1 BAB IV.2 -
2. URUSAN KESEHATAN
a. Pelaksanaan Program dan Kegiatan
Anggaran yang teralokasikan untuk melaksanakan urusan kesehatan secara keseluruhan Rp.304.180.819.739 dan terealisasi sebesar Rp.246.583.774.770 atau terserap 81% dengan rincian sebagai berikut :
Tabel IV-2.1.
Anggaran Urusan Kesehatan Tahun 2014
NO SKPD TARGET (Rp) REALISASI (Rp) %
1 Dinas Kesehatan 110.342.787.259 85.438.571.880 77,43
2 Puskesmas 55.557.347.940 37.841.064.502 68,11
3 RSUD 138.280.684.540 123.304.138.388 89,16
Total 304.180.819.739 246.583.774.770 81
Realisasi belanja langsung tahun 2014 Dinas Kesehatan, UPTD dan RSUD sebesar Rp.246.583.774.770 atau sebesar 80 % secara rinci dapat dilihat dari tabel IV-2.2.
Tabel IV-2.2.
Realisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Urusan Kesehatan
SKPD: Dinas Kesehatan
Program/Kegiatan Anggaran (Rp.000) Outcome/Output
Pagu Realisasi %
Program Obat dan
Perbekalan Kesehatan 10.731.615 7.950.956 74,09 Ketersediaan obat generik sebanyak100% Pengadaan Obat dan
Perbekalan Kesehatan 5.970.865 5.043.966 84,48 Ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan 100%
Peningkatan Mutu
Pelayanan Farmasi
Komunitas dan Rumah Sakit
212.178 185.993 87,66 Jumlah sasaran yang dibina 100%
Peningkatan Mutu
Penggunaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
460.302 33.569 7,29 Jumlah peserta bimtek orang 100%
Pengadaan Alat Kesehatan
Kawasan Industri Rokok 483.397 357.925 74,04 Pengadaan alkes 100%
Pengadaan Obat dan
Perbekalan Kesehatan DAK 3.604.870 2.329.502 64,62 Ketersediaan obat generic 100%
Program Upaya
Kesehatan Masyarakat 9.073.626 3.869.214 42,26 Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat
2 BAB IV.2 -
Program/Kegiatan Anggaran (Rp.000) Outcome/Output
Pagu Realisasi %
Miskin (25%)
Peningkatan Kesh
Masyarakat 871.055 565.224 64,89 Pembinaan Tenaga Kesehatan Masyarakat orang 100%
Penyelenggaraan
penyehatan lingkungan 395.031 307.613 77,87 Jumlah pengusaha TTU dan TPM yang dibina 100% Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (JAMKESDA) 6.237.354 1.552.455 24,89 Layanan kesehatan masyarakat miskin 1,51% Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Bagi Peserta Askes Sosial
209.143 167.973 80,32 Layanan kesehatan bagi PNS 2,50%
Pengembangan Ponkesdes dan Pustu Layanan Gawat Darurat
1.229.351 1.146.537 86,61 85 desa melaksanakan Ponkesdes
Pemeliharaan dan
pemulihan kesehatan 131.691 129.410 98,27 Kegiatan Pemulihan Kesehatan 80%
Program Promosi Kesehatah dan Pemberdayaan Masyarakat
1.007.683 934.589 92,75 Presentase jumlah rumah tangga sehat (14%)
Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat
262.624 252.692 96,22 Tersedianya media promosi 100% Penyuluhan Masyarakat
Pola Hidup Sehat 126.829 119.210 93,99 Peningkatan PHBS tatanan rumah tangga 39.35% Peningkatan Pemanfaatan
Sarana Kesehatan 618.229 562.687 91,02 Jumlah UKBM yang dibina sebanyak 6 unit
Program Perbaikan Gizi
Masyarakat 690.517 678.834 98,31 Presentase balita gizi buruk (0,07%)
Pemberian Tambahan
Makanan dan Vitamin 638.671 632.810 99,08 Terselenggaranya kegiatan perbaikan gizi masyarakat 100%
Penanggulangan KEP, Anemi Gizi Besi, GAKY, Kurang Vitamin A dan Kekurangan Zat Gizi Mikro lainnya
51.846 46.024 88,77 Terselenggaranya kegiatan perbaikan gizi masyarakat 100%
Program Pengembangan
Lingkungan Sehat 726.874 258.342 35,54 Terwujudnya TTU memenuhi syarat kesehatan (59%)
Pengkajian Pengembangan
3 BAB IV.2 -
Program/Kegiatan Anggaran (Rp.000) Outcome/Output
Pagu Realisasi %
colinestarase 100% Sosialisasi Kebijakan
Lingkungan Sehat 518.575 65.475 12,63 Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan 100%
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
877.886 821.036 93,53 Cakupan desa/ kelurahan UCI (79%)
Penyemprotan/ Fogging
Sarang Nyamuk 379.150 339.120 89,44 Jumlah penanggulangan fokus DBD sebanyak 100%
Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
192.219 191.655 99,71 Petugas selesai dibina dan dievaluasi sebanyak 100% Peningkatan Imunisasi 150.437 135.090 89,80 Tercapainya imunisasi
anak SD/MI (kelas 1,2,3) 100% Peningkatan Surveillance Epideminologi dan Penanggulangan Wabah 91.019 90.634 99,62 Penanganan KLB 100% Pencegahan dan Penanggulan Penyakit Zoonosis
65.060 64.535 99,19 Jumlah puskesmas yang melaksanakan pengamatan 100% Program Pengadaan, Peningkatan, Perbaikan Sarpras Puskesmas/ Puskesmas Pembantu 1.513.782 470.917 31,11 Meningkatnya standart gedung pelayanan kesehatan (70%) Pembangunan Puskesmas 936.845 0 0 -
Pembangunan Polindes 173.437 169.105 97,50 Jumlah Polindes yang
dibangun 100%
Rehabilitasi Polindes 403.500 301.812 74,80 Jumlah Polindes yang
direhab 100%
Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Lansia 74.932 74.421 99,32 Terwujudnya pelayanan kesehatan lansia (60%)
Pelayanan Pemeliharaan
Kesehatan 74.932 74.421 99,32 Jumlah pelaksanaan kegiatan lansia 100%
Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
359.903 345.123 95,89 Cakupan komplikasi kebidanan yang di tangani (93,93%)
Pelayanan Kesehatan Ibu
dan Bayi 314.917 300.356 95,38 Terselenggaranya kegiatan Pelayanan KIA (100%)
Pelayanan Kesehatan Anak 44.986 44.766 99,51 Jumlah orang yang
mengikuti pertemuan UKS, pelayanan kesehatan anak sekolah (100%)
4 BAB IV.2 -
Program/Kegiatan Anggaran (Rp.000) Outcome/Output
Pagu Realisasi %
Program Pengembangan
Manajemen Kesehatan 433.490 298.712 68,91 Pelaksanaan manejemen kesehatan sesuai ketentuan(100%)
Pelaksanaan Manajemen
Kesehatan 433.490 298.712 68,91 Pengelolaan dan dokumen manajemen kesehatan tersusun (100%)
Program Pembinaan
Lingkungan Sosial 14.685.445 8.123.773 55,32 Meningkatnya standart gedung pelayanan kesehatan (60%)
Rehabilitasi Ruang Pelayanan Kesehatan Jantung dan Paru pada Puskesmas Pembantu
2.000.855 1.832.559 91,59 Jumlah Pustu yang direhab 8 unit (100%)
Rehabilitasi Ruang Pelayanan Kesehatan Jantung dan Paru pada Puskesmas
2.775.530 2.282.387 82,23 Jumlah Puskesmas yang direhab 9 unit (100%) Pengadaan Mobil
Pelayanan Kesehatan bagi Pasien Jantung dan Paru untuk merujuk ke Rumah Sakit
9.909.060 4.008.826 40,46 Jumlah Kendaraan yang diadakan 10 unit (100%)
Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran 3.307.530.500 3.238.139.038 97,90 Kelancaran Pelaksanaan Tugas 12 bulan (100%)
Penyediaan Jasa
Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
182.284.000 155.806.230 85,47 Pembayaran rek listrik, air, telpon 12 bln
Penyediaan Jasa
Administrasi Keuangan 147.900.000 128.625.000 86,97 Tersedianya jasa administrasi keuangan 12 bln
Penyediaan alat tulis Kantor 92.706.500 91.558.350 98,76 Tersedianya ATK 12 bln Penyediaan barang cetakan
dan Penggandaan 177.000.000 175.593.550 99,21 Terpenuhinya barang cetakan & penggandaan 12 bln
Penyediaan Peralatan dan
perlengkapan Kantor 23.000.000 22.800.000 99,13 Jumlah peralatan & perlengkapan kantor yang disediakan 12 bln
Penyediaan peralatan
rumah tangga 15.000.000 14.850.000 99,00 Jml peralatan rumah tangga yang disediakan 12 bln
Penyediaan makanan dan
minuman 118.160.000 110.328.000 93,37 Tersedianya makanan / minuman rapat/tamu 12 bln Rapat – rapat koordinasi
5 BAB IV.2 -
Program/Kegiatan Anggaran (Rp.000) Outcome/Output
Pagu Realisasi %
Daerah
Penyediaan Jasa
perkantoran 2.426.200.000 2.418.849.500 99,70 Ketersediaan jasa perkantoran 12 bln Rapat-rapat koordinasi dan
konsultasi Dalam Daerah 35.280.000 31.500.000 89,29 Jumlah rapat koordinasi 12 bln
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
5.267.013.000 2.793.627.410 53,04 Kelancaran Pelaksanaan Tugas 12 bulan (100%)
Pengadaan kendaraan
Dinas/operasional 1.270.000.000 777.920.000 61,25 Tersedianya kendaraan operasional dinas Pengadaan meubelair 45.000.000 44.988.500 99,97 Jumlah meubelair yang
diadakan Pengadaan Peralatan
kantor 321.315.500 290.511.000 90,41 Jumlah peralatan kantor yang diadakan Pemeliharaan rutin/berkala
gedung kantor 157.755.000 156.626.000 99,28 Terlaksananya pemeliharaan gedung kantor
Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan
Dinas/operasional
270.295.000 256.285.410 94,82 Jumlah kendaraan yang mendapat perawatan 6 unit Pemeliharaan rutin/berkala
peralatan kantor 58.850.000 58.041.500 98,63 Terlaksananya pemeliharaan peralatan kantor
Pemeliharaan rutin/berkala
peralatan rumah tangga 40.350.000 39.717.000 98,43 Jumlah perawatan rumah tangga yang diperbaiki Rehabilitasi sedang/berat
rumah dinas 344.415.000 337.424.000 97,97 Jumlah rumah dinas yang di rehab 1 unit Perencanaan Pengadaan
tanah 77.425.000 62.204.000 80,34 Terlaksananya perencanaan pengadaan tanah
Persiapan Pengadaan
tanah 106.175.000 10.850.000 10,22 Terlaksananya persiapan pengadaan tanah Pelaksanaan Pengadaan
tanah 2.515.432.500 759.060.000 30,18 Terlaksananya pelaksanaan pengadaan tanah
Penyerahan hasil
Pengadaan tanah 60.000.000 0 0 Terlaksananya proses pengadaan tanah
Program Upaya
Kesehatan Masyarakat 26.705.275 22.319.898 83,57 Masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan 80 %
Peningkatan Kesehatan
Masyarakat Puskesmas 19.872.366 16.147.509 81,26 33 Pusk melaksanakan SPM Kesehatan Pelayanan Kesehatan
6 BAB IV.2 -
Program/Kegiatan Anggaran (Rp.000) Outcome/Output
Pagu Realisasi % Puskesmas Program Peningkatan Upaya Kesehatan Masyarakat 28.852.072 15.521.165 53,80 Masyarakat Dilayani Kesehatan 100% Peningkatan Kesehatan Masyarakat Dana Kapitasi di Puskesmas
28.852.072 15.521.165 53,80 Jumlah masyarakat menjadi peserta 100%
SKPD : RSUD
Program/Kegiatan Anggaran (Rp.000) Outcome/Output
Pagu Realisasi %
Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran 274.150 187.685 68.46 Tersedianya adminstrasi perkantoran Program Pengadaan ,
Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
1.770.799 1.727.995 97,58 Meningkatnya Indek Kepuasan Masyarakat
Pengadaan alat-alat
kesehatan 72.299 69.795 96,53 Tercukupinya peralatan RS
Pengadaan bangunan
penunjang gedung RS 782.500 752.539 96,17 Bangunan penunjang RS memenuhi syarat Pengadaan alat-alat RS 916.000 905.661 98,87 Tercukupinya peralatan RS
Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
2.577.075 2.498.046 96.93 Terpeliharanya sarana dan prasarana Rumah Sakit selama 12 bulan
Pemeliharaan Rutin/ Berkala Perelengkapan Rumah Sakit
220.000 219.574 99,81 Terpeliharanya
Perlengkapan Rumah Sakit selama 12 bulan
Pemeliharaan Rutin/ Berkala Instalasi Rumah Sakit
2.357.075 2.278.472 96,67 Terpeliharanya Instalasi Rumah Sakit selama 12 bulan
Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
7.354.116 7.344.522 99,87 Terlayaninya pasien kurang mampu di RS dan meningkatnya kunjungan pasien selama 12 bulan
Kemitraan Pengobatan Bagi
Pasien Kurang Mampu 7.354.116 7.344.522 99,87 Terlayaninya masyarakat miskin yang berobat ke RSUD Bangil selama 12 bulan
Program Pembinaan
Sosial 46.293.170 34.986.835 75,58 Terlayaninya pasien jantung dan paru yang berobat ke RSUD Bangil
Peningkatan derajat
7 BAB IV.2 -
Program/Kegiatan Anggaran (Rp.000) Outcome/Output
Pagu Realisasi %
dengan penyediaan fasilitas
perawatan kesehatan jantung dan paru selama 12 bulan
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan fasilitas perawatan kesehatan
28.901.380 18.567.593 64,24 Tersedianya ruang perawatan untuk pasien paru dan jantung Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dengan penyediaan fasilitas perawatan kesehatan
8.196.616 7.610.834 92,85 Tersedianya alat
kedokteran untuk pasien paru dan jantung Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dengan penyediaan fasilitas perawatan kesehatan 2.626.675 2.453.394 93,40 Terpeliharanya peralatan kedokteran selama 12 bulan Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan fasilitas perawatan kesehatan
4.050.453 3.899.230 96,27 Tercukupinya kebutuhan alat dan bahan kesehatan habis pakai untuk pasien jantung dan paru selama 12 bulan
Program Peningkatan
Mutu Pelayanan BLUD 61.343.842 58.583.265 95,50 Pelayanan RS sesuai SPM
Peningkatan Mutu
Pelayanan dan Pendukung Pelayanan
61.343.842 58.644.921 95,60 Pelayanan RS sesuai dengan SPM
Kegiatan yang dilaksanakan melalui belanja tidak langsung berupa dana hibah, bantuan keuangan, bantuan sosial atau lainnya yang diberikan kepada masyarakat Kegiatan ini disajikan pada tabel IV-2.3.
Tabel IV-2.3
Realisasi Hibah/Bansos/BantuanKeuangan Urusan Kesehatan
Uraian Kegiatan Anggaran(Rp) Realisasi (Rp) Sumber Dana
Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) 150.000.000 75.000.000 APBD Kab Pasuruan (Hibah)
PMI Kabupaten Pasuruan 600.000.000 600.000.000 APBD Kab Pasuruan (Hibah) IBI Kabupaten Pasuruan 100.000.000 100.000.000 IBI Kabupaten Pasuruan (Hibah) Ponkesdes Kabupaten
Pasuruan APBD 521.512.000 514.350.083 APBD Provinsi Jatim (Bantuan Keuangan) Sumber :Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan
8 BAB IV.2 -
b. Capaian Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Gambaran kondisi awal tahun 2013 tentang capaian indikator kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan kesehatan, serta capaian tahun 2014 disajikan pada tabel IV-2.4.
Tabel IV-2.4
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PEMERINTAH DAERAH URUSAN KESEHATAN
No. Aspek/ fokus/ bidang urusan/ indikator kinerja pembangunan daerah Satuan Capaian 2013 2014 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
FOKUS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT URUSAN KESEHATAN
1 Angka usia harapan hidup tahun 64,80 65,00
2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1000 KH 8,27 11,44
3 Angka Kematian Ibu (AKI) /100.000 112,36 107,46
4 Persentase balita gizi buruk % 0,096 0.07
ASPEK PELAYANAN UMUM FOKUS LAYANAN URUSAN WAJIB URUSAN KESEHATAN
1 Rasio posyandu per satuan balita per 1000
balita 14,89 15,20 2 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani % 86,52 93,93 3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan % 89,99 94,64
4 Cakupan kunjungan bayi % 94,27 96,85
5 Cakupan Desa/kelurahan Universal Child
Immunization (UCI) % 69,59 78,90
6 Cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit TBC BTA % 90,77 90,68
7 Cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit DBD % 100 100
8 Persentase penduduk yang memanfaatkan
Puskesmas % 84,51 87,04
9 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin % 63,40 53,76
10 Rasio dokter per satuan penduduk /100.000
pddk 18,18 18,53
11 Bed Accupancy Rate ( BOR) % 69,82 77,16
12 Nett Dead Rate (NDR) /mil 24,43 24
13 Tercukupinya pelayanan masyarakat miskin % 100 100
14 Persentase jumlah penduduk yang
memanfaatkan Rumah Sakit % 14,67 21.68
9 BAB IV.2 - Urusan Kesehatan merupakan salah satu sektor utama yang berkaitan dengan isu strategis dan masalah mendesak yang harus diprioritaskan dalam pembangunan di Kabupaten Pasuruan karena menyangkut hak dasar masyarakat yang harus dipenuhi dalam upaya memenuhi sasaran yang harus diemban yaitu meningkatnya derajad kesehatan masyarakat. Urusan Kesehatan ini dilaksanakan oleh dua satuan kerja, yaitu: Dinas Kesehatan (termasuk Puskesmas) dan Rumah Sakit Umum Daerah Bangil.
Pencapaian sasaran tersebut, keberhasilannya diukur dengan beberapa indikator dengan penjelasan sebagai berikut: :
a. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup
Angka kematian bayi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup bermakna. Harapan Pemerintah yang juga menjadi target MDGs, Angka Kematian Bayi ini dapat ditekan hingga menjadi 23 per 1000 KH. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup digunakan untuk mengukur jumlah bayi (anak usia kurang dari satu tahun) yang meninggal per 1.000 kelahiran hidup dalam tahun yang sama.
Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2014 sebanyak 11,44 per 1000 kelahiran hidup angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 8,27 bayi per 1000 kelahiran hidup, atau AKB mengalami kenaikan sebesar 3,13 per 1000 kelahiran hidup. Jika dilihat dari target RPJMD tahun 2014 sebesar (9 bayi per 1000 kelahiran hidup) maka pencapaian AKB tahun 2014 diatas target yang telah ditetapkan.
Penyebab kematian terbesar adalah karena BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) sebanyak 84 kasus (20.87%), Infeksi sebayak 88 kasus (29.53%), peyebab kematian karena asfiksia sebanyak 57 kasus, kelainan kongenital bawaan sejumlah 38 kasus, trauma 2 kasus , pneumonia ada 6 kasus, diare ada 1 kasus, meningitis ada 9 kasus, TBC ada 2 kasus, kelainan syaraf ada 1 kasus, aspirasi ada 1 kasus, dan penyebab lainnya ada 9 kasus.
Hal ini disebabkan kualitas pemeriksan kehamilan kurang baik (ANC kurang berkualitas) data pemeriksaan kehamilan ke 1 (K1) telah mencapai 99.78% namun ibu hamil itdak diawasi sampai dengan ANC K4 yang baru mencapai 98.90% (target 95%). Sehingga apabila kualitas ANC kurang baik secara otomatis kehamilan ibu tidak terpantau dengan baik. Kasus BBLR ini bisa terpantau dan di tingkatkan berat badan bayi tersebut apabila pemeriksaan kehamilan dilakukan secara rutin dan berkualitas serta ibu hamil tersebut selalu mendapatkan penyuluhan. Penyebab kematian bayi karena asfiksia, disebabkan bayi tidak mendapatkan penanganan
10 BAB IV.2 - asfiksia oleh bidan dengan baik sesuai dengan kompetensi. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kompetensi pada bidan dan juga perlu adanya komunikasi secara intens dengan dokter spesialis anak yang keberadaannya pada RSUD Bangil, maka perlu adanya jejaring dengan RSUD Bangil agar bayi asfiksia bisa tertangani dengan baik sebelum dirujuk ke RSUD Bangil.Penolong persalinan terbanyak masih ditolong oleh bidan sebanyak 62 kasus (20.81%), persalinan ditolong oleh dokter 228 kasus (76.51%) dan untuk persalinan yang ditolong dukun sebanyak 8 kasus (3.40%). Bila dilihat dari cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 94.64% dari target 99%, maka perlu ditingkatkan kualitas pertolongan persalinan serta penanganan gawat darurat bayi oleh bidan dan sistem rujukan yang baik dengan Puskesmas, Puskesmas PONED dan RSUD. Namun demikian ternyata bayi yang mengalami kematian tersebut telah mengalami proses rujukan ke Rumah Sakit. Dari 298 bayi yang meninggal, sebanyak 202 (67.78%) kasus kematian terjadi di RSUD Bangil, 43 (14.42%) kasus kematian terjadi di RSSA Malang, 4 (1.34%) Kasus kematian di Puskesmas, 19 kasus (6.37 %) kematian terjadi di Rumah Sakit Kota Pasuruan, 17 kasus kematian terjadi di Rumah Sakit lainnya, 4 kasus kematian bayi terjadi di rumah, 6 kasus kematian terjadi di Bidan praktek dan 3 kasus kematian bayi terjadi di perjalanan.
Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup pada tahun 2013-2014 dapat dilihat pada gambar IV-2.1.
Upaya yang dilakukan dan akan terus ditingkatkan kualitasnya untuk menekan angka kematian bayi adalah:
1) Penelusuran Pemantauan Wilayah Setempat KIA (P-PWS KIA) anak
0 5 10 15
Angka Kematian Bayi per 1000 KH
8,27 11,44
1/1000
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.1.
Grafik Kematian Bayi per 1000 KH Tahun 2013-2014
Tahun 2013
11 BAB IV.2 - 2) Pelatihan Asfiksi
3) Pelatihan Berat Badan Lahir Rendah 4) Pelatihan Menejemen Terpadu Balita Sakit
5) Sarasehan dalam rangka upaya penurunan Angka Kematian Bayi 6) Audit Maternal Perinatal
7) Supervisi supportive
8) Peningkatan pemeriksaan ibu hamil melalui revitalisasi posyandu
b. Angka kematian Ibu melahirkan
Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan digunakan untuk mengetahui keselamatan ibu yang diperoleh dengan perhitungan jumlah kasus kematian ibu dibanding dengan jumlah kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) nasional (SDKI tahun 2003) sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Maksimal menurut MDGs adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Pasuruan pada tahun 2014 sebesar 107.46 per 100.000 kelahiran hidup (28 kasus) atau mengalami penurunan jika dibanding tahun 2013 sebesar 112,36 per 100.000 kelahiran hidup (28 kasus), atau mengalami penurunan sebesar 4.9 per 100.000 kelahiran hidup. Namun demikian, jika dibandingkan dengan target RPJMD tahun 2013-2018 (106 per 100.000 kelahiran hidup) maka pencapaian tahun 2014 masih diatas target yang telah ditetapkan.
Penurunan Angka Kematian Ibu dari tahun 2013 ke 2014 ini diakibatkan adanya: 1) Penyebab Kematian
Dari sejumlah kematian ibu sebanyak 28 orang, 9 (32.14 %) orang dikarenakan keracunan kehamilan (pre eklamsi dan eklamsi), sebanyak 5 (17.85 %) orang dikarenakan pendarahan dan penyebab lainnya adalah ibu syok septic CA ciste Ovari, gagal nafas, gagal jantung, HIV, TBC, Emboli ketuban dan hepatitis sebanyak 14 orang. Keracunan kehamilan dapat diketahui selama kehamilan, sehingga apabila kualitas pemeriksaaan kehamilan baik maka dapat terdeteksi jika ada gejala Pre Eklamsi dan Eklamsi. Saat ini kualitas ANC (Ante Natal Care) / Pemeriksaan Kehamilan lebih baik, hal ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan ibu hamil yang seharusnya diperiksa 4 kali (K4) sudah mencapai 89.90 % walaupun belum mencapai targetnya 95%. Pemeriksaan (K4) yang berkualitas adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara rutin, pada trimester 1 sebanyak 1 kali, pada trimester 2 sebanyak 1 kali dan pada trimester 3 sebanyak 2 kali.
12 BAB IV.2 - 2) Penolong Persalinan
Berdasarkan penolong persalinan, dari 28 kematian ibu hamil 21 (75 %) diantaranya ditolong oleh Dokter Spesialis Kandungan, 3 (10.71 %) orang ditolong oleh Bidan, 1 orang ditolong oleh dukun bayi dan 3 orang ditolong oleh dokter umum.
Hal ini sebenarnya bila bidan mendapatkan pasien komplikasi dengan penyakit, para bidan langsung memberikan rujukan kepada Dokter Spesialis Kandungan, namun para pasien tersebut terlambat memutuskan untuk mau dirujuk. Untuk mengatasi hal tersebut harus ada komunikasi antara bidan dan dokter spesialis kandungan agar sebelum dirujuk sudah dilakukan pertolongan awal serta adanya sistem jejaring rujukan antara bidan, Puskesmas Poned dan RSUD.
3) Tempat Kematian
Berdasarkan tempat kematian ibu bersalin, maka sebanyak 8 orang ibu bersalin meninggal di RSUD Bangil, 2 orang di perjalanan, 2 orang di RSUD Kota Pasuruan, 3 di RS. Dr. Soetomo, 2 orang di RS Mitra Sehat dan 1 orang di rumah, RS Sidoarjo 2, RS Pusdik 3, di Puskesmas 1, di RS Lawang 1, RS Probolinggo 1 dan di RS Saiful Anwar Malang 1. Melihat beberapa kasus yang terjadi maka penanganan secara cepat di RSUD Bangil harus lebih ditingkatkan kembali serta rujukan berjenjang harus di jalankan agar tidak terjadi keterlambatan penanganan dan keterlambatan mengirim pasien.
Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup 2013-2014 dapat dilihat gambar IV-2.2
0 50 100 150
Angka Kematian Ibu Melahirkan per 100.000 KH
112,36 107,46
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.2.
Grafik Angka Kematian Ibu Melahirkan Tahun 2013-2014
Tahun 2013 Tahun 2014
13 BAB IV.2 - Kegiatan-kegiatan yang sudah dan akan terus dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan adalah:
1) Pembinaan Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) oleh Tim Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
2) Pelaksanaan Program Emas (Expanding Maternal and Neonatal Survival). 3) Pertemuan kader KIBBLA
4) Audit Maternal Perinatal
5) Pengembangan P4K bagi mitra terkait
6) Penelusuran Pemantauan Wilayah Setempat KIA (P-PWS KIA) ibu 7) Supervisi fasilitatif
8) Pelatihan APN
9) Pelatihan Kelas ibu hamil
10) Kemitraan Bidan dan dukun bayi – kader (melalui PERDA nomor 2 tahun 2009 tentang KIBBLA).
11) Peningkatan pemeriksaan ibu hamil melalui revitalisasi posyandu.
c. Persentase balita dengan gizi buruk
Indikator ini menggambarkan kasus gizi buruk pada balita pada waktu tertentu dihitung berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) dan tanda-tanda tersangka kasus gizi buruk. Diperoleh dengan mengukur persentase jumlah balita dengan gizi buruk terhadap jumlah balita yang ada di Kabupaten Pasuruan.
Jumlah balita dengan gizi buruk pada tahun 2014 sebesar 0.07% atau sebanyak 68 balita dari 95.692 balita yang diperiksa di Kabupaten Pasuruan. Jika dibandingkan dengan realisasi 2013 sebesar 0,096% atau 91 balita dari 95.217 balita yang diperiksa mengalami penurunan sebesar 0.026%. Capaian ini lebih baik dari target tahun 2013 yaitu <5% dan target yang ditetapkan. Penurunan kasus kejadian gizi buruk dari tahun 2013 ke 2014 tersebut dikarenakan:
a. Meningkatnya kerjasama lintas program dan lintas sektor.
b. Meningkatnya kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). c. Adanya dukungan dari stakeholder.
d. Adanya dukungan dana dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sehingga kegiatan gizi di semua Puskesmas meningkat.
14 BAB IV.2 - Upaya – upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Pasuruan adalah melalui :
1. Pertemuan lintas program dan lintas sektor program gizi.
2. Pemberian Makanan Tambahan – Pemulihan (PMT-P) kepada balita dan bumil KEK (ibu hamil Kekurangan Energi Kronis).
3. Penyuluhan gizi menggunakan dana BOK. 4. Evaluasi program gizi di Puskesmas secara rutin. 5. Pemetaan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi).
6. Pemetaan Kecamatan Rawan Gizi. 7. Pemetaan Desa Rawan Gizi.
8. Pembentukan kelompok pendukung ASI
d. Rasio posyandu per satuan balita.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketersediaan posyandu di masyarakat, diperoleh dengan perhitungan jumlah posyandu dibagi jumlah balita dikalikan 1.000.
Rasio Posyandu per 1.000 balita tahun 2014 sebesar 15,16 posyandu. Hal ini bisa dilihat dari 1.885 posyandu telah melayani sebanyak 124.342 balita atau dengan kata lain 1 posyandu melayani 67 balita. Jika dibandingkan dengan realisasi 2013 sebesar 14,89 posyandu, maka mengalami peningkatan sebesar 0.31, tetapi bila dibandingkan jumlah balita terlayani dan jumlah posyandu tahun 2014 mengalami peningkatan dibanding tahun 2013, rasio Posyandu terhadap jumlah balita masih tinggi, artinya ada 67 balita yang dilayani dalam 1 posyandu, padahal seharusnya 1 posyandu hanya melayani 59 balita. Rasio tersebut masih diperbolehkan dalam pelayanan posyandu yaitu antara 50 – 100 balita.
0 0,05 0,1
Jumlah Balita dengan Gizi Buruk 0,096
0,07
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.3.
Grafik Balita dengan Gizi Buruk Tahun 2013-2014
Tahun 2013
15 BAB IV.2 - Rasio Posyandu per 1000 sasaran 2013-2014 dapat dilihat pada gambar IV-2.4.
Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Pasuruanuntuk meningkatkan Rasio Posyandu per 1.000 balita melalui revitalisasi posyandu, pemberian jasa insentif kader, pemantapan kinerja kader posyandu, lomba posyandu dan jambore kader.
e. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
Indikator ini menggambarkan bahwa ibu hamil yang mengalami komplikasi pada waktu hamil dilakukan penanganan dan perawatan kebidanan. Cakupan ini diperoleh dengan membandingkan jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan definitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
Capaian komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2014 mencapai 93,93%. Hal ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2013 yang mencapai 86,52%. atau terjadi penurunan sebesar 7,41 %. Jika dilihat dari target RPJMD tahun 2013-2018, hal tersebut sudah melampaui target yang telah ditetapkan sebesar 92%. Kenaikan capaian ini diakibatkan adanya ibu hamil yang mengalami komplikasi kebidanan mengalami kenaikan, hal ini disebabkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya kehamilan, persalinan dan nifas meningkat dan meningkatnya sistem rujukan serta terlaksananya rujukan berjenjang dan terencana lebih baik. Terjadi peningkatan dibandingkan dengan realisasi 2013 hal ini pada dasarnya semua ibu hamil dengan komplikasi sudah ditangani dan dirujuk ke rumah sakit atau ke Puskesmas Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency Dasar (PONED) oleh karena sistim rujukan terlaksananya dengan baik. 0 5 10 15 20
Rasio Posyandu per 1000 sasaran 14,89 15,16
p
e
r
1000
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.4.
Grafik Rasio Posyandu per 1000 Sasaran Tahun 2013-2014
Tahun 2013
16 BAB IV.2 - Ilustrasi terhadap cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani di Kabupaten Pasuruan tahun 2013-2014, dapat dilihat pada gambar IV-2.5.
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
a. Pembinaan teknis kebidanan oleh dokter spesialis kandungan dan kebidanan serta dokter spesialis anak kepada dokter dan bidan.
b. Pelaksanaan dan evaluasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. c. Evaluasi PPWS-KIA.
f. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
Indikator ini menggambarkan bahwa pertolongan persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. Indikator ini diperoleh dengan membandingkan jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan dengan jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Realisasi cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan tahun 2014 mencapai 94,64%. Hal ini mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2013 sebesar 89,99% atau terjadi peningkatan sebesar 4,65%. Jika dilihat dari target RPJMD tahun 2013-2018, hal tersebut belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 99,44%. 0 20 40 60 80 100
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
86,52 93,93
%
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.5.
Grafik Cakupan Komplikasi Kebidanan yg Ditangani Tahun 2013-2014
Tahun 2013
17 BAB IV.2 - Data Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 2013-2014 sebagaimana grafik IV-2.6.
Peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan tersebut dikarenakan:
a. Terlaksananya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara optimal.
b. Pelaksanaan Gerakan Sayang Ibu berjalan dengan maksimal terutama pada kegiatan kerjasama lintas sektor
c. Optimalnya kemitraan dukun bayi dengan bidan.
g. Cakupan kunjungan bayi
Indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar. Diperoleh dengan membandingkan jumlah kunjungan bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dengan jumlah seluruh bayi lahir hidup di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Cakupan kunjungan bayi tahun 2014 yaitu sebesar 96,85%. Hal ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2013 yang mencapai 94,75% atau terjadi peningkatan sebesar 2,58%. Jika dilihat dari target RPJMD tahun 2013-2018, hal tersebut sudah melampaui target yang telah ditetapkan sebesar 95,71%. Peningkatan capaian kinerja dari tahun 2013 ke 2014 ini diakibatkan adanya peningkatan kinerja bidan dan partisipasi masyarakat. Cakupan kunjungan bayi secara rinci dapat dilihat pada gambar IV-2.7.
0 20 40 60 80 100
Cakupan Pertolongan Persalinan
89,99 95,64
%
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.6.
Grafik Cakupan Pertolongan Persalinan Tahun 2013-2014
Tahun 2013 Tahun 2014
18 BAB IV.2 - Upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Pasuruan untuk meningkatkan cakupan kunjungan bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar yaitu dengan adanya bantuan sosial dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang salah satu pelayanannya adalah kunjungan bayi.
h. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI).
Indikator ini menunjukkan desa/kelurahan yang telah mendapatkan imunisasi anak secara lengkap. Pada tahun 2014, dari 365 desa/ kelurahan yang ada 288 desa/kelurahan atau 78,09% yang telah UCI. Jika dibandingkan dengan realisasi 2013 sebesar 69,59% maka mengalami peningkatan sebesar 10,59%. Sedangkan bila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan dalam RPJMD tahun 2013-2018 yaitu sebesar 78,82%, maka cakupan UCI desa saat ini masih dibawah target. Hal ini disebabkan antara lain :
a. Masih adanya penolakan karena takut efek samping vaksinasi dan ragu kehalalan vaksin. b. Tingkat mobilitasi penduduk migrasi dan ibu sibuk di daerah industri (Pandaan, Beji,
Gempol, Sukorejo, Bangil).
c. Kurangnya sosialisasi terhadap imunisasi tambahan (Booster)
Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 2013-2014 dapat dilihat pada gambar IV-2.8. 0 20 40 60 80 100
Jumlah cakupan Kunjungan Bayi 94,27
96,85
%
Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Pasuruan
Gambar IV-2.7.
Grafik Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2013-2014
Tahun 2013
19 BAB IV.2 - Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan UCI adalah melalui :
1. Program Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) dengan upaya gerakan imunisasi lengkap bagi ibu dan anak (gerilia) yang melibatkan lintas sektor dan lintas program.
2. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya imunisasi anak secara lengkap dengan media elektronik dan cetak dan melakukan strategi komunikasi.
3. Kegiatan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Imunisasi.
4. Mengajak peran serta aktif masyarakat terutama kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama.
5. Melakukan DOFU (Drop Out Follow Up) terhadap sasaran imunisasi yang tidak lengkap. 6. Sweeping pasca yandu untuk meningkatkan cakupan UCI.
i. Cakupan Penemuan dan Penanganan penderita penyakit TBC BTA
Indikator ini menggambarkan jumlah penderita TB Paru yang diobati telah minum obat dari menyelesaikan pengobatan selama 6 bulan. Indikator ini digunakan untuk mengukur jumlah penderita Tubercoulose (TB) Paru dengan Bakteri Tahan Asam Positif (BTA+) yang sembuh terhadap jumlah penderita paru TBC BTA positif yang diobati dalam kurun waktu yang sama. Angka kesembuhan penderita TB paru untuk tahun 2014 sebesar 90.68%. Hal ini mengalami penurunan dibanding tahun 2013 yang mencapai 90,77% atau terjadi kenaikan sebesar 0.09%. Namun demikian dilihat dari target RPJMD tahun 2013-2018, hal tersebut melampaui target yang telah ditetapkan sebesar 62,50%. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah untuk meningkatkan kesembuhan penderita TB paru telah berjalan semakin baik dengan adanya beberapa faktor yang mendukung antara lain:
a. Semua Puskesmas (100%) telah menerapkan standart DOTS dalam pengobatan TB sesuai dengan Internasional Standart for TB Care (ISTC)
0 50 100
Cakupan Desa / Kel UCI 69,59 78,90
%
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.8.
Grafik Cakupan Desa / Kel UCI Tahun 2013-2014
Tahun 2013 Tahun 2014
20 BAB IV.2 - b. Pelaksanaan jejaring antar UPK (Unit Pelaksana Kesehatan) dalam pengobatan TB semakin
optimal
c. Pasien TB dalam minum obat paket TB selama 6 bulan sesuai dengan aturan yang berlaku. Perkembangan angka kesembuhan TB Paru BTA+di Kabupaten Pasuruan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014, dapat dilihat pada gambar IV-2.9.
Angka kesembuhan penderita TB paru tersebut diatas dikarenakan : 1) Kepatuhan masyarakat dalam pengobatan membaik.
2) Ketersedian obat mencukupi.
3) Kinerja petugas Puskesmas dalam melakukan kegiatan berjalan dengan cukup baik.
j. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD
Indikator ini menggambarkan bahwa penderita penyakit demam berdarah dengue yang menyerang masyarakat dinilai dalam bentuk kejadian per 100.000 penduduk. Batas maksimal angka kesakitan DBD yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan adalah 50 orang per 100.000 penduduk khusus untuk daerah endemis.
Capaian angka kesakitan DBD tahun 2014 sebesar 11.50 per 100.000 jiwa. Capaian tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2013 sebesar 28,26 per 100.000 jiwa atau mengalami penurunan kasus kesakitan sebesar 16.76 per 100.000 penduduk. Capaian tahun 2014 untuk memenuhi angka yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, yaitu sebesar <50 per 100.000. Kabupaten Pasuruan merupakan daerah potensial endemis DBD.
0 20 40 60 80 100
Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita TBC
90,77 90,68
%
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.9.
Grafik Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita TBC Tahun 2013-2014
Tahun 2013
21 BAB IV.2 - Perkembangan angka kesakitan DBD di Kabupaten Pasuruan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014, dapat dilihat pada gambar IV-2.10.
Angka kesakitan DBD tahun 2014 naik dibandingkan tahun 2013 dikarenakan :
1) Sosialisasi kewaspadaan dini pencegahan penyakit DBD pada musim pancaroba mulai berjalan efektif.
2) Respon penanggulangan focus DBD oleh petugas Puskesmas berjalan baik.
3) Adanya jejaring layanan rujukan penderita berjalan baik sehingga diagnosanya cepat.
k. Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas
Indikator ini digunakan untuk menggambarkan bahwa puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan strata 1 (pertama) dibutuhkan oleh masyarakat sebagai upaya kuratif, promotif dan preventif. Diperoleh dengan membandingkan jumlah kunjungan pasien puskesmas dengan jumlah penduduk.
Penduduk yang pernah berobat di Puskesmas tahun 2014 sebesar 87.04% atau sebanyak 1.367.197 jiwa dari 1.569.507 total jumlah penduduk di Kabupaten Pasuruan. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 (84,51% atau sebanyak sebanyak 1.315.752 jiwa dari 1.556.837 total jumlah penduduk), maka mengalami peningkatan sebesar 2.53% yang berarti lebih baik dari target RPJMD tahun 2013-2018 sebesar 82,68%.Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas masih menjadi pilihan untuk pengobatan dan dipercaya oleh masyarakat dalam penanganan kuratif disamping kegiatan preventif dan promotifnya.
Perkembangan penduduk yang memanfaatkan Puskesmas di Kabupaten Pasuruan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014, dapat dilihat pada gambar IV-2.11.
0 10 20 30
Perkembangan Angka Kesakitan DBD 28,26 11,5 p er 10 0 .00 0 ji w a
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.10.
Grafik Perkembangan Angka Kesakitan DBD Tahun 2013-2014
Tahun 2013
22 BAB IV.2 - Peningkatan pemanfaatan puskesmas ini dikarenakan:
1) Kecepatan menindaklanjuti dari hasil survey kepuasan masyarakat terhadap pelayanan di puskesmas ;
2) Perbaikan sarana dan prasarana di Puskesmas, mulai perbaikan gedung yang sesuai standar, alat kesehatan dan SDM;
3) Penerapan manajemen mutu (ISO 9001:2008) di 7 Puskesmas (Gempol, Grati, Pandaan, Purwodadi, Purwosari, Ngempit dan Bangil );
Upaya yang dilakukan untuk terus meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat dilakukan melalui peningkatan standar mutu layanan kesehatan.
I. Cakupan pelayanan kesehatan pasien masyarakat miskin
Indikator ini menggambarkan bahwa penderita atau kasus penyakit pada masyarakat miskin yang dilayani di FKTP telah dijamin pembayarannya oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan, cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin pada tahun
2014 yang dilayani di FKTP sebesar 341.855 atau sebesar 53 ,76 % dari 635.906 peserta. Hal ini mengalami penurunan kasus rujukan dibanding tahun 2013 sebesar 63.40%, ini menunjukkan adanya pelayanan yang baik di puskemas serta banyak kasus-kasus penyakit yang bisa ditangani oleh puskesmas.
Secara rinci per pelayanan dari Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebesar 323.183, dari Surat Pernyataan Miskin (SPM) sebesar 2.730 dan dari Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda ) sebesar 15.943. 0 20 40 60 80 100
Jumlah Pddk yang memanfaatkan Puskesmas
84,51 87,04
%
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.11.
Grafik Pddk yang Memanfaatkan Puskesmas Tahun 2013-2014
Tahun 2013
23 BAB IV.2 - Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di Kabupaten Pasuruan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014, dapat dilihat pada gambar IV-2.12.
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin menunjukkan bahwa terdapat kemudahan dari masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya strata 1 (pertama) yang ditunjang adanya kemudahan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan gratis dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat. Ruang lingkup pelayanan meliputi:
1) Upaya Kesehatan Perorangan Strata I (pertama) dilaksanakan di Puskesmas dan jaringannya.
2) Upaya Kesehatan Perorangan Strata II dan III dilaksanakan di Rumah Sakit yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat
3) Sosialisasi ke 24 kecamatan tentang pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah yaitu tentang BPJS kesehatan.
4) Pemerintah Kabupaten Pasuruan melaksanakan optimalisasi program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi masyarakat miskin baik dari mulai dari PBI, jamkesda serta Masyarakat dengan Surat Pernyataan Miskin sudah dilayani dengan program Layanan Gratis di Puskesmas dan Rumah Sakit.
10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00
Jumlah Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
63,40 53,76
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pasuruan
Gambar IV-2.12.
Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Tahun 2013-2014
Tahun 2013 Tahun 2014
24 BAB IV.2 -
m. Rasio Dokter persatuan Penduduk
Berdasarkan data pencatatan rekapitulasi ketenagaan tahun 2014 jumlah dokter yang ada di Puskesmas sebanyak 65 orang, sedangkan hasil pencatatan daftar dokter yang mengajukan ijin praktek di Kabupaten Pasuruan baik dokter pemerintah maupun swasta berjumlah 291 orang. Angka tersebut memperlihatkan rasio antara dokter dengan jumlah penduduk menjadi 4,14 dokter umum berbanding 100.000 penduduk. Jika di bandingkan dengan jumlah dokter yang ijin di Kabupaten Pasuruan yaitu dengan rasio 18,53 idealnya minimal 40 dokter umum per 100.000 penduduk.
Dari rasio kecukupan dokter di Kabupaten Pasuruan, menandakan bahwa jumlah dokter yang ada masih jauh dari angka kecukupan.
Rasio Dokter di Kabupaten Pasuruan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014, dapat dilihat pada gambar IV-2.13.
Rasio dokter di tempat pelayanan pemerintah (Puskesmas dan Rumah Sakit) masih sangat kurang, baik dari jumlah rata – rata maupun penyebaran serta jumlah dokter per jumlah puskesmas . Terutama jumlah dokter di puskesmas perawatan minimal ada dokter umum sebanyak 4 orang, kondisi saat ini rata –rata dokter di puskesmas perawatan baru tercukupi 2 orang.
n. Bed Occupancy Rate (BOR)
Indikator ini digunakan untuk mengetahui tingkat hunian RSUD yang menggambarkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur yang ada pada rumah sakit. Diperoleh dari jumlah hari perawatan RSUD dibagi dengan hasil kali jumlah tempat tidur dan jumlah hari pada
0 5 10 15 20
Rasio Dokter di Kabupaten Pasuruan
18,18 18,53
Gambar IV-2.13.
Grafik Rasio dokter di Kabupaten Pasuruan Tahun 2013-2014
Tahun 2013
25 BAB IV.2 - periode tahun tersebut, dikalikan 100%. BOR yang ideal adalah antara 60% sampai dengan 85%. Bed Occupancy Rate (BOR) tahun 2014 sebesar 77,16%, apabila dibandingkan dengan kondisi tahun 2013 sebesar 69,82% maka mengalami peningkatan sebesar 7,34%. Bila dibandingkan dengan target tahun 2014 sebesar 77,14%, maka realisasi Bed Occupancy Rate (BOR) tahun 2014 melebihi target sebesar 0,02%.
o. Nett Dead Rate (NDR)
NDR digunakan untuk mengetahui angka kematian bersih yaitu angka kematian diatas 48 jam setelah dirawat untuk setiap seribu (1000) penderita keluar.
Target Nett Dead Rate (NDR ) pada tahun 2014 sebesar 22,08 per mil. Realisasi Nett Dead Rate pada tahun 2014 sebesar 24,00 per mil dengan perincian jumlah kematian pasien diatas 48 jam setelah dirawat sebanyak 417 orang dari jumlah pasien keluar hidup dan mati sebanyak 17.375 orang. Jika dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 24,43 per mil, Nett Dead Rate (NDR) tahun 2014 RSUD Bangil berhasil menurunkan NDR sebesar 0,43 per mil. Perkembangan NDR tahun 2013-2014 sebagaimana gambar IV-2.14.
0 20 40 60 80 Perkembangan BOR 69,82 77,16 %
Sumber : RSUD Bangil
Gambar IV-2.13. Grafik Perkembangan BOR
Tahun 2013-2014
Tahun 2013 Tahun 2014
26 BAB IV.2 - Untuk menurunkan Nett Dead Rate (NDR), bebagai upaya telah dilakukan antara lain dengan melengkapi sarana prasarana penunjang terutama pada alat kesehatan dan kedokteran , penambahan tenaga dokter spesialis serta peningkatan kompetensi SDM melalui bimtek, seminar, workshop, inhouse training, kegiatan audit medik dan audit kasus kematian.nTahun mendatang akan lebih ditingkatkan lagi upaya penurunan angka kematian diatas 48 jam ini sehingga kepercayaan masyarakat akan semakin tinggi.
p. Tercukupinya pelayanan masyarakat miskin
Pelayanan pada masyarakat yang terbaik menjadi harapan RSUD Bangil dalam rangka turut membangun kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan harapan pemerintah. Sebagai unit pelayanan rujukan, RSUD Bangil tidak hanya melayani pasien umum maupun pasien dengan asuransi ( BPJS, in Health, asuransi kesehatan lainnya ). Namun juga melayani pasien miskin dengan Surat Pernyataan Miskin ( SPM ) yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Pada tahun 2014 jumlah kunjungan masyarakat miskin dengan SPM sebanyak 8.060 kunjungan, yang terdiri dari kunjungan rawat jalan sebanyak 5.672 kunjungan dan kunjungan rawat inap sebanyak 2.388 kunjungan.
Kunjungan masyarakat miskin dengan SPM tahun 2013-2014 sebagaimana terlihat pada gambar IV-2.15. 0 5 10 15 20 25 Prosentase NDR 24,43 24,00 Per M il
Sumber : RSUD Bangil
Gambar IV-2.14. Grafik NDR per mil
Tahun 2013-2014
Tahun 2013
27 BAB IV.2 -
q. Persentase jumlah penduduk yang memanfaatkan rumah sakit
Indikator yang digunakan untuk mengukur akses penduduk terhadap rumah sakit dan besarnya upaya rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk. Angka ini diperoleh dengan membandingkan jumlah penduduk yang berkunjung dan memanfaatkan pelayanan rumah sakit dengan total penduduk di Kabupaten Pasuruan.
Persentase penduduk yang memanfaatkan rumah sakit tahun 2014 sebanyak 352.140 jiwa (21,68% dari jumlah penduduk di Kabupaten Pasuruan). Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 228.326 kunjungan atau 15,01%, maka pada tahun 2014 ada peningkatan sebesar 6,67% jumlah penduduk yang memanfaatkan pelayanan rumah sakit atau sebesar 352.140 kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas di RSUD Bangil semakin meningkat. Secara rinci penduduk yang memanfaatan rumah sakit pada tahun 2013 - 2014 dapat dilihat pada gambar IV-2.16.
Jumlah Penduduk yang Memanfaatkan Rumah Sakit Periode tahun 2013-2014 dapat dilihat pada gambar IV-2.16
0 2 4 6 8 10
Jumlah Pelayanan Masyarakat Miskin 3,833
8,060
Sumber : RSUD Bangil
Gambar IV-1.15.
Pelayanan Masyarakat miskin dengan SPM Tahun 2013-2014
Tahun 2013
28 BAB IV.2 - Kenaikan realisasi pemanfaatan rumah sakit pada tahun 2014 disebabkan:
1) Bertambah lengkapnya sarana dan prasarana pelayanan serta pendukung pelayanandi RSUD Bangil. Tahun 2014 RSUD Bangil melengkapi sarana peralatan kedokteran untuk mengurangi resiko kematian pasien. Adapun penambahan peralatan kedokteran yang direalisasi pada tahun 2014 antara lain : Pasien Monitor yang digunakan untuk memonitor jantung; Syringe pump dan infus pump untuk mengatur pemberian medikasi intravena; Elektrokardiografi digunakan untuk merekam aktifitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu; Defibrillator digunakan untuk stimulator detak jantung; Trealmill, Echocardiografi yang digunakan untuk diagnostik adanya kelainan jantung;
2) Penambahan dan perbaikan fasilitas pelayanan pasien antara lain : ruang tunggu pasien , ruang administrasi terpadu untuk memudahkan dan mempersingkat waktu tunggu pelayanan, ruang High Care Unit ( HCU ) HCU yaitu untuk memberikan pelayanan secara intensif untuk pemantauan fungsi vital secara terus menerus dalam 24 jam, pelayanan ambulance 118 untuk pelayanan kegawatdaruratan, perbaikan dan penambahan ruang operasi untuk mempersingkat waktu tunggu pasien yang akan di operasi;
3) Membuka pelayanan Bank darah untuk memenuhi kebutuhan darah untuk pasien yang kekurangan darah;
4) Membuka pelayanan poliklinik eksekutif pada sore hari. Saat ini masih ada satu poliklinik eksekutif yaitu poliklinik Jantung
5) Penambahan SDM dokter spesialis sangat berpengaruh positip terhadap kepercayaan masyarakat terhadap RSUD Bangil.
0 100 200 300 400
Jumlah Penduduk yang memanfaatkan Rumah Sakit 228,326
352,140
Ji
wa
Sumber : RSUD Bangil
Gambar IV-2.16.
Grafik Jumlah Penduduk yang memanfaatkan Rumah Sakit Tahun 2013-2014
Tahun 2013
29 BAB IV.2 - 6) Seiring dengan terakreditasinya pelayanan RSUD Bangil dan diberikannya status PPK
BLUD Penuh kepada RSUD Bangil semakin mendorong kepercayaan pihak perusahaan untuk menjalin kerjasama dengan RSUD Bangil, antara lain : PT. Jamsostek, Menara Medika Center, PT Askes, Nayaka, PT Indolakto, PT Wonokoyo, PT. Nippon Piston Ring Manufacturing Indonesia, PT KAI, PT YMPI, CV Mitra Husada Beji, PT Hardlent Medika Husaha, PT Cahaya Medika Health Care, In Health, PT Medika Nusa Raharja, PT Indofood, PT Domusindo, PT Mega Marine Pride, dll.
Upaya yang akan dilakukan guna meningkatkan kunjungan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di RSUD bangil melalui terobosan-terobosan antara lain :
1) Mengembangkan infrastruktur baik pelayanan maupun penunjang pelayanan yang memiliki potensi pasar dengan tetap mempertimbangkan aspek sosial misalnya pelayanan farmasi, Radiologi serta pelayanan penunjang lainnya
2) Memperkuat jejaring pemasaran dengan Dinas Kesehatan melalui Puskesmas dengan menjadikan dokter spesialis RSUD Bangil sebagai konsultan Puskesmas.
3) Untuk mengatasi kekurangan tenaga dokter spesialis, RSUD Bangil menambah tenaga dokter Spesialis dengan cara kontrak kerja waktu tertentu.
4) Segera mengoperasikan pelayanan Onkologi untuk kemoterapi pasien kanker; 5) Segera mengoperasikan pelayanan Hemodialisa untuk pasien yang cuci darah;
6) Mengintensifkan pelayanan Wound care yaitu pelayanan rawat luka serius yang biasanya dikarenakan penyakit diabetes.
7) Menambah poliklinik eksekutif yang buka sore hari. 8) Mengoptimalkan gedung rawat inap jantung dan paru 9) Segera membuka pelayanan klinik Diabetes
10) Mengoptimalkan utilisasi kamar operasi 11) Membuka pelayanan pavillun Obsgyn
c. Masalah dan Solusi 1. Dinas Kesehatan
a. Permasalahan : Persiapan pengadaan tanah untuk relokasi puskesmas Rembang dan Kraton belum terealisasi dikarenakan masih dalam proses tahap perencanaan
30 BAB IV.2 - b. Permasalahan : Pada kegiatan Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan
kesehatan hanya terserap 7,29 % dikarenakan keterbatasan waktu untuk proses lelang Solusinya : Merencanakan waktu pengadaan lebih awal
c. Permasalahan : Pada program Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (Jamkesda) hanya terserap 24,89 %
Solusinya : Peserta kartu jamkesda telah diintegrasikan dengan kepesertaan BPJS Kesehatan dengan SK Bupati.
d. Permasalahan : Penambahan dana yang cukup besar pada saat PAK khususnya dana cukai sehingga serapan anggaran menjadi lebih kecil.
Solusinya : Penambahan anggaran khususnya dana cukai di sesuaikan dengan kebutuhan SKPD.
2. RSUD
a. Permasalahan : Jumlah Dokter spesialis di RSUD Bangil masih kurang. Jumlah dokter spesialis yang disyaratkan adalah 3 dokter spesialis untuk setiap pelayanan spesialisasi.
Solusinya :
Mengontrak dokter spesialis non PNS
Mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk mengangkat dokter spesialis menjadi PNS; Memberikan bea siswa kepada dokter yang ada di Kabupaten Pasuruan untuk dididik menjadi dokter spesialis dan ditempatkan di RSUD Bangil. Bea siswa ini bersifat mengikat sehingga yang bersangkutan terikat perjanjian untuk bekerja di RSUD Bangil setelah lulus.
Memberikan rekomendasi bagi dokter spesialis PNS dari luar Kabupaten Pasuruan yang ingin mutasi ke RSUD Bangil.