BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keputihan 2.1.1 Definisi
Keputihan (leukorea/flour albus/vaginal discharge) adalah pengeluaran cairan dari alat genital yang tidak berupa darah. Cairan ini dalam keadaan normal tidak sampai keluar ( Novak, 1957). Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang tidak normal/patologis (Blankast dalam Suparyanto, 2011).
2.1.2 Etiologi
Menurut Sibagariang E. (2010) keputihan yang fisiologis terjadi pada :
a. Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon esterogen dan progesteron sang ibu.
b. Masa sekitar menarche atau pertama kali datang haid, hal ini ditunjang oleh hormon esterogen.
c. Setiap wanita yang mengalami kegairahan seksual, hal ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi saat senggama.
d. Masa sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim. e. Kehamilan yang menyebabkan peningkatan suplai darah kedaerah vagina
dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.
Keputihan yang patologis terjadi disebabkan oleh (Sibagariang E., 2010): a. Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi yakni:
1. Jamur, jenis jamur candida albicans adalah jamur paling sering menyebabkan keputihan. Beberapa faktor lain yang dapat
menyebabkan infeksi jamur candida seperti : pemakaian obat antibiotika atau kortikosteroid yang lama, kehamilan, kontrasepsi hormonal, penyakit diabetes militus, penurunan kekebalan tubuh karena penyakit kronis, selalu memakai pakaian ketat dan dari bahan yang sukar menyerap keringat.
2. Bakteri
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan keputihan adalah :
Gonokokus, Clamidia trakomatis, Grandnerella, dnan Treponema pallidum.
3. Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trikomonas
vaginalis. Salah satu penularan T.vaginalis yang paling sering adalah
dengan koitus. 4. Virus
Sering disebabkan oleh Human papiloma virus (HPV) dan Herpes Simpleks. HPV ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau dan tanpa rasa gatal.
b. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan c. Benda asing
Kondom yang tertinggal atau pesarium untuk penderita hernia atau prolaps uteri dapat merangsang sekret vagina berlebih.
d. Neoplasma jinak
Keputihan yang timbul disebabkan oleh peradangan yang terjadi karena pertumbuhan tumor jinak ke dalam lumen.
e. Kanker
Gejala keputihan yang timbul karena kanker ialah cairan yang banyak berbau busuk serta terdapat bercak darah yang tidak segar. Darah yang keluar disebabkan oleh tumor yang masuk ke dalam lumen saluran genital
kemudian tumbuh secara cepat dan abnormal serta mudah rusak sehingga terjadi pembusukan dan pendarahan.
f. Menopause
Pada wanita menopause hormon esterogen telah berkurang sehingga vagina menjadi kering.sehingga menyebabkan gatal yang memicu untuk terjadi luka kemudian infeksi.
Menurut sumber lain keputihan dapat disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu : konstitusional, kelainan endokrin, inflamasi, dan penyakit-penyakit lain didaerah genital wanita (Novak, 1957).
Konstitusi adalah suatu keadaan seperti anemia, tuberculosis, nefritis kronis yang menyebabkan gangguan sirkulasi. Endokrin menyebabkan hipersekresi dari kelenjar servikal yang dapat menyebabkan leukorrea (keputihan), seperti perubahan endokrin yang diakibatkan siklus mensturasi. (Novak, 1957)
Inflamasi berdasarkan lokasi dibagi kepada vulvitis, vaginitis, serviksitis, endometritis, dan salphingitis. Keputihan juga dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit lokal disekitar alat genital wanita. (Novak, 1957)
2.1.3 Klasifikasi
a. Keputihan yang fisiologis
Keputihan yang fisiologis adalah cairan jernih,tidak berbau dan tidak gatal. Keputihan fisiologis cairan jernih yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang (Sibagariang E., 2010). Keputihan fisiologis muncul pada saat ovulasi, rangsangan seksual, menjelang dan sesudah haid, atau pengaruh hormon (Manuaba, 2009).
b. Keputihan patologis
Keputihan patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat yang terjadi karena adanya luka, cairan yang muncul bewarna, jumlahnya berlebihan, berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas dan menyebabkan luka didaerah mulut vagina (Sibagariang E.,
2010). Keputihan patologis muncul karena infeksi vagina, keganasan reproduksi, bisa juga karena benda asing dalam vagina (Manuaba, 2009).
2.1.4 Patogenesis
Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri yang dominan dalam ekosistem
vagina. Lactobacillus membantu mempertahankan pH vagina normal (3,5 – 4,5) dengan memproduksi asam laktat, yang menyeimbangkan ekosistem vagina (Smith M., 2000)
Keputihan diakibatkan oleh perubahan pH disekitar alat genital yang awalnya bersifat asam menjadi lebih basa. pH asam pada genital wanita berfungsi sebagai mekanisme pertahan alat genital terhadap patogen-patogen didaerah tersebut, pH yang berubah menjadi basa tidak hanya menyebabkan patogen bisa mengivasi daerah genital tetapi juga flora-flora normal yang ada pada daerah genital menjadi bersifat patogen. Adanya keadaan ini menyebabkan vagina mengeluarkan sekret yang tergantung kepada penyebab ataupun mikroorganisme yang menyebabkan keputihan. Manifestasi dari keputihan tergantung kepada penyebab keputihan (Sibagariang E., 2010)
2.1.5 Gejala
Keputihan mempunyai berbagai penyebab infeksi, salah satu cara memastikan mikroorgnisme penyebab keputihan adalah dengan melihat discharge-nya:
a. Bakteri, gejala : cairan bau amis (fishy, pH 6-7), warna putih atau abu-abu. b. Parasit,gejala : cairan bau amis (fishy, pH 6-7), warna hijau atau kuning. c. Jamur, gejala : cairan berwarna putih berbusa, pH <4,5
2.1.6 Diagnosis (Ramayanti,2004) a. Anamnesis
1. Umur, harus diperhatikan pengaruh esterogen pada bayi ataupun wanita dewasa. Pada wanita usia lebih tua diperhatikan kemungkinan keganasan terutama kanker serviks.
2. Metode kontrasepsi yang dipakai, pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi kelenjar serviks yang dapat diperparah dengan adanya infeksi jamur.
3. Kontak seksual, merupakan salah satu penyebab penyebaran penyakit.
4. Perilaku, cara suka tukar menukar alat mandi atau handuk, serta cara membilas vagina yang salah juga merupakan faktor terjadinya keputihan.
5. Sifat keputihan, yang diperhatikan adalah jumlah, bau, warna dan konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, dan telah berapa lama. Hal ini penting dalam menegakkan penyebab terjadinya keputihan.
6. Menanyakan kemungkinan mensturasi atau kehamilan. 7. Masa inkubasi
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik berguna untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit kronis. Pemeriksaan fisik yang khusus yang harus dilakukan adalah pemeriksaan genital yang meliputi : inspeksi dan palpasi genital eksterna, pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks, pemeriksaan pelvis bimanual.
c. Pemeriksaan laboratorium
1. Penentuan pH, menggunakan kertas indikator (normal 3,0 – 4,5) 2. Penilaian sediaan basah,dengan KOH 10% dan garam fisiologis.
sebagai parasit berbentuk lonjong dengan flagellnya dan gerakannya yang cepat. Sedangkan Candida albicans dapat dilihat jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora). Pada infeksi Gardnerella
vaginalis akan dijumpai clue cell yang merupakan ciri khasnya.
3. Pewarnaan gram.
4. Kultur, untuk menentukan kuman penyebab.
5. Pemeriksaan serologis, untuk mendeteksi Herpes genitalis dan Human Papiloma virus dengan pemeriksaan ELISA.
6. Tes pap smear, tes ini ditunjukkan untuk mendeteksi adanya keganansan pada serviks, infeksi termasuk Human Papiloma virus, peradangan, sitologi hormonal dan evaluasi hasil terapi.
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Pencegahan ( Koronek , Muhammad A.)
Berbagai pencegahan yang dilakukan akan berguna untuk mengurangi insidensi kepurihan, dimana keputihan merupakan penyakit yang hampir pernah dialami oleh setiap wanita. Pencegahan/edukasi yang dapat diberikan yaitu:
1. Menyeka daerah kelamin dari depan ke belakang 2. Mencuci daerah kelamin dengan air hangat
3. Menghindari sabun atau produk kesehatan feminim 4. Menghindari krim steroid (kecuali diresepkan) 5. Memakai celana dalam katun
6. Menghindari pemakaian celana ketat
7. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel halus yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengandung jamur dan bakteri untuk bersarang ditempat itu.
8. Jaga kesterilan alat vital. Penggunaan tisu basah atau produk pantyliner harus betul-betul steril.
9. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
b. Farmakologi
Keputihan merupakan salah satu kondisi paling umum untuk wanita mencari perawatan medis. Wanita dengan keluhan keputihan akan berusaha melakukan terapi dengan menggunakan obat yang salah (Rees M., 2008)
Terapi pada keputihan harus disesuaikan dengan etiologinya (Ramayanti, 2004) :
1. Parasit
Pada infeksi Trichomonas vaginalis diberikan metronidazol 3x250 mg peroral selama 10 hari, dapat juga dengan Klotrimazol 1x100 mg intravaginal selama 7 hari.
2. Jamur
Pada infeksi Candida albicans dapat diberikan mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari, obat lainnya Itrakonazol 2x200 mg peroral dosis sehari.
3. Bakteri
Untuk Gonokokus dapat diberikan Tetrasiklin 4x250 mg peroral/hari selama 10 hari, untuk Gradnerella vaginalis diberikan Clindamycin 2x300mg peroral/hari selama 7 hari, Klamidia trachomatis diberikan Tetrasiklin 4x500 mg peroral/hari selama 7-10 hari, dan Treponema
palladium diberikan Benzatin Penisilin G 24 juta unit IM dosis tunggal
atau Doksisiklin 2x200 mg peroral selama 2 minggu. 4. Virus
Pada virus Herpes tipe 2,diberikan obat topical larutan neutral 1% atau larutan proflavine 0,1%, pada Human Papiloma virus pemberian vaksinasi mungkin cara pengobatan yang rasional untuk infeksi virus ini (namun vaksinasi ini masih dalam penelitian), kemudian pemberian suntikan interferon dan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin 0,5% baik untuk Kondiloma akuminata.
2.2. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan 2.2.1 Pengetahuan ( Knowledge )
Menurut Notoadmodjo (2003) yang dikutip dari Wawan (2010), pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui paca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba itu sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Hal lain juga diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003) tentang tingkat pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif yang mempunyai 6 tingkat,yaitu :
a. Tahu (Know)
Bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajarinya, misalnya istilah-istilah.
b. Memahami (Comprehention)
Seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar ide dapat menerangkan kembali secara mendasar il,mu pengetahuan yang telah dipelajarinya.
c. Aplikasi (Application)
Telah ada kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya dari situasi lainnya.
Kemampuan meningkatkan dimana seseorang telah mampu menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisi satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Mampu menyusun kembali kebentuk semula ataupun kebentuk lain
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak, Wahit (2011) :
a. Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula seseorang menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membantu seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Umur
Pertambahan umur mengakibatkan perubahan fisik dan psikologis (mental). Perubahan fisik terdiri dari: perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri baru. Sedangkan, perubahan psikologis menyebabkan taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Minat sebagai kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
f. Kebudayaan di lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan pribadi atau sikap seseorang.
Kemudahan dalam memeroleh informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
2.2.2 Sikap ( Attitude )
Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang akan kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya ( Mubarak W., 2011 )
Terdapat 3 komponen yang membentuk sikap menurut Baron dan Byrnes juga Myres dan Gerengun yang dikutip dari Wawan (2010) :
a. Komponen kognitif (komponen perceptual), adalah komponen yang berikatan dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan.
b. Komponen afektif (komponen emosional), adalah komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu objek c. Komponen konatif (komponen prilaku, atau action component), adalah
komponen yang berhubungna dengan kecenderungan bertindak.
Ketiga komponen inilah yang nantinya akan mempengaruhi seseorang dalam membentuk suatu sikap. Menurut Notoatmodjo, 1996 terdapat 4 tingkatan sikap, yaitu:
a. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang (subjek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding), seperti memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyyan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap sesuatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab terhadap segalah sesuatu yang dipilihnya merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapt ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003).
2.2.3 Tindakan
Menurut Notoadmodjo dalam Ritonga (2011), tindakan adalah setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui. Proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui.
Ada 4 tingkatan pratek tindakan yaitu :
a. Persepsi yaitu memilih suatu objek sesuai dengan tindakan yang diambil. b. Respon terpimpin yaitu mengurutkan suatu tindakan sesuai dengan contoh
yang ada.
c. Mekanisme yaitu melakukan tindakan yang benar agar bisa jadi kebiasaan. d. Adaptasi yaitu tindakan berkembang biak atau dimodifikasi tanpa mengurangi