commit to user i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENENDANG DALAM SEPAK BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 LOSARI
SKRIPSI
Oleh : TUPIK LEGIONO
NIM : X4710166
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Tupik Legiono
NIM : X4710166
Jurusan/Program Studi : JPOK/Penjaskesrek
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MENENDANG DALAM SEPAK BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 LOSARI” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber
informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
commit to user
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENENDANG DALAM SEPAK BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 LOSARI
Oleh:
TUPIK LEGIONO X4710166
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
commit to user iv
commit to user v
commit to user
vi
ABSTRAK
Tupik Legiono. PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENENDANG
DALAM SEPAK BOLA MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 LOSARI.
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui penerapan modifikasi alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar menendang dalam sepak bola pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau
Classroom Action Research yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus dan penelitian ini selesai pada dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Losari tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 13 siswa putri dan 16 siswa putra. Data penelitian ini diperoleh melalui pengamatan oleh peneliti dan kolaborator selama proses pembelajaran berlangsung. Data tersebut merupakan hasil belajar menendang siswa yang diperoleh melalui lembar observasi yang meliputi ranah kognitif yang diperoleh dari tes objektif, ranah afektif yang diperoleh melalui pengamatan aktivitas siswa saat pembelajaran dan ranah psikomotor yang diperoleh melalui tes unjuk kerja. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: hasil belajar menendang siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari meningkat dari 24% pada kondisi awal menjadi 55% pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 86% pada akhir siklus II. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerapan melalui modifikasi alat bantu pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar menendang siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan modifikasi alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar menendang dalam sepak bola pada siswa SD Negeri 3 Losari.
commit to user
vii
MOTTO
Jangan berpikir untuk menyerah, karena jika kamu mau berusaha dengan semua kemungkinan yang ada, Allah akan membantumu untuk melaluinya.
(Penulis)
Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. (Penulis)
Bekerja sepenuh hati, berdoa setulus hati, berbuat seikhlas hati. (Penulis)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
- Bapak Ibu tercinta dan Adikku tersayang yang selalu mendukungku. - Istriku tercinta yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
- Teman-teman yang menjadi lahan tawa disela-sela penatnya mengerjakan skripsi.
- Rekan-rekan angkatan 2010 - Almamater
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan dengan kesungguhan hati kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan berkat dan karunia-Nya yang setiap waktu penulis terima dan rasakan, sehingga penyelesaian skripsi ini dapat tepat waktu. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mangalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Sarwono, M.S. sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.
5. Pomo Warih Adi, S.Pd. M.Or. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi.
6. Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari kecamatan Rembang kabupaten Purbalingga yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Juli 2012
commit to user x DAFTAR ISI Halaman JUDUL ... PERNYATAAN ... PENGAJUAN ... PERSETUJUAN ... PENGESAHAN ... ABSTRAK ... MOTTO... PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... BAB II LANDASAN TEORI ... A. Kajian Pustaka ...
1. Belajar dan Pembelajaran ... a. Pengertian Belajar ... b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran ... c. Prinsip-Prinsip Belajar ... d. Hasil Belajar ... 2. Sepak Bola ... a. Pengertian Sepak Bola ...
i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xiii xiv 1 1 3 3 3 4 4 4 4 6 8 10 12 12
commit to user
xi
b. Teknik Dasar Permainan Sepak Bola ... 3. Modifikasi ...
a. Pengertian Modifikasi ... b. Prinsip-Prinsip Pengembangan Modifikasi ... c. Tujuan Modifikasi ... d. Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran ... B. Kerangka Berpikir ... BAB III METODE PENELITIAN ...
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... B. Subjek Penelitian ... C. Data dan Sumber Data ... D. Teknik Pengumpulan Data ... E. Uji Validitas Data ... F. Analisis Data ... G. Prosedur Penelitian ... H. Indikator Kinerja Penelitian ... BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ...
A. Deskripsi Pratindakan ... B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ... 1. Siklus 1 ... 2. Siklus 2 ... C. Pembahasan Hasil Penelitian ... BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...
A. Simpulan ... B. Implikasi ... C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... 12 15 15 15 16 16 17 19 19 20 20 20 21 21 22 25 26 26 29 29 37 45 48 48 48 49 50 51
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 3. Indikator Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 4. Data Awal Hasil Belajar Menendang Sebelum Diberikan Tindakan
Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran ... 5. Hasil Belajar Menendang Siklus I Setelah Diberikan Tindakan
Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran... 6. Hasil Belajar Menendang Siklus II Setelah Diberikan Tindakan
Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran ... 7. Hasil Perbandingan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Hasil Belajar
Menendang Dalam Sepak Bola Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran ...
19 21 25 28 34 43 46
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir ... 18 2. Data Awal Hasil Belajar Menendang Sebelum Diberikan Tindakan
Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran ... 3. Hasil Belajar Menendang Siklus I Setelah Diberikan Tindakan
Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran ... 4. Hasil Belajar Menendang Siklus II Setelah Diberikan Tindakan II
Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran ... 5. Hasil Perbandingan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Hasil
Belajar Menendang Dalam Sepak Bola Sebelum dan Sesudah Diberikan Tindakan Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran ...
28
34
43
commit to user xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Izin Penelitian ... 52 2. Surat Keterangan ... 53 3. Silabus ... 54
4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Kognitif) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang ... 55
5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Afektif) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang ... 56
6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Psikomotor) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang ... 57
7. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 58
8. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 60
9. Presensi Siswa selama Pembelajaran ... 62
10. Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa (Kognitif) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang... 63
11. Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa (Afektif) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang... 64
12. Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa (Psikomotor) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang... 65
13. Data Awal Aktivitas Siswa (Kognitif) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang ... 66
14. Data Awal Aktivitas Siswa (Afektif) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang... 67
15. Data Awal Aktivitas Siswa (Psikomotor) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang... 68
16. Rekap Data Awal Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang ... 69
commit to user
xv
17. RPP Siklus I ... 71
18. Data Aktivitas Siswa (Kognitif) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Siklus I ... 84
19. Data Aktivitas Siswa (Afektif) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Siklus I ... 85
20. Data Aktivitas Siswa (Psikomotor) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Siklus I ... 86
21. Rekap Data Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Siklus I ... 87
22. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran Siklus I .... 89
23. Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I ... 93
24. RPP Siklus II ... 97
25. Data Aktivitas Siswa (Kognitif) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Siklus II ... 110
26. Data Aktivitas Siswa (Afektif) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Siklus II ... 111
27. Data Aktivitas Siswa (Psikomotor) Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Siklus II ... 112
28. Rekap Data Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Siklus II... 113
29. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran Siklus II .. 115
30. Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus II .... 119
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Materi permainan sepak bola merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum Sekolah Dasar yang masuk dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. Permainan sepak bola merupakan permainan beregu yang memerlukan dasar kerjasama antar anggota regu, sehingga merupakan salah satu ciri khas dalam permainan sepak bola.
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran-mata pelajaran yang lainnya, tak terkecuali dengan mata pelajaran pendidikan jasmani. Tugas ajar pendidikan jasmani yang disampaikan harus memperhatikan perubahan kemampuan/kondisi anak, dan dapat membantu mendorong ke arah perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik. Perkembangan atau kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis, maupun keterampilannya.
Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani dewasa ini adalah rendahnya kualitas pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Hal itu disebabkan karena terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung terlaksananya proses pendidikan jasmani. Guru yang mengajar kurang mampu melaksanakan tanggung jawabnya untuk mengajar dan mendidik siswa, serta untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa secara menyeluruh baik secara fisik, mental, dan intelektual.
Guru harus memiliki kemampuan untuk menggunakan media pembelajaran yang dapat mempermudah proses pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan. Guru dituntut harus lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan media pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Sehingga tercipta pembelajaran yang aktif bagi siswa
commit to user
atau menyenangkan bagi siswa yang tentunya tanpa meninggalkan tujuan pembelajaran tersebut.
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SD Negeri 3 Losari untuk sub materi sepak bola yaitu gerak dasar menendang dirasakan menghadapi masalah yakni rendahnya hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dengan rendahnya penguasaan siswa dalam materi pembelajaran tentang gerak dasar menendang. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian banyak siswa kelas IV yang tidak dapat melakukan gerakan menendang dengan benar setelah guru memberikan materi gerak dasar menendang. Dari hasil wawancara dengan kolaborator diperoleh data penilaian gerakan menendang dengan nilai KKM 75 dan siswa berjumlah 29 siswa. Siswa yang tuntas sejumlah 24% (7 siswa), dengan deskripsi siswa yang memperoleh nilai di atas 75 dan kurang dari sama dengan 79 sejumlah 24% (7 siswa), siswa yang memperoleh nilai di atas 70 dan kurang dari sama dengan 74 sejumlah 31% (9 siswa), dan siswa yang memperoleh nilai kurang dari sama dengan 69 sejumlah 45% (13 siswa). Kebanyakan siswa yang tidak bisa melakukan gerakan menendang adalah siswa putri. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut bisa muncul dikarenakan tidak adanya modifikasi dalam menggunakan alat bantu pembelajaran. Alat bantu pembelajaran yang digunakan guru dalam pendidikan jasmani cenderung masih tradisional dan hanya monoton. Sehingga siswa sering merasa bosan dan sering tidak bersemangat.
Seorang pemain harus menguasai gerak dasar menendang. Walaupun secara teoritis teknik-teknik menendang dalam permainan sepak bola telah diajarkan oleh setiap guru pendidikan jasmani, dalam prakteknya masih banyak siswa pada umumnya dan khususnya siswa di SD Negeri 3 Losari belum mampu melakukannya dengan baik dan benar.
Dari permasalahan umum yang dihadapi guru penjas dalam menyampaikan materi sepak bola khususnya gerak dasar menendang, maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Menendang Dalam Sepak Bola Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran Pada Siswa
commit to user
Kelas IV SD Negeri 3 Losari”. Permasalahan ini peneliti temukan ketika observasi di SD Negeri 3 Losari yaitu pembelajaran gerak dasar menendang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimanakah penerapan modifikasi alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar menendang dalam sepak bola pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari ?“
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan di atas, tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui penerapan modifikasi alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar menendang dalam sepak bola pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari.
D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai, diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi guru Penjasorkes SD Negeri 3 Losari, sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan atau partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar..
2. Bagi siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran gerak dasar menendang dalam sepak bola sehingga tercapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
3. Bagi SD Negeri 3 Losari, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil belajar siswa.
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar
Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja.
Menurut Dimyati dan Mudjiono mengutip simpulan (Ws. Winkel, 1989:36) bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam suatu interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini relatif konstan dan berbekas (TIM MKDK IKIP Semarang, 2000:4).
Dimyati dan Mudjiono (1999:10) memaparkan pendapat para ahli tentang konsep belajar dan pembelajaran yaitu :
1) Belajar Menurut Gagne
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Gagne melukiskan hal-hal berikut:
a) Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”.
commit to user
b) Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Gagne berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi sembilan fase. Tahap itu sebagai berikut:
a) Persiapan untuk belajar
b) Pemerolehan dan unjuk belajar (performasi) c) Alih belajar
Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan perinformasian digunakan untuk persepsi selektif, sandimatik, pembangkitan kembali dan respon, serta penguatan. Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan , dan pemberlakuan secara umum. Adanya tahap dan fase belajar tersebut mempermudah guru untuk melakukan pembelajaran.
2) Belajar Menurut Pandangan Piaget
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut: sensori motor (0;0-2;0 tahun), pra-operasional (2;0-7;0 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), operasi formal (11- ke atas).
Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensori dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan menggerak-gerakannya. Pada tahap pra-operasional, anak mengandalkan diri pada presepsi tentang realitas. Ia mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan. Pada tahap konkret, anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis, walau kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial and error”. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.
commit to user
Menurut Dimyati dan Mudjiono mengutip simpulan (Piaget, 1999:14) bahwa pembelajaran terdiri dari empat langkah, yaitu:
a) Langkah satu: menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.
b) Langkah dua: memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.
c) Langkah tiga: mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah. d) Langkah empat: menilai pelaksaan tiap kegiatan, memperhatikan tiap
keberhasilan, dan melakukan revisi.
Secara singkat Piaget menyarankan agar dalam pembelajaran guru memilih masalah yang berciri kegiatan prediksi, eksperimentasi, dan eksplanasi.
b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal.
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu. Hubungan tujuan pembelajaran, proses belajar, dan ikhwal yang terjadi pada siswa dalam rangka kemandirian. Fleishman 7 Quaintance (1984:173); Bell Gredler (1991); Winkel (1991); Monks. Knoers. Rahayu (1989); serta Dimyati dan Mudjiono berpendapat secara umum hal-hal tersebut terjadi sebagai berikut:
commit to user
1) Guru yang membuat desain instruksional memandang siswa sebagai partner yang memiliki asas emansipasi diri menuju kemandirian. Guru menyusun acara pembelajaran.
2) Siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses pembelajaran.
3) Tujuan belajar dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tujuan pembelajaran tersebut juga merupakan sasaran belajar bagi siswa menurut pandangan dan rumusan guru.
4) Kegiatan belajar mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas. Tindak pembelajaran tersebut menggunakan bahan belajar. Wujud bahan belajar tersebut adalah berbagai bidang studi di sekolah.
5) Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa, suatu respons terhadap segala cara pembelajaran yang diprogrankan oleh guru. Dalam proses belajar tersebut, guru meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.
6) Perilaku siswa merupakan proses hasil belajar. Perilaku tersebut dapat berupa perilaku yang tak dikehendaki dan yang dikehendaki. Hanya perilaku yang dikehendaki diperkuat. Penguatan perilaku yang dikehendaki tersebut dilakukan dengan pengulangan, latihan, drill, atau aplikasi.
7) Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak trersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.
8) Setelah siswa lulus, berkat hasil belajar, siswa menyusun program belajar sendiri. Dalam penyusunan program belajar sendiri tersebut, sedikit banyak siswa berlaku secara mandiri.
commit to user c. Prinsip-prinsip Belajar
Belajar suatu keterampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) menyatakan:
Dari berbagai prinsip belajar terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya (hlm. 44).
Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/pengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. Menurut Dimyati dan Mudjiono mengutip simpulan (Gagne dan Berliner, 1999:42) berpendapat sebagai berikut:
1) Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peran penting dalam proses belajar. Tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan seseorang. “Motivasion is the
concept we use when describe the force action on or within an organism to iniate and direct behavior”. Demikian menurut Dimyati dan Mudjiono
mengutip simpulan Herbert (1986:3) bahwa motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar.
2) Keaktifan
Proses kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika siswa sebagai obyek belajar mempunyai keaktifan yang tinggi. Sehingga kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar dan tujuan dari kegiatan
pembelajaran dapat tercapai. Menurut teori kognitif, belajar
menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.
commit to user
3) Keterlibatan langsung/pengalaman
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “Learning by Doing”. Belajar harus dialami melalui keterlibatan langsung. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah. Dan guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
4) Pengulangan
Teori Psikologi Daya yang mengemukakan bahwa melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, berpikir, dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Teori lain yang menekan prinsip pengulangan tersebut adalah teori Psikologi Assosiasi dan Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike yang didasarkan atas hukum belajarnya “Law of Exercise”, dia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengulangan-pengulangan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
5) Tantangan
Teori Medan (Field Teory) dan Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa mengahadapi tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
commit to user
6) Balikan dan penguatan
Teori belajar Operant dari B.F Skinner. Yang diperkuat dalam teori ini adalah responnya. Sebagai kuncinya adalah teori belajar Law of Effect dari Thorndike, yaitu siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
7) Perbedaan individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.
d. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa (Muslihati, 2005)
Menurut Ismiyahni mengutip simpulan (Woordworth, 2000) bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai. Bloom, Winkel, serta Ismiyahni (2000) merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Dalam ranah kognitif, hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan. Enam tingkatan tersebut ialah, 1) Pengetahuan atau ingatan, 2) Pemahaman, 3) Penerapan, 4) Sintesis, 5) Analisis dan 6) Evaluasi. Adapun ranah psikomotorik
commit to user
terdiri dari lima tingkatan yaitu, 1) Peniruan (menirukan gerak), 2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), 3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), 4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), 5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
Sedangkan ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu, 1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), 2) Merespon (aktif berpartisipasi), 3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu), 4) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya) dan 5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah Psikomotorik
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
commit to user
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
2. Sepak Bola
a. Pengertian Sepak Bola
Sepak bola merupakan jenis olahraga beregu yang dimainkan oleh 11 orang di lapangan dengan bola sebagai alat permainannya. Olahraga sepak bola dimainkan dengan menggunakan tungkai, kaki, badan dan kepala, kecuali penjaga gawang dapat menggunakan tangan. Tujuan permainan ini adalah memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri dari serangan lawan. Sucipto dkk. (2000) menjelaskan tentang pengertian sepak bola sebagai berikut:
Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya (hlm. 7).
Setiap cabang olahraga mempunyai tujuan dari permainannya. Tujuan permainan sepak bola menurut Sucipto dkk. (2000:7) adalah Memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak kemasukan.
Hal ini berarti suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut lebih banyak memasukkan bola ke gawang lawannya dan lebih sedikit kemasukan bola.
b. Teknik Dasar Permainan Sepak bola
Untuk dapat bermain sepak bola dengan baik setiap pemain dituntut menguasai teknik dasar sepak bola sebagai berikut, seperti: teknik dasar
commit to user
menendang bola, menghentikan bola, menggiring bola, menyundul bola, merampas bola, dan lemparan ke dalam. Menurut Sucipto. dkk. (2000:17), menjelaskan bahwa teknik dasar permainan sepak bola yaitu:
1) Teknik menendang (Kicking) 2) Teknik menghentikan (Stoping) 3) Teknik menggiring bola (Dribling) 4) Teknik menyundul bola (Heading) 5) Teknik merampas bola (Tackling)
6) Teknik melempar bola ke dalam (Throw in) 7) Teknik menjaga gawang (Goal keeping)
Oleh karena itu sebagai pemain berusaha memasukkan bola ke gawang lawan berdasarkan peraturan berlaku. Jadi, setiap pemain dituntut harus mampu menguasai teknik dasar sepak bola yang baik. Oleh karena itu perlu adanya pembelajaran agar kemampuan seorang pemain dalam permainan sepak bola lebih baik.
Mengenai teknik-teknik dasar sepak bola, penulis deskripsikan dalam bentuk gambar-gambar dengan uraian sebagai berikut:
1) Teknik Menendang Bola
Awalan: berdiri lurus dengan bola, kaki tumpu diletakkan di samping bola dengan jari kaki menghadap ke depan dan lutut sedikit ditekuk. Kaki sepak diputar keluar pada pangkal pahanya sehingga kaki sepak membentuk sudut 90o dengan kaki tumpu. Perkenaan dengan bola: terjadi pada daerah pergelangan kaki (engkel) bagian dalam, sedangkan bola disepak tepat pada titik pusatnya. Follow through: dengan cara mengikuti lintasan ayunan gerak kaki ke depan.
2) Teknik Menerima Bola
Awalan: Sikap berdiri rileks, kaki yang digunakan untuk mengontrol bola diangkat kemudian ditarik ke belakang. Perkenaan dengan bola: terjadi pada kaki bagian dalam, pergelangan kaki dan tanah. Sudut antara kaki dengan tanah dibentuk dengan jalan memutar badan sedikit ke samping ke arah datangnya bola.
commit to user
Follow through: melemasakan kaki saat kaki mengayun ke belakang untuk mengontrol bola.
3) Teknik Menyundul Bola
Awalan: sikap kaki sejajar atau pun muka belakang, kedua lutut ditekuk. Selama bola melambung mendekati, pemain mencondongkan badan ke belakang. Berat badan diletakkan pada kaki belakang. Perkenaan dengan bola: melakukan lecutan ke depan dari bagian atas badan dan dengan meluruskan kaki yang di depan, sampai pemain berdiri pada ujung sepatunya. Kedua lengan diayunkan secara berlawanan dengan gerakan badan untuk menambah kekuatan. Follow through: mengikuti gerak badan ke depan dengan melangkahkan salah satu kaki.
4) Teknik Menggiring Bola
Awalan: Menggiring bola dengan kura-kura (punggung) kaki dilakukan apabila pemain bergerak ke depan. Perkenaan dengan bola: kaki yang digunakan untuk menggiring bola ditarik ke bawah pada pergelangan kakinya. Usahakan agar bola tetap dekat dengan kaki dan disentuh dengan punggung kaki. Follow through: melangkahkan kaki ke depan mengikuti gerak bola.
5) Teknik Melempar Bola
Awalan: posisi kaki sejajar atau muka belakang, dengan kedua lutut ditekuk. Bola dipegang dengan jari-jari direnggangkan dan tapak tangan menutup separo bola yang dekat dengan badan. Selama persiapan gerakan dilakukan dengan membawa bola ke belakang melalui atas kepala. Pelaksanaan: waktu akan melemparkan bola, tangan dan badan ditarik ke belakang jauh-jauh dan kedua lutut ditekuk dalam-dalam. Lemparan ke dalam dilakukan dengan gerakan badan ke depan, selanjutnya kekuatan dipindahkan pada kedua lengan. Follow through: kedua lutut diluruskan sampai pemain berdiri pada kedua ujung kaki, kedua lengan menjaga keseimbangan.
6) Teknik Menipu Lawan
Awalan: bola seolah-olah disodorkan kepada lawan. Pelaksanaan: segera lawan mencoba untuk mendapatkan bola tersebut, tetapi bola ditarik dengan sole
commit to user
sepatu. Selanjutnya dengan kaki yang sama bola digerakkan ke depan di samping lawan maka pemain akan berhasil melewati lawan. Follow through: melangkahkan kaki ke depan mengikuti gerak bola.
7) Teknik Merampas Bola dari Lawan
Awalan: memutar kaki keluar pada pergelangan kakinya. Pelaksanaan: kaki bagian dalam kontak dengan bola tepat pada titik pusatnya. Berat badan diletakkan pada kaki tumpu. Teknik ini juga dapat dilakukan dengan jalan menjatuhkan diri. Follow through: melangkahkan kaki ke depan mengikuti gerak bola.
3. Modifikasi
a. Pengertian Modifikasi
Modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara meruntutkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Bahagia, Yusuf, dan Suherman (2000:41) menyatakan modifikasi ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memilki tingkat yang lebih tinggi.
Modifikasi dapat dilakukan pada alat, ukuran lapangan, aturan permainan dan sebagainya. Seorang guru dikatakan berhasil apabila dapat mencapai kepuasan profesional dan secara kreatif mampu menggunakan berbagai keterampilan mengajar serta berinteraksi secara efektif dengan lingkungan pembelajaran. Guru harus mampu memanfaatkan lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi dimana anak terangsang untuk senang belajar.
b. Prinsip Pengembangan Modifikasi
Modifikasi adalah salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan kreativitas, termasuk di dalamnya ”body scaling” atau penyesuaian dengan ukuran bentuk tubuh siswa yang sedang belajar. Aspek inilah
commit to user
yang harus dijadikan prinsip utama dalam modifikasi pembelajaran penjas, termasuk pembelajaran atletik.
Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran agar tercermin dari aktivitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pelajaran. Bahagia, Yusuf, dan Suherman (2000:41) menyatakan beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang: (1) Tujuan, (2) Karakteristik materi, (3) Kondisi lingkungan, (4) Evaluasi.
c. Tujuan Modifikasi
Dengan memodifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam melakukan pendidikan jasmani. Namun justru sebaliknya dengan modifikasi pembelajaran dan pendekatan dalam bentuk permainan sebagai contohnya, proses pembelajaran pendidikan jasmani akan lebih menyenangkan. Lutan (1988) menyatakan bahwa:
Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan dapat melakukan pola gerak secara benar.
Pendekatan ini dimaksudkan agar materi dapat disajikan sesuai dengan tahapan perkembangan siswa, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor sehingga tujuan dari pembelajaran tercapai.
d. Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran
Modifikasi alat dalam mata pelajaran penjas dilakukan dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, siswa dapat melakukan pola gerak dengan benar. Menurut Joyoatmojo mengutip simpulan (ornstein dan Lasley, 2003) bahwa:
Guru yang efektif adalah guru yang mampu mengajar secara efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif, pertama-tama harus difahami bahwa mengajar adalah merupakan seni sekaligus sebagai ilmu. Mengajar sebagai seni ditunjukkan oleh perlu adanya keinginan kuat atau keantusiasan
commit to user
pelakunya terhadap bidang studi yang akan diajarnya. Dalam hal ini guru tidak terpaku dalam satu gaya mengajar saja, tetapi berusaha mengembangkan gaya khas sendiri yang unik dan dianggap paling efektif olehnya dan terus berusaha memodifikasinya (hlm. 20).
Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada di dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, sehingga pembelajaran penjas di SD dapat dilakukan secara intensif.
Tugas gerak dalam mengembangkan gerak dasar passing prinsipnya sama, modifikasi dilakukan pada alat yang digunakan berupa bola plastik sebagai pengganti bola standar.
Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran penjas SD, karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik siswa, sehingga siswa akan mengikuti pelajaran penjas dengan senang dan gembira. Dengan melakukan modifikasi, guru penjas akan lebih mudah menyajikan materi pelajaran. Materi pelajaran yang sulit akan menjadi lebih mudah dan disederhanakan tanpa harus takut kehilangan makna dari apa yang ia berikan. Siswa akan lebih banyak bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang dimodifikasi.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep yang dipelajari. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada model atau cara guru menyampaikan materi pelajaran. Khususnya dalam pembelajaran praktik gerak dasar menendang.
Permasalahan umum dalam pembelajaran penjas adalah kurangnya sarana atau peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujudkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Siswa
commit to user
berperan sebagai objek pembelajaran, yang hanya mendengarkan dan mengaplikasikan apa yang disampaikan guru. Selain itu proses pembelajaran kurang mengoptimalkan penggunaan modifikasi pembelajaran yang dapat memancing peran aktif siswa.
Penggunaan modifikasi dalam pelaksanaan tindakan tiap siklusnya disesuaikan dengan topik materi yang sedang dipelajari. Secara garis besar modifikasi yang digunakan antara lain berupa alat bantu yaitu bola plastik yang digunakan untuk pembelajaran gerak dasar menendang dalam sepak bola. Secara lebih rinci jenis-jenis media tersebut dijabarkan dalam RPP, setiap pertemuan. Pemanfaatan alat bantu sederhana bola plastik, sebagai sarana membantu guru dalam menjelaskan gerak dasar menendang pada siswa. Melalui alat bantu tersebut guru dapat memperlihatkan, dan memberikan penjelasan mengenai gerak dasar menendang dalam sepak bola.
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapt digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Berpikir Kondisi awal
Guru kurang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran
a.Tingkat kesegaran
jasmani rendah
b.Hasil belajar gerak
dasar menendang
Tindakan
Menerapkan model
pembelajaran dengan menggunakan
modifikasi alat bantu
Siklus I : guru dan
peneliti menyusun
bentuk pengajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar menendang, Kondisi akhir Melalui modifikasi alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil Siklus II : upaya
perbaikan dari siklus I sehingga meningkatkan hasil belajar menendang
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah dilaksanakan di lapangan SD Negeri 3 Losari Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga. Dengan alamat Desa Losari, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah dilaksanakan dari bulan Mei 2012 sampai dengan selesai.
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 1 Persiapan a. Observasi b. Identifikasi masalah c. Penentuan tindakan d. Pengajuan judul e. Penyusunan proposal f. Pengajuan izin penelitian
2 Pelaksanaan
a. Seminar Proposal
b. Pengumpulan Data Penelitian
3 Penyusunan Laporan
a. Penulisan Laporan b. Ujian Skripsi
commit to user 3. Siklus PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan dalam beberapa siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar menendang dalam sepak bola melalui modifikasi alat bantu pembelajaran.
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 29 siswa. Yang terdiri dari 16 siswa putra dan 13 siswa putri.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai
berikut :
1. Siswa, untuk mendapatkan data tentang peningkatan hasil belajar menendang dalam sepak bola melalui modifikasi alat bantu pembelajaran pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Guru, sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan modifikasi alat bantu pembelajaran gerak dasar menendang dalam sepak bola di SD Negeri 3 Losari Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari :
1. Tes, dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar menendang dalam sepak bola.
commit to user
2. Observasi, dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar saat penerapan modifikasi alat bantu pembelajaran.
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan penelitian sebagai berikut:
Tabel 2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen
1 Siswa Hasil belajar
menendang Tes praktek Tes menendang
2 Siswa
Kemampuan melakukan gerakan
menendang
Praktik dan unjuk kerja
Melalui lembar observasi
3 Siswa Aktivitas siswa Observasi Melalui lembar
observasi
E. Uji Validitas Data
Validitas data dalam penelitian ini diuji melalui triangulasi, yaitu:
1. Kebenaran melakukan rangkaian gerakan, tiga sumber data, yakni diperoleh dari peneliti, observer dan siswa.
2. Keaktifan siswa, tiga sumber data, yakni diperoleh dari peneliti, observer, siswa.
3. Aktivitas guru, tiga sumber data, yakni diperoleh dari peneliti, observer, siswa.
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Hasil
commit to user
belajar menendang didapatkan dengan menganalisis nilai rata-rata tes menendang. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan.
Sedangkan dalam penelitian ini melalui angka-angka yang diperoleh saat unjuk kerja gerak dasar menendang.
G. Prosedur Penelitian
Langkah pertama menentukan metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu metode penelitian tindakan kelas. Langkah selanjutnya menentukan banyaknya tindakan dilakukan dalam siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan melakukan tindakan-tindakan yang dalam pelaksanaannya berlangsung secara terus menerus dan tindakan-tindakan akan dilaksanakan dalam siklus yang peneliti berikan pada siswa yang peneliti jadikan subjek penelitian.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK secara prosedurnya adalah dilaksanakan secara partisipatif atau kolaborasi (guru, dosen dengan tim lainnya) bekerja sama, mulai dari tahap orientasi dilanjutkan penyusunan rencana tindakan dilanjutkan pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama. Diskusi bersifat analitik yang kemudian dilanjutkan pada langkah reflektif-evaluatif atas kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama, untuk kemudian mempersiapkan rencana modifikasi, koreksi, atau pembetulan, atau penyempurnaan pada siklus kedua dan seterusnya.
Untuk memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, prosedur penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan survai awal
Kegiatan yang dilakukan dalam survai ini oleh peneliti adalah mengobservasi sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
2. Tahap seleksi informan, penyiapan instrumen dan alat Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi a. Menentukan subjek penelitian
b. Menyiapkan alat dan instrumen penelitian dan evaluasi 3. Tahap pengumpulan data dan treatment
commit to user
Pada tahap penelitian ini peneliti mengumpulkan data tentang: a. Hasil belajar menendang
b. Ketepatan rencana pelaksanaan pembelajaran c. Alat bantu pembelajaran
d. Pelaksanaan pembelajaran e. Semangat dan keaktifan siswa 4. Tahap analisis data
Dalam tahap ini analisis yang digunakan penelitian adalah deskriptif kualitatif. Teknis analisis tersebut dilakukan karena sebagian besar data yang dikumpulkan berupa uraian deskriptif tentang perkembangan proses pembelajaran, yaitu partisipasi siswa dalam pembelajaran gerak dasar menendang dalam sepak bola.
5. Tahap penyusunan laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan dari awal survai sampai dengan menganalisis data yang dilakukan pada waktu penelitian.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar menendang dalam sepak bola pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari. Adapun setiap tindakan upaya untuk pencapaian tujuan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, analisis, dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus.
1. Rancangan siklus I a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun menyusun skenario pembelajaran yang terdiri dari:
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan siswa dalam pembelajaran penjasorkes.
commit to user
2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran gerak dasar menendang dalam sepak bola.
3) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, penilaian gerak dasar menendang dalam sepak bola.
4) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran. 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain:
1) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar gerak dasar menendang dalam sepak bola.
2) Melakukan pemanasan.
3) Melakukan latihan gerak dasar menendang. a) Cara melakukan awalan sebelum menendang. b) Cara melakukan tendangan.
c) Cara melakukan gerakan lanjutan setelah menendang. 4) Menarik kesimpulan.
5) Penilaian dilaksanakan setelah proses pembelajaran. 6) Melakukan pendinginan.
c. Pengamatan tindakan
Pengamatan dilakukan terhadap hasil belajar menendang. d. Tahap evaluasi (refleksi)
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.
2. Rancangan Siklus II
Dalam siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan jasmani. Demikian
commit to user
juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi, dan interpretasi, serta analisis, dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.
H. Indikator Kinerja Penelitian
Untuk menentukan ketercapaian tujuan dirumuskan indikator
keberhasilan tindakan yang disusun secara realistik dengan mempertimbangkan kondisi sebelum diberikan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dan dapat diukur hasilnya. Berikut indikator capaian keberhasilan belajar siswa dalam materi gerak dasar menendang dalam sepak bola.
Tabel 3. Indikator Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Aspek yang diukur
Prosentase target capaian
Cara mengukur Kondisi
awal Siklus I Siklus II
Hasil belajar
gerak dasar
menendang
24 % 50% 75% Diamati saat guru
memberikan materi
commit to user BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Kondisi awal penelitian diukur dari observasi dan tes unjuk kerja. Observasi digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep (kognitif) dan aktivitas siswa (afektif) dalam pembelajaran gerak dasar menendang sedangkan tes unjuk kerja (psikomotor) digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar menendang, sebelum diberi tindakan melalui modifikasi alat bantu pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang berlangsung.
Hasil observasi merupakan hasil belajar menendang siswa yang diperoleh melalui lembar observasi yang meliputi ranah kognitif yang diperoleh dari tes objektif, dan ranah afektif yang diperoleh melalui pengamatan aktivitas siswa saat pembelajaran, serta ranah psikomotor yang diperoleh melalui tes unjuk kerja. Untuk ranah kognitif nilai maksimal sebesar 20, ranah afektif nilai maksimal sebesar 30 dan ranah psikomotor nilai maksimal sebesar 50. Sehingga keseluruhan nilainya 100.
Sebelum melaksanakan proses penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survai awal untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil kegiatan survai awal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari yang mengikuti materi gerak dasar menendang adalah 29 Siswa, yang terdiri atas 16 siswa putra dan 13 siswa putri. Dilihat dari proses pembelajaran gerak dasar menendang, dapat dikatakan proses pembelajaran kurang berhasil.
2. Sangat rendahnya hasil belajar gerak dasar menendang pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari disebabkan guru kurang memiliki metode mengajar yang tepat dalam materi gerak dasar menendang, sehingga siswa kurang memiliki perhatian dan motivasi dalam pembelajaran gerak dasar menendang.
commit to user
3. Sarana dan prasarana di sekolah ini bisa dikatakan kurang, guru juga kurang kreatif dan tidak mengembangkan alat belajar sederhana. Sehingga pembelajaran yang dilakukan sangat monoton, sehingga siswa merasa bosan untuk mengikuti proses pembelajaran gerak dasar menendang, akibatnya hasil belajar gerak dasar menendang siswa SD Negeri 3 Losari sangat kurang maksimal.
4. Dari hasil tes awal yang dilakukan diperoleh informasi bahwa siswa, terutama siswa putri cenderung kurang semangat untuk mengikuti proses pembelajaran gerak dasar menendang yang berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan oleh peneliti saat melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Saat mengikuti materi gerak dasar menendang, siswa menunjukkan sikap
seenaknya sendiri, tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak
memperhatikan pelajaran dengan sepenuhnya, ada yang berbicara dengan teman, bahkan ada yang bermain sendiri dengan temannya. Terlebih lagi ketika siswa melihat peralatan yang digunakan yang berupa bola standar, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran gerak dasar menendang tidak ada. 5. Dilihat dari hasil penilaian guru penjasorkes pada materi gerak dasar
menendang, siswa yang mampu melakukan menendang dengan benar hanya 24% dan sisanya masih belum bisa melakukan gerak dasar menendang dengan benar.
6. Guru kesulitan menemukan model dan media pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang monoton atau konvensional dan tanpa alat bantu mengakibatkan motivasi dan minat belajar siswa menurun, sehingga akan berdampak pada rendahnya hasil belajar menendang pada siswa.
Hasil temuan survai antara peneliti dan guru tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sebenarnya keadaan kelas pada materi gerak dasar menendang pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari. Data kondisi awal hasil belajar menendang siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari sebelum diberikan tindakan melalui modifikasi alat bantu pembelajaran disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
commit to user
Tabel 4. Data Awal Hasil Belajar Menendang Sebelum Diberikan Tindakan Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran
No Rentang
Nilai Keterangan Kriteria
Jumlah
Anak Persentase
1 >84 Baik Sekali Tuntas 0 0%
2 80-84 Baik Tuntas 0 0%
3 75-79 Cukup Tuntas 7 24%
4 70-74 Kurang Tidak Tuntas 9 31%
5 <70 Kurang Sekali Tidak Tuntas 13 45%
Jumlah 29 100%
Untuk lebih jelasnya, data awal hasil belajar menendang sebelum diberikan tindakan melalui modifikasi alat bantu pembelajaran dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 2. Grafik Data Awal Hasil Belajar Menendang Sebelum Diberikan Tindakan Melalui Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran
Berdasarkan hasil rekapitulasi data awal sebelum diberikan tindakan maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari belum menunjukan hasil yang baik, dengan persentase ketuntasan belajar 24% siswa.
0 2 4 6 8 10 12 14
Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
Tidak Tuntas Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali >84 80-84 75-79 70-74 <70 0 0 7 9 13 0% 0% 24% 31% 45% Jumlah Anak Persentase
commit to user
Melalui data awal yang telah diperoleh tersebut masing-masing aspek menunjukan kriteria keberhasilan pembelajaran yang kurang. Maka disusun sebuah tindakan untuk meningkatkan hasil belajar menendang siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari melalui modifikasi alat bantu pembelajaran. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan sebanyak 2 siklus, yang masing-masing siklus terdiri atas 4 tahapan, yakni: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus I
Pembelajaran gerak dasar menendang melalui modifikasi alat bantu pembelajaran pada siklus I adalah pengenalan gerak dasar menendang. Pembelajaran gerak dasar menendang pada siklus I tersebut dilakukan selama 2 kali pertemuan.
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan siklus I, peneliti dan kolabolator menyepakati keberhasilan siklus I adalah tercapainya tingkat partisipasi siswa yang mampu melakukan menendang secara benar sejumlah > 50% dari jumlah siswa yang ada.
Kegiatan perencanaan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 23 April 2012 di halaman SD Negeri 3 Losari. Perencanaan siklusnya sebagai berikut:
1) Peneliti dan kolabolator melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran penjasorkes.
2) Peneliti dan kolaborator membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) gerak dasar menendang dalam sepak bola melalui modifikasi alat bantu pembelajaran.
3) Peneliti dan kolaborator menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pembelajaran.
commit to user
4) Peneliti dan kolaborator menyusun lembar observasi atau lembar
pengamatan yang digunakan untuk mengamati selama proses
pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yakni pada hari Kamis 3 Mei 2012 dan Senin 14 Mei 2012 . Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2x35 menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran pada siklus I ini, pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan kolaborator sekaligus melakukan observasi terhadap pembelajaran.
Materi pelaksanaan siklus I pada pertemuan pertama (Kamis, 3 Mei 2012) adalah praktik gerak dasar menendang melalui modifikasi alat bantu pembelajaran. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Peneliti menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran
2) Peneliti memberikan pemanasan menggunakan permainan.
3) Peneliti memberikan penjelasan materi tentang gerak dasar menendang dan siswa mendengarkan penjelasan dari peneliti.
4) Peneliti menyiapkan siswa untuk berbaris saling berpasangan dan berhadapan.
5) Peneliti memberikan contoh bagaimana cara melakukan gerakan menendang yang benar yakni:
a) Awalan :
(1) Berdiri lurus di belakang bola
(2) Kaki tumpu diletakkan di samping bola (3) Badan condong ke depan
(4) Sikap rileks
b) Sikap tubuh saat menendang:
(1) Ayunkan kaki sepak ke belakang (2) Ayunkan kaki sepak ke depan (3) Pandangan ke arah sasaran
commit to user
(4) Bola disepak tepat pada titik pusatnya c) Gerak lanjutan:
(1) Kaki sepak mengikuti lintasan ayunan gerak kaki ke depan (2) Kaki sepak segera dilangkahkan ke depan
(3) Kaki tumpu menahan lajunya badan ke depan (4) Tangan rileks
6) Peneliti menyuruh siswa melakukan gerakan menendang secara berpasangan dengan gerakan yang benar dan bersungguh-sungguh.
7) Kemudian peneliti menyuruh siswa melakukan gerakan menendang menggunakan formasi segitiga, dan menendang dengan permainan estafet bola.
8) Peneliti melanjutkan materi berikutnya yaitu bermain sepak bola menggunakan peraturan yang dimodifikasi.
9) Peneliti menyuruh siswa bermain sepak bola menggunakan peraturan yang dimodifikasi dengan menjunjung tinggi nilai kerjasama dan sportifitas. 10) Pada setiap materi yang disampaikan dan siswa melaksanakan perintah,
peneliti melakukan evaluasi serta mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas.
11) Di akhir pertemuan, peneliti melakukan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan.
Materi pada pelaksanaan siklus I, pertemuan kedua (Senin, 14 Mei 2012) adalah praktik gerak dasar menendang. Urutan pelaksanaan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Peneliti menyiapkan siswa dengan mempresensi, serta memulai proses pembelajaran
2) Peneliti memberikan pemanasan menggunakan permainan.
3) Peneliti memberikan penjelasan materi tentang gerak dasar menendang dan siswa mendengarkan penjelasan dari peneliti.
commit to user
4) Peneliti menyiapkan siswa untuk berbaris saling berpasangan dan berhadapan.
5) Peneliti memberikan contoh bagaimana cara melakukan gerakan menendang yang benar yakni:
a) Awalan :
(1) Berdiri lurus di belakang bola
(2) Kaki tumpu diletakkan di samping bola (3) Badan condong ke depan
(4) Sikap rileks
b) Sikap tubuh saat menendang:
(1) Ayunkan kaki sepak ke belakang (2) Ayunkan kaki sepak ke depan (3) Pandangan ke arah sasaran
(4) Bola disepak tepat pada titik pusatnya c) Gerak lanjutan:
(1) Kaki sepak mengikuti lintasan ayunan gerak kaki ke depan (2) Kaki sepak segera dilangkahkan ke depan
(3) Kaki tumpu menahan lajunya badan ke depan (4) Tangan rileks
6) Peneliti menyuruh siswa melakukan gerakan menendang secara berpasangan dengan gerakan yang benar dan bersungguh-sungguh.
7) Kemudian peneliti menyuruh siswa melakukan gerakan menendang menggunakan formasi segitiga, dan menendang dengan permainan estafet bola.
8) Peneliti melanjutkan materi berikutnya yaitu bermain sepak bola menggunakan peraturan yang dimodifikasi.
9) Peneliti menyuruh siswa bermain sepak bola menggunakan peraturan yang dimodifikasi dengan menjunjung tinggi nilai kerjasama dan sportifitas. 10) Pada setiap materi yang disampaikan dan siswa melaksanakan perintah,
commit to user
dilakukan oleh siswa, serta memberikan umpan balik (feedback) kepada siswa yang melakukan tugas.
11) Di akhir pertemuan, peneliti melakukan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan serta memberikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan minggu depan.
3. Tahap Observasi
Observasi pada siklus I dilakukan selama siklus I berlangsung. Dalam melakukan observasi pada siklus I peneliti berkolaborasi dengan guru yang bersangkutan sebagai pengelola kelas, adapun pelaksanaan siklus I yakni:
1) Peneliti mengamati proses pembelajaran gerak dasar menendang melalui modifikasi alat bantu pembelajaran pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Losari. Pada pertemuan pertama (Kamis, 3 Mei 2012 selama 2x35 menit), peneliti mengajarkan materi gerak dasar menendang melalui modifikasi
alat bantu pembelajaranyakni menendang secara berpasangan, menendang
dengan formasi segitiga, menendang dengan permainan estafet bola, dan bermain sepak bola dengan peraturan yang dimodifikasi . Pada pertemuan kedua ( Senin, 14 Mei 2012 selama 2 x 35 menit), peneliti memberikan materi gerak dasar menendang melalui modifikasi alat bantu pembelajaran yakni menendang secara berpasangan, menendang dengan formasi segitiga, menendang dengan permainan estafet bola, dan bermain sepak bola dengan peraturan yang dimodifikasi. Sebelum pembelajaran dilangsungkan peneliti dan guru bersangkutan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai pedoman atau acuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengetahui hasil perkembangan proses pembelajaran selama siklus I maka setelah siklus I selesai diadakan tes keterampilan menendang.
2) Sebelum siklus I dilaksanakan peneliti dan guru melaksanakan pengambilan data awal dan data pada siklus I.
3) Peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan modifikasi alat bantu pembelajaran.