• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN BIBIT KARET TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN BIBIT KARET TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN BIBIT KARET TERHADAP PEMBERIAN PUPUK

ORGANIK CAIR DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA

Oleh :

YANTO NIM: 080 500 029

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

2011

(2)

PERTUMBUHAN BIBIT KARET TERHADAP PEMBERIAN PUPUK

ORGANIK CAIR DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA

Oleh :

YANTO NIM : 080500 029

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Sebutan Ahli Madya

Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANAIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2011

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya I lmiah : PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea

brasiliensis) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN KONSENTRASI

YANG BERBEDA.

Nama : YANTO

NIM : 080 500 029

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan

Jurusan : Manajemen Pertanian

Menyetujui

Ketua Program Studi

Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Syarifuddin, MP

NIP. 19650706 200112 1 001

Lulus ujian pada tanggal 6 September 2011

Dosen Penguji Sri Ngapiyatun, SP, MP NIP. 19770827 200112 2002 Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin, MP NIP.19650706 200112 1 001 Mengesahkan

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005

(4)

ABSTRAK

YANTO. Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Dengan Konsentrasi Yang Berbeda. Dibawah bimbingan SYARIFUDDIN.

Adapun hal yang melatarbelakangi memilih judul ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kandungan unsur hara makro dan mikro yang terdapat didalam pupuk cair biotriba untuk memacu pertumbuhan bibit karet dengan konsentrasi yang berbeda.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pertumbuhan bibit karet terhadap pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi berbeda. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu sejak tanggal 1 Desember 2010 sampai pada 28 Februari 2011. Terhitung dari persiapan lahan, alat dan bahan hingga pengolahan data. Penelitian ini dilaksanakan di areal kampus Politekik Pertanian Negeri Samarinda Jl. Samratulangi RT 34. Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang.

Penelitian ini terdiri dari 3 tarap perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan. Perlakuan pertama terdiri dari pupuk cair dengan konsentrasi 10 ml\L air (P1), perlakuan ke dua terdiri dari pupuk cair dengan konsentrasi 20 ml\L air (P2), perlakuan ke tiga terdiri dari pupuk cair dengan konsentrasi 30 ml\L air (P3).

Hasil pada pengamatan terhadap tinggi, diameter batang, dan jumlah daun bibit tanaman karet tidak berpengaruh nyata pada pengamatan minggu ke 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu setelah tanam.

(5)

RIWAYAT HIDUP

YANTO, lahir di desa Sinampila Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan pada tanggal 27 Desember 1986 anak ketiga dari enam bersaudara. Ayah bernama Balatok dan Ibu bernama Yarini.

Jenjang pendidikan dimulai dari (SD) Negeri 015 Binter Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan lulus pada tahun 2000. Melanjut ke (SMP) Negeri 1 Lumbis lulus pada tahun 2003. Melanjut ke (SMA) Negeri 1 Nunukan jurusan IPS dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2008 diterima sebagai mahasiswa di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manejemen Pertanian. Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

Pada tanggal 2 Maret sampai dengan 2 Mei 2011 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Dinas Perkebunan Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.

Pada tanggal 6 Agustus 2011 melaksanakan seminar Karya Ilmiah (KI) dan tanggal 13 Agustus 2011 telah mengikuti ujian Karya Ilmiah (KI) dan di nyatakan lulus, kemudian pada tanggal 6 September 2011 telah mengikuti Yudisium dan di nyatakan lulus.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan

Rahamat-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul ”Pertumbuhan Bibit Stum Karet Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Dengan Dosis yang Berbeda.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah dan Ibu yang telah memberikan motivasi dan Do’a kepada penulis selama ini.

2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 3. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya

Tanaman Perkebunan dan juga Selaku dosen pembimbing yang memberikan bantuan berupa arahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Sri Ngapiyatun, SP, MP Selaku dosen penguji.

5. Rekan-rekan mahasiswa/i yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Semoga apa yang diberikan kepada penulis baik doa maupun dukungan moral semoga dapat dibalas oleh Tuhan Yesus Kristus. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu penulis sangat mengarapkan kritik dan saran dari pembaca yang guna untuk menyempurnakan karya ilmiah ini

Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... ... iii

DAFTAR TABEL... ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

I. PENDAHULUAN... ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. Tinjauan Umum Tanaman Karet... 3

B. Botani Tanaman Karet... .. 3

C. Syarat Tumbuh Tanaman Karet... 5

D. Pembibitan Tanaman Karet... 7

E. Tinjauan Umum Biotriba... .... 9

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu... 12 B. Alat dan Bahan... 12

C. Prosedur Penelitian... 12

D. Rancangan Penelitian... 14

E. Analisis Data... 15

IV. HASIL DANPEMBAHASAN A. Hasil... ... 17

B. Pembahasan... 18

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 20

B. Saran... 20

DAFTAR PUSTAKA... 21

(8)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Analisa Sidik Ragam... 15

2. Rata-rata pertambahan Tinggi Bibit Tanaman Karet... 17

3. Rata-rata Pertambahan Diameter Batang Tanaman Karet... 17

4.

Raata-rata Pertambahan Jumlah daun bibit tanaman karet... 18

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Bagan Hasil Perambangan RAL... 23

2. Data Tinggi Tanaman Karet Minggu ke 2,4,6,8,10,12 MST... 24

3. Data Diameter Tanaman Karet Minggu ke 2,4,6,8,10,12 MST... 25

4. Data Jumlah daun Tanaman Karet Minggu ke 2,4,6,8,10,12 MST... 26

5. Sidik ragam tinggi tanaman karet ... .... 27

6. Sidik ragam diameter batang tanaman karet... .... 28

7. Sidik ragam jumlah daun tanaman karet... .... 29

8. Gambar pengukuran tinggi tanaman karet... .... 30

9. Gambar pengukuran diameter batang tanaman karet... 30

10. Gambar bibit tanaman karet... .... 31

(10)

I. PENDAHULUAN

Tanaman karet adalah tanaman perkebunan yang merupakan komoditas dengan nilai ekonomis tinggi, apabila di kelola dengan baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa Negara. Telah banyak upaya pemerintah untuk mningkatkan produksi antara lain eksentifikasi maupun meningkatkan produksi sub sektor yaitu melalui program intensifikasi, eksentifikasi, diversifikasi dan rehablitasi.

Untuk meningkatkan produksi diperlukan bibit dalam jumlah besar dan sehat dengan teknik budidaya yang benar dalam penyediaan bibit tanaman karet,

Karena pembibitan merupakan bagian awal yang sangat menentukan kebrhasilan dalam setiap usaha perkebunan. Oleh sebab itu pembibitan harus benar-benar diperhatikan dan dikelola degan baik (Anonim, 2008).

Untuk mencapai target pada tahun 2020 maka diperlukan teknis budidaya yang benar dalam pengelolaan tanaman karet, dalam segala bidang terutama dalam bidang pembibitan, karena pembibitan merupakan bagian awal yang sangat menentukan keberhasilan dalam setiap usaha perkebunan. Oleh sebab itu pembibitan harus benar-benar diperhatikan dan dikelola dengan baik untuk perawatan yang meliputi pengendalian hama penyakit dan pemupukan

(Anonim, 2008).

Pupuk organik cair Biotriba memiliki beberapa keuntungan, pertama pupuk tersebut mengandung zat tertentu sepeti mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat. Dalam bentuk kering, beberapa mikroorganisme mati

(11)

dan tidak bisa aktif. Jika dicampur dengan pupuk organik padat, pupuk organik cair dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat. Pupuk organik Biotriba merupakan formula khusus terutama untuk tanaman dengan kandungan unsur hara makro dan mikro serta zat pengatur tumbuh, asam-asam amino dan lemak yang akan meningkatkan kesuburan tanah serta melarutkan sisa-sisa pupuk kimia dalam tanah sehingga dapat digunakan lagi oleh tanah. Selain itu dapat mempercepat pertumbuhan tanaman serta dapat menigkatkan kualitas tanaman. Biotriba ideal untuk semua jenis tanaman pangan, hortikultura dan tanaman tahunan lainnya. (Anonim, 2010).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektipitas pertumbuhan bibit karet (Hevea brasilliensis ) terhadap pembrian pupuk organik cair dengan konsentrasi yang berbeda.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pihak-pihak penggerak pertanian yang membudidayakan tanaman karet (Hevea brasilliensis ) terhadap pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi berbeda.

(12)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Karet.

1.Taksanomi tanaman karet

Spesies tanaman karet di Indonesia pada umumnya adalah Hevea Brasiliensis dan famili Euphorbiaceae ordo Tricocaea. Tanaman ini pertama kali ditanam di Sumatra Utara pada tahun 1903. Sedangkan di Jawa pertama kali ditanam disekitar Garut pada tahun 1906. Sehingga lama kelamaan perkebunan karet meluas mulai dari Jawa, Sumatra sampai di Kalimantan.

Yusuf dan Sulaiman, (1983).

Menurut (Anonim, 1999). Dalam sistematik tumbuhan, kedudukan tanaman karet diklasifikasikan sebagai berikut :

Division : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotylidonae Family : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis

B. Botani Tanaman Karet.

Menurut (Anonim, 2008). Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon tanaman dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan tinggi diatasnya. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal denga n nama lateks.

(13)

1. Daun karet

Karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun mencapai 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun membentuk ellips, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul serta tidak tajam.

2. Bunga karet

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam melai payung tamabahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonjong. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit, panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut vilt, ukuranya sedikit lebuh besar dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah.

3. Buah karet

Buah karet memiliki ruang yang jelas. Masing- masing ruang berbentuk setenga h bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang, garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pemecahan biji ini berhubung dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami.

(14)

4. Biji karet

Biji karet terdapat dalam ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras, warna coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas.

5. Akar karet

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar Setjamidjaja, (1993).

C. Syarat Tunbuh Tanaman Karet. 1. Iklim

Tanaman karet adalah tanaman tropis. Daerah yang cocok untuk

tanaman karet adalah pada zona antara 15

°

LS dan 15

°

LU. Bila ditanam diluar zona tersebut, pertumbuhannya agak lambat sehingga memulai produksi lebuh lambat.

2. Curah hujan

Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet minimal 2.000 mm/tahun dan optimal antara 2.500-4.000 mm/tahun yang terbagi dalam 100-150 hari hujan, pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi, daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari prouksinya akan berkurang. Tanaman karet tumbuh optimal di daerah, yakni pada ketinggian 200 m diatas permukaan laut. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman

(15)

adalah daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatra, Jawa dan Kalimantan sebab iklimnya lebih basah.

3. Suhu

Untuk pertumbuhan tanaman karet yang baik memerlukan suhu

antara 25-35

°

C dengan suhu optimum rata-rata 28

°

C.

4. Angin

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim- musim tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang.

5. Tanah

Tanaman karet dapat tunbuh pada berbagai jenis tanah, baik tanah vulkanis tua, alluvial dan bahkan tanah gambut.

Menurut (Setyatmidjaja, 1993). Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut:

1) Solum cukup dalam, sampai 100 m atau lebih, tidak terdapat batu-batuan.

2) Aerasi dan drainase baik.

3) Remah, porus dan dapat menahan air. 4) Tekstur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir.

5) Tidak bergambut dan jika ada tidak lebih tebal dari 30 cm. 6) Kandungan unsur hara cukup dan tidak kekurangan unsur mikro. 7) Kemiringan tidak lebih dari 16%.

(16)

8) pH 4,5-6,6.

9) Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm.

D. Pembibitan Tanaman Karet. 1. Pengumpulan biji

Untuk pengumpulan biji, terlebih dahulu kebun harus dibersihkan dari gulma. Penyiangan gulma biasa dilakukan secara mekanis maupun secara kimiawi, paling lambat 1 bulan sebelum biji berjatuhan. Dua hari sebelum pengumpulan biji yang sebenarnya dilakukan pengumpulan atau melakukan pemungutan biji pendahuluan. Hal ini dianggap perlu karena biji hasil pemungutan pendahuluan tidak dikertahui pasti sejak kapan biji itu jatuh. Biji hasil pemungutan pemungutan pendahuluan jangan dipakai sebagai bibit pemungutan biji dalam satu areal paling lambat dua hari sekali. Biji dari setiap pengumpulan ditakar lalu diserakan kepada petugas yang menampung keseluruhan biji. Setelah biji terkumpul, dilakukan pengambilan contoh menurut kesegarannya.

2. Seleksi biji

Menurut Anonim (1999), Pemilihan biji yang baik berdasarkan atas penilaian kemurnian klon, ukuran biji dari masing- masing klon, kementalan kesegaran biji dan daya kecambah biji. Cara yang paling sederhana dan paling tua, yang dianggap baik untuk menilai biji karet adalah dengan cara membelah. Pelaksanaan penilaian kesegaran ini cukup dengan mengambil contoh 100 biji karet dari setiap 200 liter biji lalu dipecakan dengan palu atau batu.

(17)

Penilaian kesegaran ditentukan atas dasar warna penampakan dan keadaan belahan biji seperti dibawah ini:

1) Biji yang baik adalah biji yang tampak mengkilat kulit luarnya.

2) Belahan biji karet yang masih berwarna putih murni sampai kekuning- kuningan dinilai baik.

3) Sedangkan belahan yang suda berwarna kekuningan berminyak atau kekuningan kecoklatan sampai hitam dan berkeriput dinilai kurang baik atau jelek.

Dari kriteria diatas disimpulkan, biji yang baik adalah biji yang persentasenya baiknya mencapai minimum 80% sedangkan kurang dari 80% merupakan biji yang jelek. Persentase baik merupakan biji yang memiliki kesegaran dan dipertanggung jawabkan (Anonim, 1999).

3. Persemaian

a. Syarat bibit tanaman karet

Lokasi harus dekat dengan air, dekat dengan lokasi peremajaan tanaman. Jika perlu kantong pelakstik diletakkan diareal peremajaan.

Media tanam harus mengunakan tanah yang subur dan bercampur pasir dengan ketebalan 0-20 cm. dan tidak percampur dengan pupuk atau yang lainnya. Tanah hendaknya bertekstur geluh berat dan bertekstur sempurna.

b. Pengisian tanah kepolybag dan peletakan dilokasi pembibitan.

Tanah dimasukan kedalam polybag yang berukuran 25 x 20 cm yang menampung media seberat 3 kg. bagian kantong bawah polybag dilubangi.

(18)

Setelah polybag terisi kemudian diletakan di tempat teduh tetapi tekenah sinar matahari pagi dan sore. Sebelum polybag diletakkan terelebih dahulu diratakan tempat agar tidak rebah. Setelah rata kemudian letakkan polybag dengan jarak antara abrisan 30 cm dalam barisan 20 cm dan setiap dua baris polybag dibuat jalan selebar 75 cm (Anonim, 1999).

E. Tinjauan Umum Pupuk Biotriba

Pupuk organik bio-triba efektif meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman. Bahkan jauh lebih baik dari perlakukan lainnya seperti pemberian kompos atau pupuk kandang. Penggunaan bio-triba berdampak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, dan panjang akar pada bibit tanaman. Serta dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk anorganik (NPK). Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian Tatang Sutarjo, Peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, pada bibit cengkeh. (Anonim, 2010)

Dengan perlakuan Biotriba + Media Tanam + NPK pada bibit cengkeh, hanya dalam waktu 8 minggu, tinggi tanaman mencapai 7,11 cm. Sedangkan bibit yang hanya diberikan pupuk kandang + Media Tanaman + NPK tingginya hanya 5,04 cm. Tanaman cengkeh yang diberikan perlakukan bio-triba (Biobio-triba+Media Tanam+ NPK), jumlah daun bisa mencapai 9 helai hanya dalam 8 minggu. Sedangkan dengan pemberian pupuk kandang (pupuk kandang + Media Tanaman + NPK) jumlah daun hanya 6 helai.

Pemberian bio-triba juga berpengaruh terhadap luas daun. Luas daun dengan perlakuan biotriba dapat mencapai luas 9,28 cm2. Sedangkan

(19)

pemberian pupuk kandang luas daun hanya 7,00 cm2. Dengan pemberian bio-triba panjang akar bibit cengkeh dapat mencapai 14,46 cm dalam waktu seminggu. Dengan pemberian pupuk kandang panjang akar hanya 7,44 cm. Dari hasil ini terbukti bahwa pemberian bio-triba berdampak pada peningkatan pertambahan tinggi, jumlah daun, luas daun dan panjang akar bibit tanaman cengkeh. Namun bio-triba tidak hanya efektif digunakan untuk tanaman cengkeh melainkan bisa juga digunakan untuk tanaman lainnya seperti tanaman hias, buah-buahan dan pekeunan. Khususnya hobis tanaman hias yang ingin bibit tanaman hiasnya segera tumbuh besar, memiliki daun lebat dan lebar layak menggunakan bio- triba sebagai penganti pupuk kompos. Sehingga bibit tanaman hias berukuran kecil seperti "Gelombang Cinta" yang terkenal mahal, yang bisa mencapai Rp. 70.000/bibit yang tingginya 1 cm, dengan pemberian Biotriba dapat tumbuh lebih cepat sehingga nilai jualnya menjadi lebih mahal.

Pada dasarnya bio-triba merupakan pupuk organik hasil dekomposisi atau penguraian sampah pasar, seperti halnya pupuk kompos. Namun bio- triba telah diperkaya dengan mikroorganisme basilius sp, dan Pgm untuk membantu tanaman dalam menyediakan unsur hara, dan juga membantu mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Sama halnya kompos maupun pupuk kandang, bio-triba dapat digunakan untuk setiap jenis tanaman.

(20)

Cara terbaik memanfaatkan bio-triba adalah dengan mencampurkannya dengan tanah mengikuti perbandingan 1 : 3. Dimasukkan ke dalam polibag setelah dicampur merata, Kemudian ditambahkan 2,5 g NPK (16:15:15) setelah bibit ditanam dalam polybag . (Anonim, 2010) .

Pupuk organik cair biotriba mengandung unsur-unsur yang lengkap yang dibutuhkan oleh tanaman. Adapun unsur-unsur yang terkandung didalamnya

yaitu:

1. Unsur makro, N 23%, P 0,35%, K 2,17, Mg, 0,02%, Fe 50, Ca 0,19%

2. Unsur mikro, Zn 16,23% PPM, AlBlw 0,05 PPM, S, 0,55% B, Blw,0,5

(21)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian dilaksanakan di areal Kampus Politeknik Pertania n Negeri Samarinda dan dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari tanggal 1Desember 2010 hingga tanggal 28 Februari 2011.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitin antara lain : alat tulis, staples, ember, parang, cangkul, kertas buram, gembor, mikrokalifer, meteran, penggaris, paranet.

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu: bibit stum karet umur 3 bulan dari klon PB. 260, polybag berukuran 25 x 20 cm, tanah topsoil, Pupuk Organik Cair.

C. Prosedur Penelitian

1. Persiapan media tumbuh

Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil sebagai media tumbuh tanaman karet yaitu tanah lapisan paling atas dengan kedalaman 0-20 cm yang diambil dari areal kampus politeknik pertanian Negri Samarinda yang sebelumnya sudah diayak serta dibersihkan dari kotoran dan gulma.

2. Persiapan bibit

Bibit yang digunakan dari okulasi tanaman karet yang berumur tiga bulan, bibit tanaman karet diperoleh dari Muarangkayu (Bontang) yaitu Edja Nursery KM. 71 dengan Klon tanaman PB.260.

(22)

3. Pemberian pupuk cair biotriba

Pemberian pupuk organik cair diberikan pada tanaman umur tiga bulan, selanjutnya pemupukan dengan cara menyiram pada setiap tanaman dengan pupuk organik cair yang telah dicampurkan dengan air sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dengan interval dua miggu sekali. Pemberian pupuk organik cair hanya diberikan enam kali selama dalam penelitian.

4. Pemeliharaan a. Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari. bila hujan turun dan membasahi bibit maka tidak dilakukan penyiraman.

b. Penyiangan

Dalam penelitian ini penyiangan gulma dilakukan dengan secara manual disekitar dan didalam polybag dengan interval dua minggu sekali. c. Konsolidasi bibit

Kegiatan konsolidasi bibit dilakukan dengan menambah tanah yang kurang pada polybag dengan interval satu kali sebulan dan menegakkan polybag yang miring.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dalam bentuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor yang digunakan adalah pupuk organik cair dengan 3 taraf perlakuan dan 10 ulangan yaitu:

(23)

P1 = Pupuk cair degan konsentrasi 10 ml\L air P2 = Pupuk cair dengan konsentrasi 20 ml\L air P3 = Pupuk cair dengan konsentrasi 30 ml\L air

Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman (cm)

Diukur dari pangkal tiap-tiap batang tanaman yang diberi tanda hingga ujung tanaman.

2. Diameter batang (mm)

Diukur diameter bagian batang paling bawah yang telah ditandai. 3. Jumlah daun (helai)

Dengan menghitung jumlah daun pada tiap tangkai daun pada tiap tangkai daun.

Pengambilan data melalui pengukuran masing- masing parameter dilakukan sebanyak enam kali yaitu:

a. Pertama saat bibit berumur 2 minggu setelah tanam. b. Kedua pada saat bibit berumur 4 minggu setelah tanam. c. Ketiga pada saat bibit berumur 6 minggu setelah tanam. d. Keempat pada saat bibit berumur 8 minggu setelah tanam. e. Kelima pada saat bibit berumur 10 minggu setelah tanam.

(24)

E. Analisis Data

Menurut Hanafiah (1993), data yang diperoleh dari hasil rancangan penelitian dengan RAL (Rancangan Acak Lengkap), dianalisis secara statistik dengan sidik ragam (anova) dan apabila terdapat perbedaan pada taraf signifikasi 5% atau 1% maka akan dilakukan analisis lanjutan dengan metode uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf signifikasi 5%.

Tabel 2. Analisa Sidik Ragam

Sumber Keragaman Derajad Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel 5% 1% Hormon Galat h-1=V1 (rh-1)-(h-1)=V2 JKPupuk JKGalat JKP / V1 JKG / V2 KTH / KTG F (V1 , V2) Total Rh – 1 JKT

Koefisien keragaman merupakan suatu koefisien yang menunjukan derajat kejituan dan kendalaan kesimpulan/hasil yang diperoleh dari suatu percobaan yang merupakan deviasi baku per unit percobaan.

Koefisien keragaman ini dinyatakan sebagai persen dari rerata umum percobaan sebaga i berikut :

rxt Y y x KK ij

?

? ? 100% y galat KT

Keterangan : y = rerata seluruh percobaan r = ulangan

t = perlakuan

(25)

Setelah itu metode uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dalam menghasilkan kesimpulan yang benar makin rendah dengan makin bertambah besarnya jumlah perlakuan

Rumus umum uji BNT adalah :

Ulangan s X BNT 2 galat) (dB 2 t? ? ?

(26)

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tinggi Ttanaman (cm)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

perlakuan pemberian pupuk organik cair tidak memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4,6, 8,10, dan 12 minggu setelah tanam (mst).

Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi (cm) bibit tanaman karet. Pengamatan (minggu) Perlakuan 2 4 6 8 10 12 P1 14,45 14,46 14,58 14,63 14,69 14,81 P2 11,27 11,32 11,42 11,56 11,67 12,29 P3 15,25 15,31 15,38 15,48 15,75 15,96 2. Diameter batang (mm)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

perlakuan pupuk organik cair tidak memberikan pengaruh tidak nyata terhadap diameter batang tanaman karet pada umur 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu setelah tanam (mst).

Tabel 2. Rata-rata pertambahan diameter batang (mm) tanaman karet. Pengamatan (minggu) Perlakuan 2 4 6 8 10 12 P1 4,031 4,083 4,193 4,197 4,207 4,213 P2 3,873 3,096 3,819 3,828 3,846 3,862 P3 3,503 3,516 3,526 3,416 3,562 3,578

(27)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

Perlakuan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman karet umur 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu setelah tanam (mst).

Tabel 3. Rata- rata pertambahan jumlah daun (helai) tanaman karet. Pengamatan (minggu) Perlakuan 2 4 6 8 10 12 P1 6,4 6,9 7,4 7,9 8,1 8,4 P2 6,4 6,6 7,1 7,6 8,3 8,7 P3 7,5 7,9 8,3 8,9 9,2 9,8 B. Pembahasan

Dari hasil sidik ragam me nunjukkan bahwa

Perbandingan konsentrasi pupuk cair biotriba tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun. Hal ini diduga karena pada umur bibit sampai tiga bulan belum merespon

pupuk biotriba.

Menurut Gaddne r, dkk.(1991) bahwa Pertumbuhan dan perkembangan berga ntung pada tersedianya hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya serta lingkungan yang mendukung.

Di samping itu dari hasil pengamatan, pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuha n tinggi, diameter batang, dan jumlah daun bibit tanaman karet menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan bibit tanaman karet tidak memberikan perbedaan nyata hal ini diduga kurangnya sinar matahari yang

(28)

menutupi paranet di pembibitan.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor internal (genetik) dan eksternal (lingkungan) yang terdiri dari beberapa komponen salah satunya cahaya. Cahaya diperlukan dalam proses fotosintensis disamping karbondioksida, kekurangan salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan pemberian perlakuan seperti pemupukan tidak memeberikan hasil yang maksimal, sesuai pendapat Blackman dan Mitscherlich dalam

Gadner dkk (1991), faktor cahaya sebagai pembatas dala m proses

pertumbuhan tanaman dan respon tanaman akan berimbang dengan unsur yang terbatas tersebut.

Disamping itu dengan kurangnya cahaya mengakibatkan menurunnya tingkat kecepatan respirasi maka tanaman akan memperlambat pertumbuhanya sehingga pemberian perlakuan pada bibit tanaman karet yang ternaungi tidak mendapat respon, sesuai pendapat Fitter dan Hay (1991), bahwa pada tanaman yang ternaungi dan mendapat cahaya yang kurang maka daun akan menurunkan kecepatan respirasi, dengan mengurangi tingkat kecepatan respirasi maka akan memperlambat pertumbuhan tanaman.

(29)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair Biotriba berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi,diameter batang, dan jumlah daun bibit tanaman karet (Hevea brasilliensis), sampai umur tiga bulan.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlakuan pupuk Biotriba pada bibit tanaman karet sebaiknya tanpa naungan, dan perlakuan Biotriba pada bibit tanaman karet diperlukan waktu yang lebih lama dalam pengamatan.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Karet strategi pemasaran tahun 2000 budidaya dan pengolahan.

http:\\pustaka-deptan.go.id. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2010.

Anonim. 2008. Tahun 2020 Indonesia Akan Menjadi Produsen Karet Terbesar

Didunia. www. Bkpn. Go.id/en/node/2712.2020

Anonim. 2010. http:indonetworkrk.co.id \Meoriagro\234807\pupuk hayati- biotriba-bt2.htm Diakses pada tanggal 11 november 2010.

Fitter, A. H. dan R.K.M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.

(Enviromental Phisiology of plants). UGM Press, Yogyakarta.

Gaddner, F.P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. (Phisiology of Crop Plants). UI Press, Jakarta.

Hanafiah KA. 1993. Rancangan percobaan Teori dan Aplikasi.PT Raja Grafindo

Persada, Yogyakarta.

Styamidjaja, 1993. Karet Budidaya dan Pengelolahanya.Penerbit

Kanisius, Yogyakarta.

Yusuf dan Sulaiman, 1983. Penyuluhaan Lembaran Karet Menjadi Bahan Bakar,

(31)
(32)

P

3

1

P

1

2

P

1

8

P

1

1

P

1

9

P

1

10

P

2

2

P

1

7

P

1

3

P

3

2

P

3

1

P

2

1

P

2

10

P

1

5

P

2

3

P

2

8

P

3

3

P

3

6

P

2

9

P

1

3

P

3

5

P

3

7

P

2

8

P

2

6

P

3

9

P

2

7

P

3

4

P

1

7

P

3

10

P

1

4

(33)

Minggu ke 2,4,6,8,10,dan 12 MST. Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 28,5 6,6 7,9 9,5 16,1 18,5 5,9 17,3 16,3 17,9 P2 9,6 20,2 5,5 4,7 8,5 11,2 16,5 15,7 14,8 6,0 P3 22 15 16 10 13 16,5 23 12 14 11 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 28,6 6,7 7,9 9,5 16,2 18,5 5,9 17,4 16,3 18 P2 9,7 20,3 5,6 4,7 8,5 11,2 16,6 15,7 14,8 6,11 P3 22,1 15 16,2 10,1 13 16,5 23,1 12,1 14 11 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 28,7 6,7 8 9,6 16,3 18,6 6 17,4 16,4 18,1 P2 9,9 20,5 5,8 4,8 8,7 11,3 16,3 15,8 14,8 6,3 P3 22,2 15,2 16,3 10,1 11,3 16,5 23,2 12,2 14,1 11 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 28,7 6,8 8 9,6 16,4 18,7 6 17,4 16,5 18,2 P2 9,9 20,6 5,9 4,9 8,8 11,4 16,9 15,8 14,9 6,5 P3 22,4 15,2 16,3 10,2 13,1 16,6 23,3 12,2 14,2 11,3 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 28,8 6,9 8,1 9,7 16,5 18,5 6,1 17,5 16,6 18,3 P2 10 20,7 6 5 8,9 11,5 17 15,9 15 6,7 P3 22,5 15,2 16,3 10,2 13,6 16,8 23,8 12,4 14,6 11,6 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 28,8 6,9 8,2 9,8 16,6 18,9 6,2 17,6 16,7 18,4 P2 11 20,9 7 6 9 11,8 17,9 16 15,3 8 P3 22,9 15,8 16,6 10,4 13,8 16,9 23,9 12,6 14,8 11,9

(34)

Karet Pada Minggu ke 2,4,6,8,10, dan 12 MST. Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 4,24 4,60 3,55 4,09 3,49 4,15 3,26 4,40 3,53 5,00 P2 3,36 3,28 3,74 4,02 3,31 3,06 4,50 4,15 4,30 3,91 P3 4,25 3,00 4,00 2,00 3,15 3,23 4,50 5,00 2,60 3,30 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 4,24 4,61 3,56 4,09 3,95 4,16 3,27 4,40 3,54 5,01 P2 3,63 4,38 3,75 4,03 3,32 3,07 4,51 4,16 4,31 3,92 P3 4,26 3,02 4,00 2,03 3,16 3,25 4,52 5,00 2,61 3,31 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 4,24 4,62 3,57 4,09 5,00 4,16 3,27 4,41 3,56 5,01 P2 3,64 3,39 3,78 4,03 3,33 3,08 4,52 4,17 4,32 3,93 P3 4,27 3,02 4,01 2,04 3,16 3,27 4,53 5,02 2,62 3,32 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 4,25 4,62 3,57 4,09 5,01 4,16 3,27 4,42 3,56 5,02 P2 3,65 3,39 3,79 4,04 3,34 3,09 4,53 4,18 4,33 3,94 P3 4,29 3,04 4,04 2,06 3,17 3,28 4,55 5,04 2,64 3,34 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 4,27 4,63 3,58 4,09 5,02 4,17 3,28 4,43 3,57 5,03 P2 3,66 3,40 3,80 4,06 3,36 3,10 4,56 4,20 4,36 3,96 P3 4,30 3,05 4,06 2,08 3,19 3,29 4,56 5,06 2,66 3,36 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 4,28 4,03 3,59 4,09 5,02 4,17 3,29 4,44 3,58 5,04 P2 3,67 3,41 3,81 4,08 3,38 3,12 4,57 4,22 4,38 3,98 P3 4,33 3,07 4,08 2,09 3,20 3,30 4,58 5,08 2,67 3,38

(35)

Pada Minggu ke 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST. Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 10 3 4 6 7 7 4 9 7 9 P2 5 8 5 4 7 5 6 9 9 6 P3 10 11 9 8 6 7 4 5 6 9 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 10 3 4 6 8 7 7 9 7 8 P2 5 8 5 5 3 6 6 9 9 6 P3 10 11 9 9 8 7 4 6 6 9 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 10 4 5 6 8 8 9 9 7 8 P2 6 8 6 6 7 6 6 9 10 7 P3 10 11 9 10 8 7 5 7 6 10 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 11 5 5 8 8 8 9 10 8 9 P2 8 8 7 7 7 8 8 10 11 9 P3 10 11 11 10 9 8 7 8 8 11 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 11 5 6 9 8 9 9 10 8 9 P2 9 8 8 7 7 8 9 10 11 10 P3 10 10 11 11 10 9 7 8 9 12 Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P1 11 4 5 7 8 8 9 10 8 9 P2 7 8 6 7 7 6 7 10 10 8 P3 10 11 10 10 8 8 6 8 7 11

(36)

Pada Minggu ke 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST.

KK= 21.484 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 88.914 871.22 44.457 32.267 1.377 2.2 3.06 Total 29 960.13

KK= 22.432 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 87.690 868.44 43.845 32.164 1.363 2.2 3.06 Total 29 956.13

KK= 22.117 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 85.046 872.84 42.523 32.327 1.315 2.2 3.06 Total 29 957.88

KK= 22.934 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 88.072 872.26 44.036 32.305 1.363 2.2 3.06 Total 29 960.33

KK= 22.531 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 70.472 849.72 35.236 31.471 1.119 2.2 3.06 Total 29 920.19

KK= 22.084 % ket= tidak nyata

F tabel SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 88.642 866.61 44.321 32.096 1.380 2.2 3.06 Total 29 955.25

(37)

Pada Minggu ke 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST. F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 27 2 1.468 12.628 0.734 0.467 1.570 2.2 3.06 Total 29 14.097

KK= 17.986 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 1.653 12.199 0.826 0.451 1.839 2.2 3.06 Total 29 13.852

KK= 17.562 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 2.235 12.682 1.117 0.469 1.379 2.2 3.06 Total 29 14.918

KK= 17.82 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 1.223 16.560 1.176 6.133 0.997 2.2 3.06 Toatal 29 177.83

KK= 533.44 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 2.096 12.788 1.048 0.473 1.212 2.2 3.06 Total 29 14.884

KK= 17.777 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 2.023 12.842 1.011 0.475 1.127 2.2 3.06 Total 29 14.865

KK= 17.755 % ket= tidak nyata

(38)

Minggu ke 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST. F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 8.066 119.3 4.033 4.418 0.912 2.2 3.06 Total 29 127.36

KK= 31.064 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 9.266 104.2 4.634 3.859 1.201 2.2 3.06 Total 29 113.47

KK= 27.54 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 7.8 87.4 3.9 3.237 1.204 2.2 3.06 Total 29 95.2

KK= 23.673 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F Hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 9.267 86.2 4.634 3.193 1.451 2.2 3.06 Total 29 95.467

KK= 21.969 % ket= tidak nyata

F table SK DB JK KT F Hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 6.867 6.67 3.434 2.467 1.392 2.2 3.06 Total 29 73.467

KK= 18.405 % ket= tidak nyata F table SK DB JK KT F Hitung 5% 1% Pupuk Galat 2 27 10.866 66.1 5.433 2.448 1.219 2.2 3.06 Total 29 76.966

(39)

Lampiran 9. Gambar Pengukuran Diameter Batang (mm)Bibit Karet.

(40)

Karet

Gambar

Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi (cm) bibit tanaman karet.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, perusahaan helm lebih gencar lagi dalam memproduksi berbagai model helm ditengah persaingan yang sangat ketat saat ini, karena banyak sekali helm import

Pada masa kehamilan (38- 39) minggu, ibu mengatakan tidak memiliki keluhan, sehingga penulis hanya mengevaluasi sejauh mana pengetahuan ibu tentang kehamilan dan

- Lesi LMN (lesi pada sacrum) akan menyebabkan aflaksid, atonik dari kandung kemih, dimana terjadi pengeluaran miksi yang berlebihan (overflow) tanda adanya

purpose  of  this  study  was  to  identify  the  needs  of  adolescent  for  sexuality .. information.  In  order  to  gain  an  understanding  of  the  needs 

1.. tan kontekstual, yaitu komponen konstruktivis- me terlihat ketika siswa merumuskan pengertian berita, komponen bertanya terlihat melalui per- tanyaan terbuka untuk mendorong

Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia yang akan mengambil Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah harus menempuh sejumlah matakuliah keilmuan