• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERENDAMAN LARVA IKAN BAUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERENDAMAN LARVA IKAN BAUNG"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERENDAMAN LARVA IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) PADA UMUR YANG BERBEDA DALAM HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN (rGH) DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN

(Skripsi)

Oleh AJI SAPUTRA

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF IMMERSION REDTAIL CATFISH (Hemibagrus nemurus) ON DIFFERENT AGE IN RECOMBINANT GROWTH HORMONE (rGH) WITH DIFFERENT DOSAGE AGAINST THE

GROWTH RATE AND SURVIVAL RATE

By

AJI SAPUTRA

Redtail catfish is one of fish that origin from Indonesian water. Redtail catfish only found in certain waters such as Sumatera, Java, and Kalimantan island. The low growth rate and survival rate make the low production of redtail catfish. The utilization of hormonal engineering is one way that can improve the growth rate and survival rate. This research aimed to know the effect of the immersion of redtail catfish larvae in recombinant growth hormone on different age with different dosage. This research used complete randomized design which divided in group age 6, 12, and 8 day, and with dosage 0 mg/L (control), 1 mg/L, 2mg/L, 4 mg/L with long submergence 30 minutes and the fish were given salinity shock (15 ppt) for 2 minutes. The results such as growth rate and daily growth rate on different age 6, 12, and 18 day which immersed in rGH showed the higher value than the control treatment (0 mg/L) (P<0,05) with the best dosage from each age different was 2 mg/L. The survival rate from all dosage in age group 6, 12, and 18 day showed the same result as control (0 mg/L) (P>0,05). The immersion of redtail catfish larvae in rGH on different age can improve the growth of redtail catfish and this technology application can be used to improve the production of redtail catfish.

Keywords: Recombinant Growth Hormone, Redtail Catfish Larvae, Growth, Immersion

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PERENDAMAN LARVA IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) PADA UMUR YANG BERBEDA DALAM HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN (rGH) DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN

Oleh

AJI SAPUTRA

Ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan baung hanya terdapat di perairan-perairan tertentu di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Lambatnya pertumbuhan dan kelulushidupan yang rendah menyebabkan rendahnya produksi ikan baung. Penggunaan teknik rekayasa hormonal merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan. Tujuan dilakuannya penelitan ini adalah untuk mengetahui pengaruh perendaman larva ikan baung dalam hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) pada umur berbeda dengan dosis yang beda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan kelompok umur 6, 12, dan 18 hari dan (kontrol) dosis 0 mg/L, 1 mg/L, 2mg/L, 4 mg/L. Dengan lama perendaman selama 30 menit yang sebelumnya di lakukan kejut salinitas (15 ppt) selama 2 menit. Hasil penelitian parameter pertumbuhan ( berat mutlak dan laju pertumbuhan harian ) pada kelompok umur 6, 12, dan 18 hari dengan perendaman rGH menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (0 mg/L) (P<0,05) dengan dosis terbaik dari masing masing kelompok umur yaitu 2 mg/L. Kemudian untuk parameter kelulushidupan semua dosis perlakuan rGH pada kelompok umur 6, 12, dan 18 hari menunjukkan hasil yang sama dengan kontrol (0 mg/L) (P>0,05). Dengan demikian perendaman larva ikan baung dalam rGH pada umur berbeda dengan dosis yang beda dapat meningkatkan pertumbuhan dan aplikasi teknologi ini dapat berguna untuk meningkatkan produksi budidaya ikan baung.

Kata kunci : Hormon Pertumbuhan Rekombinan, Larva Ikan Baung, Pertumbuhan, Perendaman

(4)

PENGARUH PERENDAMAN BENIH IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) PADA UMUR YANG BERBEDA DALAM HORMON PERTUMBUHAN REKOMBINAN (rGH) DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN

Oleh

AJI SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan Kelautan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Aji Saputra dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 2 Juni 1995. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Putra dari pasangan Bapak Hermanto dan Ibu Metiyana. Penulis memulai pendidikan formal dari Taman Kanak-kanak (TK) Kartika II – 26 diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Dasar Negeri (SDN) I Langkapura diselesaikan tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Perintis 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2013. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan telah menyelesaikan studinya pada tahun 2017.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) Fakultas Pertanian sebagai sebagai anggota Bidang Pengabdian Masyarakat 2014/2015 dan Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat pada periode 2015/2016,

Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Sri Busono (Simpang Rewel) , Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2017. Penulis melaksanakan Praktik Umum di PT. Central Proteinaprima (CPP) Kalianda, Lampung Selatan, Lampung dengan judul “Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Central Proteinaprima, Kalianda, Lampung Selatan, Provinsi Lampung” pada tahun 2016.

Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Oceanografi pada tahun 2014/2015, 2015/2016, mata kuliah Limnologi pada tahun 2015/2016, dan mata kuliah Genetika Ikan pada tahun 2016/2017. Penulis melaksanakan

(9)

penelitian akhir di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul “Pengaruh Perendaman Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada Umur yang Berbeda dalam Hormon Pertumbuhan Rekombinan (rGH) dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan pada tahun 2017.

(10)

melangkahlah

sesuai dengan langkah mu

karena

langkah mu lah

yang akan membawamu

ketempat

yang

kau tuju

(11)

KU PERSEMBAHKAN

KARYA INI UNTUK

KEDUA ORANG TUAKU

SEBAGAI TANDA

(12)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perendaman Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada Umur yang Berbeda dalam Hormon Pertumbuhan Rekombinan (rGH) dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Perikanan (S.Pi.) pada Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Kedua Orang tuaku tercinta Bapak Hermanto dan Ibu Metiyana yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dukungan dan do’a yang diberikan tanpa henti demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan penulis. 2. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Tarsim, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

5. Yeni Elisdiana, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

6. Deny Sapto C.U., S.Pi., M.Si., selaku penguji yang telah memberikan masukan berupa kritik dan saran dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi.

(13)

7. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

8. Adikku Lulu Hertiwi dan Rahma Artanti serta keluarga besar yang selalu memberikan nasehat, dukungan dan do’a yang menjadi penyemangat penulis. 9. Della Febriana Putri yang selalu memberikan banyak bantuan, nasihat,

semangat, perhatian, keceriaan dan mendoakan keberhasilan serta kesuksesan penulis.

10. Teman seperjuangan saat penelitian Anrifal, Wulan, Wahyu, Mba Ayi dan Mba Denti terima kasih atas bantuannya selama penelitian.

11. Teman-teman seperjuangan Tukang Pijah 2013, Ketum Kurno, Rifki, Ricky, Gina, Ais, Ayu Wede, Ayu Nov, Arlin, Binti, Diah, Ika, Mita, Mira, Juliana, Yeni, Dewi, Rio, Arga, Tania, Desti, Rizka, Akbar, Gleen, Gaol, Ester, Ema, Mona, Vanny, Winny, Adjie, Deki, Gita, Acil, Ida, Rara, Ratna, Masna, Arbi, Ute, Shinta, Evan, Indri, Nia, Bibin, Enggi, Ari, Eko, Atik, Iyan, Mentari, terima kasih atas momen kebersamaan selama perkuliahan.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan untuk teman-teman dan masyarakat.Amin.

Bandar Lampung, Desember 2017 Penyusun

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

PERSEMBAHAN ... x

SANWACANA ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 2 1.3 Manfaat Penelitian ... 3 1.4 Kerangka Pikir ... 3 1.5 Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Hormon Pertumbuhan Rekombinan ... 5

2.2 Biologi Ikan Baung ... 7

III. METODE PENELITIAN ... 10

3.1 Waktu dan Tempat ... 10

3.2 Alat dan Bahan ... 10

3.3 Rancangan Penelitian ... 10

3.4 Prosedur Penelitian ... 11

3.4.1 Persiapan Wadah ... 11

(15)

3.4.3 Perendaman Ikan Uji ... 11

3.4.4 Pemeliharaan dan Pemberian Pakan ... 11

3.4.5 Pengambilan Data ... 12

3.4.6 Pengelolaan Kualitas Air ... 12

3.5 Parameter Penelitian ... 12

3.5.1 Perumbuhan Berat Mutlak ... 12

3.5.2 Laju Pertumbuhan Berat Harian ... 13

3.5.3 Kelulushidupan ... 13

3.5.4 Kualitas Air ... 13

3.6 Analisis Data ... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1 Hasil ... 15

4.2 Pertumbuhan Berat ... 15

4.3 Kelulushidupan ... 19

4.4 Kualitas Air ... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

5.1 Kesimpulan ... 23

5.2 Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Rancangan Penelitian ... 10 Tabel 2. Berat Awal, Berat Akhir, Pertumbuhan Berat Mutlak, Laju

Pertumbuhan Berat Harian dan Kelulushidupan Larva Ikan Baung yang Direndam dalam rGH dan Kontrol selama 30

Hari Pemeliharaan ... 15 Tabel 3. Kualitas Air Selama Pemeliharaan ... 22

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian ... 4 Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Baung ... 16 Gambar 3. Grafik Laju Pertumbuhan Berat Harian Benih Ikan Baung .... 17 Gambar 4. Grafik Kelulushidupan ... 20

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1. Hasil Analisis Pertumbuhan Berat Mutlak ... 29 2. Hasil Analisis Laju Pertumbuhan Berat Harian ... 32 3. Hasil Analisis Kelulushidupan ... 35

(19)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan baung hanya terdapat di perairan-perairan tertentu di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Ikan Baung sangat potensial untuk dibudidayakan diantara jenis ikan air tawar lain, karena harga yang cukup tinggi berkisar 50.000 - 60.000 per kg. Selain itu rasanya juga tergolong gurih dan lezat, serta memiliki kadar lemak yang lebih sedikit dibanding ikan air tawar jenis lainnya. Namun, waktu pemeliharaan yang dibutuhkan ikan baung hingga mencapai 200 g cukup lama yaitu sekitar 5-6 bulan (Sasmi, 2015).

Selain itu kelulushidupan larva ikan baung yang rendah menyebabkan terbatasnya pasokan ikan baung. Fase larva merupakan fase yang kritis akan kematian yang dikarenakan larva sangat rentan dengan perubahan kualitas air, asupan nutrisi dari pakan dan adanya sifat kanibalisme. Seperti dalam laporan Sunarti (2003), tingkat kelangsungan hidup larva ikan baung selama pemeliharaan 7 hari adalah 71,67%, dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan baung menurun ketika beurumur 20 hari yaitu 65,35%. Lambatnya pertumbuhan dan kelulushidupan yang rendah menyebabkan rendahnya produksi ikan baung. Hal ini menyebabkan perlunya suatu usaha yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan baung.

Penggunaan teknik rekayasa hormonal merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan. Salah satu hormon yang dapat meningkatkan pertumbuhan adalah hormon pertumbuhan rekombinan (rGH). Hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) merupakan produk yang dihasilkan dengan cara mengkombinasi gen-gen yang diinginkan secara buatan (klon) di luar tubuh dengan bantuan sel tranforman, dalam hal ini gen pertumbuhan dari ikan target diisolasi dan ditransformasikan dengan bantuan

(20)

2 mikroba, seperti Escherichia coli, Bacillus, Streptomyces, dan Saccharomyces (Brown, 2006). Pembuatan rGH di Indonesia sudah dilakukan dengan membuat konstruksi dari ikan mas (Cc-GH), ikan gurame (Og-GH), dan ikan kerapu kertang (El-GH), yang selanjutnya diujikan pada beberapa jenis ikan seperti ikan nila, ikan gurame, dan ikan mas (Alimuddin et al., 2010). Penelitian aplikasi hormon pertumbuhan rekombinan telah dilakukan oleh Triwinarso (2014) melalui perendaman benih ikan lele sangkuriang dalam hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) selama 30 menit dengan dosis 2 mg/L. perendaman pada rGH tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan bobot spesifik harian sebesar 15,90%, pertumbuhan panjang mutlak sebesar 28%, dan kelulushidupan hingga 13,25%. Putra (2011) menyatakan bahwa perendaman rGH selama 1 jam dengan dosis 30 mg/L mampu meningkatkan bobot benih ikan gurame hingga 75%. Sedangkan Handoyo (2012) melaporkan bahwa perendaman benih ikan sidat dalam larutan Ephinepelus Lanceolatus GH (ElGH) selama 2 jam dengan dosis 12 mg/L meningkatkan pertumbuhan sebesar 30% dan kelangsungan hidup benih ikan sidat diatas 90%. Penggunaan metode perendaman juga dianggap lebih efisien diterapkan pada fase larva dan benih karena dapat menurunkan tingkat stres pada ikan perlakuan (Moriyama dan Kawauchi, 1990), sehingga diharapkan dapat meningkatkan laju penyerapan rGH ke dalam tubuh ikan. Melihat peran hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) pada penelitian sebelumnya, diharapkan hormon ini juga berperan dalam pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan baung.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh perendaman benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada umur yang berbeda dalam hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) dengan dosis yang berbeda terhadap petumbuhan dan kelulushidupan.

(21)

3 1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh perendaman benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada umur yang berbeda dalam hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) dengan dosis yang berbeda terhadap petumbuhan dan kelulushidupan.kepada pembaca dan para pelaku usaha budidaya.

1.4 Kerangka Pikir Penelitian

Para pembudidaya yang mengembangkan ikan baung sebagai komoditas utama sering mengalami kendala pada saat penanganan stadia larva khususnya terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan. Masalah pertumbuhan dan kelulushidupan larva baung tersebut disebabkan larva baung sangat rentan dengan perubahan kualitas air, asupan nutrisi dari pakan dan adanya sifat kanibalisme. Seperti dalam laporan Sunarti (2003), tingkat kelangsungan hidup larva ikan baung selama pemeliharaan 7 hari adalah 71,67%, dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan baung menurun ketika beurumur 20 hari yaitu 65,35%. Keadaan tersebut dapat menurunkan produktivitas budidaya ikan baung.

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan baung yaitu melalui aplikasi rGH. Hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) merupakan hormon yang dapat meningkatkan pertumbuhan serta reproduksi ikan budidaya. Hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) berasal dari berbagai jenis ikan, salah satunya rGH dari ikan kerapu kertang (recombinant Epinephelus lanceolatus Growth Hormon / rEIGH) yang diproduksi pada bakteri Eschercia coli lebih tinggi pengaruhnya dibandingkan dengan hormon pertumbuhan rekombinan yang berasal dari ikan mas (rCcGH), dan ikan gurame (rOgGH) dan dapat diterapkan secara universal, artinya tidak hanya untuk satu jenis ikan (Alimuddin et al., 2010). Pemberian hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) dengan metode perendaman diharapkan mampu

(22)

4 meningkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus). Kerangka pikir peneltian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini:

H0 = σ=0, Pemberian hormon pertumbuhan rekombinan tidak berpengaruh pada pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan baung.

H1 = σ0, Pemberian hormon pertumbuhan rekombinan berpengaruh pada pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan baung

Pemeliharaan benih ikan baung umur 6 hari, 12 hari dan 18 hari

Pertumbuhan lambat Survival Rate (SR) rendah

Pemberian hormon rekombinan sesuai dosis yang

ditentukan melalui metode perendaman

Pertumbuhan cepat dan SR meningkat

(23)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hormon Pertumbuhan Rekombinan

Hormon pertumbuhan merupakan polipeptida yang terdiri dari rangkaian asam amino rantai tunggal dengan ukuran sekitar 22 kDa yang dihasilkan di kelenjar pituitari dengan fungsi pleiotropik pada setiap hewan vertebrata (Acosta et al., 2009). Menurut Forsyth dan Wallis (2002) hormon pertumbuhan merupakan suatu polipeptida yang penting dan diperlukan agar pertumbuhan normal. Selain itu efek dari hormon pertumbuhan pada pertumbuhan somatik pada hewan vertebrata memiliki peranan dalam sistem reproduksi, metabolisme dan osmoregulasi pada ikan euryhaline (ikan yang mampu beradaptasi pada kisaran salinitas yang luas) (Mancera et al., 2002).

Mekanisme GH terbagi menjadi 2 yaitu langsung dan tidak langsung. Mekanisme secara langsung adalah GH langsung mempengaruhi pertumbuhan organ tanpa perantara IGF-1 di dalam tubuh ikan. Sedangkan mekanisme tidak langsung adalah mekanisme GH dalam mempengaruhi pertumbuhan yang dimediasi oleh IGF-1 dalam hati ikan. Ada beberapa faktor lain yang berperan dalam mekanisme ini, yaitu: reseptor GH (GHr), GH binding proteins (GHBPs), IGF binding proteins (IGFBPs), dan reseptor IGF. GHr berfungsi dalam menangkap sinyal GH yang disekresikan oleh pituitari, GHBPs berfungsi dalam melindungi dan pengangkutan GH dari pituitari dalam darah. IGFBPs berfungsi dalam melindungi dan mengangkut IGF-1 di dalam darah menuju ke organ target. Reseptor IGF-1 berfungsi untuk menangkap sinyal IGF-1 dalam organ-organ yang menjadi target. Beberapa pengaruh GH terhadap fungsi lain seperti merangsang nafsu makan, sistem imunitas, pengaturan homeostasi energi juga masih terus diteliti dan dikaji bagaimana mekanismenya (Sanches, 1999; Moriyama, 2000; Wong et al, 2006; Debnanth, 2010).

(24)

6 Hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) merupakan suatu produk yang dihasilkan dengan cara mengkombinasi gen-gen yang diinginkan secara buatan (klon) di luar tubuh dengan bantuan sel tranforman, dalam hal ini gen pertumbuhan dari ikan target diisolasi dan ditransformasikan dengan bantuan mikroba, seperti Escherichia coli, Bacillus, Streptomyces, dan Saccharomyces (Brown, 2006).

Pembuatan rGH di Indonesia sudah dilakukan dengan membuat konstruksi dari ikan mas (Cc-GH), ikan gurame (Og-GH), dan ikan kerapu kertang (El-GH), yang selanjutnya diujikan pada beberapa jenis ikan seperti ikan nila, ikan gurame, dan ikan mas (Alimuddin et al., 2010). Beberapa penelitian aplikasi Hormon pertumbuhan rekombinan, seperti pemberian rGH Ikan kerapu kertang sebesar 12 mg/L pada benih ikan sidat meningkatkan pertumbuhan sebesar 30% dibandingkan dengan kontrol dengan metode perendaman (Handoyo, 2012). Pemberian rGH ikan mas sebesar 0,1 μg/g pada benih ikan nila dapat meningkatkan bobot tubuh sebesar 53,1% dibandingkan dengan kontrol (Li et al., 2005).

Pemberian rekombinan hormon pertumbuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode seperti dengan penyuntikan, melalui pakan,dan perendaman. Pemberian rGH pada ikan nila melalui teknik penyuntikan dilaporkan meningkatkan bobot hingga 20,94% dengan rGH ikan kerapu kertang (El-GH), 18,09% dengan rGH ikan mas (Cc-GH), dan 16,99% dengan rGH ikan gurame (Og-GH) (Alimuddin et al., 2010). Selain dengan penyuntikan, pemberian rGH melalui pakan alami telah dilaporkan Rahmawati (2011) mampu meningkatkan pertumbuhan ikan gurame sebesar 13% dibandingkan kontrol. Penggunaan metode perendaman juga telah diterapkan oleh Acosta et al. (2009) dengan frekuensi perendaman rGH sebanyak 3 kali dalam seminggu dapat meningkatkan bobot tubuh ikan nila sebesar 3,5 kali lipat dari kontrol setelah 15 hari pemeliharaan. Penerapan metode perendaman rGH pada ikan gurame mampu meningkatkan bobot hingga 75% dibandingkan kontrol pada dosis rGH 30 mg/L (Putra, 2011). Selanjutnya, Syazili et al. (2012) menyatakan bahwa pada frekuensi pemberian yang berbeda membuktikan

(25)

7 perendaman rGH 4 kali lipat dari dosis optimum (30 mg/L) sebesar 120 mg/L lebih baik daripada 3 kali pemberian pada satu kali perendaman dan juga memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan perendaman setiap minggu selama 4 minggu pada ikan gurame, dan dapat meningkatkan bobot hingga 70% dari kontrol. Penggunaan metode perendaman juga dianggap lebih efisien diterapkan pada fase larva dan benih karena dapat menurunkan tingkat stres pada ikan perlakuan (Moriyama dan Kawauchi, 1990), sehingga diharapkan dapat meningkatkan laju penyerapan rGH ke dalam tubuh ikan.

2.2 Biologi Ikan Baung

Klasifikasi ikan baung adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata

Class : Actinterygii Sub class : Teleostei Ordo : Siluformes Sub ordo : Siluridea Family : Bagridae Genus : Hemibagrus

Species : Hemibagrus nemurus (Froese dan Pauly, 2017)

Tubuh ikan baung sekilas menyerupai ikan patin. Baung memiliki kumis atau sungut yang panjang, badannya tidak bersisik, mempunyai sirip dada dan sirip punggung yang besar, serta mulutnya melengkung. Ikan ini memiliki morfologi dengan tubuh yang memanjang, agak pipih, kepala ikan besar, sirip punggung sama panjang dengan sirip dubur, pinggiran ruang mata bebas, bibir tidak bergerigi serta dapat digerakkan dan filamen insang terpisah. Pada rahang terdapat 3 - 4 pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek, memiliki sepasang patil dan memiliki sirip punggung tambahan, sirip ekor bercagak dan tidak berhubungan dengan sirip punggung maupun sirip dubur. Sirip dubur pendek dan sirip dada mempunyai jari-jari keras yang sangat kuat serta bergigi. Tubuh induk baung betina lebih pendek dari tubuh indukan jantan, induk betina

(26)

8 memiliki 3 buah lubang kelamin dengan bentuk bulat sedangkan induk jantan hanya memiliki 2 lubang kelamin yang bentuknya memanjang (Kottelat et al., 1993).

Ikan baung merupakan ikan yang hidup di air tawar dengan jenis perairan tenang yang tidak terlalu keruh. Ikan baung hidup di iklim tropis dengan ketinggian mencapai 1000 m diatas permukaan laut. Suhu normal untuk habitat baung adalah 27-33 oC, derajat keasaman (pH) antaran 6,5 – 8, kandungan oksigen minimal 4 ppm. Ikan baung merupakan ikan yang memiliki daya adaptasi tergolong rendah, ikan ini kurang tahan terhadap perubahan lingkungan dan serangan penyakit. Menurut Kottelat et al. (1993) bahwa Famili Bagridae adalah ikan berkumis air tawar yang bersifat nokturnal, yang hidup di air keruh aktif sepanjang hari. Beberapa ikan bersuara katak pada waktu ditangkap, merupakan penghuni dasar air dan memakan segala macam makanan. Alawi et al. (1990) melaporkan terdapat 4 kategori organisme yang ditemui dalam lambung ikan baung, yaitu insekta air, ikan, udang, dan detritus. Detritus ditemukan 41,4 %, insekta 36,4 %, ikan 31,3 %, dan udang terdapat 5,1 % dari jumlah sampel ikan baung. Menurut Sinaga (2014), ikan baung dapat digolongkan menjadi ikan karnivora. Karena makanan utama dari ikan baung adalah ikan Rasbora sp., makanan tambahannya adalah udang, Scutigera sp. (kelabang), dan Grynidae sp. (kumbang air). Sedangkan menurut Windy (2015) kebiasaan makan ikan baung di Sungai Bingai terdiri dari makanan utama yaitu ikan, makanan pelengkap yaitu serat tumbuhan, dan makanan tambahan yaitu insekta, Planaria sp., Thiara scabra, Faunus ater, dan Nodilittorina pyramidalis.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan maksimum adalah umur, spesies, ukuran, padat penebaran, kualitas air, dan pakan. Ikan yang lebih kecil atau lebih muda mempunyai kebutuhan protein yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan yang lebih tua dari spesies yang sama. Umumnya ikan baung untuk mencapai ukuran 200 g membutuhkan waktu 5-6 bulan.

(27)

9 Fase larva merupakan fase yang rentan akan kematian yang dikarenakan larva sangat sensitif baik dari kualitas air, asupan nutrisi dari pakan dan adanya sifat kanibalisme, seperti dalam laporan Sunarti (2003), tingkat kelangsungan hidup larva ikan baung selama pemeliharaan 7 hari adalah 71,67%, dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan baung menurun ketika beurumur 20 hari adalah 65,35%. sehingga dapat menyebabkan kegagalan dalam budidaya ikan baung.

(28)

10 III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2017 sampai dengan Juni 2017 selama 30 hari, bertempat di Laboratorium Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wadah pemeliharaan berupa akuarium ukuran 15x15x25 cm3 sebanyak 36 buah, instalasi aerasi, timbangan

digital, DO meter, pH meter, termometer, saringan dan baskom. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini hormon pertumbuhan rekombinan, pakan alami, dan ikan uji yang berumur 6, 12 dan 18 hari.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang di gunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan pada 3 kelompok umur yang berbeda.

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Umur Perlakuan A B C D 6 Hari A1 B1 C1 D1 A2 B2 C2 D2 A3 B3 C3 D3 12 Hari A1 B1 C1 D1 A2 B2 C2 D2 A3 B3 C3 D3 18 Hari A1 B1 C1 D1 A2 B2 C2 D2 A3 B3 C3 D3 Keterangan : A : 0 mg/L ( Kontrol) , B : 1 mg/L, C : 2 mg/L, D : 4 mg/L

(29)

11 Penentuan dosis hormon pertumbuhan rekombinan mengacu pada Triwinarso (2014) bahwa perendaman benih ikan lele sangkuriang dalam hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) selama 30 menit dengan dosis 2 mg/L.

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Persiapan Wadah

Persiapan wadah pemeliharaan benih ikan baung yang digunakan pada penelitian yaitu akuarium ukuran 15x15x25 cm3 dicuci dan dibersihkan, dilakukan

pengisian air sebanyak 4 liter, setiap akuarium dilengkapi dengan instalasi aerasi.

3.4.2 Persiapan Hormon Pertumbuhan Rekombinan

Hormon pertumbuhan rekombinan diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar (BBPBIAT) Sukabumi dengan merk “mina grow”. Cara pembuatan larutan rGH yaitu dengan mencampur rGH sesuai dosis perlakuan dengan larutan NaCl 0,09% sebanyak 9 ml dan Bovine Serum Albumin (BSA) sebanyak 0,1 gr kemudian diaduk di dalam wadah sampai rGH larut.

3.4.3 Perendaman Ikan Uji

Sebelum ikan uji direndam dengan larutan rGH yang telah disiapkan, dilakukan perlakuan kejut salinitas 15 ppt terlebih dahulu yaitu selama 2 menit untuk memaksimalkan proses osmoregulasi sebagai jalan rGH masuk ke dalam tubuh ikan. Kemudian ikan uji direndam dalam rGH yang telah disiapkan selama 30 menit mengacu pada penelitian Triwinarso (2014). Setelah direndam pada larutan rGH kemudian benih ikan baung dipindahkan ke wadah pemeliharaan.

3.4.4 Pemeliharaan dan Pemberian Pakan

Pemeliharaan benih ikan baung dilakukan selama 30 hari dengan padat tebar 5 ekor/liter, setiap wadah ditebar 20 ekor larva ikan baung dan pakan yang

(30)

12 digunakan merupakan pakan alami yaitu cacing sutra, pemberian pakan tiga kali sehari pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB secara ad satiation.

3.4.5 Pengambilan Data

Pengambilan data penambahan berat benih ikan baung yaitu dengan menimbang 10 ekor benih ikan baung secara bersama kemudian di hitung rata-ratanya. Pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH, dan DO. Pengambilan data dilakukan setiap 7 hari sekali. Pengambilan data kelulushidupan dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan.

3.4.6 Pengelolaan Kualitas Air

Selama pemeliharaan benih ikan baung diperlukan penyiponan setiap hari yaitu sebelum pemberian pakan pagi sebanyak 10% dari volume total air sedangkan pergantian air setiap 2 minggu sekali sebanyak 50%. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas air agar tetap optimal bagi pertumbuhan benih ikan baung.

3.5 Parameter Penelitian

3.5.1 Pertumbuhan Berat Mutlak

Pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total tubuh ikan pada akhir pemeliharan dan awal pemeliharaan. Perhitungan berat mutlak dapat dihitung dengan rumus (Effendi, 1997).

𝑊𝑚 = 𝑊𝑡 − 𝑊𝑜

Keterangan :

Wm : Pertumbuhan berat mutlak (g) Wt : Bobot rata - rata akhir (g) Wo : Bobot rata - rata awal (g)

(31)

13 3.5.2 Laju Pertumbuhan Berat Harian

Laju pertumbuhan berat harian adalah pertumbuhan berat ikan setiap harinya selama pemeliharaan, laju pertumbuhan berat harian ditunjukan dalam gram. Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi, 1997).

𝐴𝐷𝐺 = 𝑊𝑡− 𝑊0 𝑡

Keterangan :

ADG : Laju pertumbuhan berat harian (g/hari) (Average Daily Growth) Wt : Bobot rata - rata pada hari ke - t (g)

Wo : Bobot rata - rata pada hari ke - o (g) T : Waktu (hari)

3.5.3 Kelulushidupan

Kelulushidupan merupakan persentase ikan uji yang hidup pada akhir pemeliharan dibagi awal pemeliharaan. Kelulushidupan diperoleh berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Zonneveld et al. (1991), yaitu :

𝑆𝑅 = 𝑁𝑡

𝑁𝑜× 100%

Keterangan :

SR : Kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah udang akhir (ekor) No : Jumlah udang awal (ekor)

3.5.4 Pengamatan Kualitas Air

Pengukuranan parameter kualitas air yang pada penelitian ini yaitu suhu menggunakan Termometer, pH menggunakan pH paper dan DO (oksigen terlarut) menggunakan DO meter yang dilakukan setiap 7 hari sekali

(32)

14 3.6 Analisis data

Analisis data Laju Pertumbuhan Harian, Kelulushidupan dan Pertumbuhan Mutlak dihitung secara statistik menggunakan analisis ragam atau ANOVA (analysis of variance) dengan selang kepercayaan 95%. Jika hasilnya berbeda nyata tahap selanjutnya dilanjutkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%. Data pengukuran kualitas air dianalisis secara deskriptif.

(33)

15 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan perendaman larva ikan baung pada umur yang berbeda dan dosis rGH yang berbeda menunjukan pertumbuhan berat mutlak dan laju pertumbuhan harian yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Namun perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap kelulushidupan ikan baung baik kelompok umur 6, 12 dan 18 hari. Perlakuan optimal rGH untuk peningkatan pertumbuhan ikan baung adalah 2 mg/L baik kelompok umur 6, 12 dan 18 hari.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian yang lebih kompleks agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

(34)

16 DAFTAR PUSTAKA

Acosta, J.R., Morales, R., Morales, M., Alonso, M., d a n Estrada, M.P. 2007. Pichia pastoris Expressing Recombinant Tilapia Growth Hormone Accelerates the Growth of Tilapia. Biotechnology Letter 29: 1671-1676. Acosta, J.R., Estrada, M.P., Carpio, Y., Ruiz, O., Morales, R., Martinez, E.,

Valdes, J., Borroto, C., Besada, V., Sanchez, A., dan Herrera, F. 2009. Tilapia Somatotropin Polypeptides: Potent Enhancers of Fish Growth and Innate Immunity. Biotecnologia Aplicada 26(3): 267-272.

Affandi, R. 2002. Fisiologi Hewan Air. UNRI Press, Pekanbaru. 213 hlm.

Alawi, H., Muchtar, Pulungan, C., dan Rusliadi. 1990. Beberapa Aspek Biologi Ikan Baung (Mystus nemurus C.V) yang Tertangkap di Sekitar Perairan Teratak Buluh Sungai Kampar. Pusat Penelitian Universitas Riau, Riau. 73 hlm.

Alimuddin, Lesmana, I., Sudrajat, A.O., Carman, O., dan Faizal, I. 2010. Production and Bioactivity Potential of Three Recombinant Growth Hormones of Farmed Fish. Indonesian Aquaculture Journal 5(1): 11-17. Brown, T.A. 2006. Gen Cloning and Analysis. Blackwell Science Ltd, United

Kingdom. 386 hlm.

Dunham, R.A. 2004. Aquaculture and Fisheries Biotechnology. CABI Publishing, USA. 85-99 hlm.

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. 163 hlm.

Forsyth, I.A., dan Wallis, M. 2002. Growth Hormone and Prolactin-Molecular and Functional Evolution. Journal of Mammary Gland Biology and Neoplasia 7(3): 291-312.

Francis, G.L. 2010. Albumin and Mammalian Cell Culture: Implications For Biotechnology Applications. Cytotechnology 62(1):1-16.

Froese, R. dan Pauly, D. 2017. Ikan Baung (Hemibagrus nemurus).

http://fishbase.org/Summary/SpeciesSummary.php?ID=5427&AT=baung. Diakses pada 5 Maret 2017 pukul 22.35 WIB.

Handoyo, B. 2012. Respons Benih Ikan Sidat Terhadap Hormon Pertumbuhan Rekombinan Ikan Kerapu Kertang melalui Perendaman dan Oral. [Tesis]. Pasca Sarjana. Institur Pertanian Bogor. 73 hlm.

(35)

17 Kordi, G. 2014. Buku Pintar Bisnis dan Budidaya Ikan Baung. Andi Publisher,

Yogyakarta. 238 hlm.

Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N., dan Wirjoatmojo, S. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Editions, Hongkong. 344 hlm.

Li, W.S., Chen, D., Wong, A.O.L., dan Lin, H.R. 2005. Molecular Cloning, Tissue Distribution, and Ontogeny of mRNA Expression of Growth Hormone in Orange-Spotted Grouper (Epinephelus coioides). General and Comparative Endocrinology 144(1): 78-89.

Mancera, M.J., Carrion, R,L., dan Rı́o, M.D.P.M.D. 2002. Osmoregulatory Action of PRL, GH, and Cortisol in the Gilthead Seabream (Sparus aurata L.). General and Comparative Endocrinology 129(2): 95-103.

Moriyama, S., Felix, G.A., dan Hiroshi, K. 2000. Growth Regulation by Insuline-Like Growth Factor-1 in Fish. Bioscience Biotechnology Biochemistry 64(8): 1553-1562.

Moriyama, S. dan Kawauchi, H. 1990. Growth Stimulation of Juvenile Salmonids by Immersion in Recombinant Salmon Growth Hormone. Nippon Suisan Journal 56(1): 31-34.

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. 191 hlm.

Putra, H.G.P. 2011. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame yang diberi Protein Rekombinan GH melalui Perendaman dengan Dosis Berbeda. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 40 hlm.

Rahmawati, I. 2011. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame yang diberi Pakan Alami yang disuplementasi Hormon Pertumbuhan Rekombinan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 32 hlm.

Ramayani, S. 2016. Pemberian Hormon Pertumbuhan Rekombinan terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) yang dipelihara dalam Sistem Akuaponik. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau, Riau. 58 hlm.

Sakai, M., Kajita, Y., Kobayashi, M., dan Kawauchi, H. 1997. Immunostimulating Effect of Growth Hormone: in-vivo Administration of Growth Hormone in Rainbow trout Enhances Resistance to Vibrio anguillarum Infection. Veterinary Immunology and Immunopathology 57: 147-152.

(36)

18 Sanchez, J.P. dan Pierre, Y.L.B. 1999. Growth Hormone Axis as Marker of

Nutritional Status and Growth Performance in Fish. Aquaculture 177(1): 117–128.

Santiesteban, D., Martín, L., Arenal, A., Franco, R., dan Sotolongo, J. 2010. Tilapia Growth Hormone Binds to a Receptor in Brush Border Membrane Vesicles from the Hepatopancreas of Shrimp Litopenaeus vannamei. Aquaculture 306: 338–342.

Sasmi, H., Hendrik, dan Hendri, R. 2015. Analisis Usaha Budidaya Ikan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Sungai Paku Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar Provinsi Riau. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau, Riau. 12 hlm.

Sinaga, I.M. 2014. Analisis Isi Lambung Ikan Baung (Mystus nemurus C.V) di Perairan Sungai Siak Kecamatan Rumbai Pesisir Provinsi Riau. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1(1): 1-7.

Sukoso. 2002. Pemanfaatan Mikroalga dalam Industri Pakan Ikan. Agritek YPN, Jakarta. 51 hlm.

Sunarti, E.E. 2003. Tingkat Keberhasilan Triploidisasi Ikan Baung dengan Pemberian Kejutan Panas pada Umur Zigot yang Berbeda. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 49 hlm.

Syazili, A., Irmawati, Alimuddin, dan Sumantadinata, K. 2012. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Juvenile Ikan Gurami yang direndam dalam Hormon Pertumbuhan Rekombinan dengan Frekuensi Berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia 11(1): 23-27.

Triwinarso, W.H., Basuki, F., dan Yuniarti, T. 2014. Pengaruh Pemberian Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rGH) melalui Metode Perendaman dengan Lama Waktu yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Lele Varietas Sangkuriang. Journal of Aquaculture Management and Technology 3(4): 265-272.

Windy. 2015. Kebiasaan Makanan Ikan Baung (Mystus nemurus C.V) di Sungai Bingai Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara. [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan. 33 hlm.

Wong, A.O.L., Hong, Z., Yonghua, J., Wendy, K., dan Ko, W. 2006. Feedback Regulation of Growth Hormone and Secretion in Fish and the Emerging Concept of Intrapituitary Feedback Loop (Review). Comparative Biochemistry and Physiology 144(3): 284-305.

(37)

19 Yuwono, E., Sukardi, P., dan Sulistyo, I. 2005. Konsumsi dan Efisiensi Pakan pada Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang dipuasakan secara Periodik. Berkala Penelitian Hayati 10(2): 129 – 132.

Zonneveld, N., Huisman, E.A., dan Boon, J.H. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 hlm.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil screening patogenisitas dengan konsentrasi 1x10 9 kks/ml terhadap larva nyamuk Ae aegypti instar 3 diperoleh 2 isolat dengan tingkat patogenisitas di atas 50%, yaitu

Hasil perbandingan kedua data tersebut menunjukan sisa-sisa bangunan benteng Kuta Lubok yang telah terkubur di bawah permukaan dapat dipetakan kembali berdasarkan pola-pola

Sedang Terdapat implementasi pengelolaan flora tetapi belum mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat

Nilai tunggal parameter masukan menghasilkan respon nilai tunggal pada model (a), sedangkan ketidakpastian nilai parameter masukan menyebabkan ketidakpastian pada

Solusi untuk mengatasi permasalahan kekurangan kebutuhan ruang parkir saat ini maupun pengembangan pada 5 tahun mendatang adalah dengan membuat ruang parkir komunal dengan

Pengukuran kondisi kelem baban ini dilakukan secara iangsung di kam ar balita penderita ISPA dengan m enggunakan alat T erm om eter yang diletakkan di tem pat

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1). respon siswa dengan penerapan modul membuat desain dengan bantuan colase pada mata pelajaran dasar desain kelas

Dengan pendekatan deskriptif analisis, h asil kajian ini menyatakan bahwa pembentukan jabatan fungsional harus mempertimbangkan kriteria yang diatur pada pasal