• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND WORK STRESS NURSES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND WORK STRESS NURSES"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

STRES KERJA PADA PERAWAT

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND WORK STRESS NURSES

Sukma Noor Akbar

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat,

Jl. A. Yani Km 36,00 Banjarbaru Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia

Email : snakbar@unlam.ac.id

ABSTRAK

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) kecerdasan emosi perawat di RSUD Banjarbaru, (2) stres kerja perawat di RSUD Banjarbaru, dan (3) hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat di RSUD Banjarbaru. Desain yang digunakan adalah deskriptif dan korelasional dengan menggunakan teknik korelasi Pearson. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh korelasi antara kecerdasan emosi dengan stres kerja pada perawat di RSUD Banjarbaru. Ini menunjukkan adanya hubungan negatif di antara keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kecerdasan emosi perawat di RSUD Banjarbaru berada pada tingkat sedang, (2) stres kerja perawat di RSUD Banjarbaru berada pada tingkat sedang, dan (3) terdapat korelasi negatif antara kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat di RSUD Banjarbaru.

Kata Kunci : kecerdasan emosi, stres kerja, perawat

ABSTRACT

The main objective of this study was to determine : (1) emotional intelligence nurses in Banjarbaru hospital , ( ) work stress nurses in Banjarbaru hospital , and (3) correlation between emotional intelligence and work stress nurses in Banjarbaru hospital. Design used was descriptive and correlational using Pearson correlation techniques . Based on the calculation obtained correlation between emotional intelligence and work stress in nurses in Banjarbaru hospital. This suggests a negative relationship between the two. The results showed that : (1) emotional intelligence nurses in Banjarbaru hospitals are at a medium level, (2) work stress nurses in Banjabaru hospitals are at a moderate level, and (3) there is a negative correlation between emotional intelligence and work stress nurses in Banjarbaru Hospital.

Keywords : emotional intelligence, work stress, nurses

Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah akan semakin berat dalam menangani pasien, merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap kesejahteraan pasien juga terabaikan karena perawat rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa adalah penjalin kontak pertama dan terlama dengan pelayanan kesehatan.Keberadaan dan kualitas pelayanan pasien mengingat pelayanan keperawatan berlangsung kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan terus menerus selama 24 jam sehari. Perawat harus selalu harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. siaga selama 24 jam untuk melakukan tugas-tugas rutin, Selayaknya industri jasa pelayanan menaruh perhatian dan menghadapi berbagai situasi darurat seperti kondisi besar dan menyadari bahwa kualitas pelayanan kesehatan kesehatan pasien yang kritis, menghadapi kesulitan yang diberikan ditentukan pula oleh kualitas berbagai keluarga pasien, dan sebagainya.

komponen pelayanan termasuk keperawatan dan sumber Tuntutan yang tinggi dalam pekerjaannya tentu daya manusianya (Dramawan, 2008). s a j a s e m a k i n m e n a m b a h b e r a t b e b a n k e r j a Ditambahkan oleh Karsinah (dalam Purwanto, perawat.Mereka diharuskan patuh pada standar 2007), perawat dapat dikatakan merupakan tulang keperawatan yang telah ditetapkan, pada aturan organisasi punggung pelayanan dan hadir 24 jam sehari untuk perawat bernaung – dalam hal ini adalah institusi rumah merawat dan menjaga pasien. Tanpa perawat tugas dokter sakit tempat perawat bekerja – dan menyesuaikan diri

(2)

dengan harapan-harapan pasien. Layanan keperawatan variabel atau lebih. Variabel yang dikorelasikan dalam yang ramah serta didukung oleh sikap menaruh minat dan penelitian ini adalah kecerdasan emosi sebagai variabel tampilan yang baik, akan membuat pasien menjadi lebih bebas dan stres kerja sebagai variabel terikat.

tenang dan nyaman selama berada di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan di RSUD Banjarbaru, Dalam menjalankan tugasnya seorang perawat populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja tidak dapat terlepas dari stres, karena masalah stres tidak d i R S U D B a n j a r b a r u , y a k n i s e b a n y a k 5 9 dapat dilepaskan dari dunia kerja. Dengan semakin orang.Pengambilan sampel dalam penelitian ini bertambahnya tuntutan dalam pekerjaan maka semakin menggunakan teknik purposive sample, yaitu besar kemungkinan seorang perawat mengalami stres menggunakan sampel yang belum dipakai untuk uji coba kerja, setiap jenis pekerjaan tidak terlepas dari tekanan- instrumen sebelumnya, agar sampel untuk penelitian tidak tekanan baik dari dalam maupun dari luar yang dapat mendapatkan pengukuran sebanyak dua kali atas skala menimbulkan stres bagi para pekerjanya, sehingga yang sama atau tidak menjadi familiar dengan skala dibutuhkan penyesuaian diri. Sebenarnya semua individu penelitian.

tidak dapat mengingkari stres dalam kehidupannya Metode penskalaan yang digunakan dalam

sehari-hari (Anarogo, 1993). penelitian ini yaitu metode rating yang dijumlahkan atau

Sangat besarnya peranan dan tanggung jawab yang penskalaan likert. Untuk mengukurkecerdasan emosi harus diemban oleh perawat memungkinkan perawat digunakan skala kecerdasan emosi disusun oleh peneliti berada dalam kondisi kerja yang dapat memicu stress yang dikembangkan dari teori Daniel Goleman. Skala ini kerja. Menurut Leatz dan Stolar (Andarika, 2004), stres terdiri dari lima indikator yaitu mengenali emosi diri, yang dialami oleh individu dalam jangka waktu yang lama mengelola emosi diri, memotivasi diri, empati dan dengan intensitas yang cukup tinggi akan mengakibatkan membina hubungan. Untuk mengukur stres kerja, akan individu yang bersangkutan menderita kelelahan fisik, disusun instrumen psikologi untuk melihat sejauh mana emosional, maupun mental. Stres yang ditimbulkan oleh tingkat stres kerja perawat di RSUD Banjarbaru. Skala ini kondisi kerja yang kurang bagus dalam lingkungan kerja akan dikembangkan berdasarkan pada teori stres yang keperawatan telah diidentifikasi sebagai penyebab utama dikemukakan Robbins. Robbins (2002) menyebutkan terjadinya kesalahan dalam menangani pasiendi kalangan

bahwa stres kerja yang dialami oleh seseorang dapat perawat.

diketahui dari berbagai gejala yang dialami seseorang. Kecerdasan emosi selayaknya dimiliki seorang

Gejala stres kerja tersebut meliputi fisiologis, gejala perawat, karena bidang pekerjaan perawat selalu

psikologis, dan gejala perilaku. berhubungan dengan orang lain, mengutamakan

kepentingan dan kesejahteraan orang lain. Pengabdian

HASIL DAN PEMBAHASAN

seringkali dituntut dari seorang perawat dalam menjalankan tugas mengantar pasien mencapai

Gambaran Kecerdasan Emosional

kesembuhan.

Berdasarkan permasalahan di atas menarik untuk

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat diteliti bagaimanakah kecerdasan emosi pada perawat di

di RSUD Banjarbaru dengan kecerdasan emosional RSUD Daerah Banjarbaru, bagaimanakah stres kerja

sangat tinggi sebanyak 3 orang dengan persentase 5,08%. perawat di RSUD Daerah Banjarbaru dan apakah ada

Perawat dengan kecerdasan emosi tinggi sebanyak 14 hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja

orang dengan persentase 23,72%.Perawat dengan perawat di RSUD Daerah Banjarbaru

kecerdasan emosi sedang sebanyak 25 orang dengan persentase 42,37%. Perawat dengan kecerdasan emosi

METODE PENELITIAN

rendah sebanyak 13 orang dengan persentase 22,03%. Sedangkan perawat dengan kecerdasan emosi sangat Dalam penelitian tentang hubungan kecerdasan

rendah sebanyak 4 orang dengan persentase 6,78%. Jadi emosi dengan stres kerja pada perawat di rumah sakit ini,

dapat disimpulkan bahwa secara umum kecerdasan peneliti menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan

emosional perawat di RSUD Banjarbaru berada pada korelasional.

tingkat sedang. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

Daniel Goleman berpendapat pikiran emosional bertujuan menjabarkan atau memaparkan variabel yang

dan rasional umunya bekerja dalam keselarasan yang erat diteliti. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah

sehingga melengkapi cara-cara dalam mencapai kecerdasan emosi dan stres kerja. Adapun penelitian

pemahaman guna mengarahkan dalam menjalani korelasional adalah penelitian yang mengorelasikan dua

(3)

kehidupan duniawi. Perawat sangat penting mempunyai tinggisebanyak 6 orang dengan persentase 10,17%. kecerdasan emosional disamping pengetahuan ilmuah Perawat dengan stres kerja tinggi sebanyak 8 orang dan keterampilan karena layanan perawatan yang dengan persentase13,56%.Perawat dengan stres kerja bermutu tidak hanya berorientasi pada pemberian obat- sedang sebanyak 30 orang dengan persentase 50,85%. obatan atau tindakan medis lainnya namun perilaku dan Perawat dengan stres kerja rendah sebanyak 11 orang perlakuan yang diberikan perawat selama proses dengan persentase 18,64%. Sedangkan perawat dengan

penyembuhan juga penting. stres kerja sangat rendah sebanyak 4 orang dengan

Parlindungan Marpaung berpendapat bahwa persentase 6.78%.

kecerdasan emosional tidak ada yang permanen, Jadi dapat disimpulkan bahwa secara umum stres kecerdasan emosional dapat diubah (ditingkatkan). kerja perawat di RSUD Banjarbaru berada pada tingkat Faktor-faktor yang dapat meningkatkan keterampilan

sedang yang berarti berada pada tingkat yang tidak terlalu kecerdasan emosional adalah (a) Mengenal kekuatan dan

membahayakan baik terhadap perawat maupun terhadap kelemahan diri. Beberapa cara yang dapat dilakukan

instansi tempat bekerja yaitu RSUD Banjarbaru. untuk mengenal kekuatan dan kelemahan diri dalam

Meskipun demikian, melihat jumlah perawat yang berhubungan dengan orang lain yaitu diantaranya

mengalami stres kerja tinggi yang jumlahnya lumayan meminta feedback (umpan balik) dari orang lain terutama

dan ada beberapa perawat yang mengalami stres kerja orang terdekat individu tentang tingkah laku individu

sangat tinggi, maka upaya penanggulangan dan selama ini, tingkah laku yang sudah proporsional

pencegahan terjadinya stres kerja harus tetap diperhatikan dipertahankan dan ditingkatkan sementara tingkah lau

dengan melihat faktor-faktor penyebab terjadinya stres y a n g k u r a n g d a n t i d a k p r o f e s i o n a l s e b a g a i

kerja. karyawan/pemimpin harus diubah (transformasi diri); (b)

Stres kerja merupakan suatu respon adaptif atas Berteman dan berelasi dengan orang lain dari berbagai

kondisi yang menekan di lingkungan kerja sehingga latar belakang dan karakter. Individu sering terjebak

dalam relasi yang menyenangkan hanya berteman dengan mempengaruh kondisi fisik, psikologis, serta perilaku orang-orang sepaham, beban konflik dan alergi dengan pada perawat yang menjadi bagian dari organisasi suatu perbedaan kelompok. Individu harus mencoba untuk rumah sakit jiwa (Luthans, 1989). Stres kerja dapat berelasi orang lain yang mempunyai latarbelakang dan diketahui dari gejala-gejala yang dialami perawat karakter yang berbeda;(c) Belajar kurangi waktu untuk tersebut, yaitu pada gejala fisik, psikologis, serta perilaku. sibuk mengurusi orang lain. Individu yang memiliki Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kegemaran menyebar gosip dan rumor dikantor justru secara umum perawat di RSUD Banjarbaru memiliki stres akan menyerap energi yang semestinnya dapat digunakan kerja pada tingkatan sedang. Stres kerja pada tingkat untuk mengembangkan kecerdasan emosi tersebut, Paul

sedang berarti perawat yang mengalami stres kerja Hanna (dalam pikiran rakyat, 5 juni 2003) berpendapat

mengalami gejala-gejala fisiologis, psikologis, dan bahwa aktivitas demikian justru akan menurunkan harga

perilaku terhadap stres kerja dalam tingkat sedang. diri individu; (d) Bertingkah laku asertif. Individu harus

Gejala-gejala fisiologis yang dimaksudkan berupa bisa mengatakan benar jika benar dan salah jika salah, hal

perubahan dalam metabolisme, meningkatnya laju detak itu dilakukan tentu berdasarkan ketentuan-ketentuan dan

jantung dan pernafasan, meningkatnya tekanan darah, track etika perusahaan yang profesional; (e) Keep

timbul sakit kepala dan terkena serangan jantung. Gejala-learning. Individu harus terus belajar baik melalui

gejala psikologis berupa ketidakpuasan, ketegangan, pengalaman, pekerjaan sehari-hari, membaca buku

kecemasan, mudah marah, kebosanan, dan suka pengembangan diri, mengikuti pendidikan formal

menunda-nunda. Gejala-gejala perilaku mencakup maupun pelatihan-pelatihan; (f) mendekatkan diri kepada

perubahan dalam produktivitas, absensi, tingkat Sang pencipta dalam doa permohonan dan ucapan syukur.

keluarnya karyawan, perubahan dalam kebiasaan makan, Individu sebagai manusia adalah ciptaanNya maka

individu sepatutnya kembali kepada Sang pencipta untuk meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, gelisah, memohon dalam kerendahan hati agar Tuhan memberikan dan gangguan tidur (Robbins, 2002).

jalan untuk mengubah tingkah laku individu dan tidak Stres kerja pada perawat bisa disebabkan oleh lupa tetap mensyukuri nikmat dan berkat yang sudah berbagai faktor. Robbins (2002) mengemukakan tiga diterima hingga saat ini (dalam Pikiran rakyat, 5 juni faktor yang menjadi sumber potensial dari stres kerja bagi

2003). perawat, yaitu: (1) Faktor lingkungan, kondisi lingkungan

tempat bekerja dapat mempengaruhi stres kerja pada

Gambaran Stres Kerja perawat. Kondisi tersebut meliputi adanya ketidakpastian

ekonomi, politik dan teknologi di rumah sakit. (2) Faktor Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat organisasi, faktor di dalam organisasi yang dapat di RSUD Banjarbaru dengan stres kerja sangat

(4)

memicu stres yaitu, tuntutan tugas, tuntutan peran, membaik.

tuntutan antar-pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan Stres kerja banyak dialami oleh para pekerja yang organisasi, dan tahap hidup organisasi rumah sakit. (3) bekerja di bidang pelayanan kemanusiaan, seperti halnya Faktor individual perawat, faktor individual merupakan perawat, guru, polisi dan pekerja sosial. Hal ini berkenaan faktor yang mencakup kondisi dalam kehidupan pribadi dengan besarnya keterlibatan emosional yang dapat perawat. Permasalahan keluarga, ekonomi yang dialami menimbulkan tekanan yang cukup besar dalam diri perawat dapat mempengaruhi terjadinya stres kerja. pemberi layanan. Pekerja yang bekerja pada bidang Munandar (2006) mengemukakan faktor-faktor di pelayanan sosial membutuhkan energi yang cukup besar pekerjaan yang berdasarkan penelitian dapat untuk selalu bersikap sabar dan memahami orang lain menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam lima dalam keadaan krisis, frustasi, ketakutan dan kesakitan. kategori besar, yaitu: (1) faktor intrinsik dalam pekerjaan Karena stres bisa terjadi pada siapa saja, dari golongan perawat;berupa tuntutan fisik dan tuntutan tugas perawat, pekerjaan apapun, maka stres juga bisa terjadi pada (2) peran perawat dalam organisasi; berupa konflik peran perawat yang bekerja di rumah sakit jiwa. Apalagi dan ketaksamaan peran,(3) pengembangan karir; berupa keperawatan itu sendiri merupakan suatu bagian yang ketidakpastian pekerjaan, adanya promosi berlebih mengambil peranan penting dalam suatu organisasi maupun promosi yang kurang, (4) hubungan dalam rumah sakit.

pekerjaan; berupa kepercayaan dan minat terhadap

pemecahan masalah dalam organisasi, (5) struktur dan Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Stres

iklim organisasi; berupa partisipasi atau peran serta Kerja

individu dalam pengambilan keputusan dalam organisasi,

(6) tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan; berupa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada masalah keluarga, keuangan, keyakinan pribadi yang tidaknya hubungan negatif antara kecerdasan emosi bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan dengan stres kerja pada perawat di RSUD Banjarbaru. perusahaan, dan (7) ciri-ciri individu; berupa kepribadian, Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan negatif kecakapan, serta nilai dan kebutuhan dalam diri perawat. antara kecerdasan emosi dengan stres kerja pada perawat Sarafino (dalam Intam, 2009) menjelaskan bahwa di RSUD Banjarbaru telah dibuktikan dalam penelitian beberapa kondisi menyebabkan pekerjaan perawat ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan menjadi sangat menekan. Kondisi tersebut ialah tanggung negatif antara kecerdasan emosi dengan stres kerja pada jawab atas kehidupan orang lain, beban kerja yang berat, perawat di RSUD Banjarbaru (r = -0,390, p = 0,009 < xy

keharusan untuk selalu berhubungan dengan masalah 0,05). Hal ini berarti bahwa semakin positif kecerdasan hidup atau mati dan gambaran tentang konsekuensi yang emosional, maka semakin rendah pula stres kerja yang berat yang harus ditanggung jika melakukan kesalahan dialami perawat di RSUD Banjarbaru.

pada beberapa bagian di rumah sakit seperti bagian Hal tersebut terlihat dari data yang diperoleh Intensive Care Unit (UGD); keputusan harus dibuat dalam penelitian. Dari data kecerdasan emosi dengan stres dengan cepat, dilaksanakan segera dan tepat. Selain itu kerja; yang mempunyai kecerdasan emosi negatif, stres perawat sering berhubungan dengan kondisi kematian kerjanya tinggi; yang mempunyai kecerdasan emosi atau menjelang ajal yang menakutkan. sedang, stres kerjanya sedang; yang mempunyai

Beberapa penelitian menyebutkan, seperti pada kecerdasan emosi positif, stres kerjanya rendah.

hasil survei dari PPNI tahun 2006 (Kompas, 2007) sekitar Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa 50,9 persen perawat yang bekerja di empat provinsi di kecerdasan emosi merupakan salah satu faktor yang dapat Indonesia mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, berpengaruh terhadap stres kerja yang dialami perawat tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan tersebut, yaitu sebesar15,2 %, walaupun 84,8% lainnya menyita waktu. Dan pada survei yang dilakukan Dewe merupakan faktor lain diluar kecerdasan emosi, yaitu (Abraham & Shanley, 1997)pada 1801 orang perawat faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran perawat dalam umum dan mengkaji frekuensi pengalaman ketegangan organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam dan kelelahan mereka dan metode mereka dalam pekerjaan, struktur dan iklim organisasi, tuntutan dari luar menghadapi pengalaman stres, diperoleh hasil bahwa organisasi/pekerjaan, danciri-ciri individu (Munandar, terdapat lima hal penyebab utama stres kerja pada perawat 2006).

yaitu: (1) Beban kerja berlebihan; (2) Kesulitan menjalin Hampir semua kondisi pekerjaan memiliki stresor hubungan dengan staf lain; (3) Kesulitan dalam merawat yang dapat mengakibatkan munculnya stres kerja pada pasien kritis; (4) Berurusan dengan pengobatan atau pekerjannya tersebut. Perawat dengan kecerdasan emosi merawat pasien; (5) Merawat pasien yang gagal untuk yang tinggi, maka akan terbentuk sikap yang positif pula

(5)

bagi untuk bertindak secara positif dalam mengerjakan Widodo, A, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. pekerjaan yang dijalani. Sehingga stres yang ada pada Kompas. (2007). 50,9 Persen Perawat Alami Stress pekerjaan membantu perawat untuk memenuhi tuntutan Kerja.(Online), (http://www2.kompas.com pekejaannya. Perawat menganggap tekanan atau /ver1/Kesehatan/0705/12/143801.htm, diakses kesulitan sebagai tantangan sehingga akan membuat tanggal 9 Agustus 2011).

perawat semakin meningkatkan performansi kerjanya. Purwanto, S. (2007).Kualitas Pelayanan Keperawatan. Sebaliknya, apabila kecerdasan emosi rendah, maka akan ( O n l i n e ) . J a k a r t a : s e t i y o p u r w a n t o b l o g . terbentuk sikap yang negatif untuk bertindak secara wordpress.com diakses 9 Agustus 2011.

negatif pula dalam mengerjakan pekerjaan yang dijalani. Luthans, F. (1989). Organizational Behavior. 5th Stresor pada pekerjaan akan dianggap sebagai hambatan Edition. New Jersey: Mc Graw-Hill.

yang menyulitkan. Akibatnya perawat akan merasa terbebani sehingga rentan akan munculnya stres.

Pada dasarnya ketika seorang perawat dihadapkan pada situasi yang berpotensi menimbulkan stres, seperti beban kerja berlebih, deadline dan teman kerja yang tidak menyenangkan, reaksi stres akan terjadi. Namun, semua stresor akan berpengaruh atau tidak pada diri seorang perawat adalah sangat tergantung pada faktor internal yang menjadi aspek dari kecerdasan emosi, yaitu; sejauhmana individu memandang sebuah situasi sebagai stressor. Dengan demikian, faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengubah antara rangsang dari lingkungan eksternal yang merupakan pembangkit stres potensial bagi dirinya. Faktor pengubah inilah yang menentukan bagaimana perawat bereaksi terhadap pembangkit stres kerja potensial (Munandar, 2006).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, serta teori yang mendasari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu Kecerdasan emosi perawat di RSUD Banjarbaru berada pada tingkatan sedang; Stres kerja perawat di RSUD Banjarbaru berada pada tingkatan sedang; dan terdapat korelasi negatif antara kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat di RSUD Banjarbaru, artinya semakin positif kecerdasan emosi maka semakin rendah stres kerja yang dialami oleh perawat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anarogo, P& Widiyanti, N. (1993). Psikologi Dalam Perusahaan. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Andarika, R. (2004). Burnout pada Perawat Putri RS.St. Elizabeth Semarang Ditinjau dari Dukungan Sosial. Palembang: Jurnal Psyche Vol. 1 No.1Organization, New York : Gosse/ Putnum. Dramawan, A. (2008). Pelayanan Keperawatan Bermutu

d i R u m a h S a k i t . ( O n l i n e ) . www.awandramawan.com

Referensi

Dokumen terkait

Istri saya khususnya sangat senang melakukan seperti ini bahwa Allah Ta’ala pada tahun ini telah memberikan taufik kepada kami untuk memberikan pengorbanan yang baik dan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu keadaan tertib dimana keadaan seseorang atau sekelompok orang yang tergabung dalam organisasi tersebut

tingkat kecamatan dan tingkat kota Terlaksananya pertemuan/ rembug KTNA kecamatan dan KTNA Kota Terlaksananya penilaian kemampuan kelompok tani dan pokdakan. Terlaksananya

[r]

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan jika selama ini segala perilaku, tingkah laku, dan peran ayah terhadap anak baik dan patut untuk dicontoh atau ditiru maka secara langsung

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga. © Restu Widya Pratama 2016

Pengujian variabel tahap pertama dilakukan dengan kedua kipas menghembuskan udara ke arah heat sink sisi panas didapat hasil 24,6  C dan pengujian variabel tahap kedua

Petugas kesehatan bersama-sama dengan penderita TB Paru dan tidak ada jarak yang ditunjukkan petugas kesehatan dalam mengkomunikasikan tentang penyakit dan pengobatan..