• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah dan Visi Misi Perusahaan

YCH Group Pte Ltd, merupakan perusahaan multinasional yang bergerak dibidang logistik seperti warehousing, manajemen persediaan, transportasi dan distribusi. YCH berdiri pada tahun 1955 di Singapura oleh Mr. Yap Chwe Hock. Pada awalnya YCH merupakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi penumpang lokal yang bernama General Contractors and Yap Chwe Hock Tranport (“YCH Transport”). Pada tahun 1977, YCH melakukan pengalihan arah bisnisnya dari transportasi penumpang ke transportasi muatan (cargo transportation). Setahun kemudian, YCH menjadi salah satu dari kontraktor pengangkutan cargo yang utama untuk Pelabuhan dari Otoritas Singapura. Pada tahun 1995, YCH melakukan investasi dengan membangun suatu sistem pergudangan yang otomatis di Singapura.

Meningkatnya persaingan di bidang logistik dan kebutuhan klien yang meningkat dan kompleks, maka YCH mengembangkan layanan manajemen rantai pasok melalui suatu deretan dari solusi rantai persediaan, yakni Intibution (raw materials management to support manufacturing) pada tahun 1996, Retrogistic (service and returns management) pada tahun 1998 dan Intrabution (customer goods distribution) di tahun 2000.

YCH berdiri di Indonesia pada tahun 2003, yang berlokasi di Jl. Kalimalang Km 2 Cibitung-Bekasi yang secara langsung dikendalikan dan diatur oleh YCH pusat di Singapura. YCH didirikan dengan filosofi Cina menggunakan karakter (Sheng) berarti Reliability, Integrity, Sincerity, Enterprise (RISE). Visi yang ingin diwujudkan oleh PT YCH adalah “Membangun The Logistic Superhighway Tiada Batas Dunia mewakili perusahaan dalam menciptakan pengalaman yang paling optimal dari lalu lintas cepat efisiensi dan kecepatan”. Sedangkan misi yang ingin dicapai adalah menjadi No 1 Pemasok rantai jalan keluar di Asia Pasifik.

(2)

4.1.2 Bidang Usaha

Jenis jasa yang ditawarkan oleh PT YCH Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Transportasi dan Manajemen Distribusi (Transportation and Distribution

Management Services)

Jasa penanganan muatan (kargo) PT YCH Indonesia meliputi penanganan persyaratan muatan klien dan kegiatan lain, mencakup pemesanan, dan penjadwalan kegiatan muatan, persiapan dan koordinasi (pengarahan) dokumen yang dibutuhkan. PT YCH Indonesia telah membentuk jaringan dengan agen angkutan udara dan angkutan laut untuk pengiriman ke berbagai daerah di Indonesia. PT YCH Indonesia memiliki perwakilan di empat kota besar di Indonesia yaitu Medan, Jakarta, Semarang dan Surabaya.

2. Manajemen Gudang dan Persediaan (warehousing and inventory management) PT YCH Indonesia menyediakan jasa manajemen pergudangan dan persediaan (inventory) seperti pengaturan ruang gudang, penjajakan dan penyimpanan persediaan, dan pelayanan dukungan lainnya seperti pemuatan dan penurunan muatan, penanganan, pengepakan dan pelabelan.

4.2 Sistem Distribusi PT YCH Indonesia

Proses pengiriman merupakan penyampaian produk yang telah siap jual agar sampai ke tangan konsumen tepat pada waktunya sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen. Gudang yang dimiliki yaitu berada di daerah Cibitung sebagai gudang pusat di Jakarta dan dibantu oleh 1 (satu) gudang lagi di daerah Bekasi. Proses penerimaan produk susu FFI ke PT YCH Indonesia dapat dilihat pada Gambar 9.

(3)

Tidak Ya

Gambar 9. Proses penerimaan produk susu FFI di PT YCH Indonesia Kerjasama yang dilakukan antara FFI dan PT YCH meliputi penyediaan gudang untuk penyimpanan produk jadi berupa susu siap minum, susu bubuk dalam kemasan kaleng ataupun sachet, dan juga melakukan proses penyampaian produk (distribusi) hingga ke konsumen (pasar modern dan pasar tradisional). Jalur transportasi yang digunakan FFI dilakukan melalui jalur darat (land) dan melalui jalur laut (seafreight). PT YCH Indonesia mendistribusikan produk ke pulau Jawa, Bali sampai Pekanbaru melalui jalur darat. Distribusi produk untuk wilayah Medan, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur dilakukan melalui jalur laut (seafreight). PT YCH Indonesia memiliki supply point (SP) di beberapa tempat di Indonesia yaitu Semarang, Surabaya, dan Medan. Daerah Melabouh,

Pengiriman Produk Susu FFI ke PT YCH Indonesia

Proses Penerimaan Produk Susu FFI di PT YCH Indonesia

Update jumlah persediaan dalam sistem

Jumlah dan Jenis susu FFI sudah sesuai ?

Penyimpanan Susu FFI di Gudang PT YCH Indonesia

Membuat laporan jumlah dan jenis yang tidak sesuai Pengecekan jumlah dan

jenis produk susu FFI yang akan dikirim ke PT YCH

(4)

Aceh, dan sekitarnya memperoleh produk dari distribusi yang dilakukan oleh supply point PT YCH Indonesia yang berada di Medan.

Proses pengiriman produk susu FFI melalui jalur darat menggunakan alat transportasi berupa truk. Truk tersebut merupakan truk yang disewa oleh PT YCH Indonesia kepada pihak ketiga (transporter) seperti Antariksa, VTP, Anugrah, GMT. Setiap masing-masing wilayah telah ditetapkan transporter yang bertanggung jawab terhadap proses pengiriman. Sedangkan pengiriman produk dengan jalur laut menggunakan alat angkut berupa container. Pembagian distribusi melaui jalur darat dan jalur laut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pembagian wilayah distribusi susu FFI oleh PT YCH Indonesia Kode

wilayah Cakupan wilayah Jalur transportasi M1 Jakarta

Jalur Darat

M2 Tangerang, Karawang

M3 Bekasi, Cimanggis, Depok

M4 Bandung, Bogor G1 Jabodetabek G2 Jawa Barat G2 Jawa Barat G3 Jawa Timur G4 Jawa Tengah

G6 Lampung sampai dengan Pekanbaru

G5 Medan

Jalur Laut

G7 Pangkal Pinang

G8 Pontianak, Kalimantan

G9 Makasar, Manado, Jayapura

PT YCH Indonesia mengkategorikan target pemasaran produk susu FFI ke konsumen dibagi menjadi dua yaitu langsung ke konsumen melalui pasar-pasar modern seperti Giant, Hero, Yogyamart, Alfamart, Indomart, Carefour dan melalui distributor atau SP untuk masing-masing wilayah (pasar tradisional). Pengiriman ke pasar modern dilakukan tiap hari sesuai dengan jumlah dan jenis yang diminta oleh masing-masing pasar modern, yang memiliki batas waktu pengiriman 1 (satu) hari. Sedangkan pendistribusian ke pasar tradisional dibagi berdasarkan wilayah yang telah ditetapkan dan memiliki waktu pengiriman yang berbeda untuk setiap wilayah. Proses distribusi produk susu FFI secara umum dapat dilihat pada Gambar 10.

(5)

Gambar 10. Proses distribusi PT YCH Indonesia PT. FFI Mengirimkan Sales Order

Kepada PT YCH Indonesia

Proses Persiapan Pengiriman Produk Susu FFI dari PT YCH

Indonesia Kepada Konsumen

Tujuan Distribusi ke pasar modern yang terdiri dari: 1. Giant 2. Hero 3. Alfamart 4. Indomart 5. Yogyamart 6. Careefour Tujuan Distribusi ke pasar tradisional yang terdiri dari : 1. Distributor 2. Supply Point Jalur Distribusi yang

Dilakukan oleh PT YCH

Distribusi menggunakan Jalur Laut Distribusi menggunakan Jalur Darat

Tujuan Distribusi ke pasar tradisional

yang terdiri dari : 1. Distributor 2. Supply Point

(6)

4.3 Pengiriman Barang

Sebelum produk diterima oleh konsumen, ada beberapa tahap persiapan distribusi yang dilakukan oleh PT YCH Indonesia. Proses distribusi produk ke konsumen melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Penerimaan pesanan

FFI akan mengirimkan sales forecast berupa sales order (SO) yang telah diolah kepada PT YCH Indonesia. Hal tersebut digunakan sebagai acuan untuk pengiriman barang ke pasar modern maupun pasar tradisional. SO tersebut diterima oleh bagian data entry PT YCH Indonesia melalui sinyal internet. Setelah SO diterima maka data entry akan membuat Batch Picking List (BPL). 2. Persiapan pemuatan barang

BPL berisikan tentang jenis, jumlah, dan nomor produk susu yang akan dikirimkan serta lokasi pengambilan produk yang berada gudang (warehouse) PT YCH Indonesia. Penyimpanan produk disusun pada rak-rak yang berjumlah 54 baris dan 6 kolom. BPL yang telah selesai dibuat kemudian diserahkan kepada bagian operation untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu proses pengambilan barang yang dilakukan oleh picker dengan alat bantu forklift. Picker adalah petugas gudang yang berwenang untuk melalukan pengambilan barang dari gudang hingga stagging area. Staging area adalah area peletakan barang sebelum dimasukan ke dalam truk atau container. Selama berada di area staging, barang yang akan dikirim terlebih dahulu dilakukan inspeksi atau pengecekan baik jumlah, jenis, dan keadaan produk berdasarkan BPL. Hal ini dilakukan oleh checker staging.

3. Proses pemuatan barang

Sebelum dilakukan proses muat ke dalam truk atau container terlebih dahulu barang dilakukan pengecekan kembali oleh checker loading dan disaksikan juga oleh pihak perwakilan dari transporter (krani) dengan berpedoman pada stuffing plan. Keterlibatan pihak transporter dalam pengecekan barang dilakukan karena setelah barang berada di atas truk atau container, maka barang tersebut menjadi tanggung jawab pihak transporter. Setelah proses muat selesai, maka transporter akan menerima dokumen berupa gatepass dan dokumen Delivery Order (DO). DO adalah dokumen yang

(7)

berisikan tentang nomor DO, jumlah, jenis barang, dan tempat tujuan barang tersebut dikirim. Sedangkan gatepass adalah surat izin keluar dari lingkungan PT YCH Indonesia. Ketika truk sudah mulai keluar dari PT. YCH Indonesia, kerusakan dan kehilangan barang menjadi tanggung jawab pihak transporter dan pemantauan akan terus dilakukan oleh pihak CRM hingga produk sampai kepada agen atau distributor.

4. Proses bongkar barang

Setelah truk atau container sampai di tempat tujuan baik pasar modern ataupun pasar tradisional, maka proses bongkar akan dilakukan oleh pihak transporter yang disesuaikan dengan DO. DO digunakan sebagai panduan bongkar atau turun barang. Barang yang diturunkan harus sesuai dengan DO baik jumlah maupun jenis barangnya, sehingga memudahkan pihak penerima (toko, outlet, atau distributor) dan juga pihak transporter saat serah terima. Setelah proses bongkar selesai maka pihak transporter akan menerima kelengkapan dokumen berupa DO asli. DO asli berisikan tentang jumlah barang dan jenis barang dimana data-data tersebut harus sesuai dengan Bukti Terima Barang (BTB). DO ini bertujuan sebagai tanda barang telah diterima oleh pihak distributor atau toko. Pengembalian DO harus dikembalikan kepada PT YCH Indonesia paling lambat 1 hari setelah produk tersebut diterima oleh pihak agen atau distributor. Pengembalian dokumen ini dapat dikirim langsung dengan menggunakan faximili atau melalui pihak transporter.

5. Penolakan barang

Jika produk tidak terjual di pasar modern karena telah mendekati masa kadarluarsa atau rusak, maka produk tersebut dapat dikembalikan lagi kepada PT YCH Indonesia. Namun jika terjadi kerusakan atau telah mendekati kadarluarsa di pasar tradisonal maka, produk tidak akan dikembalikan ke PT YCH Indonesia tetapi akan disimpan di distributor.

Barang yang dikirim kadang kala sering terjadi penolakan oleh agen atau distributor. Barang-barang yang termasuk dalam kriteria barang yang ditolak oleh agen atau distributor adalah sebagai berikut :

(8)

1. Produk tidak dipesan oleh outlet

2. Terjadi kesalahan jumlah, item barang yang dipesan 3. Barang yang telah mendekati masa kadarluarsa 4. Umur PO habis dari yang ditentukan

5. Produk rusak. Kategori produk rusak yaitu : a. D1 : Karton Rusak

Barang-barang yang termasuk ke dalam kategori D1 yaitu barang-barang yang mengalami kerusakan pada kemasan baik pada kartonnya maupun pack, maka akan dikenakan biaya tagihan sebesar 3% dari nilai barang yang dibebankan kepada pihak transporter.

b. D2 : Karton dan Barang dalam Kondisi Rusak

Barang dalam kategori ini dikatakan rusak jika mengalami keruskan berat seperti penyok atau bocor hingga tidak layak dijual ke konsumen, maka akan dikenakan tagihan sebesar 20% dari nilai barang

6. Produk hilang jika barang yang hilang dalam perjalanan maka transporter harus mengganti 100% dari nilai barang yang dikirim.

4.4 Identifikasi Wilayah Keterlambatan

Distribusi susu FFI hingga ke tangan konsumen yang dilakukan oleh PT YCH dibagi kedalam beberapa kelompok wilayah pengiriman. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa selama bulan Januari hingga Mei 2010, didapati bahwa wilayah Bandung dan Bogor memiliki tingkat keterlambatan yang tinggi yaitu sebanyak 227 pengiriman dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya pada pasar modern. Hal ini dikarenakan letak dari wilayah ini yang paling jauh dengan PT YCH sebagai pusat distribusinya dibandingkan dengan wilayah lain. Alasan lain yang juga memperkuat keterlambatan wilayah ini adalah telah ditutupnya SP Bandung, sehingga pengiriman produk susu untuk wilayah Bandung dan Bogor dikirim langsung oleh PT YCH yang berada di daerah Cibitung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.

(9)

Tabel 7. Wilayah yang mengalami keterlambatan terbanyak periode Januari-Mei 2010 Bulan Kode Cakupan Wilayah Jumlah Keterlambatan (pengiriman) Jumlah Pengiriman (pengiriman) Persentase Keterlambatan (pengiriman) Januari M4 Bandung, Bogor 34 1.037 3 Februari M2 Tangerang, Karawang 29 818 4 Maret M4 Bandung, Bogor 56 1.219 5 April M4 Bandung, Bogor 29 1.152 3 Mei M4 Bandung, Bogor 108 1.165 9

4.5 Identifikasi Faktor Penyebab Keterlambatan

Penyebab keterlambatan pengiriman barang dikaji dengan menggunakan diagram sebab akibat. Faktor-faktor tersebut terdiri dari :

1. Faktor Transportasi dan Peralatan

Salah satu faktor keterlambatan pengiriman terjadi dikarenakan faktor dari truk yang mengangkut produk maupun peralatan yang mendukung proses persiapan produk. Faktor ini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:

A. Ketersediaan truk

a. Truk masih diperjalanan

Dalam proses bongkar barang di pasar modern terdapat waktu dimana pembongkaran untuk produk susu FFI mendapat hak prioritas utama pada jam-jam tertentu (Blocking Time). Blocking Time yaitu truk dapat langsung melakukan bongkar barang tanpa harus mengantri. Namun jika pada saat blocking time truk belum datang, maka truk tidak akan mendapatkan hak prioritas tersebut. Sehingga truk tersebut harus mengikuti antrian bongkar. Jika antrian bongkar sedang penuh maka truk harus menginap hingga waktu bongkar. Keterlambatan pembongkaran di outlet mengakibatkan waktu tiba truk di PT YCH mengalami keterlambatan.

b. Truk tidak sesuai spesifikasi

Truk yang digunakan untuk melakukan proses pengiriman produk susu ke hingga ke pasar modern sebelumnya harus dilakukan pengecekan kondisi truk, seperti terbebas dari kotoran, bau menyengat, dan lubang agar produk

(10)

terhindar dari kebasahan jika terjadi hujan ketika di perjalanan. Truk yang dinyatakan tidak layak untuk melakukan proses kirim, maka truk tersebut tidak dapat melakukan proses pengiriman barang.

B. Ketersediaan peralatan: a. Peralatan rusak

Peralatan yang digunakan untuk melakukan proses persiapan pengambilan barang terdiri dari : forklift, ristrak, dan juga feeder. Total forklift yang dimiliki oleh PT YCH Indonesia berjumlah 25 buah, dan 10 feeder, dan 10 ristrak.

b. Jumlah peralatan tidak memadai

Peralatan berupa ristrak yang digunakan untuk pengambilan barang pada rak-rak yang tinggi untuk setiap shift berjumlah 4 (empat) buah. Fungsi yang dimiliki oleh feeder dan forklift hampir sama yaitu memudahkan dan mempercepat proses pencarian barang. Feeder yang digunakan untuk setiap shift berjumlah 6 (enam) buah. Peralatan tersebut digunakan untuk pengambilan barang pada rak yang berjumlah 54 baris dan 6 kolom.

2. Faktor Sistem Informasi

A. Status produk yang akan dikirim

Penyebab adanya discrepency produk adalah perbedaan status barang yang akan dilakukan proses kirim. Produk yang dapat dilakukan proses pengiriman jika produk tersebut telah berstatus “A” (Approve), baik pada sistem WMS maupun SAP.

B. Gangguan sinyal

Sistem PGI digunakan untuk melakukan cetak gatepass dan sistem DLV yang digunakan untuk produk pencarian batch produk yang akan dikirim sering kali mengalami gangguan sinyal.

3. Faktor Produk

A. Ketersediaan produk di gudang

Proses pengambilan produk di gudang yang dilakukan oleh picker tidak sesuai dengan BPL, sehingga mengakibatkan barang yang akan diambil untuk dilakukan pengiriman tidak tersedia di gudang.

(11)

B. Jumlah produk di gudang

Kekurangan produk ini terjadi karena penyimpanan dan pengambilan barang di gudang tidak sesuai dengan SOP, sehingga terjadi perbedaan terhadap jumlah dan jenis produk yang akan dikirim.

C. Produk rusak saat loading

Proses pengambilan produk di gudang PT YCH Indonesia yang akan dikirim ke target pasar dilakukan dengan menggunakan bantuan alat. Ketika proses ini terjadi, terdapat produk yang terjatuh atau terbentur sehingga mengakibatkan produk rusak seperti kardus penyok. Oleh sebab itu, produk tersebut dilakukan proses pengemasan ulang, sehingga layak untuk dikirim. D. Waktu persiapan pengiriman

Produk yang akan dikirim terlebih dahulu diletakan di stagging area untuk dilakukan pengecekan sebelum di muat ke dalam truk. Truk yang digunakan untuk proses pengiriman telah datang dan dalam kondisi siap digunakan, namun truk harus menunggu barang yang akan di muat karena barang tersebut belum siap di area stagging. Belum tersedianya barang di stagging area dikarenakan picker masih melakukan pencarian barang atau barang masih dilakukan proses pengecekan sebelum proses di loading.

4. Faktor Sumber Daya Manusia A. Pengambilan barang

Pengambilan barang di gudang yang dilakukan oleh picker tidak sesuai dengan barang yang tertera di dalam BPL. Hal ini sering dilakukan karena adanya permintaan barang-barang tidak satu palet. Pengambilan secara acak oleh picker ini mengakibatkan jumlah barang yang tertera di dalam sistem tidak sesuai dengan aktual yang terjadi.

B. Pencarian batch baru

Ketika proses pemuatan barang kadang kala terdapat produk yang harus dilakukan proses pengemasan ulang yang membutuhkan waktu yang lama. Jika hal ini terjadi maka akan dilakukan proses pencarian batch baru yang sesuai. Hal ini dilakukan agar proses pengiriman dapat segera dilakukan.

(12)

C. Pengecekan barang di stagging area

Sebelum proses loading dilakukan terlebih dahulu akan dilakukan proses pengecekan produk yang akan dikirim. Luas lokasi dari stagging area dengan banyaknya jumlah produk yang akan dikirim tidak sesuai. Hal ini terlihat tidak adanya ruang gerak yang cukup untuk petugas checcker stagging untuk melakukan pengecekan secara optimal.

D. Peletakan barang di stagging area

Luas lokasi stagging area tidak sesuai dengan jumlah produk yang akan dikirim. Hal tersebut mengakibatkan peletakan produk yang akan dikirim tidak pada tempatnya sehingga kadang kala pengiriman untuk 1 (satu) customer diletakan di tempat yang berbeda.

(13)

 

Ketersediaan produk  

        Jumlah produk tidak sesuai Perbedaan status barang Waktu persiapan pengiriman Gangguan Sinyal

Poduk rusak saat loading

Posedur pengambilan barang Ketersediaan truk

Peletakkan produk di stagging area Pencarian batch baru Ketersediaan peralatan

Pengecekkan di stagging area

Gambar 11. Faktor-faktor penyebab keterlambatan pengiriman produk susu Frisian Flag Indonesia

Faktor-faktor penyebab keterlambatan pengiriman produk

susu Frisian Flag Indonesia  Sistem Informasi Produk Sumber Daya Manusia Transportasi dan Peralatan

(14)

  4.6 Indi Berd mengindik hal terse sudah fit variabel la pengaruh 12. 4.6.1 Indi Prod Besa indikator dilihat pad ikator yang dasarkan 7 kasikan med ebut sudah (ada kese aten bebas t masing-ma Gambar ikator Var duk arnya peng dari X1 hin da Tabel 8. g Mempeng 7 (tujuh) p diocore (me h dapat dik esuaian ant terhadap va asing indika 12. Hasil A iabel Laten garuh varia ngga X12 te garuhi Ket parameter edium) yait katakan ba tara model ariabel laten ator berdasa Analisis Stru n Bebas ter abel laten b erhadap kete terlambatan nilai GOF tu nilai G ahwa mode l dan data) n antara dan arkan SEM uctural Equa rhadap Ke bebas yang epatan jum n Proses D F terdapat GFI, AGFI, l SEM sec ). Hasil an n variabel la dapat dilih ation Mode tepatan Ju g dibentuk

lah dan jen

istribusi 3 (tiga) dan CFI t cara keselur nalisis peng aten terikat hat pada Ga eling umlah dan oleh indik nis produk yang tetapi ruhan garuh serta ambar Jenis kator-dapat

(15)

 

Tabel 8. Besarnya pengaruh indikator variabel laten bebas terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk

Variabel Laten Bebas Indikator Pengaruh Langsung Total Pengaruh Peringkat Transportasi dan Peralatan x1 0,052 x 0,48 0,02 10 x2 0,052 x 0,62 0,03 9 Produk x3 0,52 x 0,45 0,23 4 x4 0,52 x 0,50 0,26 3 x5 0,52 x 0,37 0,19 6 x6 0,52 x 0,39 0,20 5 Sistem informasi x7 -0,3 x 0,81 -0,24 12 x8 -0,3 x 0,65 -0,20 11 SDM x9 0,54 x 0,35 0,19 7 x10 0,54 x 0,34 0,18 8 x11 0,54 x 0,50 0,27 1 x12 0,54 x 0,49 0,26 2

A. Transportasi dan Peralatan 1. Ketersediaan truk (X1)

Penambahan jumlah truk untuk proses pengiriman barang akan meningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 2%. Truk yang digunakan untuk proses pengiriman barang ke pasar modern telah ditetapkan transporter mana yang bertanggungjawab untuk proses pengiriman untuk masing-masing wilayah. Jika truk tidak yang dibutuhkan tidak tersedia atau masih melakukan pembongkaran di pasar modern, maka akan dilakukan pecah DO jika produk yang dikirim terlalu banyak.

2. Ketersediaan peralatan (X2)

Peningkatan jumlah peralatan akan berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 3%. Hal ini dikarenakan peralatan yang tersedia di perusahaan digunakan untuk membantu proses peletakkan barang dan pengambilan barang di gudang. Ketersediaan peralatan yang cukup akan membuat picker melakukan pengambilan barang di gudang sesuai dengan BPL.

(16)

 

B. Produk

1. Ketersediaan produk di gudang (X3)

Indikator ketersediaan produk di gudang pada penelitian ini adalah signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 23%. Dengan kata lain, jika produk yang tersedia di gudang sesuai antara aktual dengan sistem maka akan maningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 23%.

2. Jumlah produk di gudang (X4)

Jumlah produk yang tidak sesuai di gudang memiliki pengaruh terbesar ke 3 (tiga) yaitu sebesar 26%. Nilai ini berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Hal ini dapat dilakukan dengan cara peletakkan barang dan pengambilan jumlah barang sesuai SOP agar tidak lagi terjadi selisih jumlah barang di gudang.

3. Waktu persiapan pengiriman (X5)

Hasil penelitian menyatakan bahwa waktu persiapan pengiriman memiliki pengaruh langsung sebesar 19% terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Jadi petugas membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan pengecekkan terhadap barang yang akan dikirim, terutama jika barang yang diminta oleh pasar modern jenisnya lebih banyak daripada jumlahnya (tidak 1 pallet).

4. Produk rusak saat proses persiapan (X6)

Peralatan digunakan untuk membantu proses persiapan pengiriman barang agar produk yang akan dilakukan pengiriman kepada pasar modern sesuai dengan yang tertera di BPL. Penggunaan peralatan yang tidak hati-hati akan menyebabkan produk mengalami kerusakan. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa produk rusak saat proses persiapan ini berpengaruh langsung terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 20%.

C. Sistem Informasi 1. Gangguan sinyal (X7)

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh langsung yang bernilai negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Ketepatan

(17)

 

jumlah dan jenis produk yang akan dikirim akan mengalami penurunan sebesar 24% apabila pihak perusahaan saat ini mengambil keputusan untuk meningkatkan sistem informasi. Responden menganggap bahwa banyaknya BPL yang tersedia akan menyebabkan penumpukan barang di stagging are. Hal ini dikarenakan pengecekkan pada stagging area masih menggunakan tenaga manusia.

2. Perbedaan status barang (X8)

Menurut hasil penelitian, status poduk yang akan dikirim memberikan pengaruh negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim, yaitu sebesar 20%. Hal ini dikarenakan jika produk yang akan dikirim belum memiliki status “A” (Approve), maka produk tersebut tidak dapat dilakukan pengiriman.

D. Sumber Daya Manusia 1. Pencarian batch baru (X9)

Produk yang tidak layak kirim seperti bocor, kemasan rusak akan dilakukan proses penggantian produk yang akan dikirim. Pada penelitian ini pencarian batch memiliki pengaruh positif langsung sebesar 19% terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Indikator pencarian batch ini signifikan tehadap t-value. Selain itu, indikator pencarian batch ini memiliki peringkat ketujuh dari 12 indikator yang diukur.

2. Peletakkan barang di stagging area (X10)

Peletakkan barang yang sesuai dengan SOP memudahkan karyawan dalam melakukan pengecekkan barang di stagging area terhadap produk yang akan dikirim. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa sebesar 18% indikator peletakkan barang di stagging area berpengaruh langsung terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Indikator peletakkan barang di stagging area menempati urutan kedelapan dari 12 indikator yang diukur dan berpengaruh postif signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim.

3. Pengecekkan barang di stagging area (X11)

Proses pengecekaan barang dilakukan secara manual oleh karyawan. Oleh sebab itu, diperlukan ketelitian untuk memastikan bahwa barang yang akan

(18)

 

dikirim sesuai dengan keinginan konsumen. Pengaruh pengecekkan barang di stagging area memiliki pengaruh positif sebesar 27% terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Artinya jika pengecekkan barang di stagging area ditingkatkan 1% maka akan terjadi peningkatan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 27%.

4. Prosedur pengambilan barang (X12)

Pengambilan barang yang sesuai dengan BPL dan SOP yang berlaku akan membuat barang yang akan dikirim sesuai dengan keinginan dari pasar modern. Indikator prosedur pengambilan barang pada penelitian ini adalah signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 26%. Dengan kata lain, pengaruh indikator prosedur pengambilan barang adalah sebesar 26% dan berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim.

4.6.2 Indikator Variabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman

Besarnya pengaruh variabel laten bebas yang dibentuk oleh indikator-indikator dari X1 hingga X12 terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Besarnya pengaruh indikator variabel laten bebas terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengriman

Komponen Indikator Pengaruh

Langsung Total Pengaruh Peringkat Transportasi dan peralatan x1 -0,069 x 0,48 -0,03 9 x2 -0,069 x 0,62 -0,04 10 Produk x3 0,61 x 0,45 0,27 2 x4 0,61 x 0,50 0,31 1 x5 0,61 x 0,37 0,23 4 x6 0,61 x 0,39 0,24 3 Sistem informasi x7 -0,15 x 0,81 -0,12 12 x8 -0,15 x 0,65 -0,10 11 SDM x9 0,37 x 0,35 0,13 7 x10 0,37 x 0,34 0,13 8 x11 0,37 x 0,50 0,19 5 x12 0,37 x 0,49 0,18 6

(19)

 

A. Transportasi dan Peralatan 1. Ketersediaan truk (X1)

Pengaruh ketersediaan truk memiliki pengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang yaitu sebesar 3%. Artinya jika perusahaan meningkatkan jumlah truk yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah pintu untuk proses muat maka akan terjadi penumpukkan barang di stagging area.

2. Ketersediaan peralatan (X2)

Hasil pengaruh langsung yang bernilai negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang akan mengalami penurunan sebesar 4% apabila pihak perusahaan mengambil keputusan menaikkan ketersediaan peralatan. Responden menganggap bahwa untuk meminimumkan proses persiapan pengiriman barang, peningkatan pada peralatan saja tidak cukup. Namun harus didukung oleh faktor lain seperti ketersediaan produk, jumlah karyawan, serta luasan stagging area sebagai tempat peletakkan barang sementara.

B. Produk

1. Ketersediaan produk di gudang (X3)

Kegiatan mencari merupakan salah satu kegiatan yang tidak efektif sehingga perlu diminimumkan atau bahkan dihilangkan. Kemudahan karyawan dalam menemukan barang yang akan dikirim memberikan pengaruh sebesar 27% terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Artinya jika kegiatan pencarian barang di gudang dihilangkan akan meningkatkan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang.

2. Jumlah produk di gudang (X4)

Ketidaksesuaian jumlah produk antara di sistem dengan aktual di gudang akan menambah waktu persiapan pengiriman barang. Jumlah produk tidak sesuai berpengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 31%.

Adanya respon yang cepat terhadap ketersedian barang di gudang jika mendapati jumlah produk yang dicari tidak sesuai dengan yang telah ditentukan maka akan membantu mempercepat proses persiapan barang.

(20)

 

3. Waktu persiapan pengiriman (X5)

Banyaknya jumlah dan jenis produk yang dipesan oleh pasar modern harus dilakukan pengecakkan secara telit pada saat barang berada di stagging area. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada saat barang dikirim ke pasar modern, baik dari segi jumlah, jenis, dan lokasi pengiriman produk. Berdasarkan penelitian waktu persiapan pengiriman memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 23%. Artinya jika dilakukan peningkatan terhadap karyawan pada saat proses persiapan pengiriman barang khususnya pada saat pengecekkan barang di staging area, maka akan meminimumkan waktu pengecekkan barang.

4. Produk rusak saat proses persiapan (X6)

Penyampaian informasi yang cepat terhadap barang yang tidak layak kirim kepada bagian operation, akan mempercepat proses penggantian barang yang akan dikirim. Produk rusak saat proses persiapan memiliki pengaruh terbesar ketiga terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 24 %.

C. Sistem Informasi 1. Gangguan sinyal (X7)

Berdasarkan penelitian gangguan sinyal memiliki pengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 12%. Artinya jika dilakukan peningkatan terhadap sinyal, maka akan menurunkan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dikarenakan, jika terjadi peningkatan sinyal untuk proses cetak BPL, maka akan terjadi pekerjaan ulang khususnya pada saat proses pengambilan barang di gudang. Pekerjaan ulang dilakukan karena terjadi ketidaksesuaian barang yang diambil oleh petugas.

2. Status produk (X8)

Produk yang layak kirim merupakan produk yang telah lolos uji. Baik uji kualitas produk maupun uji kandungan yang terdapat pada produk. Peningkatan status produk memiliki pengaruh yang negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 10%. Artinya jika dilakukan peningkatan terhadap status produk yang dikirim, maka akan menurunkan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang.

(21)

 

D. Sumber Daya Manusia 1. Pencarian batch baru (X9)

Pemberian informasi secara cepat terhadap produk yang tidak layak kirim seperti bocor, kemasan rusak akan meminimumkan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan proses penggantian barang yang akan dikirim. Dari hasil penelitian menunjukkan indikator pencarian batch baru bernilai signifikan dan positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Indikator pencarian batch baru memiliki nilai 13% berpengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang.

2. Peletakkan barang di stagging area (X10)

Dari hasil penelitian, Peletakkan barang di stagging area memiliki pengaruh langsung terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Pengaruh tersebut adalah sebesar 13% dan pengaruh tersebut adalah signifikan. Peletakkan barang yang sesuai dengan SOP memudahkan karyawan dalam melakukan pengecekkan barang di stagging area terhadap produk yang akan dikirim, sehingga proses pengecekkan barang di stagging area dapat dilakukan dengan cepat.

3. Pengecekkan barang di stagging area (X11)

Proses pengecekaan barang dilakukan secara manual oleh karyawan. Oleh sebab itu, diperlukan waktu untuk pengecekkan barang agar barang yang dipesan oleh pasar modern sesuai dengan keinginan konsumen. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pengecekkan barang di stagging area sebesar 19% berpengaruh langsung terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Indikator pengecekkan barang di stagging area menempati urutan kelima dari 12 indiakator yang diukur dan berpengaruh postif signifikan terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. 4. Prosedur pengambilan barang (X12)

Pengambilan barang di gudang yang dilakukan oleh petugas picker yang sesuai dengan SOP, maka tidak akan ada lagi perbedaan jumlah dan jenis produk di gudang. Sehingga waktu persiapan barang khususnya dalam hal mencari barang di gudang dapat dilakukan dengan cepat. Pada penelitian ini prosedur

(22)

 

pengambilan barang memiliki nilai pengaruh langsung sebesar 0.18 atau 18% terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Dari seluruh indikator yang diukur, prosedur pengambilan barang menempati posisi keenam. Hal ini membuktikan bahwa prosedur pengambilan barang memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang.

4.6.3 Indikator Variabel Ketepatan Jumlah dan Jenis Produk terhadap Kinerja Perusahaan

Besarnya pengaruh variabel antara yang dibentuk oleh indikator-indikator dari Y1 hingga Y7 terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Besarnya pengaruh indikator variabel ketepatan jumlah dan jenis terhadap kinerja perusahaan

Komponen Indikator Pengaruh Langsung

Total

Pengaruh Peringkat

Ketepatan Jenis dan Jumlah Barang

yang Dikirim y1 0,32 x 0,41 0,13 4 y2 0,32 x 0,49 0,16 1 y3 0,32 x 0,34 0,11 6 y4 0,32 x 0,36 0,12 5 y5 0,32 x 0,31 0,10 7 y6 0,32 x 0,48 0,15 2 y7 0,32 x 0,42 0,13 3

1. Jenis produk yang tersedia (Y1)

Proses pengambilan barang di gudang dilakukan dengan cara melihat kode barang yang tercantum pada kemasan karton setiap produk. Karyawan harus mengetahui kode yang tertera pada setiap karton untuk mengidentifikasi jenis produk. Indikator jenis produk yang tersedia pada penelitian ini adalah signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai 13%. Dengan kata lain, pengaruh indikator jenis produk yang tersedia adalah sebesar 13% dan berpengaruh positif terhadap pengembangan kinerja perusahaan.

2. Ketepatan dalam peletakkan barang di gudang(Y2)

Peletakkan barang yang sesuai dengan lokasi yang tertera pada sistem komputer akan mempermudah dalam melakukan pencarian produk di gudang. Ketepatan dalam peletakkan barang di gudang memiliki pengaruh yang paling

(23)

 

besar dibandingkan dengan 7 indikator lainnya terhadap kinerja perusahaan, yaitu sebesar 16%.

3. Persiapan jenis produk sesuai dengan BPL (Y3)

Persiapan pengiriman jenis barang untuk seluruh konsumen harus dipastikan sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen (sesuai dengan BPL). Dari hasil penelitian, persiapan jenis produk sesuai dengan BPL bernilai signifikan sehingga dapat mengukur pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Persiapan jenis produk sesuai dengan BPL berpengaruh positif yaitu sebesar 11% terhadap pembentukan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perhatian terhadap jenis produk yang akan dikirim haruslah tepat.

4. Pengecekkan terhadap jenis produk yang dikirim (Y4)

Permintaan susu FFI oleh konsumen terdiri dari beberapa jenis produk dalam satu kali pemesanan, sehingga dilakukan proses pengecekkan terhadap jenis barang yang akan dikirim. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengecekkan terhadap jenis produk yang dikirim memiliki pengaruh langsung sebesar 12% terhadap kinerja perusahaan. Jadi pengecekkan terhadap jenis barang yang akan dikirim haruslah tepat. Indikator pengecekkan terhadap jenis produk yang dikirim ini bernilai signifikan sehingga indikator ini mampu mengukur kinerja perusahaan.

5. Persiapan jumlah produk (Y5)

Agar tidak mengecewakan pelanggan, PT YCH Indonesia melakukan pengecekkan terhadap jumlah produk yang akan dikirim agar sesuai dengan permintaan. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa sebesar 10% indikator persiapan jumlah produk berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan. Indikator persiapan jumlah produk ini menempati urutan ketujuh dari 7 indiaktor yang diukur dan berpengaruh postif signifikan terhadap kinerja perusahaan.

6. Pengetahuan jumlah produk (Y6)

Proses persiapan produk yang akan dikirim jumlahnya harus sesuai dengan jumlah yang tertera pada BPL agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan produk yang dikirim ke konsumen. Pada penelitian ini pengetahuan jumlah produk yang akan dikirim memiliki pengaruh positif langsung sebesar 15%

(24)

 

terhadap kinerja perusahaan. Indikator pengetahuan jumlah produk ini signifikan tehadap t-value. Selain itu, indikator pengetahuan jumlah produk ini memiliki peringkat kedua dari 7 indikator yang diukur.

7. Pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim (Y7)

Pengecekkan secara menyeluruh sebanyak 2 kali terhadap jumlah produk yang akan dikirim dilakukan oleh bagian cheker stagging dan cheker loading. Pada penelitian ini pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim memiliki nilai pengaruh langsung sebesar 0.13 atau 13% terhadap kinerja perusahaan. Dari seluruh indikator yang diukur, pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim menempati posisi ketiga. Hal ini membuktikan bahwa pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap terbentuknya kinerja perusahaan.

4.6.4 Indikator Variabel Ketepatan Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman terhadap Kinerja Perusahaan

Besarnya pengaruh variabel antara yang dibentuk oleh indikator-indikator dari Y8 hingga Y11 terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Besarnya pengaruh indikator variabel ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman terhadap kinerja perusahaan

Komponen Indikator Pengaruh Langsung Total Pengaruh Peringkat Ketepatan Lokasi dan Waktu Pengiriman y8 0,21 x 0,48 0,10 1 y9 0,21 x 0,43 0,09 4 y10 0,21 x 0,48 0,10 2 y11 0,21 x 0,47 0,09 3

1. Ketepatan pengiriman untuk masing-masing konsumen (Y8)

Agar tujuan distribusi untuk setiap konsumen (pasar modern) sesuai, maka peletakkan disesuaikan dengan masing-masing tujuan. Hal ini akan membantu dalam proses pengecekan barang yang dilakukan pada saat barang berada di stagging area. Hasil penelitian menyatakan ketepatan pengiriman untuk masing-masing konsumen memiliki pengaruh langsung sebesar 10% terhadap kinerja perusahaan. Jadi ketepatan pengiriman untuk masing-masing konsumen bernilai signifikan sehingga indikator ini mampu mengukur kinerja perusahaan.

(25)

 

2. Peletakkan barang di stagging area (permintaan penuh) (Y9)

Luas stagging area yang dimiliki luasnya terbatas, sehingga jika permintaan meningkat akan mengakibatkan produk di letakkan tidak sesuai dengan 1 tujuan pengiriman, sehingga mempersulit karyawan untuk melakukan pengecekkan terhadap produk yang akan dikirim. Pada penelitian ini peletakkan barang di stagging area pada saat permintaan tinggi memiliki nilai pengaruh langsung sebesar 0,09 atau 9% terhadap kinerja perusahaan. Dari seluruh indikator yang diukur, peletakkan barang di stagging area pada saat permintaan tinggi menempati posisi keempat. Hal ini membuktikan bahwa peletakkan barang di stagging area pada saat permintaan tinggi memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan.

3. Pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman (Y10)

Penerapan SOP sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan akan meminimumkan terjadinya waktu keterlambatan dari proses persiapan pengiriman barang. Hasil penelitian membuktikan bahwa pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan yang akan terbentuk. Pengaruh langsung dari pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman yaitu sebesar 0.10 atau 10% terhadap kinerja perusahaan. Pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman menempati posisi kedua dari 4 indikator terukur yang diteliti dengan t-value yang signifikan. 4. Ketersediaan truk untuk proses pengiriman (Y11)

Ketersediaan truk yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh PT YCH Indonesia, maka akan memperlancar proses distribusi produk tepat waktu. Dari hasil penelitian, ketersediaan truk untuk proses pengiriman memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh tersebut adalah sebesar 9% dan pengaruh tersebut adalah signifikan.

4.6.5 Besarnya Indikator Variabel Laten Terikat

Variabel laten terikat yaitu kinerja perusahaan memiliki 3 (tiga) indikator sebagai alat ukurnya yang terdiri dari kualitas produk, pengiriman tepat waktu, dan kualitas produk. Besarnya pengaruh untuk masing-masing indikator dapat dilihat pada Tabel 12.

(26)

 

Tabel 12. Indikator variabel kinerja perusahaan

Komponen Indikator Pengaruh T – Value Peringkat

Kualitas produk Y12 0,57 5,29 1

Pengiriman tepat waktu Y13 0,54 9,83 2

Kuantitas produk Y14 0,51 10,13 3

Pada Tabel 12 diatas, terlihat bahwa seluruh variabel terukur yang diteliti memiliki t-value lebih dari 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabel terukur tersebut berkontribusi secara signifikan dalam mengukur kinerja perusahaan pada tingkat kepercayaan 95%. Pada tabel di atas, juga dapat dilihat bahwa berdasarkan nilai faktor muatan, kualitas produk Y12 memberikan kontribusi yang paling besar yaitu sebesar 0.57 atau 57%. Dan pada urutan kedua ketiga adalah peubah Y13 yaitu pengiriman tepat waktu sebesar 54% dan Y14 (kualitas produk) yang bernilai 0.51. Berdasarkan hasil penelitian, responden memberikan jawaban bahwa kualitas dari produk yang dikirim merupakan hal yang terpenting dalam mengukur sebuah kinerja bagi perusahaan distributor seperti PT YCH Indonesia. Proses penyampaian produk hingga konsumen haruslah terjaga kualitasnya. Oleh sebab itu, PT YCH Indonesia melakukan proses pengecekkan sebanyak 2 (dua) kali terhadap produk-produk yang akan dikirim. Hal ini dilakukan agar produk yang sampai ke tangan konsumen (pasar modern), adalah produk yang kualitasnya baik (tidak bocor, penyok).

4.7 Pengaruh Faktor Variabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Jenis dan Jumlah Produk

Berikut ini adalah rangkuman hasil besarnya pengaruh variabel laten bebas terhadap variabel antara dari hasil pengujian model SEM.

Tabel 13. Pengaruh variabel laten bebas terhadap ketepatan jenis dan jumlah produk

Variabel Laten Bebas Pengaruh Hipotesis

Transportasi dan peralatan 0,052 Diterima

Produk 0,52 Diterima

Sistem informasi -0,30 Ditolak

(27)

 

1. Transportasi dan peralatan digunakan untuk memperlancar penyampaian produk hingga ke pasar modern. Transportasi dan peralatan memiliki pengaruh sebesar 0,052 atau 5,2 % terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Artinya adalah jika transportasi dan peralatan dinaikkan sebesar 1% maka akan meningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim sebesar 5,2%. Transportasi dan peralatan ini memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengatakan bahwa transportasi dan peralatan berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa transportasi dan peralatan memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Jadi kesimpulannya adalah hipotesis yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian.

2. Produk merupakan salah satu elemen penting dalam proses distribusi. Dalam penelitian ini produk memiliki kontribusi pengaruh sebesar 0,52 atau 52% terhadap peningkatan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai signifikan 3,86 (lebih besar dari 1,96). Artinya adalah jika produk dinaikkan sebesar 1% maka akan meningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 52%.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengatakan bahwa produk berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa produk memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Jadi kesimpulannya adalah hipotesis yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian.

3. Sistem Informasi. Hasil penelitian mengatakan bahwa sistem informasi berpengaruh negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 30%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa sistem informasi berhubungan positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Artinya adalah system informasi tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim. Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan peralatan yang digunakan untuk

(28)

 

melakukan proses persiapan pengiriman barang dan luasan stagging area yang dimiliki oleh perusahaan. Peningkatan sistem informasi khususnya pada proses pencetakaan BPL dalam persepsi karyawan adalah berdampak negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim.

4. Sumber Daya manusia. Hasil penelitian menunjukkan hal yang serupa dengan hipotesis yang diajukan, yaitu sumber daya manusia memiliki hubungan yang positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Sumber Daya Manusia memiliki hubungan yang signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 54%. Nilai ini merupakan nilai terbesar dari 4 (empat) komponen variabel laten bebas. Penting adanya bagi perusahaan memberikan perhatian khusus dalam mengembangkan sumber daya manusianya.

4.8 Pengaruh Faktor Variabel Laten Bebas terhadap Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman

Berikut ini adalah rangkuman besarnya pengaruh variabel laten bebas terhadap lokasi dan waktu persiapan pengiriman dari hasil pengujian model SEM. Tabel 14. Pengaruh variabel laten bebas terhadap ketepatan lokasi dan

waktu persiapan pengiriman

Variabel Laten Bebas Pengaruh Hipotesis

Transportasi dan peralatan -0,069 Ditolak

Produk 0,61 Diterima

Sistem informasi -0,51 Ditolak

Sumber daya manusia 0,37 Diterima

1. Transportasi dan Peralatan. Hasil penelitian mengatakan bahwa transportasi dan peralatan berpengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 6,9%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa transportasi dan peralatan berhubungan positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Artinya ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman tidak berpengaruh terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dapat terjadi karena tahapan akhir untuk proses persiapan pengiriman barang yaitu pengecekkan terhadap produk yang akan dikirim di stagging area masih dilakukan secara manual. Pengecekkan sendiri dilakukan berdasarkan BPL

(29)

 

terhadap barang yang telah dilakukan pengambilan digudang PT YCH Indonesia.

2. Produk. Dalam penelitian ini produk memiliki kontribusi pengaruh sebesar 0,61 atau 61% terhadap peningkatan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang dengan nilai signifikan 4,31 (lebih besar dari 1.96). Artinya jika produk dinaikkan sebesar 1%, maka akan meningkatkan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 61%. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengatakan bahwa produk berpengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan, produk memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Jadi kesimpulannya adalah hipotesis yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian. 3. Sistem Informasi. Hasil penelitian mengatakan bahwa sistem informasi

berpengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 15%. Artinya adalah system informasi tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa sistem informasi berhubungan positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dapat terjadi karena penambahan jumlah BPL tidak akan mempercepat proses persiapan pengiriman barang, karena keterbatasan jumlah peralatan dan luas dari stagging area yang dimiliki oleh perusahaan.

4. Sumber Daya Manusia. Hipotesis sumber daya manusia memiliki pengaruh pengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dapat dilihat dari nilai pengaruh variabel laten sumber daya manusia sebesar 37%. Nilai ini merupakan pengaruh kedua terbesar dibandingkan variabrl laten lainnya. Dengan kata lain peningkatan terhadap sumber daya manusia akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang.

4.9 Pengaruh Variabel Antara terhadap Kinerja Perusahaan

Berikut ini adalah rangkuman besarnya pengaruh variabel antara terhadap kinerja peusahaan dari hasil pengujian dengan model SEM.

(30)

 

Tabel 15. Pengaruh variabel antara terhadap kinerja perusahaan

Variabel Laten Antara Pengaruh T-Value Hipoteis Ketepatan jumlah dan jenis

produk yang dikirim

0,32 2,63 Diterima

Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman

barang

0,21 1,78 Diterima

1. Ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim

Hipotesis mengenai ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim yang diajukan pada penilitian ini memiliki pengaruh pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis tersebut. Nilai pengaruh variabel laten antara ini bernilai 32% dengan nilai t sebesar 2,63 (>1,96). Artinya adalah jika ketepatan jenis dan jumlah produk yang akan dikirim dinaikkan sebesar 1%, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 32%. Nilai ini merupakan pengaruh yang paling besar dibandingkan variabel laten antara lainnya. Dengan kata lain ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja perusahaan.

2. Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman

Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang memiliki pengaruh sebesar 0,21 atau sebesar 21% dengan nilai t sebesar 1,78 pada taraf lima persen (<1,96). Pada penelitian ini, ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang bernilai tidak signifikan (t<1,96) akan tetapi variabel ini tidak dihapuskan dari struktur karena variabel ini memiliki kontribusi dalam pembentukan struktur untuk penelitian ini. Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang ini berpengaruh sebesar 21% terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Walaupun tidak signifikan, pengaruh ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang ini berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

(31)

 

4.10 Pengaruh Variabel Laten Bebas terhadap Kinerja Perusahaan

Berikut ini adalah rangkuman besarnya pengaruh variabel antara terhadap kinerja peusahaan dari hasil pengujian dengan model SEM.

Tabel 16. Pengaruh variabel laten bebas terhadap kinerja perusahaan

Variabel Laten Bebas Pengaruh

Transportasi dan peralatan 0,0022

Produk 0,29

Sistem informasi -0,13

Sumber daya manusia 0,25

1. Transportasi dan peralatan memiliki pengaruh sebesar 0,0022 atau 0,2 % terhadap kinerja pengiriman. Artinya adalah jika transportasi dan peralatan dinaikkan sebesar 1% maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 0,2%.

2. Produk dalam penelitian ini memiliki kontribusi pengaruh sebesar 0,29 atau 29% terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Artinya adalah jika produk dinaikkan sebesar 1% maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 29%. Produk memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap kinerja perusahaan dibandingkan dengan variabel laten bebas lainnya.

3. Sistem Informasi hasil penelitian mengatakan bahwa sistem informasi berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan sebesar 13%. Artinya bahwa sistem informasi tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

4. Sumber Daya manusia memiliki hubungan yang signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 0,25 atau 25%. Artinya jika sumber daya manusia ditingkatkan sebesar 1% maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 25%.

(32)

 

4.11 Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik suatu implikasi manajerial yang kemudian akan menjadi gambaran dan rekomendasi bagi PT YCH Indonesia untuk menentukan langkah-langkah strategis ke depannya. Berikut ini dijabarkan rekomendasi dalam bentuk langkah-langkah konkret sebagai implikasi manajerial dari hasil penelitian :

1. Transportasi dan Peralatan

Transportasi dan peralatan merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mempermudah proses penyampaian barang ke konsumen. Indikator yang dianalisis dalam penelitian ini adalah ketersediaan peralatan, dan ketersediaan truk. Kedua indikator ini merupakan aspek krusial yang harus dipertahankan ataupun dikembangkan oleh PT YCH Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh sebesar 0,2% terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh sebesar 0,2% ini merupakan persentase yang menempati posisi ketiga dari 4 (empat) elemen transportasi dan peralatan yang diteliti. Dari hasil perhitungan ini, pihak perusahaan harus meningkatkan ketersediaan dari peralatan dan truk dengan cara perbaikan terhadap Memorandum Of Understanding (MOU) antara PT YCH Indonesia dengan pihak penyedia jasa angkutan (transporter).

2. Produk

Produk memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai 29%. Nilai ini merupakan nilai terbesar pertama dari 4 komponen variabel laten bebas yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil penelitian, karyawan PT YCH Indonesia yang melakukan tugas menyimpan dan mengambil barang di gudang harus sesuai dengan SOP atau sesuai dengan yang tertera pada sistem yang berlaku. Hal ini dilakukan agar menghilangkan waktu pencarian barang di gudang.

3. Sistem Informasi

Dari hasil penelitian sistem informasi memiliki pengaruh negatif sebesar 13% terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pihak perusahaan sebaiknya pada saat ini lebih meningkatkan jumlah peralatan dan jumlah sumber daya manusianya dibandingkan dengan

(33)

 

peningkatan sistem informasi. Hal ini dilakukan karena peningkatan sistem informasi yang tidak diimbangi dengan jumlah peralatan serta sumber daya manusia akan menyebabkan pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan ketidaktelitian dari karyawan dalam melakukan proses pengambilan barang di gudang.

4. Sumber Daya Manusia

Proses yang diukur pada penelitian ini terdiri dari beberapa indikator diantaranya pencarian batch baru, peletakkan barang di stagging area, pengecekkan barang di stagging area, serta proses pengambilan barang digudang.Variabel laten bebas sumber daya manusia memiliki pengaruh positif dan signifikan sebesar 25% terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil pengaruh ini dapat disimpulkan bahwa perlu adanya peningkatan terhadap kualitas dan kuantitas dari sumber daya manusia. Peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara pemberian reward and punishment terhadap karyawan guna meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja

Gambar

Gambar 9. Proses penerimaan produk susu FFI di PT YCH Indonesia  Kerjasama yang dilakukan antara FFI dan PT YCH meliputi penyediaan  gudang untuk penyimpanan produk jadi berupa susu siap minum, susu bubuk  dalam kemasan kaleng ataupun sachet, dan juga mela
Tabel 7. Wilayah yang mengalami keterlambatan terbanyak periode  Januari-Mei 2010  Bulan  Kode  Cakupan  Wilayah  Jumlah  Keterlambatan  (pengiriman)  Jumlah  Pengiriman  (pengiriman)  Persentase  Keterlambatan (pengiriman)  Januari  M4  Bandung,  Bogor  3
Tabel 8.   Besarnya  pengaruh  indikator variabel laten bebas terhadap  ketepatan jumlah dan jenis produk
Tabel 9.   Besarnya  pengaruh  indikator variabel laten bebas terhadap  ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengriman
+3

Referensi

Dokumen terkait

Suawardi Endraswara (2005:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menyertakan angka-angka, tetapi mengutarakan kedalaman

• Perseroan akan membuka tujuh pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pembangunan tujuh pabrik baru tersebut merupakan bentuk kerjasama dengan Mitsubushi Jepang

Dan biasanya masyarakat yang melakukan partisipasi dalam bentuk tenaga adalah masyarakat tingkat bawah atau masyarakat kecil yang hanya menunggu perintah dari

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

one-to-one evaluation, dan small group evaluation). b) Instrumen tes berbasis multirepresentasi pada mata kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat yang dikembangkan

service obligation seharusnya menjadi kewajiban Pemerintah. Keberadaan infrastruktur sangat penting bagi pembangunan, sehingga fase awal pembangunan pada suatu negara atau

Oleh karena itu, pada 27 Januari 1999, Indonesia memutuskan untuk lepas tangan atau memberikan kemerdekaan kepada Timor Timur jika rakyat Timor Timur menolak