• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Asuhan Keperawatan Glaukoma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Asuhan Keperawatan Glaukoma"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN

GLAUKOMA

GLAUKOMA

Makalah ini disusun

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliahguna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun oleh : Disusun oleh :

Wasis Joko Budi Utomo Wasis Joko Budi Utomo

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR

PURWODADI-GROBOGAN PURWODADI-GROBOGAN

2010 2010

(2)

Kata Pengantar

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan : Glaukoma “

“ Asuhan Keperawatan : Glaukoma “ ini dengan sebaik-baiknya. Makalah iniini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.

Makalah ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu Makalah ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

1. Bapak Sutrisno, S. Kep., Ns. selaku dosen Keperawatan Medikal Bedah yangBapak Sutrisno, S. Kep., Ns. selaku dosen Keperawatan Medikal Bedah yang memberikan motivasi, bimbingan, serta arahan.

memberikan motivasi, bimbingan, serta arahan. 2.

2. Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini. 3.

3. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Menurut penulis makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ibarat ”

Menurut penulis makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ibarat ” TiadaTiada Gading Yang Tak Retak

Gading Yang Tak Retak” oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun” oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

sangat penulis harapkan.

Purwodadi, 26 April 2010 Purwodadi, 26 April 2010

Penyusun Penyusun

(3)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

Hal

Halaman aman JudJudul ul ... ... ii Kata

Kata PenPengantagantar r ... ... iiii Daf

Daftar tar Isi Isi ... ... iiiiii BAB. I.

BAB. I. PENDAHULPENDAHULUANUAN A.

A. LataLatar r BelBelakanakangg ... ... 11 B.

B. PerumPerumusan usan MasalMasalah... ah... 11 C.

C. TujTujuan uan PenPenulisan ulisan ... ... 22 BAB. II. Konsep Teori

BAB. II. Konsep Teori A.

A. KonsKonsep ep GlaGlaukomukomaa ... ... 33 B.

B. ProsProses es KepeKeperawarawatan tan GlaGlaukomukomaa ... ... 1010 BAB. III. PENUTUP

BAB. III. PENUTUP A.

A. KesiKesimpulmpulanan ... ... 1717 B.

B. Saran-saran... Saran-saran... 1717 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumlah 0,40 % penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan Terdapat sejumlah 0,40 % penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata utama di Indonesia kebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata utama di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %, katarak 7,40 %, adalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %, katarak 7,40 %, konjungtivitis 1,74 %, parut kornea 0,34 %, glaucoma 0,40 %, retinopati 0,17 %, konjungtivitis 1,74 %, parut kornea 0,34 %, glaucoma 0,40 %, retinopati 0,17 %, strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02 strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02 %, glaucoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan refraksi 0,11 %, retina 0,09 %, %, glaucoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan refraksi 0,11 %, retina 0,09 %, kornea 0,06 %, lain-lain 0,03 %, prevalensi total 1,47 % (Sidharta Ilyas, 2004). kornea 0,06 %, lain-lain 0,03 %, prevalensi total 1,47 % (Sidharta Ilyas, 2004).

Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500 penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan Glaukoma (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

dan penatalaksanaan Glaukoma (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

B.

B. Perumusan MasalahPerumusan Masalah 1.

1. Apa yang dimaksud penyakit Glaukoma ?Apa yang dimaksud penyakit Glaukoma ? 2.

2. Bagaimana managemen penatalaksanaan penyakit Glaukoma ?Bagaimana managemen penatalaksanaan penyakit Glaukoma ?

C.

C. Tujuan PenulisanTujuan Penulisan 1.

1. Memahami penyakit Glaukoma.Memahami penyakit Glaukoma. 2.

(5)

BAB II BAB II

KONSEP TEORI KONSEP TEORI

A.

A. Konsep GlaukomaKonsep Glaukoma 1.

1. PengertianPengertian

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak  Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak  normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004).

saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004).

Galukoma adalah adanya kesamaan kenaika tekanan intra okuler yang Galukoma adalah adanya kesamaan kenaika tekanan intra okuler yang berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993).

berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993).

Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009), Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009), bahwa Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala bahwa Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan. syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan. Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita kebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang.

bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang. GlaukomaGlaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009).

fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009).

2.

2. KlasifikasiKlasifikasi

Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas, 2003) Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas, 2003) a.

a. Glaukoma primerGlaukoma primer 1)

1) Glaukoma sudut terbukaGlaukoma sudut terbuka

Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang

(6)

secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul. 2)

2) Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)

Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

nyeri yang hebat. b.

b. Glaukoma sekunderGlaukoma sekunder

Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab :

tergantung pada penyebab : 1)

1) Perubahan lensaPerubahan lensa 2)

2) Kelainan uveaKelainan uvea 3)

3) TraumaTrauma 4)

4) BedahBedah c.

c. Glaukoma kongenitalGlaukoma kongenital 1)

1) Primer atau infantilPrimer atau infantil 2)

(7)

d.

d. Glaukoma absolutGlaukoma absolut

Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik  gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik  mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.

sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.

Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

3.

3. PenyebabPenyebab

Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004) Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004) a.

a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary. b.

b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atauBerkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelah pupil

dicelah pupil

Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009) Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009) a.

a. UmurUmur

Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 % daripopulasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka Terdapat 2 % daripopulasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.

ini akan bertambah dengan bertambahnya usia. b.

b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukomaRiwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma

Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak adik kemudian hubungan orang tua dan Resiko terbesar adalah kakak adik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.

anak-anak. c.

(8)

Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter spesialis bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter spesialis mata.

mata. d.

d. Obat-obatanObat-obatan

Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan pemakai obat untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan pemakai obat secara rutin lainnya.

secara rutin lainnya.

4.

4. PatofisiologiPatofisiologi

Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekana intra okuler (TIO) depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmhg tergantung keseimbangan antara dipertahankan dalam batas 10-21 mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.

produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.

Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan kesrusakan jaringan yang dimula dari perifir Selanjutnya menyebabkan kesrusakan jaringan yang dimula dari perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal (Sunaryo yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal (Sunaryo Joko Waluyo, 2009).

Joko Waluyo, 2009).

5.

5. Manifestasi KlinisManifestasi Klinis

Umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota keluarga dalam Umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota keluarga dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti

(9)

normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering menabrak akibat Pada stadium lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara permanen. Gejala yang lain adalah : lebih sempit hingga kebutaan secara permanen. Gejala yang lain adalah : (Harnawartiaj, 2008)

(Harnawartiaj, 2008) a.

a. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.Mata merasa dan sakit tanpa kotoran. b.

b. Kornea suram.Kornea suram. c.

c. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah. d.

d. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat. e.

e. Nyeri di mata dan sekitarnya.Nyeri di mata dan sekitarnya. f.

f. Udema kornea.Udema kornea. g.

g. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang. h.

h. Lensa keruh.Lensa keruh.

Selain itu glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut Selain itu glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)

(Sidharta Ilyas, 2004) a.

a. Tekanan bola mata yang tidak normalTekanan bola mata yang tidak normal b.

b. Rusaknya selaput jalaRusaknya selaput jala c.

c. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapatMenciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat berakhir dengan kebutaan.

berakhir dengan kebutaan.

6.

6. KomplikasiKomplikasi

Komplikasi dari glaukoma menurut berbagai sumber yang salah Komplikasi dari glaukoma menurut berbagai sumber yang salah satunya

satunya www.jec-online.comwww.jec-online.com(2009) adalah kebutaan.(2009) adalah kebutaan.

7.

7. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan Diagnostik 

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Harnawartiaj, 2008) :

(Harnawartiaj, 2008) : a.

a. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina,Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus macula dan pembuluh darah retina.

(10)

b.

b. Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilaiTonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg. Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain bila melebihi 25 mmhg. Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) :

(Sidharta Ilyas, 2004) : 1)

1) Tonometri SchiotzTonometri Schiotz

Pemakaian Tonometri Schiotz untuk mengukur tekanan bola mata Pemakaian Tonometri Schiotz untuk mengukur tekanan bola mata dengan

dengan cara cara sebagai berikut sebagai berikut :: a)

a) Penderita di minta telentangPenderita di minta telentang b)

b) Mata di teteskan tetrakainMata di teteskan tetrakain c)

c) Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedasDitunggu sampai penderita tidak merasa pedas d)

d) Kelopak mata penderita di buka dengan telunjuk dan ibu jariKelopak mata penderita di buka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan menekan bola mata penderita)

(jangan menekan bola mata penderita) e)

e) Telapak tonometer akan menunjukkan angka pada skala tonometerTelapak tonometer akan menunjukkan angka pada skala tonometer Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui bola Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui bola mata dalam milimeter air raksa.

mata dalam milimeter air raksa. a)

a) Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg di curigai adanya glaukoma.Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg di curigai adanya glaukoma. b)

b) Bila tekanan lebih dari pada 25 mmHg pasien menderitaBila tekanan lebih dari pada 25 mmHg pasien menderita glaukoma.

glaukoma. 2)

2) Tonometri AplanasiTonometri Aplanasi

Dengan tonometer aplanasi diabaikan tekanan bola mata yang Dengan tonometer aplanasi diabaikan tekanan bola mata yang dipengaruhi kekakuan sklera (selaput putih mata). Teknik melakukan dipengaruhi kekakuan sklera (selaput putih mata). Teknik melakukan tonometri aplanasi adalah

tonometri aplanasi adalah a)

a) Diberi anestesi lokal tetrakain pada mata yang akan diperiksaDiberi anestesi lokal tetrakain pada mata yang akan diperiksa b)

b) Kertas fluorosein diletakkan pada selaput lendirKertas fluorosein diletakkan pada selaput lendir c)

c) Di dekatkan alat tonometer pada selaput bening maka tekananDi dekatkan alat tonometer pada selaput bening maka tekanan dinaikkan sehingga ingkaran tersebut mendekat sehingga bagian dinaikkan sehingga ingkaran tersebut mendekat sehingga bagian dalam terimpit

(11)

d)

d) Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yangDibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang memberi gambaran setengah lingkaran berimpit. Tekanan tersebut memberi gambaran setengah lingkaran berimpit. Tekanan tersebut merupakan tekanan bola mata.

merupakan tekanan bola mata. e)

e) Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih dari 20Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih dari 20 mmHg dianggap sudah menderita glaukoma.

mmHg dianggap sudah menderita glaukoma. c.

c. Pemeriksaan lampu-slit.Pemeriksaan lampu-slit.

Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik  kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik  kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.

kedalam tuberkulum dengan lensa khusus. d.

d. PerimetriPerimetri

Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.

dengan tes konfrontasi. e.

e. Pemeriksaan Ultrasonografi..Pemeriksaan Ultrasonografi..

Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat digunakan untuk  Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat digunakan untuk  mengukur dimensi dan struktur okuler. Ada dua tipe ultrasonografi yaitu : mengukur dimensi dan struktur okuler. Ada dua tipe ultrasonografi yaitu : 1)

1) A-Scan-Ultrasan.A-Scan-Ultrasan.

Berguna untuk membedakan tumor maligna dan benigna, mengukur Berguna untuk membedakan tumor maligna dan benigna, mengukur mata untuk pemasangan implant lensa okuler dan memantau adanya mata untuk pemasangan implant lensa okuler dan memantau adanya glaucoma congenital.

glaucoma congenital. 2)

2) B-Scan-Ultrasan.B-Scan-Ultrasan.

Berguana unutk mendeteksi dan mencari bagian struktur dalam mata Berguana unutk mendeteksi dan mencari bagian struktur dalam mata yang kurang jelas akibat adanya katarak dan abnormalitas lain.

yang kurang jelas akibat adanya katarak dan abnormalitas lain.

8.

8. PenatalaksanaanPenatalaksanaan

Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaukoma Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaukoma dapat dicegah untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang pandangan dan dapat dicegah untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang pandangan dan rusaknya saraf penglihat. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke rusaknya saraf penglihat. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan tingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan

(12)

berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit dan respons terhadap terapi berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit dan respons terhadap terapi (Harnawartiaj, 2008) :

(Harnawartiaj, 2008) : a.

a. Terapi obat.Terapi obat. 1)

1) Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral.Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral. 2)

2) Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam.Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam. b.

b. Bedah lazer.Bedah lazer.

Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan TIO.

menurunkan TIO. c.

c. Bedah konfensional.Bedah konfensional. d.

d. Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian irisIredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian iris unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke anterior. Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan anterior. Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran balu melalui sclera.

(13)

Proses Keperawatan Proses Keperawatan

1.

1. PengkajianPengkajian a.

a. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko : 1)

1) Riwayat keluarga positif ( diyakini berhubungan dengan glaucomaRiwayat keluarga positif ( diyakini berhubungan dengan glaucoma sudut terbuka primer )

sudut terbuka primer ) 2)

2) Tumor mataTumor mata 3)

3) Hemoragi intraokulerHemoragi intraokuler 4)

4) Inflamasi intraokuler uveitiInflamasi intraokuler uveiti 5)

5) Kontusio mata dari trauma.Kontusio mata dari trauma. b.

b. Pemeriksanan fisik berdasrkan pengkajian umum pada mata dapatPemeriksanan fisik berdasrkan pengkajian umum pada mata dapat menunjukan :

menunjukan : 1)

1) Untuk sudut terbuka primerUntuk sudut terbuka primer

Melaporkan kehilangan penglihatan perifer lambat ( melihat Melaporkan kehilangan penglihatan perifer lambat ( melihat terowongan )

terowongan ) 2)

2) Untuk sudut tertutup primer :Untuk sudut tertutup primer : a)

a) Kejadian tiba-tiba dari nyeri berat pada mata sering disertai denganKejadian tiba-tiba dari nyeri berat pada mata sering disertai dengan sakit kepala , mual dan muntah.

sakit kepala , mual dan muntah. b)

b) Keluhan -keluhan sinar halo, penglihatan kabur, dan enurunanKeluhan -keluhan sinar halo, penglihatan kabur, dan enurunan persepsi sinar.

persepsi sinar. c)

c) Pupil terfiksasi secara sedang dengan sclera kemerahan karenaPupil terfiksasi secara sedang dengan sclera kemerahan karena radang dan kornea tampak berawan.

radang dan kornea tampak berawan. c.

c. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan respons emosional terhadapKaji pemahaman klien tentang kondisi dan respons emosional terhadap kondisi dan rencana tindakan.

kondisi dan rencana tindakan.

2.

2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa Keperawatan a.

a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan;Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan; gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

(14)

b.

b. Nyeri b/d peningkatan TIONyeri b/d peningkatan TIO c.

c. Ansietas b/d penurunan penglihatan aktual.Ansietas b/d penurunan penglihatan aktual. d.

d. Resti injuri b/d penurunan lapang pandangResti injuri b/d penurunan lapang pandang e.

e. Gangguan citra tubuh b/d hilangnya penglihatanGangguan citra tubuh b/d hilangnya penglihatan f.

f. Ketidakmampuan dalam perawatan diri b/d penurunan penglihatanKetidakmampuan dalam perawatan diri b/d penurunan penglihatan g.

g. Isolasi sosial b/d penurunan pandangan perifer, takut cedera atau responsIsolasi sosial b/d penurunan pandangan perifer, takut cedera atau respons negatif lingkungan terhadap ketidakmampuan visual.

negatif lingkungan terhadap ketidakmampuan visual. h.

h. Risiko gangguan pola nutrisi b/d mual, muntah sekunder akibatRisiko gangguan pola nutrisi b/d mual, muntah sekunder akibat peningkatan TIO

peningkatan TIO i.

i. Resiko tinggi Resiko tinggi terhadap kerusakan terhadap kerusakan penatapenatalaksanaan laksanaan pemeliharaan di pemeliharaan di rumahrumah b/d kurang pengetahuan tentang perawatan diri pada saat pulang, kurang b/d kurang pengetahuan tentang perawatan diri pada saat pulang, kurang system pendukung adekuat

system pendukung adekuat  j.

 j. Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/dKurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/d kurang informasi tentang penyakit glaukoma.

kurang informasi tentang penyakit glaukoma.

3.

3. Perencanaan dan ImplementasiPerencanaan dan Implementasi a.

a. Gangguan Gangguan persepsi persepsi sensori sensori : : penglihatan penglihatan b/d b/d gangguangangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

pandang progresif. Tujuan :

Tujuan :

Penggunaan penglihatan yang optimal Penggunaan penglihatan yang optimal Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Pasti derajat atau tipe penglihatanPasti derajat atau tipe penglihatan

R : mempengaruhi harapan masa depan pasien R : mempengaruhi harapan masa depan pasien 2)

2) Dorong pasien mengekspresikan parasaan tentang kehilanganDorong pasien mengekspresikan parasaan tentang kehilangan penglihatan

penglihatan

R : pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman R : pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total

(15)

3)

3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan,Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis

mengikuti jadwal, tidak salah dosis

R : mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut R : mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut 4)

4) Lakukan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan,Lakukan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan, contoh: atur perabot, kurangi kekacauan, perbaiki sinar suram, dan contoh: atur perabot, kurangi kekacauan, perbaiki sinar suram, dan masalah penglihatan malam

masalah penglihatan malam

R : menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan R : menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang

lapang pandang 5)

5) Kolaborasi pemberian asetazolamid (diamox)Kolaborasi pemberian asetazolamid (diamox) R : menurunkan laju produksi akueus humor R : menurunkan laju produksi akueus humor b.

b. Nyeri b/d peningkatan TIONyeri b/d peningkatan TIO Tujuan :

Tujuan :

Nyeri hilang atau berkurang Nyeri hilang atau berkurang Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Kaji tingkat nyeriKaji tingkat nyeri

R : Mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan intervensi R : Mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan intervensi selanjutnya

selanjutnya 2)

2) Pantau derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akutPantau derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut

R : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil R : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan

yang diharapkan 3)

3) Siapkan pasien untuk pembedahan sesuai perananSiapkan pasien untuk pembedahan sesuai peranan

R : setelah TIO terkontrol pada glukoma sudut terbuka, pembedahan R : setelah TIO terkontrol pada glukoma sudut terbuka, pembedahan harus dilakukan untuk secara permanent menghilangkan blok pupil harus dilakukan untuk secara permanent menghilangkan blok pupil 4)

4) Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowlerPertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler R : tekanan pada mata ditingkatkan bila tubuh datar R : tekanan pada mata ditingkatkan bila tubuh datar 5)

5) Berikan lingkungan gelap dan terangBerikan lingkungan gelap dan terang

R : stress dan sinar menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri R : stress dan sinar menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri 6)

6) Berikan analgesic narkotik yng di resepkan peran dan evaluasiBerikan analgesic narkotik yng di resepkan peran dan evaluasi keefektifanya

(16)

R : untuk mengontrol nyeri, nyeri berat menentukan menuver R : untuk mengontrol nyeri, nyeri berat menentukan menuver valasava, menimbulkan TIO

valasava, menimbulkan TIO c.

c. Ansietas b/d penurunan pengelihatan aktual.Ansietas b/d penurunan pengelihatan aktual. Tujuan :

Tujuan :

Cemas hilang atau berkurang Cemas hilang atau berkurang Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Kaji tingkat ansietasKaji tingkat ansietas

R : factor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri R : factor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri 2)

2) Beri informasi yang akurat dan jujurBeri informasi yang akurat dan jujur

R : menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan / harapan R : menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan / harapan yang akan dating

yang akan dating 3)

3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikanDorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan

perasaan

R : memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata R : memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata 4)

4) Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatanDorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien

pasien

R : membantu pasien dalam menurunkan kecemasan R : membantu pasien dalam menurunkan kecemasan 5)

5) Identifikasi sumber atau orang yang menolongIdentifikasi sumber atau orang yang menolong

R : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri R : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri d.

d. Resti injuri b/d penurunan lapang pandangResti injuri b/d penurunan lapang pandang Tujuan :

Tujuan :

Cedera tidak terjadi Cedera tidak terjadi Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Orientasikan lingkungan dan situasi lainOrientasikan lingkungan dan situasi lain

R : Menurunkan resiko jatuh (cedera), Untuk meningkatkan R : Menurunkan resiko jatuh (cedera), Untuk meningkatkan pengenalan tempat sekitar

pengenalan tempat sekitar 2)

2) Anjurkan klien untuk mempelajari kembali ADLAnjurkan klien untuk mempelajari kembali ADL

R : Meningkatkan respon stimulus dan semua ketergantungannya R : Meningkatkan respon stimulus dan semua ketergantungannya

(17)

3)

3) Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapatAtur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan kecelakaan.

menimbulkan kecelakaan.

R : Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian. R : Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian. 4)

4) Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.

R : Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi R : Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien.

pasien. 5)

5) Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sederhanaDorong pasien untuk melakukan aktivitas sederhana

R : Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan. R : Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan. e.

e. Gangguan citra tubuh b/d hilangnya penglihatanGangguan citra tubuh b/d hilangnya penglihatan Tujuan :

Tujuan :

Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri

penilaian diri Intervensi : Intervensi : 1)

1) Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orangBerikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat, sehubungan dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dekat, sehubungan dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam

dan emosi yang terpendam

R : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkan R : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkan individu melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan

individu melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan 2)

2) Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannyaDorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak dengan penolakan, syok, marah,dan tertekan

itu tidak dengan penolakan, syok, marah,dan tertekan

R : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebih R : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebih ikhlas

ikhlas 3)

3) Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya ituSadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu dan dorong membagi perasaan dengan orang lain.

dan dorong membagi perasaan dengan orang lain.

R : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya diri R : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya diri individu dan dapat membagi perasaan kepada orang lain.

individu dan dapat membagi perasaan kepada orang lain. 4)

4) Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiriAjarkan individu memantau kemajuannya sendiri

R : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengan R : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengan kekurangan yang dimiliki

(18)

f.

f. Ketidakmampuan dalam perawatan diri b/d penurunan penglihatanKetidakmampuan dalam perawatan diri b/d penurunan penglihatan Tujuan :

Tujuan :

Meningkatkan aktivitas perawatan diri Meningkatkan aktivitas perawatan diri Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri. R : Dapat mengetahui kemampuan klien dan memudahkan intervensi R : Dapat mengetahui kemampuan klien dan memudahkan intervensi selanjutnya.

selanjutnya. 2)

2) Bantu klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.Bantu klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri. R : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien.

R : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien. 3)

3) Libatkan keluarga dalam aktivitas perawatan diri klien.Libatkan keluarga dalam aktivitas perawatan diri klien.

R : Keluarga merupakan orang terdekat dalam pemenuhan kebutuhan R : Keluarga merupakan orang terdekat dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien.

perawatan diri klien. 4)

4) Rencanakan aktivitas dan latihan klien.Rencanakan aktivitas dan latihan klien.

R : Istirahat klien tidak terganggu dengan adanya aktivitas dan latihan R : Istirahat klien tidak terganggu dengan adanya aktivitas dan latihan yang terencana.

yang terencana. 5)

5) Berikan dorongan untuk melakukan perawatan diri kepada klien danBerikan dorongan untuk melakukan perawatan diri kepada klien dan atur aktivitasnya.

atur aktivitasnya.

R : Dapat mencegah komplikasi imobilitas. R : Dapat mencegah komplikasi imobilitas. g.

g. Isolasi sosial b/d penurunan pandangan perifer, takut cedera atau responsIsolasi sosial b/d penurunan pandangan perifer, takut cedera atau respons negatif lingkungan terhadap ketidakmampuan visual.

negatif lingkungan terhadap ketidakmampuan visual. Tujuan :

Tujuan :

Mendorong sosialisasi dan ketrampilan koping Mendorong sosialisasi dan ketrampilan koping Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Jalin hubungan baik dengan klienJalin hubungan baik dengan klien R : agar klien tidak merasa asing R : agar klien tidak merasa asing 2)

2) Jelaskan kondisi/gangguan yang terjadi pada matanyaJelaskan kondisi/gangguan yang terjadi pada matanya R : klien akan menerima keadaannya.

R : klien akan menerima keadaannya. 3)

3) Libatkan keluarga dalam berinteraksi dengan pasienLibatkan keluarga dalam berinteraksi dengan pasien R : membantu pasien berinterksi dengan orang lain R : membantu pasien berinterksi dengan orang lain

(19)

4)

4) Libatkan dengan kegiatan lingkunganLibatkan dengan kegiatan lingkungan

R : klien akan merasa punya teman dalam lingkungan. R : klien akan merasa punya teman dalam lingkungan. 5)

5) Dorong pasien untuk menerima pengunjung dan bersosialisasiDorong pasien untuk menerima pengunjung dan bersosialisasi

R : agar pasien dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan dapa R : agar pasien dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan dapa menerima kondisi penyakitnya

menerima kondisi penyakitnya 6)

6) Mengetahui tingkat koping klien dan berguna dalam intervensiMengetahui tingkat koping klien dan berguna dalam intervensi selanjutnya.

selanjutnya.

R : Untuk mengetahui sejauh mana koping klien. R : Untuk mengetahui sejauh mana koping klien. h.

h. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d mual, muntahRisiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d mual, muntah sekunder akibat peningkatan TIO

sekunder akibat peningkatan TIO Tujuan :

Tujuan :

Nutrisi dapat terpenuhi dengan baik  Nutrisi dapat terpenuhi dengan baik  Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Motivasi klien untuk menghabiskan makanannyaMotivasi klien untuk menghabiskan makanannya R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien 2)

2) Tanyakan atau diskusikan pada klien makanan yang disukai dan tidak Tanyakan atau diskusikan pada klien makanan yang disukai dan tidak  disukai

disukai

R : agar klien suka terhadap makanan yang dihidangkan sehingga R : agar klien suka terhadap makanan yang dihidangkan sehingga klien mau makan

klien mau makan 3)

3) Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi seringBerikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering R : agar terpenuhi kebutuhan nutrisi klien

R : agar terpenuhi kebutuhan nutrisi klien 4)

4) Berikan makanan cair yang mengandung nutrien dan elektrolitBerikan makanan cair yang mengandung nutrien dan elektrolit

R : kebutuhan nutrisi terpenuhi dan elektrolit yang terbuang dapat R : kebutuhan nutrisi terpenuhi dan elektrolit yang terbuang dapat tergantikan

tergantikan i.

i. Resiko tinggi Resiko tinggi terhadap kerusakan terhadap kerusakan penatapenatalaksanaan laksanaan pemeliharaan di pemeliharaan di rumahrumah b/d kurang pengetahuan tentang perawatan diri pada saat pulang, kurang b/d kurang pengetahuan tentang perawatan diri pada saat pulang, kurang system pendukung adekuat

system pendukung adekuat Tujuan :

Tujuan :

Mampu untuk melakukan aktifitas perawatan di rumah dengan aman Mampu untuk melakukan aktifitas perawatan di rumah dengan aman

(20)

Intervensi : Intervensi : 1)

1) Berikan informasi tentang kondisi, tekankan bahwa glaucomaBerikan informasi tentang kondisi, tekankan bahwa glaucoma memerlukan pengobatan sepanjang hidup

memerlukan pengobatan sepanjang hidup R : untuk meningkatkan kerja sama pasien R : untuk meningkatkan kerja sama pasien 2)

2) Ajarkan dan biarkan pasien memperhatikan pemberian sendiri tetesAjarkan dan biarkan pasien memperhatikan pemberian sendiri tetes mata bila pembedahan tidak di lakukan

mata bila pembedahan tidak di lakukan

R : penyuluhan kesehatan esensial untuk keamanan dalam perawatan R : penyuluhan kesehatan esensial untuk keamanan dalam perawatan diri. Biasanya, pemberian tetes mata anti glaucoma setiap hari untuk  diri. Biasanya, pemberian tetes mata anti glaucoma setiap hari untuk  mengontrol TIO, adalah tujuan terapi jika tidak dilakukan pembedahan mengontrol TIO, adalah tujuan terapi jika tidak dilakukan pembedahan 3)

3) Jamin semua intruksi dan informasi tentang obat yang di resepkanJamin semua intruksi dan informasi tentang obat yang di resepkan tertulis

tertulis

R : instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan R : instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan 4)

4) tinjau ulang praktik-praktik umum untuk keamanan mata (contoh:tinjau ulang praktik-praktik umum untuk keamanan mata (contoh: hindari penyemprotan insektisida, zat lain dan zat kimia)

hindari penyemprotan insektisida, zat lain dan zat kimia) R : untuk melindungi terhadap cidera mata

R : untuk melindungi terhadap cidera mata  j.

 j. Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/dKurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/d kurang informasi tentang penyakit glaukoma.

kurang informasi tentang penyakit glaukoma. Tujuan :

Tujuan :

Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis dan pengobatannya. Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis dan pengobatannya. Intervensi :

Intervensi : 1)

1) Diskusikan perlunya menggunakan identifikasiDiskusikan perlunya menggunakan identifikasi

R : untuk memberikan informasi pada perawat dengan kasus darurat R : untuk memberikan informasi pada perawat dengan kasus darurat 2)

2) Tunjukan tehnik yang benar untuk pemberian tetes mataTunjukan tehnik yang benar untuk pemberian tetes mata R : meningkatkan keefektifan penglihatan

R : meningkatkan keefektifan penglihatan 3)

3) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obatKaji pentingnya mempertahankan jadwal obat R : mempertahankan konsistensi program obat R : mempertahankan konsistensi program obat 4)

4) Identifikasi efek samping atau reaksi merugikan dari pengobatanIdentifikasi efek samping atau reaksi merugikan dari pengobatan

R : efeksamping obat atau merugikan mempengaruhi rentan dari tak  R : efeksamping obat atau merugikan mempengaruhi rentan dari tak  nyaman sampai ancaman kesehatan berat

(21)

5)

5) Dorong pasien membuata perubahan yang perlu untuk pola hidupDorong pasien membuata perubahan yang perlu untuk pola hidup R : pola hidup tenang menurunkan respon emosi terhadap stress R : pola hidup tenang menurunkan respon emosi terhadap stress

(22)

PENUTUP PENUTUP

A.

A. KesimpulanKesimpulan

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatan Glaukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatan tekanan intra okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga mengakibatkan tekanan intra okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga mengakibatkan kebutaan. Glaukoma diklasifikasikan antara lain glaukoma primer, glaukoma kebutaan. Glaukoma diklasifikasikan antara lain glaukoma primer, glaukoma sekunder, glaukoma kongenital dan glaukoma absolut. Penyebabnya tergantung sekunder, glaukoma kongenital dan glaukoma absolut. Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena aliran aquos humor terhambat yang bisa meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanya aliran aquos humor terhambat yang bisa meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanya kornea suram, sakit kepala, nyeri, lapang pandang menurun, dll. Komplikasi dari kornea suram, sakit kepala, nyeri, lapang pandang menurun, dll. Komplikasi dari glaukoma adalah kebutaan. Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan glaukoma adalah kebutaan. Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.

obat-obatan.

B.

B. Saran-saranSaran-saran

Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma secara cepat Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma secara cepat melakukan pemeriksaan dini agar glaukoma dapat ditangani.

(23)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Marlynn dkk. 2000.

Doenges, E Marlynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan. . Jakarta Jakarta : : EGCEGC

Dwindra, Mayenru. 2009.

Dwindra, Mayenru. 2009. GlaukomaGlaukoma. . DalamDalam http://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7.

http://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7. Diperoleh tanggalDiperoleh tanggal 2222 April 2010

April 2010

Harnawatiaj. 2008.

Harnawatiaj. 2008. KonjungtivitisKonjungtivitis. . DalamDalam http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/konjugtivitis/.

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/konjugtivitis/. DiperolehDiperoleh tanggal

tanggal 12 April 201012 April 2010 Ilyas, Sidharta. 2003.

Ilyas, Sidharta. 2003. Ilmu Penyakit Mata Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Ilyas, Sidharta. 2004.

Ilyas, Sidharta. 2004. Ilmu Perawatan Mata Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Internet. 2009.

Internet. 2009. GlaukomaGlaukoma. Dalam http://www.jec-online.com.. Dalam http://www.jec-online.com. Diperoleh tanggalDiperoleh tanggal 2222 April 2010

April 2010

Latif, Bahtiar. 2009.

Latif, Bahtiar. 2009.    Askep Askep GlaukomaGlaukoma. . DalamDalam http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/8-mata/7-askep-glaukoma.html.

http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/8-mata/7-askep-glaukoma.html.

Diperoleh tanggal

Diperoleh tanggal 22 April 201022 April 2010

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001.   Buku Ajar Keperawatan Medikal  Buku Ajar Keperawatan Medikal  Bedah : Brunner & Suddart Ed. 8 Vol 1

 Bedah : Brunner & Suddart Ed. 8 Vol 1. Jakarta : EGC. Jakarta : EGC Waluyo, Sunaryo joko. 2009.

Waluyo, Sunaryo joko. 2009.    Askep Askep GlaukomaGlaukoma. . DalamDalam http://askep-

http://askep-akper.blogspot.com/2009/08/askep-glaukoma.html.

akper.blogspot.com/2009/08/askep-glaukoma.html. Diperoleh tanggalDiperoleh tanggal 2222 April 2010

Referensi

Dokumen terkait

c) Risiko Fisik : Kemungkinan bahwa produk dapat membahayakan konsumen dan lain-lain dalam arti fisik-in lainnya kata, ketakutan konsumen bahwa produk tertentu dapat

Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial. Semua hasil deteksi dimasukkan dalam buku deteksi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui luasan wilayah yang tergenang akibat pengaruh pasang surut dan tinggi perencanaan reklamasi pada bulan Desember 2013

Sedangkan tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pemahaman matematis siswa pada lapisan property noticing dengan materi logaritma ditinjau dari

Dokter Spesialis Patologi Klinik adalah suatu profesi keahlian di bidang patologi klinik yang berwenang mengendalikan proses layanan laboratorium klinik mulai dari sisi

Isilah matriks perbandingan berpasangan untuk KRITERIA dalam dimensi merchandise yang berkaitan dengan penentuan kebijakan pengelolaan private label di PT. Penentuan bobot

Dari 2.661.327 orang yang bekerja pada Februari 2014, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 41,84 persen diikuti berusaha sendiri sebesar 20,90

INTERNASIONAL MENGENAI EKSISTENSI KONSUL KEHORMATAN ( HONORARY CONSUL ) DALAM HUBUNGAN KONSULER (STUDI KASUS : KONSUL KEHORMATAN JERMAN DI MEDAN)”. Pembahasan pada