah maupun di luar
rumah.
Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat Desa Pasar X, Kecamatan
Kutalimbaru, telah mengalami bilingualisme, di mana masyarakat Karo Desa
Pasar X dapat menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Karo dan bahasa Indonesia.
Faktor penyebab terjadinya bilingualisme pada masyarakat Karo Kecamatan
Kutalimbaru adalah;
1. Kemajuan teknologi yang pesat mempengaruhi segala aspek
kehidupan masyarakat, termasuk bahasa.
2. Terjadinya perkawinan campuran antar suku yang berbeda.
3. Perpindahan penduduk dari daerah lain ke daerah Pasar X.
5. Kontak bahasa, bahasa satu dengan bahasa lain.
Jika seseorang menggunakan dua bahasa dalam pergaulan, maka disebut
berdwibahasa atau bilingual. Bilingualiseme adalah kebiasaan menggunakan dua
bahasa dalam berinteraksi dengan orang lain (Nababan, 1998:2). Bilingualisme
sudah banyak dibicarakan antara lain bilingualisme pada masyarakat Toba,
bilingualisme pada masyarakat Cina, bilingualisme pada masyarakat Jawa, dan
lain-lain. Masyarakat Karo adalah masyarakat bilingual yang mempergunakan
bahasa Indonesia dan bahasa Karo. Bilingualisme pada masyarakat Karo di
Kecamatan Kutalimbaru belum pernah dibicarakan karena dianggap sama seperti
daerah lainnya yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Bahasa yang
digunakan penduduk setempat adalah bahasa Karo dan bahasa Indonesia.
Berdasarkan pendapat Umar (1993:9) faktor penyebab terjadinya bilingualisme
adalah:
1. Perpindahan penduduk
2. Rasa nasionalisme
3. Perkawinan campuran
4. Pendidikan
1. Perpindahan penduduk
Awalnya Kecamatan Kutalimbaru dihuni oleh masyarakat Karo dan hanya
menggunakan bahasa Karo sebagai alat komunikasi, kemudian seiring berjalannya
waktu masyarakat penutur lain datang berdomisili ke Kecamatan Kutalimbaru
yaitu Batak Toba, Jawa, Nias, Melayu, dan lain-lain. Kedwibahasaan terjadi
pendatang mempelajari bahasa setempat agar komunikasi semakin lancar terhadap
masyarakat Desa Pasar X, maka pendatang dengan penduduk lain dapat menjalin
komunikasi lebih lancar dengan masyarakat Desa Pasar X.
2. Rasa nasionalisme
Dengan beragamnya etnis yang terdapat di Desa Pasar X, Kecamatan
Kutalimbaru maka mereka memerlukan satu bahasa persatuan yang diketahui oleh
semua etnis yang berada di Desa Pasar X yaitu bahasa Indonesia. Pada mulanya
masyarakat di Desa Pasar X hanya memiliki satu bahasa yaitu bahasa Karo. Akan
tetapi, mereka juga memerlukan bahasa lain seperti bahasa Indonesia untuk
memperlancar komunikasi antara etnis lain yang berdomisili ke Desa Pasar X,
Kecamatan Kutalimbaru.
3. Perkawinan campuran
Masyarakat penutur bahasa Karo yang kawin campur dengan etnis Batak
Toba, etnis Jawa dengan etnis Karo, etnis Karo dengan etnis Nias, etnis Melayu
dengan etnis Karo. Dari perkawinan campuran tersebut untuk memperlancar
proses komunikasi dalam keluarga maka bahasa yang mereka gunakan adalah
bahasa Indonesia dalam keluarga.
4. Pendidikan
Di sekolah meskipun guru dan murid menggunakan bahasa Indonesia,
mereka belum fasih seperti menggunakan bahasa Karo, sehingga mereka
terkadang menggunakan bahasa Karo pada saat proses belajar-mengajar
belajar-mengajar. Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua (B2) bagi guru dan
murid.
Berdasarkan hal tersebut masyarakat Karo juga termasuk bilingual atau
dwibahasa karena mereka mampu menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Karo
sebagai bahasa pertama (B1) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2).
Hal ini didukung oleh pendapat Tarigan (1988:2) yang mengatakan
kedwibahasaan atau bilingualisme adalah pemakaian dua bahasa dalam
berinteraksi.
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik meneliti lebih jauh tentang
bilingualisme pada masyarakat Karo Desa Pasar X Kecamatan Kutalimbaru,
dengan alasan ingin mengetahui seluk beluk masyarakat bilingual dalam bahasa
Karo, dan memperdalam pengetahuan tentang bahasa Karo.
Masyarakat Karo merupakan masyarakat yang memiliki tuturan yang
cukup luas. Mereka menggunakan bahasa pertama yaitu bahasa Karo dalam
situasi kekeluargaan. Dalam situasi resmi atau bila berbicara dengan lawan yang
berbeda menggunakan bahasa kedua yaitu bahasa Indonesia
Pada umumnya sekolah-sekolah di Kecamatan Kutalimbaru Desa Pasar X
sudah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Akan tetapi,
sekolah yang jauh dari perkotaan masih menggunakan bahasa Karo dalam
peroses belajar-mengajar pada kelas satu sampai kelas tiga Sekolah Dasar.
Robert 1964 (dalam Chaer, 1995:114) mengatakan bahwa bilingalisme
atau hampir sama, yang secara teknis mengacu pada pengetahuan dua buah
bahasa bagaimana pun tingkatnya. Haugen 1961 (dalam Chaer, 1995:114) tahu
akan dua bahasa atau lebih disebut bilingual dan seorang bilingual tidak perlu
secara aktif menggunakan kedua bahasa.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bilingualisme adalah
kemampuan seorang penutur asli dari bahasa Karo dapat memahami bahasa
Indonesia (B2). Bagi masyarakat Karo tidak gampang untuk memahami bahasa
Indonesia (B2) tanpa penutur bahasa Karo didampingi oleh penutur bahasa lain.
Kedwibahasaan masa kanak-kanak atau chil bilingualism, secara defenisi,
mencakup pemerolehan dua bahasa. Pemerolehan suksetif adalah perpindahan
keluarga ke daerah, maka hal itu mempunyai hubungan erat dengan masa sulit
beradaptasi atau penyesuaian diri dalam kehidupan sang anak dan jelas sekali
bahwa hal ini juga mencakup belajar bahasa tersebut. Berbeda dengan
bilingualisme atau kedwibahasaan masa remaja (adolescent bilingualism) adalah
suatu istilah yang dipakai mengacu kepada orang-orang yang menjadi
dwibahasawan setelah masa pubertas, sedangkan kedwibahasaan masa dewasa
(adult bilingualism) dipakai bagi orang-orang yang menjadi dwibahasaan setelah
usia mereka belasan tahun. Harding dan Riley, 1986 (dalam Tarigan, 1988 : 6).
Berdasarkan kenyataan yang telah diuraikan di atas sehingga penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian di Desa Pasar X Kecamatan Kutalimbaru
dengan judul “Bilingualisme pada Masyarakat Karo Desa Pasar X Kecamatan
1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Faktor apa sajakah yang menyebabkan proses terjadinya bilingualisme
pada masyarakat Karo Desa Pasar X, Kecamatan Kutalimbaru,
Kabupaten Deli Serdang?
2. Kapan seorang bilingual menggunakan bahasa Karo (B1) dan bahasa
Indonesia (B2) secara bergantian di Desa Pasar X, Kecamatan
Kutalimbaru?
1.3Batasan Masalah
1 Penelitian hanya membahas faktor-faktor bilingualisme dari faktor
perkawinan campuran, perpindahan penduduk, rasa nasionalisme, dan
pendidikan.
2. Penggunaan bahasa (B1) dan bahasa (B2) yang tergantung pada lawan
bicara, dan situasi sosial pembicaraan, dan topik pembicaraan lawan bicara
mencakup perbedaan etnis. Pembicaraan mencakup situasi resmi (formal)
dan situasi tidak resmi (non formal).
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan baik pribadi maupun kelompok mempunyai
tujuan yang hendak dicapai. Begitu juga dengan penulis dalam penelitian ini
1. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab bilingualisme atau kedwibahasaan
pada masyarakat Karo di Desa Pasar X, Kecamatan Kutalimbaru,
Kabupaten Deli Serdang.
2. Mendeskripsikan kapan seorang bilingual pada masyarakat Karo
menggunakan bahasa Karo (B1) dan bahasa Indonesia (B2) di Desa Pasar
X, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.2.1Manfaat Teoretis
1. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan perluasan
pengetahuan kepada peneliti, kepada pembaca, dan menambah sumber
bacaan.
2. Memperkaya ilmu pengetahuan pembaca tentang bilingualisme pada
masyarakat Karo Kecamatan Kutalimbaru, sehingga dapat memberikan
sumbangan bagi pengembangan ilmu sosial, khususnya ilmu
sosiolinguistik dan diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada
yang memerlukannya.
1.4.2.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi dan sebagai bahan
bilingualisme pada bahasa daerah lain misalnya, bahasa Jawa, bahasa
Simalungun.
2. Memberikan masukan tentang bilingualisme pada masyarakat.