• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN SISTEM BAGI HASIL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA. Oleh : Taudlikhul Afkar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN DAN SISTEM BAGI HASIL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA. Oleh : Taudlikhul Afkar"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

51

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN SISTEM BAGI HASIL

PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Taudlikhul Afkar

ABSTRAK

Bank merupakan hal yang sudah tidak asing lagi di masyarakat. Seiring perkembangannya dari bank konvesional berkembang menjadi bank syariah. Perkembangan Bank Syariah sangat pesat terlihat pada statistik dari Bank Indonesia dimana terdapat jumlah 550 kantor menjadi 1.539 kantor pada bulan Mei 2010 yang terdiri dari Kantor Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Perbankan Syariah pada prinsipnya menggunakan sistem bagi hasil sehingga antara bank dan nasabah mempunyai keuntungan masing-masing yang sudah ada dalam kesepakatan sebelum terjadinya transaksi. Stratetgi pengembangan Bank Syariah dalam hal ini mengacu ada visi yang ada di Bank Indonesia yang mana mencoba pencitraan baru melalui positioning dan differentiation serta mengembangkan produk-produk baru bank syariah.

Kata Kunci : Bank Syariah, Strategi Pengembangan, Sistem bagi Hasil PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bagi hasil sebenarnya telah dikenal oleh masyarakat di Indonesia sejak dahulu meskipun belum seramai sekarang. Sistem bagi hasil sebenarnya sudah diterapkan secara turun-temurun, seperti contoh dalam menggarap ladang persawahan dimana pemilik sawah memberikan kesempatan pada orang-orang atau buruh untuk menggarap sawah tersebut hingga panen kemudian hasilnya dibagi sesuai kesepakatan sejak awal, dan praktek seperti itu sudah berljalan sejaka lama dan bahkan sampai sekarang. Kesepakatan dalam bagi hasil tidak selalu 50-50 tetapi dapat dilakukan dengan kesepakatan lain midalnya 70-30, atau 60-40 sesuai dengan kesepakatan keduabelah pihak. Istilah yang dikenal dalam bahasa Jawa adalah Maro atau Paroan (dibagi dua).

Praktek bagi hasil tersebut dikemas oleh Bank syariah dalam bentuk bagi hasil dengan berbagai macam skema menggunakan akad syariah yang berlaku dan disesuaikan dengan kebijakan keuangan. Operasional bank suariah dengan berbagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Dalam hal ini nasabah yang menitipkan uangnya pada bank syariah diperlakukan sebagai pemilik dana yang menginvestasikan dana pada bank syariah. Selanjutnya bank syariah mengelola dana masyarakat tersebut ddengan cara investas pada sektor-sektor produktif yang menghasilkan keuntungan. Laba yang diperoleh dari pengelolaan dana tersebut kemudian dibagikan dengan system bagi hasil kesepakatan dengan tingkat beragam misalnya 40% - 60% (Bank Indonesia, 2010).

Kebutuhan manusia tidak terbatas baik makanan maupun barang-barang yang diinginkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan maupun gengsinya dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak jarang pulan mereka memenuhi kebutuhannya dengan cara memproduksi sendiri sesuai dengan kemampuannya sendiri. Kebutuhan manusia semakin meningkat dan beragam sehingga tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan sendiri kemudian menimbulkan terjadinya perdagangan. Sebelum uang digunakan sebagai alat transaksi, manusia melakukan transaksi dalam perdagangan dengan cara barter. Barter merupakan

(2)

transaksi yang dilakukan dengan cara menukar suatu barang dengan barang lainnya. Misalnya seorang peternak bebek membutuhkan bekatul, maka peternak bebek tersebut harus menukarkan bebeknya untuk mendapatkan bekatul dengan orang yang membutuhkan atau sama-sama mau menukarnya. Barter dapat berlangsung apabila ada kesesuaian jenis barang dan nilai yang diinginkan.

Kesulitan muncul dalam transaksi secara barter karena lebih sering barang/jenis barang yang digunakan dalam barter tidak sesuai dengan kebutuhan kedua belah pihak atau dengan kata lain tidak sebanding dengan brang yang ditukarkan. Oleh karena itu untuk mempermudah mendapatkan barang yang diinginkan manusia menggunakan alat tukar yaitu uang. Pertama kali uang muncul pada tahun 700 SM di sepanjang Mediterania dengan bentuk koin. Ada pula yang berpendapat uang muncul pada tahun 2500 SM dengan wujud Perak. Kesulitan muncul lagi karena koin terasa berat apabla dbawa dalam jumlah banyak, sehingga semakin rumitnya kondisi tersebut munculah yang dinamakan Bank.

Bank merupakan lembaga keuangan yang digunakan sebagai tempat penitipan atau penyimpanan uang, penyalur kredit, dan sebagai lalu lintas pembayaran. Bank syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan kata Islam, karena khawatir dianggap sebagai gerakan fundamentali. Perintis usaha ini adalah Ahmad El Najjar, memiliki ide dengan bentuk bank simpanan yang berbasis bagi hasil atau pembagian laba yang beroperasi di kota Mit Ghamr periode 1963. Selanjutnya operasional dilanjutkan hingga periode 1967 samapi pada saat itu berdiri sebanyak 9 bank dengan system sama di Mesir. Konsep tanpa bunga ini menjadi landasan operasional bank ini, sehingga skema yang digunakan dengan cara investasi dengan bentuk kerjasama atau partner.

Pada tahun 1971, Nasir Social Bank didirikan di Mesir dan menyebut diri sebagai bank komersial bebas bunga. Dengan dukungan Negara Organisasi Konferensi Islam maka berdirilah Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1974. Ini merupakan bank pemerintah yang orientasinya pada proyek pembangunan bagi Negara anggota. Kegiatan usaha Islamic Development Bank awalnya melayani jasa keuangan yang berdasarkan bonus dan bagi hasil yang menganut prinsip syariah Islam. Bank dengan prinsip dan konsep yang sama sekitar tahun 1970-an banyak berdiri diantaranya Dubai Islamic Bank pada tahun 1975 setelah Islamic Development Bank (IDB), selanjutnya Faisal Islamic Bank of Sudan tahun 1977, kemudian Faisal Islamic Bank of Egypt juga pada tahun 1977, dan terakhir Bahrain Islamic Bank tahun 1979.

Indonesia pertama kali memiliki bank yang menggunakan prinsip syariah pada tahun 1991 yaitu Bank Muamalat Indonesia. Berdirinya bank syariah di Indonesia pada tahun 1991 ini atas inisiatif Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang didukung oleh pemerintah ditambah dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) tanpa terkecuali pengusaha muslim. Meskipun terimbas adanya krisis moneter, Bank Muamalat Indonesia tetap berdiri walaupun ekuitas yang dimiliki tinggal 1/3 dari modal awal. Tahun 1999-2002 Bank Muamalat Indonesia bangkit dan mampu memperoleh laba setelah diberikan bantuan oleh Islamic Development Bank. Pada awalnya Bank syariah di Indonesia diatur keberadaan dan operasionalnya didalam UU No. 10 tahun 1998 dari Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Selanjutnya UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah sampai sekarang diberlakukan. Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah merupakan bank syariah sampai pada tahun 2007 yaitu sebanyak 3 lembaga. Sedangakan unit usaha syariah terdapat sebanyak 19.

Tujuan

1. Mengetahui progres perkembangan Perbankan syariah di Indonesia.

52

(3)

2. Mengetahui operasional sistem bagi hasil perbankan syariah di Indonesia.

3. Mengetahui strategi pengembangan yang dijalankan perbankan syariah di indonesia. TINJAUAN PUSTAKA

Perbankan Syariah

Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi dengan tujuan membantu sistem pembayaran, selain itu juga sebagai lembaga sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah melalui Kebijakan Moneter (Suseno dan Abdullah, 2003).

Peran penting Bank dalam perekonomian dalam alokasi dana (fungsi intermediasi), menjadi perantara dalam lalu lintas jasa pembayaran, serta transmisi kebijakan moneter. Negara manapun akan selalu berusaha agar perbankan dalam kondisi sehat, karena perannya sangat penting dalam perekonomian sehingga dengan adanya perbankan dapat mengatur perputaran uang yang beredar (Bank Indonesia, 2003)

Perbankan Syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan prinsip syariah Islam. Prinsip syariah islam berdasarkan larangan dalam agama Islam untuk melakukan transaksi dengan system bunga atau lebih dikenal riba. Selaian itu juga larangan investasi pada usaha-usaha yang haram seperti usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, maupun usaha media yang tidak Islami (Wikipedia.com).

Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah

Prinsip syariah digunakan sebagai asas dari kegiatan usaha perbankan syariah selain itu juga dengan demokrasi ekonomi serta prinsip hati-hati dan kebersamaan. Prinsip syariah melarang kegiatan usaha yang terdapat gharar, objek haram, riba, maisir, serta kezaliman bagi masyarakat pada umumnya. Demokrasi ekonomi sendiri merupakan kegiatan usaha yang mengutamakan pemerataan, kemanfaatan, keadilan, dan kebersamaan. Perbankan syariah berinisiatif menunjang pembangunan nasional dengan bergerak pada sektor riil bukan finansial (Pasal 2 dan Pasal 3).

Dari segi keuangan bank syariah berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat sedekah, hibah, zakat, infak, dan lainnya melalui lembaga baitul maal. Sedangkan fungsinya sebagai lembaga keuangan syariah yaitu menerima wakaf berupa uang kemudian menyalurkan kepada pengelola (nazhir) yang direkomendasi (Pasal 4).

Peran bank syariah sebagai badan usaha (tamwil) dan sebagai badan sosial (maal). Peran sebagai manajer investasi, investor dan jasa pelayanan merupakan perwujudan fungsi bank syariah sebagai badan usaha. Sedangkan sebagai badan sosial, bertugas sebagai pengelola dana sosial dan penyaluran dana kebajikan melalui qardhul hasan (UU 21 tahun 2008 pasal : 4).

Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

Kelembagaan Perbankan Syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kelembagaan tersebut terbagi menjadi bank umum syariah (BUS), Unit usaha syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat (BPRS) (Ascrya dan Yumanita, 2005).

Prinsip perbankan syariah

Prinsip hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain (Wikipedia.com) : 1. Tidak diperbolehkan mengambil keuntungan dari pinjaman dari nilai lebihnya, harus ada akad

terlebih dahulu

2. Laba maupun rugi menjadi tanggungan bersama melalui kesepakatan

(4)

3. Uang bukan merupakan komoditas namun sebagai alat tukar/pembayaran, karena Islam melarang menghasilkan uang dari uang.

4. Kedua belah pihak harus mengetahui hasil dari usahanya atau tidak ada unsur Gharar (ketidakpastian)

5. Tidak boleh melakukan pembiayaan pada investasi usaha yang bersifat haram.

Definisi Prinsip Syariah yang tersirat adalah (1) prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dan (2) penetapan pihak atau lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa sebagai dasar prinsip syariah (UU No. 21 Tahun 2008).

Produk dari Perbankan Syariah

1. Kegiatan Usaha Menghimpun Dana Masyarakat. a. Prinsip Wadi’ah (titipan)

Prinsip Wadi’ah merupakan skema titipan dana oleh masyarakat pada bank yang dimaksud. Masyarakat menitipkan dana kemudian Bank menerima dana tersebut dalam rekening giro, tabungan maupun deposito.

b. Prinsip Mudharabah (bagi hasil)

Prinsip Mudharabah merupakan kerjasama antara pemilik dana dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah. Nasabah menabung maupun mendepositokan dananya pada Bank, kemudian dana tersebut kelola oleh Bank untuk mendanai suatu usaha, selanjutnya hasilnya dibagi antara Nasabah dan Bank dengan kesepakatan bersama sesuai akad.

2. Kegiatan Usaha Penyaluran Dana pada Masyarakat. a. Prinsip Jual beli

Murabahah, merupakan pembiayaan syariah dengan cara jual beli barang yang dilakukan oleh Bank dengan pihak yang membutuhkan, kemudian penjelasan harga dberitahukan sejak awal pengadaan barang dan harga jual ada nilai lebih yang merupakan keuntungan bagi pemili dana serta pengembaliannya dapat dilakukan secara tunai maupun angsuran.

Istishna, merupakan pembiayaan melalui jual beli barang/jasa dengan skema pesanan sesuai kriteria pemohon dan persyaratan yang telah disepakati kedua belah pihak. Lebih banyak dilakukan pada pengadaan barang-barang manufaktur.

Salam merupakan jasa pembiayaan yang berhubungan dengan jual beli yang pembayarannya dilakukan pada saat pemesanan barang yang diinginkan. Skema salam ini idealnya dilakukan pada objek di bidang agribisnis.

b. Prinsip Bagi Hasil

Mudharabah, merupakan kerjasama untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah dengan modal 100% dari pemilik modal.

Musyarakah merupakan kerjasama dengan pembagian modal bersama dari pelaksana dan pemilik modal. Apabila usaha tersebut mendapatkan keuntungan maupun kerugian, hasilnya dibagi sama persis pada saat dilakukan kesepakatan kerjasama sejumlah modal bersama. perbedaannya dengan mudharabah dimana akad musyarakah Bank juga ikut andil dalam modal dan mengelola usaha.

(5)

c. Prinsip Sewa (Ijarah) ini merupakan sewa menyewa dengan objek barang dengan jangka waktu atau tempo tertentu melalui pembayaran. Ijarah dibagi menjadi dua kategori yaitu hanya sewa menyewa murni (Ijarah murni) serta sewa menyewa dengan hak boleh membeli pada waktu berakhir masa sewa. Hal ini disebut sebagai Ijarah wal iqtiqna atau lebih dikenal dengan Ijarah Muntahiyah bi tamlik).

3. Prinsip Jasa Keuangan. Dalam hal ini Bank syariah melaksanakan tugasnya dibidang jasa keuangan, sehingga diperbolehkan mengambil biaya jasa. Bentuk jasa yang disediakan adalah: a. Wakalah merupakan pemberian kuasa dari nasabah kepada bank untuk melakukan sesuatu

yang dikuasakan seperti beli barang.

b. Kafalah merupakan skema garansi yang diberikan kepada pihak ketiga sebagai pemberi pinjaman agar dapat membayar kewajiban pada pihak kedua (peminjam). Contohnya pemberian jaminan perorangan atau perusahaan (personal guarantee atau bank guarantee) c. Hawalah merupakan pengalihan utang piutang dari muhil al-ashil kepada muhal’alaih.

Contoh praktek hawalah pembiayaan anjak piutang.

d. Rahn (Gadai) merupakan model penguasaan barang milik penggadai sebagai jaminan oleh pemberi pinjaman. Model konsepnya sama dengan gadai pada umumnya. Perbedaannya pihak pemilik barang tidak membayar dengan bunga dari pinjaman yang diterimanya akan tetapi cukup dengan biaya penitipan. Biaya ini digunakan sewa tempat penitipan maupun asuransi barang yang sedang digadaikan.

e. Qardh merupakan penyediaan dana kebajikan dari lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam dimana mewajibkan pihak debitur untuk membayar secara tunai maupun cicilan dalam jangka waktu tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya.

f. Sharf adalah transaksi jasa bank syariah untuk melayani pertukaran logam mulia seperti emas dengan perak. Selain itu memberikan jasa tukar-menukar mata uang asing. Sharf ini merupaka jasa money changer atau perdagangan valas yang digunakan dengan cara pertukaran saja (Irma Devita, 2010).

Bank syariah menawarkan produk baru metode menyimpan uang dengan aman serta menguntungkan melalui produk tabungan yang bervariasi. Nasabah dapat memilih jenis tabungan sesuai kebutuhannya. Skema titipan atau wadiah meruakan jenis tabungan bank syariah bagi mereka yang mengutamakan keamanan dan kemudahan transaksi sehari-hari, sedangkan tabungan dengan skema investasi diperuntukkan bagi mereka yang menginginkan keamanan dana sekaligus memperoleh hasil investasi yang lebih tinggi dari yang diharapkan (Bank Indonesia, 2009).

Membangun Perbankan Syariah Dengan Kemitraan Adil dan Bersih

Perbedaan utama Bank Syariah dengan Bank Konvensional adalah pada penerapan prinsip kebersamaan dan kemitraan. Prinsip kebersamaan dan kemitraan saling mendukung satu sama lain karena dipandang sebagai sesuatu yang paling penting.

Dalil rujukan sebagai dasar kerjasama ekonomi dapat dilihat pada Q.S. An – Nisa’ ayat 12 artinya “Jikalau saudara-saudara itu lebih dari seorang maka, mereka bersekutu dalam sepertiga itu”.

(6)

Dan juga pada Q.S. Shad ayat 24 yang artinya “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang yang berkongsi itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian lain kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh”.

Kemungkinan timbulnya kerugian pada salah satu pihak tidak akan terjadi apabila prinsip kebersamaan atau kemitraan ini dipahami dan dilaksanakan secara konsisten oleh konstitusi perbankan syariah. Sehingga dengan adanya keadilan dan kebersamaan tidak ada yang merasa dizalimi. Kerjasama tersebut bersifat tolong menolong dimana hal itu menyangkut kebajikan dan tidak saling merugikan atau menjatuhkan.

Dalil tersebut dapat dilihat pada Q.S. Al Maidah ayat 2, yang artinya : ‘…dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebijakan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…”

Positioning dilakukan Bank Syariah sebagai perbankan untuk membentuk citra lebih dari sekedar bank dengan menampilkan citra sebagai bank yang memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak tanpa ada yang dirugikan. Pencitraan baru bank syariah didukung dengan regulator dan pelaku mulai menunjukkan kemampuan perbankan syariah yang lebih terbuka dan memasyarakat. Keberagaman produk dan kekayaan skema keuangan merupakan keunggulan bank syariah yang dapat digunakan seluruh masyarakat meskipun berbeda agama. Strategi pengembangan pasar syariah memalui bank syariah terlihat pada tahun 2009, dengan bukti berhasil meningkatkan awareness dan antusiasme masyarakat untuk mengenal dan mencoba layanan bank syariah setelah terjadinya krisis keuangan pada tahun 2008.

Pada prinsipnya kemitraan dengan siapapun tidak sulit, apalagi dengan prinsip dari bank syariah yang bebas dari segala kegiatan haram secara Islam. Kemitraan dan kebersamaan ini tidak berarti tanpa syarat, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena pada dasarnya bank syariah mengembangkan kegiatan usahanya dengan berbagai cara namun tetap pada kaidah Islam dengan prinsip syariah Islam.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ada dengan menganalisa data. Pendekatan deskriptif kuantitatif ini adalah pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan dengan dukungan data secara kuantitatif (angka). Sumber penulisan ini digunakan sembagai landasan teori untuk mendukung dalam menjawab rumusan masalah yang ada. Sumber penulisan ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan kesesuaian antara tema atau judul yang diangkat dengan sumber yang digunakan.

Metode pengumpulan data dalam penulisan ini digunakan teknik pengumpulan data dari data sekunder, data ini didapatkan penulis melalui pengumpulan data tertulis yang didapatkan dari buku-buku, dan media elekronik internet sesuai dengan kebutuhan dalam penulisan ini.

Analisis data pada penulisan ini dilakukan dengan cara mengklasifikasikan data berdasarkan pada beberapa temuan yang sesuai dengan fokus penulisan. Untuk menjawab permasalahan yang ada, teknik analisa data yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan teknik analisa deskriptif dengan menganalisa data yang telah dikumpulkan menjadi simpulan dari fakta. Data yang diperoleh dari pengumpulan data dicermati dan dianalisa sesuai dengan data yang relevan dengan rumusan masalah.

(7)

57

PEMBAHASAN

Bank Syariah dan Bank Konvensional merupakan system perbankan yang ada di Indonesia, dengan kata lain system perbankan di Indonesia dilakukan dengan dual-banking sistem dalam lingkup Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Maksud dan tujuannya adalah untuk memberikan alternatif jasa lalu lintas keuangan melalui perbankan yang semakin lengkap dan bervariasi kepada masyarakat Indonesia. Bank syariah dan bank konvensional melakukan sinergi membantu mobilitas dana masyarakat dalam usaha perbankan demi meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor riil dalam perekonomian nasional. Prinsip bagi hasil memberikan alternatif soluisi dalam sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi nasabah dan bank, selain itu dapat memberikan perwujudan transaksi pada aspek keadilan, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dalam kerjasama etika dalam melakukan investasi, tidak melakukan transaksi spekulatif.

Penyajian Data

Total aset industri perbankan syariah meningkat 27 kali lipat dalam kurun waktu 17 tahun dari mulai adanya pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia. Aset tersebut senilai dari Rp 1,79 triliun pada tahun 2000 menjadi Rp 49,6 triliun pada akhir tahun 2008 meskipun pada tahun 2008 terdapat krisis keuangan global namun masih terdapat pertumbuhan aset sebesar 46,3% per tahun dari lima tahun terakhir. Sedangkan pada periode 2007 sd 2008 mengalami penurunan karena sedikit terimbas krisis keuangan global dengan pertumbuhan yang mencapai rata-rata 36,2%. Akan tetapi apabila dibandingan dengan Negara-negara regional asia tenggara laju pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia masih lebih tinggi dimana Negara-negara regional (asia tenggara) berkisar 30% pertahun pada periode 2007-2008.

Undang-Undang (UU) No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mengatur operasional perbankan syariah di Indonesia. Legalitas Undang-undang ini diharapkan bank syariah dapat memacu pertumbuhan dan perkembangannya lebih cepat. Alasannya terlihat dari indikator penyaluran pembiayaan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 36,7% pertahun dan indikator penghimpunan dana dengan rata-rata pertumbuhan sejumlah 33,5% setiap tahunnya pada periode 2007 - 2008.

Pelayanan Perbankan syariah menjadi strategi yang dikembangkan sampai pelosok Indonesia. Februari 2009 tumbuh sebanyak 998 untuk jaringan kantor, dan 1.492 layanan syariah. 6000 jaringan ATM bersama serta 7000 jaringan khusus ATM BCA. Teknologi mobile banking, baik melalui phone banking maupun internet banking juga dimanfaatkan oleh bank syariah untuk memberikan layanan yang reliabel bagi gaya hidup masyarakat modern. Disisi kesehatan bank syariah melalui profitabilitas tercatat cukup tinggi dengan rata-rata pencapaian rasio Return on Equity (ROE) perbankan syariah mencapai 45,92% pertahun pada periode 2007-2008. Dengan demikian penjelasan tersebut menunjukkan perbankan syariah di Indonesia merupakan industri keuangan yang berbasis sektor riil dan merupakan sektor usaha yang cukup menjanjikan bagi para investor, pengusaha dan masyarakat untuk membangun pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan usaha pada sektor riil.

(8)

Statistik Perbankan Syariah

Sumber : Bank Indonesia 2010

Tabel 4.2

Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

1. Perhitungan bunga dibuat pada waktu kontrak perjanjiandengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan.

1. Perhitungan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil melalui kesepakatan sejak awal akad asumsi untung dan rugi

2. Presentase bunga didasarkan pada kredit yang disalurkan

2. Rasio bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang diderita

3. Bunga dapat berfluktuasi, dan besarnya naik turunnya bunga berdasarkan kondisi ekonomi.

3. Rasio bagi hasil bersifat tetap dan tidak berubah selama akad masih berlaku, namun dapat diubah melalui kesepakatan bersama.

4. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa mempertimbangkan kerugian usaha

4. Bagi hasil berdasarkan pada keuntungan usaha dan kerugian ditanggung bersama.

5. Prosentase pembayaran bunga tidak meningkat walaupun laba mengalami kenaikan

5. pembagian laba meningkat mengikuti peningkatan keuntungan.

6. Eksistensi bunga dianggap haram oleh semua agama.

6. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber : Bank Indonesia 2008

ANALISIS DATA

58

(9)

Perkembangan Perbankan Syariah

Berdasarkan tabel 4.1 tentang statistik perbankan syariah dapat dilihat bahwa perkembangan bank syariah sangat pesat. Jumlah Bank Umum Syariah dari tahun 2005 sebanyak 3 unit kemudian berkembang lagi sampai bulan Mei 2010 menjadi10 unit dengan jumlah kantor sebanyak 340 pada tahun 2005 menjadi 970 kantor pada bulan Mei 2010. Sedangkan untuk Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2005 jumlah bank konvensional yang mempunyai Unit Usaha Syariah sejumlah 19 unit dan pada bulan Mei 2010 menjadi sebanyak 24 unit usaha didukung dengan jumlah kantor 154 kantor pada tahun 2005 menjadi 298 pada bulan Mei tahun 2010.

Fenomena yang menarik ketika melihat perkembangan perbankan syariah pada saat terjadinya krisis keuangan periode 2008. Disitulah menarik dan uniknya perkembangan perbankan syariah. Meskipun apabila dilihat dari volume usaha perbankan syariah relative lebih kecil dibandingkan dengan volume usaha perbankan nasional hanya sebesar 2,5 trilliun rupiah. Total volume usaha perbankan nasional secara keseluruhan sebesar 1.087 trilliun rupiah. Sehingga perbandingannya sangat keci dengan volume usaha perbankan syariah hanya sebesar 0,23 % (Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia). Meskipun demikian, prospek perbankan syariah diprediksi sangat baik mengingat pangsa pasar yang sangat besar melihat mayoritas beragama Islam. Hal ini menjadi wajar ketika kemudian banyak bank konvensional yang membuka cabang syariah dengan cara membuka Unit Usaha Syariah, dengan kemungkinan apabila terjadi peningkatan aset yang signifikan kedepan dapat diubah Bank Umum Syariah.

Membangun Perbankan Syariah dengan Sistem Bagi Hasil

Pada dasarnya perbankan syariah memiliki prinsip yang mengacu kepada syariat Islam. Bagi Hasil merupakan produk andalan perbankan syariah sampai sejauh ini karena dapat membagi keuntungan dan kerugian sesuai dengan kesepakatan bersama. Nasabah dapat menyimpan uangnya di bank syariah kemudian Bank syariah mengelola dana masyarakat tersebut dengan cara menginvestasikan ke sektor-sektor produktif yang dapat menghasilkan keuntungan yang pada akhirnya, keuntungan tersebut dapat dibagi-hasil-kan sesuai kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya. Bagi hasil dapat secara sederhana dipahami dengan cara misalnya 40% untuk nasabah dan 60% untuk Bank syariah. Kepuasan bagi kedua belah pihak akan terlihat ketika menerapkan prinsip bagi hasil, karena hasil maupun kerugian yang diterima oleh kedua belah pihak sesuai dengan kontribusinya. Nasabah memiliki dana yang kemudian di investasikan atau dititipkan pada bank syariah, sedangkan bank syariah memiliki keahlian mengelola dana yang dititipkan atau diinvestasikan nasabah menjadi keuntungan.

Keadailan yang diterima kedua belah pihak merupakan manfaat skema syariah dalam perbankan syariah. Nasabah akan menerima bagi hasil usaha yang lebih besar ketika pendapatan bank mengalami peningkatan, begitupun sebaliknya. Besarnya nisbah bagi hasil dapat lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan dari tabungan biasa.

Berdasarkan data pada tabel 4.2 bunga apabila dilihat dari keuntungannya memang sangat menggiurkan akan tetapi tidak sesuai dengan prinsip syariah Islam, sedangkan bagi hasil dari segi keuntungan dinilai tidak sebesar dari bunga melainkan hasil dari kesepakatan bersama di awal perjanjian. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak karena jika terjadi keuntungan akan dibagi sesuai dengan perjanjian sebelumnya dan bila mengalami kerugian akan dirasakan bersama.

(10)

Pengembangan Perbankan Syariah

Upaya Pengembangan Pasar Perbankan Syariah sebagai langkah konkrit, maka Bank Indonesia selaku pengawas perbankan nasional telah merumuskan sebuah Strategi Jitu dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia. Strategi menjadikan perbankan syariah di ASEAN terkemuka merupakan visi tahun 2010 melalui aspek-aspek strategis, seperti industri, perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal sebagai pembentukan citra baru, akurasi dalam pemetaan pasar, produk yang lebih beragam dalam strategi pengembangan, layanan ditingkatan, serta yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank sebagai strategi komunikasi baru.

Menurut Ramzi A. Zuhdi, tahap implementasi dari grand strategi pengembangan pasar perbankan syariah(Bank Indonesia, 2010) :

Pada fase I periode 2008 memberikan sosialisasi untuk membangun pemahaman tentang perbankan syariah mulai dari fungsi dan manfaat keberadaannya. Target yang akan dicapai sebesar Rp.50 triliun aset dan 40% untuk pertumbuhan industri . Fase II periode 2009 berusaha mewujudkan bank syariah di Indonesia menjadi bank yang paling kreatif di Negara-negara ASEAN. Target asset sebesar Rp.87 triliun serta 75%. pertumbuhan industry. Fase III periode 2010 memposisikan bank syariah di Indonesia unggul dibandingkan Negara lain dikawasan ASEAN. Target asset sebesar Rp.124 triliun serta 81% pertumbuhan industry.

Keadailan dan kebersamaan merupakan Positioning dan branding bank syariah yang menjadi aspek pembeda dari bank konvensional melalui keunggulan kompetitif dengan produk dan skema syariah yang beragam. Diikuti dengan transparansi, kompetensi dalam keuangan dan beretika, serta up-date teknologi informasi. Selanjutnya memberikan kemudahan bagi nasabah dengan dukungan ahli investasi keuangan syariah yang memadai

Perhitungan data yang akutar mengenai potensi pasar perbankan syariah di Indonesia dengan keunggulan pelayanan jasa sebagai layanan semua golongan masyarakat. Kemampuan mengelola sasaran dengan strategi yang digunakan merupakan penerapan strategi program pemetaan baru.

Variasi produk layanan yang didukung oleh keunikan nilai saling menguntungkan menjadikan perbedaan dengan bank konvensional. Dukungan jaringan kantor yang lebih luas, penggunaan nama produk yang familiar merupakan penerapan strategi program pengembangan produk syariah yang lebih baik.

Dukungan sumber daya manusia yang menguasai transaksi secara syariah dan tersedianya teknologi informasi akan memberikan kepuasan pada nasabah. Selain itu juga kemampuan mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas sesuai syariah Islam, dengan tetap memenuhi prinsip syariah menjadi strategi peningkatan kualitas layanan yang lebih unggul.

Strategi edukasi masyarakat mengenai perbankan syariah dilakukan melalui elektronik, online/web-site, komunikasi langsung maupun tidak langsung dengan media cetak. Tujuannya memberikan pemahaman tentang manfaat produk serta jasa perbankan syariah

PENUTUP Simpulan

1. Perkembangan Perbankan Syariah sampai saat ini sangat signifikan menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun tercatat dari jumlah kantor yang terus bertambah dari 550 pada tahun 2005 menjadi seanyak 1.539 pada bulan Mei 2010 yang menyediakan layanan syariah

60

(11)

61

yang mamapu melayani masyarakat di seluruh Indonesia tanpa melihat latar belakang perbedaan agama. Kondisi ini menjadi keunggulan bank syariah disbanding bank konvensional sehingga bank syariah memiliki prospek sangat baik dengan pangsa pasar yang besar.

2. Bagi hasil merupakan salah satu usaha yang adil dan bersih sehingga memberikan kepuasan bagi kedua belah pihak karena hasil yang diterima oleh masing-masing sesuai dengan kontribusi yang telah diberikan bagi nasabah. Metode pembagian hasil usaha sesuai dengan kontribusi dengan mengikuti naik turun dari hasil usaha melalui pendapatnnya.

3. Pengembangan pasar Perbankan Syariah dilakukan dengan strategi-strategi yang bervariasi melalui tahapan fase setiap tahunnya. Pengembangan ini ditujukan untuk membuat bank syariah menjadi bank yang besar dan bermanfaat bagi setiap golongan masyarakat. Selain itu jga untuk menjadikan bank syariah di Indonesia lebih dikenal sebagai bank yang memiliki keunggulan di kawasan Negara-negara ASEAN.

DAFTAR PUSTAKA

Arda, Dinata.(2009). Membangun Perbankan Syariah dengan Filosofi Kemitraan. www.ib-bloggercompetition.kompasiana.com.

Ascarya, Diana Yumanita.(2005). Bank Syariah : Gambaran umum, Seri Kebanksentalan No.14. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.

Ali, Mahsud. 1999. Cermin Retak Perbankan (Refleksi Permasalahan dan Alternatif Solusi). Jakarta: PTElex Media Komputindo

Bank Indonesia. (2003). BLBI (Perspektif, Hukum, Politik, dan Ekonomi). Jakarta : Bank Indonesia. Bank Indonesia.(2010). Perbankan Syariah.www.bi.go.id.

Bank Indonesia. 2002. Studi Keuangan Bantuan Likuiditas bank Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia

Bank Indonesia. 2002. Mengurai Benang Kusut BLBI Edisi II. Jakarta : Bank Indonesia

Bank Indonesia. 2002. Studi Ekonomi Bantuan Likuiditas bank Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia Bank Indonesia. 2003. BLBI (Perspektif, Hukum, Politik, dan Ekonomi. Jakarta : Bank Indonesia Bank Indonesia. 2010. Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia. Jakarta : Bank

Indonesia

Bank Indonesia. 2010. Menyingkap Tabir Seluk Beluk Pengawasan Bank. Jakarta : Bank Indonesia Bashri, Yanto. 2003. Mau Kemana Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Prenada Media.

Devita, Irma. (2010). Konsep dan Prinsip Syariah. www.irmadevita.com.

Edy, Untung.(2005). Mengapa Memilih Bank Syariah. Bogor : PT. Ghalia Bank Indonesia. Indri dan Titik Triwulan Tutik. (2008). Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta : Lintas Pustaka, Irfan, Syauqi Beik.(2008). Promblematika Bank Syariah. www.pesantrenvirtual.com

Judisseno, Rimsky K. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jumingan. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Karim, Adiwarman. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

(12)

Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE

Mulhadi.(2007). Prinsip-prinsip Perlindungan Nasabah Berdasarkan Perbankan Syariah. www.library.usu.ac.id.

Prasetiantono, Tony dkk.2000. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Saeed, Abdullah. (2002). Menyoal Bank Syariah. Jakarta : Paramadina.

Sawir Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. SUN

Sipahutar, Mangasa Augustinus. 2007. Persoalan-persoalan Perbankan Indonesia. Jakarta : PT. Niaga Swadaya

Suseno dan Abdullah, Piter. (2003). Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia.

Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Sumarni, Murti dan Soeprihanto, John. 1998. Pengantar Bisnis. Yogyakarta : Liberty. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

Referensi

Dokumen terkait

Halaman utama adalah halaman yang tampil setelah melakukan login sesuai dengan hak aksesnya. Dalam halaman ini ada beberapa menu yang bisa kita gunakan. Lingkaran pada kiri

Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) proporsi rumah tangga rawan pangan di provinsi-provinsi luar Jawa khususnya wilayah Kawasan Timur Indonesia dan daerah

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis penulis yang berbunyi: “siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi

Untuk menentukan apa saja yang harus diukur yang merupakan tujuan akhir pengukuran kinerja dengan Metode Performance Prism ini, maka organisasi harus mempertimbangkan hal- hal apa

Diagram Blok Sistem Sensor warna yang digunakan adalah sensor warna jenis DT Sense Color yang merupakan modul sensor warna berbasis sensor TAOS TM TCS3200D yang

Model alokasi tunggal dan model alokasi ganda yang kami diusulkan dalam makalah ini adalah masalah lokasi fasilitas berkapasitas (Capacitated) untuk

sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk

dicapai dari hasil perhitungan tarif rata-rata minimal sama dengan biaya dasar. Untuk pengembangan pelayanan air minum tarif rata-rata direncanakan harus menutup biaya