• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Di era

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Di era"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Di era globalisasi ini diperlukan pendidikan untuk menghadapi kompetisi yang begitu cepat. Melalui pendidikan, seseorang tidak hanya belajar intelektual saja, tetapi juga mendapatkan pengetahuan tentang sikap/ karakter dan keterampilan. Oleh karena itu, pendidikan dapat memberikan bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam kehidupan masyarakat dan menghadapi era globalisasi yang penuh dengan kompetisi.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Mata pelajaran matematika merupakan ibu dari mata pelajaran yang lain. Matematika mengajarkan siswa untuk mengonstruksikan pengetahuannya sendiri dan belajar tentang logika. Namun, siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasar matematika. Jika siswa sudah merasa kesulitan, maka siswa akan menjadi malas dan tidak dapat memahami pelajaran. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam rangka mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, pembelajaran matematika sangat penting untuk dilaksanakan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik diperoleh bahwa nilai rata-rata ulangan matematika siswa sudah baik, tetapi belum optimal. Banyaknya siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal baru mencapai 62,5%. Guru juga mengatakan bahwa kesungguhan siswa dalam belajar masih kurang. Karena kesungguhan siswa

(2)

2

dalam belajar masih kurang mengakibatkan rasa ingin tahu siswa juga masih kurang. Kurangnya rasa ingin tahu siswa ditandai dengan apabila tidak ada perintah dari guru untuk mempelajari materi selanjutnya, maka siswa juga tidak akan belajar. Selain itu, pada saat pembelajaran masih ada siswa yang malu untuk mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Kurangnya rasa ingin tahu siswa juga akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Selain rasa ingin tahu yang masih kurang dan prestasi belajar yang belum optimal, keterampilan sosial yang dimiliki oleh siswa SMP Negeri 1 Ngaglik juga masih kurang. Keterampilan siswa belum terasah dengan baik. Keterampilan sosial juga dapat mempengaruhi prestasi siswa. “Social skills are positively predictive of concurrent levels of academic achievement” (Malecki & Elliot, 2002: 1). Makna dari pernyataan di atas adalah keterampilan sosial mempengaruhi tingkat prestasi akademik. Apabila keterampilan sosial siswa kurang, siswa juga akan memiliki prestasi akademik yang rendah.

Arends (2007: 367) mengatakan “Social skills are those behaviors that promote successful social relationships enable individuals to work effectively with others”. Keterampilan sosial adalah perilaku-perilaku yang mendukung kesuksesan hubungan sosial dan memungkinkan individu untuk bekerja secara efektif bersama orang lain. Menurut Syamsul Bachri Thalib (2013: 159), keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, memberi atau menerima umpan balik (feedback), memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.

(3)

3

Dalam proses pembelajaran, guru lebih menekankan pada aspek pengetahuannya saja, tetapi untuk aspek keterampilan dan sikap masih kurang, khususnya keterampilan sosial. Pembelajaran hanya terjadi satu arah sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyampaikan gagasannya. Siswa masih merasa malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

Dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, tidak semua siswa ikut dalam mempresentasikan hasil diskusinya. Masih ada siswa yang malu untuk berbicara di depan sehingga kadang hanya beberapa siswa saja yang berani mempresentasikan hasil diskusinya. Ketika disuruh maju untuk menuliskan jawaban soal yang dikerjakan, masih ada siswa yang merasa malu. Berdasarkan semua permasalahan tersebut yang berkaitan dengan aspek dan indikator keterampilan sosial, menunjukkan bahwa keterampilan sosial siswa masih kurang. Selain faktor dari siswa, model pembelajaran yang digunakan juga mempengaruhi keterampilan sosial dan prestasi belajar siswa. Guru berperan penting dalam pembelajaran. Seorang guru harus mengetahui model pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya. Peran penting guru dalam pembelajaran bukan sebagai peran utama tetapi guru hanya sebagai fasilitator. Peran aktif dilakukan oleh siswa. Guru berperan dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran, topik, dan model pembelajaran yang akan digunakan.

Model pembelajaran juga hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan model pembelajaran penting karena mempengaruhi

(4)

4

ketertarikan siswa dalam belajar. Model pembelajaran yang tepat diperlukan agar dapat menarik minat belajar dan rasa ingin tahu bagi siswa. Apabila minat belajar dan rasa ingin tahu siswa tinggi, prestasi belajar siswa juga akan meningkat.

Begitu pula dalam pembelajaran matematika diperlukan model pembelajaran yang tepat. Karena matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit, pembelajaran matematika dibuat dengan model pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa tidak merasa tertekan dan dapat memahami pelajaran matematika. Pembelajaran matematika juga dibuat semenarik mungkin agar siswa antusias dalam pembelajaran. Siswa juga tidak akan merasa bosan.

Mulai tahun ajaran 2014/2015 semester genap, kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik, guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Salah satu pembelajaran yang berpusat pada guru adalah pembelajaran langsung (Direct Instruction), yaitu guru memberi penjelasan materi pelajaran, latihan soal, tanya jawab, dan pemberian tugas. Siswa kurang termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

Saat proses pembelajaran berlangsung, informasi bersumber dari guru sedangkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan soal. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar mengakibatkan keterampilan sosial siswa dan prestasi belajar matematika siswa masih kurang. Hal itu dibuktikan dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik

(5)

5

diperoleh bahwa prestasi belajar siswa sudah baik tetapi belum optimal. Selain itu, keterampilan sosial siswa juga belum terasah dengan baik.

Untuk meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar siswa, banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika, salah satunya model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran dengan membuat kelompok-kelompok diskusi. Model pembelajaran kooperatif melatih siswa dalam kerja sama dengan kelompok melalui diskusi. Siswa dapat berlatih menyampaikan pendapatnya masing-masing.

Slavin (2005: 4) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam model pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Menurut Arends (2007: 345), “The cooperative learning model was developed to achieve at least three important instructional goals: academic achievement, tolerance and acceptance of diversity, and social skill development”. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan penting dalam pembelajaran yaitu prestasi akademik, toleransi dan penerimaan perbedaan individual dan pengembangan keterampilan sosial. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif perlu dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah teknik Make A Match. Model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match merupakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik mencari pasangan yang cocok antara

(6)

6

pemegang kartu soal dan jawaban. Teknik Mencari Pasangan (Make A Match) merupakan teknik yang dikembangkan oleh Loma Curran pada tahun 1994. Teknik ini memiliki keunggulan yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan (Isjoni, 2010: 67). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.

Pemilihan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match memiliki potensi meningkatkan prestasi belajar lebih daripada pembelajaran dengan teknik yang lain. Karena suasana yang diciptakan dalam kelas lebih menyenangkan dan melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan dari guru tetapi dari teman mereka sendiri.

Model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Prestasi belajar matematika diharapkan akan lebih optimal menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match. Karena melalui model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match semua siswa terlibat dalam pembelajaran sehingga efektif terhadap prestasi belajar matematika siswa.

Berdasarkan analisis di atas, dipilihlah model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match untuk meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik. Model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match mengutamakan interaksi siswa dengan siswa lain dalam menemukan pasangan kartunya. Dalam menemukan pasangan kartunya, keterampilan sosial siswa sangat diutamakan. Siswa harus berani bertanya kepada

(7)

7

teman lain untuk menemukan pasangan kartunya. Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada siswa yang dapat menemukan pasangan kartunya yang tepat paling cepat.

SMP Negeri 1 Ngaglik belum pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match. Selain itu, berdasarkan penelitian yang relevan yaitu tesis penelitian eksperimen yang ditulis oleh Seri Ningsih dengan hasil penelitiannya bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match lebih baik daripada menggunakan pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada materi luas bangun datar (trapesium dan layang-layang). Oleh karena itu, peneliti memilih judul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match pada Materi Pokok Aljabar Ditinjau dari Keterampilan Sosial dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang timbul sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Ngaglik belum menekankan pada keterampilan sosial siswa.

2. Prestasi belajar siswa masih kurang.

3. Rasa ingin tahu siswa dalam belajar matematika masih kurang. 4. Keterampilan sosial siswa masih kurang.

(8)

8

5. Model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match belum diterapkan di SMP Negeri 1 Ngaglik.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada beberapa permasalahan yang teridentifikasi, yakni prestasi belajar siswa masih kurang, keterampilan sosial siswa masih kurang, dan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match belum diterapkan di SMP Negeri 1 Ngaglik. Untuk meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar matematika, model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dan pembelajaran langsung (Direct Instruction).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah:

1. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match efektif ditinjau dari keterampilan sosial siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik? 3. Apakah pembelajaran langsung (Direct Instruction) efektif ditinjau dari

keterampilan sosial siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik?

4. Apakah pembelajaran langsung (Direct Instruction) efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik?

(9)

9

5. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match lebih efektif daripada pembelajaran langsung (Direct Instruction) ditinjau dari keterampilan sosial siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik?

6. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match lebih efektif daripada pembelajaran langsung (Direct Instruction) ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran kooperatif teknik Make A

Match ditinjau dari keterampilan sosial siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik.

2. Mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik.

3. Mendeskripsikan keefektifan pembelajaran langsung (Direct Instruction) ditinjau dari keterampilan sosial siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik. 4. Mendeskripsikan keefektifan pembelajaran langsung (Direct Instruction)

ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik.

5. Mendeskripsikan model pembelajaran yang lebih efektif diantara model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dengan pembelajaran langsung

(10)

10

(Direct Instruction) ditinjau dari keterampilan sosial siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik.

6. Mendeskripsikan model pembelajaran yang lebih efektif diantara model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dengan pembelajaran langsung (Direct Instruction) ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngaglik.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dapat meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar siswa, serta pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan sebagai bekal ketika sudah mengajar.

2. Bagi Guru

Penelitian ini sebagai model pembelajaran alternatif dalam mengelola pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi belajar siswa.

(11)

11 3. Bagi Siswa

Dapat memberikan pengalaman belajar dengan model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dan diharapkan dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan keterampilan sosial serta prestasi belajar matematika siswa.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

No Nama Penyedia Hasil Evaluasi Administrasi 1 KAP.. Kumalahadi,Kuncara,Sugen g Pamudji

Untuk itu maka fungsi kelompok tani sebagai wahana belajar, unit produksi, usahatani, usaha bisnis dan wahana kerjasama perlu ditingkatkan kedinamisannya dan

The process are involving performing Hazard and Operability (HAZOP) based on Terminal System P&ID, Frequency analysis such as Fault Tree Analysis and Event Tree Analysis, and

Dengan demikian, struktur penulisan setelah bab, pendahuluan diteruskan materi yang sesuai dengan bab yang bersangkutan, latihan, rangkuman, test formatif, kunci jawaban serta

pembinaan dan  pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk  sastranya,  tercapai.  Tujuan  akhlr itu adalah berkembangnya bahasa Indonesia 

Pendidikan Islam menjadi bidang yang dapat diselenggarakan dengan tujuan pembentukan kepribadian muslim, dan pendidikan yang melingkupi ilmu pengetahuan dan

memberikan asuhan keperawatan professional pada klien lansia yang mengalami1. berbagai perubahan fisiologis dengan atau tanpa gangguan struktur pada